Anda di halaman 1dari 17

JURNAL

PENYUTRADARAAN PROGRAM TALK SHOW “ROLLING! ACTION!”


EPISODE CASTING DIRECTOR DENGAN PENDEKATAN INTERAKSI
MEDIA SOSIAL

SKRIPSI PENCIPTAAN SENI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan


mencapai derajat Sarjana Strata 1
Program Studi Film dan Televisi

Disusun oleh :
Dean Fitty Sari
NIM: 1210613032

PROGRAM STUDI FILM DAN TELEVISI


JURUSAN TELEVISI
FAKULTAS SENI MEDIA REKAM
INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA

2019
PENYUTRADARAAN PROGRAM TALK SHOW “ROLLING! ACTION!”
EPISODE CASTING DIRECTOR DENGAN PENDEKATAN INTERAKSI
MEDIA SOSIAL

Oleh : Dean Fitty Sari (1210613032)

ABSTRAK

Televisi saat ini sudah menjadi kebutuhan yang penting bagi masyarakat
dan dapat dijadikan sebagai salah satu sumber untuk memperoleh informasi.
Dalam masyarakat millennial, media sosial seperti Twitter dan Instagram juga
menjadi salah satu sumber informasi yang dapat diakses lebih cepat dan akurat.
Dalam talkshow "Rolling! Action!" menunjukan tentang apa saja pekerjaan
yang ada di bidang audio visual. Menampilkan program yang berisi apa saja
pekerjaan dalam audio visual sampai ke linier nonteknis yang masyarakat umum
belum mengetahui.
Episode 1 talkshow ini mengambil tema "Casting Director". Dikemas
dalam seting outdoor, tiap segmen menampilkan interaksi masyarakat melalui
media sosial untuk mendapatkan pertanyaan yang akan dibahas selama talkshow
berlangsung.
"Rolling! Action!" episode 1 akan dimulai dari diskusi host dengan
narasumber yang memiliki pekerjaan sebagai seorang Casting director. Diskusi
ini berjalan saat produksi sebuah film. Dari diskusi panjang ini, masyarakat bisa
mengetahui apa saja bidang pekerjaan yang ada dalam proses pembuatan sebuah
film.
Kata kunci : Televisi, Media Sosial, Talkshow, Pekerjaan
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penciptaan

