Desain Grafis
Sumber Modul: Buku Informasi Diklat Guru dengan judul “Mengaplikasikan Prinsip
Dasar Desain”, Buku Informasi Diklat Guru dengan judul “Desain Grafika”, Penulis:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
A. Kompetensi
Ada beberapa tokoh menyatakan pendapatnya tentang desain grafis, antara lain
sebagai berikut.
Sehingga secara umum, pengertian dari desain grafis adalah seni dalam
berkomunikasi menggunakan tulisan, ruang, dan gambar. Desain grafis
merupakan bagian dari komunikasi visual. Ilmu desain grafis mencakup seni
visual, tipografi, tata letak, dan desain interaksi.
Dalam desain grafis, terdapat dua jenis media yang biasa digunakan, yaitu 2
dimensi dan 3 dimensi. Media 2D, seperti kertas, papan, kain, dan sebagainya.
Sedang media 3D meliputi perangkat-perangkat yang dapat menampilkan hasil
gambar bergerak.
Desain grafis identik dengan hal - hal terkait periklanan dan promosi sebuah
produk. Namun pada dasarnya bidang seni yang ini memiliki dua fungsi utama, di
mana promosi merupakan bagian darinya. Berikut adalah fungsi dari desain grafis.
Fungsi Identifikasi
Contoh penerapan desain grafis paling umum adalah dalam desain logo yang
menjadi identitas utama dari sebuah merek atau perusahaan. Melalui logo
tersebut, khalayak dapat langsung mengenali dari siapa sebuah informasi berasal.
Di sinilah desain grafis menjadi salah satu sarana promosi, publikasi, dan
presentasi. Tujuan yang lebih kompleks tentunya membutuhkan aplikasi desain
yang lebih menarik. Desainer harus mampu menyampaikan informasi secara
efektif, agar mudah dipahami dan diingat.
Fungsi instruksi berkaitan erat dengan fungsi identitas. Sebagai contoh, sebuah
produk memiliki logo dengan dominasi warna merah. Maka iklan dari produk
tersebut akan memuat warna yang sama, untuk lebih melekatkan identitasnya.
Secara garis besar, desain grafis dibedakan menjadi beberapa kategori sebagai
berikut:
Percetakan (printing) yang memuat desain buku, majalah, poster, booklet, leaflet,
flyer, pamflet, periklanan, dan publikasi lain yang sejenis.
Desain grafis adalah ilmu yang salah satunya mempelajari dan mengembangkan
bahasa visual untuk keperluan informasi dan komunikasi dari pengirim pesan.
Pesan visual yang disampaikan misalnya bisa berupa informasi produk, jasa atau
gagasan kepada sasaran (audiensi) secara komunikatif dan persuasif (dengan
tujuan publikasi, promosi, dan pemasaran) menggunakan media informasi
(misalnya: televisi, website, majalah, surat kabar, brosur).
Agar pesan dapat efektif dipahami, diterima, dan dapat mengubah sikap sasaran
(audiensi) sesuai tujuan pemasaran, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1. Komunikatif.
Ada 5 cara untuk membuat karya visual menjadi komunikatif bagi audiensi.
a. Visualisasi pendukung agar mudah diterima olah sasaran.
b. Pelajari pesan yang akan disampaikan secara mendalam.
2. Kreatif.
Visualisasi diharapkan disajikan secara unik dan tidak klise (sering digunakan),
agar menarik perhatian. Rancangan elemen desain grafis (objek, warna, huruf,
dan layout) dibuat secara asli (original/ baru). Penjelasan pesan disusun secara
sistematik untuk kemudahan tata alir dan alur (lancar). Kemudahan informasi
didukung oleh navigasi dengan susunan tata letak yang luwes tanpa
meninggalkan kaidah komunikasi dan keindahan (fleksibel).
Visualisasi tidak rumit supaya kejelasan isi pesan mudah diterima dan diingat.
Pengembangan yang kompleks dapat menimbulkan ciri yang khas terhadap
suatu eleman visual. Hal itu akan lebih cepat menimbulkan kebosanan visual.
Prinsip generalisasi diperlukan untuk menyederhanakan elemen visual menjadi
elemen yang paling mendasar sehingga menimbulkan persepsi yang lebih luas
dan lebih berumur panjang.
4. Kesatuan (Unity).
Penggunaan bahasa visual yang harmonis, utuh, dan senada agar materi
pesan dipersepsi secara utuh (komprehensif) yang menyatu dan harmonis di
dalam sebuah karya grafis. Hal ini menjadi sebuah upaya yang bertujuan
memudahkan pengamat desain menangkap sebuah nuansa visual yang
tematik dan mempermudah proses pembentukan pemetaan hierarki informasi
yang hendak disampaikan.
Penggunaan kunci warna atau panduan warna berdasar teori warna Munsel,
untuk mendapatkan warna-warna yang selaras. Harmoni dalam perpaduan
Untuk memvisualkan bahasa verbal agar mendukung isi pesan, baik secara
fungsi keterbacaan maupun fungsi psikologisnya, digunakan tipografi secara
kreatif sesuai dengan keperluan dan tidak berlebihan. Seorang pakar desainer
grafis, William Caslon mengungkapkan: “Tipografi adalah permainan
keseimbangan dari suatu kalimat, bentuk halaman, juga sebuah ungkapan
visual yang membantu para pembaca memahami pesan yang terkandung
dalam konten sebuah halaman”.
Layout adalah usaha untuk membentuk dan menata unsur-unsur grafis (teks
dan gambar) menjadi media komunikasi yang efektif. Jika data/unsur grafis dan
warna yang akan dipakai telah dipastikan sebelumnya, selanjutnya kita dapat
melakukan proses layouting. Peletakan dan susunan unsur-unsur visual harus
terkendali dengan baik agar memperjelas hierarki/tingkatan perhatian sasaran
terhadap semua unsur yang ditampilkan.
