Lubis
49
50
Terpilih (2020).
hidup seperti ini selama 8 tahun, tapi semua berubah ketika May
dinding kamarnya.
Steps of May yang memiliki 30 scene dari 160 scene yang menggambarkan
trauma berat karakter utamanya May dan Bapaknya. Scene tersebut kemudian
realitas, level representasi, serta level ideologi. Pada level realitas, peneliti
riasan, lingkungan, perilaku, dialog, gerakan, serta ekspresi. Lalu pada level
lain-lain.
sesuai struktur naratif film. Dalam babak ini berisikan beberapa adegan yang
dan Bapak.
53
Deskripsi Narasi
54
Penampilan (appearance) :
May bertubuh tinggi dan kurus. Rambutnya
berantakan. Warna kulitnya putih bersih.
Kostum (dress):
May mengenakan baju seragam yang tampak
berantakan.
Level
Realitas
Riasan (make up) :
Lebam di wajah, rambut berantakan.
Lingkungan (environment):
May berada di depan rumahnya
Perilaku (behavior):
55
Percakapan (speech) :
-
Ekspresi (expression) :
May memperlihatkan ekspresi ketakutan dengan
pandangan kosongnya.
Pencahayaan (lighting) :
Adegan ini menggunakan teknik pencahayaan low
key lighting untuk membuat adegan lebih dramatis
dan menyampaikan perasaan karakter May.
Penyuntingan (editing) :
Pada gambar 4.2, teknik penyuntingan yang
digunakan yaitu fade in yang dimulai dengan layar
hitam dan perlahan memunculkan shot yang
ditampilkan. Gambar 4.4 menggunakan teknik
editing fade out untuk mengakhiri adegan.
Suara (sound) :
Adegan ini tidak menggunakan efek suara
tertentu. Keheningan dan suara natural sekitar
(ambience) ditekankan untuk menggambarkan
karakter May.
Gangguan mental dan kejiwaan yang dialami oleh May mulai terlihat
Selain itu pada level representasi yang muncul dalam scene ini
juga sangat kuat menjelaskan perasaan May. Gambar 4.2, 4.3, dan
gambar 4.3 dengan ukuran frame CU (Close Up) dengan tujuan untuk
Deskripsi Narasi
sebagai berikut :
Penampilan (appearance) :
May bertubuh tinggi dan kurus. Rambutnya
panjang dan diikat. Warna kulitnya putih bersih.
Kostum (dress):
May mengenakan baju setelan berwarna abu-abu
polos.
Lingkungan (environment):
May berada di dalam kamarnya yang terlihat
kosong dan dengan dinding yang berwarna abu-
abu.
Perilaku (behavior):
Pada gambar 4.2, May melakukan rutinitas
olahraganya yaitu lompat tali. Pada gambar 4.3
dan 4.4, May berbaring diatas tempat tidurnya.
61
Percakapan (speech) :
-
Ekspresi (expression) :
May memperlihatkan ekspresi datar dengan muka
menghadap kedepan dan pandangan kosong.
Pencahayaan (lighting) :
62
Penyuntingan (editing) :
Pada gambar 4.2, teknik penyuntingan yang
digunakan yaitu fade in yang dimulai dengan layar
hitam dan perlahan memunculkan shot yang
ditampilkan. Gambar 4.3 menggunakan teknik
penyuntingan jump cut dan disambung dengan
gambar 4.4 menggunakan teknik editing framing
match cut.
Suara (sound) :
Adegan ini tidak menggunakan efek suara
tertentu. Keheningan dan suara natural sekitar
(ambience) ditekankan untuk menggambarkan
karakter May.
Tabel 4. 2 Level Realitas dan Level Representasi Scene 6
Gangguan mental dan kejiwaan yang dialami oleh May mulai terlihat
ini. Terlihat dari karakter May yang mengenakan pakaian setelan abu-
Selain itu pada level representasi yang muncul dalam scene ini
juga sangat kuat menjelaskan perasaan May. Gambar 4.2, 4.3, dan
lingkungan sekitar May, yaitu kamar May yang terlihat kosong. Serta
baginya.
Deskripsi Narasi
sebelumnya. Hal ini dijabarkan dalam gambar 4.5 dan gambar 4.6.
dengan sangat rapi di dalam rak khusus untuk hasil jadi dari
66
Penampilan (appearance) :
May bertubuh tinggi dan kurus. Rambutnya
panjang dan diikat. Warna kulitnya putih bersih.
Kostum (dress):
May mengenakan baju setelan berwarna abu-abu
polos.
Level
Realitas
Lingkungan (environment):
May berada di depan sebuah rak yang berisi
banyak boneka di dalam kamarnya.
Perilaku (behavior):
May diam dan berdiri memandangi sebuah rak
yang berisi banyak boneka di depannya.
Percakapan (speech) :
-
67
Ekspresi (expression) :
May memperlihatkan ekspresi datar dengan muka
menghadap kedepan.
Level
Representasi Pencahayaan (lighting) :
Adegan ini menggunakan teknik pencahayaan
high key lighting untuk membuat kesan pergantian
hari dari malam ke pagi.
Penyuntingan (editing) :
Pada gambar 4.5, teknik penyuntingan yang
digunakan yaitu match cut yang dibuat untuk
mendorong cerita maju dengan mulus dan
68
Suara (sound) :
Adegan ini tidak menggunakan efek suara
tertentu. Keheningan dan suara natural sekitar
(ambience) ditekankan untuk menggambarkan
karakter May.
Tabel 4. 3 Level Realitas dan Level Representasi Scene 7
PTSD dalam scene ini terlihat dari perilaku dan gerakan tubuh May
May sedang berdiri tegak di depan rak yang berisi banyak boneka
kerapian dari karakter tokoh May terlihat dari caranya menata boneka-
menggunakan angle yang sama yaitu eye level dengan ukuran frame
dengan tujuan untuk memperjelas ruang sekitar May dan sesuatu yang
oleh May.
ini tercipta dari ekspresi dan tingkah laku May yang menunjukkan
tahun yang lalu membuatnya berpikir bahwa dirinya akan lebih baik
Deskripsi Narasi
rapi. Sisi demi sisi disetrikanya dengan perlahan dan sangat hati-hati.
Penampilan (appearance) :
May bertubuh tinggi dan kurus. Rambutnya
panjang dan diikat. Warna kulitnya putih bersih.
Kostum (dress):
Pada gambar 4.7, May mengenakan baju setelan
berwarna coklat polos. Pada gambar 4.8 dan 4.9,
May mengenakan baju setelan berwarna merah
muda.
Level
Realitas
Riasan (make up) :
Natural tanpa efek tertentu.
Lingkungan (environment):
May berada di dalam kamarnya yang terlihat
kosong dan dengan dinding yang berwarna abu-
abu.
Perilaku (behavior):
72
Percakapan (speech) :
-
Ekspresi (expression) :
May memperlihatkan ekspresi datar dengan
tampak pandangan kosong.
Pencahayaan (lighting) :
Adegan ini menggunakan teknik pencahayaan low
key lighting untuk membuat adegan lebih dramatis
dan menyampaikan perasaan karakter May.
Penyuntingan (editing) :
Pada gambar 4.7, teknik penyuntingan yang
digunakan yaitu match cut. Gambar 4.8
menggunakan teknik penyuntingan action match
cut yaitu sambungan aksi dari shot sebelumnya
namun menggunakan sudut pengambilan gambar
yang berbeda. Sedangkan gambar 4.9
menggunakan teknik penyuntingan jump cut.
Suara (sound) :
Adegan ini tidak menggunakan efek suara
tertentu. Keheningan dan suara natural sekitar
(ambience) ditekankan untuk menggambarkan
karakter May.
74
konsep PTSD dalam scene ini terlihat dari perilaku dan gerakan tubuh
May yang sangat teliti dan berhati-hati dalam menyetrika baju dan
4.7 dan gamabr 4.9 menggunakan angle yang sama yaitu eye level
May dengan jelas. Ketiga shot dalam scene ini menggunakan efek
oleh May. Selain itu dengan adanya teknik jump cut pada gambar 4.9
membuat kesan bahwa hal yang dilakukan oleh May secara tidak
langsung membosankan.
yang dulu terjadi secara mental maupun fisik. Hal tersebut akan tidak
scene ini.
Deskripsi Narasi
yaitu memasukkan meja kerjanya yang dibantu oleh bapak. Lalu pada
gambar 4.10 terlihat May menerima boneka dari bapak yang harus ia
ini peneliti jabarkan level realitas dan representasi terkait dengan data
Penampilan (appearance) :
May bertubuh tinggi dan kurus. Rambutnya
panjang dan diikat. Warna kulitnya putih bersih.
Kostum (dress):
May mengenakan baju setelan berwarna merah
muda.
Level
Realitas
Lingkungan (environment):
May berada di perbatasan antara ruang kamarnya
dan ruang tengah rumah.
78
Perilaku (behavior):
Pada gambar 4.10, May sedang menerima boneka
dari bapak. Gambar 4.11, May sedang
memberikan boneka yang telah jadi kepada bapak
dengan tidak bersentuhan.
Percakapan (speech) :
-
Ekspresi (expression) :
May memperlihatkan ekspresi datar.
Pencahayaan (lighting) :
Adegan ini menggunakan teknik pencahayaan low
key lighting untuk membuat adegan lebih dramatis
dan menyampaikan perasaan karakter May.
Penyuntingan (editing) :
Teknik penyuntingan yang digunakan yaitu match
cut yang dibuat untuk mendorong cerita maju
dengan mulus dan menjaga kontinuitas fisik.
