Anda di halaman 1dari 17

TEORI DISONANSI KOGNITIF

Oleh :

1. ECI LINDASARI 205130067P

2. RESTI DWI JAYANTI 205130045P

3. IRFAN A RIDWANSYAH 205130066P

KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MITRA LAMPUNG
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah


Pendidikan suatu bagian yang penting dan menjadi hal yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia. Pentingnya penyelanggaraan pendidikan
menjadi salah satu penunjang kemajuan suatu Bangsa. Hasbullah (2008:122)
mengemukakan melalui proses pendidikan suatu bangsa berusaha untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu yang direncanakan.
Dirumuskan di dalam GBHN (TAP MPR NO. IV/MPR/1973) bahwa
“pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung
seumur hidup” (Ahmad dan Ubiyati, 2003:73). Pendidikan menjadi usaha
manusia dalam memperbaiki kualitas kehidupannya kerena pada hakekatnya
menusia adalah makhluk yang bisa dididik dan belajar (Education Human Being).
Pembelajaran di sekolah tidak selamanya berjalan lancar, terdapat pula-pula
berbagai kendala yang dihadapi, salah satu masalah yang akan dihadapi dalam
pembelajaran adalah bagaimana mengatasi berbagai macam permasalah yang akan
muncul dalam berkomunikasi dalam pembelajaran.
Berdasarkan pemaparan latar belakang dan mengidentifikasi masalah
penulis ingin mencoba memecahkan permasalahan komunikasi yang timbul dalam
pembelajaran, mengungkapkan salah satu yang pernah diungkapkan oleh Leon
Festinger mengenai teori disonansi kognitif beserta solusinya, yang dapat muncul
pada pembbelajaran.
Rumusan Masalah dan Pertanyaan penelitian
Setelah adanya pemaparan mengenai latar bekalang masalah di atas maka
dalam penelitian ini, penulis mengajukan permasalahan yang akan diangkat pada
penelitian ini adalah. “Bagaimana Teori Disonansi kognitif
Bagaimana Profil dari Leon Festinger dan perjalanan karirnya?
Bagaimana inti dari teori disonansi kognitif?
Bagaimana Penerapan Teori Disinansi Kognitif dalam Pembelajaran?
Bagaiaman kelebihan dan kekurangan teori disonansi kognitif?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian di atas. Maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
Mendeskripsikan Profil dari Leon Festinger dan perjalanan karirnya.
Mendeskripsikan inti dari teori Disonansi Kognitif.
Menganalisis Penerapan Teori Disinansi Kognitif dalam Pembelajaran.
Mengetahui kelebihan dan kekurangan teori disonansi kognitif?

Sistematika penulisan
Penyusunan hasil penelitian akan dijabarkan dalam sistematika penulisan
dibawah ini.
Bab I, adalah pendahuluan. Merupakan bagian awal dari penulisan, Dalam
bab ini terbagi-bagi dalam beberapa sub bab seperti: latar belakang masalah, yang
berisikan mengenai mengapa masalah yang diteliti itu timbul dan apa yang
menjadi alasan peneliti mengangkat masalah tersebut. Selain latar belakang
masalah, dalam penulisan ini terdapat pula rumusan masalah dan tujuan
penelitian.
Bab II, merupakan pembahasan. Pada bab ini berisikan hasil penelitian,
dalam bab ini peneliti akan menguraikan pengertian teori disonansi kognitif, inti
teori disonansi kognitif, implementasi teori disonansi kognitif dalam dunia
pendidikan di sekolah. Dan yang terakhir keunggulan dan kelemahan teori
disonansi kognitif.
Bab III, penutup. Bab ini adalah bab yang terakhir, dalam bab ini disajikan
penafsiran berupa kesimpulan terhadap hasil penulisan yang telah dilakukan.
Setelah memaparkan beberapa isi dari beberapa bab, maka bagian yang
terakhir adalah menampilkan daftar pustaka. Daftar pustaka memuat semua
sumber tertulis yang digunakan dalam penyusunan makalah.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Profil Leon Festinger