Animasi/movie yang dibuat sebagai daya tarik di media televisi, web, dan
gadget. Sebelumnya dibutuhkan storyboard yang merupakan acuan beberapa
gambar untuk panduan proses produksi syuting.
Ikon navigasi berfungsi sebagai tanda untuk mengeksekusi arah / tujuan yang
dikehendaki maka gunakan ikon navigasi yang akrab dan konsisten agar efektif
dalam penggunaannya. Ikon dirancang sederhana, berkarakter, dan menarik
karena fungsinya hanya pemandu.
Gambar 1.15 Desain ikon yang digunakan untuk web dan gadget
(Sumber: webappers.com).
1.a. Pengantar
Pracetak / Prepress merupakan semua tahap proses yang dibutuhkan mulai dari
persiapan area cetak, teks, original image dan graphics sampai kepada proses
produksi untuk menuju kepada semua materi yang ‘siap untuk proses cetak’ yang
dilakukan secara manual maupun menggunakan komputer. Pracetak dimulai dari
input data sampai desain siap cetak atau Final Artwork. Semua hal yang dilakukan
saat membuat layout artwork dapat menggunakan beragam Software Grafis
populer seperti Adobe Photoshop, Macromedia Freehand, Illustrator, CorelDraw,
PageMaker, InDesign atau QuarkExpress, dan sebagainya.
Proses terakhir yaitu pembuatan pelat. Pembuatan pelat dapat dilakukan secara
konvensional menggunakan plate maker dan film hasil fotoreproduksi maupun film
dari CtF. Dapat juga dilakukan dengan digital menggunakan Computer to Plate.
Hasil akhir dari pracetak adalah plate yang akan digunakan untuk mencetak pada
bagian cetak.
i. Garis (Line)
Garis adalah elemen desain yang dihasilkan dari goresan nyata dan
batas limit suatu benda, ruang, rangkaian masa dan warna. Garis bisa
panjang, pendek, tebal, tipis, lurus, melengkung, berombak, vertikal,
horizontal, diagonal, dan lain-lain. Sebuah garis bisa didapatkan dengan
cara menghubungkan minimal dua titik.
Bentuk atau shape adalah segala hal yang memiliki diameter tinggi dan
lebar. Bentuk dasar yang dikenal orang adalah kotak (rectangle),
lingkaran (circle), segitiga (triangle), dan polygon.
Tekstur adalah tampilan permukaan (corak) dari suatu benda yang dapat
dinilai dengan cara dilihat atau diraba. Pada prakteknya, tekstur sering
dikategorikan sebagai corak dari suatu permukaan benda, misalnya
permukaan karpet, baju, kulit kayu, dan lain sebagainya.
Ruang merupakan jarak antara suatu bentuk dengan bentuk lainnya yang
pada praktek desain dapat dijadikan unsur untuk memberi efek estetika
desain. Sebagai contoh, tanpa ruang tidak akan diketahui mana kata dan
mana kalimat atau paragraf. Tanpa ruang tidak akan tahu mana yang
harus dilihat terlebih dahulu, kapan harus membaca dan kapan harus
berhenti sebentar. Dalam bentuk fisiknya pengidentifikasian ruang
digolongkan menjadi dua unsur, yaitu obyek (figure) dan latar belakang
(background).
v. Ukuran (Size)
vii. Layout
i. Kesederhanaan
ii. Keseimbangan
iii. Kesatuan
prinsip kesatuan, dan contoh lain yang tidak menerapkan. Pada contoh
karya yang menerapkan prinsip kesatuan, prinsip tersebut dikejar dengan
cara mengatur posisi, ukuran, dan tone warna. Sedangkan pada contoh
karya yang tidak menggunakan prinsip kesatuan, si operator desain tidak
mengatur komposisi, operator asal menaruh elemen, asal memberikan
warna, dan asal memberikan teks.
Dominasi merupakan salah satu prinsip dasar tatarupa yang harus ada
dalam karya seni dan desain. Dominasi yang dimaksud di sini adalah
menghadirkan salah satu unsur / elemen desain menjadi fokus utama
pandangan audiens. Elemen tersebut sebelumnya sudah direncanakan
akan menjadi pesan utama dari karya desain, sehingga dalam hal ini
nantinya pesan komunikasi akan terbaca paling awal. Dalam dunia desain,
Gambar 1.22 Gambar contoh penerapan prinsip dominan pada karya poster film
(Sumber : Buku informasi mengaplikasikan prinsip dasar desain)
Tampak pada gambar di atas, ada seorang tokoh (pemeran utama pada
film tersebut) sedang melihat ke arah bawah. Gambar tokoh tersebut
kemudian dalam hal ini disebut sebagai Vocal Point yang mana menjadi
unsur dominan dalam karya tersebut.
v. Irama (repetisi)
a. Kelompok Huruf
Dari sekian banyak jenis huruf, menurut James Craig dapat dikelompokkan/
golongkan dalam 5 kelompok besar jenis huruf.
Ciri huruf Roman peralihan luwes dari tebal ketipis kaitnya berbentuk
segitiga (garis kecil yang menutup garis gambar) dan kaki.Contoh huruf:
Times new romen, Garmon, Palatino
2) Script.
Ciri huruf bentuk kerangka tanpa kait Contoh : Helvetica, Arial, Univers,
Nobel, Helios, dan lain lain.
5) Miscellaneous.
b. Parameter Layout
Dalam menyusun suatu model teks maka tetapkanlah data parameter untuk
teks tersebut yang diantaranya terdiri dari:
1) Font
Font adalah pilihan jenis huruf yang akan dipergunakan untuk teks tersebut.
