Anda di halaman 1dari 25

PENGARUH NET PROFIT MARGIN DAN EARNING PER

SHARE TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM


(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode Tahun 2017-2021)

Miftah Nurfaizi Gania


Program Studi Akuntansi
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi STAN–Indonesia Mandiri
Email: miftahgania@gmail.com.

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini untuk membantu para investor dalam memutuskan
bagaimana melakukan investasi di pasar modal. Analisis fundamental merupakan
pendekatan yang sering digunakan, salah satu caranya adalah menganalisis
pengaruh rasio keuangan suatu perusahaan terhadap perubahan harga sahamnya.
Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, yaitu Net Profit
Margin (NPM) dan Earning Per Share (EPS) yang digunakan sebagai variabel
independen dan Perubahan Harga Saham sebagai variabel dependen. Metode yang
digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis regresi berganda kemudian
dilanjutkan dengan uji autokorelasi, uji heteroskedestisitas, uji multikolonieritas,
dan analisis korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial Net
Profit Margin dan Earning Per Share secara parsial sama-sama berpengaruh
positif terhadap Perubahan Harga Saham. Hasil uji secara simultan juga
menunjukkan Net Profit Margin dan Earning Per Share memiliki pengaruh positif
terhadap Perubahan Harga Saham.
Kata kunci: Net Profit Margin, Earning Per Share, Perubahan Harga Saham
1. PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi saat ini membuat perekonomian suatu negara
bisa dilihat dari beberapa aspek, salah satunya adalah aktivitas dari pasar modal.
Di Indonesia sekarang ini pasar modal menjadi tren yang cukup berkembang,
investasi saham kian banyak digemari, termasuk oleh generasi milenial.
Perusahaan yang go public menerbitkan saham untuk pendanaan perusahaannya di
pasar modal dan harga saham pada pasar modal Indonesia sangat fluktuatif
mengikuti kekuatan permintaan dan penawaran. Fluktuasi harga saham
mencerminkan seberapa besar minat investor terhadap saham suatu perusahaan,
oleh karena itu setiap saat bisa mengalami perubahan seiring dengan minat
investor untuk menempatkan modalnya pada saham. Harga saham mengalami
pergerakan dari waktu ke waktu saat jam perdagangan di Bursa Efek Indonesia
(BEI), kondisi masing-masing perusahaan memiliki hubungan dengan pergerakan
harga sahamnya, maka dari itu tiap saham memiliki harga yang berbeda (Santi dan
Edi 2014).
Faktor yang terjadi dalam sektor pasar saham dalam beberapa tahun
kebelakang yaitu adanya dampak dari virus corona terhadap indeks harga saham
dan arus dana asing ke pasar saham. Pasar saham dan nilai tukar ekonomi
dipengaruhi oleh beberapa sektor dari dalam negeri yaitu pariwisata, sosial, dan
kondisi ekonomi yang banyak memberi kontribusi bagi sektor perekonomian
negara. Arus dana yang masuk dari investor asing menjadi lebih variatif karena
risk appetite pasar yang menurun disebabkan melemahnya angka indeks saham
dalam negeri selama pandemi covid-19 yang memiliki dampak perekonomian.
Dampak pandemi covid-19 di bidang ekonomi tercermin dari pertumbuhan
ekonomi yang melambat. Salah satunya bisa terlihat dari kegiatan di pasar modal.
Hampir seluruh kinerja indeks di bursa global mengalami penurunan, termasuk
juga indeks di bursa Asia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sendiri
beberapa kali mengalami trading halt atau pemberhentian sementara perdagangan
karena terjadi penurunan lebih dari 5% dalam sehari pada awal pandemi.
Pihak regulator termasuk Bursa Efek Indonesia (BEI) mengeluarkan
beberapa kebijakan untuk mencegah penurunan IHSG terlalu dalam seperti
perubahan dari batasan auto rejection bawah, pelarangan bagi transaksi short
selling dan perubahan waktu perdagangan di BEI. Dinamika pasar saham juga
dipengaruhi oleh kondisi pandemi covid-19, yang mengakibatkan bursa saham
mengalami penurunan hampir di seluruh dunia. Hal ini dapat menimbulkan
dampak yang kurang baik bagi pasar saham dan akan berpengaruh pada keputusan