Televisi sudah bukan barang asing lagi bagi manusia. Sebagai media
penyampaian informasi, program acara televisi memiliki kemampuan yang
efektif untuk penyampaikan pesan dengan cara kreatif karena media ini dapat
menghadirkan pengalaman yang seolah-olah dialami sendiri dengan
jangkauan yang luas dan waktu bersamaan oleh penontonnya. Dengan
gambar dan suara, program acara televisi mampu memberi informasi secara
singkat dengan berbagai tema dan pesan.
Talkshow didefinisikan sebagai keterampilan menyajikan perbincangan
bertopik serius. Talkshow adalah sebuah program televisi atau radio dimana
seseorang ataupun group berkumpul bersama untuk mendiskusikan berbagai
hal topik dengan suasana santai tapi serius, yang dipandu oleh seorang
moderator (Amelita Lusia,. 2006 : 76-81).
Berdasarkan pengertian tersebut program talk show televisi bisa menjadi
media informasi yang menghibur bagi masyarakat. Program talk show inilah
yang akan mengemas informasi mengenai pekerjaan-pekerjaan non-teknis
dalam pembuatan sebuah film. Mulai dari mengulas pekerjaan tersebut lebih
detail hingga membicarakan pengalaman-pengalaman selama melakukan
pekerjaan tersebut.
Pengemasan program talk show televisi ini juga akan menggunakan
pendekatan media sosial interaktif. Penonton bisa langsung merespon konten
atau apa yang dibahas pada program dengan memanfaatkan media sosial
masing-masing. Media sosial yang dipilih untuk mendukung program ini
adalah Twitter dan Instagram. Platform tersebut dipilih karena cepatnya
berbagi teks, foto, maupun video di waktu itu juga dengan mudah, sehingga
penonton bisa dengan langsung menanggapi program episode dengan cepat
dan tanggap.
Pada episode pertama program yang berjudul “Rolling! Action!” akan
membahas pekerjaan sebagai casting director. Casting director menjadi salah
satu pekerjaan paling penting dalam proses pembuatan sebuah film. Seorang
casting director bertugas sejak tahap pra produksi. Casting director harus
melakukan proses casting hingga memperoleh aktor atau pemain yang tepat
sesuai apa yang dibutuhkan dalam film.
B. Ide Penciptaan Karya
Ide pembuatan program talk show televisi yang mengangkat
pekerjaan-pekerjaan non-teknis dalam sebuah film ini bermula ketika melihat
sebuah acara penganugerahan untuk pekerja di bidang film di salah satu
stasiun televisi nasional. Acara seperti itu tidak ditujukan kepada semua
bidang pekerjaan di dalam pembuatan film. Padahal proses pembuatan film
terdiri dari banyak kru yang bertugas dan bertanggung jawab. Apalagi saat
sebuah film berhasil tayang dan penjualan meningkat, sorotan media hanya
fokus kepada sutradara, produser, dan peran utama. Hal ini membuat
ketimpangan bagi kru lain yang bertugas, khususnya pada pekerjaan
non-teknis jarang sekali dilirik atas keberhasilan film tersebut.
Fakta dan pengamatan ini membawa pada sebuah pembuatan program
talk show televisi yang mengulas lebih dalam mengenai pekerja-pekerja di
balik layar sebuah film. Selain itu, program talk show televisi ini juga akan
berbagi informasi lebih dalam mengenai seberapa penting dan besar tanggung
jawab dari masing-masing pekerjaan tersebut. Program talk show televisi ini
diberi judul “Rolling! Action!”
Tiap episode program ini akan mendatangkan narasumber yang
memegang pekerjaan tertentu dalam produksi sebuah film dan dibagi menjadi
beberapa segmen. Episode pertama akan mengundang casting director
berpengalaman sebagai narasumber. Casting director memiliki andil besar
dalam membantu produser dan sutradara untuk memilih pemain, di mana
pemain ini juga menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan sebuah film
dan berkaitan langsung dengan peran casting director. Seorang casting
director juga harus pintar dalam bernegosiasi, manajemen, psikologi, dan
hukum. Sehingga, peran seorang casting director memiliki porsi yang cukup
besar yang mungkin tidak diketahui oleh banyak orang.
Program talk show televisi ini melibatkan fungsi dan manfaat media
