Anda di halaman 1dari 8

BAHAN PEMBELAJARAN:

PEMANFAATAN BUDAYA DAN KEARIFAN LOKAL SEBAGAI IDE PRODUKSI PROGRAM


RADIO, TELEVISI DAN FILM

Kehadiran radio, televisi dan industri film dengan konten lokal memiliki peran penting
dalam mengubah ketidakseimbangan fungsi media mainstream dalam mengangkat isu-isu lokal.
Dengan pendekatan ini, diharapkan dapat menampilkan budaya daerah serta peristiwa lokal
dengan menyentuh kehidupan nyata masyarakat setempat. Tujuan dari kegiatan ini agar dapat
merepresentasikan identitas budaya masyarakat daerah dengan muatan budaya dan identitas
yang berbasis kearifan lokal. Keragaman yang dimiliki budaya di Indonesia merupakan potensi
yang luar biasa sebagai ide kreatif untuk dapat diolah menjadi konten informasi audio visual.

Perkembangan dengan melandaskan keragaman budaya serta potensi lokal akan


memberikan ruang bagi masyarakat untuk terlibat langsung sebagai sumber daya manusianya.
Kebutuhan pekerja kreatif sebagai profesi akan lebih merata. Profesi di industri radio, televisi dan
film sudah memiliki standar yang bisa dikejar oleh masyarakat sebagaimana sudah tercantum
dalam peta okupasi profesi.

Dikutip dari buku Manusia dalam Kebudayaan dan Masyarakat (2015) karya Eko A.
Meinarno, Bambang Widianto, dan Rizka Halida, kearifan lokal adalah cara dan praktik yang
dikembangkan oleh sekelompok masyarakat yang berasal dari pemahaman mendalam mereka
akan lingkungan setempat yang terbentuk dari tinggal di tempat tersebut secara turun-menurun.

Kearifan lokal muncul dari dalam masyarakat sendiri, disebarluaskan secara non-formal,
dan dimiliki secara kolektif oleh masyarakat yang bersangkutan. Selain itu, kearifan lokal juga
dikembangkan selama beberapa generasi dan tertanam di dalam cara hidup masyarakat yang
bersangkutan (budaya) sebagai sarana untuk mempertahankan hidup.

Bentuk kearifan lokal dalam masyarakat bisa berupa nilai, norma, etika, kepercayaan, adat istiadat,
hukum adat, dan aturan-aturan khusus. Sedangkan ciri-ciri kearifan lokal sebagai berikut:
- Sanggup bertahan terhadap budaya luar.
- Mempunyai kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar.
- Memiliki kemampuan membaurkan unsur budaya luar ke dalam budaya asli.
- Memiliki kemampuan mengendalikan.
- Sanggup memberi petunjuk pada perkembangan budaya.

Contohnya peringatan 1 Suro, selalu menjadi perhelatan besar dengan kekhasan daerah.
Bertahun-tahun telah terlaksana dengan runtut kegiatan yang sama. Dengan kondisi sekarang
banyaknya media (radio, televisi, film, media sosial) kita akan dengan mudah mendapatkan
informasi tentangnya. Kemudian bandingkan dengan peringatan 1 suro di gunung Kawi, Keraton
Yogyakarta atau Pantai Ngliyep. Apakah sama bentuk acaranya? Jika kita melihat tayangan di
youtube banyak atau sedikit kah orang yang melihat tayangannya?
7
Page
Jumlah tayang di media menunjukkan seberapa banyak orang yang tertarik, istilah
sekarang menjadi viral. Bahkan tidak sedikit orang yang melakukan segala cara agar menjadi viral
dengan tujuan yang berbeda-beda. Misalnya seseorang yang ingin viral karena membutuhkan
bantuan biaya, ada juga sekedar ingin terkenal. Jumlah viewers (penonton) followers (pengikut)
di media sosial dapat menghasilkan uang karena media sosial bisa menitipkan (secara tidak
langsung) iklan ke dalam akun. Bahkan sekarang muncul jenis pekerjaan Youtuber atau selebgram.

