Anda di halaman 1dari 89

ANALISA DAN DESAIN STRUKTUR RANGKA BATANG

BAJA RINGAN UNTUK PERENCANAAN JEMBATAN


SEDERHANA

TUGAS AKHIR

Oleh

PRIYANDA DIMARSHA PUTRA


NBP 1210922051

JURUSAN TEKNIK SIPIL-FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2016
ANALISA DAN DESAIN STRUKTUR RANGKA BATANG
BAJA RINGAN UNTUK PERENCANAAN JEMBATAN
SEDERHANA

TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan
Program Strata -1 pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Andalas Padang

Oleh
PRIYANDA DIMARSHA PUTRA
NBP 1210922051

Pembimbing
SABRIL HARIS HG, Ph.D

JURUSAN TEKNIK SIPIL-FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2016
ABSTRAK

Jembatan sebagai sarana penghubung transportasi memiliki


keberadaan penting dalam pemenuhan kebutuhan manusia. Dalam
pelaksanannya, konstruksi jembatan merupakan konstruksi skala besar
baik dalam material dan pengerjaannya sehingga akan terkendala pada
kondisi geografis tertentu seperti pada daerah terpencil yang sulit
dijangkau. Material baja ringan yang sudah cukup populer di kalangan
masyarakat karena pelaksanaanya cukup mudah dilakukan serta dapat
dibentuk menjadi struktur rangka batang untuk meningkatkan kekuatan
dapat digunakan sebagai material konstruksi jembatan sederhana
bentang pendek dengan beban lalu lintas yang tidak terlalu besar. Perlu
dilakukan analisa dan desain jembatan sederhana dengan material baja
ringan yang mampu memikul beban lalu lintas yang terjadi. Dalam tugas
akhir ini dilakukan perencanaan struktur rangka batang baja ringan
untuk jembatan sederhana lebar 3 meter dengan panjang bentang 6 meter
hingga 8 meter, dengan profil baja ringan pada struktur rangka berupa
profil canal ganda berbentuk boks. Analisa struktur rangka dilakukan
secara 2 dimensi dengan menggunakan software SAP 2000 v.11 serta
analisa garis pengaruh akibat beban lalu lintas. Hasil analisa
pembebanan struktur rangka akan dibandingkan dengan kapasitas
penampang terhadap aksial tarik dan tekan berdasarkan SNI 7971:2013
tentang struktur baja canai dingin dari profil canal C.75.35.045 ganda
boks untuk bentang 6 meter dan profil canal C.100.40 ganda boks untuk
bentang 8 meter. Hasil penulisan tugas akhir ini berupa rekomendasi
ukuran dan bentuk struktur rangka batang baja ringan serta profil yang
digunakan pada perencanaan jembatan sederhana dengan bentang 6
meter dan 8 meter.

Kata Kunci : jembatan sederhana, struktur rangka batang, baja ringan,


aksial tarik, aksial tekan.

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan


karunia-Nya sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.
Tugas akhir ini berjudul “Analisis Dan Desain Struktur Rangka BAtang
Baja Ringan untuk Perencanaan Jembatan Sederhana”. Tugas akhir ini
disusun dalam rangka memenuhi persyaratan akademis untuk
menyelesaikan Program Strata-1 Teknik Sipil Universitas Andalas.
Pada kesempatan ini ucapan terima kasih dan penghargaan
penulis sampaikan kepada:
1. Kedua orang tua, atas segala do’a, kasih sayang, pengertian,
perhatian, dan dukungan yang telah diberikan
2. Bapak Sabril Haris HG, Ph.D selaku dosen pembimbing atas
segala bimbingan ilmu dan arahannya.
3. Seluruh dosen, staf pengajar, dan karyawan Jurusan Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Andalas atas ilmu dan
kerjasama dalam pengerjaan tugas akhir ini.
4. Rekan-rekan mahasiswa yang selalu mendukung dan
memberikan motivasi selama penulis menyelesaikan tugas
akhir ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini tidak


terlepas dari kekurangan oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak.

i
Penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat dan
berguna serta menambah wawasan kita semua. Mudah-mudahan Allah
SWT memberkati kita semua.
Padang, Oktober 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI

ABSTRAK...........................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..............................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR........................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................vii

BAB I – PENDAHULUAN................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Tujuan dan Manfaat................................................................................2
1.3 Batasan Masalah.....................................................................................2
1.4 Sistematika Penulisan.............................................................................3

BAB II – TINJAUAN PUSTAKA......................................................................5


2.1 Definisi Jembatan...................................................................................5
2.2 Material Baja Ringan..............................................................................6
2.2.1. Gambaran Umum..........................................................................6
2.2.2. Bentuk dan Profil Baja Ringan......................................................7
2.3 Struktur Rangka Batang..........................................................................8
2.3.1. Prinsip- Prinsip Umum Rangka Batang.........................................8
2.3.2. Analisa Rangka Batang...............................................................11
2.3.3. Desain Rangka Batang.................................................................13
2.3.4. Tinggi Rangka Batang.................................................................14
2.4 Kapasitas Nominal Penamampang........................................................15
2.4.1. Kapasitas Nominal Penampang yang menerima Aksial Tarik ... 15
2.4.2. Kapasitas Nominal Penampang yang menerima Tekan
Pembebanan Konsentris..............................................................16

i
BAB III – METODOLOGI PENELITIAN.......................................................19
3.1 Studi Literatur Jembatan Sederhana......................................................19
3.2 Studi Literatur Struktur Rangka Batang................................................19
3.3 Studi Literatur Kapasitas Penampang Baja Ringan...............................19
3.4 Analisa Struktur Rangka Baja Ringan Jembatan Sederhana..................20
3.5 Rekomendasi Bentuk dan Ukuran Rangka Batang................................21
3.6 Diagram Alir.........................................................................................23

BAB IV – HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................24


4.1 Perencanaan Bentuk Rangka Baja.........................................................24
4.1.1 Bentuk Rangka Batang.................................................................24
4.1.2 Ukuran Rangka Batang................................................................26
4.2 Permodelan Struktur.............................................................................28
4.3 Pembebanan..........................................................................................31
4.3.1 Beban Mati..................................................................................31
4.3.2 Beban Hidup................................................................................34
4.4 Analisa Gaya Dalam Struktur Rangka..................................................35
4.5 Pengecekan Kapasitas Penampang........................................................39
4.5.1 Kapasitas Nominal Penampang bentang 6 meter.........................39
4.5.2 Kapasitas Nominal Penampang bentang 8 meter.........................41

BAB V – KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................43


5.1 Kesimpulan...........................................................................................43
5.2 Saran.....................................................................................................44

DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tinggi Rencana Rangka Batang.....................................................14


Tabel 4.1 Gaya Aksial Rangka Batang Baja Ringan bentang 6 meter............36
Tabel 4.2 Gaya Aksial Rangka Batang Baja Ringan bentang 8 meter............37

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bentuk Profil Cold Formed Shapes (Oentoeng, 2004)...................8


Gambar 2.2 Rangka Batang dan Prinsip dasar Triangulasi (Schodek,1999) 9
Gambar 2.3 Kestabilan internal pada Rangka Batang (Schodek,1999)............11
Gambar 2.4 Penggunaan batang kaku (bracing) diagonal (Schodek,1999) ... 12
Gambar 2.5 Diagram Gaya-Gaya Batangyang bekerja pada titik hubung
(Schodek, 1999)...........................................................................13
Gambar 3.1 Skema Jembatan Sederhana Rangka Batang...............................20
Gambar 3.2 Profil penampang yang dipakai....................................................21
Gambar 4.1 Gaya yang terjadi pada rangka batang.........................................25
Gambar 4.2 Potongan memanjang Jembatan bentang 6 meter.........................26
Gambar 4.3 Potongan melintang Jembatan.....................................................26
Gambar 4.4 Potongan memanjang Jembatan bentang 8 meter.........................27
Gambar 4.5 Potongan melintang Jembatan.....................................................27
Gambar 4.6 Data Material Baja Ringan...........................................................28
Gambar 4.7 Section Properties profil baja ringan...........................................29
Gambar 4.8 Bentuk permodelan struktur rangka batang..................................29
Gambar 4.9 Release Frame.............................................................................30
Gambar 4.10 Permodelan struktur setelah Release Frame................................30
Gambar 4.11 Skema pembebanan kendaraan....................................................35

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Garis Pengaruh Rangka Batang


Lampiran 2 Perhitungan Kapasitas Nominal Penampang terhadap aksial tarik
dan aksial tekan Berdasarkan SNI – 7971 : 2013

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan ilmu konstruksi bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan manusia yang semakin lama semakin banyak. Salah satu
kebutuhan manusia yang patut diperhitungkan yaitu aspek transportasi.
Dalam proses transportasi jembatan merupakan hal penting yang perlu
diperhatikan. Keberadaan jembatan akan membuat arus transportasi dari
satu tempat ketempat lain yang terpisahkan akibat sungai maupun
jurang. Pembangunan jembatan di daerah terpencil saat ini gencar
dilaksanakan pemerintah untuk membantu peningkatan pembangunan
daerah. Namun, banyak hal yang membuat pelaksanaan pembangunan
jembatan berjalan lambat seperti ruang yang dibutuhkan dalam
konstruksi
yang besar dan pengerjaan yang sulit dilakukan.
Penggunaan material konstruksi jembatan juga mempengaruhi
pelaksanaan pada daerah terpencil. Material seperti beton prategang atau
baja gelagar akan sulit dibawa menuju lokasi konstruksi yang berada di
daerah terpencil. Serta konstruksi jembatan dengan beton prategang
ataupun baja gelagar akan sulit untuk dilakukan di daerah terpencil
karena membutuhkan bantuan alat berat.
Diperlukan material yang memenuhi parameter kekuatan dan
keamanan dalam memikul beban yang timbul pada jembatan serta
mudah dalam pelaksanaannya. Penggunaan material baja ringan sebagai
struktur jembatan dapat dijadikan salah satu penyelesain masalah
tersebut.
Konstruksi baja ringan cukup mudah dilakukan dan mobilitas dari
material yang tinggi sehingga dapat dibawa ke daerah terpencil.
Material baja ringan memang tidak mampu memikul beban
yang begitu besar. Namun, salah satu kelebihan dari baja ringan yaitu
baja ringan dapat dibentuk menjadi struktur rangka. Dengan dibentuk
menjadi struktur rangka diharapkan baja ringan dapat memikul beban
dari jembatan.
Oleh karena itu, diperlukan sebuah studi desain jembatan
sederhana dari baja ringan sebagai struktur utama. Jembatan sederhana
baja ringan akan dibuat menjadi suatu struktur rangka untuk
meningkatkan kekuatan baja ringan dalam memikul beban jembatan.
Studi ini akan mendesain bentuk sistem rangka dan menganalisa
kekuatan dari penampang baja ringan yang digunakan terhadap gaya
aksial yang muncul dari beban jembatan.