investasi yang dibuat oleh investor.
Perubahan harga saham adalah kenaikan atau penurunan dari harga saham
sebagai akibat dari adanya informasi baru yang mempengaruhi harga saham, harga
saham tersebut kemudian dibandingkan dengan harga saham tahun sebelumnya
(Jogiyanto, 2008:383). Menurut Nurhasanah (2014:32), perubahan harga saham
yang cukup tinggi akan memberikan keuntungan, yaitu berupa capital gain dan
citra yang lebih baik bagi perusahaan sehingga memudahkan bagi manajemen
untuk mendapatkan dana dari luar perusahaan.
NPM adalah keuntungan penjualan setelah menghitung seluruh biaya dan
pajak penghasilan. Margin ini menunjukkan perbandingan laba bersih setelah
pajak dengan penjualan (Harjito dan Martono, 2018:60). Penelitian mengenai
NPM terhadap perubahan harga saham masih menunjukkan inkonsistensi hasil-
hasil penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Khoiriyah (2018) menyatakan
bahwa hasil NPM berpengaruh positif terhadap harga saham. Begitu pula
Penelitian Amalya (2018), yang menunjukkan bahwa NPM berpengaruh
signifikan terhadap harga saham. Hasil tersebut berbeda dengan penelitian Ristanti
et al ., (2020), yang menunjukkan bahwa NPM tidak berpengaruh signifikan
terhadap perubahan harga saham.
Selanjutnya, EPS atau pendapatan perlembar saham adalah bentuk
pemberian keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham dari setiap
lembar saham yang dimilikinya (Fahmi, 2016:138). Sedangkan menurut Kasmir
(2018:115), EPS disebut juga dengan rasio nilai buku, merupakan rasio untuk
mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang
saham.
Penelitian mengenai EPS terhadap perubahan harga saham juga masih
menunjukkan inkonsistensi hasil-hasil penelitian. Hasil penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Purna Irawan (2017) menyatakan bahwa EPS berpengaruh
positif terhadap harga saham. Hal ini bertolak belakang dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sanjaya dan Yuliastanty (2018) yang menunjukkan bahwa EPS
tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Net Profit Margin (NPM)
Menurut Frida (2020:226), net profit margin (NPM) merupakan rasio
yang menggambarkan tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh dibandingkan
dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. Semakin tinggi
rasio ini maka semakin baik, karena berarti semakin tinggi pula laba bersih.
Sedangkan menurut Irnawati (2021:204), NPM merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur laba bersih sesudah pajak lalu dibandingkan dengan volume
penjualan. Semakin tinggi nilai net profit margin akan semakin baik. Artinya
setiap Rp 1 penjualan akan mampu memberikan besarnya laba neto perusahaan.
Perusahaan yang memiliki rasio NPM relatif besar akan memiliki
kemampuan untuk bertahan disaat kondisi keuangan yang sulit. NPM
menunjukkan besarnya keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan. Rasio ini
menampilkan tingkat efisiensi perusahaan sejauh mana perusahaan dapat menekan
biaya operasional pada periode tertentu. Sehingga semakin besar rasio ini maka
semakin baik pula kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba melalui
penjualan dengan menekan biaya-biaya yang baik.
Earning Per Share (EPS)
Earning per share atau pendapatan per lembar saham adalah laba bersih
yang diperoleh perusahaan per lembar saham. Keuntungan dan kerugian
perusahaan langsung tercermin di dalam earning per share ini. Jika nilai earning
per share positif, maka artinya perusahaan sedang dalam kondisi profit.
Sementara jika nilai earning per share negatif, maka artinya perusahaan sedang
dalam kondisi rugi (Kurniawan, 2020:20). Sedangkan menurut Stiawan (2021:14),
earning per share adalah pendapatan bersih perusahan dalam setahun dibagi
dengan total rata-rata lembar saham yang beredar. Nilai earning per share dapat
menunjukkan tingkat profitabilitas sebuah perusahaan dengan melihat laba bersih
yang dihasilkan setiap lembar saham. Ketika investor saham ingin melakukan
analisis fundamental maka nilai earning per share berada pada peringkat pertama
yang mesti diketahui.
Populasi dan sampel

