Lampiran
ASET
ASET LANCAR
Kas dan setara kas 3g,h,5 31.177.273.662 87.892.873.462 62.235.591.207
Investasi jangka pendek 3g,h,6 3.000.000.000 1.000.000.000 3.500.000.000
Piutang usaha, setelah dikurangi
penyisihan penurunan nilai sebesar
Rp 141.986.246.529 pada
tahun 2011 and Rp 61.489.504.295
pada tahun 2010
Pihak ketiga 3g,h,7 454.265.227.439 422.111.905.807 280.404.228.582
Pihak berelasi 3g,h,7 268.722.447.175 268.722.447.175 268.722.447.175
Piutang lain-lain, setelah dikurangi
penyisihan penurunan nilai sebesar
Rp 330.163.685.573 pada tahun
2011 dan Rp 510.737.395.134
pada tahun 2010
Pihak ketiga 3g,h,8 22.937.261.126 4.431.384.634 5.039.837.125
Persediaan 3i,9 795.058.287.598 462.112.098.195 463.121.064.042
Uang muka pembelian 10 343.195.422.233 291.068.826.915 246.425.188.396
Pajak dibayar dimuka 3t,23a 119.411.500.545 126.510.220.118 86.654.752.801
Biaya dibayar dimuka 3j,11 10.588.262.122 8.241.335.214 7.588.226.644
Uang muka investasi dalam proyek
perusahaan patungan 3g,h,12 − − 5.914.525.920
Aset lancar lainnya 3g,h,13 52.018.685.430 26.473.126.432 2.229.884.332
1
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011, 31 Desember 2010 dan 1 Januari 2010
2
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011, 31 Desember 2010 dan 1 Januari 2010
EKUITAS (DEFISIENSI)
Modal Saham
Modal dasar 12.357.255.040
saham dengan nilai nominal
Rp 10.000 per saham untuk
Seri A, Rp 1.000 per saham
untuk seri B dan Rp 40 per
saham untuk Seri C pada tahun
2011 dan 2010
Modal ditempatkan dan disetor
penuh 219.696.000 saham
Seri A dan 2.157.211.950 saham
Seri C pada tahun 2011 dan 2010 31 2.283.248.477.500 2.283.248.477.500 2.283.248.477.500
Tambahan modal disetor 3o,32 5.586.506.149.053 5.586.506.149.053 5.586.506.149.053
Komponen ekuitas lainnya 3c 12.075.095.048 12.232.185.356 11.119.632.355
Saldo laba (akumulasi defisit)
Ditentukan penggunaannya 33 8.280.000.000 8.280.000.000 8.280.000.000
Tidak ditentukan pengunaannya (15.232.156.355.833) (15.701.308.253.547) (16.036.148.144.398)
4
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
Untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2011 dan 2010
5
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS KONSOLIDASIAN
Untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2011 dan 2010
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Saldo per 31 Desember 2009 2.283.248.477.500 5.586.506.149.053 (4.950.019.100) 11.341.556.543 (221.924.188) 8.280.000.000 (15.629.497.770.817) (7.745.293.531.009) (134.764.378.004) (7.880.057.909.013)
Saldo per 31 Desember 2011 2.283.248.477.500 5.586.506.149.053 – 12.297.019.236 (221.924.188) 8.280.000.000 (15.232.156.355.833) (7.342.046.634.232) – (7.342.046.634.232)
6
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
LAPORAN ARUS KAS KONSOLIDASIAN
Untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2011 dan 2010
2011 2010
Rp Rp
ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI
Penerimaan dari pelanggan 5.673.816.758.805 4.571.801.149.332
Pembayaran kepada pemasok (1.067.788.023.128) (1.266.559.784.992)
Pembayaran gaji (136.621.636.479) (135.561.458.905)
Pembayaran kas operasi lainnya, bersih (308.982.916.599) (544.180.971.694)
7
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
LAPORAN ARUS KAS KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
Untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2011 dan 2010
2011 2010
Rp Rp
8
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
31 Desember 2011 dan 2010
1. U M U M
PT Asia Pacific Fibers Tbk (“Perusahaan”) didirikan dalam rangka Undang-undang Penanaman
Modal Dalam Negeri No. 6 tahun 1968, jo. Undang-undang No. 12 tahun 1970 berdasarkan akta
No. 22 tanggal 15 Pebruari 1984 dari Januar Tirtaamidjaja, SH, notaris di Jakarta. Undang-undang
diatas telah diubah dengan Undang-undang No. 40 tahun 2007 tanggal 16 Agustus 2007. Akta
pendirian ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan
No. C2-6107.HT.01.01.TH.84 tanggal 26 Oktober 1984 dan diumumkan dalam Tambahan
No. 3247 Berita Negara Republik Indonesia No. 72 tanggal 7 September 1990.
Anggaran Dasar Perusahaan mengalami perubahan dengan akta No.92 tanggal 24 Maret 2009 oleh
notaris Sutjipto, SH, notaris di Jakarta, untuk menyesuaikan Anggaran Dasar Perusahaan dengan
Peraturan Bapepam-LK No. IX.J.1 tanggal 14 Mei 2008 tentang Pokok-Pokok Anggaran Dasar
Perusahaan yang Melakukan Penawaran Umum Efek Bersifat Ekuitas dan Perusahaan Publik.
Akta notaris ini telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
dengan Surat Keputusan No. AHU-0052618.AH.01.09.Tahun 2009 tanggal 14 Agustus 2009.
Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, yang terakhir dengan akta
No. 50 tanggal 10 September 2009 oleh notaris Sutjipto, SH, notaris di Jakarta, mengenai
perubahan nama Perusahaan dari PT Polysindo Eka Perkasa Tbk menjadi PT Asia Pacific Fibers
Tbk. Akta notaris ini telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia dengan Surat Keputusan No. AHU-54294.AH.01.02.Tahun 2009 tanggal 10 Nopember
2009 dan diumumkan dalam Tambahan No. 21449 Berita Negara Republik Indonesia No. 77
tanggal 24 September 2010.
Pada tanggal 4 Pebruari 2011, Perusahaan mendapatkan persetujuan dari Kepala Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melalui Surat Keputusan No. 2/B/II/PMDN/2011 tentang
persetujuan pembatalan surat keputusan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
No. 249/II/PMDN.1997 tertanggal 2 Desember 1997.
Kemudian, Perusahaan juga telah menerima persetujuan dari Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM) untuk melakukan ekspansi terhadap kapasitas fiber di Karawang melalui surat
persetujuan No. 2/B/II/PMDN/2011 tanggal 24 Pebruari 2011. Proyek ini dijadwalkan akan
dimulai pada kuartal kedua tahun 2012.
Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahan adalah
meliputi industri kimia dan serat sintetis, pertenunan dan perajutan serta industri tekstil lainnya.
Perusahaan berkedudukan di Kendal, Jawa Tengah dengan pabrik yang berlokasi di Kendal, Jawa
Tengah dan Karawang, Jawa Barat. Kantor perwakilan Perusahaan berlokasi di Gedung “The
East”, Lantai 35, Jl. Lingkar Mega Kuningan Kav. E-3 No. 1, Jakarta. Perusahaan mulai
berproduksi secara komersial pada tahun 1986. Hasil produksi Perusahaan dipasarkan didalam dan
diluar negeri, diantaranya ke Eropa, Amerika Serikat, Asia, Australia dan Timur Tengah.
9
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
1. U M U M (Lanjutan)
Perusahaan turut berpartisipasi dalam kegiatan sosial di lingkungan sekitar 2 (dua) lokasi pabrik
yang terletak di Karawang dan Semarang, dimana kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat sekitar. Dalam upaya untuk mendukung kegiatan ini dengan lebih
efektif, Perusahaan telah mendirikan yayasan yang bernama “Yayasan Asia Pasific Fibre” pada
tanggal 15 Januari 2010. Persetujuan pendirian yayasan ini telah disahkan oleh Menteri
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan surat keputusan No. AHU-
960.AH.01.04.Tahun 2010 tanggal 15 Maret 2010.
• Pada tanggal 8 Oktober 1993, Perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), dengan suratnya No S-1738/PM/1993, untuk melakukan
Penawaran Umum Terbatas Dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu sebesar 184.000.000
saham kepada pemegang saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta
dan Surabaya pada tanggal 1 Nopember 1993.
• Pada tanggal 15 Desember 1994, Perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Ketua
BAPEPAM, No S-2027/PM/1994, perihal perubahan nilai nominal per saham dari Rp 1.000
menjadi Rp 500 per saham.
• Pada tanggal 20 Mei 1996, Perusahaan memperoleh surat pernyataan efektif dari Ketua
BAPEPAM, dengan suratnya No S-778/PM/1996, untuk melakukan Penawaran Umum
Terbatas II dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu sebesar 1.104.000.000 saham kepada
pemegang saham. Saham-saham tersebut telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan
Surabaya pada tanggal 10 Juni 1996.
• Pada tanggal 11 Desember 1997, Perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Ketua
BAPEPAM, dengan suratnya No S-2844/PM/1997, untuk melakukan Penawaran Umum
Terbatas III dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu sebesar 2.185.920.000 saham kepada
pemegang saham. Saham-saham tersebut telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan
Surabaya pada tanggal 5 Januari 1998.
• Pada tahun 1994, Perusahaan menerbitkan Unsecured Senior Notes sebesar US$ 125.000.000
yang dicatat di Bursa Efek Luxembourg. Pada tahun 1996, Perusahaan menawarkan kepada
pemegang Unsecured Senior Notes untuk menukarkan Notes tersebut dengan Guaranteed
Senior Notes sebesar US$ 125.000.000 yang diterbitkan oleh PIFC dimana Perusahaan
bertindak sebagai penjamin. Wesel ini dicatat di Bursa Efek Luxembourg.
10
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
1. U M U M (Lanjutan)
b. Penawaran Umum Efek, Wesel Bayar Perusahaan dan Entitas Anak (Lanjutan)
• Pada tahun 1996, PIFC, dengan Perusahaan sebagai penjamin, menerbitkan Secured Floating
Rate Notes sebesar US$ 50.000.000 dan Guaranteed Secured Notes sebesar US$ 260.000.000
yang tercatat di Bursa Efek Luxembourg.
• Pada tahun 1997, PIFC, dengan Perusahaan sebagai penjamin, menerbitkan Guaranteed
Secured Notes sebesar US$ 250.000.000 yang tercatat di Bursa Efek Luxembourg.
• Sebelum Januari 2000, wesel bayar yang dikeluarkan oleh PIFC sudah tidak tercatat (delisted)
dari Bursa Efek Luxembourg.
• Mulai bulan Desember 2004, seluruh saham Perusahaan sejumlah 4.393.920.000 disuspensi
sehubungan dengan tuntutan pailit terhadap Perusahaan dan keterlambatan menyerahkan
laporan keuangan konsolidasian Perusahaan. Saham-saham Perusahaan tetap disuspensi
walaupun Perusahaan telah lepas dari pailit. Akan tetapi Perusahaan berusaha untuk keluar
dari suspensi ini dengan menyerahkan rencana langkah-langkah yang akan dilakukan oleh
Perusahaan. Kemudian, pada bulan Juli 2006, saham-saham Perusahaan telah diperdagangkan
kembali.
• Pada tahun 2006, Perusahaan telah melakukan konversi atas utang tidak terjamin sebagai
bagian dari implementasi perjanjian perdamaian yang telah diputuskan oleh Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat dengan menerbitkan sebanyak 43.144.238.750 lembar saham dimana sesuai
dengan ketentuan Bursa Efek Indonesia, saham tersebut tidak dapat diperdagangkan dalam
waktu 1 tahun. Kemudian, pada bulan Oktober 2007, saham baru tersebut telah
diperdagangkan.
• Menurut Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang diadakan pada tanggal
21 Pebruari 2008, para pemegang saham menyetujui untuk melakukan penggabungan nilai
nominal saham (reverse stock split) dengan rasio 20 berbanding 1 yang artinya 20 saham lama
akan menjadi 1 saham baru. Reverse stock ini dilakukan agar saham Perusahaan lebih likuid
dan sesuai dengan kinerja Perusahaan. Karena terdapat perubahan jumlah saham dan nilai
nominal saham, maka Perusahaan harus melakukan perubahan Anggaran Dasar Perusahaan,
dan akta notaris untuk Perubahan Anggaran Dasar Perusahaan ini telah disetujui oleh Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia pada tanggal 3 Maret 2008.
• Selanjutnya, menurut akta notaris Sutjipto, SH No. 122 tanggal 27 Pebruari 2008 tentang
perjanjian pembelian sisa saham hasil reverse stock Perusahaan, dinyatakan bahwa
PT Trimegah Securities Tbk sebagai pembeli siaga. Disamping itu, jumlah saham hasil
reverse stock telah diperdagangkan di Pasar Reguler pada tanggal 14 Maret 2008.
• Pada tanggal 10 Oktober 2008, saham dari Entitas Anak (PT Texmaco Jaya Tbk) sudah tidak
tercatat (delisted) di Bursa Efek Indonesia melalui surat keputusan No. S-
04741/BEI.PSR/09/2008 dan Peng-004/BEI.PSR/DEL/09-2008 akibat suspensi saham
PT Texmaco Jaya Tbk dari perdagangannya dan masalah kelangsungan hidupnya.
11
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
1. U M U M (Lanjutan)
b. Penawaran Umum Efek, Wesel Bayar Perusahaan dan Entitas Anak (Lanjutan)
• Menurut Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang diadakan pada tanggal
24 Maret 2009 yang telah dikukuhkan dalam akta notaris Sutjipto, SH, No 91 tanggal
24 Maret 2009, notaris di Jakarta, Pemegang Saham setuju untuk melakukan penambahan
modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu melalui pemberian hak opsi kepada
manajemen dan karyawan Perusahaan (Management Employee Stock Option Programme /
MESOP). Saham yang dikeluarkan adalah sebanyak 5% dari jumlah saham yang ditempatkan
dan disetor (sebanyak 118.845.397 lembar saham seri C). Akta notaris ini telah disahkan oleh
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan
No. AHU-0052619.AH.01.09.Tahun 2009 tanggal 14 Agustus 2009. Berdasarkan rencana
Perusahaan yang telah dilaporkan ke Bursa Efek Indonesia melalui surat tertanggal 17 Maret
2009, program ini akan diimplementasikan pada akhir periode (1 Pebruari 2012).
Kemudian, berdasarkan akta notaris Aryanti Artisari, SH, M.Kn., No. 107 tanggal 23 Pebruari
2012, notaris di Jakarta, program pemberian hak opsi kepada manajemen dan karyawan
Perusahaan (Management Employee Stock Option Programme/ MESOP) telah
diimplementasikan dengan harga pelaksanaan sebesar Rp 45 per saham. Semua saham telah
disetor penuh melalui rekening bank Perusahaan pada tanggal 20 Pebruari 2012 dan
21 Pebruari 2012, dan telah didaftarkan di Bursa Efek Indonesia melalui pengumuman
No. Peng-P-00032/BEI.PPR/03-2012 tanggal 5 Maret 2012 dan No. Peng-P-
00033/BEI.PPR/03-2012 tanggal 7 Maret 2012.
• Sejak tanggal 2 Desember 2009, saham Perusahaan di Bursa Efek Indonesia sudah diganti
dengan menggunakan nama Perusahaan yang baru.
Perusahaan menguasai baik langsung maupun tidak langsung. lebih dari 50% hak suara di Entitas
Anak berikut ini :
Operasi Persentase Jumlah aset
Entitas Anak Lokasi Kegiatan usaha Komersial kepemilikan 2011 2010
% Rp Rp
(dalam jutaan) (dalam jutaan)
12
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
1. U M U M (Lanjutan)
*) Tidak berlaku dikarenakan PT Texmaco Jaya Tbk (TJ) dan PT Texmaco Graha Busana
(TGB) sudah tidak dikonsolidasi (Catatan 46).
• Pada tahun 2001, Perusahaan mengakuisisi 10.000 saham yang merupakan 100% kepemilikan
di Polysindo (Mauritius) Ltd (PML). Saham yang diperoleh sejumlah US$ 10.000. Perbedaan
antara harga perolehan dengan aktiva bersih dari PML sejumlah Rp 221.924.188 dicatat pada
akun ”selisih restrukturisasi entitas sepengendali” sebagai bagian dari komponen entitas
lainnya di dalam laporan posisi keuangan konsolidasian.
• Tidak terdapat transaksi antara Perusahaan dengan Polysindo (Mauritius) Ltd. dan Polysindo
International Finance Company BV. selama tahun 2011 dan 2010. Perusahaan berniat untuk
menutup kegiatan Entitas Anak tersebut bersama dengan proses restrukturisasi Perusahaan.
• Terhitung bulan April 2008, operasional divisi fleece pada PT Texmaco Jaya Tbk (TJ) telah
dioperasikan oleh Perusahaan dengan sistem maklon.
• Sejak semester kedua tahun 2004, PT Texmaco Graha Busana sudah menghentikan
operasional bisnisnya.
• Induk Perusahaan langsung adalah Damiano Investments BV., yang didirikan di Belanda.
• Susunan Dewan Komisaris dan Direksi Perusahaan pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010
adalah sebagai berikut :
2011 2010
Dewan Komisaris :
Komisaris Utama : Bapak Robert Clive Appleby : Bapak Robert Clive Appleby
Komisaris Independen : Bapak Dono Iskandar Djojosubroto : Bapak Dono Iskandar Djojosubroto
Bapak Timbul Thomas Lubis SH Bapak Timbul Thomas Lubis SH
Komisaris : Bapak Antonitris : Bapak Antonitris
Bapak Christopher Robert Botsford Bapak Christopher Robert Botsford
Bapak Robert Mc Carthy Bapak Robert Mc Carthy
Dewan Direksi :
Direktur Utama : Bapak Vasudevan Ravi Shankar : Bapak Vasudevan Ravi Shankar
Direktur : Bapak Masjhud Ali : Bapak Masjhud Ali
Bapak Seeniappa Jegatheesan Bapak Seeniappa Jegatheesan
Bapak Peter Vinzenz Merkle Bapak Peter Stanley Grant
Bapak Peter Vinzenz Merkle
13
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
1. U M U M (Lanjutan)
Bapak Peter Stanley Grant, salah satu Direktur Perusahaan, mengundurkan diri dari susunan
Direktur berdasarkan hasil keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa yang
diadakan pada tanggal 10 Pebruari 2011.
• Komite Audit dibentuk berdasarkan Peraturan Bapepam No. IX.1.5 tentang Pembentukan dan
Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Untuk memenuhi ketentuan Bapepam-LK, Dewan
Komisaris telah membentuk komite audit.
Susunan komite audit Perusahaan pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 adalah sebagai
berikut :
• Corporate Secretary Perusahaan pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 adalah Bapak
Tunaryo.
• Pada bulan Pebruari 2009, Perusahaan telah membentuk departemen internal audit untuk
memenuhi ketentuan Bapepam-LK. Ketua internal audit adalah Bapak Yohanes Baptis Galuh
Adjar Pamungkas.
• Jumlah karyawan tetap Perusahaan pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 masing-masing
sebanyak 3.366 dan 3.158 orang (Tidak Diaudit). Jumlah karyawan tetap Entitas Anak pada
tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 masing-masing sebanyak Nihil dan 238 orang (Tidak
Diaudit).
• Imbalan berupa gaji yang diberikan kepada Komisaris dan Direktur untuk tahun yang berakhir
pada tanggal-tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 masing-masing sebesar Rp 5.182.030.423
dan Rp 6.216.295.241. Tidak ada imbalan berupa manfaat pensiun, uang jasa karyawan dan
manfaat khusus lainnya yang diberikan selama tahun 2011 dan 2010.
a. Kelangsungan Hidup
Fluktuasi dalam industri polyester sejak tahun 2010 masih berlanjut hingga kuartal ketiga di tahun
2011. Dua faktor utama yang turut berkontribusi didalam membaiknya kinerja Perusahaan pada
tahun 2011 adalah tingkat permintaan PTA dan realisasi harga jual yang masih tinggi untuk barang
jadi, sejenis kapas, yang merupakan pasokan pendek selama periode ini.
14
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Perusahaan memperoleh keuntungan dari tingginya tingkat produksi PTA selama periode ini.
Harga bahan baku, Paraxylene dan MEG, melonjak pada tahun 2011 dan 2010. Pertumbuhan pada
pasar domestik untuk produksi polyester melebihi perkiraan industri di tahun 2011. Hal ini
terutama disebabkan karena menurunnya pasokan kapas akibat tingkat produksi yang rendah pada
tahun 2010 sehingga menyebabkan harga kapas yang sangat tinggi.
Perusahaan telah memaksimalkan kapasitas pabriknya mendekati kapasitas penuh (full capacity).
Disamping itu, Perusahaan juga telah merencanakan program pembelanjaan modal sebesar US$ 17
juta pada tahun 2011 yang bertujuan untuk meningkatkan volume produksi staple fiber guna
mengambil keuntungan dari tingginya pertumbuhan industri benang pintal (spun yarn) dan benang
filamen (filament yarn), dan juga untuk memperoleh nilai tambah dari produk tersebut. Beberapa
proyek yang telah dimulai sejak tahun lalu, sudah mulai beroperasi dan menghasilkan produk yang
diinginkan. Damiano Investments BV., Belanda telah menyediakan dana yang diperlukan untuk
program belanja modal tersebut melalui fasilitas Third Loan Agreement.
Dengan adanya lonjakan harga jual dan faktor penghematan biaya pada tahun 2011, Perusahaan
berhasil mencapai total pendapatan usaha sebesar US$ 634 juta dan keuntungan kas sebesar
US$ 78 juta. Dengan kata lain, Perusahaan berhasil mencatat pertumbuhan lebih dari 30% atas
total pendapatan usaha dan keuntungan kas dibandingkan dengan tahun 2010. Kebutuhan modal
kerja juga mengalami peningkatan yang signifikan seiiring dengan adanya peningkatan pada faktor
pendapatan usaha dan tingginya harga bahan baku. Damiano Investments BV., Belanda terus
mendukung Perusahaan dengan memberikan fasilitas letter of credit sebesar US$ 80 juta.
Disamping itu, Perusahaan juga terus menggunakan fasilitas prefinance untuk menjembatani
tingginya tingkat pengadaan barang sehingga Perusahaan berhasil mengeliminasi tingginya total
biaya pembiayaan.
Dengan modal kerja yang ketat, Perusahaan juga telah menerima persetujuan dari kreditur utang
tidak terjamin untuk melakukan kapitalisasi bunga yang telah jatuh tempo melalui penerbitan surat
utang baru. Damiano Investments BV., Belanda juga telah membebankan biaya pendanaan yang
wajar atas fasilitas letter of credit yang telah disediakan untuk Perusahaan selama tahun 2011
(18%).
Permintaan produk polyester diperkirakan akan tetap tinggi dalam waktu dekat. Namun, dengan
mulai menurunnya harga kapas pada kuartal terakhir tahun 2011, tingkat margin untuk serat
polyester akan mulai tertekan dan tetap berada dalam kisaran normal untuk masa yang akan
datang. Pada kuartal kedua tahun 2012, ekspansi fiber diharapkan akan mulai beroperasi. Dengan
keadaan pasar yang berfluktuasi, Perusahaan diharapkan dapat memiliki kinerja yang lebih baik di
tahun 2012 dengan adanya dukungan yang berkelanjutan dari pemegang saham mayoritas dan
dengan adanya kondisi pasar yang semakin membaik.
15
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Sampai bulan Maret 2012, Secured Debt Restructuring Plan (SDRP) masih belum disetujui,
terutama dari PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) yang memiliki sekitar 28% dari total utang
terjamin karena beberapa kondisi dibawah SDRP yang belum disetujui oleh PPA. Perusahaan dan
pemegang saham mayoritas terus meminta PT PPA untuk menyetujui restrukturisasi utang
terjaminnya. Setelah proses restrukturisasi ini selesai, dan berakhir dengan perubahan pada
laporan posisi keuangan konsolidasian, Perusahaan yakin akan mendapatkan pinjaman modal kerja
dari bank konvensional.
Diusulkan
Tanggal Restrukturisasi 1 Juli 2007
Tingkat Suku Bunga Pinjaman Bunga akan terutang triwulanan di muka atas surat utang baru
atas Surat Utang Baru: dan dihitung atas dasar jumlah pokok terutang selama triwulan
yang bersangkutan dengan tingkat suku bunga per tahun masing-
masing sebagai berikut
Restrukturisasi Utang Surat Utang Baru akan ditukar pada harga 10,73 cent per Dollar
Amerika Serikat. 40,90% dari modal yang ditingkatkan akan
dibagikan kepada para kreditur terjamin sebagai konversi utang
ke saham (Debt/Equity Swap) sebagaimana disebutkan dalam
SDRP.
Disamping itu, kondisi keuangan konsolidasian Perusahaan dan Entitas Anak pada tahun 2011
mencerminkan keadaan berikut :
16
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Pada tanggal 20 Oktober 2010, PT Hanil Bakrie Finance Company telah mengajukan permohonan
pailit kepada Pengadilan Niaga Jakarta Pusat melalui surat
No. 71/PAILIT/2010/PN.NIAGA.JKT.PST karena Entitas Anak tidak memenuhi liabilitasnya
seperti yang tercantum di dalam Perjanjian Jual Beli yang telah dimuat didalam akta notaris No. 2
tanggal 6 Januari 2003. Dimana menurut perjanjian tersebut, sisa liabilitas sebesar US$ 1,68 juta
harus dilunasi sebelum 15 Pebruari 2007. Dan sejak tahun 2004 sampai dengan 2008,
PT Texmaco Jaya Tbk telah melunasi sebesar US$ 0,71 juta sedangkan sisanya belum dilunasi.
Namun, sampai dengan sekarang, PT Texmaco Jaya Tbk belum juga memenuhi liabilitasnya.
Pada tanggal 15 Nopember 2010, PT Texmaco Jaya Tbk telah mengajukan permohonan
penangguhan pembayaran utang (“PKPU”) kepada Pengadilan Niaga untuk mempersiapkan
Rencana Perdamaian guna merestrukturisasi utangnya. Pengadilan Niaga melalui keputusannya
No. W10/U1/10507.Pdt.02.XI.2010.03 tanggal 24 Nopember 2010 mengabulkan permintaan
Entitas Anak untuk penangguhan pembayaran utang (“PKPU”) dengan memberikan perpanjangan
waktu untuk melunasi liabilitas utangnya (“PKPUS”) selama 45 hari, yang dimulai sejak tanggal
24 Nopember 2010. Namun, dengan persetujuan dari para krediturnya, Pengadilian juga
memberikan perpanjangan waktu selama 180 hari (sampai dengan Juni 2011) kepada PT Texmaco
Jaya Tbk untuk proses pengajuan Rencana Perdamaian Final kepada para krediturnya.
Selama periode tersebut, PT Texmaco Jaya Tbk telah mengidentifikasi dan mengadakan negosiasi
dengan beberapa calon investor untuk mendukung dan berpartisipasi di dalam Rencana
Perdamaian yang diajukan. Meskipun telah terjadi negosiasi panjang dengan beberapa calon
investor, namun tidak satu pun dari mereka yang mau berkomitmen untuk berinvestasi di dalam
PT Texmaco Jaya Tbk dan menyelamatkannya dari kepailitan. Oleh sebab itu, PT Texmaco Jaya
Tbk dianggap tidak dapat menyelesaikan Rencana Perdamaiannya dalam waktu yang telah
ditentukan oleh Pengadilan.
Dan sebagai konsekuensinya, Pengadilan Negeri Jakarta menyatakan PT Texmaco Jaya Tbk dalam
kondisi pailit berdasarkan UU Kepailitan No. 37 tahun 2004 pasal 230 (1) dan 285 (3), dan
mengirimkan putusannya pada tanggal 19 Agustus 2011 dengan mengacu pada putusan pengadilan
No. 10/PKPU/2010/PN.NIAGA.JKT.PST. j.o. No: 71/PAILIT/2010/PN.NIAGA.JKT.PST.
Pengadilan juga telah menunjuk Dr. Marsudin Nainggolan sebagai hakim pengawas dan sebagai
tim kurator untuk memantau dan menegakkan proses likuidasi sesuai dengan hukum.
Selanjutnya, kurator juga telah mengajukan verifikasi utang dan proses pendaftaran sesuai dengan
ketentuan hukum dan utang yang terdaftar adalah sebagai berikut :
17
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Setelah proses verifikasi utang selesai, Pengadilan menyatakan bahwa PT Texmaco Jaya Tbk
dalam kondisi pailit dan memerintahkan untuk dilikuidasi sesuai dengan keputusan Pengadilan
No. 71/PAILIT/2010/PN.NIAGA.JKT.PST tanggal 26 September 2011.
Namun, karena divisi fleece masih beroperasi dibawah perjanjian maklon dengan Entitas Induk
(PT Asia Pacific Fibers Tbk), maka Pengadilan menyetujui untuk melanjutkan operasional dari
divisi fleece yang berlokasi di Karawang dengan tujuan untuk menjaga nilai dari aset pailit.
Operasional dan arus kas dari PT Texmaco Jaya Tbk dimonitor oleh tim kurator yang telah
ditunjuk oleh Pengadilan.
Dengan kepailitan atau likuidasinya PT Texmaco Jaya Tbk hanya mempunyai pengaruh yang kecil
terhadap operasional PT Asia Pacific Fibers Tbk sekarang karena operasional dari PT Texmaco
Jaya Tbk telah berhenti sejak tahun 2004. Lagipula, PT Asia Pacific Fibers Tbk juga tidak
mempunyai kewajiban terhadap para kreditur dari PT Texmaco Jaya Tbk.
b. Restrukturisasi Utang
Berikut adalah hal-hal yang terdapat pada “Proposal Restrukturisasi Utang Kreditur Tidak
Terjamin” yang dibuat oleh Perusahaan :
18
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
(iv) Kreditur tidak terjamin akan memperoleh 19,2% ekuitas dilusi penuh Perusahaan.
(v) Tingkat suku bunga menjadi 2% setahun dan naik sampai dengan 4% setahun.
Perusahaan telah mengadakan perjanjian restrukturisasi dengan para kreditur utang tidak terjamin
yang disetujui oleh para kreditur dan diratifikasi oleh Pengadilan. Dengan demikian, jumlah utang
kepada kreditur tidak terjamin setelah restrukturisasi adalah sebesar US$ 18.670.630 ditambah
utang bunga yang dikapitalisasi sampai dengan tahun 2011 sebesar US$ 3.274.381 sehingga
jumlah seluruhnya adalah sebesar US$ 21.945.011. Perusahaan juga telah mengirimkan usulan
restrukturisasi kepada para kreditur terjamin (SDRP). Kemudian pada bulan Maret 2007,
Perusahaan mengirimkan kembali usulan restrukturisasi yang baru kepada para kreditur terjamin
(SDRP) termasuk PPA, karena SDRP yang sebelumnya telah melampaui batas waktu yang
ditentukan. Namun tidak ada respon dari PT Perusahaan Pengelola Asset (PPA) atas usulan ini.
Usulan restrukturisasi telah didukung oleh Damiano Investments BV., Belanda sebagai pemegang
mayoritas utang terjamin lainnya.
Pada bulan Januari 2012, Perusahaan juga telah menerima dan mendapatkan persetujuan untuk
penundaan tanggal jatuh tempo atas Surat Utang Baru yang terkait dengan utang tidak terjamin
dari Pebruari 2012 menjadi Pebruari 2015.
PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) mengumumkan program penjualan aset dan saham Grup
Texmaco, termasuk pabrik Perusahaan di Semarang dan pabrik Entitas Anak pada bulan Desember
2010. Namun, program tersebut kemudian dibatalkan. Saat ini, PT Asia Pacific Fibers sedang
melakukan diskusi aktif dengan PPA untuk merestrukturisasi Perusahaan dan sedang menunggu
jawaban dari PPA sesegera mungkin.
19
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
c. Kondisi Ekonomi
Perekonomian Indonesia pada tahun 2011 berkembang dengan tingkat laju tercepat sejak krisis
pada tahun 1997-1998, dengan pasar domestik yang luas diperkirakan dapat membantu melindungi
negara dari gejolak ekonomi dunia yang telah menimpa beberapa negara tetangga yang lebih
berorientasi pada kegiatan ekspor. Pendapatan kotor dalam negeri tumbuh sebesar 6,5% di tahun
2011, dan telah menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara yang mengalami tingkat
pertumbuhan ekonomi tercepat dan menarik perhatian para investor. Investasi luar negeri tumbuh
sebesar 20% dan mencapai US$ 20 juta di tahun 2011 serta mengindikasikan tingkat kepercayaan
investor kepada Indonesia. FDI akan tetap kuat untuk jangka menengah setelah Moody’s Investors
Service and Fitch Ratings memperbaiki tingkat kepercayaan kredit untuk investasi.
Dengan tingkat inflasi yang cukup aman dibawah pengendalian dan diikuti dengan adanya
penguatan mata uang rupiah terhadap US Dollar, akan membuat masyarakat umum untuk
memperoleh pendapatan bersih setelah pajak yang lebih tinggi sehingga dapat meningkatkan
tingkat konsumsi di dalam negeri. Total ekspor Indonesia pada tahun 2011 tumbuh menjadi
sebesar US$ 203,6 juta dibandingkan pada tahun 2010 yang hanya sebesar US$ 157,8 juta.
Kontribusi utama dari produk non-migas juga diikuti oleh produk kelapa sawit (CPO), karet,
tekstil dan elektronik. Rupiah masih tetap kuat sepanjang tahun 2011 dan ditutup pada level
Rp 9.068 per US Dollar dibandingkan Rp 8.991 per US Dollar pada Desember 2010.
Indikasi mengenai adanya peningkatan pada biaya bahan bakar dan listrik pada tahun 2012 akan
memicu tren inflasi. Peningkatan ini juga akan mempengaruhi margin yang akan diperoleh
Perusahaan. Faktor pertumbuhan pendapatan kotor dalam negeri untuk kawasan Asia, India dan
China, diperkirakan akan mengalami penurunan di tahun 2012 dengan adanya perlambatan
perekonomian. Krisis keuangan di zona EU juga akan mempengaruhi ekonomi di kawasan Asean
secara keseluruhan.
Kebijakan akuntansi penting yang diterapkan oleh Perusahaan dan Entitas Anak dalam penyusunan
laporan keuangan konsolidasian dijelaskan di bawah ini.
Laporan keuangan konsolidasian Perusahaan dan Entitas Anak disusun sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan di Indonesia (“PSAK”) dan interpretasinya (“ISAK”) yang ditetapkan Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI), Peraturan BAPEPAM dan LK No. VIII G.7 tentang Pedoman Penyajian
Laporan Keuangan yang terdapat dalam lampiran Keputusan Ketua Bapepam LK No. KEP-
06/PM/2000 tanggal 13 Maret 2000 dan Surat Edaran no. SE-02/PM/2002 tentang Pedoman
Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan untuk Perusahaan Publik Industri Manufaktur
dan Surat Keputusan No. 554/BL/2010 sehubungan dengan perubahan Peraturan No. VIII.G.7.
20
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Laporan keuangan konsolidasian Perusahaan dan Entitas Anak telah disusun sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia tanpa pengecualian.
Laporan keuangan konsolidasian Perusahaan dan Entitas Anak untuk tahun yang berakhir pada
tanggal 31 Desember 2011 telah disusun sesuai dengan PSAK No. 1 (Revisi 2009), “Penyajian
Laporan Keuangan”. Menurut PSAK No 1 (Revisi 2009), laporan laba rugi komprehensif
konsolidasian harus disajikan di dalam laporan keuangan konsolidasian. Perusahaan dan Entitas
Anak memilih untuk menyajikan semua pendapatan dan beban dalam laporan tunggal (Single
Statement). Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 1 Januari 2010, jumlah kepentingan
nonpengendali masing-masing sebesar Rp 141.161.474.525 dan Rp 141.298.433.597 di
reklasifikasi sebagai bagian dari ekuitas. Dengan demikian, laporan posisi keuangan konsolidasian
Perusahaan dan Entitas Anak per 31 Desember 2010 dan 1 Januari 2010 telah disajikan kembali.
Pada tanggal 19 Agustus 2011, Pengadilan Niaga mengumumkan bahwa Entitas Anak
(PT Texmaco Jaya Tbk) telah pailit dan insolven yang efektif per tanggal 26 September 2011.
Terhitung tanggal tersebut, pengendalian atas Entitas Anak berada dibawah Pengadilan, dan
menyebabkan Perusahaan hilang pengendalian atas Entitas Anak. Sebagai konsekuensinya, jumlah
laba komprehensif dari Entitas Anak sampai dengan tanggal 19 Agustus 2011 akan
diklasifikasikan sebagai “Operasi yang dihentikan” dan saldo kepentingan nonpengendali pada
Entitas Anak sebesar Rp 140.217.500.266 dihapuskan dari laporan posisi keuangan konsolidasian
dan dikoreksi ke saldo laba (akumulasi defisit).
Sehubungan dengan PSAK No. 4 (Revisi 2009), “Laporan keuangan konsolidasian dan Laporan
Keuangan Tersendiri”, Perusahaan telah mengukur investasi pada Entitas Anak menggunakan
metode biaya, yang mana pada tahun sebelumnya diperhitungkan dengan menggunakan metode
ekuitas.
Laporan keuangan konsolidasian Perusahaan dan Entitas Anak disusun dengan dasar pengukuran
biaya perolehan, kecuali untuk beberapa akun tertentu yang disusun berdasarkan pengukuran lain
sebagaimana diuraikan dalam kebijakan akuntansi masing-masing akun tersebut. Laporan
keuangan konsolidasian juga disusun berdasarkan basis akrual, kecuali laporan arus kas
konsolidasian.
Laporan arus kas konsolidasian disusun dengan menggunakan metode langsung, dengan
mengelompokkan arus kas konsolidasian atas dasar kegiatan operasi, investasi dan pendanaan.
Mata uang pelaporan yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasian ini
adalah Indonesia Rupiah. Laporan keuangan konsolidasian Perusahaan dan Entitas Anak disajikan
dengan menggunakan Rupiah penuh, kecuali dinyatakan lain.
21
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
b. Prinsip-prinsip Konsolidasian
Laporan keuangan konsolidasian menggabungkan laporan keuangan Perusahaan dan entitas yang
dikendalikan oleh Perusahaan (entitas anak). Pengendalian dianggap ada apabila Perusahaan
mempunyai hak untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasional suatu entitas untuk
memperoleh manfaat dari aktivitasnya.
Hasil dari entitas anak yang diakuisisi atau dijual selama tahun berjalan termasuk dalam laporan
laba rugi komprehensif konsolidasian sejak tanggal efektif akuisisi dan sampai dengan tanggal
efektif penjualan.
Penyesuaian dapat dilakukan terhadap laporan keuangan entitas anak agar kebijakan akuntansi
yang digunakan sesuai dengan kebijakan akuntansi yang digunakan oleh Perusahaan.
Seluruh transaksi antar perusahaan, saldo, penghasilan dan beban dieliminasi pada saat
konsolidasian.
Kepentingan nonpengendali pada entitas anak diidentifikasi secara terpisah dan disajikan dalam
ekuitas. Efektif 1 Januari 2011, kepentingan nonpengendali pemegang saham pada awalnya boleh
diukur pada nilai wajar atau pada proporsi kepemilikan kepentingan nonpengendali atas aset
bersih teridentifikasi dari pihak yang diakuisisi. Pilihan pengukuran dibuat pada saat akuisisi
dengan dasar akuisisi. Setelah akuisisi, nilai tercatat kepentingan nonpengendali adalah jumlah
kepentingan nonpengendali pada pengakuan awal ditambah dengan proporsi kepentingan
nonpengendali atas perubahan selanjutnya dalam ekuitas. Jumlah pendapatan komprehensif
diatribusikan pada kepentingan nonpengendali bahkan jika hal ini mengakibatkan kepentingan
nonpengendali mempunyai saldo defisit.
Sebelumnya, kepentingan nonpengendali diukur pada pengakuan awal pada proporsi kepemilikan
kepentingan nonpengendali dalam biaya historis dari aset bersih yang dapat diidentifikasi dari
pihak yang diakuisisi. Bila kerugian dari kepentingan nonpengendali melebihi kepentingannya
dalam ekuitas entitas anak, kelebihan dan setiap kerugian lebih lanjut yang diatribusikan kepada
kepentingan nonpengendali dibebankan kepada pemegang saham mayoritas, kecuali kepentingan
nonpengendali tersebut mempunyai liabilitas mengikat dan dapat menanggung rugi tersebut.
Perubahan dalam bagian kepemilikan Perusahaan pada entitas anak yang tidak mengakibatkan
hilangnya pengendalian dicatat sebagai transaksi ekuitas. Nilai tercatat pada kepentingan entitas
anak dan kepentingan nonpengendali disesuaikan untuk mencerminkan perubahan bagian
kepemilikannya atas entitas anak. Setiap perbedaan antara jumlah kepentingan nonpengendali
disesuaikan dan nilai wajar yang diberikan atau diterima diakui secara langsung dalam ekuitas dan
diatribusikan pada pemilik entitas induk.
Menurut PSAK No. 4 (Revisi 2009), ketika Perusahaan hilang pengendalian atas Entitas Anak,
Perusahaan harus menghentikan pengakuan aset (termasuk goodwill) dan liabilitas Entitas Anak
sebesar nilai tercatat pada saat hilangnya pengendalian. Perusahaan juga harus menghentikan
pengakuan kepentingan nonpengendali pada entitas anak terdahulu pada tanggal hilangnya
pengendalian (termasuk setiap komponen pendapatan komprehensif lain yang diatribusikan pada
kepentingan nonpengendali).
22
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Perusahaan telah memilih untuk menyajikan sebagai bagian yang terpisah dalam ekuitas, sisa
saldo yang berkaitan dengan pengaruh transaksi modal tahun sebelumnya dari entitas anak dengan
pihak ketiga.
Pembukuan Perusahaan dan Entitas Anak diselenggarakan dalam mata uang Rupiah. Transaksi-
transaksi dalam mata uang asing dibukukan dengan menggunakan kurs pada saat terjadinya
transaksi. Akun aset dan liabilitas moneter dalam mata uang asing dilaporkan ke dalam mata uang
Rupiah dengan mempergunakan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal laporan posisi keuangan
konsolidasian sebagai berikut:
Laba atau rugi kurs yang timbul akibat penjabaran pos aset dan liabilitas moneter dalam mata uang
asing dikreditkan atau dibebankan pada laporan laba rugi komprehensif konsolidasian periode
berjalan.
Laporan keuangan Entitas Anak yang bertempat kedudukan di luar negeri, PIFC dan PML,
masing-masing diselenggarakan dalam mata uang Dolar Amerika Serikat. Untuk tujuan
konsolidasian, laporan keuangan Entitas Anak yang bertempat kedudukan di luar negeri
dijabarkan dengan nilai Rupiah sebagai berikut :
• Akun-akun pada laporan posisi keuangan konsolidasian, kecuali akun ekuitas, dijabarkan
dengan menggunakan kurs tanggal laporan posisi keuangan konsolidasian.
• Pendapatan dan beban dijabarkan dengan menggunakan kurs rata-rata tertimbang periode
berjalan.
Perbedaan yang timbul dari penjabaran disajikan setelah pajak sebagai bagian dari pendapatan
komprehensif lain di dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian.
23
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Perusahaan dan Entitas Anak melakukan transaksi dengan pihak-pihak bereleasi seperti yang
didefinisikan dalam PSAK No. 7 tentang “Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi”. Pihak-pihak
berelasi adalah:
(i) Orang atau anggota keluarga terdekat yang mempunyai relasi dengan entitas pelapor jika
orang tersebut :
• Memiliki pengendalian atau pengendalian bersama entitas pelapor.
• Memiliki pengaruh signifikan entitas pelapor.
• Personil manajemen kunci entitas pelapor atau entitas induk dari entitas pelapor.
(ii) Suatu entitas berelasi entitas pelapor jika memenuhi salah satu hal berikut :
• Entitas dan entitas pelapor adalah anggota dari kelompok usaha yang sama (artinya entitas
induk, entitas anak, dan entitas anak berikutnya terkait dengan entitas lain).
• Satu entitas adalah entitas asosiasi atau ventura bersama dari entitas lain (atau entitas
asosiasi atau ventura bersama yang merupakan anggota suatu kelompok usaha, yang mana
entitas lain tersebut adalah anggotanya).
• Kedua entitas tersebut adalah ventura bersama dari pihak ketiga yang sama.
• Satu entitas adalah ventura bersama dari entitas ketiga dan entitas yang lain adalah entitas
asosiasi dari entitas ketiga.
• Entitas tersebut adalah suatu program imbalan pasca kerja untuk imbalan kerja dari salah
satu entitas pelapor atau entitas yang terkait dengan entitas pelapor. Jika entitas pelapor
adalah entitas yang menyelenggarakan program tersebut, maka entitas sponsor juga
berelasi dengan entitas pelapor.
• Entitas yang dikendalikan atau dikendalikan bersama oleh orang yang diidentifikasi dalam
huruf (i).
• Orang yang diidentifikasi dalam huruf (i) memiliki pengaruh signifikan atas entitas atau
personil manajemen kunci entitas (atau entitas induk dari entitas).
Seluruh transaksi yang dilakukan dengan pihak-pihak berelasi, baik dilakukan dengan kondisi dan
persyaratan dengan pihak ketiga maupun tidak, diungkapkan pada Catatan 47.
Pada tahun 2011, Perusahaan dan Entitas Anak menerapkan beberapa revisi standar akuntansi
yang mulai berlaku untuk periode akuntansi yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari
2011:
24
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Dibawah ini merupakan pengaruh terhadap laporan keuangan konsolidasian atas beberapa revisi
standar akuntansi tersebut.
(i) PSAK 1 (Revisi 2009) : Penyajian Laporan Keuangan. PSAK 1 mengatur penyajian
laporan keuangan konsolidasian, yaitu antara lain, tujuan pelaporan, komponen laporan
keuangan konsolidasian, karakteristik laporan keuangan konsolidasian, seperti penyajian
secara wajar dan kepatuhan terhadap PSAK, kelangsungan usaha, dasar akrual, materialitas
dan agregasi, saling hapus, frekuensi pelaporan, informasi komparatif dan konsistensi
penyajian. Juga memperkenalkan pengungkapan baru antara lain, sumber estimasi
ketidakpastian dan pertimbangan, pengelolaan permodalan, pendapatan komprehensif
lainnya, penyimpangan dari standar akuntansi keuangan dan pengungkapannya.
(ii) PSAK 2 (Revisi 2009) : Laporan Arus Kas. PSAK 2 mensyaratkan mengenai informasi
mengenai perubahan historis atas kas dan setara kas dari entitas yang dinyatakan didalam
laporan arus kas konsolidasian, dengan mengelompokkan arus kas selama periode dari
aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Standar ini juga meminta untuk mengungkapkan
pengaruh bersih dari perbedaan selisih kurs atas saldo kas dan setara kas dari aktivitas
operasi, investasi dan pendanaan. Kemudian, Entitas Induk dan Entitas Anak juga
direkomendasikan untuk menyusun laporan arus kas konsolidasian dengan menggunakan
metode langsung.
(iii) PSAK 3 (Revisi 2009) : Laporan Keuangan Interim. PSAK 3 mengatur penyajian minimum
laporan keuangan konsolidasian interim, serta prinsip pengakuan dan pengukuran dalam
laporan keuangan konsolidasian lengkap atau ringkas untuk periode interim. Ketika laporan
keuangan lengkap disajikan dalam laporan keuangan keuangan konsolidasian periode
interim, maka bentuk dan isi dari laporan keuangan konsolidasian periode interim harus
sesuai dengan persyaratan yang diminta di dalam PSAK 1 untuk laporan keuangan
konsolidasian lengkap.
(iv) PSAK 4 (Revisi 2009) : Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan
Tersendiri. PSAK 4 mensyaratkan mengenai ketika Perusahaan menyajikan laporan
keuangan konsolidasian, maka Entitas Induk harus menyajikan laporan keuangannya sebagai
informasi tambahan di dalam laporan keuangan konsolidasian, dan investasi yang dilakukan
oleh Entitas Induk pada Entitas Anak diperhitungkan dengan menggunakan metode biaya.
25
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
(v) PSAK 5 (Revisi 2009) : Segmen Operasi. PSAK 5 mensyaratkan entitas untuk
mengungkapkan informasi yang memungkinkan pengguna laporan keuangan konsolidasian
untuk mengevaluasi sifat dan dampak terhadap laporan keuangan konsolidasian serta
pengaruhnya terhadap aktivitas bisnis. Standar juga memperbaiki definisi dari segmen
operasi dan prosedur yang digunakan untuk mengidentifikasi serta melaporkan segmen
operasi tersebut. Standar mensyaratkan bahwa pendekatan manajemen yang digunakan di
dalam penyajian informasi segmen harus sama dengan yang digunakan di dalam laporan
internal. Ini tidak menyebabkan tambahan penyajian di dalam pelaporan segmen. Segmen
operasional yang dilaporkan harus konsisten dengan yang dilaporkan kepada pengambil
keputusan operasional di dalam laporan internal. Dalam kasus ini, pengambil keputusan
operasional adalah Direktur Utama.
(vii) PSAK 8 (Revisi 2010) : Peristiwa Setelah Periode Pelaporan. PSAK 8 mensyaratkan
bahwa entitas harus mengkoreksi laporan keuangan konsolidasiannya dengan peristiwa yang
terjadi setelah periode pelaporan serta mengungkapkan mengenai suatu tanggal ketika
laporan keuangan konsolidasian di otorisasi untuk diterbitkan dan mengenai peristiwa
setelah periode pelaporan. Entitas tidak harus menyusun laporan keuangan konsolidasiannya
dengan dasar kelangsungan usaha jika peristiwa setelah periode pelaporan mengindikasikan
bahwa asumsi kelangsungan usaha tidak memadai.