1.2 Tujuan dan Manfaat


Tujuan dari penelitian ini yaitu mendesain jembatan sederhana
dengan sistem struktur rangka dari baja ringan serta menghitung
kekuatan dari struktur rangka terhadap gaya aksial tekan dan tarik yang
timbul.
Manfaat penelitian ini yaitu dapat dijadikan acuan dalam
perencanaan konstruksi jembatan sederhana dengan menggunakan
sistem rangka dari material baja ringan.

1.3 Batasan Masalah


Untuk menghindari perluasan masalah-masalah yang tidak
terkait dengan tugas akhir ini, maka ditetapkan masalah-masalah yang

2
menjadi titik berat yaitu:

3
1. Struktur dibentuk seperti struktur rangka.
2. Profil baja ringan yang digunakan yaitu penampang
C75.35.075 yang digandakan.
3. Perencanaan desain penampang profil baja ringan dan
sambungan berdasarkan SNI 7971:2013 tentang struktur
baja canai dingin.
4. Analisa perhitungan struktur menggunakan software SAP
2000.
5. Jembatan direncanakan memiliki lebar 3 meter
6. Bentang jembatan yang direncanakan yaitu 6 meter dan 8
meter.
7. Jembatan direncanakan sanggup dilewati kendaraan kecil
seperti mobil pick-up.

1.4 Sistematika Penulisan


Penulisan tugas akhir ini terdiri dari 5 bab, setiap bab terdiri dari
beberapa subbab untuk menjelaskan pokok bahasan bab. Adapun
sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Berisikan tentang latar belakang, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan Pustaka
Berisikan studi pustaka mengenai perencanaan jembatan
sederhana, struktur rangka batang, sifat dan perilaku baja
ringan, serta landasan teori perhitungan kapasitas nominal
penampang baja ringan.

4
BAB III : Metodologi penelitian
Berisikan metodologi penelitian berupa bagan alir dan tahap-
tahap desain struktur rangka batang baja ringan untuk
jembatan sederhana.
BAB IV : Hasil dan Pembahasan
Menganalisis gaya aksial yang ditimbulkan akibat
pembebanan pada struktur rangka batang baja ringan
jembatan sederhana, serta perbandingan dengan kapasitas
nominal penampang.
BAB V : Kesimpulan dan Saran
Berisikan kesimpulan dan saran dari analisis yang telah
dilakukan pada tugas akhir ini.

5
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA

2.1 Definisi Jembatan


Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya untuk
meneruskan jalan melalui suatu rintangan yang berada lebih rendah.
Rintangan ini biasanya jalan lain (jalan air atau jalan lalu lintas biasa).
Jika jembatan itu berada di atas jalan lalu lintas bisasanya dinamakan
viaduct.
Menurut Ir. H.J. Struyk dan Prof. Ir. K.H.C.W Van der Veen,
jembatan dapat dibagi dalam golongan-golongan seperti berikut:
I. Jembatan-jembatan tetap
II. Jembatan-jembatan dapat digerakkan
Kedua golongan dipergunakan untuk lalulintas kereta api dan
lalulintas biasa.
Golongan 1 dapt dibagi dalam:
a. Jembatan kayu, digunakan untuk lalulintas biasa pada
bentangan kecil dan untuk jembatan pembantu.
b. Jembatan baja terbagi atas :
1. Jembatan sederhana dimana lantai kendaraannya
langsung berada di atas gelagar-gelagar. Untuk gelagar-
gelagar itu dipergunakan gelagar-gelagar yang
dikonstruir atau gelagar-gelagar canai.
2. Jembatan-jembatan gelagar kembar, digunakan untuk
lalulintas kereta api dengan batang rel diantaea balok-
balok.
3. Jembatan dengan pemikul lintang dan pemikul
memanjang, gelagar induknya ialah gelagar dinding
penuh yang dikonstruir atau gelagar pekerjaan vak.
4. Jembatan pelengkungan
5. Jembatan gantung.
c. Jembatan-jembatan dari beton bertulang, termasuk jembatan
yang gelagarnya didalam beton.
d. Jembatan batu, hampir tidak ada kecualinya dipergunakan
untuk lalu lintas biasa.
Golongan II dapat dibagi dalam:
a. Jembatan-jembatan yang dapat berputar diatas poros
mendatar, yaitu jembatan angkat, jembatan baskul,
jembatan lipat Strauss
b. Jembatan yang dapat berputar di atas poros mendatar juga
termasuk poros-poros yang dapat bepindah sejajar dan
mendatar.
c. Jembatan yang dapat berputar di atas suatu poros tegak, atau
jembatan putar.
d. Jembatan yang dapat berkisar kearah tegak lurus atau
mendatar, seperti jembatan angkat, jembatan beroda,
jembatan gojah atau ponts transbordeur.

2.2 Material Baja Ringan


2.2.1 Gambaran Umum
Profil baja ringan (cold form steel) merupakan jenis profil baja
dengan dimensi ketebalan relatif tipis namun memiliki rasio dimensi lebar

6
setiap elemen profil terhadap tebalnya cukup besar. Karena dimensi
ketebalan profil yang relatif tipis, maka pembentukan profil dapat
dilakukan dengan menggunakan proses pembentukan dingin (cold
forming processes). Di dalam proses pembentukan dingin ini, profil
dibentuk dari lembaran atau pelat baja menjadi bentuk yang diinginkan
melalui mesin rol atau mesin tekuk pelat (rolling press atau bending
brake machines) yang dilakukan pada suhu ruangan. Ketebalan pelat
baja yang umumnya digunakan sebagai bahan dasar pembentukan profil
biasanya berkisar antara 0.3 mm hingga 6 mm (Yu, 2000).
Dibandingkan dengan material yang lain, seperti kayu dan beton,
baja ringan memberikan beberapa kelebihan diantaranya:
a. Mempunyai perbandingan yang besar antara kekuatan dan
beratnya dari material konstruksi lainnya.
b. Membutuhkan periode konstruksi yang pendek dibandingkan
dengan sistem konvensional.
c. Tahan lama dan mudah dalam perawatan.
d. Dapat didesain secara fleksibel.
e. Mudah dalam pemindahan tempat, mengubah, maupun
menghilangkan.

2.2.2 Bentuk dan Profil Baja Ringan


Menurut Oentoeng (2004) terdapat 2 macam bentuk profil baja
yang didasarkan pada cara pembuatannya, yaitu :
 Hot rolled shapes : disini profil baja dibentuk dengan cara
blok-blok baja yang panas diproses melalui rol-rol dalam
pabrik. Hot rolled shapes ini menanggung tegangan residu

7
(residual stress). Jadi sebelum batang dibebanipun sudah
ada residual stress yang berasal dari pabrik.
 Cold formed shapes : profil semacam ini dibentuk dari
pelat- pelat yang sudah jadi, menjadi profil baja dalam
temperatur atmosfir (dalam keadaan dingin).

Gambar 2.1. Bentuk Profil Cold Formed Shapes (Oentoeng, 2004)

2.3 Struktur Rangka Batang


Rangka batang adalah susunan elemen-elemen linier yang
membentuk segitiga atau kombinasi segitiga, sehingga menjadi bentuk
rangka yang tidak dapat berubah bentuk bila diberi beban eksternal
tanpa adanya perubahan bentuk pada satu atau lebih batangnya. Setiap
elemen tersebut dianggap tergabung pada titik hubungnya dengan
sambungan sendi. Sedangkan batang-batang tersebut dihubungkan
sedemikian rupa sehingga semua beban dan reaksi hanya terjadi pada
titik hubung.
2.3.1 Prinsip-prinsip Umum Rangka Batang
2.3.1.1 Prinsip Dasar Triangulasi
Prinsip utama yang mendasari penggunaan rangka batang
sebagai struktur pemikul beban adalah penyusunan elemen menjadi

8
konfigurasi segitiga yang menghasilkan bentuk stabil. Pada bentuk

9
segiempat atau bujursangkar, bila struktur tersebut diberi beban, maka
akan terjadi deformasi masif dan menjadikan struktur tak stabil. Bila
struktur ini diberi beban, maka akan membentuk suatu mekanisme
runtuh (collapse), sebagaimana diilustrasikan pada gambar berikut ini.
Struktur yang demikian dapat berubah bentuk dengan mudah tanpa
adanya perubahan pada panjang setiap batang. Sebaliknya, konfigurasi
segitiga tidak dapat berubah bentuk atau runtuh, sehingga dapat
dikatakan bahwa bentuk ini stabil (Gambar 2.2)

Gambar 2.2. Rangka Batang dan Prinsip dasar Triangulasi (Schodek, 1999)

Pada struktur stabil, setiap deformasi yang terjadi relatif kecil


dan dikaitkan dengan perubahan panjang batang yang diakibatkan oleh
gaya yang timbul di dalam batang sebagai akibat dari beban eksternal.
Selain itu, sudut yang terbentuk antara dua batang tidak akan berubah
apabila struktur stabil tersebut dibebani. Pada struktur stabil, gaya

1
eksternal

1
menyebabkan timbulnya gaya pada batang-batang. Gaya-gaya tersebut
adalah gaya tarik dan tekan murni. Lentur (bending) tidak akan terjadi
selama gaya eksternal berada pada titik nodal (titik simpul). Bila
susunan segitiga dari batang-batang adalah bentuk stabil, maka
sembarang susunan segitiga juga membentuk struktur stabil dan kukuh.
Hal ini merupakan prinsip dasar penggunaan rangka batang pada
gedung.
Bentuk kaku yang lebih besar untuk sembarang geometri dapat
dibuat dengan memperbesar segitiga-segitiga itu. Untuk rangka batang
yang hanya memikul beban vertikal, pada batang tepi atas umumnya
timbul gaya tekan, dan pada tepi bawah umumnya timbul gaya tarik.
Gaya tarik atau tekan ini dapat timbul pada setiap batang dan mungkin
terjadi pola yang berganti-ganti antara tarik dan tekan.
Penekanan pada prinsip struktur rangka batang adalah bahwa
struktur hanya dibebani dengan beban-beban terpusat pada titik-titik
hubung agar batang-batangnya mengalami gaya tarik atau tekan. Bila
beban bekerja langsung pada batang, maka timbul pula tegangan lentur
pada batang itu sehingga desain batang sangat rumit dan tingkat efisiensi
menyeluruh pada batang menurun.
2.3.1.2 Analisa Kualitatif Gaya Batang
Perilaku gaya-gaya dalam setiap batang pada rangka batang
dapat ditentukan dengan menerapkan persamaan dasar keseimbangan.
Untuk konfigurasi rangka batang sederhana, sifat gaya tersebut (tarik,
tekan atau nol) dapat ditentukan dengan memberikan gambaran
bagaimana rangka batang tersebut memikul beban. Salah satu cara untuk
menentukan gaya dalam batang pada rangka batang adalah dengan

1
menggambarkan bentuk deformasi yang mungkin terjadi.

