Anda di halaman 1dari 7

KEPADATAN POPULASI ULAT RANSEL (Parmarion pupillaris) PADA

TANAMAN SAWI PUTIH DI KENAGARIAN AIE ANGEK


KECAMATAN X KOTO KABUPATEN TANAH DATAR

E-JURNAL

GUSMI ANGGELA
NIM. 11010158

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2015
KEPADATAN POPULASI ULAT RANSEL (Parmarion pupillaris) PADA
TANAMAN SAWI PUTIH DI KENAGARIAN AIE ANGEK
KECAMATAN X KOTO KABUPATEN TANAH DATAR
Oleh

Gusmi Anggela1, Nurhadi2, Yosmed Hidayat2


1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat
2
Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat
Lomy_ga@yahoo.com

ABSTRACT
Ulat ransel is one type of snails that attack white mustard plants at Kenagarian Aie angek X
Koto District of Tanah Datar. Ulat ransel feed on the leaves of plants and cause leaf white mustard
holes. The existence of ulat ransel on white mustard plants can reduce production. This study aimed to
determine the population density of ulat ransel on white mustard plants at Kenagarian Aie angek X
Koto District of Tanah Datar. Descriptive survey method with purposive random sampling technique.
Sampling was conducted at two locations namely white mustard plants with one plant intercropping
namely chilli and white mustard with two crops intercropping namely chili and scallion. The total
population density of ulat ransel on white mustard plants at Kenagarian Aie angek X Koto District of
Tanah Datar was 5.29 individual/plant. The highest population density of ulat ransel at the location II
namely white mustard plants with two plants intercropping 3.01 individual/plant, while the population
density of ulat ransel at the location I of white mustard with one crop intercropping 2.28
individual/plant.

Key Word : Ulat ransel (Parmarion pupillaris), White mustard, Population density

PENDAHULUAN seperti siput telanjang, siput setengah


telanjang, sumpil, dan bekicot (Pracaya, 2007).
Tanaman sayuran merupakan salah satu Salah satu jenis siput yang menyerang
komoditas penting di Indonesia karena tanaman sawi putih di Kenagarian Aie Angek
tanaman sayuran banyak dikonsumsi dan Kecamatan X Koto Tanah Datar adalah siput
digemari oleh masyarakat. Salah satu jenis setengah telanjang jenis Parmarion pupillaris.
sayuran yang digemari adalah sawi putih Masyarakat setempat mengenal jenis siput
(Brassica rapa L.). setengah telanjang ini dengan sebutan ulat
Nagari Aie Angek merupakan daerah ransel.
yang terletak di Kecamatan X Koto Kabupaten Hasil pengamatan lapangan yang
Tanah Datar yang merupakan salah satu dilakukan di sentral tanaman sayur Kenagarian
daerah penghasil sayuran sawi putih di Aie Angek Kecamatan X Koto Tanah Datar
Sumatera Barat. Hasil produksi sawi putih di menunjukan keberadaan ulat ransel banyak
daerah ini mengalami penurunan. Hal ini ditemukan pada tanaman sawi putih, serta
disebabkan oleh gangguan dari hama dan ditemukannya sawi putih mengalami
penyakit tanaman yang sangat berpengaruh kerusakan yang disebabkan oleh ulat ransel.
terhadap kualitas dan kuantitas tanaman sawi Hasil wawancara dengan petani jorong
putih. Kandang Sampie Kenagarian Aie angek juga
Menurut Rukmana (1994) beberapa diperoleh informasi bahwa ulat ransel
hama yang sering merusak tanaman sawi putih menyerang tanaman sawi putih dengan cara
seperti ulat tanah, ulat Plutella, ulat jengkal. memakan daun tanaman dan menyebabkan
Selain itu, jenis siput juga merusak tanaman daun sawi berlubang-lubang. Ulat ransel aktif
menyerang tanaman pada malam hari difoto untuk dijadikan dokumentasi dalam
sedangkan pada siang hari ulat ransel berada penelitian.
pada pelepah tanaman sawi dan di bawah Faktor lingkungan yang diukur pada
plastik mulsa yang mengakibatkan petani saat pengambilan sampel adalah suhu udara,
kesulitan dalam mengendalikan hama ini. kelembaban udara, suhu udara, pH tanah.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui Sampel yang didapatkan pada masing-masing
kepadatan populasi ulat ransel pada petakan dianalisis dengan rumus perhitungan
pertanaman sawi putih di Kenagarian Aie kepadatan (K) merujuk pada Suin (2002).
Angek Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah
Datar. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi HASIL DAN PEMBAHASAN
Sumber informasi bagi petani terhadap hama
ulat ransel serta pola tanam yang baik pada Berdasarkan analisis data yang
tanaman sawi putih di Kenagarian Aie Angek dilakukan dengan rumus perhitungan
Kecamatan X Koto Tanah Datar. Menambah kepadatan (K) didapatkan hasil sebagai
wawasan ilmu pengetahuan di bidang berikut.
pertanian, ekologi hewan dan pengetahuan Tabel 1. Kepadatan populasi ulat ransel pada
lingkungan. tanaman sawi putih di Kenagarian
Aie Angek Kecamatan X Koto
METODE PENELITIAN Kabupaten Tanah Datar,
pengambilan sampel dilakukan pada
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan dua lokasi.
September 2015, dilakukan pada tanaman sawi
putih di jorong Kandang Sampie Kenagarian Jumlah Jumlah Rata-rata
Aie Angek Kecamatan X Koto Kabupaten Lokasi tanaman individu individu/
Tanah Datar. Penelitian ini menggunakan tanaman
metode survei deskriptif yaitu dengan cara I 138 316 2,28
pengamatan langsung dilapangan. Teknik II 173 521 3,01
pengambilan sampel adalah purposive random Total 311 837 5,29
sampling yaitu pengambilan sampel dilakukan
berdasarkan jumlah tumpang sari pada Ket : Lokasi I tanaman sawi putih dengan satu
tanaman sawi putih. Sampel diambil pada dua tanaman tumpang sari
lokasi, lokasi I yaitu sawi putih dengan luas Lokasi II tanaman sawi putih dengan dua
areal 28 x 19 m2, lokasi II yaitu sawi putih tanaman tumpang sari
dengan dua tanaman tumpang sari dengan luas
areal 27 x 26 m2. Alat dan bahan yang Kepadatan populasi ulat ransel yang
digunakan seperti pancang ukuran 50 cm ditemukan pada tanaman sawi putih di
sebanyak 138 untuk lokasi I dan 173 untuk Kenagarian Aie angek Kecamatan X Koto
lokasi II, label gantung untuk penomoran. KabupatenTanah datar adalah 5,29
Cara pengambilan sampel dilakukan individu/tanaman dengan jumlah ulat ransel
dengan menentukan titik-titik pengambilan sebanyak 837 individu pada kedua lokasi.