Leon Festinger lahir di New York, pada

tanggal 8 Mei 1919. Leon Festinger adalah


seorang psikolog sosial Amerika, yang bertanggung
jawab untuk pengembangan dari Teori Disonansi Kognitif, teori perbandingan
sosial , dan penemuan peran kedekatan dalam pembentukan ikatan sosial serta
kontribusi lain untuk studi jaringan sosial.
Festinger paling terkenal dengan Teori Disonansi Kognitif, yang
menunjukkan bahwa ketika orang didorong untuk berperilaku dalam cara yang
konsisten dengan keyakinan mereka, sebuah ketegangan psikologis tidak nyaman
sedang terangsang. Ketegangan ini akan menyebabkan orang untuk mengubah
keyakinan mereka agar sesuai dengan perilaku mereka yang sebenarnya, bukan
sebaliknya.
Festinger juga bertanggung jawab untuk Teori Perbandingan Sosial, yang
memeriksa bagaimana orang menilai pendapat mereka sendiri dan keinginan
dengan membandingkan diri dengan orang lain, dan bagaimana kelompok-
kelompok mengerahkan tekanan pada individu untuk sesuai dengan norma-norma
kelompok dan tujuan Festinger juga membuat kontribusi penting untuk teori
jaringan sosial. Mempelajari pembentukan ikatan sosial, seperti pilihan teman di
kalangan mahasiswa perguruan tinggi ditempatkan di asrama, Festinger (bersama-
sama dengan Stanley Schachter dan Kurt Kembali) menunjukkan bagaimana
pembentukan ikatan diperkirakan oleh kedekatan, kedekatan fisik antara orang-
orang, dan bukan hanya dengan selera serupa atau keyakinan, sebagai orang awam
cenderung percaya. Artinya, orang hanya cenderung berteman dengan tetangga
mereka.
Pada awal karirnya, Festinger mengeksplorasi berbagai bentuk kelompok
sosial yang dapat mengambil dan menunjukkan, bersama dengan Schachter dan
Back,"bagaimana norma-norma yang lebih jelas, lebih dipegang teguh dan lebih
mudah untuk menegakkan lebih padat yang jaringan sosial.

2.1.1 Karir Leon Festinger


Festinger meraih gelar Bachelor of Science dari City College of New York
pada tahun 1939, dan mulai untuk menerima Master dari University of Iowa di
tahun 1942, di mana ia belajar dengan Kurt Lewin, yang lain pelopor dalam
psikologi sosial. Selama karirnya, Festinger adalah seorang anggota fakultas di
University of Iowa, University of Rochester, Massachusetts Institute of
Technology (MIT), University of Minnesota, University of Michigan, Universitas
Stanford, dan New School for Social Penelitian.
Pada tahun 1955, Festinger pindah ke Universitas Stanford. Akhirnya,
pada tahun 1968 ia menjadi Profesor Psikologi di New School for Social Research
di New York (kursi diberkahi oleh Hermann Staudinger). Dia menikah lagi pada
tahun berikutnya kepada Trudy Bradley, seorang Profesor di Universitas New
York Sekolah Pekerjaan Sosial.
Kontribusi Festinger untuk psikologi sosial yang begitu besar yang pada
tahun 1959 American Psychological Association memberinya penghargaan
"Distinguished Kontribusi Ilmiah". Untuk Festinger adalah psikologi sosial
sebagai Freud untuk psikologi klinis contoh dari disonansi kognitif.
2.2 Teori Disonansi Kognitif
Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang
saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai
fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan menentukan
hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah
(http://id.wikipedia.org/wiki/Teori).
Kata teori memiliki arti yang berbeda-beda pada bidang-bidang
pengetahuan yang berbeda pula tergantung pada metodologi dan konteks diskusi.
Secara umum, teori merupakan analisis hubungan antara fakta yang satu dengan
fakta yang lain pada sekumpulan fakta-fakta
Menurut Djoko Adiwalujo (http://filsafatilmu.blogspot.com/2008/01 /hubungan-
teori-fakta.html) pengertian teori adalah sarana pokok untuk menyatakan
hubungan sistematik dalam gejala social maupun natura yang dijadikan
pencermatan. Teori merupakan abstarksi dari pengertian atau hubungan dari
proposisi atau dalil.
Menurut Kerlinger [1973] teori dinyatakan sebagai sebuah set dari proposisi yang
mengandung suatu pandangan sistematis dari fenomena.
Terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan dalam mencermati lebih jauh mengenai
teori, yakni :
Teori adalah sebuah set proposisi yang terdiri dari konstrak [construct] yang
sudah didefinisikan secara luas dan dengan hubungan unsur-unsur dalam
set tersebut secara jelas
Teori menjelaskan hubungan antar variable atau antar konstrak sehingga
pandangan yang sistematik dari fenomena fenomena yang diterangkan
oleh variable dengan jelas kelihatan
Teori menerangkan fenomena dengan cara menspesifikasi variable satu
berhubungan dengan variable yang lain.
2.2.1 Definisi Disonansi
Adanya keterkaiatan antara elemen-elemen kognitif yang saling
berhubungan (Relation). Element adalah kognisi yaitu hal-hal yang diketahui
seseorang tentang dirinya sendiri, tingkah lakunya dan lingkungannya. Istilah
kognisi adalah untuk menunjukan pada setiap pengetahuan, pendapat, keyakinan,
atau perasaan seseorangtentang dirinya sendiri atau tentang lingkungannya.
Faktor yang paling menentukan terhadap element kognitif adalah kenyataan
(realitas), elemen kognitif sendiri berhubungan dengan hal-hal yang nyata yang
ada dilingkungan dan hal-hal yang terdapat dalam dunia kejiwaan seseorang,
hubungan tersebut dibedakan dalam 3 jenis yaitu, tidak relevan, disonan, dan
konsonan.
Hubungan yang tidak relevan misalnya, orang memgetahui bahwa setiap
musim hujan jakarta kebanjiran dan ia pun mngetahui bahwa indicina tentang
vietnam masuk ke wilayah Kamboja. Kedua pengetahuan tersebut saling berkaitan
dan tidak saling mempengaruhi karenanya disebut tidak relevan.
Hubungan dua elemen kognitif yang saling terkait dan saling mempengaruhi
disebut hubungan relevan, yaitu hubungan yang disonan dan hobungan yang
konsosnan.
Disonansi didefinisikan sebagai berikut : dua elemen dikatakan ada dalam
hubungan yang disonan jika (dengan hanya memperhatikan kedua elemen itu saja)
terjadi suatu penyangkalan dari suatu elemen yang diikuti oleh atau mengikuti
sesuatu elemen yang lain. Contoh, jika seseorang berdiri dibawah hujan,
seharusnya ia kebasahan akan tetapi ; kalau orang yang berdiri dihujan (satu
lelemen) tidak basah (pengangkatan elemn kedua), maka terjadilah hibungan
disonan.
Konotasi adalah keadaan dimana terjadi hubungan yang relevan antara dua
elemen dan hubungn itu tidak disonan. Jadi satu elemen kognisi diikuti oleh
elemen yang lain. Misalnya, orang berdiri dihujan (elemen pertama) dan basah
(elemen kedua).
Akan tetapi adanya penyangkalan elemen tidak selalu jelas. Dalam keadaan
ini maka anatara konsosnan dan disonan juga tidak dapat dibedakan dengan tajam.
Faktor-faktor motivasi dan keinginan juga berpengaruh di sini sehingga
menambah rumitnya persoalan. Misalnya seseorang berjudi terus walaupun terus
kalah melawan penjudi profesional. Perbuatan orang itu disonan dengan
pengatahuannya tentang lawan yang profesional. Namun, kalau memang ingin
berjudi sampai habis seluruh uangnya,maka bagi orang tersebut hubungan elemen-
elemen diatas adalah konsosnan.
Menurut Festinger disonansi dapat terjadi dari beberapa sumber berikut :
Inkonsistesnsi logis Contoh, keyakinan bahwa air membeku pada 00C, secara
logis tidak konsisten dengan keyakinan bahwa es balok tidak akan mencair
pada 400C.
Nilai-nilai budaya (Culture mores), kebudayaan seringkali menentukan apa yang
disonan dan konsonan. Contoh, makan dengan tangan di pesta resmi di Eropa
menimbulkan disonansi tetapi makan dengan tangan diwarung di Jakarta
dirasakan sebagai Konsonan.
Pendapat umum, disonanasi dapat terjadi karena suatu pendapat yang dianut
orang banyak dipaksakan pada pendapat individu. Misalnya : seorang remaja
yang menyanyi lagu keroncong. Hal ini menumbulkan dosonansi karena
pendapat umum percaya bahwa keroncong hanya merupakan kegemaran
orang-orang tua.
Pengalaman masa lalu Contoh, berdiri di bawah hujan, tetapi tidak basah.
Keadaan ini disonan karena tidak sesuai dengan pengalaman masa lalu.