1
Metode untuk menggambarkan gaya-gaya pada rangka batang
adalah berdasarkan pada tinjauan keseimbangan titik hubung. Secara
umum rangka batang kompleks memang harus dianalisis secara
matematis agar diperoleh hasil yang benar.

2.3.2 Analisa Rangka Batang


2.3.2.1 Stabilitas
Langkah pertama pada analisis rangka batang adalah
menentukan apakah rangka batang itu mempunyai konfigurasi yang
stabil atau tidak. Secara umum, setiap rangka batang yang merupakan
susunan bentuk dasar segitiga merupakan struktur yang stabil. Pola
susunan batang yang tidak segitiga, umumnya kurang stabil. Rangka
batang yang tidak stabil dan akan runtuh apabila dibebani, karena rangka
batang ini tidak mempunyai jumlah batang yang mencukupi untuk
mempertahankan hubungan geometri yang tetap antara titik-titik
hubungnya (Gambar 2.3)

Gambar 2.3. Kestabilan internal pada Rangka Batang (Schodek, 1999)

1
Aspek lain dalam stabilitas adalah bahwa konfigurasi batang
dapat digunakan untuk menstabilkan struktur terhadap beban lateral.
Gambar 2.4 menunjukan cara menstabilkan struktur dengan
menggunakan batang batang kaku. Kabel dapat digunakan sebagai
pengganti dari batang kaku, bila gaya yang dipikul adalah gaya tarik
saja.

Gambar 2.4. Penggunaan batang kaku (bracing) diagonal (Schodek, 1999)

2.3.2.2 Gaya Batang


Prinsip yang mendasari teknik analisis gaya batang adalah
bahwa setiap struktur atau setiap bagian dari setiap struktur harus berada
dalam kondisi seimbang. Gaya-gaya batang yang bekerja pada titik
hubung rangka batang pada semua bagian struktur harus berada dalam
keseimbangan, seperti pada Gambar 2.5. Prinsip ini merupakan kunci
utama dari analisis rangka batang.

1
Gambar 2.5. Diagram Gaya-Gaya Batangyang bekerja pada titik hubung (Schodek, 1999)

2.3.3 Desain Rangka Batang


Kriteria yang digunakan untuk merancang juga menjadi sangat
bervariasi. Ada beberapa tujuan yang menjadi kriteria dalam desain
rangka batang, yaitu:
1. Efisiensi Struktural
Tujuan efisiensi struktural biasa digunakan dan diwujudkan
dalam suatu prosedur desain, yaitu untuk meminimumkan
jumlah bahan yang digunakan dalam rangka batang untuk
memikul pembebanan pada bentang yang ditentukan. Tinggi
rangka batang merupakan variabel penting dalam
meminimumkan persyaratan volume material, dan
mempengaruhi desain elemennya.
2. Efisiensi Pelaksanaan (konstruksi)
Alternatif lain, kriteria desain dapat didasarkan atas tinjauan
efisiensi pelaksanaan (konstruksi) sehubungan dengan
fabrikasi dan pembuatan rangka batang. Untuk mencapai
tujuan ini, hasil yang diperoleh seringkali berupa rangka
batang dengan konfigurasi eksternal sederhana, sehingga
diperoleh bentuk triangulasi yang sederhana pula. Dengan

1
membuat semua batang identik, maka pembuatan titik
hubung menjadi lebih mudah dibandingkan bila batang-
batang yang digunakan berbeda.
2.3.4 Tinggi Rangka Batang
Penentuan tinggi optimum yang meminimumkan volume total
rangka batang umumnya dilakukan dengan proses optimasi. Proses
optimasi ini membuktikan bahwa rangka batang yang relatif tinggi
terhadap bentangannya merupakan bentuk yang efisien dibandingkan
dengan rangka batang yang relatif tidak tinggi. Sudut-sudut yang
dibentuk oleh batang diagonal dengan garis horisontal pada umumnya
berkisar antara 300 – 600 dimana sudut 45° biasanya merupakan sudut
ideal. Berikut ini pedoman sederhana untuk menentukan tinggi rangka
batang berdasarkan pengalaman. Pedoman sederhana di bawah ini hanya
untuk pedoman awal, bukan digunakan sebagai keputusan akhir dalam
desain.

Tabel 2.1 Tinggi Rencana Rangka Batang


Jenis Rangka Batang Tinggi
Rangka batang dengan beban relatif ringan dan berjarak 1/20 dari bentang
dekat
Rangka batang kolektor sekunder yang memikul reaksi yang 1/10 dari bentang
dihasilkan oleh rangka batang lain
Rangka batang kolektor primer yang memikul beban sangat 1/4 atau 1/5 dari
besar, misalnya: rangka batang yang memikul beban kolom bentang
dari gedung bertingkat banyak

1
2.4 Kapasitas Nominal Penampang
2.4.1 Kapasitas Nominal Penampang yang menerima Aksial Tarik
Menurut SNI 7971-2013 Struktur Baja Canai Dingin, dalam
perencanaan aksial tarik sebuah komponen struktur yang menerima gaya
aksial tarik desain (N*) harus memenuhi :
𝑁 ∗ ≤ ∅𝑡 𝑁𝑡 (2.1)
Dimana,
∅𝑡 adalah faktor reduksi kapasitas untuk komponen struktur tarik
Nt adalah kapasitas nominal penampang dari komponen struktur
dalam tarik
Sedangkan kapasitas nominal penampang dari sebuah komponen
struktur tarik harus diambil sebagai nilai terkecil dari :
𝑁𝑡 = 𝐴𝑔 𝑓𝑦 , dan (2.2)
𝑁𝑡 = 0,85 𝑘𝑡 𝐴𝑛 𝑓𝑢 (2.3)
Dimana,
Ag adalah luas bruto penampang
fy adalah tegangan leleh yang digunakan dalam desain
kt adalah faktor koreksi untuk distribusi gaya
An adalah luas neto penampang, diperoleh dengan mengurangi luas
bruto penampang dengan luas penampang penetrasi dan
lubang, termasuk lubang pengencang
fu adalah kekuatan tarik yang digunakan dalam desain

1
2.4.2 Kapasitas Nominal Penampang yang menerima tekan pembebanan
konsentris
Menurut SNI 7971-2013 untuk komponen struktur dimana
resultan semua beban yang bekerja padanya berupa beban aksial yang
melalui titik berat penampang efektif yang dihitung pada tegangan kritis
(fn). Gaya aksial tekan desain (N*) harus memenuhi,
a) 𝑁 ∗ ≤ ∅𝑐 𝑁𝑠 (2.4)
b) 𝑁 ∗ ≤ ∅𝑐 𝑁𝑐 (2.5)
Keterangan :
∅𝑐 adalah faktor reduksi kapasitas untuk komponen struktur dalam tekan
Ns adalah kapasitas penampang nominal dari komponen struktur dalam
tekan = Ae fy
Ae adalah luas efektif saat tegangan leleh (fy)
Nc adalah kapasitas komponen struktur nominal dari komponen struktur
dalam tekan = Ae fn
Ae adalah luas efektif saat tegangan kritis (fn)
fn adalah tegangan kritis, ditentukan dari:
2
untuk λc ≤ 1,5 : 𝑓𝑛 = (0,658λc )𝑓𝑦 (2.6)
untuk λc > 1,5 : 𝑓𝑛 = (0,877 /λc )𝑓𝑦 2
(2.7)
Keterangan:
λc adalah kelangsingan nondimensi yang digunakan untuk
menentukan fn
𝑓𝑦
λc = √ (2.8)
𝑓𝑜𝑐

𝑓𝑜𝑐 adalah nilai terkecil dari tegangan tekuk lentur, torsi dan
lentur-torsi elastis yang ditentukan dari pasal berikut

1
1. Penampang yang tidak menerima tekuk torsi
Untuk penampang simetris ganda, penampang tertutup dan
penampang lain yang tidak menerima tekuk torsi atau tekuk-
lentur torsi, tegangan tekuk lentur elastis (foc) ditentukan
sebagai berikut:
𝜋 2𝐸
𝑓𝑜𝑐 = (2.9)
(𝑙𝑒/𝑟)2

Keterangan:
le = panjang efektif penampang
r = radius girasi penampang
Untuk penampang dengan ketebalan < 0,9 mm harus digunakan
radius girasi tereduksi γr dalam persamaan
𝐸
𝑙𝑜 = 𝜋𝑟√
𝑓𝑐𝑟 (2.10)

fcr = tegangan tekuk elastis pelat


0,35𝑙𝑒
𝛾 = 0,65 + ( ) (2.11)
1,1𝑙𝑜

2. Penampang simetris ganda atau tunggal yang menerima tekuk


torsi atau tekuk lentur torsi
Untuk penampang yang menerima tekuk torsi atau tekuk lentur
torsi, foc harus diambil dari persamaan berikut dengan r=ry dan
foxz
1
𝑓𝑜𝑐 = [(𝑓𝑜𝑥 + 𝑓𝑜𝑧) − √(𝑓𝑜𝑥 + 𝑓𝑜𝑧)2 − 4𝛽𝑓𝑜𝑥𝑓𝑜𝑧] (2.12)
2𝛽
𝑥𝑜 2
𝛽=1−( ) (2.13)
𝑟𝑜1

Dimana
ro1 = radius girasi polar penampang terhadap pusat geser

𝑟𝑜1 = √𝑟𝑥2 + 𝑟𝑦2 + 𝑥𝑜2 + 𝑦𝑜2 (2.14)