Populasi pada penelitian ini adalah semua perusahaan-perusahaan


manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2017
sampai dengan 2021 sebanyak 220. Teknik pengambilan sampel menggunakan
teknik purposive sampling dan diperoleh hasil sampel sebanyak 46 sampel
perusahaan yang terdaftar di BEI pada periode 2017-2021. Metode yang
digunakan adalah analisis deskriptif dan verifikatif.
Operasionalisasi Variabel
1) Net Profit Margin (NPM)
Net profit margin merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
laba bersih sesudah pajak lalu dibandingkan dengan volume penjualan. Semakin
tinggi nilai net profit margin akan semakin baik. Artinya setiap Rp 1 penjualan
akan mampu memberikan besarnya laba neto perusahaan. Nilai net profit margin
menurut Sudarno (2022:95), dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Earning After Tax ( EAT )
Net Profit Margin ( NPM )=
Sales

2) Earning Per Share (EPS)


Earning per share adalah pendapatan bersih perusahan dalam setahun
dibagi dengan total rata-rata lembar saham yang beredar. Nilai earning per share
dapat menunjukkan tingkat profitabilitas sebuah perusahaan dengan melihat laba
bersih yang dihasilkan setiap lembar saham. Ketika investor saham ingin
melakukan analisis fundamental maka nilai earning per share berada pada
peringkat pertama yang mesti diketahui.
Pendapatan Setelah Pajak
Earning Per Share ( EPS )=
Jumlah Saham yang Beredar

Perubahan harga saham adalah kenaikan atau penurunan dari harga


saham sebagai akibat dari adanya informasi baru yang mempengaruhi harga
saham, harga saham tersebut kemudian dibandingkan dengan harga saham tahun
sebelumnya (Jogiyanto, 2018:383). Harga suatu saham yang terjadi di pasar bursa
pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh
permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar modal.
Perubahan Harga Saham =
Pt – Pt-1
Pt-1

Teknik Analisis Data


Statistik Deskriptif
Menurut Sugiyono (2019:147) menyatakan statistik digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang
telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau genaralisasi. Ukuran yang digunakan dalam deskripsi
antara lain berupa frekuensi, tendensi sentral (mean, median, dan modus), dispersi
(deviasi standar dan varian) dan koefisien korelasi antara variabel penelitian.
Pengukuran statistik deskriptif yang digunakan peneliti adalah sebagai berikut:
1) Rata-rata (Mean)
Rata-rata (mean) merupakan teknik penjelasan kelompok yang didasarkan
atas nilai rata-rata dari kelompok tersebut (Sugiyono, 2017:49). Rata-rata
(mean) merupakan cara yang paling umum digunakan untuk mengukur
nilai sentral suatu distribusi data berdasarkan nilai rata-rata. Rata-rata
(mean) ini didapat dengan menjumlahkan data seluruh data individu dalam
kelompok tersebut. Untuk menghitung rata-rata (mean) dapat
menggunakan rumus sebagai berikut:

∑ Xi
Me=
n
Keterangan:
Me = Rata-rata
Σ = Epsilon (jumlah)
Xi = Observasi ke-n
n = Jumlah sampel

2) Standar Deviasi
Standar deviasi merupakan ukuran penyimpangan yang diperoleh dari akar
kuadrat dari rata-rata jumlah kuadrat deviasi antara masing-masing nilai
dengan rata-ratanya. Digunakan untuk mengetahui seberapa besar data
bervariasi dengan nilai rata-rata. Formula untuk menghitung standar
deviasi adalah:

∑(𝑥𝑖 − 𝑥)2
𝑆=√
(𝑛 − 1)

Keterangan:
S = Simpangan baku sampel
n = Jumlah sampel
x = Rata-rata (mean)

Uji Asumsi Klasik


Diperlukan adanya uji asumsi klasik terhadap model yang telah
diformulasikan dengan menguji ada atau tidaknya gejala-gejala multikolinieritas,
heteroskedastisitas, autokorelasi dan normalitas.
1. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2018:161) uji normalitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal. Seperti pada t-test dan F-test mengasumsikan bahwa nilai residual
mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini di langgar maka uji statistik
menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada beberapa metode
untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi residual antara lain
dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (KS) pada aplikasi SPSS
dengan melihat angka probabilitas dengan ketentuan:
1) Nilai signifikan atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusi
dikatakan tidak normal.
2) Nilai signifikan atau nilai probabilitas > 0,05 maka distribusi
dikatakan normal.
2. Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2018:107) uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel-variabel bebas.
Pada model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
variabel bebas/variabel independen. Jika variabel bebas saling berkorelasi,
maka variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel
bebas yang nilai korelasi antara variabel bebasnya sama dengan nol. Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi
adalah sebagai berikut:
a. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris
sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen
banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.
b. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika
antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi
(umumnya di atas 0.90), maka hal ini merupakan indikasi adanya
multikolonearitas. Tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel
independen tidak berarti bebas dari multikolonieritas
Multikolonieritas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi
dua atau lebih variabel independen.
c. Multikolonieritas dapat juga dilihat dari (1) nilai tolerance dan
lawannya (2) variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini
menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan
oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana
setiap variabel independen menjadi variabel dependen (terikat) dan
diregres terhadap variabel independen lainnya. Tolerance
mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak
dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance
yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF =
1/tolerance). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan
adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance ≤ 0.10 atau sama
dengan nilai VIF ≥ 10. Kemudian menentukan tingkat kolonieritas
yang masih dapat ditolerir. Sebagai missal nilai tolerance = 0.10
sama dengan tingkat kolonieritas 0.95. Walaupun multikolonieritas
dapat dideteksi dengan nilai tolerance dan VIF, tetapi masih tetap
tidak mengetahui variabel-variabel independen mana sajakah yang
saling berkorelasi.
3. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas dalam model regresi dilakukan untuk
mengetahui apakah model sebuah regresi terjadi ketidaksamaan varians
dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang
baik adalah tidak terjadi heterokedatisitas. Pengujian ini dilakukan
dengan melihat pola tertentu pada grafik dimana sumbu y adalah yang
diperidiksi dan sumbu x adalah residual (y prediksi–y sesunggunya) yang
telah distandarkan. Dasar pengambilan keputusannya adalah:
1) Jika pola tertentu seperti titik-titik membentuk suatu pola yang
teratur (bergelombang melebar kemudian menyempit) maka terjadi
heterokedatisitas.
2) Jika tidak terdapat pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas
dan dibawah angka 0 (nol) pada sumbu y maka tidak terjadi
heterokedasitas.
4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi sering dikenal dengan nama korelasi serial dan sering
ditemukan pada data serial waktu (time series). Uji autokorelasi bertujuan
apakah dalam model regresi ada korelasi antara kesalahan penganggu pada
periode t dengan kesalahan pada periode t – 1 (sebelumnya). Model regresi
yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Uji autokorelasi
pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Durbin
Watson Statistic Test, dilakukan dengan tingkat signifikan 5%. Uji ini
mensyaratkan adanya konstanta dalam model regresi dan tidak ada
variabel lagi di antara variabel independen. Hipotesis yang akan diuji
adalah:
H0 : tidak ada autokorelasi (r = 0)
H1 : ada autokorelasi (r ≠ 0)
Dasar pengambilan keputusan yang dilakukan adalah deteksi autokolerasi
dengan cara ini dimulai dengan menghitung du dan d1 dengan
menggunakan Durbin Watson.
Ketentuan :
du < d < 4 – du = tidak ada autokorelasi
d < d1 = tidak ada autokorelasi positif
d > 4 – d1 = tidak ada autokorelasi negatif
d1 < d < du = tidak ada keputusan tentang autokorelasi
- du < d < 4 – d1 = tidak ada keputusan tentang autokorelasi