sosial. Media sosial saat ini juga sudah menjadi kebutuhan utama masyarakat
dari berbagai kalangan. Memanfaatkan media sosial bisa mendukung host
dalam membahas tema setiap episodenya. Penonton dapat langsung
mengajukan pertanyaan atau komentar tanpa harus berada di studio bersama
narasumber dan host. Penggunaan media sosial dalam program ini juga
mengajak masyarakat dapat berperan aktif dalam memberikan respon
terhadap tema program, host, maupun narasumber.
C. Manfaat dan Tujuan
1. Tujuan Penciptaan
a.Menciptakan program televisi dengan format talk show yang
dilengkapi grafis untuk memberikan alternatif tayangan dalam
menikmati program-program televisi.
b.Memperkenalkan bidang-bidang pekerjaan di perfilman kepada
masyarakat.
c.Memperkenalkan bentuk penggabungan media televisi dan media
sosial pada setting sebuah program televisi.
2. Manfaat Penciptaan
a. Sebagai referensi tayangan untuk penonton dalam memberikan
informasi seputar pekerjaan dalam perfilman.
b.Memberikan pengetahuan akan informasi detail pekerjaan
orang-orang film.
c. Meningkatkan kemampuan sebagai pengarah acara dalam penciptaan
program televisi.
D. Tinjauan Karya
1. Layar Perak
Layar Perak menjadi salah satu tinjauan karya untuk program
“Rolling! Action!”, konsep di program ini hampir sama dengan program
“Rolling! Action!”. Konten program Layar Perak mengambil sisi di balik
dunia perfilman, mulai dari kru, topik-topik yang sedang hangat
dibicarakan, sampai mengulas tentang beberapa tempat dan tokoh terkait
tentang perfilman. Dibawakan secara komunikatif dan santai bersama
Reza Rahardian dan Christine Hakim sebagai host membuat program
Layar Perak. Program Layar Perak tayang setiap hari Sabtu jam 14:30 di
Metro TV, namun program ini sementara tidak tayang lagi di tahun ini.
Persamaan dengan program “Rolling! Action!” adalah dari segi
konten yang dibahas yaitu fokus pada dunia perfilman. Sedangkan hal
yang membedakan adalah program “Rolling! Action!” lebih fokus
membahas tentang kru film saja.
2. Tea Time
Program Tea Time adalah salah satu program di Metro TV yang
membahas dan bertemu dengan orang orang yang inspiratif di Indonesia.
Membuat konsep jam minum teh program Tea Time tayang di hari Senin
pukul 15:00. Waktu tersebut tepat untuk membahas sesuatu yang ringan.
Host Tea Time Desy Anwar, mengawali karir di bidang jurnalistik, mulai
dari program berita sampai bekerja di situs portal Astaga.com.
Pengalamannya pun diakui melaui gelar pembawa acara terbaik di
beberapa acara penghargaan bergengsi. Berlatar belakang hal tersebut
dan didukung oleh narasumber-narasumber inspiratif Desy Anwar
mampu membawa Tea Time menjadi talk show yang sangat ringan
namun berkualitas.
Konsep lokasi program Tea Time adalah nonstudio, di mana host Tea
Time menghampiri lokasi narasumber. Mulai dari rumah narasumber
sampai lokasi kerja dari narasumber. Konsep host dan lokasi dari
program Tea Time inilah yang dijadikan referensi untuk program
“Rolling! Action!”. Namun, perbedaan terletak pada lokasi yang
dihampiri host. Program Tea Time menghampiri lokasi narasumber,
tetapi program “Rolling! Action!” mendatangi lokasi-lokasi yang pernah
menjadi set film dan menjadi tempat proses produksi untuk menjadi
lokasi talk show.
3. Thirteen Reason Why
Thirteen Reason Why adalah sebuah serial drama misteri dengan
media webtv di Amerika diangkat dari novel di tahun 2007 oleh Jay
Asher yang kemudian diadaptasi oleh Brian Yorkey untuk Netflix. Intro
serial drama Thirteen Reason Why menjadi salah satu inspirasi
pembuatan visual bumper untuk program talk show “Rolling! Action!”.
Intro serial tersebut memakai ikon-ikon yang sangat identik ada di
ceritanya. Begitu juga dengan program “Rolling! Action!”. Bumper
program akan identik dengan ikon-ikon profesi industri kreatif.
Perbedaan dari intro dan bumper ini ada pada visual dan warna. Pada
bumper program ini akan terdapat warna-warna hangat agar membuat
penonton menjadi lebih nyaman dengan sajian awal dari program.
4. Film Bukaan 8
