Anda di halaman 1dari 2

Nama : Nabila Eva Hilfani

NIM : 203233076
Kelas : 3B
Mata Kuliah : Estetika

Nilai Estetika yang Terkandung Dalam Film The Medium

Film The Medium merupakan film yang berasal dari negara Thailand yang disutradarai Banjong
Pisanthanakun. Film ini menggambarkan tradisi dukun yang ada disalah satu daerah terpencil
Thailand yaitu daerah Isan dengan penyajian film berjenis mokumenter. Penggambaran tradisi
dukun dalam film digambarkan melalui satu kisah keluarga dukun yang menghadapi mala petaka
yang terjadi pada salah seorang aggota keluarganya. Jelasnya mala petaka yang mereka hadapi
yakni gangguan roh jahat akibat dendam orang-orang yang pernah disakiti oleh ayah korban.

The Medium sebagai karya film dapat ditinjau nilai estetikanya melalui teori model Beardsley
yang membagi menjadi tiga elemen yakni unity, intencity, dan complexcity. Unity atau keutuhan
merupakan elemen yang menunjukkan kesatuan antar unsur dalam suatu karya seni. The
Medium sebagai karya seni film tentunya memilki unsur naratif dan sinematik. Secara garis besar
unsur naratif dibangun oleh keterhubungan setiap elemen cerita seperti tokoh, konflik, lokasi,
dan waktu yang ada dalam film. Sedangkan unsur sinematik berhubungan dengan proses
penyajian cerita kedalam bentuk film yang terdiri atas mise-en-scene atau segala hal yang
ditangkap oleh kamera, sinematografi, editing, dan suara.

Dalam film The Medium, kedua unsur film tersebut disajikan secara apik dan unik. Budaya dukun
Thailand yang menjadi tema cerita film ini sangat bersinergi dengan cara penyajian film secara
mokumenter atau pengambilan gambar ala-ala film dokumenter. Gaya pengambilan gambar
secara mokumenter tentunya minim dengan penambahan efek visual dalam film. Sehingga hal
tersebut tidak memberi kesan dibuat-buat atau berlebihan. Bahkan cerita yang disampaikan pun
terkesan begitu nyata dan dekat dengan penonton.
Intencity atau kesungguhan merupakan elemen nilai estetika yang berkaitan dengan kualitas
yang paling ditonjolkan dalam suatu karya seni. Biasanya hal yang paling ditonjolkan tersebut
menjadi sebuah ciri khas dari suatu karya seni. Elemen nilai estetika ini juga dapat dijadikan
indikator kesungguhan seniman atau pencipta dalam membuat karyanya. Dalam film, elemen ini
dapat dilihat atau dirasakan melalui suasana yang berusaha dibangun oleh sang sutradara.

Ritual pemanggilan roh yang berkaitan erat dengan hal-hal mistis dan kekerasan dalam film The
Medium sukses membangun suasana yang menyeramkan. Dari awal hingga akhir durasi, ritual
pemanggilan roh menjadi hal yang paing ditonjolkan. Karena konflik cerita dalam film ini pun
bersangkutan dengan hal tersebut.

Complexcity atau kerumitan merupakan elemen yang justru menjadi sebuah nilai mutu dari
sebuah karya seni. Kerumitan ini tidak hanya tertangkap secarara inderawi namun juga maknawi
yang ada dalam sebuah karya seni. The Medium memiliki kerumitan tersendiri dalam hal yang
dapat ditangkap secara inderawi yakni gaya pengambilan gambarnya secara mokumenter dari
bagian awal hingga akhir film. Gaya pengambilan gambar secara mokumenter terbilang rumit.
Karena bagaimana pun, cara pengambilan gambar harus terlihat natural atau alami layaknya film-
film dokumenter. Lebih-lebih dalam film The Medium, pengambilan gambar dalam satu kali take
sering kali ditemui. Padahal teknik tersebut cukup sulit dan pasti memakan waktu yang panjang.
Sebab jika terdapat kesalahan sedikit saja saat pengambilan gambar, maka pengambilan gambar
akan diulang dari awal scene.

Anda mungkin juga menyukai