Anda di halaman 1dari 17

TUGAS AKHIR EKONOMI

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT MAYORA INDAH


TAHUN 2015-2017

Disusun oleh :
Ayu Adristi Cahyadewi
XII IPS 2 / 10

SMA NEGERI 99 JAKARTA


Jalan Cibubur II, RT 09/ RW 003, Cibubur, Ciracas, Kota Jakarta Timur, Daerah
Khusus Ibukota Jakarta 13720, Indonesia
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur serta nikmat pada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya
yang melimpah, karena atas berkah rahmat dan hidayahnya, penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir yang berjudul “ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT MAYORA INDAH
TAHUN 2015-2017” ini dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir mata pelajaran Ekonomi yang
diajarkan oleh Ibu Farida. Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan, dan arahan kepada
penulis. Ucapan terima kasih tersebut khususnya disampaikan kepada Ibu Farida, selaku
guru bidang studi Ekonomi yang telah memberikan bimbingan dan ilmu sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas ini, serta teman-teman SMA Negeri 99 Jakarta yang telah
memberikan semangat dan saran serta kritik kepada penulis.
Dalam makalah ini penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan
dan kesalahan dalam makalah ini, maka dari itu saya selaku penulis menerima dengan
baik saran dan kritik yang diberikan. Semoga makalah yang saya buat ini dapat dinilai
dengan baik dan dihargai oleh pembaca, dan semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, 5 Februari 2022

Penulis
a. Laporan Posisi Keuangan (Neraca)

Tabel 1.1
PT MAYORA INDAH
Laporan Neraca
Per 31 Desember 2015 s/d 2017

Per 31 Des Per 31 Des Per 31 Des


2015 2016 2017
ASET/ASSETS
Aset Lancar/Current assets
Kas dan Setara Kas 3.339.023.521 3.698.934.983,1 4.080.864.262,4
0 5
Piutang Usaha (Net) 366.792.659 39.234.080,00 5.425.563.100,0
0
Piutang Lain-lain 487.406.442 509.114.584,00 395.649.517,80
Pajak Dibayar Dimuka 68.108.980 212.900.932,00 187.967.629,00
Jumlah Aset Lancar/Current Assets 4.261.331.602 4.460.184.579,10 10.090.134.509,
25

Aset Tidak Lancar/Fixed Assets


Aset Pajak Tangguhan 2.921.286.992 (0,27) 0
Aset Tetap Pemilikan Langsung 23.706.650.807 18.373.296.418, 15.181.129.677,
17 97
Aset Tetap Pemilikan Langsung Dalam 0 0 578.511.892,49
Kontruksi
Aset Pembiayaan 5.060.758.605 9.035.344.150,1 9.899.564.984,8
9 0
Aset Tak Berwujud-HPJT 179.923.915.280 191.135.294.166 224.731.974.238
,60 ,41
Aset Lainnya (311.351.217.11 (325.207.706.43 (325.829.127.43
1) 6,72) 6,87)
Jumlah Aset Tidak Lancar/Fixed Assets (99.738.605.425) (106.663.771.70 (113.437.946.64
2,03) 3,20)

JUMLAH ASET/ASSET S (95.477.273.822) (102.203.587.12 (103.347.812.13


2,93) 3,95)

KEWAJIBAN/LIALIBITIES
Kewajiban Lancar /Short Term Liabilities
Utang Usaha 1.103.562.728 747.857.439 5.831.321.683
Utang Kontraktor 3.302.077.699 6.905.447.378 4.437.550.165
Utang Pajak 1.242.569.489 243.294.357 2.161.142.520
Utang Lainnya 224.400.148 563.843.686 534.903.397
Beban Masih Harus dibayar 6.399.767.602 3.267.678.192 12.701.637.077
Imbalan Kerja J.Pendek 3.695.854.128 8.934.165.316 110.854.967
Utang Lembaga Bukan Bank 0 0 0
Provisi Biaya Pelapisan Jalan Tol 8.290.081.955 16.242.726.301 10.735.202.627
Jumlah Kewajiban Lancar/Short Term 24.258.313.752 36.905.003.673 36.512.612.438
Liabilities

Kewajiban Jangka Panjang/Long Term


Liabilities
Pendapatan Diterima Dimuka 17.189.020.997 13.000.891.222 8.701.830.723
Liabilitas Pajak Tangguhan 0 0 0,27
Liabilitas J.Panjang setelah dikurangi beban 0 0 0
1 thn
Provisi Pelapisan Ulang 5.535.080.557 5.292.443.312 5.502.330.742
Jumlah Kewajiban T.Lancar/Long Term 22.724.101.554 18.293.334.535 14.204.161.465
Liabilities