Film Bukaan 8 yang disutradarai oleh Angga Dwimas Sasongko
merupakan film drama-komedi yang dirilis pada 23 Februari 2017.
Bercerita tentang pasangan yang bertemu dan jatuh cinta di dunia maya,
namun hubungan mereka tidak direstui oleh pihak perempuan karena
mereka melihat pihak laki-laki pekerjaannya hanya bermain media sosial
dan tidak mempunyai pekerjaan tetap. Didalam pengemasan film ini
sutradara memilih menggunakan grafis untuk memunculkan
potongan-potongan tweet.
II. OBJEK PENELITIAN DAN ANALISIS
A. Objek Penciptaan
1. Episode Casting Director
Secara formal di dunia pendidikan broadcasting audio visual,
Casting Director tidak berada di salah satu kurikulum, karena menjadi
Casting Director setidaknya harus memahami banyak hal, seperti akting,
manajemen waktu, manajemen keuangan, psikologis, dan hukum.
Secara struktur Casting Director berada di antara sutradara dan
Produser, posisinya sama dengan penulis naskah. Tidak memiliki tanggung
jawab secara de facto terhadap asisten sutradara, serta tim produksi lainnya
namun tetap bekerja sama.
Casting Director bertugas saat persiapan awal produksi film atau
program televisi sampai dengan kebutuhan talent atau bakat dalam naskah
terpenuhi. Hasil tersebut diserahkan kepada koordinator talent yang
merupakan bagian dari produksi film atau produksi program televisi.
Bowie Budianto menjadi narasumber di episode Casting Director di
program ini. Bowie Budianto lahir di Jakarta pada 22 Januari 1979 dan
sekarang bertempat tinggal di Bogor. Memulai pekerjaan Casting Director
pada tahun 2004 sampai sekarang. Pengalamannya di berbagai macam
produksi seperti film Nagabonar, Obama anak Menteng, Lost In Love,
Gendhing Sriwijaya, Stip & pensil, dan yang paling terbaru 27 Step of May.
Bowie Budianto sudah banyak bekerja sama dengan sutradara-sutradara
ternama seperti Hanung Bramantyo, Rako Prijanto, Deddy Mizwar, Ravi
Bharwani, Alyandra, John De Rantau, dan masih banyak lagi.
2. Program Talk Show
Konsep acara talk show yang disajikan melalui interaksi media
sosial dengan karakter penyampaian yang informatif dan menghibur, serta
karakter yang khas dari aksi host yang mampu membuat pemirsa
memperhatikannya dengan seksama. Jika diteliti lebih dalam tayangan ini
dapat memberikan informasi, pendidikan dan yang terpenting memberikan
hiburan dalam penyajiannya.
3. Interaksi Media Sosial
Media sosial merupakan salah satu aktivitas online favorit yang
digunakan oleh publik hampir setiap hari. Menurut artikel yang ditulis oleh
Davidson pada tahun 2015 lalu, pengguna internet menghabiskan sekitar
satu jam 40 menit perhari di situs sosial, jika dibandingkan dengan
satu:empat waktu yang digunakan untuk membuka media sosial yang
merupakan aktivitas umum jika berkaitan dengan internet.
Laporan yang pernah dikeluarkan oleh Global Web Index pada
tahun 2015 lalu mengenai trend terbaru berkenaan dengan jejaring sosial
menemukan bahwa setiap empat menit yang dihabiskan sesorang di
internet digunakan untuk mengakses jejaring sosial, seiring dengan
peningkatan penggunaan internet di telepon genggam.
Dari data - data tersebut menguatkan alasan penggunaan media
sosial pada program televisi Talk Show “Rolling! Action!”. Penggabungan
antara media televisi dan media sosial bertujuan untuk mengajak penonton
televisi dan warganet untuk terlibat didalam program televisi Talk Show
“Rolling!Action!”.
Program talk show televisi ini juga akan melibatkan peran penting
media sosial. Media sosial yang saat ini sangat digandrungi oleh
masyarakat berbagai kalangan memunculkan ide untuk memanfaatkannya
dalam mendukung konten dari program ini. Program talk show ini
menggunakan pendekatan media sosial atau media sosial interaktif untuk
mendukung host atau pembawa acara dalam menggali lebih dalam
informasi tentang topik yang dibahas tiap episodenya. Jadi, penonton dapat
melemparkan pertanyaan atau komentar langsung tentang program maupun
narasumber melalui akun media sosialnya pada tiap episode.