(ix) PSAK 25 (Revisi 2009) : Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan
Kesalahan. PSAK 25 mengatur mengenai kriteria untuk memilih dan mengubah kebijakan
akuntansi, serta perlakuan dan pengungkapannya atas perubahan an kebijakan akuntansi,
perubahan estimasi akuntansi dan koreksi kesalahan. Standar ini membutuhkan
pengungkapan di dalam catatan atas laporan keuangan konsolidasian, termasuk mengenai
penerapan atas standard dan interpretasi baru beserta revisinya.
26
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
(x) PSAK 48 (Revisi 2009) : Penurunan Nilai Aset. PSAK 48 menetapkan prosedur-prosedur
yang harus diterapkan oleh entitas agar aset yang dicatat tidak melebihi jumlah
terpulihkannya. Suatu aset dicatat melebihi jumlah terpulihkannya jika jumlah tersebut
melebihi jumlah yang akan dipulihkan melalui penggunaan atau penjualan aset. Pada kasus
demikian, aset harus mengalami penurunan nilai dan pernyataan ini mensyaratkan entitas
untuk mengakui rugi penurunan nilai. PSAK yang direvisi ini juga menentukan kapan
entitas membalik suatu rugi penurunan nilai dan pengungkapan yang diperlukan.
(xi) PSAK 57 (Revisi 2009) : Provisi, Liabilitas Kontinjensi dan Aset Kontinjensi. Revisi PSAK
ini diterapkan secara prospektif dan menetapkan pengakuan dan pengukuran liabilitas
diestimasi, liabilitas kontinjensi dan aset kontinjensi serta untuk memastikan informasi
memadai telah diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan konsolidasian untuk
memungkinkan para pengguna memahami sifat, waktu, dan jumlah yang terkait dengan
informasi tersebut. Provisi diakui jika entitas memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum
maupun bersifat konstruktif) akibat peristiwa masa lalu yang besar kemungkinannya atas
kewajiban tersebut mengakibatkan arus sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi
keluar dan estimasi andal mengenai jumlah kewajiban tersebut dapat dibuat.
(xii) PSAK 58 (Revisi 2009) : Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang
Dihentikan. PSAK 58 mensyaratkan ketika entitas berniat untuk menjual suatu aset tidak
lancar, dan jika kemungkinan besar penjualan tersebut akan dilakukan dalam waktu 12
bulan, maka aset tersebut diklasifikasikan sebagai “Aset yang Dimiliki untuk Dijual” dan
disajikan secara terpisah di dalam laporan posisi keuangan konsolidasian. Liabilitas
diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual dan disajikan dalam laporan posisi keuangan
konsolidasian jika secara langsung berhubungan dengan suatu pelepasan. Aset yang
diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual diukur pada nilai terendah antara nilai
tercatatnya dengan nilai wajarnya setelah dikurangi dengan biaya untuk menjual sesegera
mungkin sebelum diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual. Namun, beberapa aset yang
dimiliki untuk dijual, seperti aset keuangan atau aset pajak tangguhan, terus diukur
berdasarkan kebijakan entitas untuk aset-aset tersebut. Semua laba atau rugi yang timbul
dari transaksi penjualan ataupun pengukuran kembali atas operasi yang dihentikan disajikan
secara terpisah di dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian. Jumlah tersebut,
terdiri dari keuntungan atau kerugian setelah pajak dari operasi yang dihentikan dan
keuntungan atau kerugian setelah pajak dari pengukuran dan pelepasan aset yang
diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual.
Berikut adopsi beberapa revisi standar dan interpretasi yang tidak memberikan pengaruh yang
signifikan atas laporan keuangan konsolidasian :
27
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
f. Instrumen Keuangan
Efektif 1 Januari 2010, Perusahaan dan Entitas Anak menerapkan PSAK 50 (Revisi 2006),
Instrumen Keuangan : Penyajian dan Pengungkapan dan PSAK 55 (Revisi 2006), Instrumen
keuangan : Pengakian dan Pengukuran.
Dibawah ini merupakan pengaruh terhadap laporan keuangan konsolidasian atas beberapa revisi
standar akuntansi.
(i) PSAK 26 (Revisi 2008),“Biaya Pinjaman”, yang berisi perlakuan akuntansi untuk biaya
pinjaman dan mengharuskan entitas untuk mengkapitalisasi biaya pinjaman yang dapat
diatribusikan secara langsung terhadap perolehan, konstruksi atas pembuatan aset
kualifikasian sebagai bagian dari biaya perolehan aset tersebut. Standar ini juga mengharuskan
entitas untuk mengakui biaya pinjaman lainnya sebagai beban. Standar ini tidak memiliki
dampak terhadap laporan keuangan konsolidasian dimana terdapat kebijakan Perusahaan dan
Entitas Anak untuk mengkapitalisasi bunga terhadap aset kualifikasiannya.
(ii) PSAK 50 (Revisi 2006, Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan. PSAK 50 ini
bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dari para pengguna laporan keuangan
konsolidasian atas pentingnya instrumen keuangan terhadap posisi keuangan, kinerja dan arus
kas suatu entitas. Standar ini menitikberatkan pada beberapa hal dibawah ini :
• Klarifikasi dari suatu klasifikasi instrumen keuangan yang dikeluarkan oleh suatu entitas
dikelompokkan sebagai suatu liabilitas atau ekuitas – Instrumen Keuangan
diklasifikasikan dari perspektif penerbit sebagai aset keuangan, liabilitas keuangan dan
instrumen ekuitas. Instrumen keuangan majemuk mungkin mengandung keduanya dari
komponen liabilitas dan komponen ekuitas.
Bunga, dividen, rugi dan laba yang berhubungan dengan liabilitas keuangan diakui
sebagai pendapatan atau biaya pada laporan laba rugi komprehensif konsolidasian.
Distribusi kepada pemegang instrumen ekuitas dikurangi secara langsung ke ekuitas
setelah dikurangi dengan pajak penghasilan yang terkait.
28
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
• Menggambarkan kondisi dimana aset dan liabilitas memungkinkan untuk saling hapus di
laporan posisi keuangan konsolidasian – Aset keuangan dan liabilitas keuangan saling
hapus ketika dan hanya jika terdapat hak hukum yang mengijinkan entitas untuk
menyelesaikannya secara bersih.
(iii) PSAK 55 (Revisi 2006), Instrumen keuangan : Pengakuan dan Pengukuran. PSAK 55
menggambarkan prinsip-prinsip untuk mengakui dan mengukur beberapa macam instrumen
keuangan yang berbeda.
• Pengakuan – PSAK 55 mensyaratkan semua aset keuangan dan liabilitas keuangan diakui
di dalam laporan posisi keuangan konsolidasian, termasuk instrumen derivatif. Suatu aset
keuangan atau liabilitas keuangan diakui pada saat entitas menjadi salah satu pihak di
dalam kontrak instrumen.
• Pengukuran – Aset keuangan dan liabilitas keuangan pada awalnya diakui sebesar harga
perolehan. Selanjutnya, pengukuran tergantung pada kategori dari masing-masing
instrumen keuangan tersebut. Hal ini diukur pada biaya perolehan yang diamortisasi
dengan menggunakan metode suku bunga efektif atau sebesar nilai wajarnya. Jika ada
bukti obyektif mengenai adanya faktor penurunan nilai, maka nilai tercatat aset tersebut
harus dikurangkan dan rugi penurunan nilai diakui.
Dalam penerapan PSAK 50 dan PSAK 55, Perusahaan dan Entitas Anak telah mengidentifikasi
beberapa transaksi penyesuaian sesuai dengan Buletin Teknis No. 4 mengenai Ketentuan Transisi
dari Penerapan Awal PSAK 50 (Revisi 2006) dan PSAK 55 (Revisi 2006) yang diterbitkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia.
Pada tanggal 1 Januari 2010, Perusahaan dan Entitas Anak telah menentukan adanya kemungkinan
penurunan nilai atas instrumen keuangan berdasarkan kondisi yang ada pada tanggal tersebut.
Perbedaan dalam penurunan nilai dihitung berdasarkan prinsip akuntansi yang telah berlaku
sebelumnya dengan menyesuaikan saldo laba (akumulasi defisit) pada tanggal 1 Januari 2010.
Perbedaan antara keduanya dihitung dengan pendekatan lama dan baru atas penurunan nilai adalah
sebesar Rp 368.282.263.830 telah disesuaikan pada saldo awal dari saldo laba (akumulasi defisit)
pada tanggal 1 Januari 2010. Manajemen Perusahaan dan Entitas Anak yakin bahwa penurunan
nilai dari piutang lain-lain tidak dapat direalisasikan, sehingga aset pajak tangguhan yang timbul
dari penurunan nilai tersebut tidak diakui.
29
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
1 Januari 2010
Rp
Piutang lain-lain (Catatan 8) :
Dari Entitas Induk 286.606.568.916
Dari Entitas Anak
Pemilik Entitas Induk 75.141.639.321
Kepentingan Nonpengendali 6.534.055.593
81.675.694.914
Dampak dari penerapan awal PSAK 50 (Revisi 2006) dan PSAK 55
(Revisi 2006) 368.282.263.830
g. Aset Keuangan
Aset keuangan meliputi kas dan instrumen keuangan lainnya. Aset keuangan, selain instrumen
lindung nilai, diklasifikasikan ke dalam kategori berikut : Aset keuangan yang diukur pada nilai
wajar melalui laporan laba rugi, pinjaman yang diberikan dan piutang, investasi yang dimiliki
hingga jatuh tempo dan aset keuangan yang tersedia untuk dijual. Aset keuangan ditentukan ke
dalam berbagai kategori oleh manajemen pada saat pengakuan awal, tergantung pada tujuan
dilakukannya investasi tersebut. Penentuan aset keuangan dievaluasi kembali pada setiap tanggal
pelaporan dimana pada tanggal tersebut, pemilihan klasifikasi atau metode penerapan
akuntansinya harus taat terhadap ketentuan khusus dari standar akuntansi yang berlaku.
Pembelian dan penjualan aset keuangan secara rutin diakui pada tanggal perdagangan. Semua aset
keuangan yang tidak diklasifikasikan pada nilai wajar melalui laporan laba rugi pada awalnya
diakui sebesar nilai wajar ditambah dengan biaya transaksi yang terkait. Aset keuangan yang
dicatat pada nilai wajar melalui laporan laba rugi pada awalnya diakui sebesar nilai wajar dan
biaya transaksi dibebankan pada laporan laba rugi komprehensif konsolidasian.
Pinjaman yang diberikan dan piutang merupakan aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran
tetap atau telah ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif. Hal ini timbul ketika
entitas menyediakan uang, barang atau jasa secara langsung kepada debitur dan tidak bermaksud
untuk memperdagangkan piutang tersebut. Dengan demikian, ini diklasifikasikan sebagai aset
lancar, kecuali untuk yang jatuh tempo lebih dari 12 bulan setelah tanggal laporan posisi keuangan
konsolidasian akan diklasifikasikan sebagai aset tidak lancar.
Pinjaman yang diberikan dan piutang untuk selanjutnya akan diukur pada biaya perolehan setelah
diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif serta dikurangi dengan rugi
penurunan nilai, jika ada. Setiap perubahan nilai diakui di dalam laporan laba rugi komprehensif
konsolidasian.
30
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Rugi penurunan nilai dibentuk ketika ada bukti obyektif bahwa entitas tidak dapat menerima
semua pinjaman yang diberikan dan piutang sesuai dengan ketentuan asli dari piutang tersebut.
Jumlah kerugian dari penurunan nilai ditentukan sebagai selisih antara jumlah aset yang tercatat
dengan nilai kini dari estimasi arus kas.
Aset keuangan Perusahaan dan Entitas Anak dikategorikan sebagai pinjaman yang diberikan dan
piutang, yang disajikan sebagai kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang usaha, piutang
lain-lain, piutang kepada pihak berelasi, aset lancar lainnya dan rekening bank yang dibatasi
penggunaannya di dalam laporan posisi keuangan konsolidasian. Kas dan setara kas mencakup
saldo kas, bank, dan investasi likuid lainnya yang jatuh tempo dalam kurun waktu tiga bulan atau
kurang, dan dapat dengan segera dikonversi menjadi uang tunai serta memiliki risiko yang tidak
signifikan dari setiap perubahan nilai.
Semua pendapatan dan biaya, termasuk rugi dari penurunan nilai, yang berkaitan dengan aset
keuangan diakui dan disajikan sebagai beban bunga dan administrasi bank serta beban umum dan
administrasi pada laporan laba rugi komprehensif konsolidasian.
Penghasilan bunga tidak majemuk, pendapatan dividen dan arus kas lainnya yang dihasilkan dari
aset keuangan yang dimiliki diakui di dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian pada
saat diperoleh, yang terlepas dari bagaimana nilai tercatat dengan aset keuangan tersebut diukur.
Penghentian dari pengakuan aset keuangan terjadi ketika hak untuk menerima arus kas dari
instrumen keuangan berakhir atau ketika seluruh risiko dan manfaat dari kepemilikan secara
substansial telah dialihkan.
Pada setiap tanggal laporan posisi keuangan konsolidasian, entitas mengevaluasi apakah terdapat
bukti yang obyektif bahwa aset keuangan atau kelompok aset keuangan mengalami penurunan
nilai. Untuk pinjaman yang diberikan dan piutang yang dicatat pada biaya perolehan diamortisasi,
Perusahaan dan Entitas Anak terlebih dahulu menentukan bahwa terdapat bukti obyektif mengenai
penurunan nilai secara individual atas aset keuangan yang signifikan secara individual, atau secara
kolektif untuk aset keuangan yang tidak signifikan secara individual.
Jika entitas menentukan tidak terdapat bukti obyektif mengenai penurunan nilai atas aset keuangan
yang dinilai secara individual, terlepas aset keuangan tersebut signifikan atau tidak, maka aset
tersebut dimasukkan ke dalam kelompok aset keuangan yang memiliki karakteristik risiko kredit
yang sejenis dan menilai penurunan nilai kelompok tersebut secara kolektif.
Aset yang penurunan nilainya dinilai secara individual dan untuk itu kerugian penurunan nilai
diakui atau tetap diakui, tidak termasuk penilaian penurunan nilai secara kolektif.
31
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Jika terdapat bukti obyektif bahwa kerugian penurunan nilai telah terjadi, jumlah kerugian tersebut
diukur sebagai selisih antara nilai tercatat aset dengan nilai kini estimasi arus kas di masa yang
akan datang (tidak termasuk kerugian kredit di masa mendatang yang belum terjadi). Nilai kini
estimasi arus kas di masa yang akan datang didiskontokan dengan mengunakan suku bunga efektif
awal dari aset keuangan tersebut. Jika pinjaman yang diberikan memiliki suku bunga variabel,
maka tingkat diskonto yang digunakan untuk mengukur setiap kerugian penurunan nilai adalah
suku bunga efektif yang berlaku.
Nilai tercatat atas aset keuangan dikurangi melalui penggunaan pos cadangan penurunan nilai dan
jumlah kerugian yang terjadi diakui di dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian.
Pendapatan bunga selanjutnya diakui sebesar nilai tercatat yand diturunkan nilainya berdasarkan
tingkat suku bunga efektif awal dari aset keuangan. Pinjaman yang diberikan dan piutang beserta
dengan penurunan nilai terkait akan dihapuskan ketika adanya prospek pemulihan di masa yang
akan datang dan sebuah jamin dapat direalisasikan atau ditransfer ke Entitas.
Jika pada tahun berikutnya, nilai estimasi kerugian penurunan nilai aset keuangan bertambah atau
berkurang karena peristiwa yang terjadi setelah penurunan nilai diakui, maka kerugian penurunan
nilai yang diakui sebelumnya bertambah atau berkurang dengan menyesuaikan pos cadangan
penurunan nilai. Jika di masa mendatang penghapusan tersebut terpulihkan, maka pemulihannya
harus diakui dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian.
i. Persediaan
Barang jadi, barang dalam proses, bahan baku dan bahan pembantu diukur berdasarkan biaya atau
nilai realisasi neto mana yang lebih rendah. Biaya perolehan ditentukan dengan metode rata-rata
tertimbang. Harga perolehan meliputi semua biaya yang dapat diatribusikan secara langsung pada
proses produksi dan bagian yang sesuai atas overhead produksi terkait, berdasarkan kapasitas
operasi normal. Nilai realisasi bersih adalah estimasi harga jual dalam kegiatan usaha normal
dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya yang diperlukan untuk melakukan
penjualan tersebut.
Penyisihan penurunan nilai ditentukan berdasarkan estimasi penggunaan atau penjualan masing-
masing jenis persediaan pada masa mendatang. Jumlah setiap penurunan nilai persediaan menjadi
nilai realisasi bersih dan seluruh kerugian persediaan diakui sebagai beban pada periode terjadinya
penurunan atau kerugian tersebut. Jumlah setiap pemulihan kembali atas penurunan nilai persediaan
yang timbul dari meningkatnya nilai realisasi bersih, diakui sebagai pengurang terhadap jumlah
inventory yang diakui dan diakui sebagai beban pada periode pemulihan kembali terjadi.
Biaya dibayar dimuka diamortisasi selama manfaat masing-masing biaya dengan menggunakan
metode garis lurus.
32
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
k. Aset Tetap
Awalnya suatu aset tetap diukur sebesar biaya perolehan, yang terdiri dari harga perolehannya dan
biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke alokasi dan kondisi
yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud manajemen, serta
estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset.
Biaya-biaya setelah perolehan awal seperti penggantian komponen dan inspeksi yang signifikan,
diakui dalam jumlah tercatat aset tetap jika besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan
akan mengalir ke entitas dan biaya tersebut dapat diukur secara andal. Sisa jumlah tercatat biaya
komponen yang diganti atau biaya inspeksi terdahulu dihentikan pengakuannya. Biaya perawatan
sehari-hari aset tetap diakui sebagai beban pada saat terjadinya.
Penyusutan diakui dengan menggunakan metode garis lurus untuk menyusutkan nilai aset tetap,
kecuali tanah. Estimasi masa manfaat aset tetap adalah sebagai berikut:
Tahun
Tanah dinyatakan berdasarkan harga perolehan dan tidak disusutkan. Beban-beban tertentu
sehubungan dengan perolehan atau perpanjangan hak atas tanah ditangguhkan dan diamortisasi
dengan menggunakan metode garis lurus selama periode legal atas hak atas tanah atau umur
ekonomis dari tanah tersebut, yang mana lebih pendek. Beban ditangguhkan ini disajikan dalam
akun “Hak atas tanah yang ditangguhkan” pada laporan posisi keuangan konsolidasian.
Nilai residu, umur manfaat dan metode penyusutan ditelaah ulang setiap akhir tahun buku untuk
memastikan bahwa nilai residu, umur manfaat dan metode depresiasi yang diterapkan telah
konsisten dan sesuai dengan pola ekspektasi dan manfaat ekonomis dari aset tersebut.
Penyusutan aset dimulai pada saat tersedia untuk digunakan, yaitu pada saat berada di lokasi dan
dalam kondisi yang siap untuk melakukan operasional sesuai dengan yang dikehendaki oleh
Manajemen. Penyusutan tidak berhenti pada saat aset tersebut tidak digunakan atau dihentikan
dari penggunaannya, kecuali aset tersebut telah disusutkan penuh. Aset yang telah disusutkan
penuh akan dipertahankan di dalam rekening ini sampai aset tersebut tidak lagi digunakan dan
tidak ada biaya lagi untuk penyusutan atas aset tersebut.
Ketika suatu aset dilepaskan atau tidak ada manfaat ekonomis di masa yang akan datang yang
dapat diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya, biaya perolehan dan akumulasi penyusutan
serta akumulasi rugi penurunan nilai, jika ada, dikeluarkan dari akun tersebut. Laba atau rugi yang
timbul dari penghentian pengakuan aset tetap akan dimasukkan dalam laporan laba rugi
komprehensif konsolidasian.
33
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Aset tetap Perusahaan dan Entitas Anak dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi
penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai, jika ada, sejak Perusahaan dan Entitas Anak
memilih untuk menerapkan metode biaya
Aset dalam penyelesaian dinyatakan sebesar biaya perolehan dan disajikan sebagai bagian dari
aset tetap. Akumulasi penyusutan akan direklasifikasi ke aset tetap ketika konstruksi telah
diselesaikan dan aset sudah siap untuk digunakan.
Aset tetap Perusahaan dan Entitas Anak telah ditelaah untuk menentukan apakah terdapat indikasi
penurunan nilai ketika ada peristiwa atau perubahan yang mengindikasikan bahwa nilai tercatat
tidak mungin diperoleh kembali.
Dalam rangka mengukur penurunan nilai, aset dikelompokkan hingga unit terkecil dan
menghasilkan arus kas terpisah. Kerugian akibat penurunan nilai diakui sebesar selisih antara nilai
tercatat aset dengan nilai yang dapat diperoleh kembali dari aset tersebut. Nilai yang dapat
diperoleh kembali adalah nilai yang lebih tinggi antara harga jual netto dan nilai pakai aset.
Berdasarkan PSAK No. 30 (Revisi 2007), penentuan apakah suatu perjanjian merupakan
perjanjian sewa atau perjanjian yang mengandung sewa didasarkan atas substansi perjanjian pada
tanggal awal sewa dan apakah pemenuhan perjanjian tersebut tergantung pada penggunaan suatu
aset serta perjanjian tersebut memberikan suatu hak untuk menggunakan aset tersebut. Menurut
PSAK revisi ini, sewa yang mengalihkan secara substantial, seluruh resiko dan manfaat yang
terkait dengan kepemilikan aset diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan. Selanjutnya, suatu
sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi, jika sewa tidak mengalihkan secara substansial
seluruh resiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset.
Dalam sewa pembiayaan, entitas mengakui aset dan liabilitas dalam laporan posisi keuangan
konsolidasian sebesar nilai wajar aset sewaan atau jika lebih rendah, sebesar nilai kini dari
pembayaran sewa minimum yang ditentukan pada saat awal sewa.
Pembayaran sewa minimum harus dipisahkan antara beban keuangan dan bagian yang merupakan
pelunasan sisa liabilitas. Beban keuangan dialokasikan pada setiap periode selama masa sewa
sehingga menghasilkan tingkat suku bunga periodik yang konstan atas saldo liabilitas. Sewa
kontinjensi dibebankan pada periode terjadinya. Beban keuangan dicatat dalam laporan laba rugi
komprehensif konsolidasian.
34
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Aset sewaan (disajikan sebagai bagian aset tetap) disusutkan selama jangka waktu yang lebih
pendek antara masa umur manfaat aset sewaan dan periode masa sewa, jika tidak ada kepastian
yang memadai bahwa entitas akan mendapatkan hak kepemilikan pada akhir masa sewa.
Sewa, yang tidak mengalihkan secara substantial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan
kepemilikan aset, diklasifikasikan sebagai sewa operasional. Sewa operasional diakui sebagai
biaya pada laporan laba rugi komprehensif konsolidasian berdasarkan masa manfaat dari sewa
tersebut. Biaya yang berhubungan, seperti pemeliharaan dan asuransi, diakui sebagai biaya pada
saat terjadinya.
Entitas harus menentukan apakah di dalam suatu kontrak mengandung unsur suatu sewa secara
substansial yang tergantung pada penggunaan dari aset secara khusus atau dari hak
penggunaannya.
o. Beban Tangguhan
Biaya-biaya yang terjadi sehubungan dengan emisi saham kepada masyarakat ditangguhkan dan
diamortisasi dalam jangka waktu sepuluh tahun berdasarkan metode garis lurus. Pada tahun 1997,
Perusahaan mempercepat jangka waktu amortisasi menjadi lima tahun. Berdasarkan Surat
Keputusan BAPEPAM KEP–No.06/PM/2000 tanggal 13 Maret 2000, beban emisi saham secara
retrospektif dibukukan pada akun “Tambahan Modal Disetor”.
p. Liabilitas Keuangan
Liabilitas keuangan meliputi utang bank, utang terjamin, pinjaman jangka pendek, wesel bayar,
utang usaha, utang lancar lainnya, utang pembelian aset tetap, biaya yang masih harus dibayar,
utang kredit pembiayaan, utang tidak terjamin dan wesel bayar, pinjaman modal kerja dan utang
sewa pembiayaan, diukur pada biaya perolehan yang telah diamortisasi dengan menggunakan
metode tingkat suku bunga efektif.
Liabilitas keuangan diakui ketika entitas menjadi salah satu pihak yang ada di dalam perjanjian
kontrak dari suatu instrumen keuangan. Semua beban bunga yang terkait diakui sebagai beban di
dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian.
Utang bank, utang terjamin, pinjaman jangka pendek, wesel bayar, utang tidak terjamin dan wesel
bayar, dan pinjaman modal kerja diterima untuk mendukung pendanaan jangka pendek atas
operasional. Hal ini diakui sebesar jumlah yang diterima, setelah dikurangi dengan biaya
perolehannya secara langsung.
Utang kredit pembiayaan dan utang sewa pembiayaan diukur pada saat nilai perolehan awal
setelah dikurangi dengan faktor perhitungan pembayaran sewa kembali.
35
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Utang usaha, utang lancar lainnya, utang pembelian aset tetap dan beban masih harus dibayar pada
awalnya diakui sebesar nilai wajarnya, dan setelah itu diukur sebesar nilai amortisasi yang
dikurangi dengan pelunasannya.
Liabilitas keuangan dihapuskan dari laporan posisi keuangan konsolidasian hanya jika liabilitas
tersebut dibatalkan atau kadaluarsa.
Nilai wajar merupakan jumlah pada instrumen keuangan yang bisa dipertukarkan dalam transaksi
saat ini dengan pihak-pihak yang tersedia, selain penjualan secara paksa atau likuidasi. Nilai wajar
diperoleh dari harga pasar atau diskonto arus kas, yang mana yang lebih sesuai.
Nilai wajar dikurangi estimasi penyesuaian kredit untuk aset dan liabilitas keuangan dengan waktu
jatuh tempo kurang dari setahun diasumsikan akan mendekati nilai wajarnya. Nilai wajar dari
liabilitas keuangan untuk tujuan pelaporan diestimasikan dengan cara mendiskontokan arus kas
kontraktual di masa yang akan datang dengan tingkat bunga pasar kini atas instrumen keuangan
yang serupa bagi entitas.
Hak karyawan atas uang jasa dan ganti rugi yang berhubungan dengan pengunduran diri karyawan
secara suka rela harus diakui. Liabilitas yang estimasi dibuat sebagai hasil dari jasa yang diberikan
oleh karyawan sampai dengan tanggal laporan keuangan konsolidasian dan dihitung sesuai dengan
Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13/2003 yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik
Indonesia pada bulan April 2003.
Perhitungan imbalan manfaat paska kerja ditentukan dengan menggunakan metode Projected Unit
Credit. Akumulasi keuntungan dan kerugian yang belum diakui dan yang melebihi 10% dari nilai
kini kewajiban entitas dibebankan dengan metode garis lurus selama sisa masa kerja rata-rata yang
diharapkan dari karyawan tersebut. Biaya jasa lalu diakui secara langsung apabila imbalan
tersebut menjadi hak atau vested, dan sebaliknya akan diamortisasi dengan metode garis lurus
selama periode rata-rata sampai imbalan tersebut menjadi vested.
Kewajiban imbalan manfaat yang diakui dalam laporan posisi keuangan konsolidasian merupakan
nilai kini kewajiban imbalan pasti yang telah disesuaikan dengan keuntungan dan kerugian
aktuarial yang belum diakui dan biaya jasa lalu yang belum diakui.
36
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Pendapatan diakui apabila besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomi akan mengalir kepada
entitas dan pendapatan tersebut harus dapat diukur secara andal. Kriteria pengakuan secara khusus
harus dipenuhi sebelum pendapatan diakui.
(i) Penjualan barang – Pendapatan diakui pada saat risiko dan manfaat dari kepemilikan barang
berpindah kepada pembeli, biasanya pada saat barang telah diserahkan kepada pelanggan.
(ii) Pendapatan bunga – Pendapatan diakui sebagai pendapatan bunga berdasarkan metode efektif
dari aset tersebut.
(iii) Laba atas penjualan aset tetap – Pendapatan diakui pada saat hak atas suatu aset ditransfer
kepada pembeli atau ketika kolektibilitas dari harga jual dapat diukur.
Pendapatan diukur dengan mengacu pada nilai wajarnya dengan mempertimbangkan penerimaan
piutang atas barang yang diproduksi oleh entitas.
Beban diakui pada saat pemanfaatan jasa atau pada tanggal terjadinya.
t. Pajak Penghasilan
Pajak penghasilan ditentukan berdasarkan laba kena pajak untuk periode bersangkutan. Aset pajak
tangguhan dibentuk dari perbedaan waktu atas pengakuan pendapatan dan beban dalam laporan
keuangan konsolidasian dan laporan pajak. Perlakuan akuntansinya harus sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 46 mengenai Akuntansi untuk Pajak Penghasilan.
Pajak tangguhan diukur dengan menggunakan tarif pajak yang berlaku atau secara substantial
telah berlaku pada tanggal laporan posisi keuangan konsolidasian. Pajak tangguhan dibebankan
atau dikreditkan dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian pada periode berjalan.
Laba per saham dasar dihitung dengan membagi laba bersih periode berjalan dengan jumlah rata-
rata tertimbang dari jumlah saham yang beredar pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010
masing-masing sebesar 2.376.907.950 saham.
v. Informasi Segmen
Informasi segmen disajikan berdasarkan segmen operasi yang diidentifikasi. Segmen operasi
adalah suatu komponen dari entitas :
1. yang terlibat dalam aktivitas bisnis yang mana memperoleh pendapatan dan menimbulkan
beban (termasuk pendapatan dan beban terkait dengan transaksi dengan komponen lain dari
entitas yang sama).
37
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
2. yang hasil operasinya dikaji ulang secara regular oleh pengambil keputusan operasional untuk
membuat keputusan tentang sumber daya yang dialokasikan pada segmen tersebut dan menilai
kinerjanya, dan
3. dimana tersedia informasi keuangan yang dapat dipisahkan.
4. KETIDAKPASTIAN ESTIMASI
Penyusunan laporan keuangan konsolidasian sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia
mewajibkan manajemen untuk membuat estimasi dan asumsi yang mempengaruhi jumlah-jumlah yang
dilaporkan dalam laporan keuangan konsolidasian. Sehubungan dengan adanya ketidakpastian yang
melekat dalam membuat estimasi, hasil sebenarnya yang dilaporkan di masa mendatang dapat berbeda
dengan jumlah estimasi yang dibuat.
Estimasi dan asumsi yang mendasarinya direview dengan dasar kesinambungan. Revisi terhadap
estimasi akuntansi diakui dalam suatu periode dengan merevisi estimasi dan efeknya di periode yang
akan datang.
Informasi tentang pertimbangan dan estimasi kritis dalam menerapkan kebijakan akuntansi yang
memiliki efek signifikan pada jumlah yang diakui dalam laporan keuangan konsolidasian adalah
sebagai berikut :
Penurunan nilai
Penurunan nilai diakui untuk jumlah dimana aset atau uang tunai yang menghasilkan jumlah unit
tercatat melebihi nilai yang dapat dipulihkan. Untuk menentukan jumlah yang dapat dipulihkan,
manajemen memperkirakan arus kas di masa yang akan datang yang diharapkan dapat diperoleh dari
masing-masing unit penghasil kas dan menentukan tingkat bunga yang sesuai untuk menghitung nilai
sekarang dari arus kas tersebut. Dalam proses pengukuran arus kas yang diharapkan di masa yang akan
datang, manajemen membuat asumsi tentang hasil operasional di masa yang akan datang. Asumsi ini
berhubungan dengan kejadian dan keadaan di masa yang akan datang. Hasil yang sebenarnya dapat
bervariasi, dan dapat menyebabkan penyesuaian yang signifikan terhadap Perusahaan dan Entitas
Anak di tahun berikutnya.
Dalam beberapa kasus, penentuan tingkat diskonto yang berlaku melibatkan estimasi atas penyesuaian
risiko pasar dan penyesuaian terhadap faktor risiko mengenai aset yang memadai.
Penentuan liabilitas dan biaya pensiun dan liabilitas imbalan kerja Perusahaan dan Entitas Anak
bergantung pada pemilihan asumsi yang digunakan oleh aktuaris independen dalam menghitung
jumlah-jumlah tersebut. Asumsi tersebut termasuk antara lain, tingkat diskonto, tingkat kenaikan gaji
tahunan, tingkat pengunduran diri karyawan tahunan, tingkat kecacatan, umur pensiun dan tingkat
kematian.
38
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Hasil aktual yang berbeda dari asumsi yang ditetapkan Perusahaan dan Entitas Anak yang memiliki
pengaruh lebih dari 10% kewajiban imbalan pasti, ditangguhkan dan diamortisasi secara garis lurus
selama rata-rata sisa masa kerja karyawan. Sementara Perusahaan dan Entitas Anak berkeyakinan
bahwa asumsi tersebut adalah wajar dan sesuai, perbedaan signifikan pada hasil aktual atau perubahan
signifikan dalam asumsi yang ditetapkan Perusahaan dan Entitas Anak dapat mempengaruhi secara
material liabilitas diestimasi atas pensiun dan imbalan kerja dan beban imbalan kerja neto.
Manajemen menentukan estimasi masa manfaat dari aset tetap dan biaya penyusutannya berdasarkan
kegunaan yang diharapkan dari aset tersebut. Ini adalah masa manfaat yang diekspektasi dan
diterapkan di dalam industri dimana Perusahaan dan Entitas Anak melakukan bisnisnya. Hasil yang
sebenarnya mungkin dapat bervariasi karena keusangan teknik. Perubahan di dalam tingkat kegunaan
yang diharapkan dan perkembangan teknologi dapat mempengaruhi masa manfaat ekonomis dan nilai
residu dari aset tersebut, dan biaya penyusutan di masa yang akan datang harus direvisi.
Manajemen menggunakan teknik penilaian untuk mengukur nilai wajar dari instrumen keuangan
dimana penawaran pasar aktif tidak tersedia. Dalam menerapkan teknik penilaian, manajemen
menggunakan data pasar, dan membuat estimasi serta asumsi dengan berdasarkan padanya, sejauh
mungkin, sesuai dengan data yang dapat diobservasi bahwa pelaku pasar akan digunakan dalam
penentuan harga instrumen.
Bila data yang berlaku dipasar tidak dapat diobservasi, manajemen menggunakan estimasi terbaik dari
asumsi yang akan dibuat oleh pelaku pasar. Estimasi ini dapat berbeda dari harga sebenarnya yang
akan dicapai dalam melakukan transaksi pada tanggal pelaporan.
Kas :
Rupiah 380.467.288 371.157.705
Dolar Amerika Serikat 305.003.811 297.715.747
Dolar Singapura 57.615.945 19.989.884
Euro Eropa 27.559.862 6.468.082
Kron Norwegia 1.455.663 1.474.349
772.102.569 696.805.767
39
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Bank :
Pihak ketiga :
Deutsche Bank
Rekening Rupiah 10.280.801.879 11.470.996.970
Rekening Dolar Amerika Serikat 13.127.799.840 66.609.289.906
PT Bank CIMB Niaga Tbk
Rekening Rupiah 1.623.533.799 926.269.108
Rekening Dolar Amerika Serikat 782.916.521 109.599.211
PT Bank Central Asia Tbk
Rekening Rupiah 543.981.441 447.142.449
Rekening Dolar Amerika Serikat 2.660.593.367 6.410.904.786
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
Rekening Rupiah 1.385.544.246 1.188.166.093
Rekening Dolar Amerika Serikat − 15.204.141
PT Bank Mandiri Tbk
Rekening Rupiah − 10.429.794
PT Bank Rakyat Indonesia
Rekening Rupiah − 8.065.237
30.405.171.093 87.196.067.695
• Kas di bank umumnya memperoleh bunga berdasarkan suku bunga bank harian yang berkisar
antara 0,50% sampai dengan 3,25% setahun untuk rekening Rupiah dan sebesar 0,20% sampai
0,75% setahun untuk rekening Dolar Amerika Serikat pada tahun 2011 dan 2010.
• Tidak terdapat penempatan kas dan setara kas pada pihak yang berelasi.
• Deposito berjangka pada Deutsche Bank, Jakarta sebesar Rp 2.000.000.000 merupakan deposito
berjangka waktu 1 (satu) tahun dengan suku bunga sebesar 5,80% setahun dan jatuh tempo pada
tanggal 10 Desember 2012.
40
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
• Deposito berjangka pada Deutsche Bank, Jakarta sebesar Rp 1.000.000.000 merupakan deposito
berjangka waktu 1 (satu) tahun dengan suku bunga sebesar 6,25% setahun dan jatuh tempo pada
tanggal 20 Mei 2012.
• Deposito berjangka pada Deutsche Bank sebesar Rp 1.000.000.000 merupakan deposito berjangka
waktu 1 (satu) tahun dengan suku bunga sebesar 6,25% setahun dan jatuh tempo pada tanggal
18 Mei 2011. Deposito berjangka ini telah dicairkan pada tanggal 18 Mei 2011.
• Tidak terdapat penempatan investasi jangka pendek pada pihak yang berelasi.
7. PIUTANG USAHA
Pihak ketiga :
2011 2010
Rp Rp
Rincian umur piutang usaha dari pihak ketiga yang dihitung sejak tanggal faktur adalah sebagai
berikut :
2011 2010
Rp Rp
41
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Mutasi penyisihan penurunan nilai dari pihak ketiga adalah sebagai berikut :
2011 2010
Rp Rp
Piutang usaha dari pihak ketiga merupakan piutang jangka pendek dan tidak dikenakan bunga.
Seluruh jumlah piutang usaha kepada pihak ketiga telah ditelaah ulang untuk tujuan indikasi
penurunan nilai. Berdasarkan hasil penelaahan terhadap status dari piutang usaha kepada pihak ketiga
secara individual pada tanggal 31 Desember 2011, manajemen Perusahaan berpendapat bahwa
penyisihan piutang usaha dari pihak ketiga cukup memadai untuk menutup kerugian yang mungkin
timbul dari tidak tertagihnya piutang usaha dari pihak ketiga tersebut. Dan berdasarkan hasil
penelaahan terhadap status dari piutang usaha kepada pihak ketiga secara individual pada tanggal
31 Desember 2010, manajemen Perusahaan dan Entitas Anak berpendapat bahwa penyisihan piutang
usaha dari pihak ketiga cukup memadai untuk menutup kerugian yang mungkin timbul dari tidak
tertagihnya piutang usaha dari pihak ketiga tersebut karena adanya kesulitan keuangan dari para
pelanggan Entitas Anak.
Penambahan penyisihan penurunan nilai pada tahun 2010 sebesar Rp 1.294.556.295 disebabkan
karena adanya penambahan tidak tertagihnya piutang usaha dari pihak ketiga, dan disajikan sebagai
beban umum dan administrasi pada laporan laba rugi komprehensif konsolidasian (Catatan 42).
Pengurangan penyisihan penurunan nilai pada tahun 2010 sebesar Rp 181.253.419 disebabkan karena
pembalikan atas penyisihan penurunan nilai akibat adanya selisih kurs mata uang asing.
Saldo nilai tercatat bersih pada piutang usaha dari pihak ketiga dipertimbangkan telah mendekati nilai
wajarnya.
Rincian piutang usaha dari pihak ketiga menurut jenis mata uang adalah sebagai berikut :
2011 2010
Rp Rp
42
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Rincian umur piutang usaha dari pihak-pihak yang berelasi dihitung sejak tanggal faktur adalah
sebagai berikut :
2011 2010
Rp Rp
Mutasi penyisihan penurunan nilai untuk piutang usaha dari pihak-pihak yang berelasi adalah sebagai
berikut :
2011 2010
Rp Rp
Piutang usaha dari pihak-pihak yang berelasi merupakan piutang usaha jangka pendek dan tidak
dikenakan bunga.
Penambahan penyisihan penurunan nilai pada tahun 2011 sebesar Rp 141.986.246.529 disebabkan
karena adanya penurunan nilai atas tidak tertagihnya piutang usaha dari PT Texmaco Jaya Tbk (dalam
pailit), dan telah dieliminasi dengan laporan keuangan atas operasi yang dihentikan dari Entitas Anak
(Catatan 46).
43
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Berdasarkan hasil penelaahan terhadap keadaan piutang usaha kepada pihak-pihak yang berelasi,
manajemen berpendapat bahwa nilai tercatat diperkirakan telah mendekati nilai wajar. Penyisihan
penurunan nilai tidak perlu dibuat karena pihak yang berelasi, PT Multikarsa Investama, berada
dibawah program restrukturisasi utang dan penyelesaian atas piutang usaha dari pihak yang berelasi
tersebut akan dilakukan ketika program restrukturisasi utang selesai.
Rincian piutang usaha dari pihak-pihak menurut jenis mata uang adalah sebagai berikut :
2011 2010
Rp Rp
Pada tahun 2011, seluruh piutang usaha digunakan sebagai jaminan atas utang bank dan pinjaman
modal kerja Perusahaan yang diperolehnya dari Damiano Investments BV., Belanda (Catatan 17 dan
26). Dan pada tahun 2010, seluruh piutang usaha digunakan sebagai jaminan atas utang bank,
pinjaman modal kerja Perusahaan serta pinjaman jangka pendek Entitas Anak yang diperolehnya dari
Damiano Investments BV., Belanda (Catatan 17, 19 dan 26).
8. PIUTANG LAIN-LAIN
2011 2010
Rp Rp
Pihak ketiga :
Piutang dari potongan pembelian 2.043.148.647 –
Piutang dari transaksi impor 1.724.449.726 1.044.521.903
Piutang karyawan 347.153.332 840.738.253
Piutang bunga dari deposito berjangka 6.663.333 1.805.556
Lain-lain 2.646.971.303 2.544.318.922
6.768.386.341 4.431.384.634
Pihak ketiga lainnya :
Uang muka operasional kepada :
PT Wastra Indah 142.286.940.254 164.073.551.252
PT Texmaco Perkasa Engineering Tbk 51.203.593.031 79.623.239.633
PT Wahana Perkasa Auto Jaya 50.169.696.654 50.799.463.564
PT Sumatex Subur 28.706.321.888 34.267.515.040
PT Texmaco Taman Synthetics 28.024.019.799 37.072.146.707
Drapper Texmaco Inc. Co., Amerika Serikat 18.567.339.814 18.567.339.814
Norfil Ltd., Inggris 6.547.165.191 6.547.165.191
PT Bina Prima Perdana 4.678.110.000 –
PT Jaya Perkasa Engineering 4.283.000.000 –
Commonwealth Holdings Pte. Ltd., Singapore 4.467.327.421 4.467.327.421
44
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Bersih 16.168.874.785 −
Piutang lain-lain dari perusahaan-perusahaan diatas merupakan pinjaman dan uang muka untuk tujuan
modal kerja. Pinjaman dan uang muka ini tidak dikenakan bunga dan tidak ditetapkan jangka waktu
pembayarannya. Sampai saat ini, perusahaan-perusahaan tersebut diatas belum dapat membayar
utangnya kepada Perusahaan dan Entitas Anak karena masih mengalami kesulitan keuangan. Beberapa
perusahaan-perusahaan pelanggan tersebut sudah tidak beroperasi dan masih berada dalam program
restrukturisasi utang dengan PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA). Sampai bulan Maret 2012, proses
restrukturisasi utang tersebut belum selesai.
45
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Penambahan dalam penyisihan penurunan nilai pada tahun 2010 sebesar Rp 303.000.000 diakui akibat
adanya penambahan piutang lain-lain yang tidak tertagih, dan disajikan sebagai bagian dari beban
umum dan administrasi pada laporan laba rugi komprehensif konsolidasian (Catatan 42).
Pengurangan dalam penyisihan penurunan nilai pada tahun 2011 sebesar Rp 274.213.845 merupakan
pembalikan penyisihan penurunan nilai akibat dari tertagihnya piutang lain-lain, dan disajikan sebagai
bagian dari pendapatan lain-lain, bersih pada laporan laba rugi komprehensif konsolidasian (Catatan
45).
Pengurangan dalam penyisihan penurunan nilai pada tahun 2010 sebesar Rp 5.102.261.068 merupakan
pembalikan atas penyisihan penurunan nilai akibat adanya selisih kurs mata uang asing.
Piutang lain-lain dari karyawan merupakan pinjaman yang diberikan kepada karyawan. Pinjaman ini
tidak dikenakan bunga dan pembayarannya dilakukan berdasarkan skedul pembayaran yang telah
ditentukan.
Seluruh piutang lain-lain telah ditelaah ulang untuk tujuan indikasi penurunan nilai. Berdasarkan
penelaahan terhadap status dari piutang lain-lain secara individual, manajemen Perusahaan dan Entitas
Anak berpendapat bahwa penyisihan penurunan nilai dari piutang lain-lain adalah cukup untuk
menutup kerugian yang mungkin timbul dari tidak tertagihnya piutang lain-lain tersebut.
Rincian piutang lain-lain menurut jenis mata uang adalah sebagai berikut :
2011 2010
Rp Rp
Saldo nilai tercatat bersih dari piutang lain-lain dipertimbangkan telah mendekati nilai wajarnya.
46
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
9. PERSEDIAAN
2011 2010
Rp Rp
Berdasarkan hasil penelaahan keadaan fisik persediaan pada akhir tahun, manajemen Perusahaan dan
Entitas Anak berpendapat bahwa tidak perlu membentuk penyisihan penurunan nilai.
Pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010, persediaan Perusahaan dilindungi oleh asuransi
PT Asuransi Rama Satria Wibawa terhadap kerugian yang disebabkan oleh kebakaran dan resiko-
resiko kerugian lainnya dengan jumlah pertanggungan masing-masing sebesar US$ 68.000.000 dan
US$ 51.000.000, yang mana menurut pendapat manajemen cukup memadai untuk menutup kerugian-
kerugian yang mungkin timbul. Pada tanggal 31 Desember 2010, persediaan Entitas Anak tidak
dilindungi oleh asuransi kebakaran dan risiko lainnya.
Pada tahun 2011, seluruh persediaan digunakan sebagai jaminan atas utang bank dan pinjaman modal
kerja Perusahaan yang diperolehnya dari Damiano Investments BV., Belanda (Catatan 17 dan 26).
Dan pada tahun 2010, seluruh persediaan digunakan sebagai jaminan atas utang bank dan pinjaman
modal kerja Perusahaan serta pinjaman jangka pendek Entitas Anak yang diperolehnya dari Damiano
Investments BV., Belanda (Catatan 17, 19 dan 26).
Pihak ketiga :
Pembelian aset tetap 49.537.553.869 25.721.389.072
Pembelian persediaan 40.759.776.124 30.598.633.412
Pembelian suku cadang turbin 7.806.751.861 1.143.761.941
98.104.081.854 57.463.784.425
Pihak ketiga lainnya :
PT Wismakarya Prasetya 245.091.340.379 233.605.042.490
47
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Pada tahun 2011, total uang muka pembelian aset tetap sebesar Rp 49.537.553.869 merupakan uang
muka yang berkaitan dengan pembelian mesin dan perlengkapan dengan total sebesar
Rp 16.717.469.383 pada divisi benang filamen dan pembelian mesin dan perlengkapan untuk
memproduksi fiber dalam rangka ekspansi dengan total sebesar Rp 32.820.084.486. Mesin dan
perlengkapan tersebut akan diterima pada tahun 2012.
Uang muka pembelian aset tetap sebesar Rp 25.721.389.072 merupakan uang muka yang berkaitan
dengan pembelian mesin dan perlengkapan dengan total sebesar Rp 5.466.999.072 pada divisi benang
filamen dan ekspansi Batch Poly (chip) dengan total sebesar Rp 20.254.390.000. Mesin dan
perlengkapan tersebut telah diterima pada bulan April 2011 dan Mei 2011.
Pembayaran yang dilakukan oleh Perusahaan kepada PT Wismakarya Prasetya merupakan kelebihan
pembayaran atas jumlah yang tertera di dalam tagihan yang dianggap sebagai uang muka kepada
PT Wismakarya Prasetya sehubungan dengan adanya perjanjian antara PT Wismakarya Prasetya
dengan Perusahaan pada tanggal 16 Nopember 2006.
Akun ini merupakan uang muka investasi Perusahaan dalam bentuk tanah yang akan digunakan untuk
proyek perusahaan patungan (joint venture) dengan Eastman Kodak Company, Amerika Serikat dalam
bidang produksi polyester chips dan fiber di Karawang – Jawa Barat. Jumlah uang muka tersebut
adalah 17% dari jumlah modal perusahaan patungan yang ditempatkan. Kelanjutan dari joint venture
ini sedang dipertimbangkan kembali oleh kedua belah pihak. Dan karena tidak ada kemungkinan akan
dimulainya proyek perusahaan patungan ini, maka manajemen Perusahaan mempertimbangkan untuk
membuat penurunan nilai di tahun 2010.
48
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Rincian aset lancar lainnya menurut jenis mata uang adalah sebagai berikut:
2011 2010
Rp Rp
49
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Piutang dari PT Multikarsa Investama berasal dari penerimaan AR International Limited, Hong Kong
sebesar Rp 51.421.394.625 untuk pengembalian uang muka pembelian aset tetap (mesin dan peralatan)
dan sisanya masing-masing sebesar Rp 316.048.200.308 dan Rp 424.598.918.720 pada tanggal
31 Desember 2011 dan 2010 merupakan pinjaman untuk uang muka gaji karyawan dan biaya lainnya.
2011 2010
Rp Rp
Penambahan penyisihan penurunan nilai pada tahun 2011 sebesar Rp 964.932.338.561 disebabkan
karena adanya penurunan nilai atas tidak tertagihnya piutang dari PT Texmaco Jaya Tbk (dalam
pailit), dan telah dieliminasi dengan laporan keuangan atas operasi yang dihentikan dari Entitas Anak
(Catatan 46).