Suara (sound) :
Adegan ini tidak menggunakan efek suara
tertentu. Keheningan dan suara natural sekitar
(ambience) ditekankan untuk menggambarkan
karakter May.
secara fisik dengan orang lain, meskipun bapaknya sendiri. Bapak pun
sebuah batasan ruang yang dibuat oleh May, antara ruang pribadinya,
jadi kepada bapak dengan tidak bersentuhan secara fisik. May sangat
penarikan diri. Hal ini terlihat dari sikap May yang berusaha menarik
menggunakan angle yang sama yaitu Eye level dengan ukuran frame
gerakan tangan May. Kedua shot dalam scene ini menggunakan efek
oleh May.
sedang menarik diri dan sangat menjaga dirinya. Kejadian yang telah
dan dunia luar sangatlah jahat. Berdasarkan hal tersebut konsep PTSD
Deskripsi Narasi
May bahwa May hanya akan memakan makanan yang tidak berwarna
atau makanan rebusan, seperti telur rebus, sayuran rebus, dan lainnya
sebagai berikut :
Kostum (dress):
May mengenakan baju setelan berwarna merah
muda.
Lingkungan (environment):
May berada di ruang makan.
Perilaku (behavior):
May sedang mengambil makanannya dan
menatanya dengan sangat rapi di piringnya.
Percakapan (speech) :
-
Ekspresi (expression) :
May memperlihatkan ekspresi datar.
Pencahayaan (lighting) :
Adegan ini menggunakan teknik pencahayaan low
key lighting untuk membuat adegan lebih dramatis
Level
dan menyampaikan perasaan karakter May.
Representasi
Penyuntingan (editing) :
Teknik penyuntingan yang digunakan yaitu match
cut yang dibuat untuk mendorong cerita maju
dengan mulus dan menjaga kontinuitas fisik.
Suara (sound) :
Adegan ini tidak menggunakan efek suara
tertentu. Keheningan dan suara natural sekitar
85
terlihat dari cara makan yang dilakukan oleh May. Gambar 4.12
mengklaim wilayah pribadi kita. Bahkan pada saat makan pun, tidak
bercampuraduk.
86
objek dan gerakan tangan May. Kedua shot dalam scene ini
Deskripsi Narasi
bapak sedang memegang tangan May, dan May pun teringat dengan
pada gambar 4.15, 4.16, 4.17. Pada gambar 4.18, 4.19, dan 4.20, bapak
terus memaksa dan menarik May, tetapi May terus berusaha untuk
4.21, mereka berdua terjatuh dan May berhasil meloloskan diri. Lalu
ini peneliti jabarkan level realitas dan representasi terkait dengan data
Penampilan (appearance) :
May bertubuh tinggi dan kurus. Rambutnya
panjang dan diikat. Warna kulitnya putih bersih.
Kostum (dress):
May mengenakan baju setelan berwarna coklat
muda. Bapak mengenakan baju berwarna abu-abu
polos dan celana berwarna hitam.
Level
Realitas Lingkungan (environment):
May berada di ruang kerjanya yaitu di dalam
kamarnya, lalu ditarik keluar ruangannya oleh
bapak.
Perilaku (behavior):
Pada gambar 4.14, terlihat bapak sedang
mencengkeram tangan May. Lalu pada gambar
4.15, May terlihat sangat kaget. Gambar 4.16
menunjukkan adegan kilas balik May ketika
diperkosa. Pada gambar 4.17, May masih sangat
kaget melihat perlakuan bapak padanya dan dia
menolak ajakan bapak. Gambar 4.18 dan 4.19,
May berusaha melepaskan cengkraman bapak.
Pada gambar 4.20, May menahan tarikan bapak
90
Percakapan (speech) :
Bapak : May, kamu harus keluar!
May : (hanya menjerit)
Bapak : Ayo, May. Kamu harus keluar!
May : (menahan dan menjerit)
Ekspresi (expression) :
91
Pencahayaan (lighting) :
Adegan ini menggunakan teknik pencahayaan low
key lighting untuk membuat adegan lebih dramatis
dan menegangkan.
92
Penyuntingan (editing) :
Teknik penyuntingan yang digunakan yaitu match
cut yang dibuat untuk mendorong cerita maju
dengan mulus dan menjaga kontinuitas fisik.
Suara (sound) :
Suara teriakan bapak, teriakan May, ambience
teriakan tetangga dan suara sirine terdengar untuk
menambah kesan menegangkan.
terlihat dari ekspresi dan respon May ketika tangannya dipegang oleh
tangan May. Lalu gambar 4.15 dan 4.17 menunjukkan kekagetan May
dirinya. Hingga pada akhirnya mereka berdua terjatuh dan May bisa
meloloskan dirinya.
gambar dari atas objek yang menimbulkan kesan lemah, tak berdaya,
dan ambience teriakan teteangga dan suara sirine, pembuat film ingin
yang lalu membuatnya berpikir bahwa semua laki-laki itu jahat dan
Deskripsi Narasi
mengunci pintu kamar mandi. Pada gambar 4.23, 4.24, 4.25, dan 4.27,
May mengambil silet atau pisau cukur lalu melukai tangannya sendiri.
Pada gambar 4.26 terlihat bapak terus mencoba mendobrak pintu dan
memaksa May untuk keluar. Hingga akhirnya pada gambar 4.28 dan
Penampilan (appearance) :
May bertubuh tinggi dan kurus. Rambutnya
panjang dan diikat. Warna kulitnya putih bersih.
Kostum (dress):
Level
May mengenakan baju setelan berwarna coklat
Realitas
muda. Bapak mengenakan baju berwarna abu-abu
polos dan celana berwarna hitam.
Lingkungan (environment):
May berada di dalam kamar mandinya yang
terletak di dalam kamarnya.
Perilaku (behavior):
Pada gambar 4.22, terlihat May sedang menutup
dan mengunci pintu kamar mandi. Lalu pada
gambar 4.23, 4.24, dan 4.25, May mencari silet
atau pisau cukur dan melukai tangannya sendiri.
Gambar 4.26 terlihat bapak sedang berusaha
mendobrak pintu kamar mandi May. Pada gambar
4.27, 4.28, dan 4.29, May merasa lega setelah
melukai tangannya sendiri dan duduk dilantai
dengan lemas dan darah mengalir di tangannya.
Percakapan (speech) :
Bapak : May, buka pintunya May! Ini bapak
disini, kali ini bapak bisa lindungi kamu,
May! May, buka pintunya!
Ekspresi (expression) :
Pada gambar 4.22, 4.23, 4.24, 4.25, dan 4.27, May
terlihat marah dan kebingungan dengan tatapan
mata yang tajam. Lalu pada gambar 4.28, May
memunculkan ekpresi sedih, lemah, dan tak
berdaya dan merasa sangat menderita.
Pencahayaan (lighting) :
Adegan ini menggunakan teknik pencahayaan low
key lighting untuk membuat adegan lebih dramatis
dan menegangkan.
Penyuntingan (editing) :
Teknik penyuntingan yang digunakan yaitu match
cut yang dibuat untuk mendorong cerita maju
dengan mulus dan menjaga kontinuitas fisik.
Suara (sound) :
Suara teriakan bapak, teriakan May, ambience
teriakan tetangga dan suara sirine terdengar untuk
menambah kesan menegangkan.
gambar dari atas objek yang menimbulkan kesan lemah, tak berdaya,
dan ambience teriakan tetangga dan suara sirine, pembuat film ingin
semua laki-laki itu jahat dan tidak bisa dipercaya, meskipun itu
Deskripsi Narasi
pertandingan pun dimulai lagi. Pada gambar 4.32, terlihat bapak sudah
102
tidak terima dengan tindakan bapak dan wasit pun kembali melerai
Penampilan (appearance) :
Bapak bertubuh tidak terlalu tinggi dan sedikit
berotot. Rambutnya gundul. Warna kulitnya putih
bersih dan memiliki tato dilengan dan diperutnya.
Kostum (dress):
Level
Bapak bertelanjang dada dan memakai celana
Realitas
pendek serta sarung tinju berwarna merah.
Lingkungan (environment):
Bapak berada di arena pertarungan tinju.
103
Perilaku (behavior):
Pada gambar 4.31, terlihat bapak sedang terengah-
engah. Lalu pada gambar 4.32, 4.33, 4.34, 4.35
dan 4.36, bapak mulai memasuki arena dan
menghabisi lawannya dengan sangat agresif.
Gambar 4.37, terlihat wasit sedang melerai bapak,
namun bapak mencoba melawan dan tetap ingin
menghabisi lawannya. Hingga pada gambar 4.39,
bapak kembali menghajar lawannya tanpa
memedulikan lonceng yang telah dibunyikan.
Percakapan (speech) :
-
Ekspresi (expression) :
Pada gambar 4.31, terlihat pandangan tajam bapak
penuh dengan emosi. Pada gambar 4.33, 4.34,
4.36, dan 4.39, bapak masih menunjukkan emosi
dan keganasannya dengan tatapan tajam.
Pencahayaan (lighting) :
Adegan ini menggunakan teknik pencahayaan low
key lighting untuk membuat adegan lebih dramatis
dan menegangkan.
105
Penyuntingan (editing) :
Teknik penyuntingan yang digunakan yaitu match
cut yang dibuat untuk mendorong cerita maju
dengan mulus dan menjaga kontinuitas fisik.