Untuk menjadi terkenal, menghasilkan nilai ekonomi, mendapat manfaat dan berbagai
keuntungan lain maka kita harus bisa menggunakan apa yang ada di sekitar kita menjadi sebuah
ide. Dan budaya serta kearifan lokal akan menjadi sumber ide yang original dan berbeda.

BIDANG – BIDANG KERJA DI BIDANG RADIO, TELEVISI DAN FILM

Radio dan Televisi disebut sebagai bidang broadcasting. Karir di bidang broadcasting
antara lain:
1. Editor video
Salah satu pekerjaan yang sedang banyak dicari adalah editor video. Pasalnya, pekerjaan
ini tidak hanya terbatas untuk lingkungan televisi, namun sudah masuk ke ranah yang lebih
kecil lagi. Meningkatnya content creator di berbagai sosial media, seperti youtuber, hingga
selebgram memperluas peluang seorang editor video. Tak berbeda dengan yang bekerja
di industri pertelevisian, seorang editor video untuk media-media online pun memiliki
tanggung jawab yang hampir sama. Seorang editor video pada dasarnya haruslah
memahami aplikasi editing video secara profesional, dan dapat mengubah video mentah
menjadi konten yang layak konsumsi.
2. Penyiar radio
Karier lain yang tak kalah banyak peminatnya di bidang broadcasting adalah penyiar radio.
Dengan kemampuan berbicara yang baik dan jelas, hampir semua orang bisa menjadi
penyiar radio meskipun bukan lulusan komunikasi atau sejenisnya. Namun, dengan latar
belakang pendidikan yang sesuai, tentu akan lebih mudah dalam menjalankan
pekerjaannya. Penyiar radio tidaklah hanya berbicara kepada pendengar di balik mikrofon,
namun juga harus memiliki kemampuan multitasking. Salah satu kemampuan lain yang
harus dimiliki adalah bagaimana mengoperasikan berbagai peralatan yang terdapat di
studio dan menjadikannya sajian menarik bagi pendengar.
3. Penulis naskah
Tak hanya mengolah bahan mentah menjadi sesuatu yang layak siar, ternyata bidang
broadcasting juga diisi oleh orang di balik pembuatan bahan berkualitas tersebut. Sebelum
menjadi sebuah tayangan, tentu memerlukan naskah agar tayangan tersebut dapat
diproduksi. Disinilah peran penulis naskah atau script writer dengan persyaratan harus
memiliki kemampuan menulis yang baik.
4. Produser program
Dalam dunia broadcasting, ada profesi lain yang tak kalah pentingnya. Bisa dibilang, profesi
ini adalah otak dari berbagai program yang dibuat. Produser program tak hanya ada untuk
televisi, namun juga ada di radio, bahkan media lain seperti Youtube. Hampir sama dengan
produser dalam industri film, tugas produser program tidak jauh berbeda. Pada televisi,
8

seorang produser bertugas untuk membuat program, mulai dari konsep program,
Page

penyusunan anggaran untuk produksi, menentukan proses praproduksi hingga


pascaproduksi. Sedangkan pada radio, produser bertugas menyiapkan beragam materi
siaran, rundown, dan memastikan siaran berjalan sesuai dengan yang telah dikonsepkan.
5. Pembaca berita
Berbagai profesi yang telah disebutkan sebelumnya adalah profesi yang berada di balik
layar suatu tayangan. Untuk yang satu ini ada perbedaan, karena profesi pembaca berita
harus berada di depan layar. Bisa dibilang, ini adalah salah satu profesi yang paling
menonjol sebagai peluang karier broadcasting. Bagaimana tidak, menjadi pembaca berita
memungkinkan kamu untuk dikenal oleh orang lain. Seperti layaknya selebriti, tak sedikit
pembaca berita yang cukup dikenal di negeri ini. Apabila kamu tertarik menjadi pembaca
berita, pastikan kamu memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, dan memahami
berbagai isu terkini.
6. Sutradara musik
Sutradara musik bertugas sebagai pengatur musik dalam penyiaran, tentu harus memiliki
pengetahuan tersendiri tentang musik dan berbagai alat pengolah audio.
7. Sound engineer
Sound engineer bertanggung jawab terhadap kualitas audio terhadap suatu tayangan,
musik, tak menutup kemungkinan pada acara konser.
8. Tim Kreatif
Kelompok yang bertugas membuat dan menyiapkan program.