Berdasarkan hasil penelaahan terhadap keadaan piutang kepada pihak-pihak berelasi, manajemen
berpendapat bahwa nilai tercatat diperkirakan telah mendekati nilai wajarnya. Tambahan atas
penyisihan penurunan nilai tidak dibuat karena pihak yang berelasi, PT Multikarsa Investama, berada
dalam program restrukturisasi utang dan penyelesaian atas piutang kepada pihak berelasi ini akan
dilakukan ketika program restrukturisasi utang selesai.
Rincian piutang hubungan istimewa menurut jenis mata uang adalah sebagai berikut :
2011 2010
Rp Rp
2011 2010
Rp Rp
IBRA (PPA) :
PT Bank Dharmala
Rekening Rupiah 27.066.834 64.056.133
50
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
2011 2010
Rp Rp
Karena Perusahaan dan Entitas Anak sedang dalam proses restrukturisasi oleh Badan Penyehatan
Perbankan Indonesia (BPPN), maka keseluruhan saldo rekening bank dibatasi penggunaannya oleh
IBRA.
Pemerintah Indonesia melalui Badan Penyehatan Perbankan Nasional (IBRA) menghentikan izin
operasi PT Bank Putera Multikarsa, yang merupakan pihak yang berelasi, pada tanggal 28 Januari
2000; PT Bank Dharmala, PT Bank Asia Pacific dan PT Bank Papan Sejahtera pada tanggal 13 Maret
1999; dan PT Bank Umum Nasional pada tanggal 21 Agustus 1998. Akibatnya, saldo sejumlah
Rp 10.345.623.643 dan Rp 17.129.600.731 yang ada di bank tersebut disajikan sebagai kas yang
dibatasi penggunaannya dalam aset tidak lancar di laporan posisi keuangan konsolidasian pada tanggal
31 Desember 2011 dan 2010.
Penurunan pada tahun 2011 merupakan penurunan atas saldo rekening bank yang dibatasi
penggunaannya dimana laporan keuangan Entitas Anak (PT Texmaco Jaya Tbk) tidak dikonsolidasi
pada tahun 2011 akibat Entitas Anak dinyatakan pailit dan insolvensi sehingga Perusahaan telah
kehilangan pengendaliannya (Catatan 46).
Manajemen Perusahaan dan Entitas Anak berpendapat bahwa saldo rekening bank yang dibatasi
penggunaanya tidak perlu diturunkan nilainya, karena rekening bank yang dibatasi penggunaannya ini
akan dikompensasikan dengan pinjaman Perusahaan dan Entitas Anak pada saat penyelesaian
restrukturisasi utang dengan para kreditur dan PPA. Oleh karena itu, saldo nilai tercatat bersih dari kas
yang dibatasi penggunaannya dipertimbangkan telah mendekati nilai wajarnya.
51
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Nilai tercatat :
Pemilikan langsung 9.800.327.704.159 10.706.451.678.368
Aset sewa pembiayaan − 30.142.094.300
Akumulasi penyusutan :
Pemilikan langsung 8.573.556.432.737 8.946.963.740.712
Aset sewa pembiayaan − 30.142.094.300
Pemilikan langsung :
Nilai tercatat :
Tanah 111.712.279.573 – 74.863.284.378 – 36.848.995.195
Bangunan dan prasarana 218.670.462.740 1.902.915.564 94.149.737.607 – 126.423.640.697
Mesin dan peralatan 10.316.220.766.066 50.112.277.471 774.373.118.009 16.096.195.720 9.608.056.121.248
Kendaraan 25.122.643.741 408.913.636 8.158.435.806 – 17.373.121.571
Peralatan kantor 29.946.833.126 600.000 18.321.607.678 – 11.625.825.448
Peralatan toko 4.778.693.122 – 4.778.693.122 – –
Akumulasi penyusutan :
Bangunan dan prasarana 165.970.749.814 8.820.489.737 74.732.397.611 – 100.058.841.940
Mesin dan peralatan 8.724.196.785.856 496.770.912.045 773.946.248.606 – 8.447.021.449.295
Kendaraan 22.094.603.589 809.704.214 8.040.699.681 – 14.863.608.122
Peralatan kantor 29.922.908.331 8.863.217 18.319.238.168 – 11.612.533.380
Peralatan toko 4.778.693.122 – 4.778.693.122 – –
52
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Nilai tercatat :
Tanah 111.712.279.573 – – – 111.712.279.573
Bangunan dan prasarana 218.670.462.740 – – – 218.670.462.740
Mesin dan peralatan 10.302.849.214.879 13.371.551.187 – – 10.316.220.766.066
Kendaraan 23.602.511.287 2.671.632.454 1.151.500.000 – 25.122.643.741
Peralatan kantor 29.928.933.126 17.900.000 – – 29.946.833.126
Peralatan toko 4.778.693.122 – – – 4.778.693.122
Akumulasi penyusutan :
Bangunan dan prasarana 155.760.850.234 10.209.899.580 – – 165.970.749.814
Mesin dan peralatan 8.228.272.341.404 495.924.444.452 – – 8.724.196.785.856
Kendaraan 22.769.194.569 476.909.020 1.151.500.000 – 22.094.603.589
Peralatan kantor 29.903.718.627 19.189.704 – – 29.922.908.331
Peralatan toko 4.778.693.122 – – – 4.778.693.122
30.142.094.300 – 30.142.094.300 – –
Akumulasi penyusutan :
Mesin dan peralatan 30.142.094.300 – 30.142.094.300 – –
30.142.094.300 – 30.142.094.300 – –
Nilai buku – –
30.142.094.300 – – – 30.142.094.300
Akumulasi penyusutan :
Mesin dan peralatan 30.142.094.300 – – – 30.142.094.300
30.142.094.300 – – – 30.142.094.300
Nilai buku – –
53
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Pengurangan aset tetap merupakan penjualan kendaraan dengan rincian sebagai berikut :
2011 2010
Rp Rp
Nilai buku – –
Harga jual – 763.636.367
Pemilikan langsung :
Operasi normal
Beban pabrikasi (Catatan 40) 502.656.246.277 501.535.394.142
Beban umum dan administrasi (Catatan 42) 798.585.385 496.098.719
Pendapatan (beban) lain-lain − 4.598.949.895
503.454.831.662 506.630.442.756
2.955.137.551 –
54
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Pada tahun 2011 dan 2010, Perusahaan dan Entitas Anak memiliki beberapa bidang tanah yang
berlokasi di Karawang. Kendal dan Pemalang yang masing-masing seluas 751.357,40 M² dan
1.265.486.40 M² dengan sertifikat berupa Hak Guna Bangunan (HGB) yang berjangka waktu 20 – 30
tahun yang akan jatuh tempo antara tahun 2006 dan 2029. Untuk tanah milik Perusahaan yang
berlokasi di Semarang seluas 78.111 M² jangka waktunya telah habis dan telah diperpanjang sampai
dengan tanggal 29 November 2027. Sertifikat HGB seluas 76.428 M² masih dalam proses. Manajemen
berpendapat tidak terdapat masalah dengan perpanjangan sertifikat hak atas tanah karena seluruh tanah
diperoleh secara sah dan didukung dengan bukti pemilikan yang memadai. Pada tahun 2002 dan 2001
penambahan tanah sebesar Rp 258.585.580 dan Rp 1.753.645.426 terdiri dari tanah yang berlokasi
di Semarang seluas 24.120 M² dan di Karawang seluas 1.962.60 M². Sertifikat hak atas tanah tersebut
masih dalam proses.
Pengurangan pada tahun 2011 merupakan pengurangan aset tetap dimana laporan keuangan Entitas
Anak (PT Texmaco Jaya Tbk) tidak dikonsolidasi pada tahun 2011 akibat Entitas Anak dinyatakan
pailit dan insolvensi sehingga Perusahaan kehilangan pengendaliannya (Catatan 46).
Pada tanggal 31 Desember 2011, mesin dan peralatan dalam penyelesaian sebesar Rp 28.346.412.332
berhubungan dengan peningkatan kapasitas benang filament dan fiber Perusahaan. Sampai dengan
tanggal 31 Desember 2011, persentase penyelesaian untuk proyek-proyek tersebut adalah sekitar 74%
dan akan diselesaikan pada tahun 2012. Managemen yakin bahwa tidak ada indikasi halangan terhadap
penyelesaian dari aset dalam penyelesaiannya.
Sedangkan pada tanggal 31 Desember 2010, mesin dan peralatan dalam penyelesaian sebesar
Rp 16.096.195.720 berhubungan dengan pengembangan Perusahaan atas produk benang baru (merek
SILKRA) dan meningkatkan kapasitas Batch Poly. Proyek ini telah diselesaikan pada bulan Agustus
2011 dan December 2011.
Pada tanggal 31 Desember 2011 and 2010, seluruh aset tetap Perusahaan dan Entitas Anak, kecuali
tanah, telah diasuransikan kepada PT Asuransi Rama Satria Wibawa terhadap resiko kerugian dan
resiko lainnya termasuk gempa bumi dengan jumlah pertanggungan masing-masing sebesar
US$ 561.520.000 dan US$ 571.850.000 ditambah Rp 2.813.350.000. Manajemen Perusahaan dan
Entitas Anak berpendapat bahwa nilai pertanggungan tersebut cukup memadai untuk menutupi
kerugian-kerugian yang mungkin timbul.
Pada tanggal 31 Desember 2011, nilai wajar atas tanah (762.538 M²) berdasarkan NJOP (Nilai Jual
Objek Pajak) adalah sebesar Rp 228.498.206.000 dan nilai wajar atas bangunan (210.582 M²)
berdasarkan NJOP adalah sebesar Rp 145.565.456.000. Dan pada tanggal 31 Desember 2010, nilai
wajar atas tanah (1.119.661 M²) berdasarkan NJOP (Nilai Jual Objek Pajak) adalah sebesar
Rp 315.500.995.000 dan nilai wajar atas bangunan (375.458 M²) berdasarkan NJOP adalah sebesar
Rp 235.422.046.000.
Berdasarkan laporan jasa penilai KJPP Wilson dan Rekan tanggal 30 Januari 2012, jumlah nilai pasar
atas tanah, bangunan dan prasarana Perusahaan adalah sebesar Rp 444.212.000.000. Dan berdasarkan
laporan jasa penilai Nirboyo A., Dewi A. & Rekan tanggal 19 Januari 2012, jumlah nilai pasar atas
mesin dan kendaraan Perusahaan di Karawang adalah sebesar US$ 274.860.902 (setara dengan
Rp 2.492.438.659.336).
55
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Berdasarkan laporan jasa penilai Nirboyo A., Dewi A. & Rekan tanggal 20 Januari 2010, jumlah nilai
pasar dari aset tetap Perusahaan (kecuali peralatan kantor) adalah sebesar US$ 591.782.199.
Pada tahun 2011, seluruh tanah, mesin dan peralatan Perusahaan digunakan sebagai jaminan atas
utang obligasi terjamin dan pinjaman modal kerja yang diperoleh dari Damiano Investments BV.,
Belanda dan PT Bina Prima Perdana (BPP) / PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) (Catatan 18 dan
26). Dan pada tahun 2010, seluruh tanah, mesin dan peralatan Perusahaan dan Entitas Anak digunakan
sebagai jaminan atas pemegang utang obligasi terjamin, pinjaman modal kerja dan wesel bayar yang
diperoleh dari Damiano Investments BV., Belanda dan PT Bina Prima Perdana (BPP) / PT Perusahaan
Pengelola Aset (PPA) (Catatan 18, 20 dan 26).
Menurut pembaharuan perjanjian pinjaman tanggal 3 Maret 2006 dan 31 Agustus 2006 antara
Perusahaan (Peminjam), Damiano Investments BV., Belanda (Pemberi Pinjaman), dan PT Ferrier
Hodgson (Monitoring Agent), Pemberi pinjaman menyetujui untuk menyediakan fasilitas letter of
credit dengan jumlah keseluruhan sebesar US$ 50.000.000. Dengan demikian, Perusahaan juga dapat
menggunakan nama pemberi pinjaman sebagai penjamin untuk membuka Letter of Credit di Barclays
Bank Plc, Hong Kong (Barclays). Disamping itu, Perusahaan juga membayar biaya pendanaan sebesar
2,25% sebulan atas jumlah penggunaan fasilitas di Barclays kepada Damiano Investments BV.,
Belanda.
Kemudian, berdasarkan pembaharuan perjanjian pinjaman tanggal 1 Januari 2009 antara Perusahaan
(Peminjam), Damiano Investments BV., Belanda (Pemberi Pinjaman), dan PT Ferrier Hodgson
(Monitoring Agent), maka sejak tanggal 3 April 2009, semua fasilitas “Letter of Credit di Barclays”
dipindahkan ke “Deutsche Bank AG : Fasilitas Letter of Credit”. Total biaya pendanaan yang
dibebankan oleh Damiano Investments BV., Belanda untuk fasilitas ini adalah sebesar 1,50% per
bulan.
Fasilitas Letter of Credit ini selalu berubah sesuai dengan kebutuhan Perusahaan untuk pembelian
bahan baku. Berdasarkan perubahan perjanjian terakhir pada tanggal 8 April 2011 antara Perusahaan
(Peminjam), Damiano Investments BV., Belanda (Pemberi Pinjaman), dan PT Ferrier Hodgson
(Monitorong Agent), Pemberi pinjaman setuju untuk meningkatkan fasilitas Letter of Credit dari
jumlah sebesar US$ 50.000.000 menjadi US$ 80.000.000.
56
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Fasilitas yang tersedia per 31 Desember 2011 dan 2010 masing-masing sejumlah US$ 76.934.921 dan
US$ 50.717.707. Dan Letter of Credit yang telah digunakan oleh Perusahaan untuk membeli bahan
baku sejumlah US$ 70.339.624 (setara dengan Rp 637.839.711.337) pada tahun 2011 dan
US$ 48.046.644 (setara dengan Rp 431.987.380.441) pada tahun 2010.
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2011 dan 2010, biaya pendanaan atas fasilitas Letter of
Credit yang telah dibukukan masing-masing sebesar Rp 91.061.129.517 dan Rp 73.156.430.350, dan
disajikan sebagai bagian dari beban bunga dan administrasi bank di dalam laporan laba rugi
komprehensif konsolidasian (Catatan 44).
Seluruh utang bank dari Damiano Investments BV., Belanda dijamin dengan piutang usaha dan
persediaan milik Perusahaan (Catatan 7 dan 9).
Nilai wajar dari liabilitas keuangan jangka pendek tidak ditentukan secara individual karena nilai
tercatatnya dipertimbangkan telah mendekati nilai wajarnya.
6.189.145.768.000 6.136.591.266.000
1.926.648.206.874 1.905.030.455.458
57
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Banks
Damiano Investments BV., Netherland
(Eks. PT Bank Finconesia)
EUR 7.471.539 87.708.321.891 89.328.151.552
Damiano Investments BV., Netherland
(Eks. Union Europeene de CIC. ,Singapore)
EUR 5.941.395 69.745.974.836 71.034.069.241
Damiano Investments BV., Netherland
(Eks. Credit Agricole Indosuez., Singapore)
US$ 12.117.088 109.877.757.060 108.944.741.260
Damiano Investments BV., Netherland
(Eks. Bangkok Bank, Singapore)
US$ 3.303.097 29.952.487.042 29.698.148.543
297.284.540.829 299.005.110.596
Pada bulan Juli 2007, Perusahaan mengajukan Secured Debt Restructure Plan (SDRP) kepada
kreditur terjaminnya yang terdiri dari pemegang obligasi terjamin dan PPA. SDRP ini belum disetujui
oleh PPA hingga Maret 2012, dimana hal tersebut telah disetujui oleh Damiano Investments BV.,
Belanda. Damiano Investments BV., Belanda memiliki sekitar 93% utang terjamin yang berupa
obligasi dan bank selain PPA. Pada bulan November 2010 dan Desember 2010, PPA mengumumkan
program “Penjualan aset dan saham Grup Texmaco” yang meliputi pabrik di Semarang. Namun karena
beberapa alasan di bulan Desember 2010, program ini kemudian dibatalkan.
58
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Pada bulan Juni 1994, Perusahaan menerbitkan Unsecured Senior Notes sebesar US$ 125.000.000
dengan tingkat bunga sebesar 13% per tahun. Wesel ini akan jatuh tempo pada tahun 2001. Pada
bulan Mei 1996, Perusahaan menawarkan kepada para pemegang Unsecured Notes untuk
menukarkan wesel mereka ke Guaranteed Secured Notes dengan tingkat bunga 13% per tahun dan
jatuh tempo pada tahun 2001 yang terdaftar pada Bursa Efek Luxembourg dan diterbitkan oleh
PIFC dengan Perusahaan sebagai penjamin.
Seluruh pemegang Unsecured Notes menukar Unsecured Notes menjadi Secured Notes, kecuali
pemegang Unsecured Notes sebesar US$ 2.474.000. Pada bulan Agustus 1997, Perusahaan
membayar sebagian Unsecured Senior Notes dengan tingkat bunga 13% sejumlah US$ 1.250.000.
Pada bulan Pebruari 1996, PIFC menerbitkan Secured Floating Rate Note sebesar
US$ 50.000.000, dimana Perusahaan bertindak sebagai penjamin yang tercatat pada Bursa Efek
Luxembourg dengan tingkat bunga 3% di atas LIBOR per tahun yang jatuh tempo pada tahun
1999.
Pada bulan Juli 1997, PIFC menerbitkan Guaranteed Secured Notes sebesar US$ 250.000.000
yang tercatat pada Bursa Efek Luxembourg, dimana Perusahaan bertindak sebagai penjamin
dengan tingkat bunga 9,375% per tahun dan akan jatuh tempo pada tahun 2007. Dana dari wesel
ini digunakan untuk mendanai sebagian dari program pengembangan yang baru tahap I.
Pada bulan Juni 1996, PIFC menerbitkan Guaranteed Secured Notes sebesar US$ 260.000.000
yang tercatat pada Bursa Efek Luxembourg, dimana Perusahaan bertindak sebagai penjamin
dengan tingkat bunga 11,375% per tahun dan akan jatuh tempo pada tahun 2006. Dana dari wesel
ini digunakan untuk melunasi utang bank dan utang lainnya.
Saat ini, wesel-wesel tersebut di atas tidak tercatat pada Bursa Efek Luxemburg dan dijamin oleh hak
gadai dengan jaminan real property, aset-aset bergerak (selain dari persediaan) dan hasil dari
penjualan jaminan tersebut secara pari-passu dengan wesel bayar dan liabilitas lainnya dari
Perusahaan (Catatan 16).
Pinjaman kepada PT Bina Prima Perdana (BPP) merupakan pinjaman pada PT Bank Negara Indonesia
(Persero) Tbk yang telah jatuh tempo dan administrasinya telah dialihkan ke BPPN. Kemudian sesuai
dengan skema restrukturisasi utang yang termuat dalam Master Restructuring Agreement (MRA)
tertanggal 23 Mei 2001, pada tahun 2002 utang Perusahaan berdasarkan program restrukturisasi
dengan BPPN telah dialihkan kepada BPP. Untuk pengalihan tersebut, BPP menerbitkan
Exchangeable Bond (EB) kepada BPPN. Akan tetapi, pada tanggal 26 Pebruari 2004, BPPN
mengeluarkan pernyataan pemberitahuan default kepada PT Bina Prima Perdana. Di dalam surat
tersebut dinyatakan bahwa PT Bina Prima Perdana sebagai holding company tekstil telah gagal
membayar kupon Exchangeable Bond (EB) yang jatuh tempo tanggal 18 Agustus 2003.
59
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Perusahaan tidak mengakui adanya beban bunga atas utang terjamin sejak tahun 2004 dimana
Perusahaan masih dalam proses restrukturisasi, dan utang bunga tidak akan diperhitungkan nantinya.
Pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010, Perusahaan mempunyai utang bunga sebesar
Rp 380.648.007.290, dan disajikan sebagai bagian dari biaya yang masih harus dibayar di dalam
laporan posisi keuangan konsolidasian.
Rincian utang terjamin menurut jenis mata uang adalah sebagai berikut :
2011 2010
Rp Rp
Euro Eropa
(EUR 15.688.978 pada tahun 2011 dan 2010) 184.172.764.863 187.574.142.730
Yen Jepang
(JPY 3.001.711.400 pada tahun 2011 dan 2010) 350.609.346.911 331.044.642.262
Franc Swiss
(CHF 45.902 in 2011 and 2010) 442.327.333 440.670.916
Nilai wajar dari liabilitas keuangan jangka pendek tidak ditentukan secara individual karena nilai
tercatatnya dipertimbangkan telah mendekati nilai wajarnya.
Dipindahkan − 228.331.664.124
60
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Pindahan − 228.331.664.124
Jumlah − 43.196.014.550
Lain-lain :
Jumlah − 324.161.880.678
Pinjaman kepada PT Bina Prima Perdana (BPP) merupakan pinjaman pada PT Bank Negara Indonesia
(Persero) Tbk, PT Bank Dharmala dan PT Bank Putera Multikarsa yang telah jatuh tempo dan
administrasinya telah dialihkan ke BPPN. Kemudian sesuai dengan skema restrukturisasi utang yang
termuat dalam Master Restructuring Agreement (MRA) tertanggal 23 Mei 2001, utang Entitas Anak
dengan BPPN telah dialihkan kepada BPP pada tahun 2002. Untuk pengalihan tersebut, BPP
menerbitkan Exchangeable Bond (EB) kepada BPPN.
61
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Pada tanggal 30 Nopember 2001, Entitas Anak telah menandatangani Definitive Memorandum of
Agreement (MOA) dengan para pemegang wesel dan BPPN sehubungan dengan rencana
restrukturisasi dari Entitas Anak. Akan tetapi, hal ini belum dilaksanakan oleh Entitas Anak dan MOA
ini secara otomatis dihentikan.
Pada tanggal 26 Pebruari 2004, BPPN mengeluarkan pernyataan pemberitahuan default kepada
PT Bina Prima Perdana. Di dalam surat tersebut dinyatakan bahwa PT Bina Prima Perdana sebagai
holding company tekstil telah gagal membayar kupon Exchangeable Bond (EB) yang jatuh tempo
tanggal 18 Agustus 2003.
Pada tanggal 27 Pebruari 2004, BPPN dibubarkan oleh Pemerintah. Permasalahan-permasalahan yang
sedang ditangani oleh BPPN dan belum terselesaikan, dialihkan kepada suatu lembaga baru
pemerintah yang disebut Perusahaan Pengelola Asset (PPA) dibawah pengawasan Menteri Keuangan.
Entitas Anak tidak mencatat beban bunga pinjaman jangka pendek kepada PT Bank Negara
Indonesia (Persero) Tbk (BNI) sejak tahun 2004 karena Entitas Anak sedang dalam proses
restrukturisasi, dimana pada saat restrukturisasi utang, beban bunga tidak akan diperhitungkan.
Pada tanggal 31 Desember 2010, Entitas Anak memiliki utang bunga yang masih harus dibayar
sebesar Rp 50.280.187.912 ditambah US $ 9.031.692,27, yang disajikan sebagai bagian dari biaya
masih harus dibayar pada laporan posisi keuangan konsolidasian.
PT Bank Dharmala
Entitas Anak tidak mencatat beban bunga pinjaman jangka pendek kepada PT Bank Dharmala
sejak tahun 2004 karena Entitas Anak sedang dalam proses restrukturisasi, dimana pada saat
restrukturisasi utang, beban bunga tidak akan diperhitungkan. Pada tanggal 31 Desember 2010,
Entitas Anak memiliki utang bunga sebesar Rp 7.856.714.054, dan disajikan sebagai bagian dari
biaya masih harus dibayar pada laporan posisi keuangan konsolidasian.
Entitas Anak tidak mengakui adanya beban bunga dari pinjaman jangka pendek kepada PT Bank
Putera Multikarsa sejak tahun 2004 karena Entitas Anak sedang dalam proses restrukturisasi
utang, dimana pada saat restrukturisasi utang, beban bunga tidak akan diperhitungkan. Pada
tanggal 31 Desember 2010, Entitas Anak memiliki utang bunga sebesar Rp 98.149.297, dan
disajikan sebagai bagian dari biaya masih harus dibayar pada laporan posisi keuangan
konsolidasian.
62
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Pada tanggal 27 Januari 2006, Entitas Anak memperoleh fasilitas kredit modal kerja sebesar
US$ 500.000 dari Catora International BV., Belanda (“CIBV”) untuk pembelian bahan baku
(impor dan lokal) dan memenuhi kebutuhan operasional seperti pembayaran gaji, tagihan listrik
dan lain-lain. Fasilitas kredit modal kerja ini dibebani bunga sebesar 18% per tahun dengan jatuh
tempo pembayaran pada tanggal 31 Agustus 2006, dan dijamin dengan persediaan senilai
US$ 750.000. Kemudian, fasilitas kredit modal kerja tersebut telah diamandemen pada bulan
Agustus 2006 untuk menyediakan tambahan fasilitas kredit dengan total fasilitas menjadi senilai
US$ 750.000 dan jatuh tempo pembayaran akhir adalah pada tanggal 31 Mei 2007. Entitas Anak
telah membayar US$ 200.000 pada tanggal 14 Agustus 2007, US$ 100.000 pada tanggal
13 September 2007, dan US$ 50.000 pada tanggal 9 April 2008.
Kemudian, loan ini dipindahkan kepada Bapak Marimutu Sinivasan sesuai dengan perjanjian
pengalihan tertanggal 29 Juli 2008.
Pada tanggal 31 Desember 2010, Entitas Anak belum membayar sisa pinjamannya sebesar
US$ 400.000 yang telah jatuh tempo karena kesulitan keuangan atau masalah arus kas. Disamping
itu, Entitas Anak belum memperbaharui perjanjian pinjaman ini.
Pada tanggal 31 Desember 2010, Entitas Anak memiliki utang bunga sebesar US$ 149.946 (setara
dengan Rp 1.348.164.450), dan disajikan sebagai bagian dari biaya masih harus dibayar pada
laporan posisi keuangan konsolidasian.
Untuk periode yang berakhir pada tanggal 19 Agustus 2011, beban bunga atas pinjaman jangka
pendek dari Catora International BV., Belanda sebesar US$ 51.333 (setara dengan
Rp 425.399.333), dan disajikan sebagai bagian dari laporan keuangan Entitas Anak dari operasi
yang dihentikan (Catatan 46). Dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010,
beban bunga atas pinjaman jangka pendek dari Catora International BV., Belanda sebesar
US$ 81.111 (setara dengan Rp 736.238.222), dan disajikan sebagai beban bunga dan administrasi
bank pada laporan laba rugi komprehensif konsolidasian (Catatan 44).
Berdasarkan perjanjian tanggal 8 Januari 2008 antara Entitas Anak (Peminjam), dan Damiano
Investment BV., Belanda (Pemberi Pinjaman), dan PT Ferrier Hodgson (Monitoring Agent),
pemberi pinjaman setuju untuk menyediakan fasilitas kredit modal kerja sebesar US$ 1.000.000.
Bunga atas pinjaman ini sebesar 25% per tahun dan harus dibayar kembali selama 6 bulan setelah
disetujui atau pada bulan Agustus 2008. Pada tanggal 14 Agustus 2008 dan 1 September 2008,
Entitas Anak telah membayar masing-masing sebesar US$ 700.000 dan US$ 100.000. Dan pada
tanggal 31 Desember 2010, Entitas Anak belum membayar sisa pinjaman masing-masing sebesar
US$ 200.000 tersebut karena kesulitan keuangan atau masalah arus kas.
63
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Pada tanggal 31 Desember 2010, Entitas Anak memiliki utang bunga masing-masing sebesar
US$ 174.194 (setara dengan Rp 1.566.177.417), dan disajikan sebagai bagian dari biaya masih
harus dibayar pada laporan posisi keuangan konsolidasian.
Untuk periode yang berakhir pada tanggal 19 Agustus 2011, jumlah beban bunga atas pinjaman
jangka pendek dari Damiano Investments BV., Belanda sebesar US$ 35.645 (setara dengan
Rp 287.763.423), dan disajikan sebagai bagian dari laporan keuangan Entitas Anak dari operasi
yang dihentikan (Catatan 46). Dan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 December 2010,
jumlah beban bunga atas pinjaman jangka pendek dari Damiano Investment BV., Belanda sebesar
US$ 56.327 (setara dengan Rp 553.146.917), dan disajikan pada beban bunga dan administrasi
bank pada laporan laba rugi komprehensif konsolidasian (Catatan 44).
Pada bulan Agustus 2000, Entitas Anak memperoleh fasilitas Letter of Credit dari PT Bank
Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) dengan maksimum kredit sebesar US$ 100.000.000 untuk
mengimpor bahan baku, supplies bahan pembantu untuk tekstil dan industri kimia. Fasilitas Letter
of Credit dari BNI yang dijamin BPPN tersebut telah dihentikan oleh BNI pada bulan Maret 2003.
Entitas Anak tidak mengakui adanya beban bunga dari pinjaman jangka pendek kepada PT Bank
Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) sejak tahun 2004 karena Entitas Anak sedang dalam proses
restrukturisasi utang, dimana pada saat restrukturisasi utang, beban bunga tidak akan
diperhitungkan. Pada tanggal 31 Desember 2010, Entitas Anak memiliki utang bunga sebesar
Rp 17.414.256.284 ditambah US$ 56.730,30, dan disajikan sebagai bagian dari biaya masih harus
dibayar pada laporan posisi keuangan konsolidasian.
Entitas Anak tidak mengakui adanya beban bunga dari pinjaman jangka pendek kepada PT Bank
Duta dan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia sejak tahun 2004 karena Entitas Anak sedang
dalam proses restrukturisasi utang, dimana pada saat restrukturisasi utang, beban bunga tidak akan
diperhitungkan. Pada tanggal 31 Desember 2010, Entitas Anak memiliki utang bunga sebesar
Rp 22.512.136.671 plus US$ 89.072,89, dan disajikan sebagai bagian dari biaya masih harus
dibayar pada laporan posisi keuangan konsolidasian.
Fasilitas Letter of Credit dari PT Bank Duta dan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia
dikategorikan sebagai Utang BPPN/PPA dengan Jaminan.
64
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Entitas Anak tidak mengakui adanya beban bunga dari pinjaman jangka pendek kepada PT Bank
Putera Multikarsa sejak tahun 2004 karena Entitas Anak sedang dalam proses restrukturisasi
utang, dimana pada saat restrukturisasi utang, beban bunga tidak akan diperhitungkan. Pada
tanggal 31 Desember 2010, Entitas Anak memiliki utang bunga sebesar US$ 73.997,97, dan
disajikan sebagai bagian dari biaya masih harus dibayar pada laporan posisi keuangan
konsolidasian.
Fasilitas Letter of Credit dari PT Bank Putra Multikarsa dikategorikan sebagai Utang BPPN tanpa
jaminan.
Pengurangan pada tahun 2011 merupakan pengurangan pinjaman jangka pendek dimana laporan
keuangan Entitas Anak (PT Texmaco Jaya Tbk) tidak dikonsolidasi pada tahun 2011 akibat Entitas
Anak dinyatakan pailit dan insolvensi sehingga Perusahaan kehilangan pengendaliannya (Catatan 46).
Nilai wajar dari liabilitas keuangan jangka pendek tidak ditentukan secara individual karena nilai
tercatatnya dipertimbangkan telah mendekati nilai wajarnya.
Seluruh pinjaman jangka pendek tersebut di atas dijamin dengan piutang usaha, persediaan, aset tetap,
jaminan pribadi direksi Entitas Anak dan penggadaian saham Entitas Anak sejumlah 5.000.000 lembar
(Catatan 7, 9 dan 16).
− 81.981.286.647
Lain-lain :
Dollar Amerika Serikat (US$ 11.141.085) − 100.169.497.841
Jumlah − 182.150.784.488
Dikurangi : wesel bayar yang jatuh tempo dalam
satu tahun − (182.150.784.488 )
65
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Akibat dihentikannya operasi beberapa bank pemegang wesel bayar ini pada tahun 1999,
administrasinya telah dialihkan kepada BPPN. Sesuai dengan skema restrukturisasi utang yang termuat
dalam Master Restructuring Agreement (MRA) tertanggal 23 Mei 2001, pada tahun 2002 utang
Entitas Anak berdasarkan program restrukturisasi dengan BPPN telah dialihkan kepada perusahaan
induk (holding company) untuk divisi tekstil yang baru dibentuk (NewCo) yaitu PT Bina Prima
Perdana. Untuk pengalihan tersebut, PT Bina Prima Perdana mengeluarkan Exchangeable Bond (EB)
kepada BPPN.
Wesel bayar tersebut di atas tidak mempunyai jaminan. Bertindak sebagai arranger dari wesel bayar
ini adalah PT Asia Kapitalindo Securities.
Pada tanggal 26 Februari 2004, BPPN mengeluarkan surat pemberitahuan default kepada PT Bina
Prima Perdana. Surat tersebut menyatakan bahwa PT Bina Prima Perdana sebagai perusahaan induk
divisi tekstil telah gagal membayar kupon Exchangeable Bond (EB) yang jatuh tempo pada tanggal
18 Agustus 2003.
Pada tanggal 27 Februari 2004, BPPN dibubarkan oleh Pemerintah. Permasalahan-permasalahan yang
sedang ditangani oleh BPPN dan belum terselesaikan dialihkan kepada suatu lembaga baru pemerintah
yang disebut Perusahaan Pengelola Asset (PPA) dibawah pengawasan Menteri Keuangan.
Entitas Anak tidak mengakui adanya beban bunga dari wesel bayar sejak tahun 2004 karena Entitas
Anak sedang dalam proses restrukturisasi utang, dan beban bunga tidak akan diperhitungkan. Pada
tanggal 31 Desember 2010, Entitas Anak memiliki utang bunga sebesar US$ 732.349 ditambah
Rp 3.082.246.608, dan disajikan sebagai bagian dari biaya yang masih harus dibayar pada laporan
posisi keuangan konsolidasian.
Pengurangan pada tahun 2011 merupakan pengurangan wesel bayar dimana laporan keuangan Entitas
Anak (PT Texmaco Jaya Tbk) tidak dikonsolidasi pada tahun 2011 akibat Entitas Anak dinyatakan
pailit dan insolvensi sehingga Perusahaan kehilangan pengendaliannya (Catatan 46).
Wesel bayar diatas dijamin dengan aset tetap Entitas Anak (Catatan 16).
Nilai wajar dari liabilitas keuangan jangka pendek tidak ditentukan secara individual karena nilai
tercatatnya dipertimbangkan telah mendekati nilai wajarnya.
66
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Pihak ketiga :
2011 2010
Rp Rp
Rincian umur utang usaha kepada pihak ketiga yang dihitung sejak tanggal faktur adalah sebagai
berikut :
2011 2010
Rp Rp
Rincian utang usaha kepada pihak ketiga menurut jenis mata uang adalah sebagai berikut :
2011 2010
Rp Rp
67
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Utang usaha pihak ketiga pemasok lokal dan luar negeri merupakan utang atas pembelian bahan baku
dan bahan pembantu. Utang ini tidak dikenakan bunga dan tidak ditentukan jangka waktu
pelunasannya.
Nilai wajar dari liabilitas keuangan jangka pendek tidak ditentukan secara individual karena nilai
tercatatnya dipertimbangkan telah mendekati nilai wajarnya.
Akun ini merupakan utang atas pembelian mesin yang berhubungan dengan kegiatan pengembangan
Entitas Anak :
2011 2010
Rp Rp
Pihak ketiga :
Juki Singapore Pte. Ltd., Singapore
(US$ 30.476) − 274.011.964
Pengurangan pada tahun 2011 merupakan pengurangan utang pembelian aset tetap dimana laporan
keuangan Entitas Anak (PT Texmaco Jaya Tbk) tidak dikonsolidasi pada tahun 2011 akibat Entitas
Anak dinyatakan pailit dan insolvensi sehingga Perusahaan kehilangan pengendaliannya (Catatan 46).
Nilai wajar dari liabilitas keuangan jangka pendek tidak ditentukan secara individual karena nilai
tercatatnya dipertimbangkan telah mendekati nilai wajarnya.
68
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
23. PERPAJAKAN
b. Utang Pajak
2011 2010
Rp Rp
Rekonsiliasi antara laba (rugi) sebelum taksiran pajak penghasilan menurut laporan laba rugi
komprehensif konsolidasian dengan taksiran laba (rugi) fiskal yang dihitung oleh Perusahaan
untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 adalah sebagai
berikut:
2011 2010
Rp Rp
69
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
2011 2010
Rp Rp
19.357.671.443 19.523.557.008
Beda waktu :
Beban penyusutan aset tetap 218.295.231.725 228.903.442.854
Amortisasi beban tangguhan (310.582.360) (326.928.800)
Liabilitas imbalan pasca kerja 19.159.732.318 12.733.171.392
237.144.381.683 241.309.685.446
Laba fiskal untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 yang dilaporkan pada SPT
pajak penghasilan badan adalah sebesar Rp 548.419.183.287. Atas perbedaan tersebut, Perusahaan
tidak melakukan pembetulan SPT.
70
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
d. Pajak Tangguhan
Perhitungan jumlah aset dan liabilitas pajak tangguhan dengan tarif pajak maksimal sebesar 25%
pada tahun 2011 dan 2010 adalah sebagai berikut :
2 0 1 1
Dikreditkan
(dibebankan) pada
laporan laba rugi
Pada tanggal komprehensif Tidak Pada tanggal
31 Desember 2010 konsolidasian dikonsolidasi 31 Desember 2011
Rp Rp Rp Rp
Perusahaan :
Akumulasi rugi fiskal 395.316.801.596 239.763.699.123 − 635.080.500.719
Penyisihan penilaian (395.316.801.596) (239.763.699.123) − (635.080.500.719)
Beban penyusutan aset tetap (106.405.425.764) 54.573.807.932 − (51.831.617.832)
Amortisasi beban tangguhan 1.931.332.943 (77.645.590) − 1.853.687.353
Liabilitas imbalan pasca kerja 14.619.550.797 4.789.933.079 − 19.409.483.876
Entitas Anak :
TJ 31.129.463.036 (2.983.656.808) (28.145.806.228) −
TGB 163.770.812 − (163.770.812) −
Entitas Anak di luar negeri − 52.363.436 − 52.363.436
2 0 1 0
Dikreditkan
(dibebankan) pada
laporan laba rugi
Pada tanggal komprehensif Pada tanggal
31 Desember 2009 konsolidasian 31 Desember 2010
Rp Rp Rp
Aset (liabilitas) pajak tangguhan :
Perusahaan :
Akumulasi rugi fiskal 615.881.612.845 (220.564.811.249) 395.316.801.596
Penyisihan penilaian (615.881.612.845) 220.564.811.249 (395.316.801.596)
Beban penyusutan aset tetap (163.631.286.477) 57.225.860.713 (106.405.425.764)
Amortisasi beban tangguhan 2.013.065.143 (81.732.200) 1.931.332.943
Liabilitas imbalan pasca kerja 11.436.257.949 3.183.292.848 14.619.550.797
71
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Entitas Anak :
TJ 35.315.733.016 (4.186.269.980) 31.129.463.036
TGB 163.770.812 – 163.770.812
Pengurangan pada tahun 2011 merupakan pengurangan aset pajak tangguhan dimana laporan
keuangan Entitas Anak (PT Texmaco Jaya Tbk) tidak dikonsolidasi pada tahun 2011 akibat
Entitas Anak dinyatakan pailit dan insolvensi sehingga Perusahaan kehilangan pengendaliannya
(Catatan 46).
Pengakuan aset pajak penghasilan yang ditangguhkan oleh Perusahaan dan Entitas Anak adalah
berdasarkan perkiraan dari manajemen akan hasil di masa mendatang termasuk perkiraan atas
tingkat produksi dan harga komoditi atas produk Perusahaan dan Entitas Anak, waktu dan sifat
penyelesaian atas liabilitas pajak tangguhan Perusahaan dan Entitas Anak serta strategi
perencanaan pajak. Berdasarkan perkiraan tersebut, manajemen berpendapat bahwa kemungkinan
besar Perusahaan dan Entitas Anak tidak dapat merealisasikan aset pajak tangguhannya yang
timbul dari rugi fiskal kumulatif. Oleh karena itu, manajemen membentuk penyisihan penilaian
yang masing-masing sebesar Rp 635.080.500.719 dan Rp 395.316.801.596 yang dicadangkan pada
tanggal 31 Desember 2011 dan 2010.
• Rekonsiliasi antara jumlah beban (penghasilan) dan jumlah yang dihitung dengan
menggunakan tarif pajak efektif terhadap laba (rugi) sebelum pajak penghasilan adalah
sebagai berikut :
2011 2010
Rp Rp
72
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
2011 2010
Rp Rp
– –
Penghasilan (beban) pajak tangguhan :
Perusahaan 59.286.095.421 60.327.421.361
Entitas Anak – (4.186.269.980)
59.286.095.421 56.141.151.381
73
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
a. Perusahaan
• Pada tanggal 24 Nopember 2011, Direktorat Jenderal Pajak Kantor Pelayanan Pajak
Wajib Pajak Besar Dua mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak Pertambahan Nilai untuk
periode Nopember 2010. Berdasarkan Surat Direktorat Jenderal Pajak
No. 00058/407/10/092/11, Perusahaan mempunyai kelebihan bayar pajak sebesar
Rp 10.359.423.414. Kelebihan bayar pajak tersebut telah dikompensasikan pada bulan
Desember 2011 dengan kekurangan bayar Pajak Pertambahan Nilai bulan Nopember 2010
sebesar Rp 48.621.160. Dan sisa kelebihan bayar sebesar Rp 10.310.802.254 telah
diterima pada tanggal 19 Desember 2011.
• Pada tanggal 24 Nopember 2011, Direktorat Jenderal Pajak Kantor Pelayanan Pajak
Wajib Pajak Besar Dua mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak Pertambahan Nilai untuk
bulan Oktober 2010. Berdasarkan Surat Direktorat Jenderal Pajak
No. 00026/207/10/092/11, Perusahaan mempunyai tambahan utang pajak sebesar
Rp 48.621.160. Utang pajak tersebut telah dikompensasikan pada bulan Desember 2011
dengan kelebihan bayar Pajak Pertambahan Nilai pada bulan Nopember 2010.
• Pada tanggal 24 Agustus 2011, Direktorat Jenderal Pajak Kantor Pelayanan Pajak Wajib
Pajak Besar Dua mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak Pertambahan Nilai untuk bulan
September 2010. Berdasarkan Surat Direktorat Jenderal Pajak No. 00051/407/10/092/11,
Perusahaan mempunyai kelebihan bayar pajak sebesar Rp 8.759.215.905. Kelebihan bayar
pajak tersebut telah dikompensasikan pada bulan September 2011 dengan kekurangan
bayar pajak lainnya untuk tahun 2009 sejumlah Rp 8.712.581. Dan sisa kelebihan bayar
sebesar Rp 8.759.215.905 telah diterima pada tanggal 20 September 2011.
• Pada tanggal 24 Agustus 2011, Direktorat Jenderal Pajak Kantor Pelayanan Pajak Wajib
Pajak Besar Dua mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak Pertambahan Nilai untuk bulan
Agustus 2010. Berdasarkan Surat Direktorat Jenderal Pajak No. 00021/207/10/092/11,
Perusahaan mempunyai tambahan utang pajak sebesar Rp 26.108.522. Utang pajak
tersebut telah dilunasi pada tanggal 9 September 2011.
• Pada tanggal 24 Agustus 2011, Direktorat Jenderal Pajak Kantor Pelayanan Pajak Wajib
Pajak Besar Dua mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak Pertambahan Nilai untuk bulan Juli
2010. Berdasarkan Surat Direktorat Jenderal Pajak No. 00020/507/10/092/11, Perusahaan
tidak mempunyai tambahan utang pajak.
• Pada tanggal 24 Agustus 2011, Direktorat Jenderal Pajak Kantor Pelayanan Pajak Wajib
Pajak Besar Dua mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak Pertambahan Nilai untuk bulan
Juni 2010. Berdasarkan Surat Direktorat Jenderal Pajak No. 00019/507/10/092/11,
Perusahaan tidak mempunyai tambahan utang pajak.
74
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
a. Perusahaan (Lanjutan)
• Pada tanggal 24 Agustus 2011, Direktorat Jenderal Pajak Kantor Pelayanan Pajak Wajib
Pajak Besar Dua mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak Pertambahan Nilai untuk bulan Mei
2010. Berdasarkan Surat Direktorat Jenderal Pajak No. 00018/507/10/092/11, Perusahaan
tidak mempunyai tambahan utang pajak.
• Pada tanggal 18 Mei 2011, Direktorat Jenderal Pajak Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak
Besar Dua mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak Pertambahan Nilai untuk bulan April
2010. Berdasarkan Surat Direktorat Jenderal Pajak No. 00035/407/10/092/11, Perusahaan
mempunyai kelebihan bayar pajak sebesar Rp 13.552.130.826. Kelebihan bayar pajak
tersebut telah dikompensasikan pada bulan Mei 2011 dengan kekurangan bayar Pajak
lainnya untuk tahun 2010 sejumlah Rp 99.079.275. Dan sisa kelebihan bayar sebesar
Rp 13.453.051.551 telah diterima pada tanggal 9 Juni 2011.
• Pada tanggal 18 Mei 2011, Direktorat Jenderal Pajak Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak
Besar Dua mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak Pertambahan Nilai untuk bulan Maret
2010. Berdasarkan Surat Direktorat Jenderal Pajak No. 00010/207/10/092/11, Perusahaan
mempunyai tambahan utang pajak sebesar Rp 1.621.560. Utang pajak tersebut telah
dilunasi pada tanggal 9 Desember 2011.
• Pada tanggal 28 April 2011, Direktorat Jenderal Pajak Kantor Pelayanan Pajak Wajib
Pajak Besar Dua mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak Penghasilan pasal 21 untuk tahun
2009. Berdasarkan Surat Direktorat Jenderal Pajak No. 00018/501/09/511/11, Perusahaan
tidak mempunyai tambahan utang pajak.
• Pada tanggal 28 April 2011, Direktorat Jenderal Pajak Kantor Pelayanan Pajak Wajib
Pajak Besar Dua mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak Penghasilan pasal 23 untuk tahun
2009. Berdasarkan Surat Direktorat Jenderal Pajak No. 00008/503/09/511/11, Perusahaan
tidak mempunyai tambahan utang pajak.
• Pada tanggal 28 April 2011, Direktorat Jenderal Pajak Kantor Pelayanan Pajak Wajib
Pajak Besar Dua mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak Penghasilan pasal 4(2) untuk tahun
2009. Berdasarkan Surat Direktorat Jenderal Pajak No. 00018/540/09/511/11, Perusahaan
tidak mempunyai tambahan utang pajak.
• Pada tanggal 28 Maret 2011, Direktorat Jenderal Pajak Kantor Pelayanan Pajak Wajib
Pajak Besar Dua mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak Penghasilan Badan untuk tahun
2009. Berdasarkan Surat Direktorat Jenderal Pajak No. 00006/406/09/092/11, Perusahaan
mempunyai kelebihan bayar pajak sebesar Rp 18.732.214.219. Kelebihan bayar pajak
tersebut telah dikompensasikan pada bulan Mei 2011 dengan kekurangan bayar Pajak
lainnya untuk tahun 2009 sejumlah Rp 4.445.402.669. Dan sisa kelebihan bayar sebesar
Rp 14.286.811.350 telah diterima pada tanggal 31 Mei 2011.
75
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
a. Perusahaan (Lanjutan)
• Pada tanggal 28 Maret 2011, Direktorat Jenderal Pajak Kantor Pelayanan Pajak Wajib
Pajak Besar Dua mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak Penghasilan pasal 21 untuk tahun
2009. Berdasarkan Surat Direktorat Jenderal Pajak No. 00019/201/09/092/11, Perusahaan
mempunyai tambahan utang pajak sebesar Rp 175.063.304. Utang pajak tersebut telah
dikompensasikan pada bulan Mei 2011 dengan kelebihan bayar Pajak Penghasilan Badan
tahun 2009.
• Pada tanggal 28 Maret 2011, Direktorat Jenderal Pajak Kantor Pelayanan Pajak Wajib
Pajak Besar Dua mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak Penghasilan pasal 23 untuk tahun
2009. Berdasarkan Surat Direktorat Jenderal Pajak No. 00011/203/09/092/11, Perusahaan
mempunyai tambahan utang pajak sebesar Rp 247.399.209. Utang pajak tersebut telah
dikompensasikan pada bulan Mei 2011 dengan kelebihan bayar Pajak Penghasilan Badan
tahun 2009.
• Pada tanggal 28 Maret 2011, Direktorat Jenderal Pajak Kantor Pelayanan Pajak Wajib
Pajak Besar Dua mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak Penghasilan pasal 26 untuk tahun
2009. Berdasarkan Surat Direktorat Jenderal Pajak No. 00005/204/09/092/11, Perusahaan
mempunyai tambahan utang pajak sebesar Rp 1.470.055.683. Utang pajak tersebut telah
dikompensasikan pada bulan Mei 2011 dengan kelebihan bayar Pajak Penghasilan Badan
tahun 2009.