2) Size/Ukuran huruf
Size adalah pilihan untuk besar huruf yang akan dipergunakan. Satuan
ukuran yang dipergunakan adalah point (pt). Misalnya: 6 point, 7 point s.d.
100 point dst, dimana point adalah bagian dari dari ukuran tipografi yang
dinyatakan dengan pica dan sicero (agustin).
3) Leading
Leading adalah penetapan jarak antar baris dari suatu susunan teks.
Variasi huruf adalah gambaran dari satu jenis huruf masih dapat dibedakan
lagi antara lain: normal, Tebal (bold), Miring (italic), kapital, onderkas
(lowercase type), merapat (condense), melebar (extended), underline untuk
5) Alignment
1.1.b.3. Fotoreproduksi
Pada bagian foto reproduksi dilakukan 3 kegiatan utama, yaitu:
Pemotretan dilakukan dari sebuah model yang telah dirancang oleh bagian desain
atau hasil setting. Setelah mendapatkan film negatif, kemudian untuk
mendapatkan film positif dilakukan pengontakan. Bila ada model full color, maka
dilakukan proses separasi warna menggunakan perangkat scanner (drum
scanner).
Model garis meliputi semua pekerjaan yang terbentuk dari garis-garis dan
bidang-bidang dengan nada tunggal. Tidak terdapat bidang - bidang bayang-
bayang atau gradasi nada. Misalnya: cetak percobaan teks yang bersih atau
hasil set foto, gambar coretan pena, peta - peta dan karikatur, foto - foto afdruk
yang sudah diraster.
Model nada lengkap meliputi segala pekerjaan yang mempunyai gradasi atau
variasi nada. Contohnya: semua foto orang, gedung - gedung, pemandangan
dan lain sebagainya, lukisan minyak yang artistik, gambar bernada.
iii. Model warna (colour)
Model warna meliputi semua model berwarna, baik garis maupun nada lengkap
(seperti model line & halftone)
b. Montase
Dari film positif dan film separasi kemudian dilakukan proses tata letak film yang
disebut dengan montase. Penempatan film - film tersebut dilakukan diatas astralon
sesuai dengan rancangan yang direncanakan.
1) Persiapan
Harus bisa membedakan ciri - ciri warna film yaitu warna cyan memiliki nada
yang paling lengkap/jelas dengan kehitaman urutan ketiga dari 4 warna dasar
(C,M,Y,K), warna magenta memiliki nada dibawah warna cyan dengan
kehitaman urutan kedua dar 4 warna dasa, warna yellow memiliki nada
ii. Harus mengetahui ukuran area cetak maksimum mesin cetak yang
digunakan, hal ini berhubungan erat dengan ukuran jadi barangcetakan
yaitu menentukan daya tampung/jumlah halaman (jika berupa buku)
dalam satu muka pelat cetak.
iii. Harus mengetahui ukuran maksimum kertas cetak pada mesin cetak yang
digunakan, ini dimaksudkan untuk mengetahui masuk tidaknya ukuran
kertas dari hasil montase yang akan dicetak pada mesin yang akan
digunakan.
iv. Harus mengetahui jumlah halaman bila berupa buku, hal inidimaksudkan
untuk mengetahui jumlah pelat yang digunakan danjumlah katern.
v. Harus mengetahui system jilid yaitu jahit kawat, jahit benang atau lem
panas (binding), hal ini bertujuan untuk menentukan cara menyusun
katern-katern buku apakah disusun secara sisip atau secara tumpuk.
Untuk montase barang cetakan yang dilipat dan dijilid (buku/majalah) maka
dalam pengaturan halaman susunannya harus benar. Biasanya lembaran
kertas dicetak bolak balik, untuk itu pengaturan halaman dapat dilakukan
dengan 2 cara meliputi:
a. Pencetakan secara “Outside dan Inside”
Dalam pencetakan yang dilakukan pada dua muka yaitu setelah lembar
muka dicetak, selanjutnya kertas itu harus dibalik dari kiri ke kanan atau
dari kanan ke kiri dan muka yang lain (belakang) dicetak dengan pelat yang
sama, sisi kertas tempat griper (penjepit) tetap pada posisi yang sama. Hal
ini untuk memperoleh kepastian penempatan yang benar untuk
pencetakan dua muka yang sama. Kertas selanjutnya dipotong tengah -
tengah sehingga diperoleh 2 lembar dengan hasil cetak yang sama.
Ada juga dalam membalik kertas untuk mencetak muka yang lain. Dengan
cara sisi kertas tempat gripper berubah, sisi side lay berada tetap tinggal
tempat yang sama, gripper muka lembar yang telah dicetak dibalik ke
belakang sehingga permukaan kertas yang belum tercetak berada di atas,
ini disebut dengan “tumbling”.
ii. Sistem alas tunggal atau disebut juga dengan system blue key
Pelat cetak offset adalah keping atau lembaran logam tipis (Zn) yang
salah satu permukaannya atau dua permukaannya dilapisi dengan
bahan peka cahaya. Pelat berdasarkan bahan peka cahaya dapat
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a) Sensitized plate
Bahan dasar pelat sensitized adalah terbuat dari seng (zn) yang
dilapisi dengan bahan peka cahaya. Campuran bahan peka
cahaya yang digunakan adalah amonium bichromate, albumen,
gom arabika, salatin dan dextrin.
b) Presensitized plate
Model film yang akan diproses pada pelat cetak ofset terdiri dari 2
jenis, yaitu:
a) Film positif
b) Film negatif
v. Proses Pengembangan
Hal tersebut diatas merupakan metode yang digunakan ketika bagian perangkat
pracetak belum banyak berkembang. Tetapi dengan perkembangan perangkat
pracetak sekarang ini, maka metoda yang dilakukan sudah banyak berubah.