2.2.2 Inti Teori


Teori disonansi kognitif merupakan sebuah teori komunikasi yang
membahas mengenai perasaan ketidaknyamanan seseorang yang diakibatkan oleh
sikap, pemikiran, dan perilaku yang tidak konsisten dan memotivasi seseorang
untuk mengambil langkah demi mengurangi ketidaknyamanan tersebut.
Teori disonasi kognif dari Leon Festinger (1957) tidak jauh berbeda dari
teori-teori konsistensi kognitif lainnya, tetapi ada dua perbedaan yang perlu
dicatat berikut ini :
1.Teori ini berisi tetang tinggah laku umum, jadi tidak khusus tntang tingkah laku
sosial
2.Walaupun demikian, pengaruhnya terhadap penelitian – penelitian psikologi
sosial jauh lebih mencolok daripada teori – teori konsistensi yang lain.
Inti dari teori disonasi kognitif yaitu, antara elemen-elemen kognitif
mungkin terjadi hubungan yang tidak pas (nonfiiting relation) yang
menimbulakan disonansi (kejanggalan) kognitif; disonansi kognitif
menumbulakan desakan untuk mengurangi disonansi tersebut dan menghindari
peningkatannya; hasil dari desakan itu terwujud dalam perubahan pada kognisi,
perubahan tingkah laku, dan mengahadapakn diri pada beberapa informasi dan
pendapat-pendapat baru yang sudah diseleksi terlebih dahulu. Walaupun
demikian, penguraian dari teori ini sangat jauh dari sederhana.

2.2.2 Ukuran Disonansi


Adanya perbedaan kadar yang pada hubungan disonan, maka festinger
mengatakan perlunya mengetahui faktor-faktor yang menentukan kadar disonansi
itu, antara lain :
Tingkat kepentingan elemen-elemen yang saling berhubungan itu bagi bagi orang
yang bersangkutan.
Elemen itu kurang penting artinya makan tidak banyak disonansi yang akan
timbul
Dan sebaliknya jika kedua element itu sangat penting artinya, maka disonansi
yang akan tinggi pula.
Akan tetapi tidak pernah ada hubungan meskipun dalam kenyataannya yang
melibatkan element – element. Masing- masing element yang dua itu
dihubungkan juga dengan element – element lain yang relevan. Sebagai hubungan
– hubungan yang ini konsonan, sedangkan sebagian lainnnya disonan. Menurut
festinger hampir-hampir tidak pernah terjadi tidak pernah disonansi sama sekali
dalam hubungan yang terjadi anatar sekelompok element. Oleh kerena itu, kadar
disonanasi dalam dua element dipengaruhi juga oleh jumlah disonanti yang yang
ditimbulkan oleh keseluruhan hubungan kedua element itu dengan elemet –
element lain yang relevan, festingersendiri tidak menunjukan bagaimana cara
yang relevan untuk menunjukan bagaimana cara menetapkan kadar kepentingan
dan relevansinya
Tindak disonansi maksimum adala sama dengan jumlah daya tolak
element yang paling lemah. Jika disonansi maksimum tercapai, maka elemet yang
lemah itu akan berubah dan disonansi akan berkurang. Tentu saja akan ada
kemungkunan bahwa perubahan elemet yang lemah itu akan menambah disonansi
pada hubungan yang lain dalam kumpulan elemen kognitif bersangkutan. Dalam
hal ini maka perubahan pada elemet yang lemah tersebut tidak terjadi.
Konsekuensi – konsekuensi disonansi :
Pengurangan disonanasi dapat melalui tiga kemungkinan :
Mengubah elemen tingkah laku
Mengubah elemen kognitif lingkungan
Menambah elemen kognitif baru
Menghindari disonansi
Adanya disonansi selalumenimbulkan dorongan untuk menghindari
disnonanasi tersebut. Dalam hubungan ini caranya adalah dengan
menambah informasi baru yang diharapakan dapat menambah dukungan
terhadap pendapat orang yang bersangkutan atau menambah
perbendaharaan element kognitif dalam diri orang yang bersangkutan.
Penambahan element baru ini harus sangat selektif, yaitu hanya
mencarinya pada orang – orang yang diperkirakan dapat memberi
dukungan dan menghindari orang-orang yang pandangannya berbeda.
Demikian cara menghindari disonansi.