• Pada tanggal 28 Maret 2011, Direktorat Jenderal Pajak Kantor Pelayanan Pajak Wajib
Pajak Besar Dua mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak Penghasilan pasal 4(2) untuk tahun
2009. Berdasarkan Surat Direktorat Jenderal Pajak No. 00008/240/09/092/11, Perusahaan
mempunyai tambahan utang pajak sebesar Rp 989.042.079. Utang pajak tersebut telah
dikompensasikan pada bulan Mei 2011 dengan kelebihan bayar Pajak Penghasilan Badan
tahun 2009.
• Pada tanggal 28 Maret 2011, Direktorat Jenderal Pajak Kantor Pelayanan Pajak Wajib
Pajak Besar Dua mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak Pertambahan Nilai untuk tahun
2009. Berdasarkan Surat Direktorat Jenderal Pajak No. 00008/277/09/092/11, Perusahaan
mempunyai tambahan utang pajak sebesar Rp 29.348.684. Utang pajak tersebut telah
dikompensasikan pada bulan Mei 2011 dengan kelebihan bayar Pajak Penghasilan Badan
tahun 2009.
• Pada tanggal 28 Maret 2011, Direktorat Jenderal Pajak Kantor Pelayanan Pajak Wajib
Pajak Besar Dua mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak Pertambahan Nilai untuk bulan
Desember 2009. Berdasarkan Surat Direktorat Jenderal Pajak No. 00112/207/09/092/11,
Perusahaan mempunyai tambahan utang pajak sebesar Rp 6.543.266. Utang pajak tersebut
telah dikompensasikan pada bulan Mei 2011 dengan kelebihan bayar Pajak Penghasilan
Badan tahun 2009.
76
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
a. Perusahaan (Lanjutan)
• Pada tanggal 28 Maret 2011, Direktorat Jenderal Pajak Kantor Pelayanan Pajak Wajib
Pajak Besar Dua mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak Pertambahan Nilai untuk bulan
Pebruari 2009. Berdasarkan Surat Direktorat Jenderal Pajak No. 00111/207/09/092/11,
Perusahaan mempunyai tambahan utang pajak sebesar Rp 12.784.716. Utang pajak
tersebut telah dikompensasikan pada bulan Mei 2011 dengan kelebihan bayar Pajak
Penghasilan Badan tahun 2009.
• Pada tanggal 28 Maret 2011, Direktorat Jenderal Pajak Kantor Pelayanan Pajak Wajib
Pajak Besar Dua mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak Pertambahan Nilai untuk bulan
Januari 2009. Berdasarkan Surat Direktorat Jenderal Pajak No. 00110/207/09/092/11,
Perusahaan mempunyai tambahan utang pajak sebesar Rp 1.332.826. Utang pajak tersebut
telah dikompensasikan pada bulan Mei 2011 dengan kelebihan bayar Pajak Penghasilan
Badan tahun 2009.
• Pada tanggal 16 Pebruari 2011, Direktorat Jenderal Pajak Kantor Pelayanan Pajak Wajib
Pajak Besar Dua mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak Pertambahan Nilai untuk periode
Pebruari 2010. Berdasarkan Surat Direktorat Jenderal Pajak No. 00021/407/10/092/11,
Perusahaan mempunyai kelebihan bayar pajak sebesar Rp 13.416.773.900. Kelebihan
bayar pajak tersebut telah dikompensasikan pada bulan Pebruari 2011 dengan kekurangan
bayar Pajak lainnya untuk tahun 2010 sejumlah Rp 291.202.973. Dan sisa kelebihan bayar
sebesar Rp 13.125.570.927 telah diterima pada tanggal 25 Pebruari 2011.
• Pada tanggal 16 Pebruari 2011, Direktorat Jenderal Pajak Kantor Pelayanan Pajak Wajib
Pajak Besar Dua mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak Pertambahan Nilai untuk periode
Januari 2010. Berdasarkan Surat Direktorat Jenderal Pajak No. 00003/207/10/092/11,
Perusahaan mempunyai tambahan utang pajak sebesar Rp 66.860.404. Utang pajak
tersebut telah dikompensasikan pada bulan Pebruari 2011 dengan kelebihan bayar Pajak
Pertambahan Nilai bulan Pebruari 2010.
• Pada tanggal 30 September 2010, Direktorat Jenderal Pajak Kantor Pelayanan Pajak
Wajib Pajak Besar Dua mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak Penghasilan pasal 26 untuk
tahun 2006. Berdasarkan Surat Direktorat Jenderal Pajak No. 00015/204/06/092/10,
Perusahaan mempunyai kelebihan bayar pajak sebesar Rp 8.844.864.229. Selain itu,
Perusahaan juga menerima bunga sebesar Rp 4.245.534.829. Total sebesar
Rp 13.090.399.058 telah diterima pada tanggal 24 Nopember 2010. Direktorat Jenderal
Pajak telah mengajukan Peninjauan Kembali (PK) terhadap putusan pengadilan. Jika
peninjauan kembali tersebut diterima dan disetujui, maka Perusahaan harus
mengembalikan jumlah diatas berikut denda keterlambatan untuk mengembalikannya.
Sampai dengan tanggal laporan selesai, hasilnya belum dapat ditentukan.
77
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
g. Administration
• Sebagai catatan, Pajak Pertambahan Nilai untuk periode Desember 2010 sampai dengan
Agustus 2011 sedang dalam tahap pemeriksaan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Dan sampai
dengan tanggal laporan selesai, hasilnya belum ditentukan.
• Menurut Undang-Undang Perpajakan di Indonesia, Perusahaan melaporkan Surat
Pemberitahuan Pajak Tahunannya berdasarkan perhitungan sendiri. Pihak fiskus dapat
melakukan penilaian kembali dan memperbaharui pajaknya dalam kurun waktu 5 tahun sejak
tanggal pajak tersebut terutang.
• Pada tanggal 23 September 2008, Pemerintah Republik Indonesia telah menyetujui perubahan
perundangan mengenai pajak penghasilan.yang efektif sejak tanggal 1 Januari 2009.
Perubahan tersebut meliputi diantaranya, perubahan tarif pajak dari 30% di tahun 2008
menjadi 28% di tahun 2009 dan menjadi 25% di tahun 2010.
Sebagai tambahan, dampak perubahan tarif pajak penghasilan pada tahun 2009, revisi juga
akan dibuat pada pajak tangguhan yang sebelumnya sudah ditetapkan untuk mencerminkan
pengurangan dari tarif pajak efektif tersebut.
78
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Biaya bunga atas utang terjamin, pinjaman jangka pendek dan wesel bayar merupakan beban bunga
yang telah diakui sejak tahun 2001, 2002, dan 2003, dimana seluruh jumlah tersebut belum dibayarkan
dan hutang bunga sampai dengan tahun 2000 telah dihapuskan berdasarkan MOA. Beban bunga
setelah tahun 2003 tidak dicatat oleh Perusahaan dan Entitas Anak karena proses restrukturisasi belum
selesai.
Pada bulan Pebruari 2010, PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) mengajukan tuntutan dalam
Pengadilan Tinggi Jawa Tengah terhadap Entitas Anak untuk pengembalian utang listrik selama bulan
Desember 2003 sampai dengan September 2004 sebesar Rp 2.821.800.525. Sampai dengan tanggal
19 Agustus 2011, utang tersebut belum dibayarkan oleh Entitas Anak.
Pengurangan pada tahun 2011 merupakan pengurangan biaya yang masih harus dibayar dimana
laporan keuangan Entitas Anak (PT Texmaco Jaya Tbk) tidak dikonsolidasi pada tahun 2011 akibat
Entitas Anak dinyatakan pailit dan insolvensi sehingga Perusahaan kehilangan pengendaliannya
(Catatan 46).
Rincian biaya masih harus dibayar menurut jenis mata uang adalah sebagai berikut :
2011 2010
Rp Rp
Nilai wajar dari liabilitas keuangan jangka pendek tidak ditentukan secara individual karena nilai
tercatatnya dipertimbangkan telah mendekati nilai wajarnya.
79
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Perusahaan telah mengambil langkah untuk implementasi Rencana Perdamaian (Composition Plan)
yang telah disetujui oleh para kreditur tidak terjamin Perusahaan dan diratifikasi oleh Pengadilan
Niaga. Pada tanggal 29 September 2006, utang tidak terjamin yang terdiri dari Bank, PT Bina Prima
Perdana, sewa guna usaha dan wesel bayar sebesar US$ 18.670.630 telah direstrukturisasi ke dalam
wesel bayar dengan tingkat bunga tetap (Fixed Rate Notes) dan berada dibawah pengawasan
(Custodian) The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited, Hong Kong.
Pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010, utang tidak terjamin setelah restrukturisasi masing-masing
sebesar US$ 21.945.011 (setara dengan Rp 198.997.359.748) dan US$ 21.077.129 (setara dengan
Rp 189.504.468.044), terdiri dari utang pokok US$ 18.670.630 (setara dengan Rp 169.305.272.840
untuk tanggal 31 Desember 2011 dan Rp 167.867.634.330 untuk tanggal 31 Desember 2010) ditambah
dengan utang bunga yang dikapitalisasi sebesar US$ 3.274.381 (setara dengan Rp 29.692.086.908)
pada tahun 2011 dan US$ 2.406.499 (setara dengan Rp 21.636.833.714) pada tahun 2010. Utang tidak
terjamin tersebut akan dilunasi selama 9 tahun dari tanggal restrukturisasi dengan rincian sebagai
berikut :
2009 5,0%
2010 17,5%
2011 17,5%
2012 17,5%
2013 20,0%
2014 22,5%
2006 2% p.a.
2007 2% p.a.
2008 2% p.a.
2009 dan seterusnya 4% p.a.
80
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Berdasarkan hasil rapat antara Perusahaan (Peminjam) dan The Hongkong and Shanghai Banking
Corporation Limited (Pemberi Pinjaman) pada tanggal 30 Januari 2009, Pemberi pinjaman setuju
untuk menunda tanggal angsuran pokok pinjaman atas utang tidak terjamin dan wesel bayar untuk
jangka waktu 3 (tiga) tahun dengan mengganti tanggal angsuran pokok utang menjadi sebagai berikut :
Kemudian, berdasarkan hasil rapat antara Perusahaan (Peminjam) dan The Hongkong and Shanghai
Banking Corporation Limited (Pemberi Pinjaman) pada tanggal 23 Desember 2011, Pemberi pinjaman
setuju untuk menunda kembali tanggal angsuran pokok pinjaman atas utang tidak terjamin dan wesel
bayar untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun dengan mengganti tanggal angsuran pokok utang menjadi
sebagai berikut :
Seluruh utang tidak terjamin dan wesel bayar dinyatakan dalam mata uang Dolar Amerika Serikat.
Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010, beban bunga atas utang tidak
terjamin dan wesel bayar masing-masing sebesar Rp 7.554.663.403 dan Rp 7.403.114.841, dan
disajikan sebagai bagian dalam beban bunga dan adminstrasi bank pada laporan laba rugi
komprehensif konsolidasian (Catatan 44).
Nilai wajar dan nilai tercatat atas liabilitas keuangan jangka panjang adalah sebagai berikut :
Nilai wajar dari liabilitas keuangan jangka panjang ditentukan dengan cara memperhitungkan nilai
kini pada saat tanggal laporan posisi keuangan konsolidasian, dengan menggunakan metode suku
bunga efektif tetap yang tersedia pada Perusahaan. Tidak ada perubahan nilai wajar yang dibukukan
pada laporan laba rugi komprehensif konsolidasian selama tahun berjalan sebagai liabilitas keuangan
yang dinyatakan sebesar nilai amortisasi pada laporan posisi keuangan konsolidasian.
81
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Berdasarkan Rencana Perdamaian yang telah disetujui oleh para kreditur, Damiano Investments BV.,
Belanda setuju untuk menyediakan pinjaman modal kerja sebesar US$ 15.000.000 kepada Perusahaan.
Suku bunga yang dibebankan atas pinjaman tersebut adalah 9% setahun sampai dengan
diimplementasikannya Rencana Perdamaian. Setelah Rencana Perdamaian diimplementasikan, tingkat
suku bunga dan pembayaran pokok pinjaman akan mengikuti surat utang baru atas pinjaman yang
direstrukturisasi. Namun, pinjaman modal kerja tersebut telah dilunasi penuh oleh Perusahaan pada
tahun 2011.
Disamping pinjaman modal kerja diatas, Damiano Investments BV., Belanda juga telah memberikan
tambahan pinjaman modal kerja sebesar US$ 10.687.669,23 kepada Perusahaan dengan suku bunga
sebesar 15% setahun. Bagian dari pinjaman modal kerja ini sebesar US$ 6.777.924,23 telah dilunasi
oleh Perusahaan pada tahun 2011.
Damiano Investments BV., Belanda juga memberikan pinjaman uang muka sebesar US$ 3.336.000.
Kemudian, berdasarkan perjanjian penghentian uang muka pada tanggal 1 Januari 2008, Damiano
Investments BV., Belanda setuju untuk memindahkan pinjaman uang muka tersebut ke dalam
perjanjian pinjaman modal kerja.
Berdasarkan perjanjian penghentian uang muka pada tanggal 1 Januari 2008, Damiano Investments
BV., Belanda juga setuju untuk memindahkan jumlah pokok utang atas fasilitas prefinance dari Catora
International BV., Belanda beserta bunganya masing-masing sebesar US$ 4.000.000 dan
US$ 2.399.255 ke dalam perjanjian pinjaman modal kerja.
Berdasarkan perjanjian pinjaman tanggal 14 Agustus 2008 dan 19 September 2008, Perusahaan
mendapatkan tambahan pinjaman modal kerja dari Damiano Investments BV., Belanda masing-masing
sebesar US$ 700.000 dan US$ 155.000.
82
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Sepanjang tahun 2009, Damiano Investments BV., Belanda juga telah menyediakan pinjaman modal
kerja sebesar US$ 1.625.000 sebagai bagian dari Third Loan Agreement diatas. Sebagian dari
pinjaman modal kerja ini yaitu sebesar US$ 1.257.839 telah dibayarkan oleh Perusahaan pada tahun
2009 dan sisanya sebesar US$ 367.161 dibayarkan oleh Perusahaan pada tahun 2010.
Sepanjang tahun 2010, Damiano Investments BV., Belanda juga telah menyediakan pinjaman modal
kerja sebesar US$ 4.333.000 sebagai bagian dari Third Loan Agreement atas belanja barang modal.
Pinjaman ini telah dibayarkan secara bertahap sejak bulan Pebruari 2011 sampai dengan Juni 2011.
Sepanjang tahun 2011, Damiano Investments BV., Belanda juga telah menyediakan pinjaman modal
kerja sebesar US$ 8.500.000 sebagai bagian dari Third Loan Agreement atas belanja barang modal.
Pinjaman ini akan dibayarkan oleh Perusahaan pada bulan Desember 2012.
Seluruh pinjaman modal kerja dinyatakan dalam mata uang Dolar Amerika Serikat
Untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2011 dan 2010, beban bunga atas
pinjaman modal kerja dari Damiano Investment BV., Belanda masing-masing sebesar
Rp 40.178.444.642 dan Rp 39.470.011.450, dan disajikan sebagai beban bunga dan administrasi bank
pada laporan laba rugi komprehensif konsolidasian (Catatan 44).
Nilai wajar dan nilai tercatat atas liabilitas keuangan jangka panjang adalah sebagai berikut :
31 Desember 2011 :
Jatuh tempo dalam satu tahun 75.009.509.860 77.078.000.000
Utang jangka panjang – setelah dikurangi bagian
yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun 122.055.330.344 131.486.000.000
31 Desember 2010 :
Jatuh tempo dalam satu tahun 38.632.756.444 38.958.003.000
Utang jangka panjang – setelah dikurangi bagian
yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun 309.784.959.246 326.174.259.309
Nilai wajar dari liabilitas keuangan jangka panjang ditentukan dengan cara memperhitungkan nilai
kini pada saat tanggal laporan posisi keuangan konsolidasian, dengan menggunakan metode suku
bunga efektif tetap yang tersedia pada Perusahaan. Tidak ada perubahan nilai wajar yang dibukukan
pada laporan laba rugi komprehensif konsolidasian selama tahun berjalan sebagai liabilitas keuangan
yang dinyatakan sebesar nilai amortisasi pada laporan posisi keuangan konsolidasian.
Pada tahun 2011, pinjaman modal kerja dari Damiano Investments BV., Belanda menggunakan
piutang usaha, persediaan dan aset tetap Perusahaan sebagai jaminan (Catatan 7, 9 dan 16). Dan pada
tahun 2010, pinjaman modal kerja dari Damiano Investments BV., Belanda menggunakan piutang
usaha dan persediaan Perusahaan sebagai jaminan (Catatan 7 dan 9).
83
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Pada tanggal 31 Desember 2010, suku bunga dan periode sewa pembiayaan adalah sebagai berikut :
Pembayaran sewa pembiayaan minimum di masa yang akan datang per 31 Desember 2011 dan 2010
adalah sebagai berikut :
2011 2010
Rp Rp
Jumlah pembayaran minimum – 43.978.549.340
Dikurangi : Bunga sewa pembiayaan – (5.308.426.390)
Utang sewa pembiayaan – 38.670.122.950
Dikurangi : Utang jangka panjang yang jatuh tempo
dalam satu tahun – (38.670.122.950)
Utang jangka panjang – setelah dikurangi bagian yang
Jatuh tempo dalam waktu satu tahun – –
84
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Pada tahun 2007, PT Koexim BDN Finance (dahulu PT Koexim Mandiri Finance) mengajukan
tuntutan kepada Pengadilan Tinggi Jakarta untuk pengembalian aset sewa pembiayaannya.
Pada tahun 2010, PT Hanil Bakrie Finance Corporation bersama dengan PT Koexim BDN Finance
(dahulu PT Koexim Mandiri Finance) mengajukan tuntutan pailit melalui Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat kepada Entitas Anak. Dan pada tanggal 19 Agustus 2011, Pengadilan Niaga Jakarta Pusat telah
mengumumkan bahwa Entitas Anak (PT Texmaco Jaya Tbk) telah dinyatakan pailit dan insolvensi.
Pengurangan pada tahun 2011 merupakan pengurangan utang sewa pembiayaan dimana laporan
keuangan Entitas Anak (PT Texmaco Jaya Tbk) tidak dikonsolidasi pada tahun 2011 akibat Entitas
Anak dinyatakan pailit dan insolvensi sehingga Perusahaan kehilangan pengendaliannya (Catatan 46).
Nilai tercatat dari utang sewa pembiayaan tidak ditentukan secara individual karena nilai tercatatnya
dipertimbangkan telah mendekati nilai wajarnya.
Rincian utang sewa pembiayaan menurut jenis mata uang adalah sebagai berikut :
2011 2010
Rp Rp
Dollar Amerika Serikat
(US$ 4.300.981 pada tahun 2010) – 38.670.122.950
85
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Berdasarkan perjanjian tanggal 5 Agustus 2008, Perusahaan memperoleh kredit pembiayaan dari
PT Astra Sedaya Finance untuk membeli sebuah mobil (Honda All New CRV) dengan harga beli
sebesar Rp 200.200.000 dan suku bunga efektif sebesar 8,25% setahun, yang dibayar secara cicilan
setiap bulannya terhitung dari tanggal 30 Agustus 2008 sampai dengan 30 Juli 2012. Pada tanggal
31 Desember 2011 dan 2010, saldo utang kredit pembiayaan masing-masing sebesar Rp 29.195.845
dan Rp 79.245.841.
Berdasarkan perjanjian tanggal 28 Desember 2009, Perusahaan memperoleh kredit pembiayaan dari
PT Toyota Astra Financial Services untuk membeli sebuah mobil (Toyota Innova) dengan harga beli
sebesar Rp 164.850.000 dan suku bunga efektif sebesar 6,00% setahun, yang dibayar secara cicilan
setiap bulannya terhitung dari tanggal 30 Desember 2009 sampai dengan 30 Nopember 2011. Pada
tanggal 31 Desember 2011 dan 2010, saldo utang kredit pembiayaan masing-masing sebesar Rp Nihil
dan Rp 75.556.250.
Berdasarkan perjanjian tanggal 24 Mei 2010, Perusahaan memperoleh kredit pembiayaan dari
PT Staco Estetika Sedaya Finance untuk membeli sebuah mobil (Toyota Fortuner) dengan harga beli
sebesar Rp 513.000.000 dan suku bunga efektif sebesar 12,83% setahun, yang dibayar secara cicilan
setiap bulannya terhitung dari tanggal 28 Mei 2010 sampai dengan 28 April 2013. Pada tanggal
31 Desember 2011 dan 2010, saldo utang kredit pembiayaan masing-masing sebesar Rp 252.341.940
dan Rp 415.331.575.
Berdasarkan perjanjian tanggal 14 Desember 2010, Perusahaan memperoleh kredit pembiayaan dari
PT Andalan Finance Indonesia untuk membeli sebuah mobil (Toyota Innova) dengan harga beli
sebesar Rp 137.547.400 dan suku bunga efektif sebesar 10,04% setahun, yang dibayar secara cicilan
setiap bulannya terhitung dari tanggal 10 Desember 2010 sampai dengan 10 Nopember 2013. Pada
tanggal 31 Desember 2011 dan 2010, saldo utang kredit pembiayaan masing-masing sebesar
Rp 91.836.615 dan Rp 133.141.400.
Berdasarkan perjanjian tanggal 14 Desember 2010, Perusahaan memperoleh kredit pembiayaan dari
PT Andalan Finance Indonesia untuk membeli sebuah mobil (Toyota Innova) dengan harga beli sebesar
Rp 137.547.400 dan suku bunga efektif sebesar 10,04% setahun, yang dibayar secara cicilan setiap
bulannya terhitung dari tanggal 10 Desember 2010 sampai dengan 10 Nopember 2013. Pada tanggal
31 Desember 2011 dan 2010, saldo utang kredit pembiayaan masing-masing sebesar Rp 91.836.615
dan Rp 133.141.400.
Berdasarkan perjanjian tanggal 14 Desember 2010, Perusahaan memperoleh kredit pembiayaan dari
PT Andalan Finance Indonesia untuk membeli sebuah mobil (Toyota Fortuner) dengan harga beli
sebesar Rp 346.385.800 dan suku bunga efektif sebesar 10,03% setahun, yang dibayar secara cicilan
setiap bulannya terhitung dari tanggal 10 Desember 2010 sampai dengan 10 Nopember 2013. Pada
tanggal 31 Desember 2011 dan 2010, saldo utang kredit pembiayaan masing-masing sebesar
Rp 231.261.986 dan Rp 335.291.800.
Berdasarkan perjanjian tanggal 16 Juni 2011, Perusahaan memperoleh kredit pembiayaan dari
PT Astra Sedaya Finance untuk membeli sebuah mobil (Isuzu Elf) dengan harga beli sebesar
Rp 185.598.390 dan suku bunga efektif sebesar 10,24% setahun, yang dibayarkan secara cicilan setiap
bulannya terhitung dari tanggal 19 Juli 2011 sampai dengan 19 Juni 2014. Pada tanggal 31 Desember
2011, saldo utang kredit pembiayaan sebesar Rp 158.471.324.
86
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Berdasarkan perjanjian tanggal 20 Juni 2011, Perusahaan memperoleh kredit pembiayaan dari
PT Astra Sedaya Finance untuk membeli sebuah mobil (Toyota Avanza) dengan harga beli sebesar
Rp 119.640.000 dan suku bunga efektif sebesar 10,74% setahun, yang dibayarkan secara cicilan setiap
bulannya terhitung dari tanggal 22 Juli 2011 sampai dengan 22 Juni 2014. Pada tanggal 31 Desember
2011, saldo utang kredit pembiayaan sebesar Rp 102.266.933.
Jumlah beban bunga atas utang kredit pembiayaan yang telah dibayar untuk tahun yang berakhir pada
tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 masing-masing sebesar Rp 136.723.195 dan Rp 74.093.904, dan
disajikan pada beban bunga dan administrasi bank pada laporan laba rugi komprehensif konsolidasian
(Catatan 44).
Nilai wajar dari liabilitas keuangan jangka panjang – utang kredit pembiayaan pada tanggal
31 Desember 2011 dan 2010 ditentukan dengan memperhitungkan nilai kini pada saat tanggal laporan
posisi keuangan konsolidasian, dengan menggunakan metorde suku bunga pasar yang efektif tersedia
pada Perusahaan. Tidak ada perubahan nilai wajar yang dibukukan pada laporan laba rugi
komprehensif konsolidasian selama tahun berjalan sebagai liabilitas keuangan yang dinyatakan sebesar
nilai amortisasi pada laporan posisi keuangan konsolidasian.
Pihak ketiga :
Uang muka pensiun 16.758.187.956 40.345.843.127
Pengangkutan 7.358.516.613 16.023.169.568
Uang muka pelanggan 3.560.869.965 24.024.047.064
Asuransi 2.256.989.205 12.024.244.707
Lain-lain 8.638.697.524 8.788.133.170
38.573.261.263 101.205.437.636
− 54.459.900.950
87
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Pengurangan pada tahun 2011 merupakan pengurangan utang sewa pembiayaan dimana laporan
keuangan Entitas Anak (PT Texmaco Jaya Tbk) tidak dikonsolidasi pada tahun 2011 akibat Entitas
Anak dinyatakan pailit sehingga Perusahaan kehilangan pengendaliannya (Catatan 46).
Nilai wajar dari liabilitas keuangan jangka pendek tidak ditentukan secara individual karena nilai
tercatatnya dipertimbangkan telah mendekati nilai wajarnya.
Pada tanggal 20 Juni 2000, Menteri Tenaga Kerja menerbitkan Keputusan No. Kep-150/Men/2000
mengenai aturan besarnya kompensasi disertai ketentuan yang mendasari pemberian kompensasi
tersebut, yang mengharuskan entitas untuk membayar uang jasa dan kompensasi sehubungan dengan
pengunduran diri karyawan atas dasar jumlah tahun masa kerja dan gaji, apabila pengunduran diri
memenuhi ketentuan yang diatur dalam Keputusan tersebut. Kemudian pada bulan April 2003,
Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13/2003
menggantikan Keputusan No. KEP-150/Men/2000. Sehubungan dengan hal ini, pada tanggal
31 Desember 2011 dan 2010, Perusahaan membukukan liabilitas imbalan pasca kerja.
Jumlah yang diakui di dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian atas imbalan pasca kerja
adalah sebagai berikut :
2011 2010
Rp Rp
Jumlah yang diakui di dalam laporan posisi keuangan konsolidasian yang merupakan liabilitas
Perusahaan terhadap imbalan pasca kerja adalah sebagai berikut :
2011 2010
Rp Rp
88
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Mutasi liabilitas bersih di dalam laporan posisi keuangan konsolidasian adalah sebagai berikut :
2011 2010
Rp Rp
Perhitungan aktuaria tersebut di atas telah dihitung oleh aktuaris PT Sienco Aktuarindo Utama pada
tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 dengan menggunakan asumsi sebagai berikut :
Manajemen telah menelaah asumsi yang digunakan dan berpendapat bahwa asumsi tersebut telah
memadai dan juga berpendapat bahwa provisi atas uang jasa telah memadai untuk menutup liabilitas
yang ditentukan oleh UU Ketenagakerjaan No. 13/2003.
Berdasarkan akta notaris Januar Tirtaamidjaja, SH, No. 22 tanggal 15 Pebruari 1984, modal dasar
Perusahaan adalah sebesar Rp 15.000.000.000 yang terdiri dari 600 lembar saham dengan nilai
nominal sebesar Rp 25.000.000 per lembar. Modal ditempatkan sebesar Rp 7.500.000.000 atau
sebanyak 300 lembar saham dan yang telah disetor penuh sebesar Rp 1.500.000.000 atau sebanyak 60
lembar saham.
Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham dengan akta notaris Aulia Taufani, SH, No. 100 tanggal
27 Desember 2002, para pemegang saham Perusahaan menyetujui rencana perubahan Modal Dasar
dari semula Rp 8.500.000.000.000 menjadi Rp 16.000.000.000.000 dan Modal Ditempatkan dan
Disetor dari semula Rp 2.196.960.000.000 menjadi Rp 4.174.224.000.000.
Berdasarkan akta notaris Aulia Taufani, SH, No. 12 tanggal 4 Juli 2006 tentang perubahan Anggaran
Dasar Perusahaan dan Rapat Luar Biasa Pemegang Saham dengan akta notaris Aulia Taufani, SH,
No. 111 tanggal 21 Juni 2006, para pemegang saham telah menyetujui beberapa hal sebagai berikut :
89
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
• Modal dasar Perusahaan sebesar Rp 16.000.000.000.000 serta modal ditempatkan dan disetor
penuh sebesar Rp 4.174.224.000.000.
• Alokasi 83.484.480.000 lembar saham baru (seri C) dengan nilai nominal Rp 2 per saham
berdasarkan konversi utang menjadi modal. Saham baru sebesar 43.144.238.750 lembar untuk
kreditur tidak terjamin dan pemberi fasilitas modal kerja baru sedangkan sisanya sebanyak
40.340.241.250 lembar saham untuk kreditur terjamin.
• Membukukan agio saham hasil konversi saham menjadi modal sebesar Rp 5.574.513.535.500.
Akta notaris tersebut telah disetujui oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia berdasarkan
keputusannya No. C-25038.HT.01.04.TH.2006 tanggal 28 Agustus 2006 dan telah didaftarkan di
Departemen Industri dan Perdagangan No. 233/BH-1/IX/2006 tanggal 1 September 2006.
Pada tanggal 31 Desember 2006, modal dasar Perusahaan sebesar Rp 16.000.000.000.000 terdiri dari
247.145.100.800 lembar saham dengan pengelompokkan sebagai berikut :
• 17.000.000.000 lembar saham seri A dengan nilai nominal Rp 500 per saham.
• 146.660.620.800 lembar saham seri B dengan nilai nominal Rp 50 per saham.
• 83.484.480.000 lembar saham seri C dengan nilai nominal Rp 2 per saham.
Dan modal ditempatkan dan disetor penuh sebesar Rp 2.283.248.477.500 yang terdiri dari
4.393.920.000 lembar saham seri A dan 43.144.238.750 lembar saham seri C.
Pada bulan Pebruari 2008, Perusahaan melakukan perubahan Anggaran Dasar Perusahaan sehubungan
reverse stock yang dilakukan dengan rasio 20 berbanding 1. Dan menurut akta notaris Sutjipto, SH,
No. 91 tanggal 21 Pebruari 2008 tentang Perubahan Anggaran Dasar Perusahaan. Modal saham
Perusahaan sebesar Rp 16.000.000.000.000 terbagi atas 12.357.255.040 lembar saham dengan
pengelompokan sebagai berikut :
• 850.000.000 lembar saham seri A dengan nilai nominal Rp 10.000 per saham.
• 7.333.031.040 lembar saham seri B dengan nilai nominal Rp 1.000 per saham.
• 4.174.224.000 lembar saham seri C dengan nilai nominal Rp 40 per saham.
Akta notaris tersebut telah disetujui oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia berdasarkan keputusannya No. AHU-10588.AH.01.02 Tahun 2008 tanggal 3 Maret 2008.
Modal ditempatkan dan disetor penuh seluruhnya sebesar Rp 4.174.224.000.000 (26%) terbagi atas :
• 219.696.000 lembar saham dengan nilai nominal sebesar Rp 10.000 per saham atau seluruhnya
sebesar Rp 2.196.960.000.000.
• 1.890.975.522 lembar saham dengan nilai nominal sebesar Rp 1.000 per saham atau seluruhnya
sebesar Rp 1.890.975.522.000.
• 2.157.211.950 lembar saham dengan nilai nominal sebesar Rp 40 per saham atau seluruhnya
sebesar Rp 86.288.478.000.
90
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Dan susunan pemegang saham pada tanggal 21 Pebruari 2008 menurut akta notaris adalah sebagai
berikut :
Menurut Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang diadakan pada tanggal 24 Maret
2009 yang telah dikukuhkan dalam akta notaris Sutjipto, SH, notaris di Jakarta, No 91 tanggal
24 Maret 2009, Pemegang Saham setuju untuk melakukan penambahan modal tanpa hak memesan
efek terlebih dahulu melalui pemberian hak opsi kepada manajemen dan karyawan Perusahaan
(Management Employee Stock Option Programme / MESOP). Saham yang dikeluarkan adalah
sebanyak 5% dari jumlah saham yang ditempatkan dan disetor (sebanyak 118.845.397 lembar saham
seri C). Akta notaris ini ini telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia dengan Surat Keputusan No. AHU-0052619.AH.01.09.Tahun 2009 tanggal 14 Agustus
2009. Berdasarkan rencana Perusahaan yang telah dilaporkan ke Bursa Efek Indonesia melalui surat
tertanggal 17 Maret 2009, program ini akan diimplementasikan pada periode sebagai berikut :
Program tersebut telah diimplementasikan pada tanggal 5 Maret 2012 berdasarkan akta notaris Aryanti
Artisari, SH, M.Kn., No. 107 tanggal 23 Pebruari 2012. Akta notaris tersebut telah disahkan oleh
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan Surat Keputusan No. AHU-0018443.AH.01.09 Tahun
2012 tanggal 29 Pebruari 2012 (Catatan 55).
Susunan kepemilikan saham Perusahaan pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 berdasarkan
catatan pemegang saham yang dikeluarkan oleh Kantor Administrasi Saham, PT Datindo Entrycom
adalah sebagai berikut :
91
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
2011
Jumlah lembar Persentase Jumlah
Pemegang Saham Saham Kepemilikan Rp
%
Saham Seri A:
Saham Seri B: – – –
Saham Seri C:
2010
Jumlah lembar Persentase Jumlah
Pemegang Saham Saham Kepemilikan Rp
%
Saham Seri A:
Saham Seri B: – – –
Saham Seri C:
92
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Saham Seri C yang belum diambil merupakan saham baru yang belum ditukarkan oleh kreditur
(melalui The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited, Hong Kong – custodian).
sehingga nama pemegang sahamnya belum didaftarkan di PT Datindo Entrycom (administrator
saham).
Berdasarkan akta notaris DR. H. Teddy Anwar, SH, Spn, No. 111 tanggal 16 Agustus 2002, sebagian
saham PT Multikarsa Investama sebanyak 2.454.081.290 saham (atau 122.704.064 saham setelah
penggabungan saham) telah dijual kepada PT Bina Prima Perdana. Namun menurut catatan yang
dibuat oleh PT Datindo Entrycom masih terdaftar atas nama PT Multikarsa Investama.
Bapak Seeniappa Jegatheesan adalah Direktur Perusahaan untuk tahun 2011 dan 2010 dengan
kepemilikan saham masing-masing sejumlah 2.388 lembar saham dari jumlah modal disetor.
Saham baru seri C (2.157.211.950 lembar saham) yang dikeluarkan sebagai hasil dari konversi utang
menjadi modal telah diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia sejak tanggal 1 Oktober 2007.
Berdasarkan perubahan anggaran dasar Perusahaan tanggal 4 Juli 2006 melalui akta notaris Aulia
Taufani, SH, No. 12, Perusahaan telah mencatat saham yang diterbitkan sebesar
Rp 5.660.802.013.000, modal ditempatkan dan disetor penuh sebesar Rp 86.288.477.500 dan
tambahan modal disetor sebesar Rp 5.574.513.535.500.
93
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Berdasarkan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan sebagaimana tercantum dalam
akta No. 351 tanggal 23 Juni 1997 dan akta No. 402 tanggal 24 Juni 1996 dari Adam Kasdarmadji,
SH, notaris di Jakarta, disetujui penyisihan cadangan umum sebesar Rp 8.280.000.000 dari saldo laba,
guna memenuhi ketentuan pasal 61 Undang-undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.
Pada tahun 2011 dan 2010, Perusahaan tidak membuat tambahan cadangan karena akumulasi
defisitnya.
Pada tahun 2011 dan 2010, kepentingan nonpengendali merupakan kepentingan nonpengendali atas
liabilitas bersih dari Entitas Anak yang terdiri dari :
Kepentingan nonpengendali
(8% kepemilikan di
PT Texmaco Jaya Tbk) (141.161.474.525) 943.974.259 140.217.500.266 −
Kepentingan nonpengendali
(8% kepemilikan di
PT Texmaco Jaya Tbk) (141.298.433.597) 136,959,072 (141.161.474.525)
Pengurangan pada tahun 2011 merupakan pengurangan kepentingan nonpengendali dimana laporan
keuangan Entitas Anak (PT Texmaco Jaya Tbk) tidak dikonsolidasi pada tahun 2011 akibat Entitas
Anak dinyatakan pailit dan insolvensi sehingga Perusahaan kehilangan pengendaliannya. Sebagai
konsekuensinya, saldo kepentingan nonpengendali dihapuskan dari laporan posisi keuangan
konsolidasian dan dikoreksi ke saldo laba (akumulasi defisit).
• Akun ini berkaitan dengan penyelesaian klaim asuransi atas persediaan yang rusak atau hilang.
Penyelesaian klaim tersebut telah diterima oleh Perusahaan pada tahun 2011 dan 2010 yang
masing-masing sebesar Rp 755.425.253 dan Rp 3.912.505.783.
94
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Lokal
Yarn 1.909.504.926.661 1.497.045.636.355
Fibre 1.971.954.154.015 1.462.683.852.276
Chips 491.565.571.862 419.610.560.478
Fleece (Knitting) 18.132.138.775 7.232.632.142
Bonded (Coating) 1.744.343.436 –
Lain-lain 4.200.966.101 2.542.385.738
4.397.102.100.850 3.389.115.066.989
Ekspor
Yarn 915.855.123.426 840.406.886.152
Fibre 108.085.709.087 95.320.757.623
Fleece (Knitting) 12.003.304.053 10.888.875.360
Chips 104.395.872.630 64.408.933.664
PTA 39.219.695.987 55.300.955.040
Bonded (Coating) 561.427.017 7.956.368
1.180.121.132.200 1.066.334.364.207
Pada tahun 2011 dan 2010, total penjualan bersih fleece, bonded dan garment masing-masing sebesar
Rp 32.441.213.281 dan Rp 18.178.206.884 merupakan penjualan kepada pihak ketiga. Produk ini
diproduksi oleh PT Texmaco Jaya Tbk (dalam pailit) berdasarkan sistem maklon.
Pada tahun 2011 dan 2010, tidak ada penjualan kepada pihak yang berelasi.
Pada tahun 2011 dan 2010, tidak terdapat penjualan pihak ketiga yang melebihi 10% dari jumlah
pendapatan usaha.
95
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Pada tahun 2011 dan 2010, pendapatan usaha lainnya dari fleece, bonded dan garment sebesar
Rp 950.229.762 dan Rp 1.183.480.496, yang merupakan pendapatan usaha lain dari pihak ketiga.
Produk ini diproduksi oleh PT Texmaco Jaya Tbk (dalam pailit) berdasarkan basis maklon.
Pada tahun 2011 dan 2010, tidak terdapat penjualan kepada pihak yang berelasi.
Pada tahun 2011 dan 2010, tidak terdapat pendapatan usaha lainnya yang diterima dari pihak ketiga
yang melebihi 10% dari jumlah pendapatan usaha.
Pada tahun 2011 dan 2010, bahan baku yang digunakan mencakup bahan baku yang digunakan untuk
produk fleece, bonded dan garment masing-masing sebesar Rp 2.691.635.441 dan Rp 8.160.290.605.
Pada tahun 2011 dan 2010, tidak ada pembelian dari pihak yang berelasi.
96
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Pada tahun 2011, pembelian dari pihak ketiga yang melebihi 10% dari jumlah pembelian :
2011
Rp Persentase
Pada tahun 2010, pembelian dari pihak ketiga yang melebihi 10% dari jumlah pembelian :
2010
Rp Persentase
Pada tahun 2011, biaya proses (jasa maklon) sebesar Rp 21.319.629.246 merupakan biaya proses
kepada PT Texmaco Jaya Tbk (dalam pailit) sebesar Rp 1.964.544.819, kepada PT Multikarsa
Investasma sebesar Rp 19.154.680.113 dan kepada pihak ketiga sebesar Rp 200.404.314. Dan pada
tahun 2010, biaya proses (jasa maklon) sebesar Rp 18.414.449.509 merupakan biaya proses kepada
PT Multikarsa Investama (Catatan 47).
97
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
98
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Pada tanggal 19 Agustus 2011, Pengadilan Niaga Jakarta Pusat mengumumkan bahwa PT Texmaco
Jaya Tbk (Entitas Anak) dalam kondisi pailit dan insolvensi. Dimana efektif pada tanggal tersebut,
Entitas Anak menjadi berada dibawah pengendalian Pengadilan, dan menyebabkan Perusahaan
kehilangan pengendaliannya atas Entitas Anak. Pengadilan juga sudah menunjuk Hakim Pengawas
dan tim Kurator untuk menjaga nilai aset pailit dan memonitor operasional serta arus kas dari Entitas
Anak.
Menurut PSAK No. 4 (Revisi 2009), ketika Entitas Induk kehilangan pengendalian atas suatu Entitas
Anak, maka Entitas Induk harus menghentikan pengakuan aset dan liabilitas pada Entitas Anak pada
nilai tercatat ketika pengendalian hilang, serta menghentikan pengakuan jumlah tercatat setiap
kepentingan nonpengendali pada entitas anak terdahulu pada tanggal hilangnya pengendalian.
99
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Pendapatan dan beban, keuntungan dan kerugian yang berhubungan dengan operasi Entitas Anak yang
dihentikan dieliminasi dengan laba atau rugi Perusahaan dari operasi yang normal, dan disajikan
terpisah di dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian. Laba operasi dari PT Texmaco Jaya
Tbk sampai dengan tanggal hilangnya pengendalian (19 Agustus 2011) adalah sebagai berikut :
1 Januari 2011 –
19 Agustus 2011
Rp
Pendapatan usaha −
Beban pokok penjualan (3.020.370.741)
Beban usaha :
Beban penjualan (17.320.754)
Beban umum dan administrasi (5.445.677.285)
100
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Nilai tercatat atas aset dan liabilitas pada PT Texmaco Jaya Tbk (dalam pailit) pada tanggal 19
Agustus 2011 adalah sebagai berikut :
19 Agustus 2011
Rp
Aset lancar :
Kas dan setara kas 303.966.452
Piutang lain-lain 196.758.067
Persediaan 2.845.608.129
Uang muka pembelian 423.489.363
Pajak dibayar dimuka 339.495.152
101
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Laporan keuangan PT Texmaco Jaya Tbk (Entitas Anak) untuk periode 1 Januari 2011 sampai dengan
19 Agustus 2011 disusun oleh Entitas Anak (Tidak Diaudit)
Karena Perusahaan hilang pengendalian pada Entitas Anak (PT Texmaco Jaya Tbk), maka Perusahaan
mengakui liabilitas bersih Entitas Anak sebesar Rp 656.593.951.279 sebagai keuntungan dari
pelepasan Entitas Anak, dan disajikan setelah pajak penghasilan pada laporan laba rugi komprehensif
konsolidasian.
Sampai saat ini, yang telah dilakukan oleh tim kurator adalah menyelesaikan proses verifikasi utang
dan dalam waktu dekat akan melakukan tender untuk menjual aset tetap berupa mesin dan peralatan
pabrik yang berada di Pemalang.
Dengan kepailitan atau akan dilikuidasinya Entitas Anak (PT Texmaco Jaya Tbk) hanya memiliki
pengaruh kecil terhadap operasional PT Asia Pacific Fibers Tbk (Entitas Induk), karena operasional
normal dari Entitas Anak telah berhenti sejak tahun 2004. Disamping itu, dengan adanya liabilitas
bersih Entitas Anak dan pelepasan Entitas Anak tersebut, PT Asia Pacific Fibers Tbk sebagai Entitas
Induk tidak mempunyai kewajiban atas penyelesaian utang kepada para kreditur dari Entitas Anak dan
juga Perusahaan tidak akan memperoleh keuntungan atas pelepasan Entitas Anak ini di kemudian hari.
Dalam kegiatan usahanya, Perusahaan dan Entitas Anak melakukan dengan pihak berelasi, yang
meliputi antara lain :
Persentase
terhadap jumlah
Aset/ Liabilitas
Pendapatan/ Beban
2011 2010 2011 2010
Rp Rp % %
102
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Persentase
terhadap jumlah
Aset/ Liabilitas
Pendapatan/ Beban
2011 2010 2011 2010
Rp Rp % %
Perusahaan dan Entitas Anak mempunyai aset dan liabilitas keuangan dalam mata uang asing pada
tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 dengan rincian sebagai berikut :
2 0 1 1 2 0 1 0
Mata uang Mata uang
Asing Ekuivalen asing Ekuivalen
Rp Rp
Aset
Piutang usaha :
Pihak ketiga US$ 50.084.099 454.162.610.766 47.394.372 426.122.801.634
103
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
48. ASET DAN LIABILITAS KEUANGAN DALAM MATA UANG ASING (Continued)
2 0 1 1 2 0 1 0
Mata uang Mata uang
Asing Ekuivalen asing Ekuivalen
Rp Rp
Liabilitas
Utang bank US$ 70.339.624 637.839.711.337 48.046.644 431.987.380.441
Utang terjamin US$ 805.630.342 7.305.445.942.522 805.630.342 7.243.422.406.179
EUR 15.688.978 184.172.764.863 15.688.978 187.574.142.730
YEN 3.001.711.400 350.609.346.911 3.001.711.400 331.044.642.262
CHF 45.902 442.327.333 45.902 440.670.916
Pinjaman jangka pendek US$ − − 22.963.248 206.462.566.302
Wesel bayar US$ − − 16.141.085 145.124.497.841
Utang usaha :
Pihak ketiga US$ 19.653.155 178.214.810.634 11.091.004 99.719.215.335
YEN 3.779.861 442.243.747 1.431.156 157.427.188
SGD 32.654 227.728.473 20.022 139.772.963
GBP 16.660 232.727.955 11.788 163.781.365
EUR 136.455 1.601.842.214 419.905 5.020.384.712
CHF − − 1.154 11.079.329
Utang pembelian aset tetap US$ − − 30.476 274.011.964
Biaya yang masih harus dibayar US$ 278.033 2.521.204.808 19.789.653 177.928.770.668
Utang tidak terjamin dan
wesel bayar US$ 21.945.011 198.997.359.748 21.077.129 189.504.468.044
Pinjaman modal kerja US$ 23.000.000 208.564.000.000 40.610.862 365.132.262.309
Utang sewa pembiayaan US$ − − 4.300.981 38.670.122.950
Utang lancar lainnya US$ 3.151.011 28.573.367.192 3.656.241 32.873.261.972
Pada tahun lalu, informasi segmen dilaporkan berdasarkan segmen bisnis dan geografi. Namun, efektif
1 Januari 2011, standar revisi mensyaratkan bahwa segmen operasi harus diidentifikasi berdasarkan
informasi yang dikaji ulang oleh para pengambil keputusan operasional, yang digunakan untuk tujuan
alokasi sumber daya dan penilaian segmen operasinya.
Perusahaan dan Entitas Anak melaporkan segmen seperti yang tertuang di dalam PSAK No. 5 (Revisi
2009) yang berdasarkan divisi operasional, yang sama dengan segmen bisnis di dalam standar
sebelumnya yaitu :
104
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Berikut ini adalah informasi segmen berdasarkan divisi operasional. Jumlah yang dilaporkan untuk
tahun lalu disajikan kembali untuk kesesuaian dengan PSAK No. 5 (Revisi 2009).
PENJUALAN SEGMEN :
Penjualan eksternal
Dalam negeri 4.380.949.278 20.826.712 − − − 4.401.775.990
Luar negeri 1.167.556.401 12.564.731 − − − 1.180.121.132
Penjualan antar segmen 2.009.782.637 217.800 − − (2.010.000.437) −
HASIL
Jumlah pendapatan
komprehensif tahun berjalan 610.156.282
LAPORAN POSISI
KEUANGAN ::
Aset segmen (3.691.174.745) (16.288.068) − (6.884.589.967) 6.908.847.043 (3.683.205.737)
INFORMASI LAINNYA :
Pengeluaran modal (80.755.719) (15.400) − − − (80.771.119)
105
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
PENJUALAN SEGMEN :
Penjualan eksternal
Dalam negeri 3.386.708.290 8.557.672 – – – 3.395.265.962
Luar negeri 1.055.437.532 10.902.106 – – – 1.066.339.638
Penjualan antar segmen 1.622.317.294 – – – (1.622.317.294) –
HASIL
Pendapatan komprehensif
lainnya 1.112.553
Jumlah pendapatan
komprehensif tahun berjalan 336.089.402
NERACA :
INFORMASI LAINNYA :
Operasional Perusahaan dan Entitas Anak dilakukan di dalam lima (5) area geografis. Proses divisi
industri kimia, serat sintetis, pertenunan dan perajutan dilakukan di Indonesia.
106
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Tabel dibawah ini menunjukkan distribusi dari pendapatan usaha Perusahaan dan Entitas Anak dari
pihak eksternal berdasarkan pasar geografisnya :
2011 2010
Rp 000 Rp 000
Tabel berikut ini menunjukkan bahwa nilai tercatat dari segmen aset tidak lancar dan penambahan aset
tetap berdasarkan area geografis dimana aset tersebut ditempatkan adalah sebagai berikut :
a. Akun penambahan biaya pengeluaran saham pada Entitas Anak (PT Texmaco Jaya Tbk) sebesar
Rp 4.950.019.100.
b. Kelebihan nilai tercatat atas aset tetap Entitas Anak (PT Texmaco Jaya Tbk) pada tahun lalu
sebesar Rp 39.952.146.244 dengan rincian sebagai berikut :
• Tanah senilai Rp 1.630.736.937
• Bangunan senilai Rp 5.527.493.699
• Mesin senilai Rp 32.793.915.608
Menurut PSAK No. 25, jumlah koreksi kesalahan sebesar Rp 44.902.165.344 yang berhubungan
dengan kesalahan tahun sebelumnya harus dilaporkan dengan mengkoreksi saldo awal dari saldo laba
(akumulasi defisit) yang tidak ditentukan penggunaannya dan merupakan bagian dari ekuitas yang
dapat diatribusikan kepada Entitas Induk.
