Anda di halaman 1dari 5

Definisi Narkoba

Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika, dan Bahan Adiktif lainnya (Deputi Bidang
Pencegahan BNN RI, 2018).

Menurut UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semisintesis, yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan.

Menurut WHO, obat-obatan psikoaktif (Psychoactive drugs) adalah zat yang ketika diminum atau
dimasukan ke dalam sistem sistem seseorang, mempengaruhi proses mental, misalnya persepsi,
kesadaran, kognisi atau suasana hati dan emosi.

Jenis-jenis Narkoba

Narkotika

Narkotika adalah zat atau obat baik yang bersifat alamiah, sintetis, maupun semi sintetis yang
menimbulkan efek penurunan kesadaran, halusinasi, serta daya rangsang (BNN RI, 2019).

Menurut UU tentang Narkotika dalam BNN (2019), jenisnya dibagi menjadi 3 golongan berdasarkan
pada risiko ketergantungan.

Narkotika Golongan 1

Narkotika golongan 1 seperti ganja, opium, dan tanaman koka sangat berbahaya jika dikonsumsi karena
beresiko tinggi menimbulkan efek kecanduan.

Narkotika Golongan 2

Narkotika golongan 2 dapat dimanfaatkan untuk pengobatan asalkan sesuai dengan resep dokter.
Beberapa jenis dari golongan ini antara lain seperti Morfin, Alfaprodina, dan lain-lain. Golongan 2 juga
berpotensi tinggi menimbulkan ketergantungan.

Narkotika Golongan 3

Narkotika golongan 3 memiliki risiko ketergantungan yang cukup ringan dan banyak dimanfaatkan untuk
pengobatan serta terapi. Narkotika golongan 3 ini diantaranya Asetildihidrokodeina, Etilmorfina,
Dihidrokodeina dan lain-lain.

Adapun menurut BNN RI (2019) jika berdasarkan bahan pembuatnya, jenis jenis narkotika tersebut
diantaranya adalah:

Narkotika Jenis Sintesis


Jenis sintetis didapatkan dari proses pengolahan yang rumit. Golongan ini sering dimanfaatkan untuk
keperluan pengobatan dan juga penelitian. Narkotika yang bersifat sintesis adalah Amfetamin, Metadon,
Deksamfetamin, dan sebagainya.

Narkotika Jenis Semi Sintesis

Pengolahan menggunakan bahan utama berupa narkotika alami yang kemudian diisolasi dengan cara
diekstrasi atau memakai proses lainnya. Contoh narkotika jenis ini yakni Morfin, Heroin, Kodein, dan
sebagainya.

Narkotika Jenis Alami

Narkotika yang bersifat alami contohnya adalah Ganja dan Koka yang mana dapat digunakan melalui
proses sederhana. Zat tersebut tidak diperbolehkan untuk dijadikan obat karena kandungannya yang
masih kuat. Bahayanya yang sangat tinggi dalat menyebabkan dampak buruk bagi kesehatan jika
disalahgunakan. Salah satu akibat fatalnya adalah kematian.

Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat yang bekerja menurunkan fungsi otak serta merangsang susunan saraf
pusat sehingga menimbulkan reaksi berupa halusinasi, ilusi, gangguan cara berpikir, perubahan
perasaan yang tiba-tiba, dan menimbulkan rasa kecanduan pada pemakainya (BNN RI, 2019). Jenis obat-
obatan psikotropika dapat ditemukan dengan mudah di apotik, hanya saja penggunaannya harus sesuai
dengan resep dokter. Dalam hal ini banyak pengguna yang mengkonsumsi obat-obat tersebut tanpa ijin
dari dokter. Efek kecanduan yang ditimbulkan pun memiliki kadar yang berbeda mulai dari berpotensi
tinggi menimbulkan ketergantungan hingga ringan. Meski efek kecanduan yang ditimbulkan tergolong
rendah, namun tetap saja dapat berbahaya bagi kesehatan.