JUMLAH KEWAJIBAN/LIALIBITIES 46.982.415.307 55.198.338.208 50.716.773.903

MODAL (EKUITAS)/ EQUITY


Modal Saham 0 0
Selisih Penilaian 0 0
Saldo Laba Tahun Lalu (134.359.798.34 (142.439.689.12 (157.401.925.33
5) 9) 1)
Saldo Laba Tahun Berjalan (8.099.890.784) (14.942.236.201 3.337.339.293
)
Cadangan

JUMLAH EKUITAS / EQUITY (142.459.689.12 (157.401.925.33 (154.064.586.03


9) 1) 7)

JUMLAH KEWAJIBAN DAN (95.477.273.822) (102.347.812.13 (102.203.587.12


EKUITAS 3) 2)
Sumber : PT Mayora Indah, 2019

Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa aset (assets) perusahaan terdiri dari aset lancar

dan aset tidak lancar. Aset lancar perusahaan terdiri dari kas, piutang usaha dan pajak

dibayar dimuka. Sementara aset tidak lancar terdiri dari aset pajak tangguhan, aset
tetap kepemilikan langsung. Dilihat dari nilai aset lancar setiap tahun perusahaan

memiliki persediaan aset lancar yang meningkat setiap tahunnya. Sedangkan untuk

aset tidak lancar juga mengalami kenaikan setiap tahun pada aset tidak lancarnya.

Sedangkan untuk kewajiban (Liabilities) perusahaan terdiri dari kewajiban

lancar dan kewajiban tidak lancar. Kewajiban lancar terdiri dari utang usaha,

kontraktor, pajak, beban masih harus dibayar, imbalan kerja jangka pendek, utang

lembaga bukan bank dan provisi biaya pepisan jalan tol. Sedangkan kewajiban tidak

lancar terdiri dari pendapatan diterima dimuka, pajak tangguhan dan provisi pelapisan

ualang. Untuk kewajiban lancar nilai nya tidak stabil. Dimana pada tahun 2015

mengalami penurunan. Namun penurunannya tidak terlalu signifikan. Untuk

kewajiban tidak lancarnya perusahaan mengalami penurunan setiap tahunnya.

Untuk modal (equity) perusahaan terdiri dari modal saham, selisih

penilaian, saldo laba tahun sebelumnya, saldo laba tahun berjalan dan cadangan

perusahaan. Untuk nilai equity perusahaan mengalami kenaikan dan turun yang tidak

terlalu signifikan. Dimana ditahun 2015 ke tahun 2016 mengalami kenaikan, tetapi

pada tahun 2017 mengalami penurunan, namun penurunannya tidak terlalu jauh dari

tahun sebelumnya.

b. Laporan Laba Rugi

Tabel 1.2
PT MAYORA INDAH
Laporan Laba Rugi
Per 31 Desember 2015 s/d 2017

Per 31 Des 2015 Per 31 Des 2016 Per 31 Des 2017


PENDAPATAN/REVENUE

Pendapatan Tol 90.168.512.720 105.489.282.806 112.658.771.362


Pendapatan Konstruksi 0 0 0
Pendapatan Usaha Lain 3.211.293.311 5.254.367.168 5.141.487.705

JUMLAH PENDAPATAN/REVENUE 93.379.806.031 110.743.649.974 117.800.259.067

BEBAN/EXPENSES
Beban SDM 42.466.975.733 47.153.579.197 40.546.494.897
Beban Pengumpulan Tol 6.385.502.557 7.987.125.535 8.175.757.430
Beban Pelayanan Jalan Tol 5.007.947.255 6.374.477.554 5.879.263.352
Beban Pemeliharaan Jalan Tol 18.005.160.925 30.136.070.116 22.641.915.318
Beban Pajak Bumi dan Bangunan 8.954.200.153 9.372.171.028 9.776.004.172
Beban Penyusutan dan Amortisasi 17.294.717.100 21.053.239.049 22.544.101.100
Beban Umum dan Administrasi 3.887.787.189 4.223.184.666 4.586.891.864