107
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Dilaporkan
sebelumnya Disajikan kembali
Rp Rp
Aset tetap :
Pada tanggal 1 Januari 2010 2.290.009.443.015 2.250.057.296.771
Pada tanggal 31 Desember 2010 1.815.536.279.620 1.775.584.133.376
Akumulasi defisit –
yang tidak ditentukan penggunaannya :
Pada tanggal 1 Januari 2010 15.976.645.979.054 16.021.548.144.398
Pada tanggal 31 Desember 2010 15.641.806.088.203 15.686.708.253.547
• Direktorat Jenderal Pajak telah mengajukan Peninjauan Kembali (PK) terhadap putusan
pengadilan pajak atas pengembalian sejumlah Rp 13.090.399.058 pada tanggal 24 Nopember
2010. Jika Peninjauan Kembali yang diajukan dimenangkan oleh Direktorat Jenderal Pajak, maka
Perusahaan harus mengembalikan jumlah terutang beserta bunga yang harus dibayarkan sampai
dengan tanggal pengembalian. Sampai dengan tanggal selesainya laporan, hasilnya belum dapat
ditentukan.
• Efektif tanggal 19 Agustus 2011, Entitas Anak (PT Texmaco Jaya Tbk) menjadi berada dibawah
pengendalian Pengadilan, dan menyebabkan Perusahaan kehilangan pengendaliannya. Pengadilan
juga sudah menetapkan Hakim Pengawas dan tim kurator untuk menjaga aset pailit dan memonitor
operasional dan arus kas Entitas Anak tersebut. Liabilitas bersih Entitas Anak pada tanggal
tersebut adalah sebesar Rp 656.593.951.279. PT Asia Pacific Fibers Tbk yang merupakan Entitas
Induk tidak ada kewajiban atas utang kreditur dari Entitas Anak tersebut.
• Berdasarkan surat koresponden dengan PT Bina Prima Perdana tanggal 8 Agustus 2011, PT Bina
Prima Perdana mengajukan klaim terhadap Perusahaan selaku pemberi garansi atas beberapa
pinjaman yang diberikannya kepada Entitas Anak. Namun, manajemen Perusahaan menyatakan
bahwa garansi (promisory note) tersebut tidak pernah didaftarkan oleh PT Bina Prima Perdana
selama proses verifikasi utang yang dilakukan oleh kurator PT Asia Pacific Fibers Tbk (formerly
PT Polysindo Eka Perkasa Tbk) dalam proses pailit pada tahun 2005, dan sebagai konsekuensinya,
klaim dari PT Bina Prima Perdana tersebut adalah tidak sah. Disamping itu, proses restrukturisasi
hutang tidak terjamin PT Asia Pacific Fibers Tbk telah selesai dilakukan.
108
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Pada tanggal 1 April 2008, Perusahaan mengadakan perjanjian sewa dan maklon dengan PT Texmaco
Jaya Tbk untuk periode 12 bulan dan dapat diperbaharui. Perjanjian ini dibuat karena PT Texmaco
Jaya Tbk tidak mempunyai modal kerja yang cukup untuk melayani permintaan dari pelanggan.
Berdasarkan perjanjian ini, Perusahaan harus membayar biaya yang terdiri dari biaya maklon, sewa
gedung dan sewa mesin kepada PT Texmaco Jaya Tbk setiap bulannya. Biaya maklon diperhitungkan
berdasarkan hasil produksi.
Pada tanggal 3 Agustus 2009, Perusahaan mengadakan pembaharuan perjanjian maklon dengan
PT Texmaco Jaya Tbk untuk periode tiga (3) bulan dan dapat diperbaharui. Berdasarkan perjanjian
ini, Perusahaan harus membayar biaya maklon sebesar US$ 1,20 per yard dengan hasil produksi
minimum sebesar 100.000 yards kepada PT Texmaco Jaya Tbk setiap bulannya. Dan pada tanggal
23 Oktober 2009, Perusahaan setuju untuk memperpanjang perjanjian maklon/sewa untuk periode
tujuh (7) bulan dari tanggal 1 November 2009 sampai dengan 30 Juni 2010.
Berdasarkan pembaharuan perjanjian maklon dengan PT Texmaco Jaya Tbk pada tanggal 15 Juli
2010, Perusahaan setuju untuk perpanjangan periode selama lima belas (15) bulan yang dimulai dari
tanggal 1 Juli 2010 sampai dengan 30 September 2011 dan dapat diperbaharui. Berdasarkan perjanjian
ini, Perusahaan harus membayar biaya maklon sebesar US$ 1,20 per yard untuk periode tanggal 1 Juli
2010 sampai dengan 30 September 2010 dan US$ 0,75 per yard untuk periode dari tanggal 1 Oktober
2010 sampai dengan 30 September 2011.
Kemudian, berdasarkan perjanjian maklon dengan PT Texmaco Jaya Tbk pada tanggal 10 Januari
2011, Perusahaan setuju untuk perpanjangan periode selama lima (5) tahun yang dimulai dari tanggal
1 Januari 2011 sampai dengan 30 Desember 2016 dan dapat diperbaharui untuk periode tiga (3) tahun
kemudian. Berdasarkan perjanjian ini, Perusahaan harus membayar biaya maklon sebesar US$ 0,30
per kgs dan minimal sebesar US$ 50.000 setiap bulannya.
Berdasarkan perjanjian sewa tanah tanggal 15 Juni 2009 antara Perusahaan dengan PT Texmaco Jaya
Tbk (dalam pailit), Perusahaan setuju untuk menyewa tanah yang digunakan untuk 950 meter saluran
pipa gas, 1.500 meter saluran pipa air, 800 meter untuk fasilitas air pompa dan 1.000 meter kabel
listrik. Perjanjian ini berlaku untuk jangka waktu tiga puluh (30) tahun yang terhitung sejak tanggal
1 Januari 2010 sampai dengan 31 Desember 2040. Sebagai konsekuensinya, Perusahaan harus
membayar biaya sewa sebesar Rp 100.000.000 setiap bulannya.
Berdasarkan perjanjian sewa gudang tanggal 30 Maret 2011 antara Perusahaan dengan PT Texmaco
Jaya Tbk (dalam pailit), Perusahaan setuju untuk menyewa gudang selama sepuluh (10) bulan yang
dimulai dari tanggal 1 Maret 2011 sampai dengan 31 Desember 2011. Sebagai konsekuensinya,
Perusahaan harus membayar biaya sewa sebesar Rp 43.200.000 setiap bulannya.
Berdasarkan perjanjian sewa gudang tanggal 17 Nopember 2011 antara Perusahaan dengan
PT Texmaco Jaya Tbk (dalam pailit), Perusahaan setuju untuk menyewa gudang selama tiga (3) bulan
yang dimulai dari tanggal 17 Nopember 2011 sampai dengan 17 Pebruari 2012. Sebagai
konsekuensinya, Perusahaan harus membayar biaya sewa sebesar Rp 9.000.000 setiap bulannya.
109
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Berdasarkan perjanjian sewa tanggal 1 Agustus 2011 antara Perusahaan dengan PT Texmaco Taman
Synthetics, Perusahaan setuju untuk menyewa gudang guna menempatkan peralatan laboratorium
selama lima (5) tahun yang terhitung sejak tanggal 1 Agustus 2011 sampai dengan 31 Juli 2015.
Sebagai konsekuensinya, Perusahaan harus membayar biaya sewa sebesar Rp 99.000.000 setiap
bulannya.
Berdasarkan perjanjian tanggal 14 Agustus 2006 antara Perusahaan dengan PT Wismakarya Prasetya
yang mengacu pada pembelian tenaga listrik, uap dan gas dan berdasarkan notulen rapat tanggal
22 April 2010 tentang kesepakatan harga beli, dimana Perusahaan telah menyetujui untuk menaikan
harga beli sesuai kenaikan harga gas alam dari PT Perusahaan Gas Negara (Persero). Perusahaan harus
membayar tagihan atas tenaga listrik, uap dan gas sesuai pemakaiannya. Sebagai tambahan,
Perusahaan harus menanggung biaya pemeliharaan turbin sesuai dengan jam yang digunakan sebagai
bagian biaya pembelian listrik. Perjanjian ini berlaku untuk periode lima (5) tahun, dan jatuh tempo
pada tanggal 22 April 2015.
Perusahaan memiliki beragam eksposur risiko yang berasal dari instrumen keuangan, sedangkan
Entitas Anak tidak lagi dipengaruhi risiko keuangan karena sejak semester kedua tahun 2004, Entitas
Anak telah menghentikan kegiatan operasionalnya. Disamping itu, pada tanggal 19 Agustus 2011,
Pengadilan Niaga Jakarta Pusat juga telah mengumumkan bahwa Entitas Anak (PT Texmaco Jaya
Tbk) sudah dalam kondisi pailit dan insolvensi sehingga tim kurator akan menjaga aset pailit, dan
memonitor operasional serta arus kas dari Entitas Anak tersebut, dimana Perusahaan sebagai Entitas
Induk telah kehilangan pengendaliannya atas Entitas Anak tersebut. Tipe utama resiko yang ada
adalah risiko pasar, risiko kredit, dan risiko likuiditas.
Manajemen risiko dari Perusahaan memfokuskan secara aktif pada pengamanan atas arus kas jangka
pendek dan jangka menengah dengan meminimalkan risiko pada pasar keuangan.
Perusahaan tidak aktif berpartisipasi di dalam perdagangan aset keuangan untuk tujuan spekulasi atau
untuk mengambil pilihan. Risiko keuangan yang paling signifikan bagi Perusahaan akan diuraikan
dibawah ini.
a. Risiko pasar
Perusahaan memiliki eksposur terhadap risiko pasar melalui penggunaan instrumen keuangan dan
terutama pada risiko nilai tukar dan risiko suku bunga yang dihasilkan dari aktivitas operasional
dan aktivitas investasi.
110
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Kebanyakan transaksi Perusahaan dilakukan dalam beberapa mata uang asing. Eksposur
terhadap nilai tukar mata uang asing timbul karena penjualan dan pembelian Perusahaan yang
didominasi dalam mata uang US Dollar dan mata uang lainnya, selain Rupiah. Perusahaan
juga mempunyai kas dan setara kas dalam mata uang US Dollar.
Untuk mengurangi risiko Perusahaan terhadap risiko nilai tukar mata uang asing, Perusahaan
selalu memonitor arus kas dalam mata uang asingnya.
Aset dan liabilitas keuangan yang dinyatakan dalam mata uang asing, dilaporkan dalam mata
uang Rupiah dengan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal laporan posisi
keuangan konsolidasian, dan rinciannya disajikan pada catatan atas aset dan liabilitas
keuangan dalam mata uang asing (Catatan 48).
Kebijakan Perusahaan untuk mengelola aset keuangannya dalam mata uang asing dilakukan
dengan menyediakan dana untuk menyelesaikan liabilitas keuangan dalam mata uang asing.
Pada tanggal 31 Desember 2011, liabilitas keuangan dalam mata uang asing telah melebihi
jumlah aset keuangan yang masing-masing sebesar Rp 8.570.038.216.431. Hal ini disebabkan
karena adanya utang terjamin milik Perusahaan yang belum selesai direstrukturisasi yaitu
sebesar Rp 7.840.670.381.629. Dengan demikian, selisih lebih liabilitas keuangan diatas aset
keuangan tanpa mempertimbangkan faktor utang yang belum direstrukturisasi tersebut diatas
adalah sebesar Rp 729.367.834.802. Jumlah ini menggambarkan nilai yang akan dibayarkan
saat jatuh tempo.
Kebijakan Perusahaan untuk meminimalkan eksposur risiko arus kas pendanaan jangka
panjang. Bunga atas pinjaman jangka panjang biasanya dalam tingkat tetap (fixed interest
rates). Pada tanggal 31 Desember 2011, Perusahaan mempunyai bunga dengan tingkat bunga
tetap (fixed interest rates) atas pinjaman kepada pihak bank, pihak ketiga dan pihak berelasi,
dimana tidak ada risiko tingkat bunga pada Perusahaan.
b. Risiko kredit
Risiko kredit adalah risiko dimana Perusahaan akan mengalami kerugian yang timbul dari
pelanggan. Eksposur Perusahaan terhadap risiko ini berasal dari beragam instrumen keuangan,
seperti jaminan atas piutang dan uang muka penjualan baik yang berasal dari pelanggan maupun
dari pihak yang berelasi.
111
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Perusahaan terus memonitor pelanggan dan pihak lainnya yang kemungkinan gagal dalam
memenuhi liabilitasnya, dengan cara mengidentifikasi baik secara individu maupun secara grup,
serta berkaitan dengan ketersediaan informasi lainnya di dalam memonitor risiko kredit.
Perusahaan mempunyai kebijakan hanya akan melakukan kegiatan transaksi dengan pihak yang
yang mempunyai prospek di masa depan. Selain itu, untuk penjualan tertentu, penerimaan uang
muka atas penjualan harus dilakukan untuk mencegah timbulnya risiko tersebut.
Risiko kredit yang dihadapi oleh Perusahaan sesuai dengan nilai tercatat pada aset keuangan di
dalam laporan posisi keuangan konsolidasian pada tanggal 31 Desember 2011 adalah sebagai
berikut:
2011
Rp
Pertimbangan terhadap risiko kredit untuk kas dan setara kas serta investasi jangka pendek
dapat diabaikan, karena pihak yang terkait adalah bank yang mempunyai reputasi dengan
kualitas rating kredit eksternal yang tinggi. Perusahaan secara aktif memonitor saldo kas dan
setara kas secara mingguan.
Sehubungan dengan piutang usaha, Perusahaan tidak memiliki eksposur yang signifikan
terhadap risiko kredit dari para pelanggan baik secara individual maupun secara grup. Piutang
usaha Perusahaan terdiri dari banyak pelanggan. Berdasarkan informasi historis, tingkat
kegagalan dalam pelunasan piutang dari para pelanggan adalah kecil karena pembayaran dari
pelanggan biasanya diterima oleh Perusahaan dalam batas waktu kredit. Lagipula, penjualan
Perusahaan dalam jumlah yang signifikan biasanya dilakukan dengan penerimaan uang muka
terlebih dahulu dari pelanggan (prefinance). Dengan demikian, manajemen Perusahaan
berpendapat bahwa kualitas kredit atas saldo piutang usaha tidak diperlukan adanya
penurunan nilai.
112
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
PT Adetex berutang kepada Perusahaan sebesar Rp 682 juta yang telah jatuh tempo lebih dari
12 bulan. Saat ini, perjanjian untuk proses maklon sedang didiskusikan dengan mereka untuk
dilakukan penyesuaian dengan jumlah piutang mereka
Dalam piutang lain-lain, Perusahaan tidak memiliki eksposur yang signifikan terhadap risiko
kredit dari para pelanggan baik secara individual maupun secara grup. Berdasarkan informasi
historis tentang tingkat kegagalan dari para pelanggan, manajemen mempertimbangkan bahwa
kualitas kredit dari piutang lain-lain, bersih tidak perlu dilakukan penurunan nilai.
Piutang dengan pihak berelasi disini merupakan piutang kepada PT Multikarsa Investama
(related party). Manajemen Perusahaan menyatakan bahwa tidak ada indikasi penurunan nilai
yang dapat diukur dari estimasi arus kas di masa yang akan datang, karena PT Multikarsa
Investama sedang dalam proses restrukturisasi dengan PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA).
Disamping itu, nilai tercatat akan disesuaikan pada waktu restrukturisasi selesai.
Manajemen Perusahaan menyatakan tidak ada indikasi penurunan nilai yang dapat diukur dari
estimasi arus kas di masa yang akan datang, karena Perusahaan sedang dalam proses
restrukturisasi dengan PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA). Disamping itu, nilai tercatat akan
disesuaikan pada waktu restrukturisasi.
c. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko yang terjadi saat Perusahaan tidak dapat memenuhi liabilitasnya
pada saat jatuh tempo. Risiko ini melekat di dalam operasional Perusahaan yang dapat
dipengaruhi oleh institusi spesifik dan situasi pasar dunia.
Pada kondisi normal, Perusahaan mengelola kebutuhan likuiditasnya dengan cara memonitor
jadwal pembayaran utang jangka pendek secara hati-hati yang diakibatkan karena adanya bisnis
harian. Kebutuhan likuiditas di monitor di berbagai waktu, hari-demi-hari, minggu-demi-minggu,
berdasarkan proyeksi 90 harian.
113
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Liabilitas keuangan lancar yang akan jatuh tempo termasuk utang bank untuk pengadaan bahan
baku telah sepenuhnya dicakup di dalam aset lancar Perusahaan yang dapat dikonversi menjadi
uang tunai dalam waktu singkat. Pinjaman jangka panjang lainnya memiliki tingkat suku bunga
dan jadwal pembayaran yang pasti, yang telah dianggarkan sepenuhnya dalam perkiraaan arus kas
tiga (3) bulanan. Perusahaan tidak memiliki liabilitas yang sudah jatuh tempo baik jangka pendek
maupun jangka panjang, kecuali utang berjamin yang sedang dalam proses restrukturisasi
Pada tanggal 31 Desember 2011, liabilitas keuangan Perusahaan disajikan sebagai berikut :
2011
Rp
Utang bank 637.839.711.337
Utang terjamin 9.185.233.096.043
Utang usaha 215.808.272.379
Biaya yang masih harus dibayar 413.557.919.140
Utang kredit pembiayaan 957.211.258
Pinjaman modal kerja 208.564.000.000
Utang tidak terjamin dan wesel bayar 198.997.359.748
Utang lancar lainnya 38.573.261.263
Jumlah liabilitas keuangan 10.899.530.831.168
Tujuan Perusahaan mengelola risiko modal adalah untuk menjaga kemampuan Perusahaan dalam
melanjutkan usahanya sebagai suatu entitas yang mempunyai kelangsungan hidup, dan untuk
memastikan struktur permodalan yang optima serta pengembalian kepada pemegang saham.
Gearing ratio pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 adalah sebagai berikut :
2011 2010
Rp Rp
Jumlah pinjaman 10.230.634.167.128 10.599.971.352.461
Dikurangi :
Kas dan setara kas (31.177.273.662 (87.892.873.462 )
Investasi jangka pendek (3.000.000.000) (1.000.000.000)
Rekening bank yang dibatasi penggunaannya (10.345.623.643) (17.129.600.731)
Utang bersih 10.186.111.269.823 10.493.948.878.268
Jumlah defisiensi (7.342.046.634.232) (7.952.202.916.163)
Gearing ratio (139% ) (133% )
114
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
Jumlah pinjaman tersebut termasuk utang terjamin yang belum direstrukturisasi sebesar Rp 9.185
triliun. Perusahaan akan merestrukturisasi utang ini pada tingkat yang berkelanjutan dimana tahap
negosiasi dengan kreditur terjamin termasuk PPA/BPP sedang berlangsung. Jika usulan Perusahaan
mengenai konversi utang menjadi modal diterima, maka hal ini akan memperbaiki struktur modal
gearing Perusahaan.
• Berdasarkan perjanjian sewa gudang tanggal 2 Januari 2012 antara Perusahaan dengan
PT Texmaco Jaya Tbk (dalam pailit), Perusahaan setuju untuk menyewa mesin chiller selama satu
(1) tahun yang terhitung sejak tanggal 2 Januari 2012 sampai dengan 31 Desember 2012. Sebagai
konsekuensinya, Perusahaan harus membayar biaya sewa sebesar Rp 5.000.000 per bulan.
• Berdasarkan akta notaris Aryanti Artisari, SH, M.Kn, No. 107 tanggal 23 Pebruari 2012,
Pemegang Saham setuju untuk melakukan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih
dahulu melalui pemberian hak opsi kepada manajemen dan karyawan Perusahaan (Management
Employee Stock Option Programme / MESOP). Saham yang dikeluarkan adalah sebanyak 5% dari
jumlah saham yang ditempatkan dan disetor (sebanyak 118.845.397 lembar saham seri C) dengan
nilai nominal Rp 40 per saham. Harga pelaksanaan dari program tersebut adalah Rp 45 per saham,
dan saham-saham tersebut telah disetor penuh pada tanggal 20 Pebruari 2012 dan 21 Pebruari
2012. Saham-saham tersebut juga telah didaftarkan di Bursa Efek Indonesia melalui pengumuman
No. Peng-P-00032/BEI.PPR/03-2012 tanggal 5 Maret 2012 dan No. Peng-P-00033/BEI.PPR/03-
2012 tanggal 7 Maret 2012.
Komposisi pemegang saham pada tanggal 5 Maret 2012 adalah sebagai berikut :
Saham Seri B: – – –
Saham Seri C:
Damiano Investments BV., Netherland 1.434.255.172 57,47 57.370.206.880
Lainnya 537.605.796 21,54 21.504.231.840
MESOP 118.845.397 4,76 4.753.815.880
Yang belum diambil 185.350.982 7,43 7.414.039.280
2.276.057.347 91,20 91.042.293.880
115
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
a. Ikatan Akuntan Indonesia (“IAI”) telah menerbitkan beberapa Standar Akuntansi Keuangan
(“PSAK”) dan interpretasinya (“ISAK”) baik revisi maupun baru. Standar Akuntansi Keuangan
yang berlaku efektif untuk laporan keuangan konsolidasian yang mencakup periode yang dimulai
pada atau setelah tanggal 1 Januari 2012:
116
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
DAN ENTITAS ANAK
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (Lanjutan)
31 Desember 2011 dan 2010
b. Ikatan Akuntan Indonesia (“IAI”) telah menerbitkan beberapa Standar Akuntansi Keuangan
(“PSAK”) dan interpretasinya (“ISAK”) baik revisi maupun baru. Standar Akuntansi Keuangan
yang berlaku efektif untuk laporan keuangan konsolidasian yang mencakup periode yang dimulai
pada atau setelah tanggal 1 Januari 2013:
Saat ini Manajemen Perusahaan sedang mengevaluasi dampak dari beberapa standar akuntansi dan
interpretasinya yang baru maupun yang revisi terhadap laporan keuangan konsolidasian.
Menurut PSAK No. 4 (Revisi 2009), Entitas Induk telah mengukur investasi pada Entitas Anak dengan
menggunakan metode biaya, yang sebelumnya diukur dengan menggunakan metode ekuitas. Dengan
diterapkannya PSAK No. 4 tersebut menghasilkan penyesuaian sebesar Rp 1.929.673.610.257 yang
dibukukan pada akun akumulasi defisit awal tahun 2010.
Direksi Perusahaan bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian atas laporan keuangan
konsolidasian yang telah diselesaikan dan disetujui untuk diterbitkan pada tanggal 21 Maret 2012.
117
Lampiran -1
ASET
ASET LANCAR
Kas dan setara kas 30.990.690.495 87.356.159.090 61.535.283.406
Investasi jangka pendek 3.000.000.000 1.000.000.000 3.500.000.000
Piutang usaha, setelah dikurangi penyisihan
penurunan nilai sebesar Rp 141.986.246.529 pada
pada tahun 2011 and Rp Nihil pada tahun 2010
Pihak ketiga 454.265.227.439 422.111.905.807 279.109.672.287
Pihak berelasi 268.722.447.175 410.708.693.704 410.708.693.704
Piutang lain-lain, setelah dikurangi penyisihan
penurunan nilai sebesar Rp 330.163.685.573
pada tahun 2011 dan Rp 510.737.395.134
pada tahun 2010
Pihak ketiga 22.937.261.126 4.115.422.435 5.180.509.523
Persediaan 795.058.287.598 458.311.330.390 457.252.353.016
Uang muka pembelian 343.195.422.233 290.672.668.878 245.937.124.918
Pajak dibayar dimuka 119.411.500.545 124.902.276.343 84.688.222.794
Biaya dibayar dimuka 10.588.262.122 7.830.955.214 6.657.155.331
Uang muka investasi dalam proyek perusahaan
patungan − − 5.914.525.920
Aset lancar lainnya 52.018.685.430 26.473.126.432 2.189.069.332
EKUITAS (DEFISIENSI)
Modal Saham
Modal dasar 12.357.255.040 saham dengan
nilai nominal Rp 10.000 per saham untuk
Seri A, Rp 1.000 per saham untuk seri B
dan Rp 40 per saham untuk Seri C pada
tahun 2011 dan 2010
Modal ditempatkan dan disetor penuh
219.696.000 saham seri A dan
2.157.211.950 saham Seri C
pada tahun 2011 dan 2010 2.283.248.477.500 2.283.248.477.500 2.283.248.477.500
Tambahan modal disetor 5.586.506.149.053 5.586.506.149.053 5.586.506.149.053
Saldo laba (akumulasi defisit)
Ditentukan penggunaannya 8.280.000.000 8.280.000.000 8.280.000.000
Tidak ditentukan pengunaannya (15.195.173.335.897) (13.862.323.774.617) (14.195.588.636.138)
2011 2010
(Disajikan kembali)
Rp Rp
PENDAPATAN USAHA
Pendapatan bersih 5.577.223.233.050 4.455.449.431.196
Pendapatan usaha lainnya 4.673.888.541 6.254.259.196
Jumlah pendapatan usaha 5.581.897.121.591 4.461.703.690.392
Saldo laba
(akumulasi defisit)
Selisih kurs Ekuitas yang
Selisih transaksi karena Selisih dapat
perubahan penjabaran restrukturisasi diatribusikan
Tambahan ekuitas Entitas laporan entitas Ditentukan Tidak ditentukan kepada
Modal Saham modal disetor Anak keuangan sepengendali penggunaannya pengunaannya Entitas Induk
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Saldo per 31 Desember 2009 2.283.248.477.500 5.586.506.149.053 (4.950.019.100) 11.341.556.543 (221.924.188) 8.280.000.000 (15.764.262.148.821) (7.880.057.909.013)
Dampak penerapan awal PSAK 50 (Revisi
2006) dan PSAK 55 (Revisi 2006) – – – – – – (368.282.263.830) (368.282.263.830)
Selisih penjabaran laporan keuangan – – – 1.112.553.001 – – – 1.112.553.001
Penyesuaian sehubungan dengan penerapan
PSAK 4 (Revisi 2009) – – 4.950.019.100 (12.454.109.544 ) 221.924.188 – 1.936.955.776.513 1.929.673.610.257
Saldo per 1 Januari 2010
(Disajikan kembali) 2.283.248.477.500 5.586.506.149.053 – – – 8.280.000.000 (14.195.588.636.138) (6.317.554.009.585)
Laba komprehensif tahun berjalan – – – – – – 333.264.861.521 333.264.861.521
Saldo per 31 Desember 2010
(Disajikan kembali) 2.283.248.477.500 5.586.506.149.053 – – – 8.280.000.000 (13.862.323.774.617) (5.984.289.148.064)
Rugi komprehensif tahun berjalan – – – – – – (1.332.849.561.280) (1.332.849.561.280)
2011 2010
Rp Rp
2011 2010
Rp Rp
Schedule
ASSETS
CURRENT ASSETS
Cash and cash equivalents 3g,h,5 31,177,273,662 87,892,873,462 62,235,591,207
Short-term investments 3g,h,6 3,000,000,000 1,000,000,000 3,500,000,000
Trade receivables, net after
allowance for impairment of
Rp 141,986,246,529 in 2011 and
Rp 61,489,504,295 in 2010
Third parties 3g,h,7 454,265,227,439 422,111,905,807 280,404,228,582
Related parties 3g,h,7 268,722,447,175 268,722,447,175 268,722,447,175
Other receivables, net after
allowance for impairment of
Rp 330,163,685,573 in 2011 and
Rp 510,737,395,134 in 2010
Third parties 3g,h,8 22,937,261,126 4,431,384,634 5,039,837,125
Inventories 3i,9 795,058,287,598 462,112,098,195 463,121,064,042
Purchase advances 10 343,195,422,233 291,068,826,915 246,425,188,396
Prepaid taxes 3t,23a 119,411,500,545 126,510,220,118 86,654,752,801
Prepaid expenses 3j,11 10,588,262,122 8,241,335,214 7,588,226,644
Advances for investment in
a joint venture 3g,h,12 − − 5,914,525,920
Other current assets 3g,h,13 52,018,685,430 26,473,126,432 2,229,884,332
NON–CURRENT ASSETS
Non-trade receivables from related
parties, net after allowance for
impairment of
Rp 1,015,033,871,667 in 2011
and Rp 50,101,533,106 in 2010 3g,h,14 317,368,061,827 425,918,780,239 426,365,868,504
Restricted cash in banks 3g,h,15 10,345,623,643 17,129,600,731 17,650,828,516
Property, plant and equipment, net
after accumulated depreciation
of Rp 8,573,556,432,737
in 2011 and
Rp 8,977,105,835,012 in 2010 3k,l,m,n,16 1,255,117,683,754 1,775,584,133,376 2,250,057,296,771
Deferred tax assets 3t,23d − 31,293,233,848 35,479,503,828
1
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
CONSOLIDATED STATEMENTS OF FINANCIAL POSITION (Continued)
December 31, 2011, December 31, 2010 and January 1, 2010
CURRENT LIABILITIES
Bank Loans 3p,17 637,839,711,337 431,987,380,441 408,047,983,987
Secured Debts 3p,18 9,185,233,096,043 9,107,034,576,501 9,435,139,803,808
Short term loans 3p,19 − 324,161,880,678 333,553,849,154
Notes payable 3p,20 − 182,150,784,488 188,752,488,371
Trade payables
Third parties 3p,21 215,808,272,379 223,080,294,936 381,749,984,520
Liabilities for purchase of property,
plant and equipment 3p,22 − 274,011,964 286,476,750
Taxes payable 3t,23b 17,567,520,945 22,684,826,196 22,993,119,491
Accrued expenses 3p,24 413,557,919,140 695,686,772,082 747,446,678,605
Current maturity of long-term
liabilities:
Working capital loans 3p,26 77,078,000,000 38,958,003,000 3,451,313,400
Obligation under finance lease 3p,27 − 38,670,122,950 40,429,224,305
Credit financing payables 3p,28 517,187,846 475,480,013 156,641,665
Other current liabilities 3p,29 38,573,261,263 155,665,338,586 146,167,238,196
NON–CURRENT LIABILITIES
Long-term liabilities - net of
current maturity :
Unsecured Debts and Notes
Payable 3p,25 198,997,359,748 189,504,468,044 190,289,560,544
Working capital loans 3p,26 131,486,000,000 326,174,259,309 341,012,487,762
Credit financing payables 3p,28 440,023,412 696,228,253 154,802,097
Employees’ benefit liabilities 3r,30 77,637,935,506 73,633,912,844 59,867,946,890
Deferred tax liabilities 3t,23d 30,516,083,167 89,854,542,024 150,181,963,385
2
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
CONSOLIDATED STATEMENTS OF FINANCIAL POSITION (Continued)
December 31, 2011, December 31, 2010 and January 1, 2010
EQUITY (DEFICIENCY)
Capital stock
Authorized 12,357,255,040
shares at Rp 10,000 par value
per Series A, Rp 1,000 par
value per per Series B and
Rp 40 par value per Series C
in 2011 and 2010
Issued and paid up 219,696,000
Series A and 2,157,211,950
Series C in 2011 and 2010 31 2,283,248,477,500 2,283,248,477,500 2,283,248,477,500
Additional paid-in capital 3o,32 5,586,506,149,053 5,586,506,149,053 5,586,506,149,053
Other components of equity 12,075,095,048 12,232,185,356 11,119,632,355
Retained earnings (accumulated
deficit)
Appropriated 33 8,280,000,000 8,280,000,000 8,280,000,000
Unappropriated (15,232,156,355,833) (15,701,308,253,547) (16,036,148,144,398)
3
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
CONSOLIDATED STATEMENTS OF COMPREHENSIVE INCOME
For the years ended December 31, 2011 and 2010
4
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
CONSOLIDATED STATEMENTS OF COMPREHENSIVE INCOME (Continued)
For the years ended December 31, 2011 and 2010
5
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
CONSOLIDATED STATEMENTS OF CHANGES IN EQUITY
For the years ended December 31, 2011 and 2010
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Balance as of December 31, 2009 2,283,248,477,500 5,586,506,149,053 (4,950,019,100) 11,341,556,543 (221,924,188) 8,280,000,000 (15,629,497,770,817) (7,745,293,531,009) (134,764,378,004) (7,880,057,909,013)
Balance as of December 31, 2011 2,283,248,477,500 5,586,506,149,053 – 12,297,019,236 (221,924,188) 8,280,000,000 (15,232,156,355,833) (7,342,046,634,232) – (7,342,046,634,232)
6
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
CONSOLIDATED STATEMENTS OF CASH FLOWS
For the years ended December 31, 2011 and 2010
2011 2010
Rp Rp
CASH FLOWS FROM OPERATING ACTIVITIES
Receipt from customers 5,673,816,758,805 4,571,801,149,332
Payment to suppliers (1,067,788,023,128) (1,266,559,784,992)
Payment of salaries (136,621,636,479) (135,561,458,905)
Other operating cash payments, net (308,982,916,599) (544,180,971,694)
7
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
CONSOLIDATED STATEMENTS OF CASH FLOWS (Continued)
For the years ended December 31, 2011 and 2010
2011 2010
Rp Rp
8
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS
December 31, 2011 and 2010
1. G E N E R A L
PT Asia Pacific Fibers Tbk (“the Company”) was established within the framework of the
Domestic Capital Investment Law No. 6 year 1968, as amended by Law No. 12 year 1970 based
on notarial deed No. 22 dated February 15, 1984 of Januar Tirtaamidjaja, SH, notary public in
Jakarta. The above Laws were subsequently amended by the Limited Liability Company Law of
Republic of Indonesia No. 40 year 2007 dated August 16, 2007. The deed of establishment was
approved by the Minister of Justice of the Republic of Indonesia based on decision letter No. C2–
6107.HT.01.01.TH.84 dated October 26, 1984 and was published in Supplement No. 3247 of State
Gazette No. 72 dated September 7, 1990.
The Article of Association has been amended based on notarial deed No. 92 dated March 24, 2009
of Sutjipto, SH, notary in Jakarta to adjust the Company’s Article of Association with Bapepam-
LK No. IX.J.1 dated May 14, 2008 concerning the Principles of Association of Public Offering of
Conduct Equity Securities and Public Companies. The deed of establishment was approved by the
Minister of Justice of the Republic of Indonesia based on decision letter No. AHU-
0052618.AH.01.09.Tahun 2009 dated August 14, 2009.
The Articles of Association have been amended several times. The latest amendment of the
Company’s Articles of Association was based on notarial deed No. 50 dated September 10, 2009
of Sutjipto, SH, notary public in Jakarta, concerning the change in the Company’s name from
PT Polysindo Eka Perkasa Tbk to PT Asia Pacific Fibers Tbk. The deed was approved by the
Minister of Justice and Human Rights of the Republic Indonesia based on his decision letter
No. AHU-54294.AH.01.02.Tahun 2009 dated November 10, 2009 and the publishment in
Supplement No. 21449 of State Gazette No. 77 dated September 24, 2010.
On February 4, 2011, the Company obtains the approval from the Chairman of the Capital
Investment Coordinating Board (BKPM) in his letter No. 2/B/II/PMDN/2011 with regard to the
cancellation of approval from the Chairman of the Capital Investment Coordinating Board
(BKPM) in his letter No. 249/II/PMDN.1997 dated December 2, 1997.
Further, the Company has received the approval of the Chairman of the Capital Investment
Coordinating Board (BKPM) for the expansion of the Fibre capacity in Karawang side through the
approval letter No. 2/B/II/PMDN/2011 dated February 24, 2011. This project is scheduled to
begin in the second quarter of 2012.
In accordance with Article 3 of the Company’s Articles of Association, the scope of the
Company’s activities are mainly to engage in the manufacturing of chemical and synthetic fiber,
weaving and knitting, and other activities related to the textile industry. The Company is
domiciled in Kendal, Central Java with its plants located in Kendal, Central Java and Karawang,
West Java. The Company’s representative office is located at East Building, 35th Floor, Jl. Lingkar
Mega Kuningan Kav. E-3 No. 1, Jakarta. The Company started its commercial operations in 1986.
The Company’s products are marketed both domestically and internationally, including Europe,
United States of America, Asia, Australia and the Middle East.
9
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
1. G E N E R A L (Continued)
The Company has many ongoing social activities in the local environs of its two plant location in
Semarang and Karawang which the purpose of this activity is to improve the livelihood of the
surrounding communities. In order to carry out these programes more effectively, the Company
has established a foundation, “Yayasan Asia Pacific Fibre” on January 15, 2010. The deed was
approved by the Minister of Justice and Human Rights of the Republic Indonesia based on
decision letter No. AHU-960.AH.01.04.Tahun 2010 dated March 15, 2010.
b. Public Offering of Shares, Notes Payable of the Company and its Subsidiaries
• On December 14, 1990, the Company offered 12,000,000 shares to the public through the
Jakarta and Surabaya Stock Exchanges, now known as Indonesian Stock Exchange.
• On October 8, 1993, the Company obtained the notice of effectivity from the Chairman of the
Capital Market Supervisory Agency (BAPEPAM), in his letter No. S-1738/PM/1993, for its
limited offering of 184,000,000 shares through rights issue with preemptive rights to
stockholders. These shares were listed in the Jakarta and Surabaya Stock Exchanges on
November 1, 1993.
• On December 15, 1994, the Company obtained the notice of effectivity from the Chairman of
BAPEPAM, in his decision letter No. S-2027/PM/1994, for the change of par value from
Rp 1,000 to Rp 500 per share.
• On May 20, 1996, the Company obtained the notice of effectivity from the Chairman of
BAPEPAM, in his decision letter No. S-778/PM/1996, for its offering of 1,104,000,000 shares
through rights issue II with preemptive rights to stockholders. These shares were listed in the
Jakarta and Surabaya Stock Exchanges on June 10, 1996.
• On December 11, 1997, the Company obtained the notice of effectivity from the Chairman of
BAPEPAM, in his decision leter No. S-2844/PM/1997, for its offering of 2,185,920,000
shares through rights issue III with preemptive rights to stockholders. These shares were listed
in the Jakarta and Surabaya Stock Exchanges on January 5, 1998.
• In 1994, the Company issued US$ 125,000,000 Unsecured Senior Notes which are listed in
Luxembourg. In 1996, the Company offered to the holders of the said unsecured notes to
exchange their notes with US$ 125,000,000 Guaranteed Senior Notes issued by PIFC with the
Company as the guarantor. These notes were listed in the Luxembourg Stock Exchange.
10
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
1. G E N E R A L (Continued)
b. Public Offering of Shares, Notes Payable of the Company and its Subsidiaries (Continued)
• In 1996, PIFC, with the Company as a guarantor, also issued US$ 50,000,000 Secured
Floating Rate Notes and US$ 260,000,000 Guaranteed Secured Notes which were listed in the
Luxembourg Stock Exchange.
• In 1997, PIFC, with the Company as a guarantor, issued US$ 250,000,000 Guaranteed
Secured Notes which were listed in the Luxembourg Stock Exchange.
• Prior to January 2000, the above notes issued by PIFC were delisted from Luxembourg Stock
Exchange.
• Beginning December 2004, all of the Company’s outstanding shares totaling 4,393,920,000
shares were suspended regarding the the bankruptcy proceeding against the Company and
delay in submitting the required consolidated financial statements. The Company’s shares
were still suspended after the Company remove their bankruptcy. However, the Company took
efforts to remove its suspension which includes submitting Company’s future plan of actions.
Further in July 2006, all of the Company’s shares resumed trading.
• In 2006, The Company converted the unsecured debt amounted to 43,144,238,750 shares as
part of the implementation of Composition Plan which have been approved and ratified by the
Commercial Court. Based on the condition issued by Indonesian Stock Exchange, the new
shares can not be traded for 1 (one) year. Further in October 2007, the new Company’s shares
were traded.
• Based on the Extraordinary General Stockholders Meeting (RUPSLB) held on February 21,
2008, the stockholders approved the reverse stock split (split down) with a ratio of 20:1
wherein 20 old shares will become 1 new share. Reverse stock splits are conducted for the
Company’s shares to be more liquid and in line with the Company’s performance. Due to the
changes in the Company’s number of shares and par value, the Company amended its Articles
of Association and the notarial deed regarding the changes of the Company’s Article of
Association had been approved by the Minister of Justice and Human Rights on March 3,
2008.
• Further, based on the notarial deed of Sutjipto, SH, No. 122 dated February 27, 2008
regarding shares purchase as the result of reverse stock split named PT Trimegah Securities
Tbk as “Stand by Buyer”. In addition, all shares from reverse stock were traded on March 14,
2008.
• On October 10, 2008, the Subsidiary’s shares (PT Texmaco Jaya Tbk) have been delisted from
the Indonesian Stock Exchange based on its letter No. S-04741/BEI.PSR/09/2008 and Peng-
004/BEI.PSR/DEL/09-2008 due to the suspension of the trading shares and going concern
problem of the Subsidiary.
11
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
1. G E N E R A L (Continued)
b. Public Offering of Shares, Notes Payable of the Company and its Subsidiaries (Continued)
• Based on the Extraordinary General Stockholders Meeting (RUPSLB) held on March 24,
2009 and based on notarial deed No. 91 dated March 24, 2009 of Sutjipto, SH, notary in
Jakarta, the stockholders approved the issuance of 118,845,397 new authorized shares series C
(5% of issued and paid-up capital) without preemptive rights, for providing stock options to
the Company’s management and employees (Management Employee Stock Option
Programme / MESOP). The notarial deed was approved by the Minister of Justice of the
Republic of Indonesia based on his decision letter No. AHU-0052619.AH.01.09.Tahun 2009
dated August 14, 2009. As per the Company’s schedule that was reported to Indonesian Stock
Exchange dated March 17, 2009, its programe will be implemented at the latest period
(February 1, 2012).
Further, based on the notarial deed No. 107 dated February 23, 2012 of Aryanti Artisari, S.H.,
M.Kn., notary in Jakarta, the Management Employee Stock Option Programme / MESOP) has
been implemented with the execution price of Rp 45 each. All shares under MESOP have
been fully paid up through the Company’s bank accounts dated February 20 and 21, 2012. It
has been registered in the Indonesian Stock Exchange through announcement No. Peng-P-
00032/BEI.PPR/03-2012 dated March 5, 2012 and No. Peng-P-00033/BEI.PPR/03-2012 dated
March 7, 2012.
• Since December 2, 2009, the Company’s shares in the Indonesian Stock Exchange have been
changed with the new Company’s name.
c. Consolidated Subsidiaries
The Company has ownership interest of more than 50%, directly or indirectly, in the following
subsidiaries :
Commercial Percentage of Total Assets
Subsidiaries Domicile Nature of Business Operations Ownership 2011 2010
% Rp Rp
(in million) (in million)
PT Texmaco Jaya Tbk (TJ) Karawang Trading, weaving, 1972 92.00 *) 228,735
knitting and
processing
12
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
1. G E N E R A L (Continued)
*) Not applicable due to PT Texmaco Jaya Tbk (TJ) and PT Texmaco Graha Busana (TGB)
deconsolidation (Note 46).
• In 2001, the Company acquired 10,000 shares which represent 100% ownership in Polysindo
(Mauritius) Ltd. The shares were acquired for the amount of US$ 10,000. The difference
between the acquisition cost and the net assets of PML amounted to Rp 221,924,188 was
recorded as “difference on restructuring among companies under common control” account as
part of the other components equity in the consolidated statements of financial position.
• There were no transactions between the Company and Polysindo (Maurutius) Ltd and
Polysindo International Finance Company BV. during 2011 and 2010. The Company intends
to close the operation of its subsidiaries along with the restructure of the Company.
• Since April 2008, PT Texmaco Jaya Tbk (TJ) operations (Fleece division) are conducted by
the Company with tolling basis.
• Since the second semester of 2004, PT Texmaco Graha Busana has halted its business
operations.
• The members of the Company’s board of commissioners and directors as of December 31,
2011 and 2010 are as follows :
2011 2010
Board of Commissioners :
President Commissioner : Mr. Robert Clive Appleby : Mr. Robert Clive Appleby
Independent Commissioners : Mr. Dono Iskandar Djojosubroto : Mr. Dono Iskandar Djojosubroto
Mr. Timbul Thomas Lubis SH Mr. Timbul Thomas Lubis SH
Commissioners : Mr. Antonitris : Mr. Antonitris
Mr. Christopher Robert Botsford Mr. Christopher Robert Botsford
Mr. Robert Mc Carthy Mr. Robert Mc Carthy
Board of Directors :
President Director : Mr. Vasudevan Ravi Shankar : Mr. Vasudevan Ravi Shankar
Directors : Mr. Masjhud Ali : Mr. Masjhud Ali
Mr. Seeniappa Jegatheesan Mr. Seeniappa Jegatheesan
Mr. Peter Vinzenz Merkle Mr. Peter Stanley Grant
Mr. Peter Vinzenz Merkle
13
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
1. G E N E R A L (Continued)
Mr. Peter Stanley Grant, one of the Directors of the Company, resigned from the Board of
Directors based on the resolution passed at the Extraordinary Shareholder’s Meeting held on
February 10, 2011.
• Audit Committee is appointed based on BAPEPAM regulation No. IX.1.5 regarding the
forming and work guidance audit committee to comply with BAPEPAM-LK regulation Board
of Commissioners has formed Audit Committee.
The members of the Company’s Audit Committee as of December 31, 2011 and 2010 are as
follows :
• The Company’s corporate secretary as of December 31, 2011 and 2010 is Mr. Tunaryo.
• In February 2009, the Company formed an internal audit department based on BAPEPAM-LK
regulation. The head of internal audit is Mr. Yohanes Baptis Galuh Adjar Pamungkas.
• The total number of the Company’s permanent employees as of December 31, 2011 and 2010
were 3,366 and 3,158 persons, respectively (unaudited). As of December 31, 2011 and 2010,
the Subsidiary’s permanent employees were Nil and 238 persons, respectively (unaudited).
• Compensation representing salary was given to Commissioners and Directors for the years
ended December 31, 2011 and 2010 amounted to Rp 5,182,030,423 and Rp 6,216,295,241,
respectively. No contribution to retirement benefits, entitlement benefits and any other special
benefits were given during the year 2011 and 2010.
a. Going Concern
The buoyancy in the Polyester Industry which began in the year 2010 continued though the third
quarter of 2011. The two main factors for the strong performance of the Company in 2011 were
the demand for PTA remained high and high selling price realization for its finished goods as
cotton was in short supplies during this period.
14
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
The Company benefitted most by producing PTA in this period. The raw material, Paraxylene and
MEG prices spiked in 2011 from 2010 levels considerably. The domestic market growth of
polyester exceeded industry forecast in 2011. This was mainly due to shortage of cotton on
account of low crops in 2010 and the resultant very high price of cotton.
The Company operated its plant to its near full capacity. The Company has also initiated further
capital expenditure programme of around US$ 17 million during 2011 for increase the volume
staple fiber to take advantage of growth in the spun yarn industry and filament yarn and also value
added products. Some of the projects initiated in the previous year have come on stream and are
yielding the desired results. Damiano Investments BV., Netherland has been providing the
requisite funds for the above mentioned capital expenditure through Third Loan Agreement.
With the spurt in the selling price and the savings in the costs levels in 2011, the Company could
achieve a sales turnover of around US$ 634 million and cash profit of around US$ 78 million
registering a growth of over 30% in the sales revenue and higher Cash profits over 2010 levels.
The working capital applications have also increased significantly with the increased sales
revenue and higher raw material price levels. Damiano Investments BV., Netherland continued to
support the Company with the letter of credit working capital of around US$ 80 million. Though
the Company continued with the prefinance facility for bridging the high procurement levels, it
could successfully eliminate the high cost source of pre-finance.
As the working capital remained tight, Company sought and received the approval of its unsecured
creditors for the capitalization of the interest due on the New Notes. Damiano Investments BV.,
Netherland has also charged a reasonable fee on the letter of credit facility provided by them for
the year 2011 (18%).
The demand for polyester products is expected to remain strong in the near future. However, with
the easing of price of cotton from the last quarter of 2011, the margin levels for the polyester fiber
will come under pressure and remain at the normal levels in the future. From the second quarter of
2012, the fiber expansion is expected to come on stream and barring unforeseen circumstances,
the Company is expected to perform well in the year 2012 with the continued support of its
majority shareholders and with the buoyant market conditions.
15
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
Until March 2012, the Secured Debt Restructuring Plan (SDRP) is not approved by, particularly
by PT Persusahaan Pegelola Asset (PPA) which owned about 28% of the total secured debt as
some of the terms under the SDRP are not agreed by PPA. The Company and its majority stake
holders continue to request PT PPA for its consent to the restructuring of its secured debt. Upon
completion of this restructuring, and the consequent reorganization of its consolidated statements
of financial position, the Company is confident of securing a formal working capital lending from
a conventional banking sources.
The major terms of the Secured Debt Restructuring Plan (SDRP) are as follows:
Proposed
Restructuring Date July 1, 2007
Interest on New Notes Interest shall be payable on the New Notes quarterly in arrears and
calculated on the outstanding principal amount of the New Notes
during the quarter at the per annum rates shown in the table below :
Amortisation Principal repayment shall be made at the end of each 12-month period
beginning on the fourth anniversary of the Restructuring Date. The
amount payable shall be equal to the percentages of the restructured
principal amount shown in the table below:
Debt Restructuring New Secured Notes will be exchanged at 10.73 Cents per US$ 1.