2
rx, ry adalah radius girasi penampang terhadap sumbu x dan y
xo, yo adalah koordinat pusat geser penampang
foz adalah tegangan tekuk elastis pada komponen struktur tekan
yang dibebani secara aksial untuk tekuk torsi
𝐺𝐽 𝜋2𝐸𝐼𝑤
𝑓𝑜𝑧 = (1 + ) (2.15)
2
𝐴𝑟𝑜1 𝐺𝐽𝑙𝑒2

fox adalah tegangan tekuk elastis pada komponen struktur tekan


yang dibebani secara aksial untuk tekuk lentur terhadap sumbu x
𝜋 2𝐸
𝑓𝑜𝑥 = ( ) (2.16)
(𝑙𝑒/𝑟𝑥)2

le = panjang efektif
G = modulus elastisitas geser (80 x 103 MPa)
J = konstanta torsi untuk penampang
Iw = konstanta puntir lengkung untuk penampang

2
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mendesain prototype jembatan


rangka dari baja ringan, serta menghitung kekuatan desain rangka
batang terhadap beban yang timbul berdasarkan SNI 7971: 2013 tentang
Struktur Baja Canai Dingin.
3.1 Studi Literatur Jembatan Sederhana
Pada tahap pertama dilakukan studi literatur mengenai
perencanaan jembatan sederhana. Pada tahap ini bertujuan mempelajari
bagaimana perencanaan jembatan sederhana. Serta untuk mengetahui
permasalahan yang timbul dari jembatan, seperti beban yang timbul
serta parameter yang harus dicapai dalam perencanaan.
3.2 Studi Literatur Struktur Rangka Batang
Pada tahap kedua dilakukan studi literatur mengenai desain
system rangka batang. Bertujuan untuk mempelajari bagaimana system
rangka batang yang dapat memikul beban dalam bentang yang panjang,
efisien, dan mudah dikerjakan. Serta dapat merencanakan bentuk system
rangka batang yang akan digunakan dalam penelitian.

3.3 Studi Literatur Kapasitas Penampang Baja Ringan


Pada tahap ketiga yaitu mempelajari sifat dari baja ringan serta
mempelajari perhitungan kekuatan dari baja ringan dalam memikul
beban. Studi literatur dilakukan dengan menjadikan SNI 7971: 2013
tentang Struktur Baja Canai Dingin sebagai acuan perencanaan.
3.4 Analisa Struktur Rangka Baja Ringan Jembatan Sederhana
Pada tahap ketiga yaitu melakukan analisa terhadap permodelan
struktur rangka baja ringan pada jembatan sederhana. Permodelan
dilakukan sesuai perencanaan bentuk dan ukuran dari rangka baja yang
diperkirakan mampu memikul beban yang ditimbulkan oleh jembatan.

Gambar 3.1 Skema Jembatan Sederhana Rangka Batang

Penampang yang digunakan pada struktur rangka batang ini yaitu


DC Box dengan karakteristik sebagai berikut,
h : 75 mm
b : 35 mm
t : 0.75 mm
A : 234,8 mm2
Sx : 5605,48 mm3
Ix : 215323,15 mm4
Iy : 47114,01 mm4
fy : 550 Mpa
fu : 660 Mpa
E : 203000 Mpa

2
Profil yang digunakan sebagai balok yaitu seperti yang terlihat
pada gambar dibawah,

Gambar 3.2 Profil penampang yang dipakai


Beban yang ditinjau yaitu beban mati dan beban hidup. Beban
mati yang terdiri atas berat pelat jembatan, berat perkerasan aspal, dan
berat dari material baja ringan penyusun struktur rangka. Sedangkan
beban hidup berupa beban bergerak yang ditimbulkan kendaraan, dalam
penelitian ini dibatasi beban kendaraan maksimal yaitu satu mobil pick-
up.
Selanjutnya menganalisa struktur rangka baja ringan dengan
bentuk dan ukuran yang telah direncanakan menggunakan software SAP
2000.

3.5 Rekomendasi Bentuk dan Ukuran Rangka Batang


Pada tahap terakhir dilakukan rekomendasi bentuk dan ukuran
rangka batang. Setelah dilakukan analisa struktur rangka batang dengan
SAP 2000 didapatkan gaya aksial yang dipikul struktur rangka,
kemudian dilakukan perbandingan terhadap kapasitas nominal dari
penampang baja ringan yang digunakan. Apabila kapasitas nominal
lebih besar dari gaya aksial yang timbul maka desain struktur rangka

2
dapat dikatakan mampu

2
memikul beban. Kemudian dapat dilakukan rekomendasi bentuk dan
ukuran dari struktur rangka yang akan digunakan dalam perencanaan
jembatan sederhana.

3.6 Diagram Alir


Berikut ini adalah diagram alir dari prosedur kerja yang
dilakukan pada penelitian ini;

2
Mulai

Studi Literatur Jembatan Sederhana

Studi Literatur Sistem Rangka Batang

Perhitungan Kapasitas Tarik dan


Tekan menurut SNI 7971:2013

Permodelan Struktur Rangka Batang

Analisa Pembebanan

Analisa Struktur Rangka Batang dengan SAP 2000

Pengecekan kapasitas penampang


Tidak Kapasitas > Gaya Dalam

Ya
Rekomendasi bentuk dan ukuran rangka batang

Selesai

2
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini dilakukan beberapa tahapan pengerjaan


agar didapatkan hasil kerja yang sesuai dengan tujuan. Tahapan tersebut
diantaranya yaitu:
4.1. Perencanaan Bentuk Rangka Baja
Tujuan dari penelitian ini yaitu merencanakan jembatan rangka
baja ringan sederhana yang mampu memikul beban kendaraan yang
melewati jembatan. Dalam penelitian ini jembatan sederhana yang
direncanakan berupa jembatan penghubung dengan bentang berkisaran 6
meter hingga 8 meter, dengan lebar 3 meter. Sehingga diperkirakan
beban terbesar yang akan muncul berupa beban kendaraan seperti mobil
pick- up.
Jembatan sederhana yang direncanakan berupa jembatan rangka
baja. Rangka baja terbuat dari baja ringan yang dirangkai dan profil
yang digunakan berupa baja canal yang dibentuk menjadi boks. Rangka
baja diposisikan dibawah jembatan dan memikul beban jembatan yang
berada di atas.
Untuk mencapai tujuan dari penelitian ini diperlukan sebuah
perencanaan bentuk dan ukuran dari rangka baja jembatan.

4.1.1 Bentuk Rangka Batang


Dalam perencanaan sistem rangka batang hal pertama yang
perlu diperhatikan yaitu kestabilan dari bentuk rangka batang. Bentuk
rangka batang yang stabil yaitu berupa konfigurasi segitiga, sehingga
struktur
rangka tidak akan berubah bentuk yang drastis dan runtuh apabila
dibebani.
Pada struktur yang stabil, gaya eksternal menyebabkan
timbulnya gaya pada batang-batang. Gaya tersebut adalah berupa gaya
tarik dan tekan murni. Pola gaya batang ini berbeda beda pada setiap
jenis konfigurasi rangka batang. Seperti terlihat pada gambar dibawah
ini,

Gambar 4.1. Gaya yang terjadi pada rangka batang.

Rangka batang yang direncanakan berupa rangka batang baja


ringan, sedangkan kemampuan layan tekan baja ringan tidak terlalu
besar dibandingkan kemampuan layan tariknya. Sehingga direncanakan
bentuk rangka batang yang banyak terjadi gaya tarik.
Kemampuan layan baja ringan terhadap tekan sangat
bergantung kepada panjang bentang batang yang mengalami tekan.
Sehingga diupayakan batang diagonal tidak mengalami gaya tekan,
karena beban tekan yang terjadi dari pembebanan jembatan cukup besar.
Dari beberapa pertimbangan tersebut dapat direncanakan bentuk
rangka batang yang akan digunakan dalam perencanaan jembatan
sederhana baja ringan berupa rangka batang sejajar konfigurasi Pratt.
Agar terwujud efisiensi konstruksional rangka batang akan dibentuk
simetris sehingga mudah dilaksanakan.

2
4.1.2 Ukuran Rangka Batang
Ukuran dari rangka baja yang direncanakan ada 2 jenis bentang,
yaitu bentang 6 meter, dan 8 meter.
Perencanaan jembatan bentang 6 meter terlihat pada data berikut:
 Panjang jembatan : 6 meter
Lebar jembatan : 3 meter
Jarak antar rangka : 0,75 meter
Panjang λ : 1 meter
Tinggi rangka : 1,2 meter
Tebal perkerasan : 0,05 meter
Tebal pelat lantai : 0,1 meter

Gambar 4.2 Potongan memanjang Jembatan bentang 6 meter

Gambar 4.3 Potongan melintang Jembatan

2
Perencanaan jembatan bentang 8 meter terlihat pada data berikut:
 Panjang jembatan : 8 meter
 Lebar jembatan : 3 meter
 Jarak antar rangka : 0,75 meter
 Panjang λ : 1 meter
Tinggi rangka : 1,2 meter
Tebal perkerasan : 0,05 meter
Tebal pelat lantai : 0,1 meter

Gambar 4.4 Potongan memanjang Jembatan bentang 8 meter

Gambar 4.5 Potongan melintang Jembatan

2
4.2. Permodelan Struktur
Permodelan struktur dilakukan dengan data perencanaan
struktur rangka batang secara memanjang. Permodelan dilakukan
dengan SAP 2000 dengan sistem analisa 2 dimensi yaitu sumbu x dan z.
Untuk melihat gaya terbesar yang muncul maka yang akan dianalisa
adalah rangka batang yang berada di tengah jembatan.
Sebelum melakukan permodelan terlebih dahulu dilakukan
pendefinisian material dan penampang dari material. Dalam tugas akhir
ini material yang digunakan yaitu baja ringan (cold-formed steel) dengan
mutu fy=550 MPa dan fu= 550 MPa, serta profil yang digunakan yaitu
C.75.35.075 ganda yang dibentuk boks.

Gambar 4.6 Data Material Baja Ringan

2
Gambar 4.7 Section Properties profil baja ringan

Setelah menentukan material dan profil yang digunakan, dilakukan permodelan bentu
pada tepi bawah struktur rangka.