JUMLAH BEBAN/EXPENSES 102.002.290.914 126.299.847.148 114.150.428.136

LABA USAHA / PROFIT OR LOSS (8.622.484.882) (15.556.197.173) 3.649.830.931

Penghasilan Bunga 6.331.351 9.178.107 0


Penghasilan Lain-lain 856.296.179 735.156.560 29.446.892
Beban Lain-lain (340.033.431) 130.373.695 0

JUMLAH BEBAN/PENDAPATAN 522.594.098 613.960.972 29.446.892


LAINNYA

LABA BERSIH SEBELUM PAJAK (8.099.890.784) (14.942.236.201) 3.679.277.823


Sumber: PT Mayora Indah, 2019

Dari tabel 1.2 diatas dapat dilihat laporan laba rugi yang menunjukkan

perusahaan mengalami rugi atau untung. Dari tabel tersebut terdapat pendapatan,

beban, laba usaha yang rugi ataupun untung untuk setiap tahunnya selama tiga tahun

berturut-turut. Sehingga dengan disajikannya laporan laba rugi perusahaan diatas

perusahaan dapat melihat trend perusahaan dari tahun ke tahun apakah meningkat

ataupun menurun.

Pada tahun 2015 laba bersih perusahaan (rugi) berada dikisaran Rp

8.099.830.784 lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2016 yang mengalami

kenaikan sebesar Rp 6.842.345.784. Namun pada tahun 2017 kembali mengalami

penurunan yang jauh ataupun signidikan dari dua tahun sebelumnya menjadi sebesar

Rp 3.679.277.823. Dengan ini dapat dikatakan laba bersih PT Mayora Indah tidak

stabil dengan mengalami naik dan turun yang signifikan pada tahun tertentu.
c. Analisis Rasio Keuangan Perusahaan

Tabel 2.1
PT MAYORA INDAH
Standar Rasio Keuangan

Standar
No Keterangan Rasio Yang Industri Keterangan
Digunakan Rasio
keuangan
1 Rasio Current Ratio 200 % Baik jika diatas
Likuiditas standar rasio
Cash Ratio 100 % Baik jika diatas
standar rasio
2 Rasio Debt Ratio 35 % Baik jika dibawah
Leverage
Debt To Equity 90 % Baik jika dibawah
Ratio
3 Rasio Return On 30% Baik jika diatas
Profitabilitas Invesment standar rasio
4 Rasio Total asset 2 kali Baik jika diatas
Aktivitas Turnover standar rasio
Fixed asset 5 kali Baik jika diatas
Turnover standar rasio

Sumber : Kasmir (2012)

1) Rasio Likuiditas

Rasio Likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan

dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya (Kasmir, 2012:110).

a. Current Ratio (Rasio Lancar)

Berdasarkan perhitungan rasio lancar pada tahun 2015, perusahaan mampu

menjamin setiap hutang lancar dengan 17,56% aktiva lancar. Pada tahun 2016,

perusahaan mampu menjamin setiap hutang lancar dengan 12,08% aktiva lancar. Dan
Pada tahun 2017, perusahaan mampu menjamin setiap hutang lancar dengan 27,63%

aktiva lancar. Dari tahun 2015 sampai 2016 rasio perusahaan mengalami

penurunan sebesar 5,48%. Sedangkan pada tahun 2016 sampai 2017 rasio perubahan

mengalami kenaikan sebesar 15,55%. Meskipun rasio lancar perusahaan mengalami

kenaikan dan penurunanan,namun perusahaan mampu membayar hutang lancarnya

dengan jaminan aktiva lancar setiap tahun.

Menurut Kasmir, Standar Rasio Keuangan untuk Current Ratio adalah

200%, dimana suatu perusahaan dikatakan likuid jika rasio perusahaan tersebut diatas

standar tersebut. Namun dapat dilihat dari analisis diatas bahwa perusahaan hanya

mampu menghasilkan 17,56% tahun 2015, 12,08% tahun 2016 dan 27,63% pada tahun

2017. Dengan kata lain PT Mayora Indah belum mampu memenuhi standar rasio

keuangan yang ditetapkan.

b. Cash Ratio (Rasio Kas)

Berdasarkan rasio kas, pada tahun 2015 perusahaan hanya mampu menjamin

setiap hutang lancar sebesar 13,76%. Pada tahun 2016 kemampuan perusahaan

menjamin setiap hutang lancar menurun menjadi 10,02. Dan pada 2017 kemampuan

perusahaan dalam menjamin setiap hutang lancar naik kembali menjadi 11,17. Dari

tahun 2015 sampai 2016 rasio perusahaan mengalami penurunan sebesar 3,74%.

