1
2
baik,ketika di awal maupun di akhir. Oleh karena itu, pengukuran merupakan suatu
proses yang tidak bisa dipisahkan dari dunia pendidikan.
Pengukuran dalam bahasa inggris adalah measurement dan istilah dalam
bahasa inggris ini sering juga digunakan dalam pendidikan. Djaali (2004)
Mengatakan pengukuran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengukur
dalam arti memberi angka terhadap sesuatu yang disebut obyek pengukuran atau
obyek ukur.
Arikunto (2006) mengatakan mengukur adalah membandingkan sesuatu
dengan satu ukuran yang bersifat kuantitatif. Pendapat ini senada dengan Suryanto
(2009) yang menyatakan bahwa pengukuran adalah suatu upaya penentuan angka
untuk menggambarkan karakteristik suatu obyek. Untuk menghasilkan angka (yang
merupakan hasil pengukuran), maka di perlukan alat ukur.
Berdasarkan teori – teori di atas, dapat disimpulkan bahwa mengukur atau
pengukuran adalah sebuah kegiatan/proses membandingkan suatu benda atau keadaan
dengan suatu ukuran tertentu yang hasilnya bersifat kuantitatif (angka). Tentunya
sebelum kita menentukan proses pengukuran akan suatu obyek, terlebih dahulu
ditentukan alat ukurnya yang sesuai.
2. Penilaian
Pada kegiatan yang bersifat pengukuran, terlihat ada 3 jenis ukuran apel, yaitu
diameter 5 cm, 7 cm dan 10 cm. Sehingga menimbulkan kecenderungan di dalam diri
tiap – tiap siswa untuk menetapkan nilai diameter 7 cm sebagai kriteria standar
karena posisinya yang di tengah – tengah. Oleh karena itu munculah respon terhadap
ukuran – ukuran yang berada di bawah dan di atas standar yang tidak sengaja
ditetapkan tersebut, yaitu Besar, kecil atau pun biasa – biasa saja.
Walaupun terkadang terjadi kesalahan pemahaman tentang penilaian dan
evaluasi, namun keduanya merupakan sebuah proses yang sangat sering menjadi
pembahasan bahkan diskusi yang tiada habisnya. Penilaian dan evaluasi merupakan
dua hal yang sangat berbeda. Namun demikian, ada keterkaitan yang saling
melengkapi serta berurutan dari dua proses atau kegiatan tersebut. Umumnya
evaluasi dilakukan setelah penilaian, bahkan pada kondisi yang berbeda penilaian
menjadi bagian tak terpisahkan dari sebuah kegiatan evaluasi yang menyeluruh.
Setiap guru pasti pernah memberikan penilaian, dan di setiap penilaian
umumnya diawali dengan sebuah kegiatan pengukuran dengan instrumen tes maupun
skala sikap (non tes). Menurut Suryanto (2009) Asesmen (penilaian) merupakan
kegiatan untuk mengumpulkan informasi hasil belajar siswa yang diperoleh dari
berbagai jenis tagihan dan mengolah informasi tersebut untuk menilai hasil belajar
dan perkembangan belajar siswa.
Sedangkan Djaali (2004) menjelaskan bahwa penilaian merupakan suatu
tindakan atau proses menentukan nilai (makna) suatu obyek. Penilaian adalah suatu
keputusan tentang nilai (pemaknaan). Penilaian dapat dilakukan berdasarkan hasil
pengukuran atau pula dipengaruhi oleh hasil pengukuran. Senada dengan pendapat –
pendapat di atas Arikunto (2005) menjelaskan bahwa penilaian atau menilai adalah
mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk dan penilaian
bersifat kualitatif.
Berdasarkan teori – teori di atas, dapat disimpulkan bahwa Menilai atau
Penilaian adalah sebuah kegiatan/proses pemaknaan terhadap suatu obyek dengan
mengacu pada ukuran tertentu (proses pengukuran) yang hasilnya bersifat kualitatif
atau pemberian arti (kata – kata atau maknawi)
4
3. Evaluasi
Dalam dunia pendidikan sering kita jumpai suatu keputusan yang begitu
kontoversial. Hal tersebut mungkin tidak akan terjadi, ketika acuan serta ukuran –
ukuran dalam pengambilan keputusannya jelas dan gamblang sehingga dapat
dimengerti semua pihak. Oleh karena itu, disinilah pentingnya sebuah evaluasi.
Evaluasi merupakan sebuah tahapan yang dibarengi dengan pengambilan keputusan,
sehingga wajar kiranya jika evaluasi sering dijadikan suatu hal yang menakutkan
bagi sebagian guru maupun siswa.