Gambar 4.8 Bentuk permodelan struktur rangka batang

Struktur rangka baja ringan adalah struktur kaku yang disusun


dari beberapa batang yang saling terhubung satu sama lain. Sehingga
gaya

2
yang muncul dari rangka batang hanya berupa gaya aksial tarik dan
tekan. Sehingga tidak boleh ada gaya dalam momen pada batang. Agar
tidak muncul momen pada rangka batang, setiap beban harus dipusatkan
pada titik-titik hubung rangka batang. Pada SAP 2000 untuk
menghilangkan pengaruh momen perlu dilakukan release pada frame
rangka batang.

Gambar 4.9 Release frame

Gambar 4.10 Permodelan struktur setelah Release Frame

Permodelan dilakukan untuk bentang 6 meter dan 8 meter.


Setelah dilakukan permodelan struktur selanjutnya akan dianalisa
kekuatan struktur terhadap beban yang terjadi.

3
4.3. Pembebanan
4.3.1 Beban Mati
Beban mati yang diperhitungkan dalam penelitian ini yaitu
beban mati primer dan sekunder, karena jembatan yang direncanakan
berupa jembatan sederhana tanpa adanya kerb, trotoar dan lainnya.
Menurut RSNI-T-02-2005 hal 2, Beban mati primer adalah berat sendiri
dari pelat dan sistem lainnya yang dipikul langsung oleh masing-masing
gelagar jembatan.
Gelagar disini digunakan rangka batang baja ringan, sehingga
berat gelagar akan sama dengan berat dari rangka baja.
1. Berat sendiri lantai jembatan
Q pelat = Tinggi pelat x Jarak rangka batang x γ beton
= 0,1 meter x 0,75 meter x 24 kN/m3
= 2,7 kN/m
Beban dari pelat akan di pusatkan ke titik pertemuan dari rangka
bagian atas, sehingga akan terbagi menjadi 2, yaitu
Wpelat tepi = Q pelat * λ/2
= 2,7 kN/m * 0,5 meter
= 1,35 kN
Wpelat tengah = Q pelat * λ
= 2,7 kN/m * 1 meter
= 2,7 kN
2. Berat Rangka Baja Ringan
Berat dari struktur rangka akan dimasukkan kedalam perhitungan
sebagai beban terpusat pada titik buhul dari tiap rangka.
Berat profil rangka (Wrangka) = 1,7496 kg/m

3
 Berat rangka buhul tepi atas
P1= (rangka vertikal + rangka horizontal + rangka diagonal)/2
= (1,2 meter + 1 meter + 1,5620)/ 2
= 1,881 meter
W1 = p1 x
Wrangka
= 1,881 meter x 1,7496 kg/m
= 3,29 kg
= 0,0323 kN
 Berat rangka buhul tepi bawah
P2 = (rangka vertikal + rangka horizontal)/2
= ( 1,2 meter + 1 meter )/2
= 1,1 meter
W2 = p2 x Wrangka
= 1,1 meter x 1,7496 kg/m
= 1,924 kg
= 0,01892 kN
 Berat rangka buhul dalam
P3 = (rangka vertikal + 2 rangka horizontal + rangka diagonal)/2
= (1,2 meter + 2 meter + 1,562 meter) / 2
= 2,381 meter
W3 = p3 x Wrangka
= 2,381 meter x 1,7496 kg/m
= 4,165 kg
= 0,0409 kN
 Berat rangka buhul tengah atas

3
P4 = (2 rangka horizontal + rangka vertikal)/ 2

3
= ( 2 meter + 1,2 meter)/ 2
= 1,6 meter
W4 = p4 x Wrangka
= 1,6 meter x 1,7496 kg/m
= 2,799 kg
= 0,02752 kN
 Berat rangka buhul tengah bawah
P5 = (2 rangka hor. + 2 rangka diagonal + rangka vertikal)/2
= ( 2 meter + (2x 1,562 meter) + 1,2 meter)/2
= 3,162 meter
W5 = p5 x Wrangka
= 3,162 meter x 1,7496 kg/m
= 5,532 kg
= 0,0544 kN
Beban mati sekunder menurut RSNI-T-02-2005 halaman 2 yaitu
adalah berat perkerasan, kerb, trotoar, tiang sandaran dan lain-lain yang
dipasang setelah pelat di cor, beban tersebut dianggap terbagi rata di
seluruh gelagar. Karena jembatan tidak memiliki kerb, trotoar dan
lainnya sehingga beban yang diperhitungkan adalah berat perkerasan
aspal
Q aspal = tebal aspal x jarak rangka batang x γ aspal
= 0,05 meter x 0,75 meter x 22 kN/m3
= 0,825 kN/m
Berat aspal juga akan didistibusikan seperti berat pelat
W aspal tepi = Q aspal * λ/2
= 0,825 kN/m * 0,5 meter

3
= 0,4125 kN

3
W aspal tengah = Q aspal * λ
= 0,825 kN/m * 1 meter
= 0,825 kN/m
4.3.2 Beban Hidup
Beban hidup adalah semua beban yang berasal dari berat
kendaraan-kendaraan bergerak lalu lintas dan/atau pejalan kaki yang
dianggap bekerja pada jembatan (hal 2, RSNI T-02-2005). Jembatan
sederhana akan mengalami beban hidup seperti beban dari pejalan kaki
dan kendaraan.
Dalam perencanaan jembatan sederhana akan dibatasi
kendaraan yang dapat melewatinya. Jembatan yang direncanakan
memiliki lebar 3 meter, sehingga yang dapat melewatinya berupa mobil
pick-up atau truk kecil. Sehingga pembebanan terbesar akan muncul dari
berat dari kendaraan. Struktur rangka baja ringan harus mampu memikul
beban dari berat kendaraan yang akan melewatinya.
Menurut Direktorat Jenderal Perhubungan Darat jumlah berat
yang diizinkan untuk kendaraan bermuatan seperti pick up yaitu 2.540
kg. Berat dari kendaraan akan didistribusikan pada setiap sumbu
kendaraan yaitu 34 % untuk sumbu depan dan untuk sumbu belakang 66
% dari berat. Sedangkan jarak antar sumbu kendaraan yaitu 2,65 meter.
Pada tugas akhir kali ini, direncanakan struktur rangka
mengalami beban terbesar. Sehingga, beban hidup akan terjadi tepat
pada bagian atas struktur rangka. Beban kendaraannya berupa sebelah
bagian kendaraan satu beban ban belakang dan satu beban ban depan.

3
Gambar 4.11 Skema pembebanan kendaraan
Sehingga dapat disimpulkan
Beban “T” depan = 34% x 1270 kg
= 431,8 kg
= 4,2345 kN
Beban “T” belakang = 66% x 1270 kg
= 838,2 kg
= 8,2195 kN
Beban akan dipengaruhi oleh faktor kejut (K)
20
K=1 +
50+𝐿 ; L = panjang jembatan

Karena jembatan akan dilewati oleh beban bergerak dari


kendaraan, sehingga harus dilakukan analisa garis pengaruh dari beban
yang timbul pada rangka batang.

4.4. Analisa Gaya Dalam Struktur Rangka


Gaya dalam struktur rangka didapatkan dari analisa
pembebanan dengan menggunakan software SAP 2000 v11. Beban mati
berupa beban struktur atas jembatan seperti pelat beton dan perkerasan
jalan, serta berat sendiri dari struktur rangka baja ringan. Beban mati di
inputkan pada titik hubung rangka batang.
3
Beban hidup (beban lalu lintas) dianalisa dengan analisa garis
pengaruh beban berjalan pada struktur. Gaya dalam struktur akibat
beban berjalan dapat ditentukan dengan analisa garis pengaruh.
Gaya dalam yang timbul akibat pembebanan dari beban mati
dan beban hidup (lalu lintas) dari tiap batang dijumlahkan dengan
kombinasi 1,4 DL + 1,6 LL.
Setelah semua beban mati diinputkan pada model rangka batang
SAP 2000, selanjutnya yaitu melakukan analisis. Kemudian gaya aksial
yang timbul tiap batang direkap. Rekapitulasi dilakukan terpisah antara
batang yang mengalami aksial tekan dan aksial tarik.
Untuk analisa garis pengaruh dilakukan untuk setiap batang. Ini
dilakukan untuk menentukan gaya maksimal dari batang yang muncul
akibat beban yang bergerak.
Untuk menentukan keadaan maksimal dilakukan analisa beban
satu satuan yang berpindah sepanjang bagian atas rangka batang. Beban
satu satuan dimasukkan pada titik kumpul bagian atas. Setelah itu gaya
yang muncul direkap untuk tiap batang. Garis pengaruh perbatang untuk
bentang 6 meter dan 8 meter dapat dilihat pada lampiran 1.
Dari garis pengaruh perbatang dapat ditentukan besarnya gaya
aksial yang timbul dari kendaraan. Beban dari kendaraan yang telah
dipusatkan pada ban akan dikalikan dengan besarnya garis pengaruh
perbatang. Setelah itu dilakukan rekapitulasi. Rekapitulasi gaya aksial
untuk rangka batang bentang 6 meter dapat dilihat pada tabel 4.1
sedangkan untuk bentang 8 meter dapat dilihat pada tabel 4.2.