Sedangkan pada tahun 2016 sampai 2017 rasio perusahaan mengalami kenaikan
sebesar 1,15%. Hal ini berarti perusahaan tidak begitu baik dalam memenuhi

kewajiban jangka pendeknya dengan kas, karena rasio kas yang baik yaitu 100%, maka

dari itu sebaiknya perusahaan menghindari hutang lancar yang berlebihan agar

perusahaan menjadi likuid.

Menurut Kasmir Standar Rasio Keuangan untuk Cash Ratio adalah 100%,

dimana suatu perusahaan dikatakan likuid jika rasio perusahaan tersebut diatas standar

tersebut. Namun dapat dilihat dari analisis diatas bahwa perusahaan hanya mampu

menghasilkan 13,76% tahun 2015, 10,02% tahun 2016 dan11,17% pada tahun 2017.

Dengan kata lain PT Mayora Indah belum mampu memenuhi standar rasio keuangan

yang ditetapkan.

Tabel 2.2
PT MAYORA INDAH
Perhitungan Rasio Likuiditas
2015 s/d 2017

Rasio Perbandingan Perbandingan


NO Likuiditas 2015 2016 2017 Tahun 2015 Tahun 2016
dan 2016 dan 2017

Current 17,56% 12,08% 27,63% 5,48% (-) 15,55% (+)


1. Ratio

2. Cash Ratio 13,76% 10,02% 11,17% 3,74% (-) 1,15% (+)

Sumber: Hasil Penelitian (Data diolah),2019

Dari Tabel 3.4 Pada tahun 2016, rasio lancar perusahaan mengalami penurunan

sebesar 5,48% dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2015. Hal ini disebabkan hutang

lancar perusahaan yang naik dan didukung dengan naiknya aktiva lancar perusahaan

pada tahun tersebut. Pada tahun 2017 rasio perusahan mengalami kenaikan sebesar

15,55%% dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2016. Hal ini disebabkan hutang lancar

perusahaan telah menurun dan didukung dengan meningkatnya aktiva lancar

perusahaan pada tahun tersebut.

Pada tahun 2016 rasio kas perusahaan mengalami penurunan sebesar 3,74%
dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2015. Hal ini disebabkan oleh naiknya jumlah

kas dan kenaikan pada kewajiban lancar yang tidak sesuai sehingga perusahaan tidak

likuid. Dan pada tahun 2017 rasio kas perusahaan mengalami peningkatan sebesar

1,15% dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2016. Hal ini disebabkan oleh peningkatan

pada jumlah kas dan penungkatan pada kewajiban lancar yang sesuai sehingga

perusahaan likuid.

Setelah melakukan analisis untuk rasio likuiditas, maka dapat disimpulkan

bahwa hutang lancar yang dimiliki perusahaan sangatlah besar. Dimana jumlah hutang

lancar yang dmiliki perusahaan pada tahun 2015 sebesar Rp24.258.313.752, tahun

2016 sebesar Rp36.905.003.763 dan pada tahun 2017 sebesar Rp36.512.612.438. Hal

inilah yang menyebabkan rasio lancar perusahaan memiliki persentase yang sangat

jauh dari standar rasio yang ditetapkan. Dimana untuk rasio lancar ditetapkan sebesar

200%.

Namun perusahaan hanya mampu memenuhi sebesar 17,56%, 12,08%,

27,63%. Hal ini disebabkan tingginya hutang lancar yang dimiliki perusahaan yang

harus dibayarkan menggunakan aktiva lancar perusahaan. Hal inilah jugalah yang

menyebabkan rasio kas perusahaan memiliki persentase yang sangat jauh dari standar

rasio yang ditetapkan. Dimana untuk rasio lancar ditetapkan sebesar 100%. Namun

perusahaan hanya mampu memenuhi sebesar 13,76%, 10,02%, 11,17%. Hal ini

disebabkan tingginya hutang lancar yang dimiliki perusahaan yang harus dibayarkan

menggunakan kas perusahaan.

Maka secara umum dapat dikatakan bahwa kondisi perusahaan PT Mayora

Indah dilihat dari rasio likuiditasnya masih harus ditingkatkan karena dalam keadaan

kurang baik. PT Mayora Indah juga berada dibawah standar industri yang diterapkan

sehingga akan menyebabkan perusahaan sedikit kesulitan dalam membayar utang

jangka pendeknya mengunakan aktiva baik aktiva lancar maupun semua total

aktivanya.
2) Rasio Solvabilitas / Leverage

Rasio solvabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana

aktiva perusahaan dibiayai dengan utang (Kasmir, 2012:113).

a. Debt ratio

Berdasarkan perhitungan rasio solvabilitas pada tahun 2015 49,20% dari total

aktiva perusahaan dibiayai dengan pinjaman (hutang). Pada tahun 2016 sebesar

45,33% dari total aktiva perusahaan di biayai dengan modal pinjaman (hutang)

sedangkan perhitungan rasio solvabilitas pada tahun 2017sebesar 49,07% dari total

aktiva perusahaan dibiayai dengan pinjaman (hutang).

Menurut Kasmir, Standar Rasio Keuangan untuk Debt Ratio adalah 35%,

dimana suatu perusahaan dikatakan jika baik rasio perusahaan tersebut dibawah

standar tersebut. Namun dapat dilihat dari analisis diatas bahwa perusahaan hanya

mampu menghasilkan 49,20% tahun 2015, 45,33% tahun 2016 dan 49,07% pada tahun

2016. Yang berarti hasil yang didapat dari perbandingan hasil analisisnya berada jauh

dari standar yang telah ditapkan. Dengan kata lain PT Mayora Indah belum mampu

memenuhi standar rasio keuangan yang ditetapkan.


b. Deb to Equity Ratio

Berdasarkan perhitungan rasio solvabilitas pada tahun 2015 sebesar 32,97%

dari total equitas perusahaan dibiayai dengan pinjaman modal pinjaman (hutang). Pada

tahun 2016 sebesar 35,06% dari total equitas perusahaan dibiayai dengan modal

pinjaman (hutang), sedangkan perhitungan rasio solvabilitas pada tahun 2017 sebesar

32,91% dari total equitas perusahaan dibiayai dengan pinjaman (hutang).

Menurut Kasmir, Standar Rasio Keuangan untuk Debt to Ratio adalah 90%,

dimana suatu perusahaan dikatakan baik jika rasio perusahaan tersebut dibawah

standar tersebut. Dilihat dari analisis diatas bahwa perusahaan hanya menghasilkan

32,97% tahun 2015, 35,06% tahun 2016 dan 32,97% pada tahun 2017. Dengan kata

lain PT. Jasa Marga (Persero) Tbk mampu memenuhi standar rasio keuangan yang

ditetapkan dengan berhasil membayarkan hutang perusahaan hanya dengan

menggunakan modal sendiri.

c. Long Term Debt to Equity Ratio (LTDtER)

Long Term Debt to Equity Ratio memberikan gambaran untuk mengukur

antara utang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan perusahaan. Dari
hasil analisis, pada tahun 2015 nilai Long Term Debt to Equity Ratio adalah sebesar

15,95% , artinya bahwa Rp.100 pendanaan perusahaan, Rp. 15.95 dibiayai dengan

hutang dan Rp. 84.05 disediakan oleh pemegang saham, pada tahun 2016 sebesar

11,62%, artinya bahwa Rp.100 pendanaan perusahaan, Rp. 11.62 dibiayai dengan

hutang dan Rp. 88.38 disediakan oleh pemegang saham. Pada tahun 2017 sebesar

9,22%, artinya bahwa Rp.100 pendanaan perusahaan, Rp. 9.22 dibiayai dengan hutang

dan Rp. 90.78 disediakan oleh pemegang saham. Namun dari hasil analisis diatas dapat

dikatakan bahwa perusahaan mampu menjamin hutang jangka panjang nya dengan

menggunakan modal sendiri.

Tabel 2.3
PT MAYORA INDAH
Perhitungan Rasio Leverage
2015 s/d 2017

Dari Tabel 2.3 pada tahun 2015, 2016 dan 2017 debt ratio perusahaan

mengalami naik turun setiap tahunnya. Hal ini disebabkan tidak stabilnya total aset

perusahaan dan total utang perusahaan setiap tahunnya. Pada tahun 2015, 2016 dan

2017 debt to equity ratio juga mengalami naik turun setiap tahunnya. Hal ini

disebabkan oleh tidak stabilnya total hutang dan total ekuitas setiap tahunnya. Setelah

melakukan analisis untuk rasio leverage, maka dapat disimpulkan bahwa total aktiva

yang dimiliki perusahaan sangatlah besar. Dimana jumlah total aktiva yang dmiliki
perusahaan pada tahun 2015 sebesar Rp 95.477.273.822, tahun 2016 sebesar Rp

102.203.587.122 dan pada tahun 2017 sebesar Rp 103.347.812.133. Hal inilah yang

menyebabkan debt ratio perusahan memiliki persentase yang sangat jauh dari standar

rasio yang ditetapkan. Dimana untuk debt ratio ditetapkan sebesar 35%. Namun

perusahaan mampu memenuhi sebesar 49,20%, 45,33%, 49,07%. Hal ini disebabkan

tingginya total akiva yang dimiliki perusahaan yang harus dibayarkan menggunakan

total hutang perusahaan.