2.2.3 Dampak Teori


Teori yang disampaikan oleh Festinger memiliki pengeruh dalam beberapa
segi kehidupan sehari-hari damapak teori tersebut antara lain :
Dalam membuat keputusan : keputusan dibuat berdasarkan suatu situasi konflik
alternatif-alternatif dalam situasi konflik itu bisa semua positif, bias juga
semua negatif atau bahakan positif dan negatif, dalam ketiga situasi tersebut
keputusan apapun yang akan diambil akan menimbulkan sebuah disonansi
dari pilahan yang tidak terpilih. Kadar disonansi setelah pembuatan keputusan
ada atau tidak daya tarik alternatif tergantung pada pentingnya keputusan itu
dan daya tarik altertatif yang tidak terpilih mengenai sebuah keputusan
biasanya terjadi hal-hal berikut :
Akan terjadi peningkatan pencarian informasi baru yang menghasilkan
elemen kognisi yang mendukung (konsonan dengan) keputusan yang
sudah dibuat
Akan timbul keprcayaan yang semakin mantap mengenai keputisan yang
telah dibuat atau timbul pandangan yang semakin tegas membedakan
kemenarikan alternatif yang yelah diputuskan dari pada alternatif-
alternatif lainnya. Atau bisa juga dua kemungkinan itu terjadi bersama-
sama.
Semakin sulit untuk mengubah arah keputusan yang sudah dibuat, terutama
pada keputusan yang sudah mengurangi banyak disonansi.
Paksakan untuk mengalah dalam situasi-situasi publik (ditengah banyak orang),
seseorang dapat dipaksa untuk melakukan sesuatu (dengan ancaman hukuman
ataupun menjanjikan hadiah) kalau perbuatan itu tidak sesuai dengan
kehendak (sebagai pribadi), maka timbul didsonansi. Kadar disonansi
tergentung kepada basarnya ancaman hukuman atau ganjaran yang akan
diterima.
Ekspose pada informasi-informasi. Disonansi akan mendorong pencarian-
pencarian disonansi baru. Kalau disonansi hanya sedikit atau tidak ada sama
sekali, maka usaha mencari informasi baru juga tidak ada. Kalau kadar
disonansi berada pada taraf menengadah (tidak rendah dan tidak tinggi), maka
usaha pencarian informasi baru akan mencapai taraf maksimal. Dalam hal ini
orang yang bersangkutan akan dihadapkan (ekspose) pada sejumlah besar
informasi baru, namun kalau kadar disonansi maksimal, justru usaha mencari
informasi baru akan sangat berkurang karena pada tahap ini akan terjadi
perubahan elemen kognitif.
Dukungan sosial jika seseorang A, mengatahui bahwa pendapatnya berbeda dari
rang ain maka timbullah apa yang disebut kekuarangan dukungan sosial (lack
of social support) kekurangan dukunagn sosial ini menimbulkan disonanasi
pada A yang kadarnya ditetapkan berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut :
Ada tidaknya objek (elemen kognitif nonsosial) yang menjadi sasaran
pendapat orang lain itu, disekitar A;
Banyaknay orang yang dikenal A yang berpendapat sama dengan A
Pentingnya elemen yang bersangkutan bagi A
Relevansi orang-orang lain tersebut bagi A
Menarik tidaknya orang yang tidak setujutersebut bagi A
Tingkat perbedaan pendapat.