BNN RI (2019) menggolongkan psikotropika berdasarkan risiko kecanduan yang dihasilkan menjadi 4,
diantaranya adalah:

Psikotropika Golongan 1

Psikotropika golongan 1 merupakan golongan obat-obatan yang memiliki potensi tinggi menyebabkan
kecanduan. Zat tersebut juga termasuk dalam obat-obatan terlarang yang penyalahgunaannya dapat
dikenakan sanksi hukum. Contoh dari psikotropika golongan ini adalah LSD (Lysergic Acid Diethylamide),
DOM (Dimethoxy Alpha Dimethilphenethylamine), Ekstasi, dan lain-lain. Pemakaiannya memberikan
efek halusinasi bagi penggunanya serta merubah perasaan secara drastis.

Psikotropika Golongan 2

Psikotropika golongan 2 juga memiliki risiko ketergantungan yang cukup tinggi meski tidak separah
golongan 1. Pemakaian obat-obatan ini sering dimanfaatkan untuk menyembuhkan berbagai penyakit.
Psikotropika golongan ini termasuk jenis obat-obatan yang paling sering disalahgunakan, diantaranya
yakni Sabu atau Metamfeamin, Amfetamin, Fenetilin dan lain sebagainya.
Psikotropika Golongan 3

Golongan 3 memberikan efek kecanduan yang terhitung sedang. Namun jika dipakai dengan dosis
berlebih, kerja sistem tubuh juga akan menurun secara drastis. Pada akhirnya, tubuh tidak bisa terjaga
dan tidur terus sampai tidak dapat bangun. Contoh psikotropika dari golongan 3 ini adalah Mogadon,
Brupronorfina, Amorbarbital, dan sebagainya.

Golongan 4

Golongan ini memiliki risiko kecanduan yang kecil dibandingkan dengan yang lain. Namun tetap saja jika
pemakaiannya tidak mendapat pengawasan dokter, maka dapat menimbulkan efek samping yang
berbahaya termasuk kematian. Penyalahgunaan psikotropika golongan 4 terbilang cukup tinggi.
Beberapa diantaranya adalah Lexotan, Pil Koplo, Sedativa atau obat penenang, Hipnotika atau obat
tidur, Diazepam, Nitrazepam dan lain-lain.

Bahan Adiktif

Menurut BNN RI (2022), zat adiktif pada dasarnya adalah obat serta bahan-bahan aktif yang bila
dikonsumsi oleh makhluk hidup akan menyebabkan ketergantungan yang sulit dihentikan dan zat adiktif
ini dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu zat adiktif bukan narkotika dan psikotropika, zat adiktif
narkotika, dan zat adiktif psikotropika.

Zat Adiktif Bukan Narkotika dan Psikotropika

Sepintas zat adiktif yang satu ini tidak berbahaya pasalnya zat adiktif bukan narkotika dan psikotropika
ini sering dikonsumsi oleh manusia, misalnya teh atau kopi.

Kafein

Teh dan kopi mengandung zat adiktif berupa kafein yang membuat peminumnya mengalami
ketergantungan.

Kopi mengandung kafein yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan teh, namun teh juga memiliki zat
adiktif lain berupa theine, teofilin serta teobromin dalam jumlah sedikit.

Nikotin

Rokok mengandung zat adiktif bernama nikotin yang membuat penikmatnya mengalami kecanduan dan
dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Selain nikotin, rokok juga mengandung tar yang
membahayakan bagi tubuh.

Alkohol
alkohol murni berupa zat cair yang tidak berwarna dan berbau karena diekstraksi dari buah. Dalam
jumlah yang kecil, alkohol dapat merangsang semangat dan menyegarkan tubuh, namun dalam jumlah
yang berlebihan justru dapat memperlambat reaksi tubuh.

Secara fisik zat adiktif pada alkohol dapat memberi efek samping jangka panjang berupa kerusakan otak,
meningkatkan risiko kerusakan jantung, hati, dan pankreas.

Zat Adiktif Narkotika

Zat adiktif narkotika inilah yang biasanya dikenal karena penggunaannya yang bertentangan dengan
hukum dan sangat berbahaya bagi kesehatan. Zat adiktif yang tergolong narkotika antara lain sabu-sabu,
opium, kokain, ganja, heroin, amfetamin, dan lain-lain.

Zat Adiktif Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat alami maupun sintesis yang bukan merupakan narkotika dan
berpengaruh selektif pada saraf pusat.