3
Tabel 4.1. Gaya Aksial Rangka Batang Baja Ringan bentang 6 meter
Koefisien Kejut Ordinat Garis Gaya Batang Beban Gaya Batang Beban Gaya Batang
T (kN)
No (K) Pengaruh Hidup (kN) Mati (kN) Kombinasi (kN)
Trk (+) Tkn (-) Trk (+) Tkn (-) Trk (+) Tkn (-)
Batang Trk (+) Tkn (-) Trk (+) Tkn (-) Trk (+) Tkn (-)
LL= T * K DL 1,4 DL + 1,6 LL
1 1,357 1 10,6326 14,428 8,168 34,521
2 1,357 1,085 11,1237 15,095 8,87 36,570
3 1,357 0,833 8,57493 11,636 6,773 28,100
4 1,357 1,357 0,868 0,217 8,4016 11,401 5,322 25,692
5 1,357 1,357 0,167 0,667 6,45585 8,761 4,048 19,684
6 1,357 1,357 0,651 0,434 5,67956 7,707 1,774 14,815
7 1,357 0 0 0 0 0,000 0,000 0 0 0,000 0,000
8 1,357 0,694 7,11498 9,655 5,678 23,397
9 1,357 1,111 10,7436 14,579 9,085 36,046
10 1,357 0,694 6,71713 9,115 5,678 22,533
11 1,357 1,111 11,0649 15,015 9,085 36,743
12 1,357 1,25 10,8962 14,786 10,221 37,967
13 1,357 1 8,2195 11,154 2,671 21,586
14 1,357 0,651 0,434 5,67956 7,707 1,774 14,815
15 1,357 1,357 0,167 0,667 6,45585 8,761 4,048 19,684
16 1,357 1,357 0,868 0,217 8,4016 11,401 5,322 25,692
17 1,357 0,833 8,57493 11,636 6,773 28,100
18 1,357 1,085 11,1237 15,095 8,87 36,570
19 1,357 1 10,6326 14,428 8,168 34,521
20 1,357 0 0 0 0 0,000 0,000 0 0 0,000 0,000
21 1,357 0,694 7,11498 9,655 5,678 23,397
22 1,357 1,111 0 10,7436 14,579 9,085 36,046
23 1,357 1,25 10,8962 14,786 10,221 37,967
24 1,357 1,111 11,0649 15,015 9,085 36,743
25 1,357 0,694 6,71713 9,115 5,678 22,533
max 15,095 15,015 9,085 10,221 36,570 37,967
min 0 0 0 0 0 0

3
Tabel 4.2 Gaya Aksial Rangka Batang Baja Ringan bentang 8 meter
Koefisien Kejut Ordinat Garis Gaya Batang Beban Gaya Batang Beban Gaya Batang
T (kN)
No (K) Pengaruh Hidup (kN) Mati (kN) Kombinasi (kN)
Trk (+) Tkn (-) Trk (+) Tkn (-) Trk (+) Tkn (-)
Batang Trk (+) Tkn (-) Trk (+) Tkn (-) Trk (+) Tkn (-)
LL= T * K DL 1,4 DL + 1,6 LL
1 1,345 1 11,1083 14,939 14,419 44,089
2 1,345 1,139 12,4229 16,707 16,433 49,737
3 1,345 0,875 9,54373 12,835 12,583 38,152
4 1,345 1,345 0,976 0,163 10,3787 13,957 11,738 38,765
5 1,345 1,345 0,125 0,75 7,94762 10,688 8,976 29,667
6 1,345 1,345 0,814 0,325 8,34523 11,223 7,043 27,817
7 1,345 1,345 0,25 0,625 6,40773 8,617 5,369 21,304
8 1,345 1,345 0,651 0,488 6,30099 8,474 2,348 16,845
9 1,345 1 8,2195 11,054 3,553 22,660
10 1,345 1,345 0,651 0,488 6,301 8,474 2,348 16,845
11 1,345 1,345 0,250 0,625 6,408 8,617 5,369 21,304
12 1,345 1,345 0,814 0,325 8,345 11,223 7,043 27,817
13 1,345 1,345 0,125 0,75 7,94762 10,688 8,976 29,667
14 1,345 1,345 0,71 0,47 10,3787 13,957 11,738 38,765
15 1,345 0,17 0,875 9,54373 12,835 12,583 38,152
16 1,345 1,139 0,24 12,4229 16,707 16,433 49,737
17 1,345 1 11,108 14,939 14,419 44,089
18 1,345 0,729 7,95101 10,693 10,52 31,836
19 1,345 1,25 13,2924 17,876 18,034 53,849
20 1,345 1,562 16,0135 21,535 22,543 66,017
21 1,345 1,667 16,135 21,699 24,046 68,382
22 1,345 1,667 16,135 21,699 24,046 68,382
23 1,345 1,562 16,013 21,535 22,543 66,017
24 1,345 1,250 13,292 17,876 18,034 53,849
25 1,345 0,729 7,951 10,693 10,52 31,836
26 1,345 1,345 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
27 1,345 0,729 7,95101 10,693 10,52 31,836
28 1,345 1,25 13,2924 17,876 18,034 53,849
29 1,345 1,562 16,1349 21,699 22,543 66,278
30 1,345 1,562 16,1349 21,699 22,543 66,278
31 1,345 1,250 13,292 17,876 18,034 53,849
32 1,345 0,729 7,951 10,693 10,52 31,836
33 1,345 1,345 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
max 21,699 21,699 22,543 24,046 66,278 68,382
min 0 0 0 0 0 0

4
4.5. Pengecekan Kapasitas Penampang
Untuk menentukan kekuatan dari struktur rangka batang yang
direncanakan harus dilakukan pengecekan kapasitas panampang
terhadap gaya aksial yang muncul. Perhitungan kapasitas nominal
penampang didasarkan pada SNI 7971:2013 tentang Baja Canai Dingin.
Dalam perhitungan kapasitas penampang data dari propertis
penampang diperlukan. Karena penampang yang digunakan adalah
profil ganda yang dibentuk seperti boks propertis penampang harus
ditentukan terlebih dahulu. Koefisien dalam perhitungan ditentukan dari
SNI tergantung keadaan penampang.
Kapasitas nominal penampang yang dihitung berupa kapasitas
nominal tarik dan tekan akibat pembebanan konsentris.
4.5.1 Kapasitas Nominal Penampang bentang 6 meter
1. Komponen Struktur yang Menerima Aksial Tarik
Perhitungan kapasitas nominal penampang terhadap gaya aksial
tarik didapatkan dari propertis penampang seperti luas penampang bruto
dan luas netto penampang, dan nilai tegangan leleh (fy) dan tegangan
ultimate (fu) material baja ringan. Kapasitas nominal penampang
terhadap tarik juga telah dikalikan dengan faktor koreksi penampang dan
faktor reduksi kapasitas tarik (∅𝑡).
Detail perhitungan kapasitas nominal dapat dilihat pada lampiran
2 bagian pertama. Dari perhitungan didapatkan kapasitas nominal
penampang terhadap gaya tarik adalah sebesar 83,973 kN. Pada struktur
rangka bentang 6 meter gaya aksial tarik maksimum terjadi pada batang
2 dan 18 dengan besar gaya aksial 36,57 kN.

4
Dari hasil perhitungan kapasitas nominal dan gaya aksial
maksimum yang terjadi terlihat bahwa penampang sanggup memikul
beban yang terjadi dengan rasio perbandingan gaya dalam dan kapasitas
penampang sebesar:
𝑁𝑢
= 0,435
∅𝑡. 𝑁𝑡

2. Komponen Struktur Tekan Pembebanan Konsentris.


Perhitungan kapasitas nominal penampang terhadap aksial tarik
berdasarkan pada propertis penampang dan kekuatan dari material baja
ringan. Serta dikalikan dengan faktor reduksi kapasitas tekan (∅𝑐).
Panjang dari batang yang mengalami aksial tekan juga mempengaruhi
kapasitas nominal penampang.
Dalam perhitungan kapasitas nominal terhadap tekan juga
memperhatikan luas efektif penampang saat terjadi tegangan leleh (fy)
dan tegangan kritis (fn). Tegangan kritis harus memperhatikan keadaan
penampang ketika menerima tekuk lentur atau tekuk-lentur torsi,
maupun tidak menerima tekuk lentur atau tekuk lentur torsi yang
tergantung pada bentuk dari penampang.
Dari perhitungan kapasitas nominal penampang terhadap aksial
tekan pembebanan konsentris didapatkan besar kapasitas nominal
penampang sebesar 69,1 kN. Sedangkan, gaya aksial tekan maksimum
pada rangka batang bentang 6 meter akibat pembebanan adalah sebesar
37,967 kN. Detail perhitungan kapasitas nominal penampang terhadap
aksial tekan dapat dilihat pada lampiran 2 bagian pertama.

4
Dari rasio perbandingan gaya dalam dan kapasitas penampang
yang memiliki nilai
𝑁𝑢
= 0,549
∅𝑐. 𝑁𝑐
Terlihat bahwa penampang cukup kuat memikul aksial tarik yang terjadi.
4.5.2 Kapasitas Nominal Penampang bentang 8 meter
1. Komponen Struktur yang Menerima Aksial Tarik
Untuk struktur rangka dengan bentang 8 meter, perhitungan
kapasitas nominal penampang akibat gaya aksial tarik sama seperti pada
bentang 6 meter. Dari perhitungan yang terdapat pada lampiran 2 terlihat
bahwa untuk penampang boks profil C.75.35.075 memiliki kapasitas
tarik sebesar 83,973 kN. Sedangkan gaya aksial tarik maksimum yang
terjadi adalah sebesar 66,278 kN.
Dengan profil C.75.35.075 ganda boks, batang tariknya
sanggup memikul beban. Namun, rasionya cukup besar sehingga
disarankan untuk menggunakan penampang yang lebih besar. Seperti
menggunakan profil ganda C.100.40 ganda membentuk boks.
Setelah dihitung kapasitas dari profil C.100.40 terhadap aksial
tarik, besar kapasitasnya adalah sebesar 127,8 kN. Dengan begitu profil
C.100.40 boks dapat memikul beban dari jembatan bentang 8 meter.
Detail perhitungan kapasitas dapat dilihat pada lampiran 2. Rasio
perbandingannya adalah
𝑁𝑢
= 0,518
∅𝑡. 𝑁𝑡

4
2. Komponen Struktur Tekan Pembebanan Konsentris.
Perhitungan kapasitas nominal penampang terhadap tekan untuk
bentang 8 meter sama seperti pada bentang 6 meter. Untuk profil ganda
C.75.35.075 kapasitas tekan sebesar 69,1 kN. Gaya aksial tekan
maksimum yang terjadi pada bentang 8 meter adalah 68,382 kN.
Dari kapasitas dan gaya dalam yang muncul terlihat dengan
penampang C.75.35.075 sanggup memikul beban yang terjadi, namun
memiliki rasio yang terlalu besar. Sehingga penampang diganti dengan
profil ganda C.100.40 boks. Kapasitas tekan profil ganda C.100.40
adalah sebesar 113,7 kN. Perhitungan kapasitas nominal terhadap
pembebanan konsentris untuk bentang 8 meter dapat dilihat pada
lampiran 2. Dengan rasio perbandingan
𝑁𝑢
= 0,601
∅𝑐. 𝑁𝑐

4
BAB V
KESIMPULAN DAN
SARAN

5.1. Kesimpulan
Setelah dilakukan analisis dan pembahasan maka dapat
disimpulkan bahwa pada perencanaan struktur rangka baja ringan
jembatan sederhana dengan bentang 6 meter dan 8 meter dapat
direkomendasikan sebagai berikut:
1. Struktur rangka batang baja ringan berupa rangka batang sejajar
Pratt.
2. Ukuran rangka batang yang direkomendasikan yaitu:
a. Lebar jembatan : 3 meter
b. Jarak antar rangka : 0,75 meter
c. Panjang λ : 1 meter
d. Tinggi rangka : 1,2 meter
e. Tebal perkerasan : 0,05 meter
f. Tebal pelat lantai : 0,1 meter
3. Untuk bentang 6 meter double profil canal C.75,35.075
membentuk boks dapat digunakan sebagai batang tarik dan
tekan.
4. Untuk bentang 8 meter yang dapat digunakan yaitu double
profil canal C.100.40.
5. Jembatan sederhana mampu dilewati oleh kendaraan kecil
seperti pick-up bermuatan.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dari tugas akhir ini, dapat penulis
berikan beberapa saran terkait perencanaan struktur rangka baja ringan
untuk jembatan sederhana.
1. Dalam analisa pembebanan sebaiknya dilakukan dengan lebih
teliti.
2. Analisa kapasitas nominal penampang harus dilakukan dengan
lebih cermat.
3. Perlu adanya studi lebih lanjut tentang sambungan antar batang
yang mampu memikul aksial tarik dan tekan.
4. Perlu adanya pemahaman lebih dalam dalam merencanakan
struktur rangka agar sanggup memikul aksial tarik dan tekan
yang besar.