Dengan digunakannya perangkat yang modern dan semakin mudah dalam
penggunaannya, diharapkan kualitas hasil cetak akan lebih baik. Karena kualitas
hasil cetak yang telah dianggap baik oleh bagian produksi, belum tentu sesuai
dengan keinginan pelanggan.
Banyak faktor yang saling mempengaruhi untuk mendapatkan kualitas cetak yang
baik. Tahapan proses dari konsep desain, pracetak, cetak, sampai finishing
memiliki peran yang sangat penting dalam menghasilkan hasil cetak yang
berkualitas.
Metode digital merupakan metode proses pracetak dimana sarana dan prasarana
yang digunakan lebih modern. Karena sarana dan prasarananya yang digunakan
lebih modern, proses pracetak menjadi lebih mudah atau efektif. Hal inilah yang
menyebabkan perusahaan-perusahaan percetakan sekarang lebih
mengutamakan menggunakan metode digital. Metode Digital pracetak dapat
disebut juga dengan Pracetak Digital.
Desain adalah salah satu penunjang dari kelangsungan sirkulasi sebuah majalah,
desain juga dapat mempengaruhi para konsumen untuk membeli majalah yang
dipasarkan. Dalam mendesain diperlukan daya imajinatif dan kreativitas guna
merealisasikan majalah yang hendak diterbitkan.
a) Program Pengolah Grafis
Oleh karena desain grafis dibagi menjadi beberapa kategori maka sarana
untuk mengolah pun berbeda - beda, bergantung pada kebutuhan dan tujuan
pembuatan karya.
b) Konsep Grafik
• Efek yang didapat dari objek berbasis bitmap yakni akan terlihat
pecah atau berkurang detailnya saat dicetak pada resolusi yang
lebih rendah.
a) Pixel
Jika melihat foto atau gambar yang ada di komputer maka gambar
tersebut sesungguhnya adalah kumpulan dari ribuan titik - titik yang
sangat kecil dan tiap - tiap titik tersebut memiliki warna tertentu. Titik
- titik itulah yang umum dikenal sebagai pixel.
b) Intensitas
Pixel-pixel yang membentuk gambar tersebut memiliki warnawarna
tertentu dan jumlah warna yang dimiliki oleh suatu gambar
dinamakan intensitas. Biasanya dikenal istilah 256 warna, high
color, 16 juta warna (true color) gradasi abu-abu (grayscale), serta
hitam-putih (black and white). Semakin banyak jumlah warna dalam
suatu gambar maka gambar yang dihasilkan akan semakin bagus.
Jumlah warna maksimum dari gambar dapat dilihat dari jenis
filenya. Misal file gambar yang berekstensi .jpg akan memiliki
maksimum 16 juta warna, atau file yang berekstensi .gif memiliki
jumlah warna maksimum 256.
Vector grafik ukuran gambar tidak mempengaruhi ukuran file. Jika gambar
diperbesar maka ketajamannya tetap sama dengan sebelumnya. Ukuran
file dari gambar vector grafik dipengaruhi oleh kompleksitas dari
persamaan vector yang digunakan. Kekurangan dari vector grafik tidak
mampu menampilkan secara detail dari kompleks.
a. Konvensional
Pekerjaan proof pelat cetak lebih sering disebut dengan istilah konvensional
proofing, yaitu Progresive Proof atau manual proof yang proses proof
cetaknya dilakukan dengan menggunakan sistem cetak offset dengan bentuk
yang lebih sederhana (hampir sama seperti mesin offset sebenarnya).
Progressive proof adalah suatu proses proof cetak yg dilakukan
menggunakan sistem cetak offset dlm bentuk yg lebih sederhana dan manual
sebagai panduan warna percetakan digunakan selama alur kerja kita masih
menggunakan imagesetter (CtF) dilakukan satu per satu seperti pada
percetakan menggunakan mesin satu warna.
Kondisi alat proof cetak saat ini semakin lama semakin kurang optimal oleh
karena mesin tersebut sudah lama tidak diproduksi lagi. Selain itu terdapat
bebarapa kelemahan proof cetak konvensional, sebagai berikut:
Ketika warna hasil progresive proof yang pertama tidak sesuai, pengulangan
tersebut biasa dilakukan dengan cara mengganti film separasinya dan
mengedit digital filenya terlebi dahulu. Kedua, tetap menggunakan film yang
sama namun jumlah tintanya diatur ketika cetak progresive proof, hal ini
sangat mudah dilakukan mengingat semua proses dilakukan secara manual.
Mesin proof offset terbagi menjadi beberapa jenis, hal ini disesuaikan
dengan kemampuan jumlah warna yang dapat dihasilkan. Jenis mesin
proof offset yang sering digunakan oleh industri adalah sebagai berikut :
1) Mesin Proof Ofset 1 unit
Pada mesin ini hanya dapat dilakukan proof satu warna, karena
memang hanya terdiri dari 1 unit penintaan.
Pada mesin ini memiliki 2 unit penempatan pelat dan 2 unit penintaan.
Dengan menggunakan mesin proof ini, maka sekali jalan dapat
langsung menghasilkan 2 warna cetakan. Sedangkan untuk cetakan
separasi dilakukan dalam 2 kali jalan.
Mesin proof offset 4 unit memiliki 4 bagian penempatan pelat cetak dan
4 unit penintaan. Mesin proof ini sangat tepat digunakan untuk jenis
Cara kerja mesin ini hampir sama dengan mesin cetak offset yang
sesungguhnya. Pelat cetak diletakkan secara horizontal pada meja
penempatan pelat. Sedangkan kertas sebagai bahan yang akan diproof
diletakkan di meja penempatan kertas. Ketika proses proof dilakukan,
maka pada bagian blanket akan berjalan menyentuh pelat dan kertas.
