4. Faktor Resiko
Regugirtasi katup, hypervolemia, defek septum, hipertensi, penyakit jantung
koroner, diabetes, infark miokard.
5. Proses Penyakit
Pada kondisi normal, kebutuhan oksigen dapat dipenuhi dengan cadangan
jantung (kemampuan jantung untuk meningkatkan curah jantung sebagai respons
terhadap stress). Pada jantung yang mengalami kegagalan, pada waktu istirahat pun
jantung memompa semaksimal mungkin sehingga kehilangan cadangan jantung.
Jika curah jantung tidak memenuhi kebutuhan metabolik tubuh maka mekanisme
kompensasi akan diaktifkan. Respons kompensatorik terhadap penurunan curah
jantung merupakan dilatasi ventrikel, peningkatan stimulasi system saraf simpatis
dan aktivasi dari system renin-angiotensin. Mekanisme ini membantu
meningkatkan kontraksi dan mempertahankan integritas sirkulasi tetapi, jika terus
berlangsung akan menyebabkan pertumbuhan otot yang abnormal dan
menyebabkan remodeling jantung (Black & Hawks, 2014).
Saat jantung mulai mengalami kegagalan, penurunan curah jantung yang
terjadi akan menstimulasi baroreseptor aorta dan karotis. Kemudian sistem saraf
simpatis akan terstimulasi untuk melepaskan epinephrine dan norepinephrine untuk
meningkatkan denyut jantung dan kontraktilitas miokardium untuk membantu
miokardium yang gagal. Stimulasi saraf simpatis ini jika berlanjut akan
menyebabkan vasokonstriksi pada perifer, saluran pencernaan dan ginjal.
Penurunan perfusi ginjal akibat menurunnya curah jantung dan vasokonstriksi ini
akan menyebabkan pelepasan renin oleh ginjal. Renin akan mengubah protein
plasma angiotensinogen menjadi angiotensin I. Jika angiotensin I berinteraksi
dengan Angiotensin-converting enzyme (ACE) di pembuluh darah pulmonal maka,
angiotensin I akan dikonversi menjadi angiotensin II. Angiotensin II dapat
meningkatkan vasokonstriksi, meningkatkan pelepasan epinephrine/norepinefrin,
dan merangsang medula adrenal untuk melepaskan aldosterone, yang akan
meningkatkan penyerapan air dan natrium dan mengakibatkan terjadinya retensi
cairan (Hinkle & Cheever, 2014).
7. Test Diagnostik
a. EKG: melihat adanya abnormalitas gelombang jantung (Q patologik,
aritimia)
b. Chest X-Ray: melihat adanya perbesaran jantung/kardiomegali, efusi pleura
c. Echocardiogram: melihat fungsi jantung, ejeksi fraksi
d. Serum Laboratorium: AGD, BUN, Kreatinin, Elektrolit
e. Test B-type Natriuretic Peptide (BNP): peningkatan kadar BNP
menunjukkan adanya kerusakan ventrikel dan derajat kegagalan jantung.
9. Komplikasi
- Edema paru, Efusi pleura
- Multiorgan failure
- Syok kardiogenik
10. Masalah Keperawatan yang Dapat Muncul (Black & Hawks, 2014):
Penurunan curah jantung
Kelebihan volume cairan
Gangguan pertukaran gas
Ketidakefektifan perfusi perifer
Risiko intoleransi aktivitas
Risiko gangguan integritas kulit
Risiko kecemasan
Sumber:
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis
untuk Hasil yang Diharapkan. Singapura: Elsevier.
Hinkle, J., & Cheever, K. (2014). Brunner & Suddarth's Textbook of Medical-Surgical
Nursing. Lippincot Williams & Wilkins.