44
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Dept. PU. 2013. SNI 7971:2013: Struktur Baja Canai Dingin. Badan
Standarisasi Nasional: Jakarta
Standar Nasional Indonesia,2005. Standar Pembebanan untuk Jembatan,
RSNI T-2-2005. Badan Standarisasi Nasional, Bandung.
Daryanto, Drs., 2009. Pengetahuan Teknik Bangunan. Rineka Cipta :
Jakarta
Oentoeng, Ir., 2004. Konstruksi Baja. Andi : Bandung
Schodek.1999.Struktur.Penerbit Erlangga: Jakarta
Yu,W.W.1991. Cold-Formed Steel Design. John Willey & Sons: New
York
http: www.e-learning.com/struktur-rangka-batang// (diakses 5
September 2016)
LAMPIRAN 1
1. Garis Pengaruh Rangka Batang Bentang 6 meter
gaya batang
JARAK 1 19
0 -1 0
1 -0,833 -0,167
2 -0,667 -0,333
3 -0,5 -0,5
4 -0,333 -0,667
5 -0,167 -0,833
6 0 -1

gaya batang
JARAK 2 18
0 0 0
1 1,085 0,217
2 0,868 0,434
3 0,651 0,651
4 0,434 0,868
5 0,217 1,085
6 0 0

gaya batang
JARAK 3 17
0 0 0
1 -0,833 -0,167
2 -0,667 -0,333
3 -0,5 -0,5
4 -0,333 -0,667
5 -0,167 -0,833
6 0 0
gaya batang
JARAK 4 16
0 0 0
1 -0,217 0,217
2 0,868 0,434
3 0,651 0,651
4 0,434 0,868
5 0,217 -0,217
6 0 0

gaya batang
JARAK 5 15
0 0 0
1 0,167 -0,167
2 -0,667 -0,333
3 -0,5 -0,5
4 -0,333 -0,667
5 -0,167 0,167
6 0 0

gaya batang
JARAK 6 14
0 0 0
1 -0,217 0,217
2 -0,434 0,434
3 0,651 0,651
4 0,434 -0,434
5 0,217 -0,217
6 0 0
gaya batang
JARAK 13
0 0
1 0
2 0
3 -1
4 0
5 0
6 0

gaya batang
JARAK 7 20
0 0 0
1 -9,379E-16 0
2 -1,227E-15 0
3 -1,587E-15 0
4 -1,082E-15 0
5 -3,968E-16 0
6 0 0

gaya batang
JARAK 8 21
0 0 0
1 0,694 0,139
2 0,556 0,278
3 0,417 0,417
4 0,278 0,556
5 0,139 0,694
6 0 0

gaya batang
JARAK 9 22
0 0 0
1 0,556 0,278
2 1,111 0,556
3 0,833 0,833
4 0,556 1,111
5 0,278 0,556
6 0 0
gaya batang
JARAK 10 25
0 0 0
1 -0,694 -0,139
2 -0,556 -0,278
3 -0,417 -0,417
4 -0,278 -0,556
5 -0,139 -0,694
6 0 0

gaya batang
JARAK 11 24
0 0 0
1 -0,556 -0,278
2 -1,111 -0,556
3 -0,833 -0,833
4 -0,556 -1,111
5 -0,278 -0,556
6 0 0

gaya batang
JARAK 12 23
0 0 0
1 -0,417 -0,417
2 -0,833 -0,833
3 -1,25 -1,25
4 -0,833 -0,833
5 -0,417 -0,417
6 0 0
2. Garis Pengaruh Rangka Batang Bentang 8 meter
gaya batang
JARAK 1 17
0 -1 0
1 -0,875 -0,125
2 -0,75 -0,25
3 -0,625 -0,375
4 -0,5 -0,5
5 -0,375 -0,625
6 -0,25 -0,75
7 -0,125 -0,875
8 0 -1

gaya batang
JARAK 2 16
0 0 0
1 1,139 0,163
2 0,976 0,325
3 0,814 0,488
4 0,651 0,651
5 0,488 0,814
6 0,325 0,976
7 0,163 1,139
8 0 0
gaya batang
JARAK 3 15
0 0 0
1 -0,875 -0,125
2 -0,75 -0,25
3 -0,625 -0,375
4 -0,5 -0,5
5 -0,375 -0,625
6 -0,25 -0,75
7 -0,125 -0,875
8 0 0

gaya batang
JARAK 4 14
0 0 0
1 -0,163 0,163
2 0,976 0,325
3 0,814 0,488
4 0,651 0,651
5 0,488 0,814
6 0,325 0,976
7 0,163 -0,163
8 0 0

gaya batang
JARAK 5 13
0 0 0
1 0,125 -0,125
2 -0,75 -0,25
3 -0,625 -0,375
4 -0,5 -0,5
5 -0,375 -0,625
6 -0,25 -0,75
7 -0,125 0,125
8 0 0
gaya batang
JARAK 6 12
0 0 0
1 -0,163 0,163
2 -0,325 0,325
3 0,814 0,488
4 0,651 0,651
5 0,488 0,814
6 0,325 -0,325
7 0,163 -0,163
8 0 0

gaya batang
JARAK 7 11
0 0 0
1 0,125 -0,125
2 0,25 -0,25
3 -0,625 -0,375
4 -0,5 -0,5
5 -0,375 -0,625
6 -0,25 0,25
7 -0,125 0,125
8 0 0

gaya batang
JARAK 8 10
0 0 0
1 -0,163 0,163
2 -0,325 0,325
3 -0,488 0,488
4 0,651 0,651
5 0,488 -0,488
6 0,325 -0,325
7 0,163 -0,163
8 0 0
gaya batang
JARAK 9
0 0
1 0
2 0
3 0
4 -1
5 0
6 0
7 0
8 0

gaya batang
JARAK 18 25
0 0 0
1 -0,729 -0,104
2 -0,625 -0,208
3 -0,521 -0,312
4 -0,417 -0,417
5 -0,312 -0,521
6 -0,208 -0,625
7 -0,104 -0,729
8 0 0

gaya batang
JARAK 19 24
0 0 0
1 -0,625 -0,208
2 -1,25 -0,417
3 -1,042 -0,625
4 -0,833 -0,833
5 -0,625 -1,042
6 -0,417 -1,25
7 -0,208 -0,625
8 0 0
gaya batang
JARAK 20 23
0 0 0
1 -0,521 -0,312
2 -1,042 -0,625
3 -1,562 -0,937
4 -1,25 -1,25
5 -0,937 -1,562
6 -0,625 -1,042
7 -0,312 -0,521
8 0 0

gaya batang
JARAK 21 22
0 0 0
1 -0,417 -0,417
2 -0,833 -0,833
3 -1,25 -1,25
4 -1,667 -1,667
5 -1,25 -1,25
6 -0,833 -0,833
7 -0,417 -0,417
8 0 0

gaya batang
JARAK 26 33
0 0 0
1 -2,6E-15 0
2 -3,9E-15 0
3 -4,2E-15 0
4 -3,5E-15 0
5 -3,2E-15 0
6 -2,4E-15 0
7 -1,4E-15 0
8 0 0
gaya batang
JARAK 27 32
0 0 0
1 0,729 0,104
2 0,625 0,208
3 0,521 0,312
4 0,417 0,417
5 0,312 0,521
6 0,208 0,625
7 0,104 0,729
8 0 0

gaya batang
JARAK 28 31
0 0 0
1 0,625 0,208
2 1,25 0,417
3 1,042 0,625
4 0,833 0,833
5 0,625 1,042
6 0,417 1,25
7 0,208 0,625
8 0 0

gaya batang
JARAK 29 30
0 0 0
1 0,521 0,312
2 1,042 0,625
3 1,562 0,937
4 1,25 1,25
5 0,937 1,562
6 0,625 1,042
7 0,312 0,521
8 0 0
LAMPIRAN 2
PERHITUNGAN KAPASITAS
Untuk Bentang 6 m

Double Canal Box C.75.35.075


Propertis Penampang

2
A  234.8 mm3
a  75 mm mm mm mm
Sx  5605.4 mm b  35 mm
rx  30.22
t1  1.5
ry  14.07 mm mm t2  0.75
Ix  215323.1 mm mm mm mm mm MPa MPa
lc  15 MPa MPa
Iy  47114.0 mm4
Xo  17.12 4
Yo  37.875
c  37.88
G  8000
E  20000
fy  550
fu  550
l  1200

Berdasarkan pasal (1.5.1.4.b.i), hal:25


(panjang rafter)

J adalah konstanta torsi (Lampiran E)


2
2a b 5 4
J  2  1.117
1 m

b a
t1  t2
1. Kapasitas Nominal Penampang yang Menerima Aksial Tarik
Kapasitas nominal penampang dari sebuah komponen struktur tarik harus diambil sebagai nilai terkecil
dari:

Ag  A
a)
Nt  Ag fy
5
Nt  1.291 N
1
b) An  0.85A
Pasal 3.2.3.1(b) Hal 51
kt  1
Nt  0.85ktAnfu
4
Nt  9.33  N
1
Dari persamaan diatas diambil nilai Nt terkecil
4
Nt  9.33  N
1
t  0.9
4
t Nt  8.397 N
1
Nu  36570 N
Nu  t Nt Ok!
Nu
(t Nt)  0.435
2. Kapasitas Komponen Struktur Tekan Pembebanan Konsentris
Gaya aksial tekan desain (N) harus memenehui berikut:
c  0.85
a)
N  c Ns
Ns  Aefy
Untuk menetukan luas efektif penampang (Ae) lebar penampang efektif harus dihitung
berdasarkan pasal 2.2.1.2
untuk  < 0,673 ; be = b
untuk  > 0,673 ; be = Pb

v  0.3
3
l  1.2  mm
1
k  4
 2 
 k E   t1
fcr 
  
2
3
 1.328 1
2   b 
12 1  v 
f0  fy
f0
  fcr  karena  < 0,673 ; maka be = b dan Ae= A
0.644

Ae  A
5
Ns  Aefy  1.291
1
5
Ns  1.291 N
1
5
c Ns  1.098 N
1
Nu  37967 N
cNs  Nu Ok!

b)
N  c Nc
untuk menghitung Nc dihitung berdasarkan persamaan Nc = Ae. fn
fn ditentukan berdasarkan pasal dibawah

1. Penampang yang tidak menerima tekuk torsi atau tekuk lentur torsi:

3
fcr  1.328
1

E
lo   ry  542.441
 fcr

  0.65 
 0.35l   1.354
 1.1lo 
r  ry

2
foc1   E
 497.418
2
l
  r 

2. Penampang simetris ganda atau tunggal yang menerima tekuk torsi atau lentur torsi:

Iw  0

ro1  rx 2ry  Xo
2  Yo 253.282

G J  2
foz   1  EIw  1.341 4
  1
2 
Aro1 2 
 GJl
2
 E

3
fox   1.252 10
2
l
 rx 
 Xo
  1  2  0.897

 ro1 
1 
foc2  (fox  2  3
(fox  foz)  4foxfoz   1.239 1
foz) 
2

Pilih nilai foc yang terkecil:

foc1  497.418
foc  foc1
menentukan fn berdasarkan foc terkecil 
untuk  < 1,5 maka  c
2


c 0.658  fy
fn

untuk c > 1,5 maka fn2  


0.877
 fy 2 
 c 
fy
c  foc  1.052

2
 c 
c  1 5 fn  0.658 fy  346.237

3
fcr  1.328 10
f0  fn

  f0  0.511karena  < 0,673 ; maka be = b dan Ae= A


fcr
Ae  234.8

4
Nc  Aefn  8.13  10 N
4
c Nc  6.91  10 N

4N
Nu  3.797 10
cNc  Nu Ok!

Nu 0.549
(c Nc)
PERHITUNGAN KAPASITAS
Untuk Bentang 8 m

Double Canal Box C.75.35.075


Propertis Penampang

2
A  234.8 mm3
a  75 mm mm mm mm
Sx  5605.4 mm b  35 mm
rx  30.22
t1  1.5
ry  14.07 mm mm t2  0.75
Ix  215323.1 mm mm mm mm mm MPa MPa
lc  15 MPa MPa
Iy  47114.0 mm4
Xo  17.12 4
Yo  37.875
c  37.88
G  8000
E  20000
fy  550
fu  550
l  1200

Berdasarkan pasal (1.5.1.4.b.i), hal:25


(panjang rafter)

J adalah konstanta torsi (Lampiran E)


2
2a b 5 4
J  2  1.117
1 m

b a
t1  t2
1. Kapasitas Nominal Penampang yang Menerima Aksial Tarik
Kapasitas nominal penampang dari sebuah komponen struktur tarik harus diambil sebagai nilai terkecil
dari:

Ag  A
a)
Nt  Ag fy
5
Nt  1.291 N
1
b) An  0.85A
Pasal 3.2.3.1(b) Hal 51
kt  1
Nt  0.85ktAnfu
4
Nt  9.33  N
1
Dari persamaan diatas diambil nilai Nt terkecil
4
Nt  9.33  N
1
t  0.9
4
t Nt  8.397 N
1
Nu  66278 N
Nu  t Nt Ok!
Nu
(t Nt)  0.789 Rasio Terlalu besar !!
2. Kapasitas Komponen Struktur Tekan Pembebanan Konsentris
Gaya aksial tekan desain (N) harus memenehui berikut:
c  0.85
a)
N  c Ns
Ns  Aefy
Untuk menetukan luas efektif penampang (Ae) lebar penampang efektif harus dihitung
berdasarkan pasal 2.2.1.2
untuk  < 0,673 ; be = b
untuk  > 0,673 ; be = Pb

v  0.3
3
l  1.2  mm
1
k  4
 2 
 k E   t1
fcr 
  
2
3
 1.328 1
2   b 
12 1  v 
f0  fy
f0
  fcr  karena  < 0,673 ; maka be = b dan Ae= A
0.644

Ae  A
5
Ns  Aefy  1.291
1
5
Ns  1.291 N
1
5
c Ns  1.098 N
1
Nu  68382 N
cNs  Nu Ok!

b)
N  c Nc
untuk menghitung Nc dihitung berdasarkan persamaan Nc = Ae. fn
fn ditentukan berdasarkan pasal dibawah

1. Penampang yang tidak menerima tekuk torsi atau tekuk lentur torsi:

3
fcr  1.328
1

E
lo   ry  542.441
 fcr

  0.65 
 0.35l   1.354
 1.1lo 
r  ry

2
foc1   E
 497.418
2
l
  r 

2. Penampang simetris ganda atau tunggal yang menerima tekuk torsi atau lentur torsi:

Iw  0

ro1  rx 2ry  Xo
2  Yo 253.282

G J  2
foz   1  EIw  1.341 4
  1
2 
Aro1 2 
 GJl
2
 E

3
fox   1.252 10
2
l
 rx 
 Xo
  1  2  0.897

 ro1 
1 
foc2  (fox  2  3
(fox  foz)  4foxfoz   1.239 1
foz) 
2

Pilih nilai foc yang terkecil:

foc1  497.418
foc  foc1
menentukan fn berdasarkan foc terkecil 
untuk  < 1,5 maka  c
2


c 0.658  fy
fn

untuk c > 1,5 maka fn2  


0.877
 fy 2 
 c 
fy
c  foc  1.052

2
 c 
c  1 5 fn  0.658 fy  346.237

3
fcr  1.328 10
f0  fn

  f0  0.511karena  < 0,673 ; maka be = b dan Ae= A


fcr
Ae  234.8

4
Nc  Aefn  8.13  10 N
4
c Nc  6.91  10 N

4N
Nu  6.838 10
cNc  Nu Ok!

Nu 0.99Rasio terlalu besar


(c Nc)
PERHITUNGAN KAPASITAS
Untuk Bentang 8 m

Double Canal Box C.100.40


Propertis Penampang

2
A  360 mm3
a  100 mm mm mm
Sx  6540 mm b  40 mm
rx  30.22
t1  2
ry  14.07 mm mm t2  1
Ix  34700 mm mm mm mm mm MPa MPa MPa MPa
Iy  97400 mm4
Xo  20
Yo  50 4
c  37.88
G  8000
E  20000
fy  550
fu  550
l  1200

Berdasarkan pasal (1.5.1.4.b.i), hal:25


(panjang rafter)

J adalah konstanta torsi (Lampiran E)


2
2a b 5 4
J  2  2.667
1 m

b a
t1  t2
1. Kapasitas Nominal Penampang yang Menerima Aksial Tarik
Kapasitas nominal penampang dari sebuah komponen struktur tarik harus diambil sebagai nilai terkecil
dari:

Ag  A
a)
Nt  Ag fy
5
Nt  1.98  N
1
b) An  0.85A
Pasal 3.2.3.1(b) Hal 51
kt  1
Nt  0.85ktAnfu
5
Nt  1.431 N
1
Dari persamaan diatas diambil nilai Nt terkecil
5
Nt  1.431 N
1
t  0.9
5
t Nt  1.287 N
1
Nu  66278 N
Nu  t Nt Ok!
Nu
(t Nt)  0.515
2. Kapasitas Komponen Struktur Tekan Pembebanan Konsentris
Gaya aksial tekan desain (N) harus memenehui berikut:
c  0.85
a)
N  c Ns
Ns  Aefy
Untuk menetukan luas efektif penampang (Ae) lebar penampang efektif harus dihitung
berdasarkan pasal 2.2.1.2
untuk  < 0,673 ; be = b
untuk  > 0,673 ; be = Pb

v  0.3
3
l  1.2  mm
1
k  4
 2 
 k E   t1
fcr 
  
2
3
 1.808 1
2   b  
12 1  v 
f0  fy
f0
  fcr  karena  < 0,673 ; maka be = b dan Ae= A
0.552

Ae  A
5
Ns  Aefy  1.98 
1
5
Ns  1.98  N
1
5
c Ns  1.683 N
1
Nu  68382 N
cNs  Nu Ok!

b)
N  c Nc
untuk menghitung Nc dihitung berdasarkan persamaan Nc = Ae. fn
fn ditentukan berdasarkan pasal dibawah

1. Penampang yang tidak menerima tekuk torsi atau tekuk lentur torsi:

3
fcr  1.808
1

E
lo   ry  464.949
 fcr

  0.65 
 0.35l   1.471
 1.1lo 
r  ry

2
foc1   E
 587.356
2
l
  r 

2. Penampang simetris ganda atau tunggal yang menerima tekuk torsi atau lentur torsi:

Iw  0

ro1  rx 2ry  Xo
2  Yo 263.334

G J  2
foz   1  EIw  1.477 4
  1
2 
Aro1 2 
 GJl
2
 E

3
fox   1.252 10
2
l
 rx 
 Xo
  1  2  0.9

 ro1 
1 
foc2  (fox  2  3
(fox  foz)  4foxfoz   1.241 1
foz) 
2

Pilih nilai foc yang terkecil:

foc1  587.356
foc  foc1
menentukan fn berdasarkan foc terkecil 
untuk  < 1,5 maka  c
2


c 0.658  fy
fn

untuk c > 1,5 maka fn2  


0.877
 fy 2 
 c 
fy
c  foc  0.968

2
 c 
c  1 5 fn  0.658 fy  371.663

3
fcr  1.808 10
f0  fn

  f0  0.453karena  < 0,673 ; maka be = b dan Ae= A


fcr
Ae  360

5
Nc  Aefn  1.338 10 N
c Nc  1.137 10N
5

Nu  6838N
cNc  Nu Ok!

Nu 0.601
(c Nc)

Anda mungkin juga menyukai