Terdapat rol-rol tinta yang berfungsi untuk mendistribusikan tinta ke pelat
cetak yang kemudian diteruskan ke blanket untuk dicetakan ke kertas.
Proses pencetakannya adalah dengan maju mundurnya bagian rol
pembawa tinta dan rol distribusi tinta untuk memberikan penintaan pada
pelat cetak. Selanjutnya tinta akan menyetuh bagian image dari pelat
cetak. Pada bagian image yang terkena tinta tersebut akan terbentuk pada
blanket yang kemudian dari blanket dicetakan ke kertas.
c. Digital Colour Proofing
b. Proses Penintaan
Pada saat ini berkembang perangkat digital proofing yang menggunakan teknologi
dye sublimation atau inkjet. Pada printer berteknologi dye sublimation bekerja
memanfaatkan proses sublimasi, yaitu perubahan dari benda padat langsung
menjadi gas. Nama lain dari priner ini adalah Dye Diffusion Thermal Transfer yang
menunjukkan adanya proses pemanasan untuk mentransferkan dye (pewarna) ke
kertas. Printer dye sublumination memerlukan dua meterial khusus, yakni film
donor atau transfer roll ribbon, umumnya dalam bentuk gulungan plastik dengan
Terdapat beberapa jenis printer yang dapat digunakan untuk melakukan pekerjaan
proofing. Hal tersebut disesuaikan jenis dan image pekerjaannya. Apabila
pekerjaan yang akan diproof adalah hitam putih, maka sebaiknya menggunakan
printer hitam putih. Tetapi bila modelnya berwarna, maka print menggunakan
printer berwarna. Jenis perangkat proofing yang dapat digunakan adalah sebagai
berikut:
1) Laser Printer
Laser printer terdiri dari dua jenis, yaitu laser printer hitam putih danlaser printer
berwarna. Apabila proofing dilkukan untuk melihatkesesuai susunan, maka
pergunakan laser printer hitam putih. Tetapibila susunan merupakan
rancangan full color, maka sebaiknyamenggunakan laser printer berwarna.
2) Thermal Wax
Pada printer inkjet dikenal istilah ink-on-demand, yaitu tinta hanya akan
disemprotkan pada bagian-bagian yang mencetak. Karena lebih murah dan
sederhana, ink-on-demand merupakan metoda yang umum digunakan pada
printer inkjet. Pada metode ini terdapat duateknologi yang umum digunakan,
yakni bubble jet atau thermal inkjet dan piezo eletric yang diterapkan oleh
Epson. Apabila digital proofing akan dioptimalkan untuk proses simulasi cetak
ofset, maka sebaiknya menggunakan RIP Color. Sehingga akan diperoleh
detail yang mendekati sama dengan hasil setelah pencetakan dengan mesin
ofset.
Pada proses ini, plat yang akan diberi image, diletakkan di luar drum. Plat
diletakkan melingkar mengelilingi sebuah silinder yang berputar. Dan
terdapat sebuah (atau bisa beberapa) sumber laser yang ditembakkan
tegak lurus terhadap bidang permukaan silinder. Seiring dengan
berputarnya silinder yang memutar bidang plat, sumber laser bergerak
tegal lurus dengan bidang putar silinder. Ilustrasi pergerakan silinder, plat
dan sumber laser dapat dilihat pada gambar berikut.
Kelebihan imagesetter dengan mengunakan prinsip external drum adalah
:
ii. Karena optik / sumber laser berada di luar drum, maka dapat
dimungkinkan untuk penggunaan optik / sumber laser secara pararel
dengan jumlah yang banyak. Hal ini dapat mempercepat
prosespembuatan plat pada imagesetter.
Pada konsep ini, sebuah palt yang akan diberi image, diletakkan pada
sebuah bidang datar. Sinar laser dipantulkan oleh cermin poligon secara
perbaris.
Namun ada kelemahan pada prinsip kerja imagesetter dengan
menggunakan konsep ini. Sinar laser yang jatuhnya di ujung plat bagian
luar akan mengalami distorsi dan akan menghasilkan dot yang relatif lebih
besar dibandingkan dengan dot yang dihasilkan oleh sinar laser pada
bagian tengah plat. Namun demikian, imagesetter model seperti ini sangat
cocok digunakan untuk produksi koran-koran yang lebih mengutamakan
kecepatan.
Kepanjangan dari RIP adalah Raster Image Processing yang artinya sebagai
penerjemah dari bahasa PostScript ke dalam bentuk bitmap. Tidak semua data
dapat dengan baik diterjemahkan oleh RIP. Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan
RIP itu sendiri, konfigurasi platform yang dipakai serta data file yang akan dioutput.
Setiap RIP memiliki fasilitas “preview” yang berfungsi untuk pengecekan terakhir
semua data sebelum dilakukan imaging ke film/plate/cetak. Setiap teknologi RIP
dari masing - masing vendor memiliki kemampuan yang berbeda - beda dan
membutuhkan ketentuan proses yang berbeda pula.
a. Proses RIP
b. Teknologi RIP
1) Berbasis PostScript
Berbasis PostScript artinya data yang diterima oleh RIP tersebut diolah
menjadi data PostScript lalu di-output.
2) Berbasis PDF(Portable Document Format)
Bebasis PDF artinya data yang diterima oleh RIP akan diolah kedalam
bentuk PDF. Saat ini kebanyakan teknology RIP yang digunakan adalah
yang berbasis PDF karena selain lebih cepat proses output-nya, PDF juga
mendukung proses otomatisasi alur kerja dari prepress, press, danfinishing
dalam bentuk job ticket.
a. Komputer
c. Printing Plat
Komponen terakhir yang digunakan adalah plat. Saat ini, dapat dijumpai
berbagai macam tipe plat yang digunakan pada proses Computer To Plate
ini. Namun tidak semuanya bisa dipergunakan Karena harus disesuaikan
dengan jenis imagesetter yang digunakan.