Suara (sound) :
Ambience teriakan penonton, efek suara pukulan,
suara lonceng, dan geraman bapak menjadikan
adegan semakin menegangkan.
pada ring tinju. Perasaan bersalah bapak yang tidak bisa menjaga May
dengan benar, akan selalu muncul ketika sesuatu terjadi pada May.
menyakiti diri sendiri dan orang lain. Gambar 4.32, 4.33, 4.34, 4.35,
4.36, 4.37, 4.39, dan 4.41 menunjukkan bahwa bapak tidak bisa
Close Up) dan CU (Close Up) dalam scene ini bertujuan untuk
suara lonceng, dan efek suara pukulan, pembuat film ingin membawa
dan selalu merasa bersalah ketika sesuatu terjadi pada May. Kejadian
yang telah dialaminya May 8 tahun yang lalu membuat bapak selalu
Deskripsi Narasi
kedatangan dukun tersebut. Lalu pada gambar 4.45 dan 4.47 bapak
108
ini peneliti jabarkan level realitas dan representasi terkait dengan data
Penampilan (appearance) :
Bapak bertubuh tidak terlalu tinggi dan sedikit
berotot. Rambutnya gundul. Warna kulitnya putih
bersih.
Kostum (dress):
Bapak mengenakan baju berwarna abu-abu.
Perilaku (behavior):
Pada gambar 4.42 bapak membuka pintu dan
keluar untuk menemui temannya. Gambar 4.43
bapak melihati temannya bersama dukun. Gambar
4.44 teman bapak sedang bernegosiasi dengan
dukun. Gambar 4.45 dan 4.47 bapak dan
temannya sedang mengobrol. Gambar 4.46 dukun
melakukan aksinya.
109
Percakapan (speech) :
Teman bapak : “Eh.. eh.. Lu mau kemana? Ha?”
Dukun : “Mau masuk.”
Teman bapak : “Lu kagak denger tadi gua bilang
apa!”
Dukun : “Lah, terus gimana gua….”
Teman bapak : “Ya kan gua udah bilang, jangan
ke dalam rumah.”
Teman bapak : “Dia udah nyoba semuanya, jadi
jangan nyalahin kalo dia nggak
percayaan.”
Dukun : “Terus ngapain gue dimari?”
Teman bapak : “Iya, bantuin, tapi jangan ke dalam
rumah!”
Dukun : “Iye.”
Teman bapak : “Kita langsung dateng pas denger
berita kebakaran.”
Bapak : “Gak bakal nolong.”
Teman bapak : “He.. lu kan gatau itu, yang
penting lu yakin aja dulu. Siapa tau
ini bakal beda?”
Bapak : “Gak bakal.”
Teman bapak : “Gimana keadaannya?”
Bapak : “Rumah belakang aja yang kena. Gua
terpaksa narik dia keluar biar dia aman.”
Teman bapak : “Lu udah bikin dia aman.”
Ekspresi (expression) :
Pada gambar 4.43 bapak mengerutkan dahi sambil
menatap temannya. Pada gambar 4.45 dan 4.47
bapak mengobrol sambil memiringkan bibirnya
dan membuang muka ke bawah.
Level
Pencahayaan (lighting) :
Representasi
Adegan ini menggunakan teknik pencahayaan
natural light.
Penyuntingan (editing) :
Teknik penyuntingan yang digunakan yaitu match
cut yang dibuat untuk mendorong cerita maju
dengan mulus dan menjaga kontinuitas fisik.
111
Suara (sound) :
Suara pembicaraan bapak, temannya, dan dukun
dan ditambah dengan ambience sekitar termasuk
suara ayam yang dibawa dukun.
dapat melakukan sesuatu dengan benar, maka bapak merasa malu dan
dalam scene ini terlihat dari tindakan bapak yang selalu merasa
keadaan.
bapak alami. Selain itu, dengan teknik editing Match Cut dan
Gangguan mental dan kejiwaan yang dialami oleh May mulai terlihat
lalu.
karakter May memilih untuk isolasi diri. Menurut Carlson dan Ruzek
terjadi secara mental maupun fisik. Hal tersebut akan tidak nyaman
berisi konflik beberapa tokoh yang ada. Misbach Yusa Biran dalam
Bapak.
Deskripsi Narasi
May. Seketika ia bergeser dan menghindar dari cahaya itu. May terus
tidak ada lagi cahaya masuk, May pun bisa tidur. Dibawah ini peneliti
sebagai berikut :
115
Penampilan (appearance) :
May bertubuh tinggi dan kurus. Rambutnya
panjang dan diikat. Warna kulitnya putih bersih.
Kostum (dress):
May mengenakan baju setelan berwarna abu-abu
polos.
Lingkungan (environment):
May berada di dalam kamarnya.
Perilaku (behavior):
Pada gambar 4.51, terlihat May sedang
menghentikan lompat talinya dan memandangi
lubang yang ada di dinding sebelahnya. Lalu pada
gambar 4.52, May bergeser sedikit untuk
menghindari cahaya yang masuk. Gambar 4.53
May melanjutkan lompat talinya. Pada gambar
4.54, May merasa lega setelah cahaya dari lubang
itu menghilang dan melanjutkan tidur.
116
Percakapan (speech) :
-
Ekspresi (expression) :
Terlihat May dengan ekspresi datar.
Pencahayaan (lighting) :
117
Penyuntingan (editing) :
Teknik penyuntingan yang digunakan yaitu match
cut yang dibuat untuk mendorong cerita maju
dengan mulus dan menjaga kontinuitas fisik.
Suara (sound) :
Adegan ini tidak menggunakan efek suara
tertentu. Keheningan dan suara natural sekitar
(ambience) ditekankan untuk menggambarkan
karakter May.
May yang berusaha menghindar dari cahaya itu dan tetap melanjutkan
aktifitasnya.
merasakan perasaan May. Selain itu, dengan teknik editing Match Cut
Deskripsi Narasi
berikut :
Penampilan (appearance) :
May bertubuh tinggi dan kurus. Rambutnya
panjang dan diikat. Warna kulitnya putih bersih.
Level
Realitas
Kostum (dress):
May mengenakan baju setelan berwarna krem
muda polos.
120
Lingkungan (environment):
May berada di dalam kamarnya.
Perilaku (behavior):
Pada gambar 4.55 dan 4.56, terlihat May sedang
memandangi lubang di dinding yang ada di
hadapannya. Lalu pada gambar 4.57, May
mengambil isolasi dan menutup lubang yang ada
di dinding. Gambar 4.58 May masih merasa
terganggu dengan lubang yang sudah ditutupnya.
Pada gambar 4.59, May menggeser lemari
bonekanya untuk menutupi lubang tersebut dari
pandangannya. Gambar 4.60, Bapak hanya
melihati keanehan tingkah May.
Percakapan (speech) :
-
Ekspresi (expression) :
Terlihat May dengan ekspresi datar.
Pencahayaan (lighting) :
Adegan ini menggunakan teknik pencahayaan low
key lighting untuk membuat adegan lebih dramatis
Level
dan menegangkan.
Representasi
Penyuntingan (editing) :
Teknik penyuntingan yang digunakan yaitu match
cut yang dibuat untuk mendorong cerita maju
dengan mulus dan menjaga kontinuitas fisik.
Suara (sound) :
Adegan ini tidak menggunakan efek suara
tertentu. Keheningan dan suara natural sekitar
(ambience) ditekankan untuk menggambarkan
karakter May.
konsep PTSD dalam scene ini terlihat dari tindakan May yang
bonekanya.
merasakan perasaan May. Selain itu, dengan teknik editing Match Cut
bisa menerima benda asing atau pun hal aneh diluar dirinya. Kejadian
yang telah dialaminya May 8 tahun yang lalu membuat bapak selalu
Gambar 4. 63
62 Cuplikan shot 61 Cuplikan shot
Gambar 4. 64
dari adegan 28 dari adegan 28
Deskripsi Narasi
Penampilan (appearance) :
Bapak bertubuh tidak terlalu tinggi dan sedikit
berotot. Rambutnya gundul. Warna kulitnya putih
bersih.
Kostum (dress):
Bapak mengenakan baju berwarna abu-abu gelap.
Level
Realitas
Lingkungan (environment):
Bapak berada di ruangan manajer tinju.
Perilaku (behavior):
125
Percakapan (speech) :
Bapak : “Mana barang-barang gue?”
Manajer : “Dibuang.”
Bapak : “Balikin!”
Pelatih : “Tenang-tenang.”
Bapak : “Gua bilang, balikin!”
Manajer : “Gua mau lo keluar. Timing-nya
kelamaan masalah lo, emosi lo, ha. Lu
nggak kelarin disini. Lu kelarin sendiri
atau lu kelarin di rumah sakit jiwa.”
Pelatih : “Tenang, tenang…”
Ekspresi (expression) :
126
Pencahayaan (lighting) :
Adegan ini menggunakan teknik pencahayaan low
key lighting.
Level
Representasi Penyuntingan (editing) :
Teknik penyuntingan yang digunakan yaitu match
cut yang dibuat untuk mendorong cerita maju
dengan mulus dan menjaga kontinuitas fisik.
Suara (sound) :
Suara pembicaraan bapak, manajer, dan pelatih
dan ditambah dengan ambience sekitar termasuk
keramaian sedang bertanding.
dalam scene ini terlihat dari tindakan bapak yang tidak bisa
masalah yang terjadi akibat dari rasa frustasi karena tidak mampu
key lighting. Dengan ukuran frame MCU (Medium Close Up) dalam
dengan teknik editing Match Cut dan ambience suara sekitar membuat
Deskripsi Narasi
Penampilan (appearance) :
May bertubuh tinggi dan kurus. Rambutnya
panjang dan diikat. Warna kulitnya putih bersih.
Level
Realitas
Kostum (dress):
May mengenakan baju setelan berwarna cokelat
muda polos.
130
Lingkungan (environment):
May berada di dalam kamarnya.
Perilaku (behavior):
Pada gambar 4.69 dan 4.70, terlihat May sedang
kebingungan dengan taburan glitter yang
menempel pada tangannya. Lalu pada gambar
4.71 dan 4.72, May berusaha menghilangkan
glitter yang menempel pada tangannya. Gambar
4.73 Bapak melihati keanehan tingkah laku May.
Pada gambar 4.74, May menjilati tangannya.
