Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PPDH

DEPARTEMEN BAKTERIOLOGI DAN MIKROBIOLOGI VETERINER

“PULLORUM PADA AYAM”

Oleh:

Ruhil Agnie Abdillah 062013143097

PPDH XXXIV
Kelompok 5A

Fakultas Kedokteran Hewan


Universitas Airlangga
Surabaya
2020
1. PENDAHULUAN

Penyakit pullorum adalah penyakit bakteri septikemik (Septicaemic bacterial

diseases) yang umumnya terjadi pada ayam dan kalkun, disebabkan oleh bakteri Salmonella

pullorum. Pertama kali ditemukan oleh Rettger pada tahun 1899 dan pada tahun 1929 dikenal

dengan nama bacillary white diarrhea di Australia sesuai dengan tanda klinis yang ada pada

penyakit ini yaitu diare berwarna putih.

Penyakit pullorum biasanya ditemukan dalam bentuk sistemik akut pada anak ayam,

tetapi lebih sering bersifat lokal dan kronis pada ayam dewasa. Pullorum adalah penyakit

infeksi menular. Kerugian akibat penyakit pullorum adalah penurunan produksi telur,

penurunan fertilitas dan daya tetas telur, kematian embrio maupun anak ayam, serta gangguan

pertumbuhan.

Penyakit ini dapat ditemukan pada ayam semua kelompok umur, tetapi kerugian yang

terbesar hanya ditemukan pada anak ayam berumur kurang dari 4 minggu. Anak ayam

berumur beberapa hari yang terserang pullorum, akan nampak mengantuk, lemah, kehilangan

nafsu makan, dan diare berwarna putih seperti nasta dan dapat dikuti dengan kematian dalam

jangka waktu 3-7 hari, Angka kematian antara 30-50% dan kadang-kadang mencapai 80%.

Kejadian pullorum di Indonesia juga sudah dapat diatasi sejak lama, menyusul adanya

kebijakan yang mengharuskan breeder untuk mengeluarkan bibit hewan dengan syarat bebas

pullorum. Tentunya hal ini menjadi sangat menarik dan menjadi tujuan dari penulisan ini

untuk mengkaji secara umum penyakit pullorum.

2. ETIOLOGI

Pullorum disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum, yaitu suatu bakteri bersifat

gram negatif, tidak bergerak, berbentuk batang, fakultatif aerob dan tidak berspora, dan

mampu bertahan di tanah hingga satu tahun. Bakteri mempunyai ukuran lebar 0,3-0,5 mikron

dan panjang 1-2,5 mikron, umumnya terdapat dalam bentuk tunggal dan jarang membentuk
rantai lebih dari dua sel. Pertumbuhan optimum pada temperatur 27°C. Pada perbenihan yeast

extract agar, koloni kelihatan licin, mengkilat dan terang tembus. Pada perbenihan chicken

infusion agar tumbuh subur dan koloninya terlihat kurang terang tembus. Pada media selektif

seperti DHL koloni berwarna merah muda dengan warna hitam ditengah. Pada media Mac

conkey berwarna merah jambu.

Salmonella pullorum dapat hidup di sepanjang saluran pencernaan, limpa, kantung

empedu dan ovarium. Infeksi pada organ tersebut menyebabkan antibodi dapat terdeteksi di

dalam darah. Bakteri Salmonella pullorum dapat hidup di luar tubuh inang pada lingkungan

yaang sesuai selama berbulan-bulan.

Peneliti Eropa beranggapan bahwa Salmonella pullorum identik dengan Salmonella

gallinarum, karena keduanya menunjukkan uji serologis yang sama, Namun bila dilakukan

berbagai uji biokimia keduanya terdapat berbedaan. Bakteri ini memiliki resistensi tinggi

terhadap pengaruh lingkungan baik fisik maupun kimiawi, tetapi sensitif terhadap panas.

Kuman ini akan mati dengan pemanasan.

3. PATOGENESIS

Pullorum dianggap sebagai penyakit anak ayam karena pullorum sering menyerang

pada anak ayam. Kadang-kadang penyakit ini bersifat subklinik meskipun ditularkan melalui

telur. Masa inkubasi biasanya sekitar 4-5 hari dan penyakit ini umumnya berlangsung 5-12

hari. Ciri khasnya adalah banyak anak ayam mati di dalam telur dan mati segera setelah

menetas. Kadang-kadang penyakit tidak teramati selama 5-6 hari setelah menetas. Kadang-

kadang tidak teramati selama 5-6 hari setelah menetas. Baru tampak pada hari ke-7 sampai

hari ke-10 dan kematian puncak pada minggu ke-2 sampai minggu ke-3. Gejalanya

mengantuk, nafsu makan hilang, bergerombol pada satu tempat, terdapat kotoran putih seperti

pasta yang menempel di sekitar lubang dubur sehingga bulu sekitar dubur menjadi kotor,

lesu, serta kelemahan umum. Anak ayam yang sembuh akan mengalami gangguan
pertumbuhan yang drastis, peningkatan berat badan yang terhambat dan gangguan

pertumbuhan bulu.

Pada ayam dewasa umumnya gejala sulit dilihat tetapi kadang-kadang nampak nafsu

makan hilang, ayam lemah, produksi telur dan daya tetastelur menurun, jengger pucat, dan

diare, Kadang-kadang ditemukan persendian bengkak berisi material gelatinous berwarna

orange. Ayam dewasa yang tahan terhadap serangan penyakit tidak memperlihatkan gejala

sakit tetapi akan bertindak sebagai sumber penularan penyakit.

Jika dilakukan bedah bangkai pada menunjukkan adanya kongesti/pembendungan

darah pada hati dan paru-paru. Pada ayam umur 6-7 hari kerusakan yan mencolok adalah

adanya kematian jaringan berwarna abu-abu sampal putih, khususnya pada hati, pankreas dan

limpa. Ginjal membesar dengan degenerasi parenchymatous dan ureter berisi asam urat.

Terdapat sisa kuning telur yang bentuknya sudah berubah dan bervariasi dari seperti keju

sampai ke massa padat berwarna seperti darah. Sekum berisi massa serupa keju yang

mengeras dan dinding usus akan menebal. Dapat juga ditemukan radang pada peritoneum dan

eksudat fibrinous yang menyelaputi organ pada rongga perut.

Pada ayam dewasa, calon kuning telur nampak berubah warna, terbentuk kista,

radang pada peritoneum dan pericardium.

4. DIAGNOSA PENYAKIT

Bakteri Salmonella pullorum adalah bakteri gram negatif, fakultatif anaerob, yang

jika dikultur akan tumbuh pada media standar nonselektif seperti MacConkey . Pada media

selektif menggunakan Salmonella Shigella Agar (SSA) ,Brilliant Green Agar(BGA),dan

Xylose lysine deoxycholate Agar (XLD) . Pemeriksaan uji serologi dapat menggunakan Tube

agglutination (TA) test, Microagglutination (MA) test, Rapid Serum Agglutination (RSA) ,

Rapid Whole Blood Test (RBT) . Pemeriksaan uji biokimia dulcitol dan dicarboxyase untuk

mendeteksi Salmonella pullorum pada ayam. 


MacConkey merupakan media differensial, untuk mengisolasi dan mengidentifikasi

bakteri gram negatif terutama bakteri yang berasal dari feses maupun urin dengan indikator

neutral red. Salmonella dan shigella akan membentuk koloni tanpa warna (Colorless).

Brilliant Green Agar merupakan media selektif Salmonella, dengan indikator phenol red.

Bakteri Salmonella akan membentuk koloni berwarna pink(Merah bata). Xylose lysine

deoxycholate Agar (XLD) merupakan media selektif Salmonella, dengan indikator phenol

red. Bakteri Salmonella akan membentuk koloni berwarna pink. Salmonella Shigella Agar

(SSA) merupakan media selektif Salmonella, dengan indikator neutral red, koloni tampak tak

berwarna namun memiliki endapan hitam jika memproduksi H2S. Disamping itu secara

biokimia salmonella pullorum juga ternyata mempunyai kemampuan untuk mengikat besi,

hal ini terlihat terjadi reaksi blackening diatas medium EMB

Koloni typical salmonella pada media noninhibitory berbentuk bundar, berkilat,

seperti kubah, halus dan diameternya 1-2 mm setelah 24-48 jam inkubasi. Pada media selektif

tampak bervariasi. Koloninya dapat lebih lanjut diuji dengan cara serologis dan bikomia dan

dilihat motilitasnya.

Dalam bentuk akut, penyakit pulorum sangat berpengaruh pada ayam-ayam muda dan

agent tersebut dapat di ketahui melalui semua organ, jaringan dan feses. Sedangkan pada

ayam dewasa menjadi carrier. Sebaliknya untuk penyakit typhoid yang disebabkan

Salmonella gallinarum nampak dapat diketahui pada ayam yang dewasa. Bagaimanapun

yang terjadi pada ayam muda secara klinis tidak dapat dibedakan dengan penyakit pulorum.

Bakteri Salmonella gallinarum biasanya ditemukan di hati dan feses.

Untuk mengetahui bakteri Salmonella pullorum , unggas sebaiknya tidak diberi obat

antimikroba selama 2-3 minggu sebelumnya. Bakteri dapat diperoleh dari unggas hidup,

karkas segar atau beku, telur, feses segar, pakan, atau barang-barang lain yang

terkontaminasi. Olesan kloaka bisa diambil dari unggas hidup. Contoh aspetik juga dapat
diambil dari limpa, hati, ginjal, empedu, paru-paru, jantung, ove, testes, saluran pencernaan.

Permukaannya di layukan dengan spatula panas dan contoh diperoleh dengan menyisipkan

olesan kapas. Penampakan dari infkesi dalam secara serologi pada reaktor unggas yang

tampak normal membutuhkan banyak kultur yang homogen baik dengan swab ataupun tanpa

swab (olesan). Kumpulan jaringan tersebut dikumpulkan dari beberapa unggas. Sample dari

litter dan feses untuk mendapatkan pulorum akan lebih sulit dibandingkan dengan salmonella

lainnya. Olehkarena itu seharusnya sample diperoleh dari litter yang basah atau kering dan

olesan terbuka dari minumannya.

Diagnosa banding, Fowl typhoid dan Parathyroid ditentukan dengan isolasi dan

identifikasi menggunakan uji biokimia yaitu ducitol dan ornithin dicarboxyase. Omphalitis

menyebabkan kematian dini pada anak ayam , disertai perikarditis dan perihepatitis.

Coccidiosis, terutama menyerang anak ayam, dalam keaadaan akut usus buntu mengalami

radang berdarah.

5. PENGENDALIAN PENYAKIT

Penyakit pullorum sedikit nyata pengaruhnya terhadap kesehatan umum, beberapa

laporan menujukkan adanya penyakit pulorum pada manusia akibat konsumsi makanan yang

mengandung S pullorum. Gejalanya dikarakterisasikan dengan cepatnya serangan enteritis

akut diikuti dengan kesembuhan yang cepat tanpa pengobatan.

Pencegahan dan pengawasan yang biasa dilakukan adalah dengan menggunakan

prosedur manajemen, pengurangan hewan carrier, uji serologis dan vaksinasi. Prosedur

manajemen yang dilakukan untuk mengurangi kejadian pullorum sebagai berikut :

1. Ayam yang dihasilkan dari sumber yang bebas dari pullorum

2. Tidak ada pencampuran kelompok unggas yang bebas pullorum dengan

kelompok unggas yang dinyatakan bebas fowl typoid.

3. Sanitasi kandang dan lingkungan


4. Menggunakan pakan berbentuk pellet atau crumble untuk mengurangi infeksi

salmonella dalam pakan

5. Menggunakan program biosecurity untuk meminimalkan masuknya

salmonella dari luar seperti : burung liar, tikus, kelinci, anjing, dan kucing.

6. Pengontrolan serangga, menggunakan air minum portable, menggunakan

footwear dan pakaian yang selalu distrerilisasi sat masuk kandang,

perlengkapan, truk prosesing dan perlatan lain juga harus disterilkan dari

infeksi salmonella.

Usaha pencegahan lainnya yaitu melakukan uji tes serologis pada kelompok hewan

yang diduga terinfeksi salmonella pullorum. Beberapa metode serologis telah semakin

berkembang dengan semakin ditemukannya factor virulens pada agen penyebabnya.

Pengobatan tidak direkomendasikan, akan tetapi untuk mengurangi pengaruhnya

maka saat ini sudah dilakukan pengobatan-pengobatan yang efektif yaitu obat propilactic dan

teurapetic. Sulfonamid termasuk sulfadiazine, sulfamerazine, sulfathiazole, sulfamethazine

dan silfaquionoxalin. Dosis untuk sulfadiazine, sulfamerazine, sulfathiazole maksimum

diberikan 0,75% dari pakan tepung starter digunakan 5-10 hari setelah hewan masuk. Pada 5

hari pertma juga biasa diberikan sulfamerazine sebanyak 0,5%, dan sulfaquinoxaline

digunakan 0,1% dalam pakan yang dapat digunakan untuk 2-3 hari.

Obat furazolidone dalam dosis 0,04% selama 10-14 hari memiliki efektifitas yang

tinggi dalam mencegah kematian anak ayam. Dan beberapa antibiotik lainnya yang bisa

digunakan untuk mencegah infeksi pullorum.


DAFTAR PUSTAKA

Chmielewski R., Wieliczko A., Kuczkowski M., Mazurkiewicz M., Ugorski M. 2001.
Genotypic analysis of Salmonella Gallinarum and Salmonella Pullorum strains
isolated from laying hens. Avian Pathology :57 (10) : 697-776, 731

Direktur Kesehatan Hewan 2002. Manual Penyakit Hewan Unggas. Direktorat


Kesehatan Hewan, Direktorat Bina Produksi Peternakan, Departemen Pertanian Rl,
Jakarta Indonesia.

Diyantoro,, Shelly W., 2017. Deteksi Antibodi Salmonella pullorum dan Mycoplasma
gallisepticum pada Anak Ayam (DOC) Pedaging Beberapa Perusahaan yang Dijual
Di Kabupaten Lamongan. Departemen Kesehatan, Fakultas Vokasi, Universitas
Airlangga. AGROVETERINER: Vol.5, No.2 Juni 2017

Handijatno, Didik., Wiiwiek T., Hasutji E. N., Surayani S., dan Sri C. 2016.Pemeriksaan
Mikroskopis. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Veteriner I Program S-1. FKH-
UNAIR. Surabaya.

Office International des Epizooties (OIE). 2001. Fowl typhoid and pullorum disease.OIE. Co.
www.oie.int.

Richard, K., dan Peter S. Holt. 1998. Aplication of flagella- based immunoassay for serologic
detection of salmonella pullorum infection in chickens. Journal of Avian Diseases.
42 : 807-811.

Sari, M.L. 2004. Pullorum dan Permasalahannya. Pengantar Ke Falsafah: Sekolah


Pascasarjana/S3 IPB. Bogor
Sarudji, Suryanie., Sri C., Wiwiek T., dan Didik H. 2017. Isolasi Dan Identifikasi Bakteri
Gram Negatif Enterobacter. Petunjuk Praktikum penyakit Infeksius I Program S-1
Kedokteran Hewan. FKH-UNAIR. Surabaya.

Shivaprasad H. L. 2000. Fowl typhoid and pullorum disease. Rev. sci, tech. Off. Int.Epiz., 19
(2) : 405 – 424. France. Paris.

Anda mungkin juga menyukai