Alur kerja Ctp diawali dengan Input data yang terdiri dari Pengolahan teks, Layout,
dan Pengolah image.
Bagian Input pertama adalah pengolahan teks yaitu teks diedit dengan pengolahan
bahasa yang baik, lalu image diambil melalui scanner (Input data). Setelah itu teks
dan gambar disatukan dan dibuat tata letak/Layout dengan baik.
Setelah data input selesai dikerjakan dan sudah siap untuk diproses selanjutnya
seluruh bagian input di kirim datanya ke bagian workstation untuk di imposisi untuk
dijadikan sebagai dummy sebelum di Proofing. Setelah data tersebut jadi pada
workstation selanjutnya di color proofing untuk dilihat hasil sementara apakah
hasilnya sudah cocok dengan data pada workstation. Jika data proofing sudah
cocok dengan data workstation data yang sudah jadi (dummy) selanjutnya dibuat
plat pada mesin platesetter. Hasil akhirnya yaitu berupa plat yang siap cetak.
Thermal Plate CtP menghasilkan kualitas gambar dan ketajaman gambar yang
sangat baik karena merupakan first generation screen dot, yaitu pembentukan
dot raster pada plate cetak langsung dari laser. Derajat ketajaman dan
kualitasnya tidak dapat dicapai dengan melalui Computer to Film (CtF).
Pada pembuatan plate konvensional, walau-pun dikerjakan dengan sangat
hati-hati, tetap tak dapat dihindarkan terjadinya Dot Loss pada raster dibawah
5% yang menyebabkan hilangnya ketajaman.
b) Mempercepat waktu produksi
Thermal Plate CtP menghasilkan gambar yang sangat presisi. Plate CtP
sedemikian akurat dalam hal register dan sangat bersih. Dengan menggu-
nakan plate CtP, waktu yang diperlukan untuk persiapan produksi di mesin
cetak untuk pemasangan plate dan pencarian register menjadi lebih singkat.
Selain itu tidak diperlukan korektor plate.
Berbeda dengan plate konvensional dimana gambar yang timbul dari hasil
expose film memungkinkan terjadinya pergeseran yang mengakibat-kan
terjadinya miss-register, serta timbulnya kotoran yang tidak diinginkan efek dari
film scratching dan debu. Akibat hal tersebut proses persiapan produksi di
mesin cetak mema-kan waktu untuk menepatkan gambar/register, serta
membersihkan plate dari kotoran yang tidak diinginkan (korektor plate) untuk
menjaga kualitas dan kebersihan hasil cetakan.
Plate yang dibuat di Platinum CTP menggunakan jenis plate thermal. Keunikan
dari plate ini adalah tidak peka terhadap cahaya melainkan terhadap panas
yang dikeluarkan oleh gelombang cahaya tertentu. Karena tidak peka terhadap
cahaya, plate thermal dapat ditangani langsung diruang terbuka tanpa harus
menggunakan lampu pengaman seperti jenis plate lain.
Keunikan yang lain adalah emulsinya yang besifat binary, artinya image baru
akan terbentuk setelah melewati nilai threshold tertentu. Dibawah nilai
threshold yang ditentukan gambar tidak akan terbentuk. Hal ini berarti plate
hermal tidak mengenal istilah over exposed atau under exposed. Saat ini plate
thermal diakui merupakan plate terbaik untuk mereproduksi gambar.
Plate yang dibuat di Platinum CTP dilengkapi dengan Color Proofing yang
dicetak dengan Hi Quality Color Plotter menggunakan Software GMG Color
Proffing. Hasil proof ini akan menunjukkan kwalitas dari file yang ada print, dan
dapat menjadi acuan anda dalam mencetak dengan akurasi yang tinggi
sehingga menghindari ketidaksesuaian antara apa yang diinginkan dengan
apa yang tercetak.
Hal yang sangat penting dalam produksi cetak adalah efisiensi waktu dan
biaya. Teknologi baru dan canggih sekalipun tidak akan berguna apabila tidak
menyajikan hal ini sebagai competitive advantage.
Plate yang dibuat di Platinum CTP memenuhi kriteria ini. Plate yang bersih dan
presisi memudahkan pengaturan register di mesin. Dukungan Color Proffing
memudahkan pencarian warna dan perataan tinta. Hasilnya adalah waktu
persiapan lebih singkat dan kertas waste/inchiet berkurang drastis.
a. Missing Font
Hal ini terjadi apabila kita memilih/memakai font yang tidak terdefinisi oleh
printer postscript. Atau font yang digunakan tidak ikut dicopy ke disc saat di
bawa ke percetakan (apabila kita mendesain sendiri halaman publikasi-
kemudian dikirim ke percetakan), sedangkan di percetakan font tersebut tidak
tersedia. Untuk itu, copy-lah font tersebut atau di-convert terlebih dahulu dalam
desain artwork sebelum diserahkan ke percetakan / tempat pembuatan film.