Sedang untuk Film, di Indonesia terdapat 98 macam pekerjaan di bidang film (okupasi
bidang perfilman nasional) yang dapat memperoleh pengakuan atau sertifikasi. Sertifikasi
tersebut berguna sebagai bukti kemampuan, untuk meningkatkan daya saing, serta dapat
mendukung peningkatan karir.
Membuat film adalah sebuah usaha kolaboratif. Kerja sama dan sama-sama kerja dari tiap-
tiap bagian kerja/ divisi. Divisi-divisi muncul sesuai kebutuhan, sehingga jumlah orang yang terlibat
dan bentuk organisasinya dapat berbeda.

Berikut adalah Struktur Organisasi Film yang sering digunakan di Indonesia:

9
Page
Secara garis besar, produksi suatu film dibagi ke dalam beberapa departemen.
Departemen-departemen tersebut dipimpin oleh kepala masing-masing. Masing-masing
departemen memiliki fungsi dan perannya dan bekerjasama untuk mewujudkan visi
sutradara.

Departemen-departemen tersebut antara lain departemen produksi (dipimpin produser),


departemen penyutradaraan (dipimpin sutradara), departemen artistik (dipimpin penata
artistik/ production designer), departemen kamera (dipimpin penata kamera),
departemen suara (dipimpin penata suara), departemen kostum (dipimpin penata
kostum utama), departemen makeup (dipimpin penata rias utama), departemen post-
production (dipimpin post-pro supervisor).

DEPARTEMEN PRODUKSI
Produser: Bertanggung jawab pada satu produksi film secara keseluruhan. Memimpin
manajemen produksi, dari awal hingga akhir, agar sebuah film dapat terselesaikan dengan
baik. Produser menginisiasi sebuah project, mencarikan dana / funding, mencari dan
memilih tenaga kerja yang akan terlibat, hingga melakukan supervisi terhadap proses
pembuatan film secara keseluruhan.
Produser Pelaksana / Line Producer: ‘Tangan kanan’ produser untuk urusan teknis.
10

Ibaratnya, produser merancang satu produksi secara kesuluruhan (plafon budget,


Page
timeline, tenaga kerja, dsb), produser pelaksana yang menjalankan rancangan tersebut
setiap harinya. Itu sebabnya ia disebut produser pelaksana.
Manajer Unit Produksi / Unit Production Manager : Bekerja dibawah supervisi produser
pelaksana, manajer produksi bertugas memastikan segala sesuatu yang bersinggungan
dengan produksi (hal-hal fisik bukan kreatif) berjalan dengan baik. Ia memastikan semua
unit produksi dalam kondisi baik, tidak ada peralatan yang rusak, tidak ada alat yang keluar
dari rancangan budget, memesan dan memastikan logistik datang tepat waktu, dan lain
sebagainya.
Akuntan Produksi: Memantau dan mengelola perputaran kas dalam satu produksi.
Melakukan tugas-tugas bendahara, antara lain mencatat pemasukan dan pengeluaran
selama produksi, bekerjasama dengan produser pelaksana agar budget dapat terjaga
dengan baik, dsb.