Evaluasi merupakan tahapan akhir dari serangkaian proses yang diawali oleh
tahapan pembelajaran, metode, media bahkan sampai kurikulum yang digunakan
juga dapat dievaluasi. Namun demikian, evaluasi yang dibahas pada bagian ini kita
batasi saja kepada evaluasi pembelajaran. Evaluasi menurut Suryanto (2009)
merupakan penilaian keseluruhan program pendidikan mulai perencanaan hingga
pelaksanaan dan keberhasilan suatu pembelajaran yang pada dasarnya memuat
seluruh informasi yang selanjutnya digunakan untuk menentukan kebijakan
selanjutnya.
Djaali (2004) menyatakan evaluasi dapat juga diartikan sebagai proses menilai
sesuatu berdasarkan kriteria atau tujuan yang telah ditetapkan yang selanjutnya
diikuti dengan pengambilan keputusan atas obyek yang dievaluasi. Pendapat di atas,
sesuai dengan pendapat Grolund (1985) yang mengatakan bahwa evaluasi adalah
suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sejauh
mana tujuan atau program telah tercapai.
Berdasarkan teori – teori di atas, dapat disimpulkan bahwa Evaluasi
pembelajaran atau biasa disebut evaluasi hasil belajar adalah sebuah kegiatan/proses
pengambilan keputusan terhadap sesuatu tujuan pembelajaran yang mengacu kepada
kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (dalam hal ini dapat berupa Kriteria
Ketuntasan Minimal atau KKM.
Dalam mendefinisikan konsep evaluasi secara umum, para ahli memiliki sudut
pandang yang berbeda – beda. Sebagai sebuah konsep, Mardapi (2004) mengatakan
5
Contoh kasus : dalam sebuah Tes Formatif matematika dengan materi bilangan bulat,
guru telah menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 75.Soal yang
disusun sebanyak 20 soal berbentuk pilihan ganda dan hasil tes dapat dirangkum
sebagai berikut :
Berdasarkan hasil di atas terlihat terdapat kolom jawab siswa yang benar dan
salah. Kemudian terdapat kolom pengukuran yang berisi angka – angka dimana
angka tersebut sama persis dengan angka yang terdapat dalam kolom jawaban benar.
Artinya, sebuah pengukuran dapat berupa skor yang di dapat ketika tes berlangsung.
Misal, Yanti menjawab salah sebanyak 14 dan benar 4, maka skor pengukuran yang
7
didapat yanti adalah 4. Lain halnya dengan Intan yang menjawab semua soal dengan
benar, maka Intan mendapatkan skor pengukuran 20.
Berikutnya coba anda lihat kolom Penilaian, yang berisikan nilai dengan
kategori yang di dalam kurung. Nilai yang diperoleh dari masing – masing siswa
merupakan pengolahan dari skor pengukuran yang didapat. Karena soal tes 20 maka
umumnya dibarengi dengan kategori penilaian atau pemaknaan atau pemberian arti
dari angka – angka yang didapat tersebut. Tanpa adanya pemberian arti, tahapan
penilaian akan mengalami kekosongan makna. Seperi nilai 65 yang didapatkan
Syahra berarti nilai tersebut “baik”, begitupun Satrio yang mendapatkan nilai 80
berarti “sangat baik” dan nilai 20 yang berarti “kurang” didapatkan Yanti.
Pada kolom evaluasi dapat dilihat bahwa di sana sudah terjadi sebuah
keputusan. Keputusan yang diambil dalam kolom ini berdasarkan pada nilai KKM
yang telah ditetapkan sebelumnya oleh guru, yaitu 75. Seperti halnya definisi tahapan
evaluasi yang mengisyaratkan bahwa sebuah keputusan yang diambil pada tahapan
ini harus didasarkan pada sebuah kriteria. Perlu dipahami bahwa Kriteria yang
dimaksud dalam pembelajaran di Sekolah Dasar adalah nilai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM).
Oleh karena itu, bisa anda lihat ada hal yang menarik ketika Syahra yang
mendapatkan nilai 65 yang merupakan kategori baik akan tetapi setelah dilakukan
sebuah evaluasi (dibandingkan dengan nilai KKM) justru Syahra mendapat
keputusan tidak lulus atau tidak tuntas. Lain halnya dengan Della yang mendapatkan
nilai 75 dengan kategori baik. Namun karena nilainya sama dengan nilai KKM, maka
Della dinyatakan lulus atau tuntas.