40.90% of the expanded equity will be allotted to the Secured
Creditors as per the Debt /Equity swap indicated in the SDRP
In addition, the Company and its Subsidiaries’ consolidated financial condition in 2011 showed
the following :
16
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
On October 20, 2010, PT Hanil Bakrie Finance Company submitted its bankruptcy proposal at the
Central Jakarta’s Commercial Court (Pengadilan Niaga Jakarta Pusat) with registered
No. 71/PAILIT/2010/PN. NIAGA.JKT.PST due to non fulfillment of the obligation by
PT Texmaco Jaya Tbk based on the Sale and Purchase Agreement which is stated in notarial deed
No. 2 dated January 6, 2003. Accordingly the outstanding amount of US$ 1.68 million is
repayable before February 15, 2007. Between 2004 up to 2008, PT Texmaco Jaya Tbk had repaid
amounting to US$ 0.71 million and the balance is still outstanding. However up to now,
PT Texmaco Jaya Tbk has not fulfilled its obligation.
On November 15, 2010, PT Texmaco Jaya Tbk has applied for Suspension of Payment (PKPU) to
the Commercial Court in order to present a Peace Plan for the restructure of its loans. Commercial
Court in its decision letter No. W10/U1/10507.Pdt.02.XI.2010.03 dated November 24, 2010 to
granted the request for Suspension of Payment (“PKPU”) providing the temporary postponement
of debt obligation payment (“PKPUS”) for 45 days, commencing on November 24, 2010. With the
approval of its creditors, the court further granted extension of time for a period of 180 days time
(up to end June 2011) to PT Texmaco Jaya Tbk to submit the final Peace Plan to its creditors.
During the period, PT Texmaco Jaya Tbk identified and held negotiations with the prospective
investors to support and participate in the peace plan proposed by the Subsidiary. Despite
prolonged negotiations with several investors, none of them came forward with a commitment to
invest in PT Texmaco Jaya Tbk and bail out the Subsidiary from bankruptcy. In the absence of any
investor, PT Texmaco Jaya Tbk could not finalize the composition plan within the time stipulated
by the Court.
Consequent to this, the Commercial Court of Jakarta declared PT Texmaco Jaya Tbk bankrupt on
pursuant to section 230 (1) and 285 (3) of the Indonesian Bankruptcy law 37 0f 2004 and
delivered its verdict on 19th August 2004 as per Court order 10/PKPU/2010/PN.NIAGA.JKT.PST.
Jo No: 71/PAILIT/2010/PN.NIAGA.JKT.PST. The Court also appointed Dr. MARSUDIN
NAINGGOLAN as the supervisory Judge and a team of Receivers (Curators) to monitor and
enforce the liquidation process as per the law.
Subsequently, the Curators had conducted debt verification and registration process as per the
provisions of the law and the final registered debt is as follows:
17
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
Subsequent to completion of debt verification, the Court had declared PT Texmaco Jaya Tbk
insolvent and ordered liquidation of the bankrupt estate – vide Court order no
71/PAILIT/2010/PN.NIAGA.JKT.PST dated September 26, 2011.
As the Fleece division was still operating under tolling arrangement by its parent Company
(PT Asia Pacific Fibers Tbk), the Court had approved continued operation of fleece division at
Karawang with a view to maintain the value of the bankrupt assets. The operation and the cash
flow of PT Texmaco Jaya are monitored by the team of receivers appointed by the Court.
Accordingly, the Company continues to operate the fleece division through Tolling/Rental
Agreement.
The accompanying consolidated financial statements have been prepared on a going concern basis,
and do not include any adjustment that might result from the outcome of these uncertainties.
Related effects will be reported in the consolidated financial statements as they become known
and can be estimated. To date, the Company, in running its operations is supported through the
letter of credit facility and other working capital loans from Damiano Investments BV.,
Netherland and through the confidence and support of its suppliers and customers. In addition,
Damiano Investments BV., Netherlands confirmed that it will provide the assistance to the
Company in obtaining letter of credit facilities until such time that the Company can secure a
credit facility from banks on its own. Damiano Investments BV., Netherland has also provided the
requisite funds for the Company’s capital expenses programmes in 2010 through its Third Loan
Agreement.
The bankruptcy / liquidation of PT Texmaco Jaya Tbk will have little impact on the operations of
PT Asia Pacific Fibers Tbk now as the operations of PT Texmaco Jaya Tbk had stopped since year
2004. Moreover, PT Asia Pacific Fibers Tbk has no obligations to the creditors of PT Texmaco
Jaya Tbk.
b. Debt Restructuring
The following are the salient features of the “Unsecured Restructure Proposal” of the Company:
18
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
(iii) The restructured principal amount will be repaid over a period of 9 years.
(iv) The unsecured creditors will get on equity ownership of 19.2% of diluted equity shares of the
Company.
The Company has executed the restructuring agreement with the unsecured creditors as approved
by the Creditors and ratified by the Court. Accordingly, the total unsecured loans after the
restructuring stands at US$ 18,670,630 plus unpaid capitalized interest for 2011 of US$ 3,274,381
or amounted to US$ 21,945,011. The Company has also submitted restructuring proposal to the
secured creditors (SDRP). Further, in March 2007, the Company reissued the SDRP proposal to
all of its secured creditors, including PPA, as the earlier SDRP proposal has time barred.
However, no response has been received from PPA on the proposal. The proposal has the support
of Damiano Investment BV., Netherland, the majority holder of the other secured debts of the
Company.
The Company has taken all the required corporate actions towards the implementation of the
Composition Plan (“Peace Plan”) as approved by the unsecured creditors of the Company and
ratified by the Commercial Court. The steps involve the issuance of the new debts secured or
unsecured in exchange of the old unsecured debts and issuance of shares for the reduction of the
principal amount of debts as per the terms of the Composition Plan. The Company has reduced its
unsecured debts as per the Composition Plan and increased its share capital as additional capital
pending allotment to the creditors. The Company has appointed The Hongkong and Shanghai
Banking Corporation Limited, Hong Kong to act as its Fiscal Agent, Paying Agent and Trustees
for its new unsecured notes which are eurocleared.
In January 2012, the Company also sought and got the approval of its Unsecured New Note
Holders for the extension of its maturity from February 2012 to February 2015.
PT Perusahaan Pengelola Asset (PPA) announced a sale programme of Texmaco Group assets and
shares, including that of the Semarang site of Company and Subsidiary (TJ), in December 2010.
However the programme was later cancelled and called off. PT Asia Pacific Fibers Tbk has been
in active discussion with PPA for the restructure of the Company and awaiting their response of
PPA in this regard.
19
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
c. Economic Condition
Indonesia’s economy grew in 2011 at its fastest pace since the 1997-1998 Asian crisiss, with the
country’s vast domestic market helping to shield it from the global economic turmoil battering its
more export-oriented neighbours. The GDP expanded 6.5% in 2011, affirming Indonesia’s
position as one of Asia’s fastest-growing economies and highlighting its appeal to its investors.
Foreign Direct Investment grew 20% to a record level of US$ 20 billion in 2011 indicating the
investors’ confidence in the country. FDI is likely to remain robust over the medium term after
Moody’s Investors Service and Fitch Ratings recently upgraded Indonesia’s credit rating to
investment grade.
With inflation reasonably under check and the strong rupiah vis-à-vis US$ will leave the general
public with a reasonable disposable income which can boost the domestic consumption.
Indonesian exports in 2011 grew substantially to US$ 203.6 billion as compared to US$ 157.8
billion in 2010. The main non oil contributors are CPO followed by rubber, textiles and electronic.
The rupiah remained strong throughout 2011 and closed at Rp. 9,068 per US$ as compared to
Rp 8,991 per US$ as at December 2010.
There are indications that the fuel and power costs are slated to increase in 2012 which will trigger
the inflationary trend. These increases will also affect adversely the margins of the company. The
other major economies in Asian region-India and China have already downsized its GDP growth
estimated for 2012 with slowing down of these economies. The financial crisis in EU Zone will
also impact all Asian economies.
The significant accounting policies that have been used by the Company and its Subsidiaries in the
preparation of these consolidated financial statements are summarized in subsequent paragraphs.
The Company and its Subsidiaries’ consolidated financial statements have been prepared in
accordance with the Indonesian Financial Accounting Standards (“PSAK”) and its interpretations
(“ISAK”) established by the Indonesian Institute of Accountants (IIA), Regulation No. VIII G.7 of
BAPEPAM AND LK regarding the Guidelines on Presentation of Financial Statements included
in Appendix of the Decree of the Chairman of the Capital Market and Financial Institutions
Supervisory Agency (Bapepam-LK) No. KEP-06/PM/2000 dated March 13, 2010 and the Circular
Letter No. SE-02/PM/2002 regarding Guidelines on Presentation and Disclosures of Financial
Statements for Publicly Listed Manufacturing Companies and the Decision Letter No. KEP-
554/BL/2010 regarding the changes of the Regulation No. VIII.G.7.
20
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
The Company and its Subsidiaries’ consolidated financial statements are in compliance with the
applicable PSAK without exception.
The Company and its Subsidiaries’ consolidated financial statements for the year ended December
31, 2011 have been prepared in accordance with PSAK No. 1 (Revised 2009), “Presentation of
Financial Statements”. In accordance with PSAK No. 1 (Revised 2009), the consolidated
statements of comprehensive income has been presented in these consolidated financial
statements. The Company and its Subsidiaries have been elected to present all items of income
and expense in the single statement. As of December 31, 2010 and January of 1, 2010, the non-
controlling interests of Rp 141,161,474,525 and Rp 141,298,433,597, respectively have been
reclassified as part of the equity. Accordingly, the consolidated statements of financial position of
the Company and its Subsidiaries as of December 31, 2010 and January 1, 2010 have been
restated.
As of August 19, 2011, the Commercial Court had declared that the Subsidiary (PT Texmaco Jaya
Tbk) is bankruptcy and insolvency effective on September 26, 2011. Effective this period, the
Subsidiary becomes subject to the control of the Court, and causing the Company loss its controls.
Consequently, the total comprehensive income from Subsidiary up to August 19, 2011 is classified
as “Discountinued Operations” and the outstanding of non-controlling interests balance from
Subsidiary of Rp 140,217,500,266 has been written-off from the consolidated statements of
financial position and adjusted into retained earnings (accumulated deficit).
In relation to the PSAK No. 4 (Revised 2009), “Consolidated and Separate Financial
Statements”, the Company has measured investment in subsidiaries using cost method, which
were previously accounted for using equity method.
The Company and its Subsidiaries’ consolidated financial statements have been prepared on the
historical cost basis of accounting, except for the certain accounts are prepared based on the other
measurement that are more fully described in the accounting policies below. The consolidated
financial statements are prepared under the accrual basis of accounting, except for the
consolidated statements of cash flows.
The consolidated statements of cash flows have been prepared using the direct method, present
receipts and disbursements of cash and cash equivalents classified operating, investing and
financing activities.
The reporting currency used in the preparation of these consolidated financial statements is
Indonesian Rupiah. All figures presented in the notes to the Company and its Subsidiaries’
consolidated financial statements are expressed in fully Rupiah amounts, unless otherwise stated.
21
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
b. Principles of Consolidation
The consolidated financial statements incorporate the financial statements of the Company and
entities controlled by the Company (its subsidiaries). Control is achieved where the Company has
the power to govern the financial and operating policies of an entity so as to obtain benefits from
its activities.
The results of subsidiaries acquired or disposed of during the year are included in the consolidated
statements of comprehensive income from the effective date of acquisition and up to the effective
date of disposal, as appropriate.
Where necessary, adjustments are made to the financial statements of the subsidiaries to bring the
accounting policies used in line with those used by the Company.
All intra-group transactions, balances, income and expenses are eliminated on consolidation.
Non-controlling interests in subsidiaries are identified separately and presented within equity.
Effective January 1, 2011, the interest of non-controlling shareholders maybe initially measured
either at fair value or at the non-controlling interests’ proportionate share of the fair value of the
acquiree’s identifiable net asset. The choice of measurement is made on acquisition by acquisition
basis. Subsequent to acquisition, the carrying amount of non-controlling interests is the amount of
those interests at initial recognition plus non-controlling interests’ share of subsequent changes in
equity. Total comprehensive income is attributed to non-controlling interests even if this results in
the non-controlling interests having a deficit balance.
Changes of the Company interests in subsidiaries that do not result in a loss of control are
accounted for as equity transactions. The carrying amounts of the Company and its subsidiaries
interests and the non-controlling interests are adjusted to reflect the changes in their relative
interests in the subsidiaries. Any difference between the amount by which the non-controlling
interests are adjusted and the fair value of the consideration paid or received is recognized directly
in equity and attributable to owners of the Company.
According to PSAK No. 4 (Revised 2009), when the Company losses control of a Subsidiary, the
Company should derecognizes the assets (including any goodwill) and liabilities of the Subsidiary
at their carrying amount at the date when the control is lost. Also, derecognizes the carrying
amount of any non-controlling interests in the former Subsidiary at the date when control is lost
(including any component of other comprehensive income attributable to them).
22
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
The Company has carried forward and opted to present as a separate item within equity, the
remaining balance related to the effect of prior year’s capital transactions of the subsidiary with
third parties.
The Company and its Subsidiaries’ books and records are maintained in Indonesian Rupiah.
Transactions involving foreign currencies are recorded at the rates of exchange prevailing at the
date of the transactions. Monetary assets and liabilities denominated in foreign currencies at
consolidated statements of financial position date are translated into Rupiah at the middle rate of
Bank Indonesia at that date as follows :
Gains or losses arising from foreign exchange transactions are credited or charged to the
consolidated statements of comprehensive income in the current period.
The financial statements of Subsidiaries domiciled outside of Indonesia, i.e. PIFC and PML,
maintain their accounting records in US Dollar. For consolidation purposes, the financial
statements of foreign domiciled subsidiaries are translated into Rupiah as follows :
• Accounts in the Statements of financial position, except for equity accounts, are translated at
the exchange rate as of the consolidated statements of financial position date.
• Profit and loss items are translated at the average rates of exchange for the year.
The difference resulting from translation is presented net of tax as part of other comprehensive
income in the consolidated statements of comprehensive income.
23
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
The Company and its Subsidiaries enters into transactions with related parties as defined in PSAK
7 (Revised 2010) “Related Party Disclosure”. Related party is principally defined as follows:
(i) A person or a close member of that person’s family is related to a reporting entity if that
person :
• Has control or joint control over the reporting entity ;
• Has significant influence over the reporting entity ; or
• Is a member of the key management personnel of the reporting entity or of a parent of
reporting entity.
(ii) An entity is related to a reporting entity if any of the following conditions applies :
• The entity and the reporting entity are members of the same group (which means that each
parent, subsidiary and fellow subsidiary is related to the others).
• One entity is an associate or joint venture of the other entity (or an associate or joint
venture of a member of a group of which the other entity is a member).
• Both entities are joint ventures of the same third party.
• One entity is a joint venture of a third entity and the other entity is an associate of the
third entity.
• The entity is a post-employment defined benefit plan for the benefit of employees of
either the reporting entity or an entity related to the reporting entity. If the reporting entity
is itself such a plan, the sponsoring employers are also related to the reporting entity.
• The entity is controlled or jointly controlled by a person identified in (i).
• A person identified in (i) has significant influence over the entity or is a member of the
key management personnel of the entity (or of a parent of the entity).
All significant transactions and balances with related parties, whether or not conducted under
normal terms and conditions similar to those with third parties are disclosed in Note 47.
In 2011, the Company and its Subsidiary adopted for the first time the following revised
accounting standards which are mandatory for accounting periods beginning on or after January 1,
2011 :
24
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
Discussed below are the impacts on the consolidated financial statements of these revised
accounting standards.
(ii) PSAK 2 (Revised 2009) : Statements of Cash Flows. PSAK 2 requires the provision for
information about the historical changes in cash and cash equivalents of an entity by mean
of a consolidated statements of cash flows which classified as a cash flow during the period
from operating, investing and financing activities. Also, this standard requires to present the
effect of net foreign exchange differences from cash and cash equivalent separately from
operating, investing and financing activities. Further, the entity are also recommended to
prepare the consolidated statements of cash flows using the direct method.
(iii) PSAK 3 (Revised 2010) : Interim Financial Reporting. PSAK 3 prescribes minimum
presentation of interim financial statements, and also the principles of recognition and
measurement in the full set or condensed set interim consolidated financial statements.
When a full set of consolidated financial statements are presented in the interim financial
report, the form and content of those interim consolidated financial statements is required to
conform to the requirement of PSAK 1 for a complete set of consolidated financial
statements.
(iv) PSAK 4 (Revised 2009) : Consolidated and Separate Financial Statements. PSAK 4
requires when the Company publish a consolidated financial statements, so the parent
Company presents its financial statements as the supplementary information in the
consolidated financial statements, and parent Company’s investment in subsidiary is
accounted for using the cost method.
25
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
(v) PSAK 5 (Revised 2009) : Operating Segments. PSAK 5 requires the entities to disclose the
information that enables for users of consolidated financial statements to evaluate the nature
and impact of consolidated financial statements and its effects to business activities.
Standard also improve the definition of operating segments and the procedures used to
identify and report the operating segments. Standard requires the "management approach"
that used in the presentation of segment information using the same base as well as in the
internal reporting. It is not cause the additional presentation of the reported segment. The
operating segment was reported in consistent with the internal reporting provided to
operational decision-makers. In this case, the operational decision-makers are Board of
Directors
(vi) PSAK 7 (Revised 2010) : Related Party Disclosures. PSAK 7 requires disclosure of related
party relationships, transactions and outstanding balances including commitments, in the
consolidated financial statements. Standard also provide an explanation that members of key
management personnel is a related party, thereby necessitating disclosures of key
management personnel compensation for each category.
(vii) PSAK 8 (Revised 2010) : Events After the Reporting Period. PSAK 8 is to prescribe when
an entity should adjust its consolidated financial statements for events after the reporting
period and the disclosures that an entity should give about the date when the consolidated
financial statements were authorized for issue and about events after the reporting period.
An entity should not prepare its consolidated financial statements on a going concern basis
if events after the reporting period indicate that the going concern assumption is not
appropriate.
(viii) PSAK 23 (Revised 2010) : Revenue. PSAK 23 identifies the circumtances in which the
criteria on revenue recognition will be met and, therefore, revenue may be recognized, and
prescribes the accounting treatment of revenue arising from certain types of transactions and
events, and also provides practival guidance on the application of the criteria on revenue
recognition.
(ix) PSAK 25 (Revised 2009) : Accounting Policies, Changes in Accounting Estimates and
Errors. PSAK 25 prescribes the criteria for selecting and changing accounting policies,
together with the treatment and disclosure of changing in accounting policies, changes in
accounting estimates and correction of errors. This standard results in the inclusion of new
disclosures in the notes to consolidated financial statements, such as the adoption of new
and revised standards and interpretations.
26
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
(x) PSAK 48 (Revised 2009) : Impairment of Assets. PSAK 48 prescribes the procedures to be
employed by an entity to ensure that its assets are carried at no more than their recoverable
amount. An asset is carried at more than its recoverable amount if its carrying amount
exceeds the amount to be recovered through use or sale of the asset. If this is the case, the
asset is describes as impaired and this revised PSAK requires the entity to recognize an
impairment loss. This revised PSAK also specifies when an entity should reverse an
impairment loss and prescribes disclosures.
(xi) PSAK 57 (Revised 2009) : Provisions, Contingent Liabilities and Contingent Assets. The
revised PSAK is applied prespectively and provides that appropriate recognition criteria and
measurement bases are applied to provisions, contingent liabilities and contingent assets and
to ensure that sufficient information is disclosed in the notes to the consolidated financial
statements to enable users to understand the nature, timing and amount related to the
informations. Provisions are recognized when the entity has a present obligation (legal or
constructive) where, as a result of a post event, it is probable that an outflow of resources
embodying economic benefits will be required to settle the obligation and a reliable estimate
can be made of the amount of the obligation.
(xii) PSAK 58 (Revised 2009) : Non Current Assets, Held for Sale and Discontinued Operations.
PSAK 58 is to prescribe when the entity intends to sell a non-current asset, and if sale within
12 months is highly probable, the asset is classified as “held for sale” and presented
separately in the consolidated statements of financial position. Liabilities are classified as
“held for sale” and presented as such in the consolidated statements of financial position if
they are directly associated with a disposal group. Assets classified as”held for sale” are
measured at the lower of their carrying amounts immediately prior to their classification as
held for sale and their fair value less costs to sell. However, some “held for sale” assets such
as financial assets or deferred tax assets, continue to be measured in accordance with the
entity’s accounting policy for those assets. Any profit or loss arising from the sale or
remeasurement of discontinued operations is presented in a single amount in the statements
of comprehensive income. This amount, which comprises the post-tax profit or loss of
discountinued operations and the post-tax gain or loss resulting from the measurement and
disposal of assets classified as held for sale.
The adoption of the following revised standards and interpretations did not have any significant
impact on the financial statements.
27
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
f. Financial Instruments
Effective January 1, 2010, the Company and its Subsidiaries’ adopted the PSAK 50 (Revised
2006), Financial Instruments : Presentation and Disclosures and PSAK 55 (Revised 2006),
Financial Instruments : Recognition and Measurement.
Discussed below are the impacts on the consolidated financial statements of these revised
accounting standards.
(i) PSAK 26 (Revised 2008), Borrowing Costs, which contains the accounting treatment for
borrowing costs and requires the entity to capitalize borrowing costs directly attributable to
the acquisition, construction of qualifying assets as part of the cost of that asset. This standard
also requires entities to recognize other borrowing costs as an expense. This standard had no
impact on the consolidated financial statements since it is the Company and its Subsidiaries’
policy to capitalize interest on qualifying assets.
(ii) PSAK 50 (Revised 2006), Financial Instruments: Presentation and Disclosure. PSAK 50 is
intended to enhance consolidated financial statements users’ understanding of the significance
of financial instruments to the entity’s financial position, performance and cash flows. These
standards addresses this in the following ways:
Interest, dividends, losses and gains relating to financial liabilities are recognized as
income or expense in consolidated statements of comprehensive income. Distributions to
holders of equity instruments are debited directly to equity, net of any related income tax
benefit.
28
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
b. Prescribing strict conditions under which assets and liabilities may be offset in the
statements of financial position - Financial assets and financial liabilities are offset when
and only when there is a legally enforceable right to set off and the entity intends to settle
on a net basis.
(iii) PSAK 55 (Revised 2006), Financial Instruments: Recognition and Measurement. PSAK 55
prescribes principles for recognizing and measuring the different types of financial
instruments.
Recognition – PSAK 55 requires that all financial assets and all financial liabilities be
recognized in the consolidated statements of financial position, including derivatives. A
financial asset or liability is recognized when the entity becomes a party to the instrument
contract.
Measurement – Financial assets and liabilities are initially recognized at cost. Subsequent
measurement depends on the category of the financial instrument. It can be measured
either at amortized cost using the effective interest method or at fair value. If there is
objective evidence of impairment, the carrying amount of the asset is reduced and an
impairment loss is recognized.
In adopting PSAK 50 and PSAK 55, the Company and its Subsidiaries identified the following
transaction adjustments in accordance with Technical Bulletin No. 4 concerning the transition
provision for the First Adoption of PSAK 50 (Revised 2006) and PSAK 55 (Revised 2006) as
issued by the Indonesian Institute of Accountants.
As at January 1, 2010, the Company and its Subsidiaries determined any possibility impairment of
financial instruments based on conditions existing at that date. Any difference between this
impairment and the impairment calculated based on previous applicable accounting principles is
adjusted to the retained earnings (accumulated deficit) as at January 1, 2010.
The difference between the two balances based on the old and new approach for impairment
computation amounting to Rp 368,282,263,830 was credited to the opening balance of Retained
Earning (accumulated deficit) as at January 1, 2010. The Company and its Subsidiaries’
management believes that the impairment of other receivables can not be realized, therefore the
deferred tax assets arising from the impaiment of other receivables were not recognized.
29
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
January 1, 2010
Rp
Other receivables (Note 8) :
From the Company 286,606,568,916
From the Subsidiary
Owners of the Company 75,141,639,321
Non-controlling interest 6,534,055,593
81,675,694,914
Total Effect of First Time Adoption of SFAS 50 (Revised 2006)
and SFAS 55 (Revised 2006) 368,282,263,830
g. Financial Assets
Financial assets include cash and other financial instruments. Financial assets, other than hedging
instruments, are classified into the following categories: financial assets at fair value through
profit or loss, loans and receivables, held-to-maturity investments and available-for-sale financial
assets. Financial assets are assigned to the different categories by management on initial
recognition, depending on the purpose for which the investments were acquired. The designation
of financial assets is re-evaluated at every reporting date at which date a choice of classification or
accounting treatment is available, subject to compliance with specific provisions of applicable
accounting standards.
Regular purchases and sales of financial assets are recognized on their trade date. All financial
assets that are not classified as at fair value through profit or loss are initially recognized at fair
value plus any directly attributable transaction costs. Financial assets carried at fair value through
profit or loss is initially recognized at fair value and transaction costs are expensed in the
consolidated statements of comprehensive income.
Loans and receivables are non-derivative financial assets with fixed or determinable payments
that are not quoted in the active market. They arise when the entity provides money, goods or
services directly to a debtor with no intention of trading the receivables. They are included in
current assets, except for maturities greater than 12 months after the consolidated statements of
financial position date which are classified as non-current assets.
Loans and receivables are subsequently measured at amortized cost using the effective interest
method, less impairment loss, if any. Any change in their value is recognized in the consolidated
statements of comprehensive income.
30
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
Impairment loss is provided when there is objective evidence that the entity will not be able to
collect all amounts due to it in accordance with the original terms of the receivables. The amount
of the impairment loss is determined as the difference between the assets’ carrying amount and
the present value of estimated cash flows.
The Company and its Subdiaries’s financial assets categorized as loans and receivables, are
presented as Cash and Cash Equivalents, Short-term Investments, Trade Receivables, Other
Receivables, Non-trade receivables from Related Parties, Other Current Assets and Restricted
Cash in Banks in the consolidated statements of financial position. Cash and cash equivalents are
defined as cash on hand, demand deposits and short-term, highly liquid investments with original
maturities of three months or less that are readily convertible to known amounts of cash and
which are subject to insignificant risk of changes in value.
All income and expenses, including impairment losses, relating to financial assets that are
recognized and presented as part of interest expense and bank charges and general and
administrative expenses in the consolidated statements of comprehensive income.
Non-compounding interest, dividend income and other cash flows resulting from holding
financial assets are recognized in profit or loss when earned, regardless of how the related
carrying amount of financial assets is measured.
Derecognition of financial assets occurs when the rights to receive cash flows from the financial
instruments expire or are transferred and are substantially all of the risks and rewards of
ownership have been transferred.
The entity assesses at each consolidated statements of financial position dates whether there is any
objective evidence that a financial asset or a group of financial assets is impaired. For loans and
receivables carried at amortized cost, the entity first assesses whether objective evidence of
impairment exists individually significant, or collective for financial assets that are not
individually significant.
If the entity determines that no objective evidence of impairment exists for an individually
assessed financial asset, whether significant or not, the asset is included in a group of financial
assets with similar credit risk characteristics and collectively assessed for impairment.
Assets that are individually assessed for impairment and for which an impairment loss is, or
continues to be, recognized are not included in a collective assessment of impairment.
31
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
If there is objective evidence that an impairment loss has occurred, the amount of the loss is
measured as the difference between the asset’s carrying amount and the present value of estimated
future cash flows (excluding future expected credit losses that have not yet been incurred). The
present value of the estimated future cash flows is discounted at the financial asset’s original
effective interest rate. If a loan has a variable interest rate, the discount rate for measuring
impairment loss is the current effective interest rate.
The carrying amount of the financial asset is reduced through the use of an allowance for
impairment account and the amount of the loss is recognized in the consolidated statements of
comprehensive income. Interest income continues to be accrued on the reduced carrying amount
based on the original effective interest rate of the financial asset. Loans and receivables, together
with the associated allowance, are written off when there is no realistic prospect of future
recovery and all collateral has been realized or has been transferred to the entity.
If, in a subsequent year, the amount of the estimated impairment loss increases or decreases
because of an event occurring after the impairment was recognized, the previously recognized
impairment loss is increased or reduced by adjusting the allowance for impairment account. If a
future write-off is later recovered, the recovery is recognized in the consolidated statements of
comprehensive income.
i. Inventories
Finished goods, work in process, raw materials and indirect materials are carried at the lower of
cost and net realizable value. Cost is determined by the average method. Cost includes all
expenses directly attributable to the manufacturing process as well as suitable portions of related
production overheads, based on normal operating capacity. Net realizable value is the estimated
selling price in the ordinary course of business less the estimated costs of completion and the
estimated costs necessary to make the sale.
An allowance for impairment is determined on the basis of estimated future usage or sale of
individual inventory items. The amount of any write-down of inventories to net realizable value
and all losses of inventories are recognized as an expense in the period the write-down or loss
occurs. The amount of any reversal of any write-down of inventories, arising from an increase in
net realizable value, is recognized as a reduction in the amount of inventories recognized as an
expense in the period in which the reversal occurs.
j. Prepaid Expenses
Prepaid expenses are charged to operations over the periods benefited using the straight-line
method.
32
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
Initially, an item of property, plant and equipment is measured at its cost, which comprises its
purchase price and any cost directly attributable to bringing the assets to the location and
condition necessary for it to be capable of operating in the manner intended by management, and
also include the initial estimate of the costs of dismantling and removing the item and restoring the
site on which it is located.
Subsequent expenditures such as replacement and major inspection are added to the carrying
amount of the asset when it is probable that future economic benefits will flow to the entity and
the cost of the item can be measured reliably. The carrying amount of those parts that are replaced
or any remaining carrying amounts of the cost of the previous inspection is derecognized. The
costs of day-to-day servicing of an asset are recognized as an expense in the period in which they
are incurred.
Years
Buildings and improvement 20
Machinery and equipment 10-20
Transportation 5
Office equipment 5
Store equipment 5
Land is stated at cost and is not depreciated. Certain cost associated with the acquisition or
renewal of legal titles on the landrights are deferred and amortized using the straight-line method
over the legal term of the landrights or economic life of the land, whichever is shorter. These
deferred costs are presented under “Deferred Charges for landrights” in the consolidated
statements of financial position.
The residual values, useful lives and depreciation method are reviewed at each reporting date to
ensure that such residual values, useful lives and depreciation method are consistent with the
expected pattern of economic benefits from those assets.
Depreciation of an asset begins when it is available for use, i.e. when it is in the location and
condition necessary for it to be capable of operating in the manner intended by management.
Depreciation does not cease when the assets become idle or is retired from active use unless the
asset is fully depreciated. Fully depreciated assets are retained in the accounts until they are no
longer in use and no further charge for depreciation is made in respect of those assets.
When an asset is disposed of or when no future economic benefits are expected from its use or
disposal, the cost and accumulated depreciation and impairment losses, if any, are removed from
the accounts. Any resulting gains or losses from derecognition of an item of property, plant and
equipment is included in the consolidated statements of comprehensive income.
33
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
The Company and its Subsidiaries’ property, plant and equipment are carried at cost less
accumulated depreciation and accumulated impairment losses, if any, since the Company and
Subsidiaries adopt the cost method.
l. Contruction in Progress
Construction in progress is stated at cost and presented as part of property, plant and equipment.
The accumulated cost will be reclassified to the appropriate property, plant and equipment account
when the contruction is substantially completed and the asset is ready for its intended use.
The Company and its subsidiaries’ property, plant and equipment are tested for impairment
whenever events or changes in circumstances indicate that the carrying amount may not be
recoverable.
For purposes of assessing impairment, assets are grouped at the lowest levels for which there are
separately identifiable cash flows. An impairment loss is recognized for the amount by which the
asset’s carrying amount exceeds its recoverable amount. The recoverable amount is the higher of
an asset’s net selling price and value in use.
n. Leases
Based on PSAK 30 (Revised 2007), the determination of whether an arrangement is, or contains a
lease is based on the substance of the arrangement at inception date and whether the fulfillment of
the arrangement is dependent on the use of a specific asset and the arrangement conveys a right to
use the asset. Under this revised PSAK, leases that transfer substantially to the lessee all the risks
and rewards incidental to ownership of the leased item are classified as finance leases. Moreover,
leases which do not transfer substantially all the risks and rewards incidental to ownership of the
leased item are classified as operating leases.
Under a finance lease, the entity shall recognize assets and liabilities in consolidated statements of
financial position at amounts requal to the fair value of the leased property or, if lower, the present
value of the minimum lease payments, each determined at the inception of the lease.
Minimum lease payments shall be apportioned between the finance charge and the reduction of
the outstanding liability. The finance charge shall be allocated to each period during the lease term
so as to produce a constant periodic rate of interest on the remaining balance of the liability. The
contingent rents shall be charged as expenses in the periods in which they are incurred. The
finance charges are reflected in the consolidated statements of comprehensive income.
34
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
n. Leases (Continued)
Capitalised leased assets (presented under the account of property, plant and equipment) are
depreciated over the shorter of the estimated useful life of the assets and the lease term, if there is
no reasonable certainty that the entity will obtain ownership by the end of the lease term.
Leases, which do not transfer substantially all the risks and benefits of ownership of the asset, are
classified as operating leases. Operating lease payments are recognized as expense in the
consolidated statement of comprehensive income on straight-line basis over the lease term.
Associated costs, such as maintenance and insurance, are expensed as incurred.
The entity determine whether an arrangement is, or contains a lease based on the substance of the
arrangement is dependent on the use of a specific asset or assets and arrangement conveys a right
to use the asset.
o. Deferred Charges
Expenses related to the issuance of the Company’s shares to the public were deferred and
amortized over a ten-year period using the straight-line method. In 1997, the Company opted to
amortize the remaining balance of this account over five years. Based on BAPEPAM’s decision
letter KEP-No.06/PM/2000 dated March 13, 2000, the share issuance costs were retroactively
recorded into “Additional Paid-in Capital”.
p. Financial Liabilities
Financial liabilities include Bank Loans, Secured Debts, Short-term Loans, Notes Payable, Trade
Payables, Other Current Liabilities, Liabilities for purchase of property, plant and equipments,
Accrued Expenses, Credit Financing Payables, Unsecured Debts and Notes Payables, Working
Capital Loans and Obligation under finance lease, which are measured at amortized cost using the
effective interest rate method.
Financial liabilities are recognized when the entity becomes a party to the contractual terms of the
instrument. All interest-related charges are recognized as an expense in the consolidated
statements of comprehensive income.
Bank Loans, Secured Debts, Short-term Loans, Notes Payable, Unsecured Debts and Notes
Payables, and Working Capital Loans are raised for support of short-term funding of operations.
They are recognized at proceeds received, net of direct issue costs.
Credit financing payables and Obligation under Finance Lease are measured at initial value less
the capital element of lease repayments.
35
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
Trade Payables, Other Current Liabilities, Liabilities for Purchase of Property, Plant and
Equipments, and Accrued Expenses are initially recognized at their fair value and subsequently
measured at amortized cost less settlement payments.
Financial liabilities are derecognized from the consolidated statements of financial position only
when the obligations are extinguished either through discharge, cancellation or expiration.
Fair value is defined as the amount at which the financial instruments could be exchanged in a
current transaction between knowledgeable, willing parties in an arm’s length transaction, other
than in a forced sale or liquidation. Fair values are obtained from quoted prices, discounted cash
flow models, as appropriate.
The face values less any estimated credit adjustments for financial assets and liabilities with a
maturity of less than one year are assumed to approximate to their fair values. The fair value of
financial liabilities for disclosure purposes is estimated by discounting the future contractual cash
flows at the current market interest rate available to the entity for similar financial instruments.
The cost of providing post-employment benefit is determined using the Projected Unit Credit
Method. The accumulated unrecognized actuarial gains and losses that exceed 10% of the present
value of the entity’s defined benefit obligations is recognized on a straight-line basis over the
expected average remaining working lives of the participating employees. Past service cost is
recognized immediately to the extent that the benefits are already vested, and otherwise is
amortized on a straight-line basis over the average period until the benefits become vested.
The benefit obligation recognized in the consolidated statements of financial position represents
the present value of the defined benefit obligation, as adjusted for unrecognized actuarial gains
and losses and unrecognized past service cost.
36
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
Revenue is recognized to the extent that it is probable that the economic benefits will flow to the
entity and the revenue can be reliably measured. The following specific recognition criteria must
also be met before revenue is recognized:
(i) Sale of goods – Revenue is recognized when the risks and rewards of ownership of the goods
have passed to the buyer, i.e. generally when the goods are delivered to the customers.
(ii) Interest income – Revenue is recognized as the interest accrues taking into account the
effective yield of the asset.
(iii) Gain on sale of property, plant and equipment – Revenue is recognized when the title to the
assets is transferred to the buyer or when the collectibility of the entire sales price is
reasonably measured.
Revenue is measured by reference to the fair value of consideration received or receivable by the
entity for goods supplied.
Expenses are recognized upon utilization of the service or at the date they are incurred.
t. Income Tax
Income tax is computed on the basis of taxable income for the period. Deferred income tax is
provided for the timing differences in the recognition of income and expenses for financial
reporting and income tax purpose. The accounting treatment is in conformity with the Statement
Financial Accounting Standard (SFAS) No. 46 concerning Accounting for Income Taxes.
Deferred tax is accounted for using the current tax rate or substantially applicable tax rate at the
consolidated statements of financial position date. Deferred tax are charged or credited to the
consolidated statements of comprehensive income in the current period.
Basic profit per share is computed by dividing net profit by the weighted average number of shares
outstanding during the year. The weighted average number of shares as of December 31, 2011 and
2010 was 2,376,907,950 shares, in both years.
v. Segment Information
37
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
2. whose operating results are reviewed regularly by the entity’s chief operating decision maker
to make decision about resources to be allocated to the segments and assess its performance ;
and
3. for which discrete financial information is available.
4. ESTIMATION UNCERTAINTY
The preparation of the consolidated financial statements in conformity with Indonesian Financial
Accounting Standard required management to make judgments, estimates and assumption that effect
the application of accounting policies and amounts reported in the consolidated financial statements.
Actual results may differ from these estimates.
Estimates and underlying assumptions are reviewed on an on going basis. Revisions to accounting
estimates are recognized in the period in with the estimates are revised and in the future period
effected.
Information about critical judgments and estimates in applying accounting policies that have the most
significant effect on the amounts recognized in the consolidated financial statements are as follows :
Impairment
An impairment loss is recognized for the amount by which the assets or cash-generating unit’s
carrying amount exceeds its recoverable amount. To determine the recoverable amount, management
estimates expected future cash flows from each cash-generating unit and determines a suitable interest
rate in order to calculate the present value of those cash flows. In the process of measuring expected
future cash flows management makes assumptions about future operating results. These assumptions
relate to future events and circumstances. The actual results may vary, and may cause significant
adjustments to the Company and Subsidiaries’ assets within the next financial year.
In most cases, determining the applicable discount rate involves estimating the appropriate adjustment
to market risk and the appropriate adjustment to asset-specific risk factors.
The determination of the Company and its Subsidiaries’ obligations and cost for pension and
employee benefits liabilities is dependent on its selection of certain assumptions used by the
independent actuaries in calculating such amounts. Those assumptions include among others, discount
rates, annual salary increase rate, annual employee turn-over rate, disability rate, retirement age and
mortality rate.
38
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
Actual results that differ from the Company and its Subsidiaries’ assumptions which effects are more
than 10% of the defined benefit obligations are deferred and being amortized on a straight-line basis
over the expected average remaining service years of the qualified employees. While the Company
and its Subsidiaries believe that its assumptions are reasonable and appropriate, significant differences
in the actual results or significant changes in the Company and its Subsidiaries’ assumptions may
materially affect its estimated liabilities for pension and employee benefits and net employee benefit
expense.
Management determined the estimates the useful lives of these property, plant and equipment and
depreciation expense based on the expected utility of the assets. These are common life expectancies
applied in the industries where the Company and its Subsidiaries conducts its business. Actual results
may vary due to technical obsolescence. Changes in the expected level of usage and technological
development could impact the economic useful lives and the residual values of these assets, and
therefore future depreciation charges could be revised.
Management uses valuation techniques in measuring the fair value of financial instruments where
active market quotes are not available. In applying the valuation techniques, management makes
maximum use of market inputs, and uses estimates and assumptions that are, as far as possible,
consistent with observable data that market participants would use in pricing the instrument.
Where applicable data is not observable, management uses its best estimate about the assumptions that
market participants would make. These estimates may vary from the actual prices that would be
achieved in an arm’s length transaction at the reporting date.
Cash on hand :
Rupiah 380,467,288 371,157,705
US Dollar 305,003,811 297,715,747
Singapore Dollar 57,615,945 19,989,884
Euro European 27,559,862 6,468,082
Norwegian Krone 1,455,663 1,474,349
772,102,569 696,805,767
39
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
Cash in banks :
Third Parties :
Deutsche Bank
Rupiah account 10,280,801,879 11,470,996,970
US Dollar account 13,127,799,840 66,609,289,906
PT Bank CIMB Niaga Tbk
Rupiah account 1,623,533,799 926,269,108
US Dollar account 782,916,521 109,599,211
PT Bank Central Asia Tbk
Rupiah account 543,981,441 447,142,449
US Dollar account 2,660,593,367 6,410,904,786
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
Rupiah account 1,385,544,246 1,188,166,093
US Dollar account − 15,204,141
PT Bank Mandiri Tbk
Rupiah account − 10,429,794
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk
Rupiah account − 8,065,237
30,405,171,093 87,196,067,695
• Cash in banks generally earn interest at rates based on daily bank deposit rates with rates ranging
from 0.50% to 3.25% per annum for Rupiah accounts and 0.20% to 0.75% per annum for
US Dollar accounts in 2011 and 2010.
• No cash and cash equivalents are placed with the related parties.
Third party :
Deutsche Bank, Jakarta 3,000,000,000 1,000,000,000
• In 2011, time deposit with Deutsche Bank, Jakarta of Rp 2,000,000,000 represents one year time
deposit with interest rate of 5.80% per annum, due on December 10, 2012.
40
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
• In 2011, time deposit with Deutsche Bank, Jakarta of Rp 1,000,000,000 represents one year time
deposit with interest rate of 6.25% per annum, due on May 20, 2012.
• In 2010, time deposit with Deutsche Bank, Jakarta of Rp 1,000,000,000 represents one year time
deposit with interest rate of 6.25% per annum, due on May 18, 2011. The time deposit is
liquidated on May 18, 2011.
7. TRADE RECEIVABLES
Third parties :
2011 2010
Rp Rp
A summary of the aging of trade receivables from third parties based on the date of invoice is as
follows :
2011 2010
Rp Rp
41
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
Changes in the allowance for impairment from third parties are as follows :
2011 2010
Rp Rp
Trade receivables from third parties are short-term and non interest bearings.
All amounts of trade receivables from third parties have been reviewed for indication of impairment.
Based on the review of the status of individual trade receivables from third parties as of December 31,
2011, the Company’s managements believe that there is no requirement of allowance for impairment
as the amounts are fully collectible. And based on the review of the status of individual trade
receivables from third parties as of December 31, 2010, the Company and Subsidiaries’ managements
believe that the impairment of trade receivables from third parties are adequate to cover possible
losses on uncollectible receivables from third parties because of the financial difficulties of the
Subsidiary’ customers.
Deduction in allowance for impairment in 2010 of Rp 181,253,419 was a reversal of allowance for
impairment due to the difference of foreign exchange rate.
The net carrying value of trade receivables from third parties is considered a reasonable
approximation of fair value.
The details of trade receivables from third parties based on currencies are as follows :
2011 2010
Rp Rp
42
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
Related parties :
2011 2010
Rp Rp
A summary of the aging of trade receivables from related parties based on the date of invoice is as
follows :
2011 2010
Rp Rp
Up to 1 month – –
> 1 month – 3 months – –
> 3 months – 6 months – –
> 6 months – 1 year – –
> 1 year 410,708,693,704 268,722,447,175
Changes in the allowance for impairment of trade receivables from related parties are as follows :
2011 2010
Rp Rp
Beginnning balance – –
Movement during the year :
Addition 141,986,246,529 –
Deduction – –
Trade receivables from related parties are short-term and non interest bearings.
Additions in allowance for impairment in 2011 of Rp 141,986,246,529 due to the impairment loss on
uncollectible trade receivables from PT Texmaco Jaya Tbk (under bankruptcy), and has been
eliminated with the discountinued operations financial statements from Subsidiary (Note 46).
43
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
Based on the review of the status of the trade receivables from related parties, management believes
that the carrying value is a reasonable approximation of fair value. The impairment was not provided
since the related party, PT Multikarsa Investama, is under debt restructuring program and the
settlement of the receivables from related party will be done when the debt restructuring is completed.
The details of trade receivables from related parties based on currencies are as follows :
2011 2010
Rp Rp
Rupiah 410,708,693,704 268,722,447,175
In 2011, all trade receivables are used as collateral for the Company’s bank loans and working capital
loans that were received from Damiano Investments BV., Netherland (Notes 17 and 26). And in 2010,
all trade receivables are used as collateral for the Company’s bank loans, working capital loans and
the Subsidiary’s short-term loans that were received from Damiano Investments BV., Netherland
(Notes 17, 19 and 26).
8. OTHER RECEIVABLES
2011 2010
Rp Rp
Third parties :
Receivables from purchase discounts 2,043,148,647 −
Receivables from import clearance 1,724,449,726 1,044,521,903
Receivables from employees 347,153,332 840,738,253
Interest receivables on time deposit 6,663,333 1,805,556
Others 2,646,971,303 2,544,318,922
6,768,386,341 4,431,384,634
Other third parties :
Operational Advances to :
PT Wastra Indah 142,286,940,254 164,073,551,252
PT Texmaco Perkasa Engineering Tbk 51,203,593,031 79,623,239,633
PT Wahana Perkasa Auto Jaya 50,169,696,654 50,799,463,564
PT Sumatex Subur 28,706,321,888 34,267,515,040
PT Texmaco Taman Synthetics 28,024,019,799 37,072,146,707
Drapper Texmaco Inc. Co., United States of America 18,567,339,814 18,567,339,814
Norfil Ltd., England 6,547,165,191 6,547,165,191
PT Bina Prima Perdana 4,678,110,000 –
PT Jaya Perkasa Engineering 4,283,000,000 –
Commonwealth Holdings Pte. Ltd., Singapore 4,467,327,421 4,467,327,421
44
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
Net 16,168,874,785 −
Other receivables from the above companies represent the loans and advances for working capital
purposes. The loan and advances are not subject to interest and have no terms of repayment. Until
now, these companies above are unable to pay their payables to the Company and its Subsidiaries due
to their financial difficulties. Some of the companies have already stopped operations and are still
under the restructuring program with PT Perusahaan Pengelola Asset (PPA). As of March 2012, the
debt restructuring process has not yet been completed.
45
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
Additions in allowance for impairment in 2010 of Rp 303,000,000 was recognized due to additional
uncollectible other receivables, and are presented as part of the general and administrative expenses in
the consolidated statements of comprehensive income (Note 42).
Deductions in allowance for impairment in 2011 of Rp 274,213,845, was a reversal of allowance for
impairment due to the collectible, and are presented as part of the miscellaneous income, net in the
consolidated statements of comprehensive income (Note 45).
Deductions in allowance for impairment in 2010 of Rp 5,102,261,068, was a reversal of allowance for
impairment due to the difference of foreign exchange rate.
Other receivables from employees represent advances to employees. These advances are not subject to
interest and the payments are made based on terms of repayment schedule.
All amounts of other receivables have been reviewed for indication of impairment. Based on the
review of the status of individual other receivables, the Company and its Subsidiaries’ managements
believe that the impairment of other receivables are adequate to cover possible losses on uncollectible
other receivables.
2011 2010
Rp Rp
The net carrying value of other receivable are considered a reasonable approximation of fair value.
46
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
9. INVENTORIES
2011 2010
Rp Rp
Based on the review of the physical condition of the inventories at the end of each year, the Company
and its Subsidiaries’ management believes that no allowance for impairment is deemed necessary.
As at December 31, 2011 and 2010, the Company’s inventories were covered by insurance with
PT Asuransi Rama Satria Wibawa against fire loss and other risks totaling of US$ 68,000,000 and
US$ 51,000,000, respectively, which in the opinion of the management were adequate to cover losses
arising from such risks. As at December 31, 2010, the Subsidiaries’ inventories were not covered by
insurance against fire loss and other risks.
In 2011, all inventories were used as collateral for the Company’s bank loans and working capital
loans that were received from Damiano Investments BV., Netherland (Notes 17 and 26). And in 2010,
all inventories were used as collateral for the Company’s bank loans, working capital loans and the
Subsidiary’s short-term loans received from Damiano Investments BV., Netherland (Notes 17, 19 and
26).
Third parties :
Purchase of property, plant and equipments 49,537,553,869 25,721,389,072
Purchase of inventories 40,759,776,124 30,598,633,412
Purchase of turbine’s spareparts 7,806,751,861 1,143,761,941
98,104,081,854 57,463,784,425
Other third party :
PT Wismakarya Prasetya 245,091,340,379 233,605,042,490
47
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
In 2011, total purchases advance of property, plant and equipments of Rp 49,537,553,869 represents
the balance in connection with the purchases machineries and equipments with total amounts of
Rp 16,717,469,383 in filament yarn division and the purchases of fiber machineries and equipments
for expansion with total amounts of Rp 32,820,084,486. The machineries and equipments will be
received in 2012.
And in 2010, total purchase advances of property, plant and equipments of Rp 25,721,389,072
represent the balance in connection with the purchases of machineries and equipments with total
amounts of Rp 5,466,999,072 in filament yarn division and the expansion for Batch Poly (chips) with
total amounts of Rp 20,254,390,000. The machineries and equipments had been received in April 2011
and May 2011.