Psikotropika dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:

Depresan (sedatif hipnotik), yakni zat atau obat yang berfungsi menekan susunan saraf pusat yang bila
dikonsumsi dalam jumlah kecil dapat mengatasi cemas, namun dalam dosis besar dapat menjadi obat
tidur bahkan dapat menyebabkan amnesia. Jenis obat depresan antara lain sedatin/pil BK, rohypnol,
magadon, valium, mandrax, dan benzodiasepin.

Stimulan (amfetamin), yakni zat atau obat sintetik yang digunakan untuk merangsang susunan saraf.
Jenis amfetamin antara lain laevoamfetamjn (benzedrin), dekstroamfetamin (deksedrin), dan
metilamfetamin (metedrin). Amfetamin yang banyak disalahgunakan adalah MDMA (3,4, metilan-di-oksi
met-amfetamin) atau dikenal dengan ekstasi dan metamfetamin (sabu-sabu).

Halusinogen, yaitu zat atau obat yang dapat membuat orang berhalusinasi, misalnya mendengar atau
merasakan sesuatu yang sebetulnya tidak ada. Contoh dari halusinogen alami adalah ganja, kecubung,
dan sebagainya. Sementara halusinogen sintetik salah satunya adalah LSD (Lysergic Acid Diethylamide).

Bahaya dan Dampak Narkoba Pada Hidup dan Kesehatan

Menurut BNN RI (2019) Ada banyak bahaya narkoba bagi hidup dan kesehatan, diantaranya adalah:

Dehidrasi

Penyalahgunaan zat ini dapat menyebabkan berkurangnya keseimbangan elektrolit yang menyebabkan
badan kekurangan cairan. Jika hal ini terus terjadi, tubuh akan kejang-kejang, perilaku lebih agresif, serta
rasa sesak pada bagian dada. Jangka panjang dari dampak dehidrasi ini dapat menimbulkan kerusakan
pada otak.

Halusinasi
Salah satu efek yang sering dialami oleh pengguna narkoba adalah halusinasi. Tidak hanya itu saja dalam
dosis berlebih juga dapat menyebabkan muntah, mual rasa takut yang berlebih serta gangguan
kecemasan. Apabila pemakaian berlangsung lama, dapat mengakibatkan dampak yang lebih buruk
seperti gangguan mental, depresi, dan sebagainya.

Menurunnya tingkat kesadaran

Pemakaian yang berlebih terhadap obat-obatan tersebut, efeknya justru dapat membuat tubuh terlalu
rileks, sehingga kesadaran berkurang drastis. Pada beberapa kasus si pemakai tidur terus dan tidak
bangun-bangun. Hilangnya kesadaran ini membuat koordinasi tubuh terganggu, sering bingung, dan
terjadi perubahan perilaku. Dampak narkoba yang cukup berisiko tinggi adalah hilangnya ingatan
sehingga sulit mengenali lingkungan sekitar.

Kematian

Dampak paling buruk dari narkoba terjadi jika si pemakai menggunakan obat-obatan tersebut dalam
dosis yang tinggi atau yang dikenal dengan overdosis. Pemakaian sabu-sabu, opium, dan kokain dapat
menyebabkan tubuh kejang-kejang dan jika dibiarkan dapat mengakibatkan kematian. Inilah akibat fatal
yang harus dihadapi jika sampai kecanduan narkoba.

Gangguan kualitas hidup

Dampak dari narkoba tidak hanya sekedar pada memburuknya kondisi tubuh, namun penggunaan obat-
obatan ini juga dapat mempengaruhi kualitas hidup seperti susah berkonsentrasi saat bekerja,
mengalami masalah keuangan, hingga harus berurusan dengan pihak kepolisian jika terbukti melanggar
hukum dimana pemakaian zat-zat ini hanya diperbolehkan untuk kepentingan medis sesuai dengan
pengawasan dokter maupun untuk keperluan penelitian.

Ref:

World Health Organization. "Drugs (psychoactive)". https://www.who.int/health-topics/drugs-


psychoactive#tab=tab_1, diakses pada tanggal 29 April 2023.

Deputi Bidang Pencegahan BNN RI Direktorat Advokasi. 2018. Awas Narkoba Masuk Desa.
https://bnn.go.id/konten/unggahan/2020/01/Final-Buku-Awas-Narkoba-Masuk-Desa-2018.pdf, diakses
pada tanggal 29 April 2023.

Anda mungkin juga menyukai