Usahakan sebelum meng-convert dokumen artwork dalam proses prepress,
save-lah terlebih dahulu format teks aslinya secara terpisah sebagai dokumen
cadangan.
b. Wrong file format
Artwork cetak biasanya menggunakan format file .TIFF atau .EPS untuk
gambar. Sehingga kalau Anda mendefinisikan file gambar Anda ke JPEG atau
GIF dan lainnya untuk keperluan cetak offset, maka warnanya tidak akan
sesuai dengan hasil cetak dan kualitas pixel (unsur terkecil dari gambar digital)
akan rusak. Format tiff berukuran sangat besar, dan akan menjadi kendala jika
pengiriman harus dilakukan by email. Tapi bagaimanapun juga hindari
mengirimkan gambar dalam format jpg atau gif .
c. Incorrect page setting or Page Set-up
Gunakan set-up halaman sesuai ukuran yang diperlukan. Jangan lupa diingat,
untuk cetakan seperti brosur, undangan dan sejenisnya, sisi-sisinya akan
dipotong dengan mesin potong kertas, jadi jangan lupa menambahkan luas
area design beberapa milli lebih besar dari area cetak. Output harus selalu
dibuat dalam ukuran sebenarnya, hanya resolusinya saja yang disesuaikan
sesuai penggunaan.
e. Resolution
Resolusi adalah tingkat kecemerlangan (dpi, dot per inch, pixel per inch) pada
gambar. Terlalu tinggi resolusi akan menyebabkan hasil yang tidak maksimal
dan berlebihan sehingga memboroskan tinta. Sementara resolusi yang
didefinisikan terlalu rendah akan menyebabkan gambarnya pecah atau kabur.
Untuk cetak offset seperti brosur, iklan koran, majalah, dll, besaran dpi-nya
minimal 300 dpi. Sedangkan cetak digital untuk keperluan outdoor (baliho,
billboar, spanduk dll) bisa menggunakan 32 dpi sampai 100 dpi tergantung
ukuran medianya. Untuk backdrop yang biasa dilihat dalam jarak relatif dekat
sebaiknya menggunakan resolusi tidak kurang dari 72 dpi, tapi untuk billboard
ukuran bisa menggunakan resolusi 32 dpi.
f. Incorrect colours
Sebaiknya tidak menggunakan warna selain hitam untuk mewarnai teks atau
garis outline pada artwork yang dibuat. Hal ini untuk mencegah teks/garis
menjadi terlihat dobel karena registrasi yang kurang presisi. Jika ada teks yang
perlu direvisi ketika terakhir sebelum dicetak, hanya perlu mengganti selembar
film saja pada warna Black-nya, tidak perlu mengganti 3 lembar lainnya (Cyan,
Magenta dan Yellow).
Seringkali desainer dibuat bingung bahkan sering tertukar dengan istilah PPI, DPI
dan LPI. Hal ini disebabkan istilah tersebut merupakan sebuah satuan tiap inci,
dimana satu inchi yang artinya 2,54 cm. Perbedaan dari ketiga istilah tersebut
adalah sebagai berikut :
LPI adalah satuan berdasarkan banyaknya garis baris tiap inchi-nya. Sistem
halftone dalam LPI digunakan untuk resolusi dalam mesin cetak offset.
Biasanya LPI digunakan mencetak koran dan majalah. LPI mewakili
karakteristik dari gambar digital dan ada hubungannya dengan masukan.
Selain itu warna juga adalah pengalaman psikologis manusia. Indera manusia
mampu meresepsi warna yang terdapat pada cahaya tersebut. Sadjiman Ebdi
Sanyoto (2005: 9) mendefinisikan warna secara fisik dan psikologis. Warna
secara fisik adalah sifat cahaya yang dipancarkan, sedangkan secara
psikologis sebagai bagian dari pengalaman indera penglihatan.
1.d.1. Hue
Hue adalah warna murni, tanpa tint (diterangkan, ditambahkan cat putih) atau
shade (digelapkan, ditambahkan cat hitam). Teknologi digital memberikan
banyak opsi untuk memodifikasi hue. Modifikasi hue dapat memberikan kesan
berbeda dan unik pada beragam objek berwarna dalam karya atau desain yang
kita garap.
Saturasi adalah tingkat kepekatan warna. Warna yang memiliki saturasi tinggi
akan tampak sangat mencolok. Sebaliknya jika saturasinya rendah maka
warna akan tampak lebih pudar. Saturasi Juga disebut chroma atau intensitas
warna.
Dalam pigmen (cat) saturation juga ditentukan oleh kualitas bahan cat. Jika
kualitas cat kurang bagus, bahan pigmen warna biasanya lebih sedikit dan
lebih banyak mengandung filler (bahan campuran perekat cat) hasilnya warna
lebih pudar.
Sementara pada cat kualitas bagus, bahan pigmen lebih banyak dari filler,
sehingga warna tampak lebih mencolok. Selain itu saturation juga ditentukan
oleh campuran tint dan shade. Menambahkan cat hitam atau putih akan
mengurangi saturasi warna cat aslinya. Saturasi juga tergantung pada jumlah
kandungan bahan pelarut cat.
Gelap terang atau value yang dimaksud disini adalah seberapa banyak tint
atau shading yang terdapat pada warna. Tint yang lebih banyak menghasilkan
warna yang lebih terang. Sementara shade yang lebih dominan akan
menghasilkan warna yang lebih gelap.
Warna dibagi menjadi dua menurut asal kejadian warna, yaitu warna additive dan
subtractive (Sadjiman Ebdi Sanyoto, 2005: 17–19). Warna additive atau warna
objek adalah warna yang berasal dari cahaya dan disebut spektrum. Misalnya
warna yang dihasilkan oleh perangkat elektronik seperti layar komputer.
Sedangkan warna subtractive atau warna pigmen adalah warna yang berasal dari
bahan dan disebut pigmen, seperti cat.
Kedua jenis warna tersebut memiliki ruang/model warna yang berbeda seperti
yang dijelaskan dibawah ini:
a. Warna Primer
b. Warna Sekunder
Warna sekunder merupakan hasil campuran dari dua warna primer dengan
proporsi 1:1. Teori Blon (Sulasmi Darma Prawira, 1989: 18) membuktikan
bahwa campuran warna-warna primer menghasilkan warna-warna sekunder.