The payment made by the Company to PT Wismakarya Prasetya in excess of the invoice amount in
treated as advance payment to PT Wismakarya Prasetya in line with the agreement between
PT Wismakarya Prasetya and the Company on November 16, 2006.
This account consist of advances for the Company’s investment in land to be used for a joint venture
project between the Company and Eastman Kodak Company, USA to manufacture special types of
polyester chips and fiber in Karawang - West Java. Total advances represents 17% of the joint
venture’s subscribed capital. However the necessity for continuing with the joint venture is being
assessed by both joint venture partners. As there is no possibility of the start-up this venture, it is
thought fit to provide impairment for this equivalent amount in 2010.
48
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
Based on the purchase and sale gas agreement No. 001016.PK/HK.02/USH/2010 between the
Company, PT Perusahaan Gas Negara (Persero) and PT Wismakarya Prasetya, the Company should
provide the bank guarantee for gas supplies equivalent to approximately two months consumption
value and the balance of gas. As of December 31, 2011 and 2010, the Company provided the bank
guarantee (SBLC) through Deutsche Bank, Jakarta for an amount equal to US$ 2,915,282 plus
Rp 14,248,812,000 (or equivalent with 4,486,611) and US$ 1,466,368 plus Rp 7,124,400,000 (or
equivalent with US$ 2,258,760), respectively representing 2 month’s consumption. The bank
guarantees have terms of 9 (nine) months and will due on September 30, 2012. In order to obtain the
SBLC, the Company deposited an amount equal to US$ 5,483,630 and US$ 2,696,000 as of
December 31, 2011 and 2010 in Deutsche Bank, Hong Kong as collateral through Kyoa account. The
collateral represents approximately 120% of SBLC amount.
2011 2010
Rp Rp
Rupiah 2,237,815,332 2,233,390,432
United States Dollar
(US$ 5,489,730 in 2011 and US$ 2,696,000 in 2010) 49,780,870,098 24,239,736,000
Total 52,018,685,430 26,473,126,432
49
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
Receivables from PT Multikarsa Investama derived from the cash receipts from AR International
Limited, Hong Kong of Rp 51,421,394,625 due to refund on advances for purchase of property, plant
and equipment (machinery and equipment) and the remaining balance represent advance payments for
expenses of Rp 316,048,200,308 and Rp 424,598,918,720 as of December 31, 2011 and 2010
respectively represent advance payments for salary and other expenses.
Based on the review of the status of the non-trade receivables from related parties, management
believes that the carrying value is a reasonable approximation of fair value. The impairment was not
provided since the related party, PT Multikarsa Investama, is under debt restructuring program and the
settlement of the due from related parties will be done when the debt restructuring is completed.
The details of non-trade receivables from related parties based on currencies are as follows :
2011 2010
Rp Rp
Rupiah 1,332,401,933,494 476,020,313,345
IBRA (PPA) :
PT Bank Dharmala
Rupiah account 27,066,834 64,056,133
50
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
As the Company and Subsidiary are under restructuring process with the Indonesian Bank
Restructuring Agency (IBRA), the aggregate balances of cash in banks were restricted by IBRA.
The Indonesian government through IBRA suspended the bank operating licences of PT Bank Putera
Multikarsa, a related party, on January 28, 2000, PT Bank Dharmala, PT Bank Asia Pacific and
PT Bank Papan Sejahtera on March 13, 1999; and PT Bank Umum Nasional on August 21, 1998. As a
result, the balance of cash as of December 31, 2011 and 2010 amounting to Rp 10,345,623,643 and
Rp 17,129,600,731, respectively, is shown as restricted cash in banks under non-current assets in the
2011 and 2010 consolidated statements of financial position.
Deduction in 2011 represents the deduction of restricted cash in banks which financial statements
were no longer consolidated in 2011 due to the Subsidiary (PT Texmaco Jaya Tbk) is stated at
bankruptcy and insolvency so it caused that the Company have lost of control (Note 46).
The Company and its Subsidiaries’ management determined that the restricted cash in banks do not
need impaired, because the outstanding balance of restricted cash in banks will be settled upon the
Company and its Subsidiaries’ loans repayment or upon completion of the restructuring program with
creditors and PPA. The net carrying value of the restricted cash in banks is considered a reasonable
approximation of fair value.
51
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
Carrying cost :
Direct acquisition 9,800,327,704,159 10,706,451,678,368
Assets under finance lease − 30,142,094,300
Accumulated depreciation :
Direct acquisition 8,573,556,432,737 8,946,963,740,712
Assets under finance lease − 30,142,094,300
Direct acquisition :
Carrying cost :
Land 111,712,279,573 – 74,863,284,378 – 36,848,995,195
Building and improvement 218,670,462,740 1,902,915,564 94,149,737,607 – 126,423,640,697
Machinery and equipment 10,316,220,766,066 50,112,277,471 774,373,118,009 16,096,195,720 9,608,056,121,248
Transportation equipment 25,122,643,741 408,913,636 8,158,435,806 – 17,373,121,571
Office equipment 29,946,833,126 600,000 18,321,607,678 – 11,625,825,448
Store equipment 4,778,693,122 – 4,778,693,122 – –
Accumulated depreciation :
Building and improvement 165,970,749,814 8,820,489,737 74,732,397,611 – 100,058,841,940
Machinery and equipment 8,724,196,785,856 496,770,912,045 773,946,248,606 – 8,447,021,449,295
Transportation equipment 22,094,603,589 809,704,214 8,040,699,681 – 14,863,608,122
Office equipment 29,922,908,331 8,863,217 18,319,238,168 – 11,612,533,380
Store equipment 4,778,693,122 – 4,778,693,122 – –
52
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
Carrying cost :
Land 111,712,279,573 – – – 111,712,279,573
Building and improvement 218,670,462,740 – – – 218,670,462,740
Machinery and equipment 10,302,849,214,879 13,371,551,187 – – 10,316,220,766,066
Transportation equipment 23,602,511,287 2,671,632,454 1,151,500,000 – 25,122,643,741
Office equipment 29,928,933,126 17,900,000 – – 29,946,833,126
Store equipment 4,778,693,122 – – – 4,778,693,122
10,691,542,094,727 16,061,083,641 1,151,500,000 – 10,706,451,678,368
Accumulated depreciation :
Building and improvement 155,760,850,234 10,209,899,580 – – 165,970,749,814
Machinery and equipment 8,228,272,341,404 495,924,444,452 – – 8,724,196,785,856
Transportation equipment 22,769,194,569 476,909,020 1,151,500,000 – 22,094,603,589
Office equipment 29,903,718,627 19,189,704 – – 29,922,908,331
Store equipment 4,778,693,122 – – – 4,778,693,122
8,441,484,797,956 506,630,442,756 1,151,500,000 – 8,946,963,740,712
Carrying cost :
Machinery and equipment 30,142,094,300 – 30,142,094,300 – –
30,142,094,300 – 30,142,094,300 – –
Accumulated depreciation :
Machinery and equipment 30,142,094,300 – 30,142,094,300 – –
30,142,094,300 – 30,142,094,300 – –
Book value – –
Carrying cost :
Machinery and equipment 30,142,094,300 – – – 30,142,094,300
30,142,094,300 – – – 30,142,094,300
Accumulated depreciation :
Machinery and equipment 30,142,094,300 – – – 30,142,094,300
30,142,094,300 – – – 30,142,094,300
Book value – –
53
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
Construction in progress :
Carrying cost :
Machinery and equipment 16,096,195,720 28,346,412,332 – 16,096,195,720 28,346,412,332
Carrying cost :
Machinery and equipment – 16,096,195,720 – – 16,096,195,720
Deduction on the property, plant and equipment represents sale of transportation equipment as
follows:
2011 2010
Rp Rp
Book value – –
Selling price – 763,636,367
2011 2010
Rp Rp
Depreciation expenses are allocated to :
Direct acquisition :
Continued operations :
Manufacturing expense (Note 40) 502,656,246,277 501,535,394,142
General and administrative expenses (Note 42) 798,585,385 496,098,719
Other income (charges) − 4,598,949,895
503,454,831,662 506,630,442,756
2,955,137,551 −
54
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
In 2011 and 2010, the Company own several pieces of land located in Karawang, Kendal and
Pemalang amounted to 751,357.40 and 1,265,486.40 square meters, respectively with certificate
Building Use Right (Hak Guna Bangunan or HGB) for a period of 20 – 30 years which will be expired
between 2006 and 2029. For the ownership certificate of the land were located in Semarang of 78,111
square meters have been extended up to November 29, 2027. Management believes that there will be
no difficulty in the extension of the certificate of landrights since all the landrights were acquired
legally and supported by sufficient evidence of ownership. In 2002 and 2001, the addition of land of
Rp 220,685,580 and Rp 1,753,645,426 consist of land located in Semarang of 24,120 square meters
and in Karawang 1,962.60 square meters. The ownership certificate processing of the land is still in
progress.
Deduction in 2011 represents the deduction of property, plant and equipments which financial
statements were no longer consolidated in 2011 due to the Subsidiary (PT Texmaco Jaya Tbk) is
stated at bankruptcy and insolvency so it caused that the Company have lost of control (Note 46).
Machinery and equipment construction in progress as of December 31, 2011 of Rp 28,346,412,332 are
connected with the increasing of the Company’s filament yarn and fiber capacity. Up to December 31,
2011, the percentage of completion for this project is approximately 74% and will be completed in
2012. Management believes that there is no impediment to the completion of the contruction in
progress.
Machinery and equipment construction in progress as of December 31, 2010 of Rp 16,096,195,720 are
connected with the Company’s development in the new product yarn (SILKRA’s branded) and the
Company’s Batch Poly capacity. These have been completed in August 2011 and December 2011,
respectively.
As of December 31, 2011 and 2010, all of the Company and its Subsidiaries’ property, plant and
equipment, except land were insured with PT Asuransi Rama Satria Wibawa from loss and other risks
including earthquake valuing in total US$ 561,520,000 and US$ 571,850,000 plus Rp 2,813,350,000,
respectively. The Company and its Subsidiaries’ management, the sum insured as stated above is
adequate to cover possible losses arising from such risks.
As of December 31, 2011, the fair value of land (762,538 sqm) based on NJOP (Tax Object Market
Value) is Rp 228,498,206,000 and the fair value of building (210,582 sqm) based on NJOP is
Rp 145,565,456,000. And as of December 31, 2010, the fair value of land (1,119,661 sqm) based on
NJOP (Tax Object Market Value) is Rp 315,500,995,000 and the fair value of building (375,458 sqm)
based on NJOP is Rp 235,422,046,000.
Based on the appraisal’s report of KJPP Wilson and Rekan dated January 30, 2012, total market value
of the Company’s land, building and improvement were Rp 444,212,000,000. And based on the
appraisal’s report of Nirboyo A., Dewi A. & Rekan dated January 19, 2012, total market value of
machinery and transportation equipment in Karawang is US$ 274,860,902 (equivalent to
Rp 2,492,438,659,336).
55
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
Based on the appraisal’s report of Nirboyo A., Dewi A. & Rekan dated January 20, 2010, total market
value of the Company’s property, plant and equipment (except for office equipments) are
US$ 591,782,199.
In 2011, All of the Company’s land, machinery and equipment are used as collateral for secured bond
holders and working capital loans from Damiano Investments BV., Netherland and PT Bina Prima
Perdana (BPP) / PT Perusahaan Pengelola Asset (PPA) (Notes 18 and 26). And in 2010, All of the
Company and Subsidiaries’ land, machinery and equipment are used as collateral for the secured bond
holders, working capital loans and notes payable from Damiano Investments BV., Netherland and
PT Bina Prima Perdana (BPP) / PT Perusahaan Pengelola Asset (PPA) (Notes 18, 20 and 26).
Related Party :
Damiano Investment BV., Netherland
(US$ 70,339,624 in 2011 and
US$ 48,046,644 in 2010) 637,839,711,337 431,987,380,441
According to the amendment loan agreement dated March 3, 2006 and August 31, 2006 between the
Company (Borrower), and Damiano Investments BV., Netherland (Lender), and PT Ferrier Hodgson
(Monitoring Agent), the lender agreed to provide the Letter of Credit facility in the aggregate principal
amount of US$ 50,000,000. Accordingly, the Company can also use the lender name as guarantor for
opening Letter of Credit in Barclays Bank Plc, Hongkong (Barclays). In addition, the Company should
pay a financing fee of 2.25% per month on the aggregate amounts of the facility in Barclays to
Damiano Investments BV., Netherland.
Further, based on the amendment loan agreement dated January 1, 2009 between the Company
(Borrower), and Damiano Investments BV., Netherland (Lender), and PT Ferrier Hodgson
(Monitoring Agent), from April 3, 2009 onwards, any and all references to “Barclays Letter of Credit
Facility” shall be moved to “Deutsche Bank AG : Letter of Credit Facility”. The fee charges by
Damiano Investments BV., Netherland on this facility was 1.50% per month.
The Letter of Credit facility always changed based on the Company’s requirements for purchasing of
raw materials. Based on the last amendment loan agreement dated April 8, 2011 between the Company
(Borrower) and Damiano Investments BV., Netherland (Lender), and PT Ferrier Hodgson (Monitoring
Agent), the lender agreed to increase the Letter of Credit facility in the aggregate principal amount
from US$ 50,000,000 to US$ 80,000,000.
56
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
The availability of facility as of December 31, 2011 and 2010 were US$ 76,934,921 and
US$ 50,717,707, respectively. And the letter of credit is used by the Company to purchase of raw
materials totaling US$ 70,339,624 (equivalent to Rp 637,839,711,337) in 2011 and US$ 48,046,644
(equivalent to Rp 431,987,380,441) in 2010, respectively.
For the years ended December 31, 2011 and 2010, a fee on Bank Loan has been recognized in the
amount of Rp 91,061,129,517 and Rp 73,156,430,350, respectively, and is presented as part of interest
expense and bank charges accounts in the consolidated statements of comprehensive income (Note
44).
All bank loans from Damiano Investments BV., Netherland are collateralized by the Company’s trade
receivables and inventories (Notes 7 and 9).
The fair value of these short-term financial liabilities is not individually determined as the carrying
amount is considered a reasonable approximation of fair value.
Bonds :
6,189,145,768,000 6,136,591,266,000
1,926,648,206,874 1,905,030,455,458
57
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
297,284,540,829 299,005,110,596
Tim Pemberesan (TP)
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
US$ 78,628,322 713,001,627,708 706,947,246,882
Rupiah 41,968,807,083 41,968,807,083
EUR 1,426,173 16,741,818,216 17,051,019,567
CHF 45,902 442,327,333 440,670,915
772,154,580,340 766,407,744,447
On November 30, 2001, the Company entered into Definitive Memorandum of Agreement (MOA)
with the noteholders regarding the restructuring plan of the Company. However, it has not yet been
executed by the Company, and the MOA automatically terminated. However, on March 14, 2007, the
Company has issued a new SDRP (Secured Debt Restructure Proposal) to its secured creditors for the
restructure of its Secured debts including the bonds. Up to March 2012, the Company has not obtained
the approval from the secured creditors, particularly from PPA (28% of total secured debt) has not
given their decision on restructuring settlement.
In July 2007, the Company submitted a Secured Debt Restructure Plan (SDRP) to its secured creditors
comprising of secured bond holders and PPA. However, PPA has not approved this SDRP till March
2012, though the same is being supported by Damiano Investments BV., Netherland. Damiano
Investments BV., Netherland currently hold approximately 93% of the secured bonds and banks, other
than PPA. In November 2010 and December 2010, PPA announced a “Sale of Texmaco Assets and
Shares” programme which includes the fixed assets held as security by PPA in the Company-
Semarang’s site. However for some reasons in December 2010, the programme was called-off and
cancelled.
58
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
The Company issued US$ 125,000,000 Unsecured Senior Notes in June 1994 carrying an interest
rate of 13% per annum. The notes are due for repayment in 2001. In May 1996, the Company
offered to the holders of the said unsecured notes to exchange their notes with 13% Guaranteed
Senior Notes due in 2001 which were listed in Luxembourg Stock Exchanges and issued by PIFC
with the Company as the guarantor.
All holders of the unsecured notes exchanged their notes with the new secured notes except for the
holders of unsecured notes amounting to US$ 2,474,000. In August 1997, the Company paid part
of the 13% Unsecured Senior Notes amounting to US$ 1,250,000.
In February 1996, PIFC, with the Company as a guarantor, issued the US$ 50,000,000 Secured
Floating Rate Notes which were listed in Luxembourg Stock Exchanges with carrying an interest
rate of 3% above LIBOR and were due in 1999.
In July 1997, PIFC, with the Company as a guarantor, issued the US$ 250,000,000 Guaranteed
Secured Notes due in 2007 which were listed in Luxembourg Stock Exchange with carrying an
interest rate of 9.375% per annum. The proceeds from issuance of these notes were used to
finance a portion of phase I of the Company’s expansion program.
In June 1996, PIFC, with the Company as a guarantor, issued the US$ 260,000,000 Guaranteed
Secured Notes due in 2006 which were listed in Luxembourg Stock Exchange. The notes carry an
interest rate of 11.375% per annum. The proceeds from issuance of these notes were used to pay
off other debts and loans.
Currently all these notes have been delisted from Luxembourg Stock Exchanges and are secured by
liens of the collateral, which consist of real property, moveable assets (other than inventories) and
proceeds of collateral on a pari-passu basis with the other notes payable and obligations of the
Company (Note 16).
Loans to PT Bina Prima Perdana (BPP) represent loans from PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
which had been defaulted and transferred to IBRA. Further, pursuant to debt restructuring scheme in
Master Restructuring Agreement (MRA) dated May 23, 2001, in 2002 the Company’s debts to IBRA
have been transferred to BPP. For this transfer, BPP issued Exchangeable Bond (EB) to IBRA. But, on
February 26, 2004, IBRA issued a letter of default notice to PT Bina Prima Perdana. The letter stated
that PT Bina Prima Perdana as the textile holding company had failed to pay the Exchangeable Bond
(EB) coupons due on August 18, 2003.
59
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
The Company did not recognize the interest expenses on secured debts since 2004 since the Company
is under restructuring process, and the interest payable will not be counted. As of December 31, 2011
and 2010, the interest payable of Rp 380,648,007,290 was presented as part of accrued expenses in the
consolidated statements of financial position.
2011 2010
Rp Rp
European Euro
(EUR 15,688,978 in 2011 and 2010) 184,172,764,863 187,574,142,730
Japan Yen
(JPY 3,001,711,400 in 2011 and 2010) 350,609,346,911 331,044,642,263
Swiss Franc
(CHF 45,902 in 2011 and 2010) 442,327,333 440,670,915
The fair value of these short-term financial liabilities is not individually determined as the carrying
amount is considered a reasonable approximation of fair value.
60
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
Total − 43,196,014,550
Others :
PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia
(US$ 1,906,484) − 17,141,197,649
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
(US$ 198,595 and Rp 27,115,346,119) − 28,900,913,875
Jumlah lain-lain − 46,042,111,524
Total − 324,161,880,678
Loans to PT Bina Prima Perdana (BPP) represent loans to PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk,
PT Bank Dharmala and PT Bank Putera Multikarsa which have been default and transferred to IBRA.
Pursuant to the debt restructuring scheme of the Master Restructuring Agreement (MRA) dated May
23, 2001, the Subsidiaries’ debts to IBRA are to transferred to BPP in 2002. For this transfer, BPP
issued Exchangeable Bond (EB) to IBRA.
61
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
On November 30, 2001, the Subsidiary entered into Definitive Memorandum of Agreement (MOA)
with the bondholders and IBRA for restructuring plan of Subsidiary. However, it has not yet been
executed by the Subsidiary and the MOA could be automatically terminated.
On February 26, 2004, IBRA issued a letter of default notice to PT Bina Prima Perdana. The letter
stated that PT Bina Prima Perdana as the textile holding company has failed to pay the Exchangeable
Bond (EB) coupons due on August 18, 2003.
On February 27, 2004, IBRA was dissolved by the Government. The outstanding or unfinished affairs
under the handling of IBRA were transferred to a company called PT Perusahaan Pengelola Assets
(Assets Management Company) for further management and restructuring process under the
supervision of the Ministry of Finance.
The Subsidiary did not recognize the interest expense incurred from the short-term loan from
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) since 2004 due to the Subsidiary is under the
restructuring process, and the interest payables will not be counted. As of December 31, 2010, the
Subsidiary has interest payables of amounting to Rp 50,280,187,912 plus US$ 9,031,692.27, and
was presented as part of accrued expenses in the consolidated statements of financial position.
PT Bank Dharmala
The Subsidiary did not recognize the interest expense incurred from the short-term loan from
PT Bank Dharmala since 2004 due to the Subsidiary is under the restructuring process, and the
interest payables will not be counted. As of December 31, 2010, the Subsidiary has interest
payables of Rp 7,856,714,054, and was presented as part of accrued expenses in the consolidated
statements of financial position.
The Subsidiary did not recognize the interest expense incurred from the short-term loan from
PT Bank Putera Multikarsa since 2004 due to the Subsidiary is under the restructuring process,
and the interest payables will not be counted. As of December 31, 2010, the Subsidiary has
interest payable of Rp 98,149,297, and was presented as part of accrued expenses in the
consolidated statements of financial position.
62
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
On January 27, 2006, the Subsidiary obtained a short term working capital loan facility amounting
US$ 500,000 from Catora International B.V., Netherlands (“CIBV.”) for the purchase of raw
materials (import and local) and to meet some of critical operational expenses such as wages,
electricity etc. This facility bears interest rate 18% p.a. with the final repayment due on August 31,
2006, and is secured by inventories under fiduciary in favour of CIBV. at a minimal amount of
US$ 750,000. The facility had been amended on August 2006 to provide the Subsidiary with total
credit facility up to US$ 750,000 and the final repayment due on May 31, 2007. During 2007, the
Company has paid US$ 200,000 on August 14, 2007 and US$ 100,000 on September 13, 2007.
During 2008, the Subsidiary has paid US$ 50,000 on April 9, 2008.
Subsequently, the loan was assigned in favour of Mr. Marimutu Sinivasan as per the assignment
agreement dated July 29, 2008.
As of December 31, 2010, the Subsidiary has not paid the remaining working capital loan
amounting to US$ 400,000 which is already due because of financial difficulties and cash flow
problem. This agreement has not yet been renewed.
As of December 31, 2010, the Subsidiary has interest payables were US$ 149,946 (equivalent with
Rp 1,348,164,450), and was presented as part of accrued expenses in the consolidated statements
of financial position.
For the period ended August 19, 2011, interest expense of short-term loans from Catora
International BV., Netherland amounted to US$ 51,333 (equivalent to Rp 425,399,333) and was
presented as part of discountinued operations financial statements from Subsidiary (Note 46). And
for the year ended December 31, 2010, interest expense of short-term loans from Catora
International BV., Netherland amounted to US$ 81,111 (equivalent to Rp 736,238,222) and was
presented as part of interest expenses and bank charges in the consolidated statements of
comprehensive income (Note 44).
Based on the loan agreement dated January 8, 2008 among the Subsidiary (Borrower), Damiano
Investments BV., Netherland (Lender), and PT Ferrier Hodgson (Monitoring Agent), the lender
agreed to provide working capital loan facility in the aggregate principal amount of
US$ 1,000,000. The interest chargeable in this loan is 25% per annum, repayable in six (6) months
after the date of execution or due on August 2008. On August 14, 2008 and September 1, 2008,
the Subsidiary has paid US$ 700,000 and US$ 100,000 respectively. As of December 31, 2011
and 2010, the Subsidiary has not paid the remaining balance of US$ 200,000 respectively due to
financial difficulties or cash flow problem.
63
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
As of December 31, 2010, the Subsidiary has interest payables were US$ 174,194 (equivalent with
Rp 1,566,177,417), and was presented as part of accrued expenses in the consolidated statements
of financial position.
For the period ended August 19, 2011, interest expense on short-term loans from Damiano
Investment BV., Netherland amounted to US$ 35,645 (equivalent to Rp 287,763,423) and was
presented as part of discountinued operations financial statements from Subsidiary (Note 46). And
for the year ended December 31, 2010, interest expense on short-term loans from Damiano
Investment BV., Netherland amounted to US$ 56,327 (equivalent to Rp 553,146,917) and was
presented as part of interest expenses and bank charges in the consolidated statements of income
(Note 44).
In August 2000, the Subsidiary obtained Letter of Credit facilities from PT Bank Negara Indonesia
(Persero) Tbk (BNI) with a maximum credit of US$ 100,000,000 for importing raw materials,
supplies and consumable goods for textile and chemical industries. The Letter of Credit Facility
provided by BNI guaranteed by IBRA, was stopped by BNI in March 2003.
The Subsidiary did not recognize the interest expense incurred from the short-term loan from
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) since 2004 due to the Subsidiary is under the
restructuring process, and the interest payables will not be counted. As of December 31, 2010, the
Subsidiary had interest payables of Rp 17,414,256,284 plus US$ 56,730.30, respectively, and was
presented as part of accrued expenses in the consolidated statements of financial position.
The Subsidiary did not recognize the interest expense incurred from the short-term loan from
PT Bank Duta and PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia since 2004 due to the Subsidiary is under
the restructuring process, and the interest payables will not be counted. As of December 31, 2010,
the Subsidiary had interest payables of Rp 22,512,136,671 plus US$ 89,072.89, and was presented
as part of accrued expenses in the consolidated statements of financial position.
The Letter of Credit facilities from PT Bank Duta and PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia are
categorized as BPPN/PPA secured debt.
64
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
The Subsidiary did not recognize the interest expense incurred from the short-term loan from
PT Bank Putera Multikarsa since 2004 due to the Subsidiary is under restructuring process, and
the interest payables will not be counted. As of December 31, 2010, the Subsidiary had interest
payables of US$ 73,997.97, and was presented as part of accrued expenses in the consolidated
statements of financial position.
The letter of credit facilities from PT Bank Putra Multikarsa is categorized as BPPN/PPA
unsecured debt.
Deduction in 2011 represents the deduction of short-term loans which financial statements were no
longer consolidated in 2011 due to the Subsidiary (PT Texmaco Jaya Tbk) is stated at bankruptcy and
insolvency so it caused that the Company have lost of control (Note 46).
The fair value of these short-term financial liabilities is not individually determined as the carrying
amount is considered a reasonable approximation of fair value.
The above short-term loans are collateralized by the Subsidiary’s trade receivables, inventories,
property, plant and equipment, personal guarantees of the directors of the Subsidiary, and a pledge of
5,000,000 shares of the Subsidiary (Notes 7, 9 and 16).
– 81,981,286,647
Others :
US Dollar (US$ 11,141,085) – 100,169,497,841
Total – 182,150,784,488
Less : currently maturing of notes payable – (182,150,784,488 )
65
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
Due to the suspension of the bank operations as noteholders in 1999, the loans have been transferred
to IBRA for administration. Pursuant to the debt restructuring scheme of the Master Restructuring
Agreement (MRA) dated May 23, 2001, the Subsidiary’s debts to IBRA are to be transferred to a new
holding company (NewCo), BPP in 2002. For this transfer, PT Bina Prima Perdana issued
Exchangeable Bond (EB) to IBRA.
The above notes payable are unsecured. The arranger of the notes payable is PT Asia Kapitalindo
Securities.
On February 26, 2004, IBRA issued a letter of default notice to PT Bina Prima Perdana. The letter
stated that PT Bina Prima Perdana as the textile holding company has failed to pay the Exchangeable
Bond (EB) coupons due on August 18, 2003.
On February 27, 2004, IBRA was dissolved by the Government. The outstanding or unfinished affairs
under the handling of IBRA were transferred to a company called PT Perusahaan Pengelola Assets
(Assets Management Company) for further management and restructuring process under the
supervision of the Ministry of Finance.
The Subsidiary did not recognize the interest expense incurred from the notes payable since 2004 due
to the Subsidiary is under restructuring process, and the interest payables will not be counted. As of
December 31, 2010, the Subsidiary has interest payables of US$ 732,349 plus Rp 3,082,246,608, and
was presented as part of accrued expenses in the consolidated statements of financial position.
Deduction in 2011 represents the deduction of notes payable which financial statements were no
longer consolidated in 2011 due to the Subsidiary (PT Texmaco Jaya Tbk) is stated at bankruptcy and
insolvency so it caused that the Company have lost of control (Note 46).
The above notes payable are collateralized by the Subsidiary’s property, plant and equipment (Note
16).
The fair value of these short-term financial liabilities is not individually determined as the carrying
amount is considered a reasonable approximation of fair value.
66
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
A summary of the aging of trade payables to third parties based on the date of invoice is as follows :
2011 2010
Rp Rp
The details of trade payables to third parties based on currencies are as follows :
2011 2010
Rp Rp
67
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
Trade payables to third parties local and foreign suppliers represent payables for purchase of raw
materials and indirect materials. These are non-interest bearing with clear terms of repayments.
The fair value of these short-term financial liabilities is not individually determined as the carrying
amount is considered a reasonable approximation of fair value.
This account represents liabilities for purchase of machinery in relation to the Subsidiary’s project
expansion :
2011 2010
Rp Rp
Third party :
Juki Singapore Pte. Ltd., Singapore
(US$ 30,476) − 274,011,964
Deduction in 2011 represents the deduction of liabilities for purchase of property, plant and equipment
which financial statements were no longer consolidated in 2011 due to the Subsidiary (PT Texmaco
Jaya Tbk) is stated at bankruptcy and insolvency so it caused that the Company have lost of control
(Note 46).
The fair value of these short-term financial liabilities is not individually determined as the carrying
amount is considered a reasonable approximation of fair value.
68
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
23. TAXATION
a. Prepaid Taxes
2011 2010
Rp Rp
b. Taxes Payable
2011 2010
Rp Rp
A reconciliation between profit (loss) before income tax as shown in the statements of
comprehensive income and estimated taxable profit (loss) which was calculated by the Company
for the years ended December 31, 2011 and 2010 are as follows :
2011 2010
Rp Rp
69
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
19,357,571,443 19,523,557,008
Timing differences :
Depreciation expense of property, plant and
equipment 218,295,231,725 228,903,442,854
Amortization of deferred charges (310,582,360) (326,928,800)
Employees’ Benefit Liabilities 19,159,732,318 12,733,171,392
237,144,381,683 241,309,685,446
Prepaid taxes :
Income tax article 22 (36,167,173,650) (35,940,392,206)
Taxable profit for the year ended December 31, 2010 as reported in the 2010 corporate income tax
return amounted to Rp 548,419,183,287. For this discrepancy, the Company did not make any
correction to the corporate income tax return.
70
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
d. Deferred Tax
The calculation of deferred tax assets and deferred tax liabilities with the maximum tax tariff of
25% in 2011 and 2010 are as follows :
2 0 1 1
Credited (charged)
to the consolidated
statements of
As of comprehensive As of
December 31, 2010 income Deconsolidation December 31, 2011
Rp Rp Rp Rp
The Company :
Accumulated taxable loss 395,316,801,596 239,763,699,123 − 635,080,500,719
Valuation allowance (395,316,801,596) (239,763,699,123) − (635,080,500,719)
Depreciation expense of
property, plant and equipment (106,405,425,764) 54,573,807,932 − (51,831,617,832)
Amortization of deferred charges 1,931,332,943 (77,645,590) − 1,853,687,353
Employees’ benefit liabilities 14,619,550,797 4,789,933,079 − 19,409,483,876
The Subsidiaries :
TJ 31,129,463,036 (2,983,656,808) (28,145,806,228) −
TGB 163,770,812 − (163,770,812) −
Foreign Subsidiaries − 52,363,436 − 52,363,436
2 0 1 0
Credited (charged)
to the consolidated
statements of
As of comprehensive As of
December 31, 2009 Income December 31, 2010
Rp Rp Rp
The Company :
Accumulated taxable loss 615,881,612,845 (220,564,811,249) 395,316,801,596
Valuation allowance (615,881,612,845) 220,564,811,249 (395,316,801,596)
Depreciation expense of
property, plant and equipment (163,631,286,477) 57,225,860,713 (106,405,425,764)
Amortization of deferred charges 2,013,065,143 (81,732,200) 1,931,332,943
Employees’ benefit liabilities 11,436,257,949 3,183,292,848 14,619,550,797
71
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
The Subsidiaries :
TJ 35,315,733,016 (4,186,269,980) 31,129,463,036
TGB 163,770,812 − 163,770,812
Deduction in 2011 represents deduction of deferred tax assets which financial statements were no
longer consolidated in 2011 due to the Subsidiary (PT Texmaco Jaya Tbk) is stated at bankruptcy
and insolvency so it caused that the Company have lost of control (Note 46).
The recognition of the Company and its Subsidiaries’ deferred tax assets is based on
management’s estimates of the results of future operations including an estimate of output levels
and commodity prices for the Company and its Subsidiaries’ products, the timing and extent of the
reversal certain of the Company and its Subsidiaries’ deferred tax liabilities, and certain tax
planning strategies. Based on these estimates, management believes that the Company will not
realize its deferred tax asset arising from accumulated taxable loss. Accordingly, the management
had made a valuation allowance of Rp 635,080,500,719 and Rp 395,316,801,596 at December 31,
2011 and 2010, respectively.
• A reconciliation between the total tax expense (income) and the amounts computed by
applying the effective tax rate to loss before income tax is as follows :
2011 2010
Rp Rp
72
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
2011 2010
Rp Rp
Continuing operations :
Current income tax :
The Company – –
Subsidiaries – –
– –
Deferred tax income (expense) :
The Company 69,804,825,950 60,327,421,361
Subsidiaries – (4,186,269,980)
69,804,825,950 56,141,151,381
73
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
a. Company
• On November 24, 2011, the Indonesian Tax Authorities (Direktorat Jenderal Pajak Kantor
Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar Dua) issued a Value Added Tax assessment letter for
fiscal period November 2010. Based on the Indonesian Tax Authorities letter
No. 00058/407/10/092/11, the Company had an overpayment of Rp 10,359,423,414. The
overpayment of Value Added Tax has been compensated in December 2011 with the
November 2010 Value Added Tax liability amounted to Rp 48,621,160. And the
remaining of its overpayment amounted to Rp 10,310,802,254 had been received on
December 19, 2011.
• On November 24, 2011, the Indonesian Tax Authorities (Direktorat Jenderal Pajak Kantor
Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar Dua) issued a Value Added Tax assessment letter for
fiscal period October 2010. Based on the Indonesian Tax Authorities letter
No. 00026/207/10/092/11, the Company had additional tax liability of Rp 48,621,160. The
tax liability had been compensated in December 2011 with the overpayment of November
2010 value added tax.
• On August 24, 2011, the Indonesian Tax Authorities (Direktorat Jenderal Pajak Kantor
Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar Dua) issued a Value Added Tax assessment letter for
fiscal period September 2010. Based on the Indonesian Tax Authorities letter
No. 00051/407/10/092/11, the Company had an overpayment of Rp 8,767,928,486. The
overpayment of Value Added Tax has been compensated in September 2011 with the
other tax liabilities for fiscal year 2009 with totalling amount of Rp 8,712,581. And the
remaining of its overpayment amounted to Rp 8,759,215,905 had been received on
September 20, 2011.
• On August 24, 2011, the Indonesian Tax Authorities (Direktorat Jenderal Pajak Kantor
Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar Dua) issued a Value Added Tax assessment letter for
fiscal period August 2010. Based on the Indonesian Tax Authorities letter
No. 00021/207/10/092/11, the Company had additional tax liability of Rp 26,108,522. The
tax liability had been paid on September 9, 2011.
• On August 24, 2011, the Indonesian Tax Authorities (Direktorat Jenderal Pajak Kantor
Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar Dua) issued a Value Added Tax assessment letter for
fiscal period July 2010. Based on the Indonesian Tax Authorities letter
No. 00020/507/10/092/11, the Company had no additional tax liability.
• On August 24, 2011, the Indonesian Tax Authorities (Direktorat Jenderal Pajak Kantor
Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar Dua) issued a Value Added Tax assessment letter for
fiscal period June 2010. Based on the Indonesian Tax Authorities letter
No. 00019/507/10/092/11, the Company had no additional tax liability.
74
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
a. Company (Continued)
• On August 24, 2011, the Indonesian Tax Authorities (Direktorat Jenderal Pajak Kantor
Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar Dua) issued a Value Added Tax assessment letter for
fiscal period May 2010. Based on the Indonesian Tax Authorities letter
No. 00018/507/10/092/11, the Company had no additional tax liability.
• On May 18, 2011, the Indonesian Tax Authorities (Direktorat Jenderal Pajak Kantor
Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar Dua) issued a Value Added Tax assessment letter for
fiscal period April 2010. Based on the Indonesian Tax Authorities letter
No. 00035/407/10/092/11, the Company had an overpayment of Rp 13,552,130,826. The
overpayment of Value Added Tax has been compensated in May 2011 with the other tax
liabilities for fiscal year 2010 with totalling amount of Rp 99,079,275. And the remaining
of its overpayment amounted to Rp 13,453,051,551 had been received on June 9, 2011.
• On May 18, 2011, the Indonesian Tax Authorities (Direktorat Jenderal Pajak Kantor
Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar Dua) issued a Value Added Tax assessment letter for
fiscal period March 2010. Based on the Indonesian Tax Authorities letter
No. 00010/207/10/092/11, the Company had an additional tax liability of Rp 1,621,560.
The tax liabilities had been paid on December 9, 2011.
• On April 28, 2011, the Indonesian Tax Authorities (Direktorat Jenderal Pajak Kantor
Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar Dua) issued an Income Tax Article 21 assessment
letter for fiscal year 2009. Based on the Indonesian Tax Authorities letter
No. 00018/501/09/511/11, the Company had no additional tax liability.
• On April 28, 2011, the Indonesian Tax Authorities (Direktorat Jenderal Pajak Kantor
Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar Dua) issued an Income Tax Article 23 assessment
letter for fiscal year 2009. Based on the Indonesian Tax Authorities letter
No. 00008/503/09/511/11, the Company had no additional tax liability.
• On April 26, 2011, the Indonesian Tax Authorities (Direktorat Jenderal Pajak Kantor
Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar Dua) issued an Income Tax Article 4 (2) assessment
letter for fiscal year 2009. Based on the Indonesian Tax Authorities letter
No. 00018/540/09/511/11, the Company had no additional tax liability.
• On March 28, 2011, the Indonesian Tax Authorities (Direktorat Jenderal Pajak Kantor
Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar Dua) issued a Corporate Income Tax assessment letter
for fiscal year 2009. Based on the Indonesian Tax Authorities letter
No. 00006/406/09/092/10, the Company had an overpayment of Rp 18,732,214,019. The
overpayment of Corporate Income Tax has been compensated in May 2011 with the other
tax liabilities for fiscal year 2009 with totalling amount of Rp 4,445,402,669. And the
remaining of its overpayment amounted to Rp 14,286,811,350 had been received on May
31, 2011.
75
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
a. Company (Continued)
• On March 28, 2011, the Indonesian Tax Authorities (Direktorat Jenderal Pajak Kantor
Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar Dua) issued an Income Tax Article 21 assessment
letter for fiscal year 2009. Based on the Indonesian Tax Authorities letter
No. 00019/201/09/092/11, the Company had additional tax liability of Rp 175,063,304.
The tax liability had been compensated in May 2011 with the overpayment of 2009
corporate income tax.
• On March 28, 2011, the Indonesian Tax Authorities (Direktorat Jenderal Pajak Kantor
Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar Dua) issued an Income Tax Article 23 assessment
letter for fiscal year 2009. Based on the Indonesian Tax Authorities letter
No. 00011/203/09/092/11, the Company had additional tax liability of Rp 247,399,209.
The tax liability had been compensated in May 2011 with the overpayment of 2009
corporate income tax.
• On March 28, 2011, the Indonesian Tax Authorities (Direktorat Jenderal Pajak Kantor
Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar Dua) issued an Income Tax Article 26 assessment
letter for fiscal year 2009. Based on the Indonesian Tax Authorities letter
No. 00005/204/09/092/11, the Company had additional tax liability of Rp 1,470,055,683.
The tax liability had been compensated in May 2011 with the overpayment of 2009
corporate income tax.
• On March 28, 2011, the Indonesian Tax Authorities (Direktorat Jenderal Pajak Kantor
Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar Dua) issued an Income Tax Article 4 (2) assessment
letter for fiscal year 2009. Based on the Indonesian Tax Authorities letter
No. 00008/240/09/092/11, the Company had additional tax liability of Rp 989,042,079.
The tax liability had been compensated in May 2011 with the overpayment of 2009
corporate income tax.
• On March 28, 2011, the Indonesian Tax Authorities (Direktorat Jenderal Pajak Kantor
Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar Dua) issued a Value Added Tax assessment letter for
fiscal year 2009. Based on the Indonesian Tax Authorities letter
No. 00008/277/09/092/11, the Company had additional tax liability of Rp 29,348,684. The
tax liability had been compensated in May 2011 with the overpayment of 2009 corporate
income tax.
• On March 28, 2011, the Indonesian Tax Authorities (Direktorat Jenderal Pajak Kantor
Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar Dua) issued a Value Added Tax assessment letter for
fiscal period December 2009. Based on the Indonesian Tax Authorities letter
No. 00112/207/09/092/11, the Company had additional tax liability of Rp 6,453,266. The
tax liability had been compensated in May 2011 with the overpayment of 2009 corporate
income tax.
76
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
a. Company (Continued)
• On March 28, 2011, the Indonesian Tax Authorities (Direktorat Jenderal Pajak Kantor
Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar Dua) issued a Value Added Tax assessment letter for
fiscal period February 2009. Based on the Indonesian Tax Authorities letter
No. 00111/207/09/092/11, the Company had additional tax liability of Rp 12,784,716. The
tax liability had been compensated in May 2011 with the overpayment of 2009 corporate
income tax.
• On March 28, 2011, the Indonesian Tax Authorities (Direktorat Jenderal Pajak Kantor
Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar Dua) issued a Value Added Tax assessment letter for
fiscal period January 2009. Based on the Indonesian Tax Authorities letter
No. 00110/207/09/092/11, the Company had additional tax liability of Rp 1,332,826. The
tax liability had been compensated in May 2011 with the overpayment of 2009 corporate
income tax.
• On February 16, 2011, the Indonesian Tax Authorities (Direktorat Jenderal Pajak Kantor
Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar Dua) issued a Value Added Tax assessment letter for
fiscal period February 2010. Based on the Indonesian Tax Authorities letter
No. 00021/407/10/092/11, the Company had an overpayment of Rp 13,416,773,900. The
overpayment of Value Added Tax has been compensated in February 2011 with the other
tax liabilities for fiscal year 2010 with totalling amount of Rp 291,202,973. And the
remaining of its overpayment amounted to Rp 13,125,570,927 had been received on
February 25, 2011.
• On February 16, 2011, the Indonesian Tax Authorities (Direktorat Jenderal Pajak Kantor
Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar Dua) issued a Value Added Tax assessment letter for
fiscal period January 2010. Based on the Indonesian Tax Authorities letter
No. 00003/207/10/092/11, the Company had additional tax liability of Rp 66,860,404. The
tax liability had been compensated in February 2011 with the overpayment of February
2010 Value Added Tax.
• On September 30, 2010, the Indonesian Tax Authorities (Direktorat Jenderal Pajak Kantor
Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar Dua) issued an Income Tax Article 26 assessment
letter for fiscal year 2006. Based on the Indonesian Tax Authorities letter
No. 00015/204/06/092/10, the Company had an overpayment of income tax article 26 of
Rp 8,844,864,229. In the other that, the company also received the interest of
Rp 4,245,534,829. Its totaling of Rp 13,090,399,058 had been received on November
24, 2010. The Indonesian Tax Authorities (Direktorat Jenderal Pajak) have filed a Review
Petition (PK) against the verdict of refund. If Review Petition is accepted and approved,
the Company has to refund the above amount along with accrued interest. But until the
date of report finished, the result has not been determined yet.
77
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
a. Company (Continued)
• On April 21, 2010, the Indonesian Tax Authorities (Direktorat Jenderal Pajak Kantor
Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar Dua) issued an Income Tax Article 26 assessment
letter for fiscal year 2008. Based on the Indonesian Tax Authorities letter
No. 00014/204/08/092/10, the Company had additional tax liability of Rp 20,552,395,501.
The tax liability had been compensated in May 2010 with the overpayment of 2008
corporate income tax. Further on July 7, 2010, the Company submits the objection letter to
the Indonesian Tax Authorities. Until the date of report finished, the result has not
determined yet.
• On April 21, 2010, the Indonesian Tax Authorities (Direktorat Jenderal Pajak Kantor
Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar Dua) issued an Income Tax Article 23 assessment
letter for fiscal year 2008. Based on the Indonesian Tax Authorities letter
No. 00023/203/08/092/10, the Company had additional tax liability of Rp 2,019,141,457.
The tax liability had been compensated in May 2010 with the overpayment of 2008
corporate income tax. Further on July 7, 2010, the Company submits the objection letter to
the Indonesian Tax Authorities. Until the date of report finished, the result has not
determined yet.
• On April 21, 2010, the Indonesian Tax Authorities (Direktorat Jenderal Pajak Kantor
Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar Dua) issued an Income Tax Article 21 assessment
letter for fiscal year 2008. Based on the Indonesian Tax Authorities letter
No. 00019/201/08/092/10, the Company had additional tax liability of Rp 901,815,396.
The tax liability had been compensated in May 2010 with the overpayment of 2008
corporate income tax. Further on July 7, 2010, the Company submits the objection letter to
the Indonesian Tax Authorities. Until the date of report finished, the result has not
determined yet.
g. Administration
• It is noted that value added taxes for fiscal period December 2010 up to August 2011 is under
examination by the Tax Authorities, and until the date of report finished, the result has not
been determined yet.
• Under the taxation laws of Indonesia, the Company submits tax returns on the basis of self
assessment. The tax authorities may access or amend taxes within 5 years of the taxes
becoming payable.
• On September 23, 2008, the Government of the Republic of Indonesia approved the new
revised Income Tax law effective January 1, 2009. The revision includes among others,
changes the effective tax rate from 30% in 2008 to 28% in 2009, and to 25% in 2010.
In addition to the impact on the current income tax for 2009, the revision will also impact the
deferred income tax previously set up to reflect the reduction in effective tax rate.
78
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
The accrued interest of certain secured debts, short-term loans and notes payable represent interest
expenses accrued from the year 2001, 2002 and 2003, while all the unpaid and accrued interest up to
2000 according to the MOA had been waived. The interest expense after the year 2003 has not been
recorded by the Company and its Subsidiaries due to the restructuring process that has not yet been
completed.
In February 2010, PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) had filed a petition in The Hight Court of
Central Java (Pengadilan Tinggi Jawa Tengah) to the Subsidiary for the recovery of their outstanding
amounting to Rp 2,821,800,525 on electricity bill for December 2003 up to September 2004. Until
August 19, 2011, the outstanding payable has not yet paid by the Subsidiary.
Deduction in 2011 represents the deduction of accrued expenses which financial statements were no
longer consolidated in 2011 due to the Subsidiary (PT Texmaco Jaya Tbk) is stated at bankruptcy and
insolvency so it caused that the Company have lost of control (Note 46).
2011 2010
Rp Rp
Rupiah 411,036,714,332 517,758,001,414
United States Dollar
(US$ 278,033 in 2011 and
US$ 19,789,653 in 2010) 2,521,204,808 177,928,770,668
Total 413,557,919,140 695,686,772,082
The fair value of these short-term financial liabilities is not individually determined as the carrying
amount is considered reasonable approximation of fair value.
79
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
The Company has taking steps to implement the Composition Plan (Rencana Perdamaian) as approved
by the unsecured creditors of the Company and ratified by the Commercial Court. On September 29,
2006, the unsecured creditors comprising of Banks, PT Bina Prima Perdana, Leasing, and Notes stand
at US$ 18,670,630 was restructured into Fixed Rates Notes under custodian of The Hongkong and
Shanghai Banking Corporation Limited, Hong Kong.
As of December 31, 2011 and 2010, the total restructured unsecured debt were US$ 21,945,011
(equivalent to Rp 198,997,359,748) and US$ 21,077,129 (equivalent to Rp 189,504,468,044),
respectively which are comprising of principal notes at US$ 18,670,630 (equivalent to
Rp 169,305,272,840 for the year ended December 31, 2011 and Rp 167,867,634,330 for the year
ended December 31, 2010) plus unpaid capitalized interest of US$ 3,274,381 (equivalent to
Rp 29,692,086,908) in 2011 and US$ 2,406,499 (equivalent to Rp 21,636,833,714) in 2010. The notes
are repayable over a period of 9 years from the date of restructure as below :
2006 2% p.a.
2007 2% p.a.
2008 2% p.a.
2009 and onwards 4% p.a.
80
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
Based on the Minutes of Noteholders’ Meeting between the Company (Borrower) and The Hongkong
and Shanghai Banking Corporation Limited (Noteholder) dated January 30, 2009, the Noteholder shall
defer the redemption dated of the unsecured debt and notes payable for 3 (three) years by revoking and
replacing the table of redemption dates below :
2012 5.0%
2013 17.5%
2014 17.5%
2015 17.5%
2016 20.0%
2017 22.5%
Further, based on the Minutes of Noteholders’ Meeting between the Company (Borrower) and The
Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited (Noteholder) dated December 23, 2011, the
Noteholder shall defer the redemption dated of the unsecured debt and notes payable for 3 (three)
years by revoking and replacing the table of redemption dates below :
2015 5.0%
2016 17.5%
2017 17.5%
2018 17.5%
2019 20.0%
2020 22.5%
For the years ended December 31, 2011 and 2010, the interest charges on the unsecured debts were
Rp 7,554,663,403 and Rp 7,403,114,841, respectively, and are presented as part of interest expense
and bank charges in the consolidated statements of comprehensive income (Note 44).