Penggunaan media sosial dalam program ini bertujuan agar


masyarakat dapat berperan aktif dalam memberikan feedback atau respon
terhadap program, pembawa acara, maupun narasumber.

B. Analisis Objek
Dalam kamus bahasa Indonesia dan juga undang-undang no.33 tentang
perfilman tahun 2009, Casting Director disebut sebagai Penata Laku, tugas
utama adalah mencari, memberikan rekomendasi, konsultasi, melakukan
penelitian terhadap pemain atau pemain yang sesuai dengan suatu
pekerjaan seperti film, TV, video klip atau program-program yang
membutuhkan pemain atau aktor di pekerjaan tersebut.
Pada sebuah produksi film atau program televisi, Casting Director
salah satu tim yang paling awal menerima naskah secara utuh setelah
Sutradara dan Produser. Setelah mendapatkan naskah, Casting Director
berdiskusi dengan Sutradara dan Produser untuk menentukan pemain yang
akan memerankan kebutuhan naskah yang diterima menggunakan beberapa
pertimbangan- pertimbangan mulai dari kualitas akting, daya jual, dan tiga
dimensi tokohnya.
Standar kualifikasi dalam pencarian pemain setiap produksi berbeda-
beda. Casting Director melihat calon pemain tersebut harus bisa
memerankan beberapa karakter, calon pemain memerankan karakter yang
berbeda dengan karakter asli dari pemain tersebut. Satu pemahaman
dengan Sutradara dan Produser menjadi poin penting untuk menghindari
masalah seperti perbedaan pandangan akting dan pandangan karakter.
Tidak mudah untuk bisa melihat kualifikasi seperti ini karena memang
tidak ada teori dasar atau pendidikan yang khusus untuk mengajarkan
pekerjaan dibidang Casting Director. Selain itu, Casting Director juga
perlu memahami struktur dan kebutuhan-kebutuhan pekerjaan yang
dilakukan.
III. LANDASAN TEORI
A. Penyutradaraan
Sutradara televisi adalah seseorang yang menyutradarai program acara
televisi yang terlibat dalam proses kreatif, dari pra hingga pascaproduksi,
baik untuk drama maupun nondrama, dengan lokasi di studio (indoor)
maupun alam (outdoor), dan menggunakan sistem produksi single dan/atau
multi-camera. (Naratama, 2013: 16)
B. Talk Show
“Wawancara yang dilakukan oleh dua orang dan diskusi oleh lebih dari
dua orang. Semua itu disebut dengan Talk show atau the Talk show program”
yang di dalamnya termasuk program uraian (the talk), vox-pop, interview
(wawancara) baik di dalam studio maupun di luar studio dan didiskusikan di
acara televisi. Program ini tampil dengan mengetengahkan sesuatu hal yang
menarik atau yang sedang hangat dibicarakan” (Fred Wibowo, Dasar-Dasar
Produksi Program Televisi)

C. Interaksi Media Sosial

Media Sosial sendiri terdiri dari teknologi, praktik, atau komunitas


online yang digunakan masyarakat untuk menghasilkan konten tertentu atau
berbagi opini, pemahaman, pengalaman, dan perspektif antara satu sama lain
(Cohen dalam Patrut & Patrut, 2013)
IV. KONSEP KARYA
Rancangan program televisi Talk Show “Rolling!Action!” pada episode
Casting Director ini akan membahas tentang pekerjaan ini berproses, dan sub
pekerjaan yang mendukung berhasilnya departemen Casting Director. Tidak
semua orang tahu jika tanggung jawab talent mulai dari pencarian sampai
kontrak itu yang bertanggung jawab departemen Casting Director.
Pengemasan program televisi Talk Show ini tidak akan kaku yang harus
formal didalam studio tapi akan dibentuk menggunakan alur bercerita dengan
set non studio.

Proses penyutradaraan program televisi dengan genre ini juga harus


dapat mengemas fakta dengan kemasan yang menarik. Bukan hanya tentang
isu yang diangkat, namun juga konten di setiap segmen, hingga pemilihan
host juga berperan di dalamnya. Program ini akan diwujudkan dengan
menggunakan konsep interaksi media sosial sebagai media host dalam
berinteraksi dengan bintang tamu. Hal ini bertujuan untuk mengarahkan pada
topik pembicaraan yang sedang diangkat.

Program yang berjudul “Rolling! Action!” ini akan menghadirkan


narasumber yang berkompeten di sebuah bidang atau profesi tertentu,
tentunya di bidang perfilman. Tentu dalam sebuah produksi sebuah film,
bukan hanya seorang Sutradara saja yang berperan dalam berhasil atau
tidaknya sebuah film. Sebuah film yang berhasil tentu terdapat beberapa
pihak di belakangnya yang turut berperan, seperti wardrobe, tim properti,
hingga lightingman.