Gambar 4.75, May mengambil sendok yang ada
disampingnya. Gambar 4.76 dan 4.77, May
berkaca disendok sambil menjilati tangannya dan
Bapak hanya melihati dengan kebingungan.
Gambar 4.78, May kebingungan saat teman bapak
datang dan ia belum menyelesaikan pekerjaannya.
Percakapan (speech) :
-
Ekspresi (expression) :
Terlihat May dengan ekspresi datar dan
kebingungan.
Level
Representasi
Pencahayaan (lighting) :
Adegan ini menggunakan teknik pencahayaan low
key lighting untuk membuat adegan lebih dramatis
dan menegangkan.
Penyuntingan (editing) :
132
Suara (sound) :
Adegan ini tidak menggunakan efek suara
tertentu. Keheningan dan suara natural sekitar
(ambience) ditekankan untuk menggambarkan
karakter May.
merasakan perasaan May. Selain itu, dengan teknik editing Match Cut
bisa menerima benda asing atau pun hal aneh diluar dirinya. Kejadian
yang telah dialaminya May 8 tahun yang lalu membuat bapak selalu
Deskripsi Narasi
ini peneliti jabarkan level realitas dan representasi terkait dengan data
Penampilan (appearance) :
May bertubuh tinggi dan kurus. Rambutnya
panjang dan diikat. Warna kulitnya putih bersih.
Kostum (dress):
May mengenakan baju setelan berwarna cokelat
muda polos.
Lingkungan (environment):
May berada di depan dinding perbatasan di dalam
kamarnya.
Perilaku (behavior):
Pada gambar 4.79, terlihat May sedang diam dan
berdiri di depan uluran tangan pesulap. Lalu pada
gambar 4.80, May mulai menirukan gerakan
pesulap dan pesulap memegang tangan May.
135
Percakapan (speech) :
-
Ekspresi (expression) :
Terlihat May dengan ekspresi datar dan terkejut.
Pencahayaan (lighting) :
Adegan ini menggunakan teknik pencahayaan low
key lighting untuk membuat adegan lebih dramatis
dan menegangkan.
136
Penyuntingan (editing) :
Teknik penyuntingan yang digunakan yaitu match
cut yang dibuat untuk mendorong cerita maju
dengan mulus dan menjaga kontinuitas fisik.
Suara (sound) :
Adegan ini tidak menggunakan efek suara
tertentu. Keheningan dan suara natural sekitar
(ambience) ditekankan untuk menggambarkan
karakter May.
konsep PTSD dalam scene ini terlihat dari tindakan May yang
pesulap.
key lighting. Dengan ukuran frame FS (Full Shot) dan CU (Close Up)
dengan teknik editing Match Cut dan ambience suara sekitar membuat
bisa menerima benda asing atau pun hal aneh diluar dirinya. Kejadian
yang telah dialaminya May 8 tahun yang lalu membuat bapak selalu
Deskripsi Narasi
sendiri. May selalu melakukan hal ini setelah tubuhnya dipegang oleh
Penampilan (appearance) :
May bertubuh tinggi dan kurus. Rambutnya
panjang dan diikat. Warna kulitnya putih bersih.
Kostum (dress):
May mengenakan baju setelan berwarna cokelat
muda polos.
Level
Lingkungan (environment):
Realitas
May berada di dalam kamar mandi.
Perilaku (behavior):
Pada gambar 4.83 dan 4.84, terlihat May sedang
melukai dirinya sendiri dengan benda tajam.
Percakapan (speech) :
-
Ekspresi (expression) :
Terlihat May dengan ekspresi ketakutan.
Pencahayaan (lighting) :
Adegan ini menggunakan teknik pencahayaan low
key lighting untuk membuat adegan lebih dramatis
dan menegangkan.
Level
Penyuntingan (editing) :
Representasi
Teknik penyuntingan yang digunakan yaitu match
cut yang dibuat untuk mendorong cerita maju
dengan mulus dan menjaga kontinuitas fisik.
Suara (sound) :
Adegan ini tidak menggunakan efek suara
tertentu. Keheningan dan suara natural sekitar
(ambience) ditekankan untuk menggambarkan
karakter May.
Tabel 4. 17 Level Realitas dan Level Representasi Scene 50
140
May yang melukai dirinya sendiri untuk memberi tanda bahwa dirinya
merasakan perasaan May. Selain itu, dengan teknik editing Match Cut
bisa menerima benda asing atau pun hal aneh diluar dirinya. Kejadian
yang telah dialaminya May 8 tahun yang lalu membuat bapak selalu
Deskripsi Narasi
Penampilan (appearance) :
Bapak bertubuh tidak terlalu tinggi dan sedikit
berotot. Rambutnya gundul. Warna kulitnya putih
Level bersih dan memiliki tato dilengan dan diperutnya.
Realitas
Kostum (dress):
Bapak bertelanjang dada dan memakai celana
hitam serta sarung tinju berwarna merah.
142
Lingkungan (environment):
Bapak berada di dalam kamarnya.
Perilaku (behavior):
Pada gambar 4.85, terlihat bapak sedang memukul
samsak dengan menggunakan sarung tangan. Lalu
pada gambar 4.86, bapak mulai melepas sarung
tangannya dan tetap memukuli samsak. Gambar
4.87, terlihat pasir berjatuhan ke lantai. Gambar
4.88, bapak duduk dikasurnya.
Percakapan (speech) :
-
Ekspresi (expression) :
Pada gambar 4.85 dan 4.86, bapak mengerutkan
dahi dan sesekali berteriak menunjukkan emosi
dan keganasannya dengan tatapan tajam.
143
Pencahayaan (lighting) :
Adegan ini menggunakan teknik pencahayaan low
key lighting untuk membuat adegan lebih dramatis
dan menegangkan.
Level
Representasi
Penyuntingan (editing) :
Teknik penyuntingan yang digunakan yaitu match
cut yang dibuat untuk mendorong cerita maju
dengan mulus dan menjaga kontinuitas fisik.
Suara (sound) :
Efek suara pukulan dan geraman bapak
menjadikan adegan semakin menegangkan.
diri sendiri. Oleh sebab itu, bapak meluapkan emosinya pada samsak
menjaga May dengan benar, akan selalu muncul ketika sesuatu terjadi
pada May. Penggambaran konsep PTSD dalam scene ini terlihat dari
dengan menyakiti diri sendiri dan orang lain. Gambar 4.85, 4.86, 4.88,
Close Up) dan CU (Close Up) dalam scene ini bertujuan untuk
dengan teknik editing Match Cut, efek suara pukulan, dan geraman
oleh bapak.
dan selalu merasa bersalah ketika sesuatu terjadi pada May. Kejadian
145
yang telah dialaminya May 8 tahun yang lalu membuat bapak selalu
Deskripsi Narasi
mendapat ujian lagi dari pesulap untuk melepas borgol dengan tangan
Penampilan (appearance) :
May bertubuh tinggi dan kurus. Rambutnya
Level
panjang dan diikat. Warna kulitnya putih bersih.
Realitas
Kostum (dress):
147
Lingkungan (environment):
May berada di perbatasan dinding kamarnya
dengan ruangan pesulap.
Perilaku (behavior):
Pada gambar 4.83 dan 4.84, terlihat May sedang
melukai dirinya sendiri dengan benda tajam.
Percakapan (speech) :
-
Ekspresi (expression) :
Terlihat May dengan ekspresi ketakutan.
Level
Representasi Kamera (angle, frame size, movement) :
148
Pencahayaan (lighting) :
Adegan ini menggunakan teknik pencahayaan low
key lighting untuk membuat adegan lebih dramatis
dan menegangkan.
Penyuntingan (editing) :
Teknik penyuntingan yang digunakan yaitu match
cut yang dibuat untuk mendorong cerita maju
dengan mulus dan menjaga kontinuitas fisik.
Suara (sound) :
Adegan ini tidak menggunakan efek suara
tertentu. Keheningan dan suara natural sekitar
(ambience) ditekankan untuk menggambarkan
karakter May.
Tabel 4. 19 Level Realitas dan Level Representasi Scene 74
May yang melukai dirinya sendiri untuk memberi tanda bahwa dirinya
merasakan perasaan May. Selain itu, dengan teknik editing Match Cut
bisa menerima benda asing atau pun hal aneh diluar dirinya. Kejadian
yang telah dialaminya May 8 tahun yang lalu membuat bapak selalu
Deskripsi Narasi
mendapat ujian lagi dari pesulap untuk melepas borgol dengan tangan
Penampilan (appearance) :
May bertubuh tinggi dan kurus. Rambutnya
Level
panjang dan diikat. Warna kulitnya putih bersih.
Realitas
Kostum (dress):
151
Lingkungan (environment):
May berada di perbatasan dinding kamarnya
dengan ruangan pesulap.
Perilaku (behavior):
Pada gambar 4.83 dan 4.84, terlihat May sedang
melukai dirinya sendiri dengan benda tajam.
Percakapan (speech) :
-
Ekspresi (expression) :
Terlihat May dengan ekspresi ketakutan.
Level
Representasi Kamera (angle, frame size, movement) :
152
Pencahayaan (lighting) :
Adegan ini menggunakan teknik pencahayaan low
key lighting untuk membuat adegan lebih dramatis
dan menegangkan.
Penyuntingan (editing) :
Teknik penyuntingan yang digunakan yaitu match
cut yang dibuat untuk mendorong cerita maju
dengan mulus dan menjaga kontinuitas fisik.
Suara (sound) :
Adegan ini tidak menggunakan efek suara
tertentu. Keheningan dan suara natural sekitar
(ambience) ditekankan untuk menggambarkan
karakter May.