Pengujian Hipotesis
Adapun persamaan dari berganda dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :

Y = a + b1 X1 + b 2X2 + e

Dimana :
Y = Variabel tak bebas/terikat (Harga Saham)
a = Bilangan berkonstanta
b1,b2 = koefisien arah garis
X1 = Net profit margin (NPM)
X2 = Earning per share (EPS)
e = Tingkat kesalahan
Uji Simultan (F-test)
Uji F-test pada dasarnya digunakan untuk menunjukkan apakah semua
variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh positif
secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Adapun langkah-langkah yang
dilakukan dalam uji simultan F-test ini adalah sebagai berikut:
Merumuskan hipotesis
a. H0 : b1, b2 = 0, Net profit margin dan earning per share tidak berpengaruh
signifikan terhadap perubahan harga saham.
b. Ha : b1, b2 > 0, Secara bersama-sama net profit margin dan earning per
share
berpengaruh positif terhadap perubahan harga saham.
Menetapkan tingkat signifikansi taraf nyata sebesar 5% atau besarnya α
adalah 0,05.
Uji Parsial (t-test)
Uji ini juga dapat digunakan untuk mengetahui tanda koefisien regresi
masing-masing variabel bebas sehingga dapat ditentukan arah pengaruh masing
masing variabel bebas terhadap variabel terikat.
1) Variabel net profit margin
H0 : b1 = 0, Net profit margin tidak berpengaruh signifikan terhadap
perubahan harga saham
H1 : b1 > 0, Net profit margin berpengaruh positif terhadap perubahan
harga saham.
2) Variabel earning per share
H0 : b0 = 0, Earning per share tidak berpengaruh signifikan terhadap
perubahan harga saham.
H1 : b1 > 0, Earning per share berpengaruh positif terhadap perubahan
harga saham.
Hipotesis diuji pada tingkat signifikansi (α) sebesar 0,05. Jika tingkat
signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka hipotesis dapat dikonfirmasikan.
Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R²) mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen. Dapat dilihat dengan rumus
sebagai berikut:

Kd= r2 × 100%

Dimana:
Kd : Koefisien Determinasi
r : Koefisien Kolerasi

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Analisis Deskriptif

Tabel 4.3.
Analisis Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
NPM 230 -43.56 38.42 3.0230 32.24048
EPS 230 -191.87 1194.89 323.9150 554.62029
Harga Saham 230 50.00 10880.00 4426.2000 4706.10367
Valid N (listwise) 230

Dari tabel 4.3. tersebut merupakan output pengujian statistik deskriptif


yang menggambarkan deskripsi variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian. Minimum adalah nilai terkecil dari suatu pengamatan, rata-rata (mean)
merupakan nilai hasil penjumlahan seluruh data dengan banyaknya data,
sementara standar deviasi adalah akar dari jumlah kuadrat dengan banyaknya
nilai data dengan rata-rata dibagi dengan banyaknya data.