Pemilihan sosok tokoh yang dipilih untuk dihadirkan dalam program


“Rolling! Action!” adalah seseorang yang sudah lama menggeluti di bidang
Casting Director dari Asosiasi Casting Indonesia. Setiap episodenya,
program ini dipandu oleh salah seorang host untuk memandu berjalannya
acara dari setiap segmen. Selain itu, host juga membutuhkan bantuan
warganet di media sosial sebagai pengantar host mengembangkan topik
obrolan dengan narasumber.

Penggunaan media sosial yang digunakan dalam program ini adalah


Twitter dan Instagram. Hal tersebut karena Twitter menjadi salah satu media
sosial yang terhubung dengan Google. Selain itu Google digunakan oleh
pengguna internet untuk mencari informasi apapun terkait dengan kebutuhan
mereka. Dalam laporan wearesocial dan Hootsuite yang bertajuk Digital in
2017: Southeastasia yang bersumber dari Globalwebindex Instagram menjadi
media sosial yang banyak digunakan. Twitter dan Instagram dalam program
ini dijadikan medium utama untuk host mengembangkan topik perbincangan
dengan narasumber.

Secara teknis materi voxpop sudah dipersiapkan sebelumnya dengan


menemui orang - orang dari perwakilan yang terlibat di ranah audio visual
dan yang tidak terlibat menggunakan setting pengambilan gambar yang
disesuaikan tempat dari orang - orang tersebut. Dalam teknis pengarahan host
dan narasumber menyesuaikan tempat dari narasumber. Penambahan
beberapa set dan property merespon secara langsung di lokasi yang sudah ada
dengan tujuan menguatkan konsep dari lokasi narasumber. Menyiapkan
beberapa materi pertanyaan untuk dikirim ke narasumber sebelum host dan
narasumber bertemu.

Menggunakan teknik alur bercerita dan memposisikan penonton adalah


pihak ketiga. host dan narasumber sama sekali tidak bersinggungan dengan
kamera. Pertanyaan - pertanyaan yang host sampaikan ke narasumber dibantu
dengan pertanyaan yang ada di media sosial. Terdapat grafis untuk membantu
penonton televisi bisa membaca respon apa yang ada di media sosial.

Tidak ada bumper in dan bumper out di setiap pergantian segmen


dikarenakan penggunaan konsep alur bercerita, setiap adegan atau
perpindahan set maka harus ada shot penghubung diantara adegan tersebut.

V. PERWUJUDAN DAN PEMBAHASAN KARYA


A. Pembahasan Program

Alur cerita di episode ini dibagi menjadi tiga segmen yaitu pengenalan
profesi, tahapan bekerja, tips casting dan juga hal – hal yang patut di
waspadai perihal casting. Secara konsep di program ini bisa diterima semua
kalangan, khususnya masyarakat pengguna televisi dan warganet yang aktif
menggunakan media sosial. Program talkshow “Rolling!Action!” dikemas
dengan santai dan menggunakan alur drama bercerita. Meskipun terdapat
voxpop dan grafis, hal tersebut diletakkan pada shot shot yang
berkesinambungan dan tetap pada alur cerita. Di program ini host dan
narasumber tidak ada interaksi dengan kamera. Pada saat produksi, warna
gambar satu dengan yang lainnya berbeda – beda karena ditiap set
pencahayaannya berbeda, akan tetapi didalam proses editing perbedaan
tersebut disamakan. Ilustrasi musik tidak terlalu menjadi fokus point penting
di program televisi talk show “Rolling!Action!” karena atmosfer realis yang
dibangun di program ini sesuai dengan alur drama cerita. Judul program
menyesuaikan konsep dari program dan mewakili dari isi program.
B. Pembahasan Segmen Program