Warna jingga atau oranye merupakan hasil campuran warna merah dan
kuning. Warna ungu adalah campuran merah dan biru. Warna hijau adalah
campuran biru dan kuning.
c. Warna Tersier
Warna tersier merupakan campuran salah satu warna primer dengan salah
satu warna sekunder. Contohnya, warna oranye kekuningan (orange-yellow)
didapatkan dari campuran warna primer kuning dan warna sekunder oranye.
Istilah warna tersier juga awalnya merujuk pada warna-warna netral yang
dibuat dengan mencampur tiga warna primer dalam sebuah ruang warna.
Namun sudah terdapat istilah lain yang lebih tepat untuk campuran warna
netral tersebut.
Warna netral adalah hasil pencampuran ketiga warna dasar dalam proporsi
seimbang 1:1:1. Campuran menghasilkan warna abu netral dalam sistem
warna cahaya aditif. Sedangkan dalam warna subtraktif pada pigmen atau cat
biasanya menghasilkan warna abu tua kecoklatan, atau hampir hitam dengan
sedikit aksen warna primer yang saturasinya lebih pekat. Warna netral sering
digunakan sebagai penyeimbang warna-warna kontras dalam karya.
e. Pencampuran Warna
Albert Henry Munsell (Sulasmi Darma Prawira, 1989: 70) mengemukakan teori
yang mendukung teori Brewster. Munsell berpendapat bahwa: Tiga warna
utama sebagai dasar dan disebut warna primer, yaitu merah (M), kuning (K),
dan biru (B). Apabila warna dua warna primer masing– masing dicampur, maka
akan menghasilkan warna kedua atau warna sekunder. Bila warna primer
dicampur dengan warna sekunder akan dihasilkan warna ketiga atau warna
tersier. Bila antara warna tersier dicampur lagi dengan warna primer dan
sekunder akan dihasilkan warna netral. Rumusan teori Munsell dalam
pencampuran warna dapat dijabarkan sebagai berikut :
a) Warna primer
• Merah
• Kuning
• Biru
b) Warna Sekunder
Namun hal itu hanya berlaku untuk pencampuran warna additive, atau
pencampuran warna yang terjadi dalam cahaya. Pencampuran warna bahan,
mengalami gejala yang berbeda. Pencampuran warna bahan (cat) membutuhkan
tiga warna primer, yaitu: Cyan, Magenta, Kuning dan Hitam.
Ini sebabnya mengapa printer menggunakan warna CMYK. Karena warna cat
pada dasarnya memodifikasi daya pantul dari bahan yang kita cat. Ini juga yang
menjadi alasan mengapa para Pelukis pemula kebingungan untuk mencampur
warna, karena mereka merujuk pada warna primer cahaya.
Notasi warna terbagi menjadi dua sifat warna. Yaitu warna hangat dan warna
sejuk. Warna hangat cenderung lebih kontras dan posisinya tampak lebih depan
dibandingkan dengan warna sejuk. Secara psikologis warna hangat lebih tepat
untuk memperlihatkan sosok personal, keluarga dan produk komersil. Warna sejuk
memiliki tampilan yang lebih tenang dan tampak lebih belakang secara visual.
Warna sejuk memberikan kesan tenang, professional, cocok untuk tema warna
korporat.
Perpaduan warna yang harmonis / color hamony dapat dicapai dengan melakukan
kombinasi warna yang tepat. Kombinasi warna harmonis adalah memadukan dua
warna atau lebih karena menganut prinsip-prinsip seni rupa. Warna tetap harmonis
dengan menggunakan prinsip kesatuan, kontras, dll melalui data lokasi warna
yang didapat pada lingkaran warna (color wheel). Biasanya warna-warna yang
dikombinasikan itu bersebelahan/berdampingan atau berhadapan dalam lingkaran
warna/color wheel.
Analogous adalah kombinasi dari dua warna yang berdekatan dalam lingkaran
warna/color wheel. Pilih satu warna utama lalu ambil 1-2 warna yang berdempet
pada warna tersebut. Kombinasi warna analogous masuk kedalam color harmony
karena warna-warna yang dipilih masih mirip atau transisi dari warna utamanya;
prinsip kesatuan.
(Sumber : serupa.id )
(Sumber : serupa.id )
(Sumber : serupa.id )
Tetrad adalah empat warna yang bersebrangan dan membentuk sudut 90 derajat
dalam lingkaran warna/color wheel. Tetra komplementer juga sering disebut
double komplementer.
(Sumber : serupa.id )
Warna dapat memberikan efek psikologis dan memberikan kesan emosi tertentu
pada manusia. Beberapa warna juga memiliki simbol yang telah terbangun di
budaya tertentu. Sehingga pengaruh warna terhadap emosi manusia sangatlah
relatif. Berikut adalah beberapa catatan yang dapat dijadikan acuan awal dalam
memilih warna.
a. Merah
b. Biru
c. Hijau
d. Kuning
e. Ungu
f. Oranye
g. Coklat
h. Abu Abu
i. Putih
j. Hitam
Secara umum, pengertian dari desain grafis adalah seni dalam berkomunikasi
menggunakan tulisan, ruang, dan gambar. Desain grafis merupakan bagian dari
komunikasi visual. Ilmu desain grafis mencakup seni visual, tipografi, tata letak,
dan desain interaksi.
Secara garis besar, desain grafis dibedakan menjadi beberapa kategori: printing,
web design, film, termasuk TV komersial, animasi, dan multimedia interaktif,
identifikasi (logo), EGD (Environmental Graphic Design), desain produk,
pemaketan, kemasan, merchandise, dan sebagainya.
Warna adalah unsur cahaya yang dipantulkan oleh sebuah benda. Kemudian
diintrepetasikan oleh mata berdasarkan cahaya yang mengenai benda tersebut,
benda tersebut juga mempengaruhi warna yang dihasilkan melalui pigmennya.