2.2.4 Cara-cara Mengurangi Disonansi


Ada beberapa cara yang apat digunakan untuk mengurangi disonansi seperti
ini adalah sebagai berikut :
Mengubah pendapat sendiri
Mempengaruhi orang yang tidak setuju agar tidak mengubah pendapat mereka
Membuat mereka yang tidak setuju sebanding dengan dirinya sendiri

2.3 Penerapan Teori Disinansi Kognitif dalam Pembelajaran


Teori dosonansi ini, dapat diimplementasikan pada dunia pendidikan
dengan memberikan pemecahan berbagai masalah yang terjadi pada kegiatan
belajar atau masalah yang berhubungan dengan sekolah dan siswa. Karena
menurut (Safaduloh Uyoh, 1994:75) masalah masalah pendidikan tidak hanya
mneyangkut pelaksanaan pendidikan, yang hanya terbatas pada pengalaman.
Di dalam tatanan pendidikan, teori disonan kognitif sering berlaku pada saat
siswa menerima umpan balik yang tidak menyenangkan atas kinerja akademik
mereka. Sebagai misal, Toto biasanya mendapatkan nilai bagus tetapi kali ini
mendapatkan nilai 50 untuk kuis tertentu. Nilai ini tidak konsisten dengan
gambaran dirinya sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman.
Untuk mengatasi ketidaknyamanan ini, Toto dapat memutuskan untuk
belajar lebih giat lagi untuk meyakinkan bahwa lain kali ia tidak akan
mendapatkan nilai yang rendah lagi. Di lain pihak ia bisa saja mencoba
membenarkan nilai rendah itu dengan berbagai alasan: “Pertanyaan-pertanyaan
kuisnya mengandung jebakan. Saya tidak sedang merasa sehat. Guru tidak
memberi tahu terlebih dahulu akan adanya kuis. Saya tidak sungguh-sungguh
mengerjakannya. Udaranya terlalu panas, “ dan berbagai alasan lainnya. Alasan
ini akan membantu Toto mempertanggungjawabkan nilai 50 itu. Bila ia kemudian
masih mendapatkan sederet nilai jelek lainnya, mungkin ia akan berkilah bahwa ia
tidak pernah mengerjakan kuis mata pelajaran ini sejelek ini, atau guru itu pilih
kasih pada anak laki-laki, atau guru itu pelit memberi nilai.
Semua perubahan dalam pendapat dan alasan ini diarahkan untuk
menghindari suatu pasangan situasi tidak konsisten dan tidak enak, yaitu: “Saya
adalah siswa yang baik” dan “Saya berbuat jelek di kelas, ini merupakan
kesalahan saya sendiri.”

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Teori Disinansi Kognitif


Dalam setiap teori memiliki kekurangan da kelebihan demikian pula
dengan teori disonansi ini,memiliki keunggulan dan kekurangannya yang antara
lain adalah sebagai berikut:
Kelebihan
Teori disonansi kognitif memberikan kontribusi yang sangat besar pada
pemahaman kita akan kognisi dan hubungan dengan perilaku. Teori Festinger
tidak hanya merupakan salah satu teori konsistensi yang amat penting, tetapi juga
merupakan salah satu teori yang signifikan dalam psikologi social
Kekurangan
Disonansi bukan merupakan konsep paling penting untuk menjelaskan
perubahan sikap. Dan teori disonansi kognitif tidak cukup jelas mengenai kondisi-
kondisi di mana disonansi menuntun pada perubahan sikap.
DAFTAR PUSTAKA

SUMBER BUKU
Hasbullah. (2008). Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta. Raja Grafindo
Persada.
Saduloh, U. (1994). Pengantar Filsafat pendidikan. Bandung. Media IPTEK
Bandung.
Sarwono, W. (2010). Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta. Rajawali Perss
Sumber Internet

Adiwalujo, D. (2008). Filsafat Ilmu. [Online], tersedia http://filsafatilmu


.blogspot.com/2008/01 /hubungan-teori-fakta.html. [17 september
2011]
Wikipedia. (2011). Teori. [Online]. Tersedia http://id.wikipedia.org/wiki/Teori
[18 september 2011]

Anda mungkin juga menyukai