Anda di halaman 1dari 2

Demokrasi Terpimpin

Adanya kegagalan konstituante dalam menetapkan dan membahayakan keselamatan bangsa


dan negara, pada 5 Juli 1959 Presiden Sukarno mengeluarkan suatu keputusan bernama Dekrit
Presiden.  Dekrit Presiden dilihat sebagai usaha untuk mencari jalan dari kemacetan politik
melalui pembentukan kepemimpinan yang kuat. Sehingga pada saat itu digunakan demokrasi
terpimpin.  Demokrasi Indonesia Periode Demokrasi Terpimpin (1959-1965) Istilah demokrasi
terpimpin pertama kali digunakan secara resmi dalam pidato Presiden Sukarno pada 10
November 1956 pada pembukaan sidang konstituante di Bandung. 

Gagasan Presiden Soekarno pada konstituante tersebut dikenal sebagai Konsepsi Presiden
1957. Pokok-pokok pikiran dalam konsepsi itu yakni:

 Dalam pembaruan struktur politik harus diberlakukan sistem demokrasi terpimpin yang
didukung oleh kekuatan-kekuatan yang mencerminkan aspirasi masyarakat secara
seimbang.
 Pembentukan kabinet gotong royong berdasarkan imbangan kekuatan masyarakat yang
terdiri atas wakil partai-partai politik dan kekuatan golongan politik baru, golongan
fungsional atau golongan karya.

Maka pada 9 April 1957, Soekarno melantik kabinet berkaki empat atau Kabinet Karya.  Empat
unsur yang terwakilkan di Kabinet Karya yakni Partai Nasional Indonesia (PNI), Masyumi,
Nahdlatul Ulama (NU), dan Partai Komunis Indonesia (PKI). Sementara golongan politik dari
masyarakat ditampung dalam Dewan Nasional yang disahkan pada 6 Mei 1957. Dewan Nasional
diketuai Soekarno dengan wakil ketua Roeslan Abdul Gani. Isinya 41 wakil dari berbagai
golongan karya mulai dari pemuda, tani, buruh, wanita, cedekiawan, agama, kedaerahan, dan
lain-lain.

Pemberlakuan Demokrasi Terpimpin Demokrasi Terpimpin yang sudah dirintis pada 1957,
sebenarnya baru resmi berjalan sejak 1959, ketika Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden.
Dekrit Presiden dikeluarkan karena ketidakstabilan pemerintah. Badan Konstituante untuk
menetapkan undang-undang baru untuk mengganti UUDS 1959.

Badan Konstituante adalah lembaga negara yang dibentuk lewat Pemilihan Umum (Pemilu)
1955. Badan tersebut dibentuk untuk merumuskan UU baru. Tapi sejak dimulai persidangan
pada 1956 hingga 1959, Badan Konstituante tidak berhasil merumuskan UU baru. Kondisi itu
membuat Indonesia semakin buruk dan kacau. Banyak muncul pemberontakan di daerah-
daerah, mereka tidak mengakui keberadaan pemerintahan pusat dan membuat sistem
pemerintahan sendiri.

Pada 22 April 1959 diadakan sidang lengkap Konstituante di Bandung. Pada sidang tersebut
Presiden Soekarno mengusulkan untuk kembali ke UUD 1945. Dalam pidatonya, Soekarno
mengkritik cara kerja Konstituante yang kurang mengalami kemajuan selama dua tahun lima
bulan dan 12 hari. Baca juga: Politik Luar Negeri Indonesia Masa Demokrasi Terpimpin
Kemudian meminta supaya usul pemerintah disetujui dengan segera. Usulan Presiden Soekarno
untuk kembali ke UUD 1945 terjadi pro dan kontra, ada yang mendukung dan menolak.Dua
partai besar, PNI dan PKI menerima usul rencana pemerintah tentang UUD 1945, sedangkan
Masjumi menolak. Di kalangan yang menolak menjelaskan kekhwatirannya tentang akibat-akibat
pelaksanaan Demokrasi Terpimpin dengan pelaksanaan UUD 1945. Namun dalam sidang
Konstituante telah beberapa kali dilakukan pemungutan suara tidak berhasil memecahkan usul
pemerintah tersebut. Akhirnya pada 5 Juli 1959, di Istana Merdeka, Presiden Soekarno
mengeluarkan Dekrit Presiden yang berisi:

 Dibubarkannya Konstituante.
 Diberlakukannya kembali UUD 1945 .
 Tidak berlakunya lagi UUDS 1950 Dibentuknya Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sementara (MPRS) dan Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS) yang
diberlakuakan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya .

Dengan adanya Dekrit Presiden, maka sistem pemerintahan liberal dan kabinet parlementar
berakhir. Kemudian diganti dengan sistem pemerintahan terpimpin dan kabinet diganti dengan
predensial.
ada 3 hal utama yang melatarbelakangi keputusan presiden memberlakukan demokrasi terpimpin di
Indonesia yaitu:

1.Aspek Politik
Konstituante dinilai gagal dalam menyusun UUD baru untuk menggantikan UUDS 1950.
2.Aspek Keamanan
Banyak terjadi gerakan separatis di berbagai daerah di masa demokrasi liberal
yangmenyebabkan ketidastabilan keamanan negara.
3.Aspek Ekonomi
Sering terjadi pergantian kabinet menyebabkan program-program yang dirancang tidak
dapat dilaksanakan maksimal.

Keadaan negara di bidang politik dan di bidang ekonomi

 Pada masa demokrasi terpimpin ini peranan partai politik mulai dikurangi, sedangkan di
pihak lain, peranan presiden sangat kuat. Partai politik pada saat ini dikenal dengan
NASAKOM Pada masa demokrasi terpimpin,
  kondisi perekonomian Indonesia sangat tidak stabil. Hal tersebut dibuktikan dengan
sejumlah permasalahan yang ada, seperti inflasi yang tinggi, menipisnya cadangan devisi,
kegiatan ekspor dan impor yang macet, hingga naiknya harga kebutuhan pokok masyarakat.
(Nasional, Agama dan Komunis) yang diwakili oleh NU, PNI dan PKI.

Anda mungkin juga menyukai