Anda di halaman 1dari 3

Nama : Athala Rania Insyra

NIM : 1807010077

#Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus


#Tuna Rungu atau Tuli

1. Pengertian Tuna Rungu atau Tuli


 Tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang
mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama
melalui indera pendengarannya.
 Dwidjosumarto (1990) mengemukakan bahwa seseorang yang tidak atau kurang
mampu mendengar suara dikatakan tunarungu. Ketuanrunguan dibedakan menjadi
dua
kategori yaitu tuli (ideal) dan kurang dengar (low of hearing).

#Tuli=> berkapital “T” berarti mereka dilahirkan Tuli atau mengalami Deaf gain dan
sebelum Bahasa lisan dikuasai. KeTulian mereka merupakan sebuah pride, identitas dan
budaya ketimbang disabilitas. Mereka juga membentuk komunitas Tuli dan Sebagian
besar adalah pengguna Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) dikutip dari: Leigh, I.,
Andrews, J.F., & Harris, R.L. (2018). Deaf culture: Exploring deaf communities in the
United States

#tuli=> bukan paital atau berhuruf kecil “t” berarti kondisi medis yang menunjukkan
gangguan pendengaran atau kehilangan pendengaran. Biasanya ia tidak memiliki kaitan
kuat dengan komunitas Tuli dan lebih suka menggunakan verbal atau oral bukan
berBahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) dikutip dari: Leigh, I., Andrews, J.F., & Harris,
R.L. (2018). Deaf culture: Exploring deaf communities in the United States

2. Karakteristik Tuna Rungu atau Tuli


*Karakteristik Khusus
1. Fisik,
 Menurut Hernawati (1990) sebagai berikut : Cara berjalan kaku dan agak
membungkuk, Gerakan mata cepat, Gerakan kaki dan tangan yang cepat,
Pernapasan yang pendek dan agak terganggu.
2. Bahasa dan Bicara. Anak tunarungu mempunyai ciri-ciri perkembangan Bahasa
sebagai berikut:
1. Fase motorik yang tidak teratur.
2. Fase meraban (babbling)
3. Karakteristik anak tunarungu dalam aspek akademik
*Karakteristik pada aspek sosial-emosional
a. Pergaulan terbatas dengan sesama tunarungu
b. Sifat ego-sentris yang melebihi anak normal, yang ditunjukkan dengan sukarnya
mereka menempatkan diri pada situasi berpikir dan perasaan orang lain, sukarnya
menyesuaikan diri, serta tindakannya lebih terpusat pada “aku/ego”.
c. Perasaan takut (khawatir) terhadap lingkungan sekitard. Perhatian anak tunarungu
sukar dialihkan, apabila ia sudah menyenangi suatu
benda atau pekerjaan tertentu.
e. Memiliki sifat polos, serta perasaannya umumnya dalam keadaan ekstrim tanpa
banyak nuansa.
f. Cepat marah dan mudah tersinggung

3. Klasifikasi Tuna Rungu atau Tuli


a. Klasifikasi secara etiologis
 Berdasarkan sebab-sebab, dalam hal ini penyebab ketunarunguan ada beberapa
faktor :
1) Pada saat sebelum di lahirkan, Salah satu atau kedua orang tua anak menderita
tuanrungu atau mempunyai gen sel pembawa sifat abnormal, misalnya
dominatgenes, recesive gen dan lain-lain. Karena penyakit : sewaktu ibu
mengandung terserang suatu penyakit-penyakit yang diderita pada saat kehamilan
tri semester pertama yaitu pada saat pembentukan ruang telinga. Penyakit itu ialah
rubella, moribili, dan lain-lain.
2) Pada saat kelahiran (Sewaktu melahirkan, ibu mengalami kesulitan sehingga
persalinan di bantu dengan penyedotan (tang), Prematuritas yakni bayi lahir
sebelum waktunya).
3) Pada saat setelah kelahiran (post natal)
a. ketulian yang terjadi karena infeksi, misalnya infeksi pada otak (meningitis)
atau infeksi umum seperti difteri, morbili, dan lain-lain.
b. Pemakaian obat-obatan ototoksi pada anak-anak
c. Karena kecelakan yang mengakibatkan kerusakan alat pendengaran bagian
dalam, misalnya jatuh.

b. Klasifikasi menurut tarafnya


Dwidjosumarto (1990) mengemukakan :
1) Tingkat I, kehilangan kemmapuan mendengar antara 35 sampai 54 dB,
penderita hanya memerlukan latihan berbicara dan bantuan mendengar secara
khusus.
2) Tingkat II, kehilangan kemampuan mendengar antara 55 sampai 69 dB,
penderita kadang-kadang memerlukan penempatan sekolah secara khusus,
dalam kebiasaan sehari-hari memerlukan penempatan latihan berbicara dan
bantuan latihan berbahasa secara khusus.3) Tingkat III, kehilangan kemampuan
mendengar antara 70 sampai 89 dB
4) Tingkat IV, kehilangan kemampuan mendengar 90 dB ke atas.
Penderita dari tingkat I dan II dikatakan mengalami ketulian. Dalam kebiasaan
sehari-hari mereka sesekali latihan berbicara, mendengar berbahasa dan memerlukan
pelayanan pendidikan secara khusus. Anak yang kehilangan kemampuan mendengar
dari tingkat III dan IV pada hakekatnya memerlukan pelayanan secara khusus.
Berdasarkan tingkat kerusakan/kehilangan kemampuan Mendengar ; Sangat ringan ,
27- 40 dB, Ringan , 41-44 dB, Sedang , 56-70 dB, Berat , 71-90 dB, Ekstrim , 91 dB
keatas tuli .

c. Berdasarkan saat terjadinya ketunarunguan


1) Ketunarunguan Prabahasa (Prelingual Deafness)
2) Ketunarunguan Pasca Bahasa (Post Lingual Deafness)

d. Berdasarkan letak gangguan pendengaran secara anatomis


a) Tunarungu Tipe Konduktif, Penyebab Tunarungu Tipe Konduktif: ; (1)
Kerusakan/gangguan yang terjadi pada telinga luar yang dapat disebabkan antara lain
oleh: tidak terbentuknya lubang telinga bagian luar (atresia meatus akustikus
externus), dan terjadinya peradangan pada lubang telinga luar (otitis externa). (2)
Kerusakan/gangguan yang terjadi pada telinga tengah, yang dapat disebabkan antara
lain oleh hal-hal berikut: (a) Ruda Paksa, yaitu adanya tekanan/benturan yang keras
pada telinga seperti karena jatuh tabrakan, tertusuk, dan sebagainya. (b) Terjadinya
peradangan/inpeksi pada telinga tengah (otitis media). (c) Otosclerosis, yaitu
terjadinya pertumbuhan tulang pada kaki tulang stapes. (d) Tympanisclerosis, yaitu
adanya lapisan kalsium/zat kapur pada gendang dengar (membran timpani) dan tulang
pendengaran. (e) Anomali congenital dari tulang pendengaran atau tidak terbentuknya
tulang pendengaran yang dibawa sejak lahir. (f) Disfungsi tuba eustaschius (saluran
yang menghubungkan rongga telinga tengah dengan rongga mulut), akibat alergi atau
tumor pada nasopharynx.

b) Penyebab Terjadinya Tunarungu Tipe Sensorineural, disebabkan oleh faktor


genetik (keturunan), disebabkan oleh faktor non genetik antara lain: (Rubena
(CampakJerman), Ketidaksesuaian antara darah ibu dan anak., Meningitis (radang selaput
otak),
Trauma akustik
c) Tunarungu Tipe Campuran

Anda mungkin juga menyukai