Manajer Lokasi: Manajer lokasi (biasa bekerja sebagai tim dengan location scout),
bertugas mencari lokasi yang sesuai dengan visi sutradara. Ia juga bertugas untuk
mengurus segala perizinan, mulai dari biaya sewa, izin keramaian polisi, uang keamanan
preman, dsb, agar syuting dapat berjalan dengan aman dan tenteram.
Production Assistant: Biasa disebut PU (Pembantu Umum), bertugas untuk membantu
tim produksi secara generik. Apabila ada kebutuhan mendesak secara tiba-tiba, maka
production assistant lah yang bergerak cepat dan mobile. Pembantu umum juga
membantu menyiapkan logistik konsumsi dan mendistribusikannya ke unit produksi.
DEPARTEMEN PENYUTRADARAAN
Sutradara: Penanggungjawab kreatif utama dalam produksi film. Berkontribusi di segala
aspek, mulai dari penentuan plot & alur cerita, memilih pemeran, memilih unit produksi-
unit produksi utama, menentukan bloking pemeran, pengembangan karakter, memilih
lokasi yang dibutuhkan cerita, referensi musik, pergerakan kamera, pilihan shot, dan hal-
hal kreatif lainnya. Dengan bantuan unit produksi dari berbagai departemen, sutradara
memastikan visinya dapat terlaksana sebaik mungkin.
Asisten Sutradara 1: Membantu sutradara dalam urusan jadwal, manajemen pemeran dan
unit produksi (jadwal panggilan unit produksi & pemeran ke lokasi), jadwal makan dan
istirahat, jadwal set alat (kamera, lampu, artistik), dsb. Ia harus memastikan jadwal dapat
berjalan tepat waktu dan tidak ada adegan yang tidak terambil. Apabila ada jadwal yang
ngaret, ia juga mesti berpikir cepat untuk merombak jadwal agar tak ada adegan yang
harus dikorbankan.
Asisten Sutradara 2: Bertugas membantu sutradara menyutradarai figuran (extras). Ia
juga bertugas membantu asisten sutradara 1 dalam menyusun jadwal. Selain itu, setiap hari
syuting, asisten sutradara 2 bertugas mengetik call sheet (jadwal panggilan untuk unit
produksi & pemeran di hari syuting berikutnya).
Penulis: Bersama sutradara, mengembangkan cerita dari coretan hingga menjadi naskah.
Ia bertugas memastikan cerita dapat bergerak dengan baik. Ia juga mengembangkan
karakter-karakter dalam film agar believable dan relatable dengan penonton.
Script Continuity: Senjata utamanya adalah kamera pocket. Ia bertugas memotret setiap
hal visual yang muncul di dalam frame agar terjaga kesinambungannya di setiap adegan.
Misalnya: jika di shot sebelumnya, pemeran A memegang pensil di tangan kiri ketika
berbicara, maka di shot berikutnya script continuity harus mengingatkan agar pensil tetap
11

di tangan kiri. Lebih tricky lagi untuk syuting jumping (urutan adegan diambil acak), maka
Page

ia harus berhati-hati dalam memperhatikan hal-hal visual yang muncul di frame.


Casting Director: Bertugas memilih aktor untuk memerankan karakter sesuai kebutuhan
cerita. Mereka akan berdiskusi dan berkonsultasi dengan sutradara. Setelah sutradara
menceritakan visi dan kebutuhan ceritanya, casting director akan membantunya
mencarikan pemeran yang dibutuhkan.
Kordinator Pemeran: Di lokasi syuting, perannya cukup vital. Kordinator pemeran
mengatur jadwal pemeran sesuai dengan jadwal yang sudah disiapkan oleh asisten
sutradara. Asisten sutradara akan memanggil pemeran untuk masuk atau keluar dari set
dan kordinator pemeran bertuga mengkoordinasikannya dengan para aktor. Kordinator
pemeran juga bertugas menyalurkan logistik ke para pemeran dari tim produksi.

DEPARTEMEN KAMERA
Penata Kamera: Biasa disebut Director of Photography (DOP) atau Sinematografer.
Sebutan sinematografer biasanya dipakai apabila DOP dan operator kamera adalah orang
yang sama. Penata kamera bertugas sebagai ‘penerjemah’ sutradara dalam level teknis
pengambilan gambar. Penata Kamera berdiskusi dengan sutradara dan memberi masukan
perihal teknis pengambilan gambar, mulai dari jenis kamera, lensa, pendekatan gambar,
lighting, tone warna, dsb. Semua dikerjakan sesuai dengan kebutuhan cerita menurut visi
sutradara. Singkatnya, sutradara menjelaskan pada DP tampilan visual seperti apa yang ia
inginkan, dan DP yang akan memilih lensa, filter, lighting, komposisi, dsb untuk
memberikan efek estetis tertentu pada penonton.
Operator Kamera: Sesuai dengan namanya, ia bertugas mengoperasikan kamera sesuai
dengan arahan penata kamera (DP). Seringkali, penata kamera dan operator kamera
adalah orang yang sama.
Asisten Penata Kamera: Biasa disebut juga focus puller. Tugasnya adalah memastikan
semua gambar yang diambil fokus. Asisten penata kamera juga bertugas merakit dan
membongkar rigging kamera di awal dan akhir syuting.
Clapper: Bertugas memberikan identitas pada gambar yang sedang diambil. Film pendek
bisa terdiri dari belasan bahkan puluhan adegan, apalagi film panjang. Agar tak bingung
ketika disunting, setiap gambar yang diambil diberikan identitas sesuai nomor scene dan
shot yang ditulis di naskah. Kami pernah membuat artikel khusus tentang ini. Silahkan baca
artikel tersebut di link berikut ini.
Digital Imaging Technician (DIT): Hanya pembuatan film di era digital yang mengenal
jabatan ini. DIT bertugas mengarsip dan membackup data yang sudah selesai diambil.
Gambar-gambar yang telah diambil akan dikelola oleh DIT untuk tidak hanya dipindahkan
ke tempat penyimpanan seperti harddisk, tetapi juga di compress untuk proses
selanjutnya di paska produksi. DIT juga bertugas menerapkan beberapa adjustment pada
gambar yang sudah diambil sesuai dengan arahan penata kamera, misalnya terang gelap,
tone warna, dsb.
Gaffer: Ketua urusan pencahayaan (lampu). Dengan arahan dari DP, gaffer membuat
desain pencahayaan dan tata letak lampu agar visi sutradara dapat terwujud.
Best Boy (Lighting): Asisten gaffer. Ketimbang gaffer yang lebih banyak mengurus teknis
pencahayaan, best boy lebih banyak berkutat pada urusan logistik, seperti manajemen
alat.
12
Page
Key Grip: Selain lampu, ada beberapa perlengkapan lain yang sering dipakai di lokasi film,
antara lain polyfoam (stirofoam untuk reflector), diffuser, butterfly, dolly track, kaki
lampu, flag, dsb. Key grip adalah kepala untuk urusan-urusan tersebut.
Best Boy (Grip): Membantu key grip.
DEPARTEMEN ARTISTIK
Penata Artistik / Production Designer: Sebetulnya jabatan production designer dan art
director (penata artistik) adalah jabatan yang berbeda. Production designer adalah
perancang tampilan visual film secara keseluruhan, mulai dari warna set, props, pattern,
warna pakaian, makeup, dsb. Namun di Indonesia, jabatan ini belum banyak dipakai. Oleh
karena itu, kita lebih sering menemukan penata kostum dan rias bekerja secara terpisah
dengan tim artistik, padahal semestinya mereka bekerja di bawah satu rancangan visual
yang sama. Berbeda dengan production designer, penata artistik lebih fokus pada urusan
artistik (set dan props saja). Ialah yang merancang tampilan interior sebuah set, beserta
menyiapkan properti-properti yang dibutuhkan oleh cerita.
Asisten Penata Artistik: Bertugas membantu penata artistik dalam tugas di lapangan.
Kadang merangkap sebagai standby art director alias penata artisitik yang standby di set
untuk segera mengatur set dan props sesuai kebutuhan framing. Biasanya penata artistik
lebih banyak duduk di depan monitor bersama sutradara, sementara asisten penata
artistik lebih banyak di set untuk mendengar masukan dari penata artistik.
Set Designer: Bekerja di bawah komando penata artsitik. Bertugas merancang set sesuai
(baik eksterior maupun interior) sesuai dengan arahan penata artistik.
Set Dresser: Set dresser memutuskan barang-barang apa saja yang akan diletakan di
dalam set sesuai dengan arahan set designer dan penata artistik.
Prop Master: Bertugas mendata, mencari, dan mengelola props yang digunakan dalam
film. Props adalah benda-benda di dalam set yang dapat dipindahkan dengan mudah,
seperti pisau, buku, telepon genggam, makanan, dsb.
Runner / Buyer: Bergerak cepat di lokasi apabila ada kebutuhan mendadak. Ia juga
bertugas membeli/menyewa barag-barang yang telah didata oleh prop master dan set
designer.
DEPARTEMEN SUARA
Production Sound Mixer: Kepala departemen suara. Ia bertugas memonitor, mengatur
leveling, melakukan mixing, hingga memilih microphone yang akan digunakan selama
syuting.
Boom Operator: Membantu sound mixer memrekam suara lewat boom.
Asisten Sound: Biasanya bertugas mencatat sound report (laporan perekaman suara agar
memudahkan proses sync di paska produksi).
DEPARTEMEN KOSTUM & RIAS
Penata Kostum: Bertugas mendesain pakaian dan/atau memilih kostum sesuai kebutuhan
cerita & karakter.
Penata Rias: Bertugas merias pemain sesuai kebutuhan cerita & karakter.
Penata Rambut: Bertugas merias rambut pemain sesuai kebutuhan cerita & karakter.
DEPARTEMEN POST-PRODUCTION
Post-Production Supervisor: Membantu produser dalam mengelola proses paska
produksi, mulai dari mengatur jadwal hingga mengelola sumber daya manusia.
Editor: Bertugas memilih dan memilah gambar yang sudah diambil di proses syuting.
13