Uji Asumsi Klasik


Uji Normalitas
Pengujian normalitas dilakukan untuk melihat apakah nilai residual yang
diperoleh dari model mengikuti distribusi normal atau tidak. Hasil pengujian
menunjukkan residual berdistribusi normal apabila titik-titik yang terlihat pada
gambar hasil uji SPSS berada di sekitar garis diagonal. Adapun hasil uji
normalitas dapat dilihat pada gambar berikut:

Titik-titik yang menyebar disekitar garis diagonal menunjukkan residual


berdistribusi normal sehingga dapat disimpulkan bahwa residual data pada
pengaruh net profit margin dan earning per share terhadap perubahan harga
saham berdistribusi normal. Uji normalitas juga
dapat dilihat dengan menggunakan uji one sample kolmogorov-smirnov.

Tabel 4.7.
Uji Kolmogorov-Smirnov
Unstandardized Residual
N 230
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 3951.02671955
Most Extreme Differences Absolute .234
Positive .234
Negative -.163
Test Statistic .234
Asymp. Sig. (2-tailed) .357c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.

Hasil uji normalitas one sample Kolmogorov-smirnov test menunjukkan


bahwa residual data memiliki nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,357 atau nilai
sig lebih besar dari nilai standar alpha 5% (0,357 > 0,05) sehingga dapat dikatakan
bahwa residual data berdistribusi normal, hal ini konsisten dengan uji grafik
sebelumnya. Maka model telah memenuhi salah satu syarat untuk dilakukan
pengujian regresi.

Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Suatu model regresi
dikatakan mengalami multikolinearitas jika ada fungsi linear yang sempurna pada
beberapa atau semua independen variabel dalam fungsi linear. Hal ini
menunjukkan tidak adanya hubungan linear antara variabel independen yang
dipengaruhi dengan variabel dependen. Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat
pada tabel 4.8. sebagai berikut:

Tabel 4.8.
Unstandardized Standardized Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 1017.281 129.204 7.873 .000

NPM (X1) -62.472 13.343 -.270 -4.682 .000 .734 1.363


EPS (X2) 11.726 .881 .767 13.316 .000 .734 1.363
a. Dependent Variable: Harga Saham
Sumber: hasil pengolahan SPSS

Uji Multikolinearitas
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui nilai VIF net profit margin dan
earning per share berada dibawah 10 yaitu sama sebesar 1,363 dan nilai tolerance
net profit margin dan earning per share diatas 0.10 yaitu sama 0,734 maka
dipastikan data dari variabel independen net profit margin dan earning per share
tidak terjadi multikolinearitas.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan melalui pengujian terhadap nilai uji Durbin
Watson (DW Test) untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi dalam suatu
model regresi. Dikatakan tidak terdapat autokorelasi jika terletak diantara DU dan
4-DU.

Tabel 4.9.
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
1 .669a .447 .443 1762.201 1.481
a. Predictors: (Constant), EPS (X2), NPM (X1)
b. Dependent Variable: Harga Saham

Hasil Uji Autokorelasi

Tabel 4.10.
Durbin-Watson Test Bound
K=2
N dL dU
230 1,748 1,789

Dari tabel hasil uji autokorelasi diatas dapat diperoleh nilai Durbin
Watson (DW) sebesar 1,481. Untuk memperoleh nilai dU dapat dilihat pada tabel
DW, dimana dengan jumal sampel (n) yaitu 230 dan jumlah variabel independen
(k) yaitu 2 dengan signifikansi 5% atau α = 0,05 maka diperoleh nilai DW 1,789 <
1,481 ≤ 4 – 1,789 maka disimpulkan bahwa model tidak ada korelasi positif.
Uji autokorelasi dapat dilihat bahwa nilai DW untuk penelitian ini adalah
sebesar 1,481 berada diantara -2 sampai +2 artinya tidak terjadi autokorelasi.
Maka model regresi dalam penelitian ini terbebas dari masalah autokorelasi.

Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini diuji dengan uji Glejser. Uji
Glejser bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan
varian dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain. Model regresi yang
baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas jika sig > 0,05 atau 5%.

Tabel 4.11.
Uji Heteroskedastisitas
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 983.313 96.291 10.212 .000

NPM (X1) -53.473 9.944 -.383 -5.377 .745


EPS (X2) 3.807 .656 .413 5.800 .362
a. Dependent Variable: ABS
Sumber: hasil pengolahan SPSS

Berdasarkan tabel 4.11. diatas variabel net profit margin nilai


signifikansinya adalah 0,745 dan earning per share nilai signifikansinya adalah
0,362. Dapat disimpulkan bahwa untuk model regresi yakni pengaruh net profit
margin dan earning per share terhadap perubahan harga saham tidak mengandung
adanya heteroskedastisitas karena variabel net profit margin dan earning per
share nilai signifikansinya lebih besar dari 5% atau 0,05.