Tabel 4. 20 Level Realitas dan Level Representasi Scene 75
May yang melukai dirinya sendiri untuk memberi tanda bahwa dirinya
merasakan perasaan May. Selain itu, dengan teknik editing Match Cut
bisa menerima benda asing atau pun hal aneh diluar dirinya. Kejadian
yang telah dialaminya May 8 tahun yang lalu membuat bapak selalu
Deskripsi Narasi
Kostum (dress):
Bapak bertelanjang dada dan memakai celana
hitam serta sarung tinju berwarna merah.
Riasan (make up) :
-
Lingkungan (environment):
Bapak berada di dalam kamarnya.
Perilaku (behavior):
Pada gambar 4.85, terlihat bapak sedang memukul
samsak dengan menggunakan sarung tangan. Lalu
pada gambar 4.86, bapak mulai melepas sarung
tangannya dan tetap memukuli samsak. Gambar
4.87, terlihat pasir berjatuhan ke lantai. Gambar
4.88, bapak duduk dikasurnya.
Percakapan (speech) :
-
Ekspresi (expression) :
Pada gambar 4.85 dan 4.86, bapak mengerutkan
dahi dan sesekali berteriak menunjukkan emosi
dan keganasannya dengan tatapan tajam.
Pencahayaan (lighting) :
Adegan ini menggunakan teknik pencahayaan low
key lighting untuk membuat adegan lebih dramatis
Level dan menegangkan.
Representasi
Penyuntingan (editing) :
Teknik penyuntingan yang digunakan yaitu match
cut yang dibuat untuk mendorong cerita maju
dengan mulus dan menjaga kontinuitas fisik.
Suara (sound) :
157
diri sendiri. Oleh sebab itu, bapak meluapkan emosinya pada samsak
menjaga May dengan benar, akan selalu muncul ketika sesuatu terjadi
pada May. Penggambaran konsep PTSD dalam scene ini terlihat dari
dengan menyakiti diri sendiri dan orang lain. Gambar 4.85, 4.86, 4.88,
Close Up) dan CU (Close Up) dalam scene ini bertujuan untuk
dengan teknik editing Match Cut, efek suara pukulan, dan geraman
oleh bapak.
dan selalu merasa bersalah ketika sesuatu terjadi pada May. Kejadian
yang telah dialaminya May 8 tahun yang lalu membuat bapak selalu
Deskripsi Narasi
mendapat ujian lagi dari pesulap untuk melepas borgol dengan tangan
Penampilan (appearance) :
May bertubuh tinggi dan kurus. Rambutnya
Level
panjang dan diikat. Warna kulitnya putih bersih.
Realitas
Kostum (dress):
160
Lingkungan (environment):
May berada di perbatasan dinding kamarnya
dengan ruangan pesulap.
Perilaku (behavior):
Pada gambar 4.83 dan 4.84, terlihat May sedang
melukai dirinya sendiri dengan benda tajam.
Percakapan (speech) :
-
Ekspresi (expression) :
Terlihat May dengan ekspresi ketakutan.
Level
Representasi Kamera (angle, frame size, movement) :
161
Pencahayaan (lighting) :
Adegan ini menggunakan teknik pencahayaan low
key lighting untuk membuat adegan lebih dramatis
dan menegangkan.
Penyuntingan (editing) :
Teknik penyuntingan yang digunakan yaitu match
cut yang dibuat untuk mendorong cerita maju
dengan mulus dan menjaga kontinuitas fisik.
Suara (sound) :
Adegan ini tidak menggunakan efek suara
tertentu. Keheningan dan suara natural sekitar
(ambience) ditekankan untuk menggambarkan
karakter May.
Tabel 4. 22 Level Realitas dan Level Representasi Scene 119
May yang melukai dirinya sendiri untuk memberi tanda bahwa dirinya
merasakan perasaan May. Selain itu, dengan teknik editing Match Cut
bisa menerima benda asing atau pun hal aneh diluar dirinya. Kejadian
yang telah dialaminya May 8 tahun yang lalu membuat bapak selalu
Deskripsi Narasi
mendapat ujian lagi dari pesulap untuk melepas borgol dengan tangan
Penampilan (appearance) :
Level May bertubuh tinggi dan kurus. Rambutnya
Realitas panjang dan diikat. Warna kulitnya putih bersih.
165
Kostum (dress):
May mengenakan baju setelan berwarna cokelat
muda polos.
Lingkungan (environment):
May berada di perbatasan dinding kamarnya
dengan ruangan pesulap.
Perilaku (behavior):
Pada gambar 4.83 dan 4.84, terlihat May sedang
melukai dirinya sendiri dengan benda tajam.
Percakapan (speech) :
-
Ekspresi (expression) :
Terlihat May dengan ekspresi ketakutan.
Level
Representasi Kamera (angle, frame size, movement) :
166
Pencahayaan (lighting) :
Adegan ini menggunakan teknik pencahayaan low
key lighting untuk membuat adegan lebih dramatis
dan menegangkan.
Penyuntingan (editing) :
Teknik penyuntingan yang digunakan yaitu match
cut yang dibuat untuk mendorong cerita maju
dengan mulus dan menjaga kontinuitas fisik.
Suara (sound) :
Adegan ini tidak menggunakan efek suara
tertentu. Keheningan dan suara natural sekitar
(ambience) ditekankan untuk menggambarkan
karakter May.
Tabel 4. 23 Level Realitas dan Level Representasi Scene 120
scene ini terlihat dari tindakan May yang melukai dirinya sendiri
167
untuk memberi tanda bahwa dirinya telah tersentuh orang lain. Serta
ukuran frame MCU (Medium Close Up) dan CU (Close Up) dalam
dengan teknik editing Match Cut dan ambience suara sekitar membuat
bisa menerima benda asing atau pun hal aneh diluar dirinya. Kejadian
yang telah dialaminya May 8 tahun yang lalu membuat bapak selalu
Deskripsi Narasi
delapan tahun yang lalu. May mengalami kekacauan karena tidak bisa
169
Penampilan (appearance) :
May bertubuh tinggi dan kurus. Rambutnya
panjang dan diikat. Warna kulitnya putih bersih.
Kostum (dress):
May mengenakan baju setelan abu-abu polos.
Level
Realitas
Lingkungan (environment):
May berada di dalam kamar mandinya.
Perilaku (behavior):
Pada gambar 4.125 dan 4.130, terlihat May sedang
melukai dirinya sendiri dengan benda tajam.
Gambar 4.126, 4.127, 4.128, 4.129, dan 4.131,
May mengingat semua kejadian yang pernah
dialaminya. Gambar 4.132, May kebingungan.
Percakapan (speech) :
170
Ekspresi (expression) :
Terlihat May dengan ekspresi kesakitan dan
kebingungan.
Level
Representasi
Pencahayaan (lighting) :
Adegan ini menggunakan teknik pencahayaan low
key lighting untuk membuat adegan lebih dramatis
dan menegangkan.
Penyuntingan (editing) :
171
Suara (sound) :
Adegan ini tidak menggunakan efek suara
tertentu. Suara natural sekitar (ambience)
ditekankan untuk menggambarkan karakter May.
Tabel 4. 24 Level Realitas dan Level Representasi Scene 121
scene ini terlihat dari tindakan May yang melukai dirinya sendiri
untuk memberi tanda bahwa dirinya telah tersentuh orang lain. Serta
ukuran frame MCU (Medium Close Up) dan CU (Close Up) dalam
dengan teknik editing Match Cut dan ambience suara sekitar membuat
bisa menerima benda asing atau pun hal aneh diluar dirinya. Kejadian
yang telah dialaminya May 8 tahun yang lalu membuat bapak selalu
Deskripsi Narasi
dan pesulap. May berteriak dan melempar semua barang yang ada
hal apa pun untuk memberitahu bapak bahwa ini bukan salah pesulap.
Penampilan (appearance) :
May bertubuh tinggi dan kurus. Rambutnya
panjang dan diikat. Warna kulitnya putih bersih.
Kostum (dress):
May mengenakan baju setelan berwarna abu-abu
polos.
Lingkungan (environment):
May berada di dalam kamarnya.
Perilaku (behavior):
Pada gambar 4.133, terlihat Bapak sedang
memukuli pesulap yang terbaring di lantai.
Gambar 4.134, May berteriak untuk menghentikan
perkelahian bapak dengan pesulap. Gambar 4.135,
May melempar barang-barang yang ada
174
Percakapan (speech) :
May : Stop!!... Stop!!...
Ekspresi (expression) :
Terlihat May dengan ekspresi ketakutan dan
marah.
Pencahayaan (lighting) :
175
Penyuntingan (editing) :
Teknik penyuntingan yang digunakan yaitu match
cut yang dibuat untuk mendorong cerita maju
dengan mulus dan menjaga kontinuitas fisik.
Suara (sound) :
Adegan ini tidak menggunakan efek suara
tertentu. Suara natural sekitar (ambience)
ditekankan untuk menggambarkan karakter May.
Tabel 4. 25 Level Realitas dan Level Representasi Scene 122
key lighting. Sudut pengambilan gambar eye level dan ukuran frame
MCU (Close Up) serta FS (Full Shot) dalam scene ini bertujuan untuk
176
merasakan perasaan May. Selain itu, dengan teknik editing Match Cut
Gangguan mental dan kejiwaan yang dialami oleh May mulai terlihat
lalu.
karakter May memilih untuk isolasi diri. Menurut Carlson dan Ruzek
terjadi secara mental maupun fisik. Hal tersebut akan tidak nyaman
berisi ending dari cerita. Misbach Yusa Biran dalam Teknik Menulis
ending atau rasa sedih yang ditimbulkan oleh unhappy ending. Juga
Deskripsi Narasi
179
Penampilan (appearance) :
May bertubuh tinggi dan kurus. Rambutnya
panjang dan diikat. Warna kulitnya putih bersih.
Kostum (dress):
May mengenakan baju setelan berwarna cokelat
muda polos.
Lingkungan (environment):
May berada di kamarnya.
Perilaku (behavior):
Pada gambar 4.137 dan 4.138, terlihat May sedang
berbaring dan terdiam dikasurnya.
Percakapan (speech) :
180
Ekspresi (expression) :
Terlihat May dengan ekspresi ketakutan.
Pencahayaan (lighting) :
Adegan ini menggunakan teknik pencahayaan low
key lighting untuk membuat adegan lebih dramatis
Level
dan menegangkan.
Representasi
Penyuntingan (editing) :
Teknik penyuntingan yang digunakan yaitu match
cut yang dibuat untuk mendorong cerita maju
dengan mulus dan menjaga kontinuitas fisik.
Suara (sound) :
Adegan ini tidak menggunakan efek suara
tertentu. Keheningan dan suara natural sekitar
(ambience) ditekankan untuk menggambarkan
karakter May.
Tabel 4. 27 Level Realitas dan Level Representasi Scene 128
PTSD dalam scene ini terlihat dari tindakan May yang diam dan
merasakan perasaan May. Selain itu, dengan teknik editing Match Cut
bisa menerima benda asing atau pun hal aneh diluar dirinya. Kejadian
182
yang telah dialaminya May 8 tahun yang lalu membuat bapak selalu
Deskripsi Narasi
bapak mulai merasa bahwa dirinya tidak bisa menjaga May dengan
ini peneliti jabarkan level realitas dan representasi terkait dengan data
Penampilan (appearance) :
Bapak bertubuh tidak terlalu tinggi dan sedikit
berotot. Rambutnya gundul. Warna kulitnya putih
bersih.
Kostum (dress):
Bapak mengenakan baju berwarna abu-abu.
Perilaku (behavior):
Pada gambar 4.139, 4.140, dan 4.141, bapak
mengacak-acak kebunnya. Pada gambar 4.142,
bapak jongkok dan meratapi keadaannya.
Percakapan (speech) :
-
184
Ekspresi (expression) :
Bapak menangis dan sedih.
Pencahayaan (lighting) :
Adegan ini menggunakan teknik pencahayaan low
Level key lighting untuk membuat adegan lebih dramatis
Representasi dan menegangkan.
Penyuntingan (editing) :
Teknik penyuntingan yang digunakan yaitu fade
in dan match cut yang dibuat untuk mendorong
cerita maju dengan mulus dan menjaga kontinuitas
fisik.
Suara (sound) :
Adegan ini tidak menggunakan efek suara
tertentu. Keheningan dan suara natural sekitar
(ambience) ditekankan untuk menggambarkan
kesedihan Bapak.
dialami oleh bapak karena tidak bisa menjaga May dengan baik.
bapak yang menurutnya ia bukan orang yang baik, tidak dapat positif
benar.
key lighting. Dengan ukuran frame MCU (Medium Close Up) dan FS
Selain itu, dengan teknik editing Match Cut dan ambience suara
Gambar 4. 145
143 Cuplikan shot Gambar 4. 144
146 Cuplikan shot
dari adegan 135 dari adegan 135
Deskripsi Narasi
Penampilan (appearance) :
Bapak bertubuh tidak terlalu tinggi dan sedikit
berotot. Rambutnya gundul. Warna kulitnya putih
bersih.
Kostum (dress):
Bapak mengenakan baju berwarna coklat muda.
Perilaku (behavior):
Pada gambar 4.56, bapak melempar bot bunga
yang sedang dibereskan oleh temannya. Pada
gambar 4.57, 4.58, dan 4.59, bapak mendengarkan
semua yang dibicarakan oleh temannya. Pada
gambar 4.60 dan 4.61, bapak memotong
pembicaraan temannya dan mengatakan semua
kesalahannya.
188
Percakapan (speech) :
Bapak : “Biarin. Gue bilang, biarin!”
Teman bapak : “Lu mau hajar gua juga? Semua
udah lo hajar, sekarang giliran
gua mau lo hajar?”
Teman bapak : “Ayo, pukul gua. Ayo, pukul gua!”
Teman bapak : “Kenapa? Ada yang salah? Udah
abis marahnya?”
Teman bapak : “Gak percaya gua. Udah kejadian.
Mau sampai kapan lu kayak gini
terus? Mau sampai kapan lu
kayak gini terus sama diri lu? Ha?
Segitu kerasnya kepala lu, sampai
gamau sadar kalo gaada lagi yang
lo bisa lakuin. Udah kejadian.
Ancur emang, parah banget, ngeri
banget, tapi lu gabisa hindarin, lu
gabisa balikin waktu untuk
ngebenerin. Liat gua, udah
kejadian! Lua gabisa nyiksa diri
lo sendiri setiap May kenapa-
napa. Udah kejadian. Diluar
kontrol lu, diluar kendali lu, itu
bukan salah lu, ini udah
kejadian!”
Bapak : “Iya, ini sudah terjadi dan semua ini salah
gua!” (sambil berteriak)
Bapak : “Gua bapaknya, tugas gua ngelindungin
dia.”
189
Ekspresi (expression) :
Bapak mengerutkan mukanya dengan pandangan
kosong dan lalu berteriak dengan penuh
emosional.
Level
Representasi Pencahayaan (lighting) :
Adegan ini menggunakan teknik pencahayaan
natural light.
Penyuntingan (editing) :
Teknik penyuntingan yang digunakan yaitu fade
in dan match cut yang dibuat untuk mendorong
190
Suara (sound) :
Suara pembicaraan bapak dengan temannya dan
ditambah dengan ambience sekitar.
konsep PTSD dalam scene ini terlihat dari perasaan bapak yang
benar.
natural lighting. Dengan ukuran frame MCU (Medium Close Up) dan
Selain itu, dengan teknik editing Match Cut dan ambience suara
Deskripsi Narasi
Penampilan (appearance) :
May bertubuh tinggi dan kurus. Rambutnya
panjang dan diikat. Warna kulitnya putih bersih.
Kostum (dress):
May mengenakan baju setelan berwarna abu-abu
polos.
Level
Lingkungan (environment):
Realitas
May berada di perbatasan dinding kamarnya
dengan ruangan pesulap.
Perilaku (behavior):
Pada gambar 4.149, terlihat May sedang menutup
dinding dengan menggunakan perekat plastik.
Percakapan (speech) :
-
Ekspresi (expression) :
Terlihat May dengan ekspresi datar.
Pencahayaan (lighting) :
Adegan ini menggunakan teknik pencahayaan low
key lighting untuk membuat adegan lebih dramatis
dan menegangkan.
Level
Penyuntingan (editing) :
Representasi
Teknik penyuntingan yang digunakan yaitu match
cut yang dibuat untuk mendorong cerita maju
dengan mulus dan menjaga kontinuitas fisik.
Suara (sound) :
Adegan ini tidak menggunakan efek suara
tertentu. Keheningan dan suara natural sekitar
(ambience) ditekankan untuk menggambarkan
karakter May.
194
dalam scene ini terlihat dari tindakan May yang menutup lubang di
Selain itu, dengan teknik editing Match Cut dan ambience suara
bisa menerima benda asing atau pun hal aneh diluar dirinya. Kejadian
yang telah dialaminya May 8 tahun yang lalu membuat bapak selalu
Deskripsi Narasi
mendapat ujian lagi dari pesulap untuk melepas borgol dengan tangan
Penampilan (appearance) :
May bertubuh tinggi dan kurus. Rambutnya
panjang dan diikat. Warna kulitnya putih bersih.
Kostum (dress):
May mengenakan baju setelan berwarna abu-abu
polos.
Lingkungan (environment):
May berada di dalam kamarnya.
Perilaku (behavior):
Pada gambar 4.150, terlihat May sedang
mengambil barang-barang dan merapikan
kamarnya. Gambar 4.151, May sedang
membersihkan lantai kamarnya.
197
Percakapan (speech) :
-
Ekspresi (expression) :
Terlihat May dengan ekspresi datar.
Pencahayaan (lighting) :
Level Adegan ini menggunakan teknik pencahayaan low
Representasi key lighting untuk membuat adegan lebih dramatis
dan menegangkan.
Penyuntingan (editing) :
Teknik penyuntingan yang digunakan yaitu match
cut yang dibuat untuk mendorong cerita maju
dengan mulus dan menjaga kontinuitas fisik.
198
Suara (sound) :
Adegan ini tidak menggunakan efek suara
tertentu. Keheningan dan suara natural sekitar
(ambience) ditekankan untuk menggambarkan
karakter May.
Tabel 4. 31 Level Realitas dan Level Representasi Scene 138
dalam scene ini terlihat dari tindakan May yang menutup lubang di
Selain itu, dengan teknik editing Match Cut dan ambience suara
bisa menerima benda asing atau pun hal aneh diluar dirinya. Kejadian
yang telah dialaminya May 8 tahun yang lalu membuat bapak selalu
Deskripsi Narasi
201
Penampilan (appearance) :
Bapak bertubuh tidak terlalu tinggi dan sedikit
berotot. Rambutnya gundul. Warna kulitnya putih
bersih.
Kostum (dress):
Bapak bertelanjang dada dan hanya memakai
Level celana hitam serta pelindung tangan.
Realitas
Lingkungan (environment):
Bapak berada di halaman depan rumahnya.
Perilaku (behavior):
202
Percakapan (speech) :
-
Ekspresi (expression) :
Bapak mengerutkan mukanya dan beberapa
ekspresi kesakitan yang dialaminya.
Level
Representasi Kamera (angle, frame size, movement) :
203
Pencahayaan (lighting) :
Adegan ini menggunakan teknik pencahayaan low
key lighting.
Penyuntingan (editing) :
Teknik penyuntingan yang digunakan yaitu match
cut yang dibuat untuk mendorong cerita maju
dengan mulus dan menjaga kontinuitas fisik.
Suara (sound) :
Efek suara pukulan, suara teriakan bapak, dan efek
suara seperti mendengung terdengar dalam scene
ini, serta ambience suara teriakan para penonton
yang tidak terima terhadap sikap bapak.
terlihat dari rasa frustasi bapak karena tidak mampu mengontrol gejala
PTSD. Oleh sebab itu, bapak memilih menyakiti dirinya sendiri pada
arena pertarungan.
key lighting. Dengan ukuran frame MCU (Medium Close Up) dan FS
Selain itu, dengan teknik editing Match Cut dan ambience suara
8 tahun yang lalu membuat bapak selalu merasa bersalah karena tidak
perempuannya.
mental maupun fisik. Hal tersebut akan tidak nyaman bahkan kadang
206
4.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil dan analisis data yang peneliti lakukan dalam film “27
PTSD dalam karakter tokoh May dan Bapak. Hal tersebut peneliti uraikan
John Fiske yaitu level realitas, level representasi, dan level ideologi. Semiotika
sendiri adalah studi mengenai pertandaan dan makna dari sistem tanda, bagaimana
makna dibangun dalam teks media atau studi tentang bagaimana tanda dari jenis
Tanda non verbal yang muncul pada level realitas dan level representasi
memberikan makna bahwa tokoh utama May dan bapaknya sedang mengalami
PTSD. Gejala-gejala PTSD muncul pada scene-scene yang ditemukan oleh peneliti.
Hal ini didukung dengan level ideologi yang menjelaskan bahwa semua trauma
psikologis yang dialami oleh May dan bapaknya berasal dari kejadian delapan
dan sedang melakukan aktifitas rutinnya setiap malam, yaitu bermain lompat tali.
kelabu dan keragu-raguan. Rosdiani (2012 : 61) mengatakan olahraga adalah setiap
aktivitas yang mengandung sifat atau ciri permainan dan melibatkan unsur
perjuangan mengendalikan diri sendiri atau orang lain atau konfirmasi dengan
faktor alam. May berbaring di tempat tidurnya dengan menunjukkan ekpresi datar
menghindar dari perasaan yang membuatnya menderita (Carlson dan Ruzek, 2006).
Depression adalah masalah yang dapat terjadi apabila seseorang menghindari untuk
bersosialisasi dengan orang lain dan membuatnya terisolasi. Social isolation adalah
masalah yang terjadi apabila seseorang menjadi tidak lagi percaya kepada orang
lain, maka dia akan membuat ruang sendiri bagi dirinya yang membuat dirinya
terisolasi (Carlson dan Ruzek, 2006). Scene ini menunjukkan kesendirian May di
Selain itu dengan teknik low key lighting dan editing jump cut, semakin
memperkuat adegan bahwa rutinitas yang dijalani oleh May sangat membosankan
baginya. Menurut Carlson dan Ruzek (2006), selama masa trauma biasanya
setelah trauma, mereka biasanya akan kembali mengingat pengalaman trauma yang
dulu terjadi secara mental maupun fisik. Hal tersebut akan tidak nyaman bahkan
Pada scene 7, dijelaskan bahwa perilaku dan gerakan tubuh May yang sangat
sedang berdiri tegak di depan rak yang berisi banyak boneka yang tersusun rapi.
kebiasaan, atau dilandasi oleh kepercayaan atau ideologi tertentu. Hal ini
menunjukkan bahwa kerapian dari karakter tokoh May terlihat dari caranya menata
Pada scene 8, dijelaskan bahwa May yang sangat teliti dan berhati-hati dalam
menyetrika baju dan menata rambutnya. Setelah menyetrika baju dengan sangat
teliti, ia memakainya dan merapikannya kembali sambil berdiri di depan kaca dan
merapikan rambutnya. May memakai baju setelan berwarna merah muda. Mulyana
(2008 : 427) mengatakan di Indonesia, warna merah muda adalah warna feminin.
Ekspresi dan tingkah laku May yang menunjukkan dirinya tidak suka dengan
Kejadian yang telah dialaminya delapan tahun yang lalu membuatnya berpikir
yang berlebihan. Tidak berapa lama setelah trauma, mereka biasanya akan kembali
mengingat pengalaman trauma yang dulu terjadi secara mental maupun fisik. Hal
tersebut akan tidak nyaman bahkan kadang menyakitkan. Oleh karena itu, penderita
yang sangat tidak umum. May sedang berdiri di depan pintu kamar dan mengambil
boneka yang akan dikerjakannya dari bapak. Pintu tersebut menjadi sebuah batasan
ruang yang dibuat oleh May, antara ruang pribadinya, yaitu kamarnya, dengan
orang memiliki ruang pribadi imajiner yang bila dilanggar, akan membuatnya tidak
nyaman. Ruang pribadi kita identik dengan “wilayah tubuh”. Kamar tidur lazimnya
adalah wilayah paling pribadi. May memberikan boneka yang sudah jadi kepada
bapak dengan tidak bersentuhan secara fisik. May sangat menghindari sentuhan
fisik, meskipun dengan bapaknya sendiri. Depression adalah masalah yang dapat
terjadi apabila seseorang menghindari untuk bersosialisasi dengan orang lain dan
membuatnya terisolasi (Carlson dan Ruzek, 2006). Hal ini terlihat dari sikap May
yang berusaha menarik dirinya dari dunia luar dengan tidak bersentuhan,
Pada scene 12, dijelaskan tentang cara makan dan makanan yang disukai
oleh May. May sedang duduk dikursinya dan mengambil makanan yang telah
disiapkan oleh bapak. Kursi yang ia tempati merupakan tempat yang sudah
dikhususkan untuk May. Begitu pula dengan makanan yang disiapkan oleh bapak.
Mulyana (2008 : 407) mengatakan ruang pribadi kita identik dengan “wilayah
tubuh”. Dalam interaksi sehari-hari di dalam dan diluar rumah, kita mengklaim
wilayah pribadi kita. Bahkan pada saat makan pun, tidak jarang anggota keluarga,
Feeling permanently damaged adalah masalah yang dapat terjadi apabila seseorang
210
menghindar dari perasaan yang membuatnya menderita (Carlson dan Ruzek, 2006).
Hal ini terlihat dari sikap May yang berusaha bersikap sesempurna mungkin di
depan orang lain, meskipun bapaknya sendiri. May tidak suka makanan yang
berwarna dan campur aduk karena ia pernah mengalami kejadian yang berkaitan
Pada scene 19, dijelaskan tentang kembalinya ingatan May pada kejadian
serupa oleh bapaknya meskipun hanya memegang tangan May. Ekspresi dan
tingkah laku May yang menunjukkan dirinya tidak suka dengan perlakuan yang
delapan tahun yang lalu membuatnya berpikir bahwa semua laki-laki itu jahat dan
tidak bisa dipercaya, meskipun itu bapaknya sendiri. Getting upset dapat timbul
ketika kadang melihat, merasakan, mencium sesuatu yang akan mengingat pada
kejadian yang membuatnya takut dan sedih (Carlson dan Ruzek, 2006). Dengan
pengambilan gambar dari atas objek yang menimbulkan kesan lemah, tak berdaya,
Pada scene 20, dijelaskan tentang rasa frustasi May karena tidak mampu
mengontrol gejala PTSD. Oleh sebab itu, May selalu menyakiti diri sendiri.
Kembalinya ingatan May pada kejadian traumatis yang pernah dialaminya karena
211
memegang tangan May. Ekspresi dan tingkah laku May menunjukkan dirinya tidak
bisa mengontrol emosinya hingga akhirnya ia menyakiti dirinya sendiri. May tanpa
sadar melakukannya karena merasa frustasi dan tidak dapat mengontrol dirinya
sendiri. Kejadian yang telah dialaminya delapan tahun yang lalu membuatnya
berpikir bahwa semua laki-laki itu jahat dan tidak bisa dipercaya, meskipun itu
torward oneself or one others adalah masalah yang bisa terjadi akibat dari rasa
frustasi karena tidak mampu mengontrol gejala PTSD. Oleh sebab itu, orang
tersebut cenderung menyerang orang lain maupun dapat menyakiti diri sendiri.
Pada scene 21, dijelaskan tentang rasa frustasi bapak karena tidak mampu
mengontrol gejala PTSD dan tidak dapat melakukan sesuatu dengan benar, maka
bapak merasa malu dan cenderung menyalahkan diri sendiri. Carlson dan Ruzek
masalah yang bisa terjadi akibat dari rasa frustasi karena tidak mampu mengontrol
gejala PTSD. Oleh sebab itu, orang tersebut cenderung menyerang orang lain
maupun dapat menyakiti diri sendiri. Self-blame, guilt, and shame adalah masalah
yang dapat muncul karena tidak dapat melakukan sesuatu dengan benar, seseorang
akan merasa malu dan cenderung menyalahkan diri sendiri. Hal ini yang membuat
bapak meluapkan emosinya pada ring tinju. Perasaan bersalah bapak yang tidak
bisa menjaga May dengan benar, akan selalu muncul ketika sesuatu terjadi pada
May.
212
Pada scene 22, dijelaskan tentang rasa bersalah bapak yang tidak dapat
melakukan sesuatu dengan benar, maka bapak merasa malu dan cenderung
menyalahkan diri sendiri. Carlson dan Ruzek (2006) mengatakan self-blame, guilt,
and shame adalah masalah yang dapat muncul karena tidak dapat melakukan
sesuatu dengan benar, seseorang akan merasa malu dan cenderung menyalahkan
diri sendiri. Hal ini terlihat ketika bapak menceritakan semua kejadian dihari
kemarin kepada temannya. Bapak ingin sekali menjaga May dan melindunginya.
Namun cara yang dilakukan oleh bapak membuat May semakin terpuruk.
perlakuan sang manajer yang tiba-tiba mengeluarkannya dari tim dan membuang
menghadap sang manajer. Hingga akhirnya bapak pun memukul sang manajer dan
dilerai oleh pelatihnya. Carlson dan Ruzek (2006) mengatakan problem with
identity adalah masalah yang dapat timbul karena sering merasa kehilangan jati diri
mereka yang sebenarnya, mereka tidak dapat mengenali dirinya sendiri, dan tidak
others adalah masalah yang bisa terjadi akibat dari rasa frustasi karena tidak mampu
mengontrol gejala PTSD. Oleh sebab itu, orang tersebut cenderung menyerang
Pada scene 135, dijelaskan tentang perasaan bersalah yang terus dialami
oleh bapak dan temannya berusaha untuk membantunya, tetapi bapak tetap saja
guilt, and shame adalah masalah yang dapat muncul karena tidak dapat melakukan
213
sesuatu dengan benar, seseorang akan merasa malu dan cenderung menyalahkan
diri sendiri. Feeling permanently damaged adalah masalah yang dapat terjadi
Problem with self-esteem adalah masalah yang bisa muncul karena seseorang
merasa bukan orang yang baik, tidak dapat positif menilai dirinya, seseorang akan
merasa buruk, tidak berarti, bodoh, tidak terampil, jahat dan lain-lain. Hal ini selalu
dirasakan oleh bapak ketika sesuatu terjadi pada May. Bapak akan merasa sangat
Pada scene 152, dijelaskan tentang perasaan bersalah yang terus dialami
oleh bapak dan ia berusaha untuk menyakiti dirinya sendiri pada arena pertarungan.
Carlson dan Ruzek (2006) mengatakan self-blame, guilt, and shame adalah masalah
yang dapat muncul karena tidak dapat melakukan sesuatu dengan benar, seseorang
akan merasa malu dan cenderung menyalahkan diri sendiri. Aggressive behavior
torward oneself or one others adalah masalah yang bisa terjadi akibat dari rasa
frustasi karena tidak mampu mengontrol gejala PTSD. Oleh sebab itu, orang
tersebut cenderung menyerang orang lain maupun dapat menyakiti diri sendiri.
Problem with self-esteem adalah masalah yang bisa muncul karena seseorang
merasa bukan orang yang baik, tidak dapat positif menilai dirinya, seseorang akan
merasa buruk, tidak berarti, bodoh, tidak terampil, jahat dan lain-lain. Hal ini terjadi
pada bapak setelah bapak mengetahui pesulap memasuki ruangan kamar May.
Bapak semakin merasa bersalah karena tidak bisa menjaga May dengan baik.
Akhirnya bapak memilih pergi ke pertarungan dengan tidak melawan sekali pun.
214
teknis pada film seperti sinematografi, yang meliputi, sudut pengambilan gambar,
ukuran frame, pergerakan kamera, teknik pencahayaan, serta didukung pula dengan
teknis editing dan suara yang dibangun. Hampir sepanjang film, karakter May tidak
pernah mengeluarkan satu kata pun. Hal ini menggambarkan bahwa May memilih
diam karena ia merasa tidak ada orang lagi yang bisa ia percaya. Selain itu dengan
teknik pencahayaan low key lighting, pembuat film ingin menyampaikan bahwa
keadaan keluarga kecil ini sedang dalam tekanan batin yang mendalam. Lalu
dengan banyaknya still kamera, pembuat film juga ingin menyampaikan perasaan
menderita yang dialami oleh May dan bapaknya serta kehidupannya yang
membosankan.
Untuk mendukung konsep PTSD yang terdapat dalam film “27 Steps Of
May”, dari tanda verbal dan non verbal ini kemudian muncul sebuah ideologi.
Peneliti meninjau film ini kedalam ideologi PTSD. Menurut penelitian A National
Research Center for PTSD dijelaskan bahwa PTSD adalah gangguan kejiwaan yang
kekerasan fisik. PTSD ditandai dengan adanya perubahan biologis maupun gejala-
gejala psikologis. Berdasarkan para ahli kesehatan mental atau mental-health dan
dunia kedokteran diketahui bahwa PTSD adalah gangguan mental yang secara
misalnya melalui narasi, konflik, karakter, aksi, dialog, latar, dan casting. Oleh
sebab itu, dari hasil penelitian, peneliti akan memaparkan kode-kode representasi
tersebut.
1. Narasi dalam film 27 Steps Of May berasal dari tokoh May sebagai tokoh
masih 14 tahun. Hal ini membuat May mengalami gangguan mental yang
membuat ruangannya sendiri. Hal ini yang membuat tokoh Bapak merasa
selalu bersalah karena tidak bisa menjaga anak semata wayangnya. Bapak
akan selalu merasa bersalah jika sesuatu terjadi lagi pada May. Bapak selalu
yang dilakukan oleh bapak tidak bisa membuat May sembuh. Perasaan
Menurut Carlson dan Ruzek (2006), getting upset dapat timbul ketika
kejadian yang membuatnya takut dan sedih. Ketika sesuatu terjadi pada May
216
dan membuatnya bertingkah aneh, maka bapak pun merasa bersalah. Hal ini
yang mempengaruhi naik turunnya emosi bapak. Carlson dan Ruzek (2006)
3. Karakter tokoh utama perempuan yaitu May, sedangkan tokoh utama laki-
laki yaitu Bapak. Kedua karakter ini menggambarkan konsep PTSD setelah
kejadian yang dialami May delapan tahun lalu dan membuat Bapak selalu
merasa bersalah karena tidak bisa menjaga anak semata wayangnya dengan
baik. Mereka mengalami tingkat depresi yang sama yang dipicu dari
karakter May.
4. Aksi adalah gerak laku pemeran yang terjadi dalam suatu adegan (Trianton,
2013 : 77). Aksi tokoh May dan Bapak yang mengandung tanda-tanda
representasi. Kemudian dalam level ideologi, aksi tokoh May dan Bapak
(Trianton, 2013 : 80). Dialog yang muncul dalam film ini sangatlah sedikit.
Hampir sepanjang film, May tidak mengeluarkan satu dialog pun. Berbeda
mampu menjaga anak semata wayangnya dengan baik. Selain itu dialog-
PTSD.
6. Setting atau latar. Aspek latar dalam film ini merepresentasikan PTSD.
Latar tempat adalah latar yang paling menonjol dalam film ini. Tanda
representasi PTSD muncul dari tokoh May dan Bapak. Misalnya, ketika
tidak nyaman. Ruang pribadi kita identik dengan “wilayah tubuh”. Kamar
tidur lazimnya adalah wilayah paling pribadi. Selain itu, latar arena
7. Casting. Casting adalah proses pemilihan pemain sesuai karakter atau peran
yang akan diberikan (Trianton, 2013 : 79). Ini adalah proses untuk
mendapatkan pemain yang sesuai dengan cerita film. Dalam film 27 Steps
sesuatu yang tak dapat diucapkan. Selain itu Lukman Sardi sebagai Bapak,
218
muncul adalah ketakutan pada kejadian traumatis. Oleh sebab itu, gagasan konsep
ideologi yang menonjol ditinjau dari konsep PTSD Carlson dan Ruzek (2006)
berdasarkan tokoh. Tokoh pertama adalah May yang mengalami gangguan mental
akibat pernah mengalami tindak kekerasan seksual diusianya yang masih 14 tahun.
Carlson dan Ruzek (2006) mengatakan selama masa trauma biasanya penderita
trauma, mereka biasanya akan kembali mengingat pengalaman trauma yang dulu
terjadi secara mental maupun fisik. Hal tersebut akan tidak nyaman bahkan kadang
menyakitkan. Oleh karena itu, penderita cenderung untuk menghindari ingatan dari
Tokoh kedua adalah Bapak yang selalu merasa bersalah karena tidak bisa
menjaga anak semata wayangnya dengan baik. Hal tersebut yang membuatnya
memilih untuk meluapkan semua emosinya pada arena pertandingan tinju. Carlson
dan Ruzek (2006) mengatakan penderita biasanya tidak dapat mengontrol gejala-
one others adalah masalah yang bisa terjadi akibat dari rasa frustasi karena tidak
mampu mengontrol gejala PTSD. Oleh sebab itu, orang tersebut cenderung
219
menyerang orang lain maupun dapat menyakiti diri sendiri. Self-blame, guilt, and
shame adalah masalah yang dapat muncul karena tidak dapat melakukan sesuatu
dengan benar, seseorang akan merasa malu dan cenderung menyalahkan diri
sendiri. Problem with self-esteem adalah masalah yang bisa muncul karena
seseorang merasa bukan orang yang baik, tidak dapat positif menilai dirinya,
seseorang akan merasa buruk, tidak berarti, bodoh, tidak terampil, jahat dan lain-
lain.
militer, bencana alam, insiden teroris, kecelakaan serius atau tindak kekerasan
penderita PTSD. PTSD ditandai dengan adanya perubahan biologis maupun gejala-
gejala psikologis. Apabila seseorang didiagnosa menderita PTSD, itu berarti bahwa
orang tersebut telah mengalami suatu kejadian yang menyebabkan fisik dan
jiwanya terancam, dan bahwa orang tersebut telah merespon dengan rasa takut yang
intens dan ketidak berdayaan (ncptsd, 2005). Berdasarkan para ahli kesehatan
mental atau mental-health dan dunia kedokteran diketahui bahwa PTSD adalah