Anda di halaman 1dari 7

3 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah

pendekatan kualitatif. Metode penelitian kualitatif merupakan metode

penelitian naturalistik karena penilaiannya dilakukan pada kondisi yang

alamiah (natural setting) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci,

teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi, analisis data bersifat

induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dan

generalisasi (Sugiyono, 2010).

Pendekatan kualitatif yang berakar pada latar alamiah sebagai

keutuhan, manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif,

mengandalkan analisis serta mengarahkan sasaran penelitiannya pada usaha

menemukan dasar teori, bersifat deskriptif dengan membatasi studi dengan

fokus memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data,

rancangan penelitian bersifat sementara, hasil penelitiannya disepakati dua

belah pihak, peneliti dan subjek penelitian (Moleong,1998: 27).

Metode penelitian kualitatif merupakan suatu upaya untuk

memelihara (to preserve) bentuk dan isi tingkah laku manusia dan untuk

menguraikan (to analyze) kualitas-kualitasnya. Tingkah laku dalam hal ini

adalah tingkah laku para komunikator massa (Hamad,2004:46).

42
43

Pada penelitian yang dilakukan peneliti saat ini menggunakan

penelitian kualitatif karena penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang yang berperilaku yang dapat diamati (Moleong,1998:3).

Penelitian kualitatif cocok dengan objek yang akan dikaji untuk mengungkap

maknanya yaitu: tanda dan lambang, bahkan simbol yang ada dalam film.

Sedangkan jenis penelitian ini adalah analisis semiotika John Fiske.

Analisis semiotika John Fiske mengemukakan teori tentang kode-kode

televisi. Dalam semiotika (ilmu tentang tanda) terdapat dua perhatian utama,

yakni hubungan antara tanda dan maknanya, dan bagaimana suatu tanda

dikombinasikan menjadi suatu kode (J. Fiske dan J. Hartley, 2003: 22).

Semiotika John Fiske mengemukakan teori tentang kode-kode televisi (the

codes of televsion) yang memiliki tiga level, yaitu level realitas, level

representasi, dan level ideologi (Vera, 2014).

3.2 Definisi Konseptual

Untuk memahami dan memudahkan dalam menafsirkan teori-teori

yang ada dalam penelitian ini, maka definisi konseptual yang berhubungan

dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Representasi

Representasi merujuk pada bagaimana seseorang, satu

kelompok, gagasan, atau pendapat tertentu ditampilkan dalam suatu

pesan media, baik dalam bentuk pemberitaan maupun wacana media


44

lainnya. Marcel Danesi (2010:3) mendefinisikan representasi sebagai

proses perekaman gagasan, pengetahuan, atau pesan secara fisik.

Secara lebih tepat dapat didefinisikan sebagai penggunaan “tanda-

tanda” (gambar, suara, dan sebagainya) untuk menampilkan ulang

sesuatu yang diserap, diindra, dibayangkan, atau dirasakan dalam

bentuk fisik. Representasi Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD)

merupakan bentuk representasi yang akan diteliti dalam film “27

Steps Of May”. PTSD dipilih karena sesuai dengan kondisi

lingkungan sekitar kita saat ini dimana masih banyak kekerasan

terhadap anak perempuan maupun laki-laki yang kita temui.

Kekerasan seksual yang dialami anak ini mengakibatkan anak tersebut

memiliki trauma atas kejadian yang pernah diterimanya. Trauma

tersebut dapat berupa emosional maupun psikologi. Karakter May

dalam film “27 Steps Of May” masih tergolong anak-anak karena

usianya saat itu yang masih 14 tahun. Trauma psikologis yang

dialaminya membuat kehidupan sehari-harinya berubah.

2. 27 Steps of May

Cerita dalam film mungkin saja diambil dari kisah hidup yang

dimiliki seseorang kemudian diangkat dalam tampilan frame dalam

film tersebut. Film “27 Steps Of May” dirilis pada tahun 2019, ditulis

oleh Rayya Makarim, dan disutradarai oleh Ravi Bharwani. Film ini

bercerita tentang sebuah trauma berat yang dialami oleh tokoh

utamanya, May (yang diperankan oleh Raihaanun), yang pernah


45

mendapatkan kekerasan seksual dari orang yang tidak dikenal

diusianya yang masih 14 tahun. Akibat trauma yang mendalam, May

menarik diri sepenuhnya dari kehidupan sosial. Bapaknya pun

mengalami trauma berat yang serupa karena ia merasa tidak bisa

menjaga anak semata wayangnya dengan benar.

3. John Fiske

Semiotika model John Fiske dipilih karena model ini

mengungkapkan bahwa sebuah realitas tidak muncul begitu saja

melalui kode-kode yang timbul, namun juga diolah melalui

penginderaan sesuai referensi yang telah dimiliki oleh pemirsa

televisi, sehingga sebuah kode akan diapresiasi secara berbeda oleh

orang yang berbeda juga. Dan pada perkembangannya, model dari

John Fiske tidak hanya digunakan dalam menganalisis acara televisi,

tetapi juga digunakan untuk menganalisis teks media lain, seperti film,

iklan, dan lain-lain. Serta teori ini memiliki tiga level yang bisa

digunakan oleh peneliti, yaitu level realitas, level representasi, level

ideologi.

4. Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD)

PTSD merupakan gangguan kejiwaan yang dapat timbul

setelah mengalami atau menyaksikan kejadian-kejadian yang

mengancam jiwa, seperti pertempuran militer, bencana alam, insiden

teroris, kecelakaan serius atau tindak kekerasan individual, seperti


46

pemerkosaan, dan kekerasan fisik. Peneliti akan mengaitkan beberapa

scene dalam film dengan gejala-gejala PTSD yang sesuai dengan

karakter May dan bapaknya, yaitu depression, aggressive behaviour

toward oneself or one others, self blame, guilt, and shame, social

isolation, problem with identity, feeling permanently damaged,

problem with self-esteem, getting upset.

3.3 Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah film “27 Steps Of May” yang ditulis

oleh Rayya Makarim, dan disutradarai oleh Ravi Bharwani, berdurasi satu

jam lima puluh dua menit (112 menit). Objek dari penelitian ini adalah adegan

dan dialog dalam film 27 Steps Of May yang mengandung unsur-unsur post-

traumatic stress disorder (PTSD).

3.4 Korpus

Yang dimaksud korpus adalah bagian dari keseluruhan cerita yang

merupakan adegan-adegan atau biasa disebut scene. Total scene yang ada

dalam film “27 Steps Of May” adalah 160 scene, sedangkan jumlah scene

yang akan diteliti adalah 30 scene.

3.5 Unit Analisis Data

Unit analisis data adalah pesan yang akan diteliti melalui analisis

semiotik. Pesan yang dimaksud berupa gambar, adegan dan dialog dalam isi

film atau keseluruhan isi pesan. Menurut John Fiske, ketika kita melakukan

representasi atas suatu realitas, tidak dapat dihindari adanya kemungkinan

memasukkan ideologi dalam konstruksi realitas. Dengan menggunakan


47

model semiotika John Fiske, pertama peneliti akan menjabarkan data gambar

(visual) dan suara atau dialog (audio) tiap scene yang dipilih pada film “27

Steps Of May”. Kemudian mencari penanda dan petanda, lalu menarik

kesimpulan berdasarkan level realitas (reality), level representasi

(representation), level idelogi (ideology) kemudian beralih posisi untuk

menentukan makna baru.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

3.6.1 Data Premier

Data premier berupa observasi dengan cara menonton,

membaca, menganalisa, dan mencatat scene-scene dalam film “27

Steps Of May” yang berdurasi 112 menit, yang ditonton secara resmi

melalui aplikasi salah satu pendukung film tersebut yaitu go-play.

3.6.2 Data Sekunder

Data sekunder berupa studi pustaka (Library Research)

dengan cara mengumpulkan berbagai materi yang berkaitan dengan

judul penelitian ini dari berbagai sumber yang berupa buku, dokumen,

surat kabar, jurnal ilmiah, majalah dan situs internet.

3.7 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis semiotika John

Fiske dalam menganalisis data yang ada dengan maksud memberikan

gambaran secara jelas mengenai analisis semiotika pada film “27 Steps Of

May” karya Ravi Bharwani. Berdasarkan Jane Strokes dalam bukunya yang
48

berjudul How to Do Media and Cultural Studies, tahapan-tahapan yang akan

digunakan dalam analisis semiotika ini adalah sebagai berikut :

1. Mendefinisikan objek analisis penelitian. Peneliti memilih film drama

Indonesia yang berjudul “27 Steps Of May” karya Ravi Bharwani.

2. Mengumpulkan teks. Peneliti melakukan capture pada adegan tertentu

yang dianggap relevan dalam merepresentasikan Post-Traumatic

Stress Disorder (PTSD).

3. Menjelaskan teks. Peneliti akan berfokus pada tanda-tanda yang

meliputi penampilan (appearance), kostum (dress), riasan (make up),

lingkungan (environment), kelakuan (behavior), dialog (speech),

gerakan (gesture), ekspresi (expression), serta memperhatikan teknis

kamera (camera), pencahayaan (lighting), penyuntingan (editing),

music (music), dan suara (sound).

4. Menafsirkan teks. Peneliti mulai menganalisis lebih dalam dan

mengaitkan teks dengan teori untuk melengkapi hasil temuan.

5. Menarik kesimpulan yang berupa representasi Post-Traumatic Stress

Disorder (PTSD) dalam film “27 Steps Of May”.

Anda mungkin juga menyukai