sampel sebanyak 10% dari total tanaman. Pada lokasi I ditemukan sebanyak 316
Setiap tanaman sawi putih yang telah menjadi individu dengan kepadatan populasi 2,28
titik pengambilan ditandai dengan label individu/tanaman, sedangkan pada lokasi II
gantung yang dipasangkan pada pancang, jumlah individu yang ditemukan sebanyak 521
kemudian dilakukan penyungkupan dengan kepadatan populasi 3,01
menggunakan plastik 5kg dan dicabut tanaman individu/tanaman.
putih tersebut, kemudian dilakukan Hasil pengukuran faktor lingkungan
pengsortiran. Penghitungan jumlah sampel pada tanaman sawi putih di Kenagarian Aie
dilakukan langsung dilapangan, kemudian Angek Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah
sampel yang didapatkan dilokasi penelitian Datar dapat dilihat pada Tabel 2
Tabel 2. Faktor lingkungan pada lokasi makanan. Menurut Afrinis (2003 dalam Putri,
pengambilan sampel 2014) hama dapat hidup dan berkembang pada
suatu agroekosistem karena semua yang
Parameter Lokasi Lokasi diperlukan untuk kehidupan hama tersedia di
I II ekosistem tersebut.
Suhu udara (0C) 20 19,8 Areal sekitar lokasi II bersebelahan
Kelembaban Udara (%) 97 96,5 dengan pertanaman cabe yang mulai
Suhu tanah (0C) 21,8 21,3 ditinggalkan serta ditumbuhi oleh gulma dan
pH tanah 6,9 6,8 bersebelahan dengan lahan bero (lahan
sebelum diolah) juga memungkinkan
Ket: Lokasi I tanaman sawi putih dengan satu terjadinya perpindahan (imigrasi) ulat ransel.
tanaman tumpang sari Hal ini diduga karena ketersedian sumber
Lokasi II tanaman sawi putih dengan dua makanan yang kurang sehingga ulat ransel
tanaman tumpang sari mencari sumber makanan yang mencukupi.
Menurut MacDonal (2009) faktor makanan
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat sangat penting untuk kelangsungan hidup,
keadaan faktor lingkungan pada lokasi ketika pilihan makanan terbatas siput bergerak
pengambilan sampel yaitu suhu udara, mencari sumber makanan.
kelembaban udara, suhu tanah, dan pH tanah. Selain itu, tingginya populasi ulat ransel
Pada saat pengambilan sampel di lokasi I rata- pada lokasi II disebabkan oleh ketersediaan
rata suhu udara yaitu 200C dengan rata- rata sumber makanan yang lebih disukai. Terdapat
kelembaban udara yaitu 97%, rata-rata suhu tiga jenis sayuran pada lokasi II yakni sawi
tanah yaitu 21,80C dan rata-rata pH tanah 6,9. putih, bawang daun dan cabe. Sawi putih
Sedangkan pada pengambilan sampel di lokasi merupakan kelompok tanaman dari suku
II rata-rata suhu udara yaitu 19,80C dengan Cruciferae yang memiliki tekstur lembut
rata-rata kelembaban udara yaitu 96,5%, rata- disukai oleh ulat ransel. Menurut Haifa (2013)
rata suhu tanah yaitu 21,30C dan rata-rata pH sumber makanan yang berada di lahan sayuran
tanah 6,8. dan disukai siput dapat meningkatkan jumlah
Berdasarkan hasil pengambilan sampel kepadatan.
yang telah dilakukan di lapangan pada dua Pada lokasi I yaitu tanaman sawi putih
lokasi yaitu pada lokasi I tanaman sawi putih dengan satu tanaman tumpang sari kepadatan
dengan satu tanaman tumpang sari dan lokasi populasinya lebih rendah 2,28
II sawi putih dengan dua tanaman tumpang individu/tanaman. Hal ini diduga kondisi
sari yang berumur 50 hari di Kenagarian Aie lingkungan sekitar lokasi I yang berbatasan
Angek Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah dengan pertanaman cabe dan kubis yang masih
Datar menunjukan bahwa jumlah individu ulat terawat sehingga sumber makanan siput masih
ransel tertinggi terdapat pada lokasi II cukup. Selain itu, pilihan makanan disukai
sebanyak 521 individu dengan kepadatan lebih sedikit pada lokasi I terdapat dua jenis
populasinya yaitu 3,01 individu/tanaman. tanaman yaitu sawi putih dan cabe. Kondisi
Sedangkan pada lokasi I jumlah ulat ransel lahan yang bersih tidak ditumbuhi oleh gulma
yang didapat sebanyak 316 individu dengan juga merupakan salah satu faktor rendahnya
kepadatan populasinya 2,28 individu/tanaman. populasi ulat ransel. Menurut MacDonald
Tingginya kepadatan populasi ulat (2009) cara mengurangi populasi siput dengan
ransel pada lokasi II yaitu 3,01 meminimalkan pertumbuhan gulma sehingga
individu/tanaman diduga karena kondisi lahan mengurangi sumber makanan dan tempat
yang kurang terjaga ditumbuhi oleh gulma. tinggal siput.
Gulma yang tumbuh pada batas-batas kebun Kepadatan populasi ulat ransel juga
dan antar bedengan dapat menciptakan habitat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti
yang menguntungkan bagi kehidupan ulat suhu udara, kelembaban, suhu tanah maupun