Analisis Korelasi
Korelasi merupakan suatu cara atau metode untuk mengetahui ada atau
tidaknya hubungan linear antara variabel. Apabila terdapat hubungan maka
perubahan-perubahan yang terjadi pada salah satu variabel bebas akan
mengakibatkan terjadinya perubahan pada variabel terikat. Dinyatakan dalam
bentuk hubungan positif atau negatif, sedangkan kuatnya hubungan dinyatakan
dalam besarnya koefisien korelasi.

Tabel 4.12.
Analisis Korelasi
Harga Saham NPM (X1) EPS (X2)
Pearson Correlation Harga Saham 1.000 .126 .628
NPM (X1) .126 1.000 .516
EPS (X2) .628 .516 1.000
Sig. (1-tailed) Harga Saham . .028 .000
NPM (X1) .028 . .000
EPS (X2) .000 .000 .
N Harga Saham 230 230 230
NPM (X1) 230 230 230
EPS (X2) 230 230 230

Sumber: hasil pengolahan SPSS


Berdasarkan tabel diatas diketahui nilai korelasi antara variabel net profit
margin dengan harga saham sebesar 0,126 sehingga dapat diketahui tingkat
hubungan antara net profit margin dengan harga saham termasuk tingkat korelasi
yang sangat rendah yang berada pada interval 0,0-0,199. Nilai antara variabel
earning per share dengan harga saham yaitu sebesar 0,628 sehingga dapat
diketahui tingkat hubungan antara earning per share dengan harga saham
termasuk tingkat korelasi yang kuat berada di interval 0,60-0,799.

Pengujian Hipotesis
Analisis Regresi Berganda
Analisis linear berganda bertujuan untuk menguji apakah ada tidaknya
pengaruh antara variabel-variabel lainnya dalam bentuk persamaan regresi dan
berfungsi untuk mencari pengaruh dalam dua variabel atau lebih variabel
independennya atau variabel bebas terhadap variabel dependen atau variabel
terikat. Guna memperoleh hasil yang lebih akurat, penulis menggunakan bantuan
program software SPSS versi 25 dari tabel coefficient maka dihasilkan output pada
tabel berikut:
Tabel 4.13.
Uji Analisis Regresi Berganda
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1017.281 129.204 7.873 .000

NPM (X1) 62.472 13.343 -.270 4.682 .000


EPS (X2) 11.726 .881 .767 13.316 .000

Berdasarkan hasil dari tabel 4.13. diatas analisis uji regresi linier
berganda pada penelitian ini diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai
berikut:
Y = 1.017,281 + 62,472 + 11,726
Persamaan regresi di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Konstanta sebesar 1.017,28, artinya jika net profit margin dan earning per
share nilainya adalah 0, maka harga saham nilainya adalah Rp. 1.017,281.
b. Koefisien regresi variabel net profit margin sebesar 62,472, artinya jika
variabel independen lain nilainya tetap dan net profit margin mengalami
kenaikan 1%, maka harga saham akan mengalami kenaikan sebesar Rp.
62,472. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara net
profit margin dengan perubahan harga saham, semakin naik net profit margin
maka semakin meningkat harga saham.
c. Koefisien regresi variabel earning pe share sebesar 11,726, artinya jika
variabel independen lain nilainya tetap dan earning pe share mengalami
kenaikan 1%, maka perubahan harga saham akan mengalami peningkatan
sebesar Rp. 11,726. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif
antara earning pe share dengan perubahan harga saham, semakin naik
earning pe share maka semakin meningkat harga saham.
d. Nilai standard error untuk meminimalisir kesalahan yang terjadi sehingga
nilai e disini adalah 129,204.

Uji Parsial (t-test)


Menurut Ghozali (2018:98), uji statistik t pada dasarnya menunjukkan
seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam
menerangkan variasi dependen.
Menurut kriteria pengujian:
1) Jika nilai probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha tidak menolak.
2) Jika nilai probabilitas > 0,05 maka H0 tidak menolak dan Ha ditolak.
Hasil uji signifikansi parameter individual (uji statistik t-test) adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.14.
Uji Statistik t-test
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1017.281 129.204 7.873 .000

NPM (X1) 62.472 13.343 -.270 4.682 .000


EPS (X2) 11.726 .881 .767 13.316 .000

Berdasarkan tabel 4.14. menunjukkan hasil pengujian regresi linear


berganda pada tingkat signifikansi 5%, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Pengaruh Net Profit Margin (NPM) terhadap Perubahan Harga Saham
Variabel net profit margin diperoleh koefisien delta sebesar 62.472 dan
nilai t-test hitung 4.682 > 1.65 dan nilai signifikansi sebesar 0.000 < 0.05. Maka

dapat disimpulkan bahwa hipotesis H0 ditolak dan Ha tidak menolak. Sehingga


dalam penelitian ini menyatakan bahwa net profit margin berpengaruh positif
terhadap perubahan harga saham.

Pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap Perubahan Harga Saham


Variabel earning per share diperoleh koefisien delta sebesar 11.726 dan
nilai t-test hitung 13.316 > 1.65 dan nilai signifikansi sebesar 0.000 < 0.05. Maka
dapat disimpulkan bahwa hipotesis H0 ditolak dan Ha tidak menolak. Sehingga
dalam penelitian ini menyatakan bahwa earning per share berpengaruh positif
terhadap perubahan harga saham.

Uji Simultan (F-test)


Uji F-test pada dasarnya digunakan untuk menunjukkan apakah semua
variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel terikat secara signifikan. Dengan demikian F-test
dapat membuktikan apakah variabel-variabel independen yakni net profit margin
dan earning per share secara simultan mempunyai pengaruh terhadap variabel
dependen yaitu perubahan harga saham. Dimana pada uji F-test terdapat kriteria
uji hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:
1) Jika nilai probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha tidak menolak.
2) Jika nilai probabilitas > 0,05 maka H0 tidak menolak dan Ha ditolak.

Tabel 4.15.
Uji Statistik F-test
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 570890165.669 2 285445082.835 91.920 .000b
Residual 704914928.313 227 3105352.107

Total 1275805093.983 229

a. Dependent Variable: Harga Saham


b. Predictors: (Constant), EPS (X2), NPM (X1)

Berdasarkan tabel 4.15. diatas dapat dilihat nilai signifikansinya yaitu


0,00 < 0,05 artinya variabel net profit margin dan earning per share bersama-
sama berpengaruh secara simultan terhadap perubahan harga saham. Lalu
diperoleh F-test sebesar 91,920 > 2,71 yang artinya H0 ditolak hal tersebut
menunjukkan bahwa net profit margin dan earning per share berpengaruh secara
simultan terhadap perubahan harga saham.
Koefisien Determinasi
Menurut Ghozali (2018:97), koefisien determinasi (R2) pada intinya
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang
kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-
variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk
data silang (crossection) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara
masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time series)
biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi.

Tabel 4.16.
Koefisien Determinasi
Model R R Square

1 .669a .447

Besarnya koefisien determinasi sebagai berikut:


Kd = R2 x 100%
= 0,447 x 100%
= 44,7%
Berdasarkan tabel 4.16. hasil output statistik diatas menunjukkan bahwa
nilai R2 yaitu sebesar 0,447, hal ini berarti koefisien determinasi sebesar 44,7%
dan variansi variabel dependen mampu dijelaskan oleh variabel independen yaitu
net profit margin dan earning per share.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Dalam penelitian ini menganalisis Pengaruh net pofit margin dan earning
per share Terhadap Perubahan Harga Saham di Perusahaan Manufaktur Periode
2017-2021. Berdasarkan rumusan masalah, uji hipotesis dan pembahasan terhadap
variabel di dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Rata-rata nilai net profit margin pada perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) memiliki trendline yang fluktuatif setiap
tahunnya. Nilai rata-rata net profit margin perusahaan manufaktur dikatakan
baik dikarenakan pada tahun 2017, 2018 dan 2021 mengalami kenaikan,
walaupun ditahun 2019 dan tahun 2020 terjadi penurunan. Dikatakan baik
karena disebabkan oleh penerimaan laba bersih dan penjualan beberapa
perusahaan mengalami kenaikan.
2. Rata-rata nilai earning per share selama periode tahun 2017-2021 cenderung
fluktuatif. Nilai earning per share selama 2019-2020 mengalami penurunan
secara signifikan dan pada tahun 2021 angkanya meningkat walaupun tidak
signifikan dibanding tahun 2017. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja
perusahaan mengalami penurunan sehingga menurunkan minat investor
dalam menanamkan modalnya.
3. Rata-rata nilai harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI mengalami fluktuasi sepanjang periode penelitian yaitu rentang tahun
2017 sampai dengan 2021 dimana harga saham pada perusahaan manufaktur
dikatakan tidak baik walaupun di tahun 2018 mengalami kenaikan tetapi
terdapat penurunan harga saham 3 tahun berturut-turut dari tahun 2019
sampai tahun 2021 sehingga perusahaan dituntut untuk meningkatkan kinerja
perusahaannya untuk menarik investor.
4. Berdasarkan hipotesis pertama (H1) yang telah dilakukan perhitungan dengan
program SPSS diperoleh bahwa net profit margin berpengaruh secara positif
terhadap perubahan harga saham. Hasil pengujian secara parsial dan simultan
juga menunjukkan bahwa net profit margin berpengaruh positif terhadap
perubahan harga saham.
5. Berdasarkan hasil perhitungan dengan program SPSS pada hipotesis kedua
(H2) secara parsial dan simultan earning per share berpengaruh positif
terhadap perubahan harga saham. Hal ini menunjukkan bahwa apabila nilai
earning per share semakin besar maka semakin besar juga keberhasilan
perusahaan dalam menjalankan usahanya.
Saran
Saran Teoritis
Berdasarkan hasil penelitian, model yang cocok untuk mendeteksi
Perubahan Harga Saham pada perusahaan manufaktur adalah menggunakan net
pofit margin dan earning per share karena keduanya memiliki pengaruh positif.
Saran Praktis
Berdasarkan hasil penelitian, agar dapat mendeteksi adanya Perubahan
Harga Saham, maka pihak yang berkepentingan dalam laporan keuangan
sebaiknya memperhatikan aspek-aspek net pofit margin dan earning per share
dalam laporan keuangan yang diprediksikan dapat mempengaruhi Perubahan
Harga Saham, sehingga diharapkan dapat mengurangi kesalahan bagi investor
atau calon investor dalam pengambilan keputusan.
Bagi Perusahaan penelitian ini untuk meningkatkan kepercayaan
pemegang saham terhadap perusahaan, maka perusahaan harus mampu
menunjukkan kinerja perusahaan yang bagus dan menyampaikan informasi yang
cukup kepada investor mengenai perkembangan perusahaan. Pengumuman
mengenai dividen merupakan salah satu informasi penting yang harus
disampaikan oleh perusahaan pada pemegang saham. Supaya semakin menarik
minat investor untuk menanamkan sahamnya untuk perusahaan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Amalya, Neneng Tita. 2018. Pengaruh return on assets, return on equity, net
profit magin, dan debt to equity ratio terhadap harga saham. Jurnal
sekuritas. Vol. 1, Maret 2018, Hal 157-181.
Azmi, dkk. 2016. Analisis Pengaruh Net Profit Margin (NPM), Return On Assets
(ROA) dan Current Ratio (CR) Terhadap Harga Saham Emiten LQ45
Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2010-2014. Journal
Of Accounting, 2(2).
Brigham and Houston. 2018. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Salemba
Empat. Jakarta.
Bungin, Burhan. 2016. Analisis data penelitian kualitatif. B Bungin. Jakarta:
Kencana.
Fahmi, Irham. 2016. Pengantar Manajemen Keuangan. Bandung : ALFABETA.
Fauziah, Fenty. 2017. Kesehatan Bank, Kebijakan Dividen dan Nilai Perusahaan.
Penerbit RU Pustaka Horizon Samarinda.
Ghozali, Imam. 2018. Aplikasi analisis multivariate dengan program IBM SPSS
25 update PLS Regresi. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Semarang.
Gunardi, Ardi. 2010. Perubahan Kinerja Keuangan Terhadap Perubahan Harga
Saham Pada Perusahaan Food and Beverages. Jurnal Riset Bisnis dan
Manajemen (JRBM), Vol. 3 No. 1, Februari 2010.
Harjito, A., & Martono. 2018. Manajemen Keuangan (2nd ed.). Ekonisia.
Hartono, Jogiyanto. 2016. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi
Kesepuluh.Yogyakarta.
Herry. 2015. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: CAPS (Center for.
Academic Publishing Service).
Ikatan Akuntan Indonesia. 2015. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
Penyajian Laporan Keuangan Jakarta.
Jogiyanto, Hartono. 2016. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi
Kesepuluh. BPFE. Yogyakarta.
Kasmir. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan Keempat. PT Raja Grafindo
Persada: Jakarta.
Kuncoro, Mudrajad. 2007. Metode Kuantitatif. Edisi Ketiga. Yogyakarta. Unit
Penerbit dan Percetakan (UPP) STIM YKPN.
Maulana, Firman. 2014. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga
Saham pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Periode 2010-2012. Jurnal Akuntansi, Fakultas Ekonomi.
Universitas Jember. Jember.
Sekaran, U. & Bougie, R. 2016. Research Methods or Business. United Kingdom:
Wiley.
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (edisi 27).
Bandung: Alfabeta.
Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi. Edisi
Pertama. Yogyakarta: KANISIUS.
Widoatmodjo, S. 2009. Pasar Modal Indonesia: Pengantar dan Studi Kasus.
Bogor: Ghalia Indonesia.
Yunengsih Y., Icih, dan A. Kurniawan. 2018. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Net
Profit Margin, Debt To Equity Ratio, Kepemilikan Manajerial dan
Reputasi Auditor Terhadap Praktik Perataan Laba (Income Smoothing).
Accounting Research Journal of Sutaatmadja, 2(2): 31- 52.
Zulfikar. 2016. Pengantar Pasar Modal Dengan Pendekatan Statistika. Gramedia.
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai