Anda di halaman 1dari 3

Nama : Iqlima Aimi Najwa

Nim : 2202101010102

Kelas : 05 Patologi Klinik

1. Studi kasus : infeksi parathypoid pada ayam

Penyakit ini disebut juga dengan salmonellosis atau paratyphoid. Paratyphoid merupakan
penyakit yang bersifat ganas dan bisa menyerang secara menahun. Penyakit in disebabkan oleh
banyak spesies salmonella yang sifatnya berbeda dengan Salmonella pullorum dan Salmonella
gallinarum. Diperkirakan ada 20-30 spesies salmonella yang menyebabkan ayam sakit. Spesies
tersebut di antaranya Salmonella enteritidis, Salmonella oranienberg, Salmonella montavideo,
Salmonella newport, Salmonella typhimurium, Salmonella anatum, Salmonella derby, dan
Salmonella bredeney. Selain menyerang saluran reproduksi, penyakit salmonellosis juga
menyerang sistem saraf pusat (Fadilah dan Poulana, 2004).

Infeksi Paratyphoid merupakan penyakit septisemik akut pada ayam muda dan pada ayam
dewasa merupakan infeksi saluran pencernaan yang berjalan kronik. Penyakit ini dikenali
dengan gangguan berupa diare dan perubahan pada berbagai organ berupa nekrosis fokal
(Safitri dan Plumerastuti, 2023).

Sallmonellosis terdapat dimana-mana baik yang menyerang hewan maupun manusia. Pada
hewan kejadiannya lebih sering ditemukan pada peternakan yang dikelola secara intensif
terutama pada ayam dan babi. Pencemaran makanan, carrier, pencemaran lingkungan oleh
hewan-hewan terinfeksi memegang peranan dalam kasus salmonellosis. Cemaran Salmonella
spp. pada telur dapat berasal dari kotoran ayam dan kloaka atau dalam kandang. Infeksi
Salmonella spp. Selain lingkungan kandang yang kurang terjaga kebersihannya, pemasukan
hewan terinfeksi atau carrier menjadi faktor penyebab terjadinya penyakit. Pemberantasan
vektor (burung-burung liar, rodentia, dan serangga) disekitar peternakan perlu diupayakan.
Pengembalaan yang hanya di satu tempat penggembalaan tanpa rotasi dapat menjadi
predisposisi terjadinya penyakit (Velina et al., 2019)

Gejala ayam yang terserang infeksi paratyphoid bisa dilihat hanya pada ayam muda (kurang
dari tujuh minggu) yaitu terjadi diare yang diikuti dehidrasi, kotoran berbentuk pasta atau basah
di daerah sekitar kloaka (vent), sayap terkulai, menggigil, dan bergerombol mendekati sumber
pemanas. Tingkat serangan dan kematian tinggi, terutama dua minggu pertama masa
pemanasan. Terdapat sedikit lesio atau bahkan tidak ditemukan pada ayam yang mati akibat
penyakit ini (Fadilah dan Poulana, 2004).

2. Patofisologi

Hal yang terjadi akibat penyakit ini adalah : diare yang diikuti dehidrasi

Salmonella spp. digolongkan dalam bakteri patogenik yang menjadi penyebab foodborne
disease yang disebut Salmonellosis. Bakteri ini dapat tumbuh dan menyebabkan kerusakan
pada jaringan sel epitel usus. Gejala yang ditimbulkan berupa gastoenteritis, diare, sakit
perut,demam atau tanpa demam, septikemia dan infeksi total (Velina et al., 2019)

Terjadi oophoritis dengan perdarahan, terjadi pengejuan atau atrophic di folikel dan orchitis.
Namun, biasanya hanya terjadi dehidrasi dan enteritis (focal necrotic lesions) di permukaan
mukosa usus kecil. Pada kasus tertentu terdapat luka bulat kecil (necrotic foci) di bagian hati,
terdapat garis hemorrhagic (perdarahan) di hati dan ginjal, serta terjadi pericarditis (jantung
dilapisi selaput). (Fadilah dan Poulana, 2004)

Perjalanan penyakit diare yang disebabkan oleh Salmonella sp. pada dasarnya sama dengan
bakteri patogen lainnya, yaitu dimulai dengan masuknya agen penyebab diare berupa bakteri
patogen ke dalam saluran pencernaan melalui mulut hingga akhirnya masuk ke dalam usus
halus. Kemudian, bakteri patogen ini akan menempel pada permukaan mukosa usus yang
menyebabkan infeksi dan merusak sel-sel epitel usus halus tersebut. Pada saat Salmonella
typimurium menginfeksi usus terjadi proses inflamasi akut pada bagian mukosa dan
submukosa usus. Hal ini disebabkan oleh reaksi yang ditimbulkan oleh Salmonella
typhimurium berupa pelepasan sitokin-sitokin inflamasi yang berperan sebagai kemoatraktan
untuk sel limfosit, neutrofil, dan makrofag, sehingga kejadian ini menimbulkan serbukan sel
radang. Reaksi inflamasi akut yang menimbulkan sel radang tersebut menghasilkan oksida
reaktif yang menyebabkan vili-vili usus halus mengalami atropi dan tidak dapat menyerap
cairan dan makanan dengan baik. Cairan dan makanan yang tidak diserap tadi pada akhirnya
akan didorong keluar melalui anus dan terjadilah diare.

Dehidrasi dapat disebabkan demam atau diare yang dialami oleh unggas tersebut, sehingga ia
tidak bisa mengambil cukup makanan dan air untuk menggantikan zat yang telah terbuang.
Sehingga apabila hewan terkena penyakit yang di sertai dengan diare, dia akan mengalami
dehidrasi. Ketika dia mengalami diare otomatis zat zat elektrolit yang dibutuhkan tubuh akan
terbuang bersamaan dengan feses sehingga tubuh menjadi letih dan dapat menyebabkan
keseimbangan terganggu di dalam tubuh, dan bahkan menyebabkan demam hingga kematian
apabila tidak ditangani dengan cepat

3. Gejala klinis dan pemeriksaan

Gejala ayam yang terserang infeksi paratyphoid bisa dilihat hanya pada ayam muda (kurang
dari tujuh minggu) yaitu terjadi diare yang diikuti dehidrasi, kotoran berbentuk pasta atau basah
di daerah sekitar kloaka (vent), sayap terkulai, menggigil, dan bergerombol mendekati sumber
pemanas. Tingkat serangan dan kematian tinggi, terutama dua minggu pertama masa
pemanasan. Terdapat sedikit lesio atau bahkan tidak ditemukan pada ayam yang mati akibat
penyakit ini.

Diagnosa infeksi paratipoid didasarkan pada gejala klinis, riwayat kasus, dan didasarkan pada
isolasi dan identifikasi kuman. Pemeriksaan serologis untuk uji pulorum dan fowl typhoid tidak
dapat dipergunakan untuk diagnosis paratifoid karena hasilnya akan negatif. Hal ini dapat
dihubungkan dengan kenyataan bahwa Salmonella yang tidak mempunyai host spesifik
(termasuk paratyphoid Salmonella), hidup didalam saluran pencernaan tetapi tidak menginvasi
jaringan sehingga tidak menstimulasi pembentukan antibodi humoral yang dapat dideteksi
didalam darah. Sebaliknya Salmonella pullorum dan Salmonella gallinarum tidak tinggal di
dalam saluran pencernaan tetapi menginvasi jaringan di dalam tubuh ayam. Hal ini akan
menstimulasi produksi antibodi yang dapat dideteksi dengan uji serologis

Daftar Pustaka

Fadilah, R. dan Polana, A. (2004). Aneka Penyakit pada Ayam & Cara Mengatasinya. Agro
Media, Jakarta

Safitri, E., & Plumerastuti, H. (2023). AYAM BROILER-Aspek Fisiologi Reproduksi &
Patologinya. Airlangga University Press, Surabaya

Velina, Y., Budiman, H. dan Puspitawati, L. (2019). Salmonella spp: Identifikasinya pada Telur
Ayam di Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung. Biosfer: Jurnal Tadris
Biologi, 10(1), 29-37.

Anda mungkin juga menyukai