ransel seperti, tempat berkembang biak, pH tanah pada lokasi penelitian yang
tempat persembunyian, serta sebagai sumber mendukung kehidupan ulat ransel. Menurut
Suin (2003) kehidupan suatu organisme sangat individu/tanaman pada lokasi I dan 3
tergantung pada faktor lingkungan, maka individu/tanaman pada lokasi II. Menurut
kehadiran suatu organisme disuatu daerah Apryanto et al., (2003) keberadaan populasi
menunjukan bahwa species tersebut dapat respo besar dari 2 ekor per m baris tanaman
eksis di daerah tersebut. dapat menimbulkan kematian tanaman besar
Berdasarkan Tabel 2 suhu udara pada dari 80% pada kubis dan 75% pada tanaman
saat pengambilan sampel pada lokasi I yaitu sawi. Dengan demikian status ekologi ulat
200C sedangkan pada lokasi II yaitu 19,80C, ransel di lapangan sudah termasuk hama
kondisi ini merupakan kondisi yang cocok karena dapat merugikan petani.
bagi ulat ransel. Menurut Bound (2005) siput
aktif pada suhu antara 110-250C. Selain suhu KESIMPULAN DAN SARAN
udara, kelembaban udara juga mempengaruhi
kehidupan ulat ransel. Kelembaban udara pada Dari hasil penelitian yang telah
saat pengambilan sampel pada lokasi I 97% dilakukan di Kenagarian Aie Angek
sedangkan pada lokasi II yaitu 96,5%. Kondisi Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar
kelembaban udara yang stabil dan cocok bagi dapat disimpulkan bahwa kepadatan populasi
ulat ransel, sehingga dapat ditemukan pada ulat ransel yaitu 5,29 individu/tanaman. Pada
tanaman sawi putih pada lokasi penelitian lokasi I yaitu tanaman sawi putih dengan satu
karena mendukung tempat hidup siput. tanaman tumpang sari kepadatan populasi ulat
Menurut Suin (2003) kelembaban juga ransel adalah 2,28 individu/tanaman.
merupakan faktor pembatas yang ikut Sedangkan kepadatan populasi ulat ransel
menentukan penyebaran organisme di darat. tertinggi pada lokasi II yaitu tanaman sawi
Sallam & El-Wakeil (2012) menyatakan putih dengan dua tanaman tumpang sari adalah
bahwa siput hidup pada kelembaban 90-95%. 3,01 individu/batang.
Keberadaan ulat ransel juga dipengaruhi
oleh suhu tanah maupun pH tanah. Suhu tanah DAFTAR PUSTAKA
pada saat pengambilan sampel pada lokasi I
yaitu 21,80C sedangkan pada lokasi II yaitu Apryanto, D., Toha, B., Manti, I. 2003.
21,30C mendekati suhu optimal yang mana Ledakan Populasi Jenis Respo,
Bound (2005) menyatakan suhu tanah untuk Filicaulis bleekeri, di Sentra Produksi
siput 80-200C. pH tanah pada saat pengambilan Sayur Rejang Lebong, Bengkulu.
sampel pada lokasi penelitian cocok untuk ulat Jurnal Perlindungan Tanaman
ransel, dimana keadaan pH tanah berada dalam Indonesia. Vol 9 (1): 16-21.
keadaan netral yaitu 6,9 pada lokasi I Bound, S. 2005. Slug Control in Vegetable
sedangkan pada lokasi II yaitu 6,8. Menurut Crops. Horticulture Australia. ISNN:
Odum (1996) Gastropoda umumnya 1449 – 1397.
membutuhkan pH tanah antara 6-8,5 untuk Haifa, 2013. Kepadatan dan Persebaran
kelangsungan hidup dan reproduksi. Dari Derosceras leave dan Meghimatium
pengukuran faktor lingkungan tersebut pada billineatum Pada 10 Jenis Sayuran di
kedua lokasi tidak menunjukan adanya Argopolitan, Cipanas. Skripsi.
penurunan dan kenaikan yang tajam, keadaan Institut Pertanian Bogor.
faktor lingkungan relatif stabil dan dalam MacDonald, N. 2009. Slug Control in Field
keadaan normal sehingga cocok untuk Vegetables. Horticultural
aktivitas, habitat dan berkembangbiak ulat Devolopment Company.
ransel. Odum, E. P. 1996. Dasar-Dasar Ekologi.
Keberadaan ulat ransel pada tanaman UGM. Yogyakarta.
sawi putih di Kenagarian Aie Angek Pracaya. 2007. Hama dan Penyakit Tanaman
Kecamatan X Koto dapat merugikan petani Edisi Revisi. Jakarta: Penebar
yang mengakibatkan kerusakan langsung pada Swadaya.
tanaman sawi. Dilihat dari populasi ulat ransel Putri, M. A. 2014. Kepadatan Populasi
pada tiap pengambilan yaitu 2 Bekicot (Achatina fulica) Pada
Pertanaman Naga Di Kenagarian
Tapakis Kecamatan Ulakan Tapakis
Kabupaten padang pariaman. Skripsi.
STKIP PGRI Sumatera Barat.
Rukmana, R. 1994. Bertanam Petsai & Sawi.
Yogyakarta: Kanisius.
Sallam, A & El-Wakeil, N. 2012. Biological
and Ecological Studies on Land
Snails and Land Control, integrated
Pest Management and Pest Control,
Current and Future Tactics. In Tech.
Suin, N.M. 2002. Metoda Ekologi. Padang:
Universitas Andalas.
. 2003. Ekologi Populasi. Padang:
Universitas Andalas.

Anda mungkin juga menyukai