Sumber.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2009 tentang Perfilman
Undang-Undang Nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja
Pedoman Perilaku Penyiaran
A. Kompetensi
2. Memahami etika penyiaran dan etika profesi yang terkait dengan kegiatan
penyiaran.
4. Menerapkan etika penyiaran dan etika profesi yang terkait dengan kegiatan
penyiaran.
C. Uraian Materi
Setelah dipandang tidak sesuai lagi dengan perkembangan dunia teknologi dan
juga perkembangan penyelenggaran penyiaran di Indonesia, Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 1997 tentang Penyiaran itu dicabut pada tahun 2002, dan
diganti dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran. UU
Penyiaran ini sah diundangkan pada tanggal 28 Desember 2002.
b. Perfilman
Pada tahun 1951, pemerintah menetapkan film memiliki aspek pendidikan dan
budaya, sehingga PPF dipindah menjadi berada di bawah Kementerian
Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan (PP dan K). Ketentuan tersebut
sebagaimana yang dipaparkan dalam Undang-Undang No. 23/ 1951, Tentang
Penyerahan Urusan Penilikan Pilem dari Kementerian Dalam Negeri Kepada
Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan, yang mulai
diberlakukan pada tanggal 20 November 1951.
2. Peraturan Pokok
a. Penyiaran
2) Penyelenggaraan Penyiaran
3) Jasa Penyiaran
Jasa penyiaran terdiri atas, penyiaran radio dan penyiaran televisi. Jasa
penyiaran ini diselenggarakan oleh:
Isi siaran dari jasa penyiaran televisi, yang diselenggarakan oleh Lembaga
Penyiaran Swasta dan Lembaga Penyiaran Publik, wajib memuat sekurang-
kurangnya 60% (enam puluh per seratus) mata acara yang berasal dari
dalam negeri.
Setiap mata acara yang disiarkan wajib memiliki hak siar. Dalam
menayangkan acara siaran, lembaga penyiaran wajib mencantumkan hak
siar. Kepemilikan hak siar harus disebutkan secara jelas dalam mata acara.
Hak siar dari setiap mata acara siaran dilindungi berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Lembaga penyiaran wajib melakukan ralat apabila isi siaran dan/atau berita
diketahui terdapat kekeliruan dan/atau kesalahan, atau terjadi sanggahan
atas isi siaran dan/atau berita. Ralat atau pembetulan dilakukan dalam
jangka waktu kurang dari 24 (dua puluh empat) jam berikutnya, dan apabila
tidak memungkinkan untuk dilakukan, ralat dapat dilakukan pada
kesempatan pertama serta mendapat perlakuan utama. Ralat atau
pembetulan tidak membebaskan tanggung jawab atau tuntutan hukum yang
diajukan oleh pihak yang merasa dirugikan.
Siaran iklan terdiri atas siaran iklan niaga dan siaran iklan layanan
masyarakat yang wajib menaati asas, tujuan, fungsi, dan arah penyiaran.
Siaran iklan niaga dilarang melakukan:
b) Promosi minuman keras atau sejenisnya dan bahan atau zat adiktif;
b) Norma-norma lain yang berlaku dan diterima oleh masyarakat umum dan
lembaga penyiaran.
l) Siaran iklan.
b. Perfilman
Perfilman berasaskan:
b) kemanusiaan;
d) keadilan;
e) manfaat;
f) kepastian hukum;
g) kebersamaan;
h) kemitraan; dan
Perfilman bertujuan:
a) budaya;
b) pendidikan;
c) hiburan;
d) informasi;
f) ekonomi.
Film yang menjadi unsur pokok kegiatan perfilman dan usaha perfilman
dilarang mengandung isi yang:
b) Menonjolkan pornografi;
Film yang menjadi unsur pokok kegiatan perfilman dan usaha perfilman
disertai pencantuman penggolongan usia penonton film yang meliputi film:
a) pembuatan film;
c) pengedaran film;
d) pertunjukan film;
f) pengarsipan film;
h) impor film.
b) sutradara film;
c) artis film;
m) perancang animasi.
d) jaminan sosial.
3) Pertunjukan Film
a) layar lebar;
Pertunjukan film untuk golongan penonton usia 21 (dua puluh satu) tahun
atau lebih yang melalui penyiaran televisi hanya dapat dilakukan dari pukul
23.00 sampai pukul 03.00 waktu setempat. Pertunjukan film untuk golongan
penonton usia 21 (dua puluh satu) tahun atau lebih kepada khalayak umum
dilarang dilakukan di lapangan terbuka atau di gedung pertunjukan
nonbioskop kecuali kegiatan apresiasi film atau pertunjukan film untuk tujuan
pendidikan dan/atau penelitian.
Pelaku usaha perfilman dilarang melakukan sulih suara film impor ke dalam
bahasa Indonesia, kecuali film impor untuk kepentingan pendidikan dan/atau
penelitian.
c) Membuat dan memenuhi perjanjian kerja dengan mitra kerja yang dibuat
secara tertulis.
6) Sensor Film
Setiap film dan iklan film yang akan diedarkan dan/atau dipertunjukkan wajib
memperoleh surat tanda lulus sensor. Surat tanda lulus sensor diterbitkan
setelah dilakukan penyensoran yang meliputi:
g) Memberikan penghargaan;
9) Ketentuan Pidana
Setiap orang yang mempertunjukkan film hanya dari satu pelaku usaha
pembuatan film atau pengedaran film atau impor film tertentu melebihi 50%
(lima puluh persen) jam pertunjukannya yang mengakibatkan praktik
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat dipidana dengan pidana penjara
paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak
Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).
Setiap orang yang membuat perjanjian dengan pelaku usaha perfilman atau
membuat ketentuan yang bertujuan untuk menghalangi pelaku usaha
perfilman lain memberi atau menerima pasokan film yang mengakibatkan
praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat dipidana dengan
pidana penjara paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak
Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah). Dalam hal tindak pidana
dilakukan oleh atau atas nama korporasi, ancaman pidana denda ditambah
1/3 (sepertiga) dari ancaman pidananya.
b. Kewajiban Perlindungan
c. Ketentuan Pelarangan
5) Klasifikasi SU: Siaran untuk Semua Umur, yakni khalayak di atas 2 tahun.
e. Prinsip-Prinsip Jurnalistik
Lembaga penyiaran wajib menjelaskan terlebih dahulu secara jujur dan terbuka
kepada narasumber dan/atau semua pihak yang akan diikutsertakan dalam
suatu program siaran untuk mengetahui secara baik dan benar tentang acara
yang melibatkan mereka.
f. Program Siaran
Waktu siaran iklan niaga lembaga penyiaran swasta paling banyak 20% (dua
puluh per seratus) dari seluruh waktu siaran setiap hari. Waktu siaran iklan
layanan masyarakat paling sedikit 10% (sepuluh per seratus) dari siaran iklan
Daftar Pustaka