Seperti halnya definisi evaluasi pembelajaran di Sekolah Dasar yang telah
dibahas di atas memberikan isyarat bahwa sebuah kegiatan evaluasi merupakan
sebuah proses dalam rangka melakukan upaya perbaikan pembelajaran di Sekolah
Dasar, maka dalam upaya perbaikan pembelajaran, evaluasi sebagai sebuah konsep
dilanjutkan dengan pelaksanaan remedial bagi yang tidak lulus/ tidak tuntas dan
pengayaan bagi yang telah lulus/ tuntas.
8
Evaluasi
Penilaian
Pengukuran
Gambar 1.1
Kedudukan Evaluasi-Penilaian-Pengukuran dan Instrumen
didasarkan pada kriteria tertentu. Adapun secara umum tujuan evaluasi pembelajaran
meliputi
a. Mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat diketahui
kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran
yang ditempuhnya.
b. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, yakni
seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para siswa ke arah
tujuan pendidikan yang diharapkan.
c. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan
penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta strategi
pelaksanaannya.
d. Memberikan pertanggungjawaban pihak sekolah kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.Pihak yang dimaksud meliputi pemerintah, masyarakat, dan para
orang tua siswa.
Menurut Anas (1995), tujuan evaluasi pendidikan terdiri atas dua yaitu tujuan umum
dan tujuan khusus. Secara umum, tujuan evaluasi dalam bidang pendidikan ada dua,
yaitu:
a. Untuk menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti
mengenai taraf perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh para peserta
didik, setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu
tertentu.
b. Untuk mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode pengajaran yang telah
dipergunakan dalam proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu.
Adapun yang menjadi tujuan khusus dari kegiatan evaluasi dalam bidang pendidikan
adalah:
a. Untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program pendidikan.
Tanpa adanya evaluasi maka tidak mungkin timbul kegairahan atau rangsangan
pada diri peserta didik untuk memperbaiki dan meningkatkan prestasinya masing-
masing.
10
Arifin (2009) mengatakan untuk memperoleh hasil evaluasi yang lebih baik,
Anda harus memperhatikan prinsip-prinsip umum evaluasi sebagai berikut :
12
1. Kontinuitas
2. Komprehensif
Dalam melakukan evaluasi terhadap suatu objek, Anda harus mengambil seluruh
objek itu sebagai bahan evaluasi. Misalnya, jika objek evaluasi itu adalah peserta
didik, maka seluruh aspek kepribadian peserta didik itu harus dievaluasi, baik yang
menyangkut kognitif, afektif maupun psikomotor. Begitu juga dengan objek-objek
evaluasi yang lain.
3. Adil dan objektif
Dalam melaksanakan evaluasi, Anda harus berlaku adil tanpa pilih kasih.
Semua peserta didik harus diperlakukan sama tanpa “pandang bulu”.
Anda juga hendaknya bertindak secara objektif, apa adanya sesuai dengan
kemampuan peserta didik. Sikap like and dislike, perasaan, keinginan, dan
prasangka yang bersifat negatif harus dijauhkan. Evaluasi harus didasarkan
atas kenyataan (data dan fakta) yang sebenarnya, bukan hasil manipulasi
atau rekayasa.
4. Kooperatif
5. Praktis
13
Praktis mengandung arti mudah digunakan, baik bagi Anda sendiri yang menyusun
alat evaluasi maupun orang lain yang akan menggunakan alat tersebut. Untuk itu,
Anda harus memperhatikan bahasa dan petunjuk mengerjakan soal.
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan pada akhir program belajar-
mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar-mengajar itu sendiri.
Dengan demikian, evaluasi formatif berorientasi kepada perbaikan proses belajar-
mengajar. Dengan evaluasi formatif diharapkan pendidik dapat memperbaiki program
pengajaran dan strategi pelaksanaannya. Evaluasi formatif juga bermanfaat bagi
peserta didik sebagai umpan balik untuk mengetahui kompetensi yang benar – benar
dikuasai atau belum, meningkatkan motivasi belajar serta sebagai bahan instropeksi
diri dalam gaya belajar
Perbedaan mendasar dari evaluasi formatif dengan evaluasi diagnostik terletak
pada sifatnya yang menyentuh kelas dan lebih bersifat umum bukan individual.
Evaluasi formatif dilakukan untuk mengetahui sejauhmana proses pembelajaran di
kelas dapat diterima dan meningkatkan kompetensi peserta didik bukan pada kesulitan
belajar peserta didik secara individual.
Contoh dari evaluasi formatif ini dapat berupa Ujian tengah semester, ulangan
kompetensi dasar maupun kuis mingguan. Nanun demikian, yang terpenting dari
evaluasi formatif ini adalah perbaikan proses pembelajarannya bukan pada
penilaiannya, karena hasil akhir selayaknya tetap melibatkan dan memberikan porsi
yang lebih besar kepada evaluasi yang menyangkut kompetensi secara keseluruhan
(Sumatif)
3. Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilaksanakan pada akhir unit program,
yaitu akhir semester, dan akhir tahun. Tujuannya adalah untuk melihat hasil yang
dicapai oleh para siswa, yakni seberapa jauh tujuan-tujuan kurikuler (standar
kompetensi, program semester, program tahunan) dikuasai oleh para siswa. Keputusan
dari evaluasi sumatif selayaknya merupakan penentuan kelulusan pada satu program
kurikuler tertentu terhadap sebuah kriteria yang telah ditetapkan. Jika sebuah program
kurikulum berbasis pada kompetensi, maka Penilaian Acuan Patokan lah yang tepat
sebagai dasar penentuan kriteria kelulusan atau ketuntasan.
E. Kajian Taksonomi
Sebelum dibahas tentang kajian taksonomi ini, ada baiknya dibahas tentang tujuan
pendidikan secara umum. Tujuan pendidikan didasarkan pada tiga tingkatan, yaitu
1. Tujuan pendidikan umum
Tujuan ini didasarkan pada perlu atau tidaknya suatu program pembelajaran
diadakan. Umumnya sekrang tujuan ini ada pada tujuan pendidikan di sekolah pada
tingkatannya masing – masing.
2. Tujuan yang didasarkan pada tingkah laku
Tujuan ini didasarkan pada pentingnya perubahan tingkah laku seseorang setelah
melaksanakan kegiatan pembelajaran. Perilaku yang dikenal secara umum terbagi
atas 3, yaitu : kognitif, afekti dan psikomotor, posisi taksonomi ada pada tingkatan
ini.
3. Tujuan operasional
Tujuan ini pada dasarnya muncul karena tujuan yang berfokus pada tingkah laku
dipandang terlalu bersifat mental dan kurang cukup kongkrit untuk diamati. Atas
dasar inilah, maka munculah tujuan operasional yang didasarkan pada pengamatan
secara kongkrit dan terukur.
Taksonomi pada dasarnya merupakan suatu jenjang yang didasarkan pada tingkat
kesulitan tertentu, umumnya dimulai pada tingkat kesulitan paling rendah menuju paling
tinggi. Mengingat suatu konsep pastinya lebihi mudah dibandingkan dengan memahami,
melaksanakan ataupun menganalisa konsep tersebut. Oleh karena itu, taksonomi dalam
istilah sederhananya dapat pula disebut level belajar dari seseorang.
Dalam ilmu pendidikan banyak dipelajari tentang taksonomi, dari sekian banyak
diambil beberapa yang sudah populer untuk dibahas, yaitu, Bloom dan krathwohl, gagne
serta De Block.
1. Bloom dan Krathwohl
Bloom dan krathwohl mengukapkan bahwa taksonomi yang dikembangkan
pada dasarnya mengacu pada 4 prinsip, yaitu :
a. Prinsip Metodologis. Artinya, perbedaan-perbedaan yang besar merefleksikan
kepada guru dalam mengajar.
17
Bloom dan Kratwohl terkenal dengan taksonominya yang membagi atas 3 ranah
tujuan pendidikan yang bersifat tingkah laku, yaitu: ranah kognitif, afektif dan
psikomotor.
Namun jika sudut pandangnya bergeser menjadi mata pelajaran, tentu akan
sulit menilai seperti halnya menilai ahli perkayuan tersebut. Hal ini disebabkan tidak
semua mata pelajaran memiliki perilaku yang nampak dan mudah untuk diukur.
Sepertinya halnya pada mata pelajaran matematika, tentu akan sulit mengukur ranah
afektif dan psikomotor karena matematika adalah ilmu dasar atau ilmu alat dalam
belajar, bukan keahlian spesifik yang dapat dioperasionalisasikan dengan mudah,.
Penilaian afektif atau psikomotor dalam matematika bukanlah penilaian langsung,
melainkan hikmah yang dapat diambil dari keteraturan, disiplin dan ketaatan dalam
aturan operasinya, karena dalam pelajaran matematika tidak ada materi disiplin
dalam penjumlahan atau ketaatan dalam perkalian.