Konten Segmen Interaksi Media Sosial Fungsi


SEGMEN 1
Host membuat tweet dan Menampung pertanyaan
“Host bertanya kepada
Instastories untuk dari warganet, yang akan
warganet seberapa tahu
memancing warganet dibahas pada segmen 2
mereka tentang Casting
bertanya. dan 3
Director”
Host menanyakan
pertanyaan warganet dari
twitter ; Membangun partisipasi
“Apakah Casting publik dalam program
SEGMEN 2
Director perlu pendidikan talk show, dalam bentuk
“Host membacakan
formal atau non formal? mendapatkan tanggapan
pertanyaan warganet dari
Atau cukup dengan langsung dari narasumber
twitter”
pengalaman?” secara realtime.
Jawaban dari narasumber
disampaikan secara
langsung kepada host.
Host menanyakan
pertanyaan warganet dari
instagram
Membangun partisipasi
“Bagaimana cara untuk
publik dalam program
SEGMEN 3 mendapatkan info casting
talk show, dalam bentuk
“Host membacakan yang benar?”
mendapatkan tanggapan
pertanyaan warganet dari “Apa yang perlu
langsung dari narasumber
intagram” disiapkan untuk
secara realtime.
mengikuti casting?”
Jawaban dari narasumber
disampaikan secara
langsung kepada host,
sembari host menuliskan
ulang jawaban tersebut di
instastories

SEGMEN 3 Di akhir program acara, Menyatukan keseluruhan


Host merangkum dan pembicaraan menjadi
membuat kesimpulan atas informasi yang utuh agar
seluruh obrolan bersama bisa diakses warganet.
narasumber dalam bentuk
thread twitter.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Pengemasan genre talkshow dengan konsep non studio, menggunakan
alur cerita, dan penggunakan grafis menjadi salah satu alternatif cara agar
talkshow ini menjadi lebih bervariatif dan diharapkan penonton bisa lebih
mudah memahami isi konten
B. Saran
Riset sangat menjadi penting untuk mendapatkan konsep real acara.
Proses perwujudan karya ini dbantu oleh para kerabat kerja yang solid dan
saling menjaga komunikasi. Untuk proses produksi harus bisa
mengefisiensikan dari segi keuangan dan waktu yang diperlukan. Mengingat
lokasi dari narasumber berbeda daerah.
DAFTAR PUSTAKA

Amelita Lusia. Oprah Winrey Dan Rahasia Sukses Menaklukan Panggung Talk
Show. 2006 : 76-81

Naratama. Menjadi Sutradara Televisi. Jakarta: PT Grasindo Anggota Ikapi,


2004.

Patrut, M. & Patrut B. (2013) Social Media in Higher Education: Teaching in


Web 2.0. 1st Edition. Hershey, PA, USA, IGI Global

Wibowo, Fred. Dasar - Dasar Produksi Televisi, 1997: 37

DAFTAR ONLINE

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan


Kebudayaan Republik Indonesia (2016)
https://kbbi.kemdikbud.go.id (diakses 2 Juli 2019)

Digital 2019 : Global Internet Use Accelerates (2019)


https://wearesocial.com/blog/2019/01/digital-2019-global-internet-use-accele
rates (diakses 29 Mei 2019)

KBBI Online ini dikembangkan oleh Ebta Setiawan © 2012-2019 versi 2.5
Database utama merupakan Hak Cipta Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa, Kemdikbud (Pusat Bahasa)
https://www.kbbi.web.id/ (diakses 2 Juli 2019)

Penetrasi Media Televisi Masih yang Tertinggi (2017)


https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/07/27/penetrasi-televisi-masi
h-yang-tertinggi# (diakses 12 Juni 2019)

13 Reasons Why | Situs Resmi Netflix


https://www.netflix.com/title/80117470 (diakses 22 Februari 2019)

Program Layar Perak | Metrotvnews.com


http://video.metrotvnews.com/layar-perak (diakses 22 Februari 2019)
Program Tea Time With Desy Anwar | Metrotvnews.com
http://video.metrotvnews.com/tea-time-with-desi-anwar
(diakses 22 Februari 2019)

Trailer Film Bukaan 8 | Channel Youtube Visinema Pictures


https://www.youtube.com/channel/UCjTA5AcXGsksWEZkRvFO8mA
(diakses 22 Februari 2019)

Anda mungkin juga menyukai