Hal inilah jugalah yang menyebabkan debt to equity ratio perusahaan memiliki

persentase yang sangat baik sesuai dengan standar rasio yang ditetapkan. Dimana

untuk debt to equity ratio ditetapkan sebesar 90% (baik jika dibawah standar rasio

nya). Dan perusahaan mampu memenuhi sebesar 32,97%, 35,06%, 32,91%. Hal ini

disebabkan oleh kemampuan totoal hutang yang dimiliki perusahaan untuk membiayai

modal nya masih sangat baik.

Maka dapat dikatakan bahwa kondisi kinerja keuangan perusahaan PT Mayora

Indah pada tahun 2015, 2016 dan 2017 dilihat dari rasio leverage masih dalam

keadaan baik . Hal ini berarti meskipun setiap tahunnya rasio mengalami naik dan

turun ataupun tidak stabil,tetapi perusahanan masih mampu membayarkan aktivanya

dengan menggunakan hutang lancar dan modal perusahaan.


KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah dilakukan analisis dan evaluasi terhadap laporan keuangan PT Mayora


Indah, maka penulis mengambil beberapa kesimpulan dan saran yang dianggap
sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam penyempurnaan dan pencapaian
dimasa akan datang.

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan, maka peneliti dapat mengambil beberapa kesimpulan

yang sesuai dengan penelitian pada perusahan PT Mayora Indah sebagai berikut :

1. Jika dilihat dari rasio likuiditas, dimana dilihat dari rasio lancar dan rasio kas nya

maka dapat disimpulkan bahwa kondisi perusahaan tidak dalam keadaan likuid

atau baik, artinya perusahaan belum mampu memenuhi kewajiban jangka

pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dilihat pada rasio lancar di

tahun 2015 hingga 2017. Karena sesuai dengan Standar Akuntansi pada rasio

keuangan sebesar 200% dan 100%, sehingga rasio perusahaan belum mencukupi

untuk memenuhi standar tersebut. Ini mengartikan bahwa perusahaan masih

dalam kondisi yang tidak stabil atau belum sepenuhnya mampu membayar utang

jangka pendek/lancar.

2. Jika dilihat dari rasio laverage, dimana ada debt ratio, debt to equity ratio dan

long term to debt equity ratio dapat dilihat bahwa kondisi perusahaan yang kurang

baik dalam melunasi hutang. Karena sesuai dengan Standar Akuntansi pada rasio

keuangan sebesar 35% dan 90%, sehingga rasio perusahaan belum mencukupi

untuk memenuhi standar tersebut. Ini mengartikan bahwa perusahaan masih

dalam kondisi yang tidak stabil atau belum sepenuhnya mampu mengelola utang

jangka pendek dan hutang jangka panjang nya dengan baik.

3. Jika dilihat dari rasio Aktivitas diperlukan analisis lebih lanjut untuk mengetahui

keadaan perusahaan. Karena PT Mayora Indah bukanlah perusahaan bebasis


industri maka peneliti tidak membahas lebih lanjut rasio aktivitas tersebut. Hal ini

dikarenakan kurangnya data yang diperoleh dari perusahaan.

4. Jika dilihat dari rasio Profitabilitas, maka dapat disimpulkan perusahaan

menghasilkan laba/keuntungan naik dan turun pada dua tahun yakni 2015 dan

2016. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan masih kurang baik dalam

menghasilkan labanya. Karena sesuai dengan Standar Akuntansi pada rasio

keuangan sebesar 30%, sehingga rasio perusahaan belum mencukupi untuk

memenuhi standar tersebut. Ini mengartikan bahwa perusahaan masih dalam

kondisi yang tidak stabil atau belum mampu mengelola keuangannya untuk

menghasilkan laba dengan maksimal.

Anda mungkin juga menyukai