2. Gagne
Jika taksonomi Bloom lebih terlihat sangat evaluatif dalam tingkah laku atau
dapat dikatakan tingkah laku (belajar) adalah produk, maka Gagne lebih kepada
tingkah laku (belajar) sebagai proses. Dalam bukunya The Condition of learning
(1965) Gagne menyebutkan adanya 8 kategori tentang hirarki tingkah laku, yaitu :
a. Signal learning
b. Stimulus – response learning
c. Chaining
d. Verbal Association
e. Discrimination Learning
f. Rule Learning
g. Problem Solving
3. De Block
Jika Gagne menitik beratnkan taksonominya kepada tingkah laku (belajar) sebagai
suatu proses, lain halnya dengan De Block yang mengemukakan modelnya yang
didasarkan pada tujuan – tujuan mengajar melaui 3 arah mengajar, yaitu :
a. From partial to more integral learning
b. From limited to fundamental learning
c. From Special to general learning
19
Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan
pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward Kingsley membagi tiga macam
hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c)
sikap dan cita-cita. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik
tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari
Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor.
1. Ranah Kognitif
a. Mengingat. Istilah mengingat merupakan terjemahan dari kata remember dalam
taksonomi Bloom. Sekalipun demikian, maknanya tidak sepenuhnya tepat sebab
dalam istilah tersebut termasuk pula pengetahuan faktual di samping pengetahuan
20
hafalan atau diingat seperti rumus, batasan, definisi, istilah, pasal dalam undang-
undang, nama-nama tokoh, nama-nama kota.
b. Memahami . Tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan adalah
pemahaman. Misalnya menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri sesuatu
yang dibaca atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan
atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain. Pemahaman dapat
dibedakan ke dalam tiga kategori, tingkat pertama(terendah) adalah pemahaman
terjemahan, mulai dari terjemahan dalam arti yang sebenarnya, misalnya dari
bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia, mengartikan Bhinneka Tunggal Ika,
mengartikan merah putih. Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni
menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya.
Tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman ekstrapolasi. Membuat
contoh item pemahaman tidaklah mudah. Sebagian item pemahaman dapat
disajikan dalam gambar, denah, diagram, atau grafik.
c. Mengaplikasikan/ menerapkan, Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi
konkrit atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau
petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi.
d. Menganalisa (analysis) dan mensintesiskan, Analisis diartikan kemampuan
menjabarkan atau menguraikan suatu konsep menjadi bagian-bagian yang lebih
rinci, memilah-milih, merinci, mengaitkan hasil rinciannya. Contoh: Mahasiswa
dapat menentukan hubungan berbagai variabel penelitian dalam mata kuliah
Metodologi Penelitian.
Sintetis (synthetis), Sintesis diartikan kemampuan menyatukan bagian-bagian
secara terintegrasi menjadi suatu bentuk tertentu yang semula belum ada. Contoh:
Mahasiswa dapat menyusun rencana atau usulan penelitian dalam bidang yang
diminati pada mata kuliah Metodologi Penelitian.
e. Mengevaluasi (evaluation) / menilai, Evaluasi diartikan kemampuan membuat
penilaian (judgment) tentang nilai (value) untuk maksud tertentu. Contoh:
Mahasiswa dapat memperbaiki program-program computer yang secara fisik
tampak kurang baik dan kurang efisien pada mata kuliah Algoritma dan
pemrograman (Suparman, 2001).
21
Ranah kognitif pada dasarnya tidak berhenti sampai pada tahapan proses kognitif
saja. Namun demikian berkembang pada dimensi pengetahuan yang kini sudah mulai
kompleks. Dimensi pengetahuan terbagi atas 4, yaitu dimensi faktual, konseptual,
prosedural dan meta kognitif.
a. Pengetahuan Faktual merupakan suatu hasil pengamatan yang objektif dan
dapat dilakukan verifikasi oleh siapapun. Pengetahuan faktual membahas
tentang pengetahuan terminologi (kosa kata, simbol-simbol dll), pengetahuan
tentang menerjemahkan, rincian –rincian spesifik serta elemen – elemen dasar.
(simbol air H2O yang terdiri dari 1 H dan 2 O)
22
2. Ranah Afektif
Ranah afektif adalah satu domain yang berkaitan dengan sikap, nilai-nilai
interest, apresiasi atau penghargaan dan penyesuaian perasaan sosial. Tingkatan afektif
ini ada 5, yaitu:
3. Ranah Psikomotor
Mengarang