Proses editing dilakukan secara kreatif bersama sutradara. Biasanya editor dibantu oleh
Page

beberapa asisten yang bertugas sebelum pemotongan dan penyusunan gambar dimulai.
Colorist: Di era digital, colorist bertugas melakukan penyesuaian warna agar semua
gambar yang diambil memiliki karakter yang sesuai dengan kebutuhan (color correction),
sebelum lalu mewarnai untuk memberikan nuansa tersendiri bagi hasil akhir filmnya (color
grading).
Visual Effect Artist: Apabila film membutuhkan visual effect tambahan, maka visual effect
artist bertugas membuat visual effect sesuai dengan kebutuhan cerita.
Rotoscope Artist: Biasanya banyak hal yang tidak diinginkan tidak sengaja terekam di
proses syuting, sebut saja kabel malang melintang di set, atau misalnya naskah unit
produksi yang tertinggal di dalam set. Rotoscope artist bertugas menghapus objek-objek
yang tidak diinginkan tersebut.
Sound Designer: Setelah selesai disunting oleh editor dan gambar telah dikunci (picture
lock), maka hasil editing akan diteruskan ke departemen suara. Sound designer bertugas
melakukan penyelarasan serta menambahkan berbagai elemen kreatif lain agar gambar
yang telah disunting dapat lebih berbicara. Ia bekerja bersama editor dan sutradara.

Dialogue Editor: Tugasnya spesifik mengedit dialog agar semua terdengar dengan baik.
Composer: Bertugas membuat musik (score) sesuai dengan kebutuhan cerita.
Foley Artist: Bertugas merekam foley. Foley adalah manipulasi efek suara tambahan agar
gambar dapat lebih berbicara, misalnya suara langkah kaki, gesekan props, dan gerakan-
gerakan lain yang mungkin tidak terlalu terdengar di rekaman saat syuting.

SUMBER BAHAN PEMBELAJARAN :


1. Modul Pengantar Produksi Film, Gunawan Paggaru, Pusbang Film, 2018.
2. Artikel Susunan Lengkap Kru Film Pendek Yang Dapat Kamu Terapkan, Jesika Ismail,
https://studioantelope.com
3. Artikel Susunan Kru Film Pendek Yang Penting Dalam Produksi, Bikin dan Berbagi,
https://studioantelope.com
4. Artikel 7 Peluang Karier Broadcasting yang Kamu Perlu Tahu, Arkan Perdana,
https://glints.com/id/lowongan/karier-broadcasting/#.YwjeYXZBy5c
5. Buku Dasar-dasar Broadcasting dan Perfilman Kelas X Semester 1, Ady Wicaksono, Hendra
Budi Santoso, 2021.

14
Page

Anda mungkin juga menyukai