The fair value and the carrying amount of the long-term financial liabilities are as follows :
The fair value of long-term financial liabilities have been determined by calculating their present value
at the consolidated statements of financial position date, using fixed effective market interest rates
available to the Company. No fair value changes have been included in consolidated statements of
comprehensive income for the period as financial liabilities are carried at amortized cost in the
consolidated statements of financial position.
81
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
Related Party :
Damiano Investments BV., Netherland
(US$ 23,000,000 in 2011 and
US$ 40,610,862 in 2010) 208,564,000,000 365,132,262,309
Less : Current maturity of long-term liabilities (77,078,000,000) (38,958,003,000)
Long-term liability – net of current maturity 131,486,000,000 326,174,259,309
According to the Composition Plan approved by the creditors, Damiano Investments BV., Netherland
has provided US$ 15,000,000 working capital loans for the Company. The interest chargeable on this
loan is 9% per annum till the implementation of the Composition Plan. Upon implementation of the
Composition Plan, the rate of interest and repayment of the principal amount are as per the terms of
the “New Notes / Loan restructure”. The working capital loans have been fully paid by the Company
during 2011.
In addition to the above working capital loan, Damiano Investments BV., Netherland has also
provided US$ 10,687,669.23 as working capital loans to the Company with interest rate of 15% per
annum. The part of these working capital loans with totalling of US$ 6,777,924.23 have been repaid
by the Company in 2011.
Damiano Investments BV., Netherland has also provided US$ 3,336,000 as advances. Based on the
termination agreement dated January 1, 2008, Damiano Investments BV., Netherland agreed to
reclassify the advances into a working capital loan agreement.
Based on the termination deed dated January 1, 2008, Damiano Investments BV., Netherland also
agreed to reclassify outstanding amounts of principal and its interest from Catora’s pre-financing
facility amounting to US$ 4,000,000 and US$ 2,399,255, respectively into a working capital loan
agreement.
Based on the third loan agreement dated August 14, 2008 and September 19, 2008, the Company
obtained additional working capital loan from Damiano Investments BV., Netherland amounting to
US$ 700,000 and US$ 155,000, respectively.
82
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
During the year 2009, Damiano Investments BV., Netherland has also provided US$ 1,625,000 as a
part of the Third Loan Agreement. The part of these short-term working capital loans with totaling of
US$ 1,257,839 have been repaid by the Company in the 2009 while the remaining balance of
US$ 367,161 was repaid by the Company in 2010.
During the year 2010, Damiano Investments BV., Netherland has also provided US$ 4,333,000 as part
of the Third Loan Agreement for the Company’s capital expenditure. It has been repaid by the
Company during February 2011 until June 2011.
During the year 2011, Damiano Investments BV., Netherland has also provided US$ 8,500,000 as part
of the Third Loan Agreement for the Company’s capital expenditure. It will be repaid by the Company
in December 2012.
For the years ended December 31, 2011 and 2010, the interest charge on the working capital loans
from Damiano Investments BV., Netherland were Rp 40,178,444,642 and Rp 39,470,011,450,
respectively, and are presented as part of interest expense and bank charges in the consolidated
statements of comprehensive income (Note 44).
The fair value and the carrying amount of the long-term financial liabilities are as follows :
The fair value of long-term financial liabilities have been determined by calculating their present value
at the consolidated statements of financial position date, using fixed effective market interest rates
available to the Company. No fair value changes have been included in consolidated statements of
comprehensive income for the period as financial liabilities are carried at amortized cost in the
consolidated statements of financial position.
In 2011, working capital loans from Damiano Investments BV., Netherland are collateralized by the
Company’s trade receivables, inventories and property, plant and equipments as collateral (Notes 7, 9
and 16). And in 2010, working capital loans from Damiano Investments BV., Netherland are
collateralized by the Company’s trade receivables and inventories as collateral (Notes 7 and 9).
83
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
As of December 31, 2010, the interest rate and lease period are as follows :
Lessor Interest rate Period ended
The future minimum lease payments under finance lease as of December 31, 2011 and 2010 are as
follows :
2011 2010
Rp Rp
Total minimum lease payments – 43,978,549,340
Less : amount representing interest – (5,308,426,390)
84
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
In 2007, PT Koexim BDN Finance (formerly PT Koexim Mandiri Finance) had filed a petition to the
Hight Jakarta Court for recovery of leased equipment.
In 2010, PT Hanil Bakrie Finance Corporation with PT Koexim BDN Financing (Formerly
PT Koexim Mandiri Finance) had filed a petition to the District Jakarta Court. And on August 19,
2011, the Commercial Court of Central Jakarta declared that the Subsidiary (PT Texmaco Jaya Tbk) is
in state of bankruptcy and insolvency.
Deduction in 2011 represents the deduction of obligation under finance lease which financial
statements were no longer consolidated in 2011 due to the Subsidiary (PT Texmaco Jaya Tbk) is
stated at bankruptcy and insolvency so it caused that the Company have lost of control (Note 46).
The fair value of these obligation under finance lease is not individually determined as the the carrying
amount is considered a reasonable approximation of fair value.
The details of obligation under capital lease based on currencies are as follows :
2011 2010
Rp Rp
85
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
Based on agreement dated August 5, 2008, the Company obtained a credit financing from PT Astra
Sedaya Finance for purchasing of a car (Honda All New CRV) amounting to Rp 200,200,000 with
interest rate of 8.25% per annum, repayable in monthly installments from August 30, 2008 up to July
30, 2012. As of December 31, 2011 and 2010, the outstanding credit financing payable balances were
Rp 29,195,845 and Rp 79,245,841, respectively.
Based on agreement dated December 28, 2009, the Company obtained a credit financing from
PT Toyota Astra Financial Services for purchasing of a car (Toyota Innova) amounting to
Rp 164,850,000 with interest rate of 6.00% per annum, repayable in monthly installments from
December 30, 2009 up to November 30, 2011. As of December 31, 2011 and 2010, the outstanding
credit financing payable balances were Rp Nil and Rp 75,556,250, respectively.
Based on agreement dated May 24, 2010, the Company obtained a credit financing from PT Staco
Estetika Sedaya Finance for purchasing of a car (Toyota Fortuner) amounting to Rp 513,000,000 with
effective interest rate of 12.83% per annum, repayable in monthly installments from May 28, 2010 up
to April 28, 2013. As of December 31, 2011 and 2010, the outstanding credit financing payable
balances were Rp 252,341,940 and Rp 415,331,575, respectively.
Based on agreement dated December 14, 2010, the Company obtained a credit financing from
PT Andalan Finance Indonesia for purchasing of a car (Toyota Innova) amounting to Rp 137,547,400
with effective interest rate of 10.04% per annum, repayable in monthly installments from December 10,
2010 up to November 10, 2013. As of December 31, 2011 and 2010, the outstanding credit financing
payable balances were Rp 91,836,615 and Rp 133,141,400, respectively.
Based on agreement dated December 14, 2010, the Company obtained a credit financing from
PT Andalan Finance Indonesia for purchasing of a car (Toyota Innova) amounting to Rp 137,547,400
with effective interest rate of 10.04% per annum, repayable in monthly installments from December 10,
2010 up to November 10, 2013. As of December 31, 2011 and 2010, the outstanding credit financing
payable balances were Rp 91,836,615 and Rp 133,141,400, respectively
Based on agreement dated December 14, 2010, the Company obtained a credit financing from
PT Andalan Finance Indonesia for purchasing of a car (Toyota Fortuner) amounting to Rp 346,385,800
with effective interest rate of 10.03% per annum, repayable in monthly installments from December 10,
2010 up to November 10, 2013. As of December 31, 2011 and 2010, the outstanding credit financing
payable balances were Rp 231,261,986 and Rp 335,291,800, respectively.
Based on agreement dated June 16, 2011, the Company obtained a credit financing from PT Astra
Sedaya Finance for purchasing of a car (Isuzu Elf) amounting to Rp 185,598,390 with effective interest
rate of 10.24% per annum, repayable in monthly installments from July 19, 2011 up to June 19, 2014.
As of December 31, 2011, the outstanding credit financing payable balance was Rp 158,471,324.
86
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
Based on agreement dated June 20, 2011, the Company obtained a credit financing from PT Astra
Sedaya Finance for purchasing of a car (Toyota Avanza) amounting to Rp 119,640,000 with effective
interest rate of 10.74% per annum, repayable in monthly installments from July 22, 2011 up to June 22,
2014. As of December 31, 2011, the outstanding credit financing payable balance was Rp 102,266,933.
The interest expenses incurred on this credit financing for the years ended December 31, 2011 and
2010 were Rp 136,723,195 and Rp 74,093,904, respectively, and is shown as part of the interest
expense and bank charges in the consolidated statements of comprehensive income (Note 44).
The fair value of the long-term financial liabilities – credit financing payables as of December 31, 2011
and 2010 have been determined by calculating their present value at the consolidated statements of
financial position date, using fixed effective market interest rates available to the Company. No fair
value changes have been included in consolidated statements of comprehensive income for the period
as financial liabilities are carried at amortized cost in the consolidated statements of financial position.
Third parties :
Advance receipt from customers 16,758,187,956 24,024,047,064
Freight 7,358,516,613 16,023,169,568
Insurance 3,560,869,965 12,024,244,707
Advance receipt for pensiun 2,256,989,205 40,345,843,127
Others 8,638,697,524 8,788,133,170
38,573,261,263 101,205,437,636
− 54,459,900,950
87
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
Deduction in 2011 represents the deduction of other current liabilities which financial statements were
no longer consolidated in 2011 due to the Subsidiary (PT Texmaco Jaya Tbk) is stated at bankruptcy
and insolvency so it caused that the Company have lost of control (Note 46).
The fair value of these short-term financial liabilities is not individually determined as the carrying
amount is considered reasonable approximation of fair value.
On June 20, 2000, the Ministry of Manpower issued Decree No. KEP-150/Men/2000 regarding the
settlements of work dismissal and determination of separation, appreciation and compensation
payment by entities, which requires companies to pay their employees gratuity and compensation
benefits in case of employees resignation based on the employee’s number of years of service and
salaries provided the conditions set forth in the decree are met. In April 2003 The Government of the
Republic Indonesia issued Labour Law No. 13/2003 replacing the Decree No. KEP-150/Men/2000. In
relation to this, as of December 31, 2011 and 2010, the Company has recorded employees’ benefit
liabilities as follows.
2011 2010
Rp Rp
The amounts included in the consolidated statements of financial position arising from the Company’s
obligation in respect of the employees’ benefits is as follows :
2011 2010
Rp Rp
88
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
Movements in the net liability recognized in consolidated statements of financial position are as
follows :
2011 2010
Rp Rp
The above actuarial assessment was made by PT Sienco Aktuarindo Utama as at December 31, 2011
and 2010 using the following assumptions :
Management had reviewed the assumptions used and is in the opinion that the assumptions are
reasonable and believed that the provision for severance provided is adequate to cover the potential
liability required by Labour Law No. 13/2003.
Pursuant to the notarial deed of Januar Tirtaamidjaja, SH, No. 22 dated February 15, 1984, the
authorized capital amounts to Rp 15,000,000,000 consisting of 600 shares with a par value of
Rp 25,000,000 each. Issued capital amounts to Rp 7,500,000,000 or 300 shares and fully paid up
capital amounts to Rp 1,500,000,000 or 60 shares.
Pursuant to the General Shareholders Meeting with notarial deed of Aulia Taufani, SH, No. 100 dated
December 27, 2002, the shareholders agreed to approve the changes in the Company’s Articles of
Association to increase the authorized capital from Rp 8,500,000,000,000 to become
Rp 16,000,000,000,000 and issued and paid-in capital from Rp 2,196,960,000,000 to become
Rp 4,174,224,000,000.
Pursuant to the notarial deed of Aulia Taufan, SH, No. 12 dated July 4, 2006 regarding the amendment
of the Company’s Article of Association and the Extraordinary Shareholders’ Meeting with notarial
deed of the same notary No. 111 dated June 21, 2006, the shareholders approved the following :
89
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
• The authorized capital of the Company amounts to Rp 16,000,000,000,000 and issued and fully
paid up capital amounts to Rp 4,174,224,000,000.
• The allocation of 83,484,480,000 new shares (series C) par value Rp 2 each with to regard to the
debt to equity conversion. The new shares of 43,144,238,750 shares for the unsecured creditors
and new working capital lender and 40,340,241,250 shares for secured creditors.
• To record the paid in capital in excess of par value from debt to equity conversion of
Rp 5,574,513,535,500.
The deed was approved by the Minister of Justice and Human Right in his decision letter No. C-25038
HT.01.04.TH.2006 dated August 28, 2006 and registered in the Department of Industry and Trade
under No. 233/BH-1/IX/2006 dated September 1, 2006.
As of December 31, 2006, the authorized capital of the Company amounted to Rp 16,000,000,000,000
consisting of 247,145,100,800 shares with the following classifications.
Issued and fully paid up capital was Rp 2,283,248,477,500 consisting of Series A of 4,393,920,000
shares, and Series C of 43,144,238,750 shares.
In February 2008, the Company amended its Articles of Association in connection with the reverse
stock split with ratio 20 : 1. Based on the notarial deed of Sutjipto SH No. 91 dated February 21, 2008
regarding the changes of the Articles of Association, the authorized capital of the Company amounts
to Rp 16,000,000,000,000 consisting of 12,357,255,040 shares with following classifications :
The deed was approved by the Minister of Justice and Human Rights in his decision letter No. AHU-
10588.AH.01.02 Tahun 2008 dated March 3, 2008.
90
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
The composition of stockholders as of February 21, 2008 based on notarial deed is as follows :
Numbers of Percentage of
Stockholders Shares ownership Total
% Rp
Based on the Extraordinary General Stockholders Meeting (RUPSLB) held on March 24, 2009 and
based on notarial deed No. 91 dated March 24, 2009 of Sutjipto, SH, notary in Jakarta, the
stockholders approved the issuance of 118,845,397 new authorized shares series C (5% of issued and
paid-up capital) without preemptive rights, for providing stock options to the Company’s management
and employees (Management Employee Stock Option Programme / MESOP). The notarial deed was
approved by the Minister of Justice of the Republic of Indonesia based on his decision letter
No. AHU-0052619.AH.01.09.Tahun 2009 dated August 14, 2009. Based on the Company’s schedule
that was reported to PT Bursa Efek Indonesia dated March 17, 2009, these programme will be
implemented in the period as follows :
It has been implemented on March 5, 2012 based on the notarial deed of Aryanti Artisari, SH, M.Kn.
No. 107 dated February 23, 2012. The deed was approved by the Minister of Justice and Human
Rights in his decision letter No. AHU-0018443.AH.01.09.Tahun 2012 dated February 29, 2012 (Note
55).
The composition of stockholders as of December 31, 2011 and 2010 based on the stockholder’s list
issued by the Stock Administrative Office, PT Datindo Entrycom, of listed shares of the Company is
as follows :
91
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
2011
Numbers of Percentage of Total
Stockholders Shares ownership Rp
%
Shares Series A:
Shares Series B: – – –
Shares Series C:
2010
Numbers of Percentage of Total
Stockholders Shares ownership Rp
%
Shares Series A:
Shares Series B: – – –
Shares Series C:
92
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
Unsettled shares series C represent the creditors that have not exchanged with the new shares (through
the Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited – the custodian). These shareholders’ name
is not yet registered in PT Datindo Entrycom (share administrator).
According to notarial deed of DR. H. Teddy Anwar, SH. Spn. No. 111 dated August 16, 2002, the part
of PT Multikarsa Investama’s shares of 2,454,081,290 (or after reverse stock 122,704,064 shares)
were sold to PT Bina Prima Perdana. However, based on the data issued by PT Datindo Entrycom, the
shares are still registered under the name of PT Multikarsa Investama.
Mr. Seeniappa Jegatheesan, director of the Company for 2011 and 2010, has ownership of 2,388
shares of the paid-in capital.
The new shares series C (2,157,211,950 shares), are issued as the results of the debt to equity
conversion had been traded in the Indonesian Stock Exchange since October 1, 2007.
As per the Composition Proposal (Rencana Perdamaian) the Company is issuing 16,780,718,747
shares series C to unsecured creditors and 26,363,520,000 shares series C for Damiano Investments
BV., Netherland in regard to debt to equity conversion of Rp 5,660,802,013,000.
Further, based on the amendment of the Company’s articles of association dated July 4, 2006 by
notary deed No. 12 of Aulia Taufani, SH, the Company has recognized the advance for future stock
subscription of Rp 5,660,802,013,000 as issued and paid-in capital amounted to Rp 86,288,477,500
and as additional paid-in capital amounted to Rp 5,574,513,535,500.
93
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
Based on the annual general stockholders’ meeting as stated in notarial deed No. 351 dated June 23,
1997 and No. 402 dated June 24, 1996 of Adam Kasdarmadji SH, notary public in Jakarta, the
stockholders agreed to appropriate a general reserve aggregating to Rp 8,280,000,000 from retained
earnings in accordance with article 61 of the Corporate Law No. 1 year 1995 for Limited Liability
Companies. In 2011 and 2010, the Company was exempted from reserving additional amounts due to
its accumulated deficit.
In 2011 and 2010, the non-controlling interest represents the non-controlling interest in net assets of
Subsidiary derived from :
Non-controlling interests
(8% ownership in
PT Texmaco Jaya Tbk (141,161,474,525) 943,974,259 140,217,500,266 −
Non-controlling interests
(8% ownership in
PT Texmaco Jaya Tbk (141,298,433,597) 136,959,072 (141,161,474,525)
Deduction in 2011 represents the deduction of non-controlling interests which financial statements
were no longer consolidated in 2011 due to the Subsidiary (PT Texmaco Jaya Tbk) is stated at
bankruptcy and insolvency so it caused that the Company have lost of control. Consequently, the
amount has been written-off from the consolidated statements of financial position and adjusted to
retained earning (accumulated deficit).
• This account represents the settlement of insurance claim on inventory loss from damage or
inventory loss from theft. The settlement received by the Company in 2011 and 2010 amounting to
Rp 755,425,253 and Rp 3,912,505,783, respectively.
94
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
Local
Yarn 1,909,504,926,661 1,497,045,636,355
Fibre 1,971,954,154,015 1,462,683,852,276
Chips 491,565,571,862 419,610,560,478
Fleece (Knitting) 18,132,138,775 7,232,632,142
Bonded (Coating) 1,744,343,436 –
Others 4,200,966,101 2,542,385,738
4,397,102,100,850 3,389,115,066,989
Export
Yarn 915,855,123,426 840,406,886,152
Fibre 108,085,709,087 95,320,757,623
Fleece (Knitting) 12,003,304,053 10,888,875,360
Chips 104,395,872,630 64,408,933,664
PTA 39,219,695,987 55,300,955,040
Bonded (Coating) 561,427,017 7,956,368
1,180,121,132,200 1,066,334,364,207
In 2011 and 2010, net sales of fleece, bonded and garment were Rp 32,441,213,281 and
Rp 18,178,206,884, respectively consists of sales to third parties. The product is manufactured by
PT Texmaco Jaya Tbk (under bankruptcy) based on the tolling basis.
In 2011 and 2010, no sales were earned from sales to related parties.
In 2011 and 2010, no sales to third parties exceeded 10% of the operating revenues.
95
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
In 2011 and 2010, other operating revenues of fleece, bonded and garment were Rp 950,229,762 and
Rp 1,183,480,496, respectively represent the other operating revenues to third parties. The product is
manufactured by PT Texmaco Jaya Tbk (under bankruptcy) based on the tolling basis.
In 2011 and 2010, no sales were earned from sales to related parties.
In 2011 and 2010, no sales to third parties exceeded 10% of the operating revenues.
Work in process
At beginning of year 43,375,132,437 45,066,289,569
At end of year (61,491,214,627) (43,375,132,437)
Finished goods
At beginning of year 178,376,709,962 145,296,009,825
Purchases 1,070,629,559 18,125,594,152
At end of year (318,102,818,554) (178,376,709,962)
In 2011 and 2010, raw material used included the raw material used for fleece, bonded and garment
product were Rp 2,691,635,441 and Rp 8,160,290,605, respectively.
96
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
In 2011, purchases from third parties exceeded 10% of total purchases are as follows :
2011
Rp Percentage
In 2010, purchases from third parties exceeded 10% of total purchases are as follows :
2010
Rp Percentage
In 2011, processing fee (tolling) of Rp 21,319,629,246 represent the processing fee to PT Texmaco
Jaya Tbk (under bankruptcy) amounted to Rp 1,964,544,819, PT Multikarsa Investama amounted to
Rp 19,154,680,113 and other parties amounted to Rp 200,404,314. And in 2010, processing fee
(tolling) of Rp 18,414,449,509 represents the processing fee to PT Multikarsa Investama (Note 47).
97
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
98
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
On August 19, 2011, the Commercial Court of Central Jakarta declared that PT Texmaco Jaya Tbk
(Subsidiary) is in state of bankruptcy and insolvency. Effective this period, the Subsidiary becomes
subject to the control of the Court, causing the Company loss its control in the Subsidiary. The Court
has been appointed team curator for saving the asset value of the bankruptcy and monitor the
Subsidiary’s operations and cash flows.
In accordance with PSAK No. 4 (Revised 2009), if the Company losses control of a Subsidiary,
therefore the Company should derecognizes the assets and liabilities of the Subsidiary at the their
carrying amounts at the date when control is lost and derecognizes the carrying amount of any non-
controlling interests in the former Subsidiary at the date when control is lost.
99
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
Revenue and expenses, gains and losses relating to the discountinuation of this Subsidiary have been
eliminated from profit or loss of the Company’s continuing operations and are shown as a single line
item on the face of the consolidated statements of comprehensive income. PT Texmaco Jaya’s
operating profit or loss until the loss of control on August 19, 2011 are summarized as follows :
2011
Rp
Operating revenues −
Cost of goods sold (3,020,370,741)
Operating expenses :
Selling expenses (17,320,754)
General and administrative expenses (5,445,677,285)
100
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
The carrying amounts of assets and liabilities in PT Texmaco Jaya Tbk (under bankruptcy) as of
August 19, 2011 are as follows :
Current assets :
Cash and cash equivalents 303,966,452
Other receivables 196,758,067
Inventories 2,845,608,129
Purchase advances 423,489,363
Prepaid taxes 339,495,152
Non-current assets :
Non-trade receivables from related party 85,489,206,408
Restricted cash in banks 6,591,339,242
Property, plant and equipment, net 134,791,745,656
Deferred tax assets 28,309,577,041
Current liabilities :
Short-term loans 314,218,794,246
Notes payable 175,161,697,557
Trade payables 44,718,432,196
Liabilities for purchase of property, plant and equipment 260,815,747
Taxes payable 2,984,313,824
Accrued expenses 199,290,216,311
Current portion of obligation under finance lease 36,807,798,043
Other current liabilities 128,303,203,594
Non-current liabilities :
Employees’ benefit liabilities 14,139,865,271
101
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
The financial statements of PT Texmaco Jaya Tbk (Subsidiary) for the period January 1, 2011 up to
August 19, 2011 were complied by the Subsidiary (Unaudited).
Since the Company losses control of a subsidiary (PT Texmaco Jaya Tbk), the Company recognized
the net liabilities of the Subsidiary totaling of Rp 656,593,951,279 as gain on disposal of Subsidiary
and were presented after the taxation in the consolidated statements of comprehensive income.
Until now, the progress of the curator team is completing the debt verification and in the near future,
they will make a tender to sell the Subsidiary’s property, plant and equipments that was consists of
factory’s machineries and equipments in Pemalang.
The bankruptcy or liquidation of Subsidiary (PT Texmaco Jaya Tbk) will have little impact to PT Asia
Pacific Fibers Tbk (parent Company) now, as the operations of the Subsidiary had stopped since year
2004. However, with the existence of net liabilities in Subsidiary and disposal of Subsidiary, PT Asia
Pacific Fibers Tbk as parent Company do not have an liabilities regarding the settlement of the
Subsidiary’s liabilities to the other creditors, and also the Company do not get the gain regarding the
disposal of Subsidiary in the future.
Nature of
Name of related parties relationship Transaction
In the normal course of business, the Company and Subsidiaries entered into certain transactions with
related parties, including the followings :
Percentage to total
Assets/ Liabilities
Revenue/Expenses
2011 2010 2011 2010
Rp Rp % %
102
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
The Company and Subsidiaries’ financial assets and liabilities in foreign currencies as of December
31, 2011 and 2010, are as follows :
2 0 1 1 2 0 1 0
Foreign Equivalent in Foreign Equivalent in
Currency Rupiah Currency Rupiah
Rp Rp
Assets :
Trade receivables :
Third parties US$ 50,084,099 454,162,610,766 47,394,372 426,122,801,634
103
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
In prior years, the segment information reported was based on business and geographical segments.
However, effective January 1, 2011, the new standard requires that operating segments be identified
based on the information reviewed by the chief operating decision maker, which is used for the
purpose of resources allocation and assessment of their operating segments performance.
The Company and Subsidiaries’ reportable segments under PSAK 5 (Revised 2009) are based on their
operating division ; which is similar to the business segment under the previous standard :
104
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
The following are segment information based on the operating divisions. Amounts reported for the
prior year have been restated to conform to the requirements of PSAK 5 (Revised 2009) :
SEGMENT SALES :
External sales
Local 4,380,949,278 20,826,712 − − − 4,401,775,990
Export 1,167,556,401 12,564,731 − − − 1,180,121,132
Inter segment sales 2,009,782,637 217,800 − − (2,010,000,437) −
Total segment sales 7,558,288,316 33,609,243 − − (2,010,000,437) 5,581,897,122
RESULT
Segment result 390,554,003
Unallocated operating expenses (285,424,608)
STATEMENTS OF FINANCIAL
POSITION :
OTHER INFORMATION :
105
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
SEGMENT SALES :
External sales
Local 3,386,806,380 8,459,581 – – – 3,395,265,961
Export 1,055,437,532 10,902,107 – – – 1,066,339,639
Inter segment sales 1,622,317,294 – – – (1,622,317,294) –
RESULT
STATEMENTS OF FINANCIAL
POSITION :
OTHER INFORMATION :
The Company and its Subsidiaries’ operations are located in five (5) principal geographical areas.
Processing of chemical industry, synthetic fibre and Weaving and knitting divisions are located in
Indonesia.
106
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
The following table shows the distribution of the Company and its Subsidiaries’ sales from external
customers by geographical market, regardless of where the goods were produced :
2011 2010
Rp 000 Rp 000
The following table shows the carrying amount of segment non-current assets and additions to
property, plant and equipment by geographical area in which the assets are located :
a. The additional shares issuance cost on the Subsidiary (PT Texmaco Jaya Tbk) amounted to
Rp 4,950,019,100.
b. The overstated of book value on prior years’ property, plant and equipment of the Subsisiary
(PT Texmaco Jaya Tbk) amounted to Rp 39,952,146,244 with details below.
• Land amounted to Rp 1,630,736,937.
• Building amounted to Rp 5,527,493,699.
• Machineries amounted to Rp 32,793,915,608.
According to PSAK No. 25, the total amount of correction of errors amounted to Rp 44,902,165,344
that related to prior period should be reported by adjusting the opening balance of unappropriate
retained ernings (accumulated deficit) and as part of the equity attributable to the owners of the
Company.
107
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
As previously
Reported As Restated
Rp Rp
• The Directorat Jenderal Pajak has filed a Review Petition against the verdict of the tax court for
the refund of Rp 13,090,399,058 on November 24, 2010. If the Review Petition filed by the
Directorat Jenderal Pajak is won, then the entire refund amount became payable along with the
accrued interest till the date of refund. Until the date of report finished, the result has not been
determined yet.
• Effective August 19, 2011, one of Subsidiary (PT Texmaco Jaya Tbk) becomes subject to the
control of Court, causing the Company to lose its control. The Count has already set a Supervisory
Judge and curator team to maintain and monitor the operation of bankruptcy assets and cash flows
of the Subsidiary. Net liabilities at the date of lost its control is Rp 656.593.951.279. PT Asia
Pacific Fibers Tbk as parent Company do not have obligation regarding the creditors’ payables of
Subsidiary.
• Based on the correspondence letter from PT Bina Prima Perdana dated August 8, 2011, PT Bina
Prima Perdana claims the Company regarding the guarantor of the Subsidiary’s loans. However,
the management of the Company mentioned that the above guarantees (promissory note) were not
registered by PT Bina Prima Perdana during the debt verification by the curator of PT Asia Pacific
Fibers Tbk (formerly PT Polysindo Eka Perkasa Tbk) during its bankruptcy process in 2005, and
consequently, the above claims of PT Bina Prima Perdana were not valid. In addition, the
restructuring process of unsecured debt in PT Asia Pacific Fibers Tbk has been completed.
108
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
On April 1, 2008, the Company arranged the tolling / rental agreement with PT Texmaco Jaya Tbk
for a period of twelve (12) months and can be renewed. This agreement is prepared because
PT Texmaco Jaya Tbk does not have the necessary working capital to service the orders from its
customers. Based on this agreement, the Company should pay the conversion charges that consisting
of tolling fee, building and machinery rental to PT Texmaco Jaya Tbk each month. The tolling fees
are calculated based on the production results.
On August 3, 2009, the Company arranged the amendment of tolling agreement with PT Texmaco
Jaya Tbk for a period of three (3) months and can be renewed. Based on this agreement, the Company
should pay the tolling fee of US$ 1.20 per yard with the minimum production results of 100,000 yards
to PT Texmaco Jaya Tbk each month. And on October 23, 2009, the Company renewed the tolling /
rental agreement for seven (7) months from November 1, 2009 up to June 30, 2010.
On July 15, 2010, the Company arranged the amendment of tolling agreement with PT Texmaco Jaya
Tbk for fifthteen (15) months from July 1, 2010 up to September 30, 2011 and can be renewed. Based
on this agreement, the Company should pay the tolling fee of US$ 1.20 per yard for the contract
period from July 1, 2010 up to September 30, 2010, and US$ 0.75 per yard for the contract period
from October 1, 2010 up to September 30, 2011.
Further, based on the latest amendment of tolling agreement with PT Texmaco Jaya Tbk dated
January 10, 2011, the Company agreed to extend for five (5) years from January 1, 2011 up to
December 30, 2016 and can be renewed for three (3) years later. Based on this agreement, the
Company should pay the tolling fee of US$ 0.30 per kgs and at least US$ 50,000 per month.
Based on the land rental agreement dated June 15, 2009 between the Company and PT Texmaco Jaya
Tbk (under bankruptcy), the Company agreed to rent the land for 950 meters of gas pipe, 1,500
meters of water pipe, 800 meters of water pump facility and 1,000 meters of electricity cable. This
agreement is valid for thirty (30) years from January 1, 2010 up to December 31, 2040. As
consequently, the Company should pay the rental expenses amounted to Rp 100,000,000.
Based on the warehouse rental agreement dated March 30, 2011 between the Company and
PT Texmaco Jaya Tbk (under bankruptcy), the Company agreed to rent the warehouse for ten (10)
months from March 1, 2011 up to December 31, 2011. As consequently, the Company should pay the
rental expenses amounted to Rp 43,200,000 per month.
Based on the warehouse rental agreement dated November 17, 2011 between the Company and
PT Texmaco Jaya Tbk (under bankruptcy), the Company agreed to rent the warehouse for three (3)
months from November 17, 2011 up to February 17, 2012. As consequently, the Company should pay
the rental expenses amounted to Rp 9,000,000 per month.
109
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
Based on the rental agreement dated August 1, 2011 between the Company and PT Texmaco Taman
Synthetics, the Company agreed to rent the laboratory equipments for five (5) years from August 1,
2011 up to July 31, 2015. As consequently, the Company should pay the rental expenses amounted to
Rp 99,000,000 per month.
Based on the agreement dated August 14, 2006 between the Company and PT Wismakarya Prasetya
regarding purchase of electric power, steam and gas and based on the Minutes of Meeting on April
22, 2010 regarding power purchase price, the Company agrees to increase the power purchase price
due to Natural gas price increases from PT Perusahaan Gas Negara (Persero). The Company should
pay the monthly electricity, steam and gas based on their consumption. Additionally, the Company
would incur the cost of maintenance of turbines as per the standard running hours as a part of cost of
purchase of electricity. This agreement is valid for a period of 5 years, and due on April 22, 2015.
The Company is exposed to various risks in relation to financial instruments, while the Subsidiaries
are not exposed to such risks anymore because since the second semester of 2004, the Subsidiary has
discontinued its business operations and on August 19, 2011, the Commercial Court of Central
Jakarta declared that the subsidiary (PT Texmaco Jaya Tbk) is in state of bankruptcy and insolvency
so the curator team will keep the bankruptcy assets and monitor the Subsidiary’s operational and cash
flows, and the Company as parent Company has lost its control over the Subsidiary. The main types
of risks are market risk, credit risk and liquidity risk.
The Company’s risk management focuses on actively securing the Company’s short-to medium-term
cash flows by minimizing the exposure on financial markets
The Company does not actively engage in the trading of financial assets for speculative purposes nor
does it take options. The most significant financial risks to which the Company is exposed to are
described below.
a. Market Risk
The Company is exposed to market risk through its use of financial instruments and specifically to
currency risk and interest risk which result from both their operating and investing activities.
110
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
Most of the Company’s transactions are carried out in the other currencies. Exposure to
currency exchange rates arise from the Company’ sales and purchases are denominated in
United States Dollars (US$) and currencies other than Indonesian rupiah. The Company also
holds United States Dollar-denominated cash and cash equivalents.
To mitigate the Company’s exposure to foreign currency risk, non-Indonesian rupiah cash
flows are monitored.
Foreign currency denominated financial assets and liabilities, translated into Indonesian
Rupiah at the middle rate at the consolidated statements of financial position date, and the
details are stated in Financial Assets and Liabilities in Foreign Currency (Note 48).
The Company’s policy is to manage the financial asssets denominated in foreign currencies
are available to settle the financial liabilities denominated in foreign currencies. At December
31, 2011, the financial liabilities denominated in foreign currencies are in excess of financial
assets denominated in foreign currencies at amount of Rp 8,570,038,216,431. It due to the
Company’s secured debts around of Rp 7,840,670,381,629 has not yet restructured. If the
above mentioned are not considered, the excess of financial liabilities over the assets will be
around Rp 729,367,834,802. This is a manageable level as the loans are repayable over a
period of time.
The Company’s policy is to minimize interest rate risk exposure on long-term financing.
Longer-term borrowings are therefore usually at fixed rates. At December 31, 2011, the
Company have applied the fixed interest rate for their loans from bank, third parties and
related parties. Hence there is no interest rate risk for the Company.
b. Credit Risk
Credit risk is the risk that counterparty fails to discharge an obligation to the Company. The
Company is exposed to this risk for various financial instruments, for example by granting
receivables and advances to customers and related parties.
111
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
The Company continuously monitors defaults of customers and other counterparties, identified
either individually or by group, and incorporate this information into its credit risk controls.
The Company’s policy is to deal only with creditworthy counterparties. In addition, for a certain
proportion of sales, advance payments are received to mitigate risks.
The Company’s maximum exposure to credit risk is limited to the carrying amount of the
financial assets as shown on the face of the consolidated statements of financial position, as
summarized below.
2011
Rp
The credit risk for cash and cash equivalents and short-term investment are considered
negligible, since the counterparties are reputable banks with high quality external credit
ratings. The Company actively monitoring the cash and bank balances on weekly basis
In respect of trade receivables, the Company is not exposed to any significant credit risk
exposure to any single counterparty or any group of counterparties. The Company’s trade
receivables consist of many customers. Based on historical information, the customer default
rates in the settlement of receivables is low due to the settlement from customers are normally
received by the Company with in the credit term. Moreever, the Company’s significant
portion of the sales are on cash before delivery or a portion of the sales are collected a front
(prefinance). Thus, the Company’s management noted that the outstanding of trade
receivables have not impaired.
112
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
PT Adetex owes the Company of Rp 682 million which is due for more than 12 months.
Currently an arrangement for tolling is being organised with them to adjust the above
receivables from them.
In respect of other receivables, the Company is not exposed to any significant credit risk
exposure to any single counterparty or any group of counterparties. Based on historical
information about customer default rates, management consider the credit quality of other
receivables have not impaired.
Non-trade receivables from related party represent the receivables from PT Multikarsa
Investama (related party). The Company’s management stated that there is no impairment
indication that could be counted from the estimated cash flow in the future, due to
PT Multikarsa Investama is still in the debt restructuring process with PT Perusahaan
Pengelola Aset (PPA). In addition, the said value will be suitably adjusted at the time of
restructuring.
The Company’s management noted that there is no impairment indication that could be
counted from the estimated cash flow in the future, due to the Company is still in the debt
restructuring process with PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA). In addition, the said amount
will be suitably adjusted at the time of restructuring.
c. Liquidity Risk
Liquidity risk is the risk that the Company’s ability to meet its obligations when they fall due. The
risk is inherent in the Company’s operational and can be affected by a range of institution-specific
and market-wide events.
In the normal course, the Company manages its liquidity needs by carefully monitoring scheduled
debt servicing payments for current financial liabilities as well as other cash outflows on a day-to-
day business. Liquidity needs are monitored in various time bands, on a day-to-day and week-to-
week basis, as well as on the basis of a rolling 90-day projection.
113
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
The current financial dues including the bank loans for the procurement of raw materials, of the
Company are fully covered by the current assets of the Company which can be converted into
cash within a short period. The other long-term loans have fixed interest servicing and repayment
schedule, which are fully budgeted in the 3 (three) monthly cash flow estimates. The Company
does not have any over due liability either short-term or long-term, except for secured debts that is
still under the restructuring process
As at December 31, 2011, the Company’s financial liabilities are presented below.
2011
Rp
The objective when managing capital is to safeguard the Company and Subsidiaries’ ability to
continue as a going concern, and to ensure optimal capital structure and shareholder returns.
The gearing ratios as at December 31, 2011 and 2010 are as follows :
2011 2010
Rp Rp
Total borrowings 10,230,634,167,128 10,599,971,352,461
Less :
Cash and cash equivalents (31,177,273,662 (87,892,873,462 )
Short-term investments (3,000,000,000) (1,000,000,000)
Restricted cash in banks (10,345,623,643) (17,129,600,731)
Net debt 10,186,111,269,823 10,493,948,878,268
Total deficiency (7,342,046,634,232) (7,952,202,916,163)
Gearing ratio (139% ) (133% )
114
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
The total borrowings include the unrestructured secured debts of approximately Rp 9.185 trillion. The
Company endevours to restructure this debt to a sustainable level and for which the negotiations are
underway with its secured creditors including PPA/BPP. If the proposal of the Company which
includes debt to equity swap and waiver of the past interest amounts is accepted by its creditors, it will
considerably improve the capital gearing structure of the Company.
• Based on the warehouse rental agreement dated January 2, 2012 between the Company and
PT Texmaco Jaya Tbk (under bankruptcy), the Company agreed to rent the chiller machinery for
one (1) years from January 2, 2012 up to December 31, 2012. As consequently, the Company
should pay the rental expenses amounted to Rp 5,000,000 per month.
• Based on the notarial deed of Aryanti Artisari, SH, M.Kn. No 107 dated February 23, 2012, the
stockholders agreed to used their option right regarding the Management Employee Stock Option
Programme (MESOP). It was connected with the notarial deed of Sutjipto, SH No. 91 dated
March 24, 2009 regarding the issuance of 118,845,397 new authorized shares series C (5% of
issued and paid-up capital) without preemptive rights at par value of Rp 40 each. The execution
price at March 5, 2012 is Rp 45 each, and the shares have been fully paid-up on February 20, 2012
and February 21, 2012. The shares also registered in the Indonesian Stock Exchange through
announcement No. Peng-P-00032/BEI.PPR/03-2012 dated March 5, 2012 and No. Peng-P-
00033/BEI.PPR/03-2012 dated March 7, 2012.
Shares Series B: – – –
Shares Series C:
Damiano Investments BV., Netherland 1,434,255,172 57.47 57,370,206,880
Others 537,605,796 21.54 21,504,231,840
MESOP 118,845,397 4.76 4,753,815,880
Unsettled 185,350,982 7.43 7,414,039,280
2,276,057,347 91.20 91,042,293,880
115
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
a. The Indonesian Institute of Accountants (“IIA”) has issued new or revision of the following the
Indonesian Financial Accounting Standards (“PSAK”) and its interpretation (“ISAK”). The
accounting standards which will be effective or applicable on the Company financial statements
covering periods beginning on or after January 1, 2012 :
• PSAK 10 (Revised 2010) – The Effects of changes in Foreign Exchange Rates.
• PSAK 16 (Revised 2011) – Property, Plant and Equipment
• PSAK 18 (Revised 2010) – Accounting and Reporting by Retirement Benefit Plans.
• PSAK 24 (Revised 2010) – Employee Benefits.
• PSAK 26 (Revised 2011) – Borrowing Costs
• PSAK 28 (Revised 2011) – Accounting for Casuality Insurance Contract
• PSAK 30 (Revised 2011) – Leases
• PSAK 33 (Revised 2011) – Stripping Cost Activity and Environmenal Management in the
Public Mining
• PSAK 34 (Revised 2010) – Construction Contracts.
• PSAK 36 (Revised 2011) – Accounting for Life Insurance Contract
• PSAK 45 (Revised 2010) – Financial Reporting for Non-Profit Organization
• PSAK 46 (Revised 2010) – Income Taxes.
• PSAK 50 (Revised 2010) – Financial Instruments : Presentation.
• PSAK 53 (Revised 2010) – Share-based Payment.
• PSAK 55 (Revised 2011) – Financial Instruments : Recognition and Measurement
• PSAK 56 (Revised 2011) – Earnings per shares
• PSAK 60 – Financial Instruments : Disclosures.
• PSAK 61 – Accounting for Government Grants and Disclosure of
Government Assistance.
• PSAK 62 – Insurance Contract
• PSAK 63 – Financial Reporting in Hyperinflationary Economies.
• PSAK 64 – Exploration and evaluation of Mineral Resources
• ISAK 13 – Hedge of Net Investment in Foreign Operation.
• ISAK 15 – The Limit on a Defined Benefit Asset, Minimum Funding
Requirements and their Interaction.
• ISAK 16 – Services Concession Arrangements
• ISAK 18 – Government Assistance – No Specific Relation to Operating
Activities.
• ISAK 19 – Applying the restatement approach in PSAK 63 : Financial
Reporting in Hyperinflationary Economies
• ISAK 20 – Income Taxes – Changes in the Tax Status of an Entity or its
Shareholders.
• ISAK 22 – Service Concession Arrangements : Disclosures
• ISAK 23 – Operating Leases – Incentives
• ISAK 24 – Evaluating the Substance of Transactions involving the Legal
Form of a Lease
• ISAK 25 – Land Rights
• ISAK 26 – Reassessment of Embedded Derivatives
116
PT ASIA PACIFIC FIBERS Tbk
AND ITS SUBSIDIARIES
NOTES TO CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS (Continued)
December 31, 2011 and 2010
b. The Indonesian Institute of Accountants (“IIA”) has issued new or revision of the following the
Indonesian Financial Accounting Standards (“PSAK”) and its interpretation (“ISAK”). The
accounting standards which will be effective or applicable on the Company financial statements
covering periods beginning on or after January 1, 2013 :
The Company’s management is currently evaluating the possible impact on these new or revised
accounting standards and interpretations on its consolidated financial statements.
The Company published consolidated financial statements. The supplementary financial information
of PT Asia Pacific Fibers Tbk (Parent Company only) in schedule 1 until schedule 7 that has been
prepared in order to analyse parent Company only’s result of operations. The following supplementary
financial information of PT Asia Pacific Fibers Tbk (Parent Company only) should be read in
conjuction with the consolidated financial statements of PT Asia Pacific Fibers Tbk and its
Subsidiaries.
According to PSAK No. 4 (Revised 2009), parent Company has measured the investment in subsidiary
using the cost method, which was previously measured using the equity method. With the adoption of
PSAK No. 4 resulted the adjustment of Rp 1,929,673,610,257 which is recorded in the beginning of
accumulated deficits in 2010.
The Company’s directors are responsible for the preparation and presentation of the consolidated
financial statements that was completed and authorized for issue on March 21, 2012.
117
Schedule -1
ASSETS
CURRENT LIABILITIES
Bank Loans 637,839,711,337 431,987,380,441 408,047,983,987
Secured Debts 9,185,233,096,043 9,107,034,576,501 9,435,139,803,808
Trade payables
Third parties 215,808,272,379 178,428,588,562 337,456,069,142
Related party − 1,218,619,613 −
Taxes payable 17,567,520,945 18,337,551,362 19,852,961,889
Accrued expenses 413,557,919,140 491,360,573,180 540,447,343,900
Current maturity of long-term
liabilities:
Working capital loans 77,078,000,000 38,958,003,000 3,451,313,400
Credit financing payables 517,187,846 475,480,013 156,641,665
Other current liabilities 37,870,049,132 43,279,993,064 32,608,169,328
NON–CURRENT LIABILITIES
Long-term liabilities- net of
current maturity :
Unsecured Debts and Notes Payable 198,997,359,748 189,504,468,044 190,289,560,544
Working capital loans 131,486,000,000 326,174,259,309 341,012,487,762
Credit financing payables 440,023,412 696,228,253 154,802,097
Employees’ benefit liabilities 77,637,935,506 58,478,203,188 45,745,031,796
Deferred tax liabilities 30,568,446,603 89,854,542,024 150,181,963,385
EQUITY (DEFICIENCY)
Capital stock
Authorized 12,357,255,040 shares at
Rp 10,000 par value per Series A,
Rp 1,000 par value per Series B and
Rp 40 par value per Series C
in 2011 and 2010
Issued and paid up 219,696,000
Series A and 2,157,211,950
Series C in 2011 and 2010 2,283,248,477,500 2,283,248,477,500 2,283,248,477,500
Additional paid-in capital 5,586,506,149,053 5,586,506,149,053 5,586,506,149,053
Retained earnings
(accumulated deficit)
Appropriated 8,280,000,000 8,280,000,000 8,280,000,000
Unappropriated (15,195,173,335,897) (13,862,323,774,617) (14,195,588,636,138)
2011 2010
(As Restated)
Rp Rp
OPERATING REVENUES
Net sales 5,577,223,233,050 4,455,449,431,196
Other operating revenues 4,673,888,541 6,254,259,196
Total operating revenues 5,581,897,121,591 4,461,703,690,392
COST OF GOODS SOLD (5,194,841,458,938) (4,132,801,446,187)
GROSS PROFIT 387,055,662,653 328,902,244,205
OPERATING EXPENSES
Selling expenses (120,468,271,917) (151,230,661,906)
General and administrative expenses (164,956,335,861) (152,914,237,900)
Total operating expenses (285,424,607,778) (304,144,899,806)
PROFIT FROM OPERATIONS 101,631,054,875 24,757,344,399
OTHER INCOME (CHARGES)
Interest income 185,188,989 232,252,259
Insurance claim settlement, net 755,425,253 3,912,505,783
Gain (loss) on foreign exchange transactions, net (83,939,034,346) 369,581,472,402
Interest expense and bank charges (142,803,764,229) (124,400,348,814)
Miscellaneous income (expense), net (1,100,064,527,243) 4,196,012,778
Gain on sale of property, plant and equipment – 572,727,273
Loss on investment in joint venture – (5,914,525,920)
Total other income (charges), net (1,325,866,711,576) 248,180,095,761
PROFIT (LOSS) BEFORE INCOME TAX (1,224,235,656,701) 272,937,440,160
TAX INCOME (EXPENSE)
Current period – –
Deferred 59,286,095,421 60,327,421,361
Total tax income 59,286,095,421 60,327,421,361
NET PROFIT (LOSS) FROM CONTINUING OPERATIONS (1,164,949,561,280) 333,264,861,521
Loss from disposal of Subsidiary (167,900,000,000) –
TOTAL COMPREHENSIVE INCOME (LOSS)
FOR THE YEAR (1,332,849,561,280) 333,264,861,521
Retained earnings
(accumulated deficit)
Difference on
restructuring Total equity
Difference in among under (deficiency)
the equity Equity common Attributable to the
Additional transaction of adjustment from control owner of the
Capital stock paid-in capital subsidiary translation companies Appropriated Unappropriated Company
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Balance as of December 31, 2009 2,283,248,477,500 5,586,506,149,053 (4,950,019,100) 11,341,556,543 (221,924,188) 8,280,000,000 (15,764,262,148,821) (7,880,057,909,013)
Effect of First Time Adoption of
PSAK 50 (Revised 2006) and
PSAK 55 (Revised 2006) – – – – – – (368,282,263,830) (368,282,263,830)
Equity adjustment from translation – – – 1,112,553,001 – – – 1,112,553,001
Adjustment in relation to the implementation
of PSAK 4 (Revised 2009) – – 4,950,019,100 (12,454,109,544 ) 221,924,188 – 1,936,955,776,513 1,929,673,610,257
Balance as of January 1, 2010
(As Restated) 2,283,248,477,500 5,586,506,149,053 – – – 8,280,000,000 (14,195,588,636,138) (6,317,554,009,585)
Total comprehensive income for the year – – – – – – 333,264,861,521 333,264,861,521
Balance as of December 31, 2010
(As Restated) 2,283,248,477,500 5,586,506,149,053 – – – 8,280,000,000 (13,862,323,774,617) (5,984,289,148,064)
Total comprehensive loss for the year – – – – – – (1,332,849,561,280) (1,332,849,561,280)
2011 2010
Rp Rp
2011 2010
Rp Rp