Anda di halaman 1dari 7

Pancasila dalam kehidupan sehari-hari

Pancasila merupakan dasar falsafah negara atau dasar negara Indonesia dan

sumber dari segala sumber hukum bagi masyarakat Indonesia. Hal ini tercantum pada

alinea keempat pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Negara Republik Indonesia.

Selain itu, pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum tercantum pada

memorandum Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR-GR) yang kemudian

disahkan oleh MPRS melalui TAP MPRS No.XX/MPRS/1966, Ketetapan MPR

No.V/MPR/1973 dan MPR No.IX/MPR/1978 (Asshiddiqie, 2008).

Pancasila lahir dan ditetapkan pada tanggal 1 Juni 1945 sebagai ideologi

negara. Namun, kedudukan pancasila bukan hanya sebagai ideologi negara saja,

melainkan philosophische grondslag atau pandangan hidup bangsa Indonesia.

Soekarno menyatakan bahwa terdapat dua kepentingan dalam Pancasila, yaitu yang

pertama sebagai pedoman dan petunjuk dalam menjalani keseharian hidup manusia

Indonesia baik dalam berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dan yang

kedua sebagai dasar negara sehingga suatu kewajiban bahwa dalam segala tatanan

kenegaraan entah itu dalam hukum, politik, ekonomi maupun sosial masyarakat harus

berdasarkan dan bertujuan pada Pancasila (Al Hakim, 2020).

Ketuhanan yang Maha Esa

Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan sila pertama dalam Pancasila yang

artinya sebagai bangsa Indonesia kita wajib beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang

Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan yang diyakini masing-masing

dengan dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.


Dalam hal ini, saya sebagai seorang penganut agama Kristen beriman dan

bertakwa kepada Tuhan saya dengan pergi beribadah di hari minggu dan mengikuti

mata kuliah agama kristen. Tidak hanya itu, sila ini juga dapat diartikan bahwa

masyarakat yang berbeda agama harus hidup berdampingan, saling menghormati, dan

bertoleransi antar umat beragama untuk menciptakan kesejahteraan dan kedamaian

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dalam hal ini, saya selalu membantu teman-teman saya saat akan mengadakan

buka puasa dan tidak berteriak atau gaduh disaat teman saya menunaikan ibadahnya

di dekat saya. Mengembangkan sikap saling menghormati serta bekerja sama pada

setiap pemeluk agama. Saat melakukan tugas kelompok dalam perkuliahan saya

dituntut untuk selalu bisa bekerjasama dengan siapapun terlepas latar belakang

mereka. Hal tersebut merupakan praktek nyata dalam kehidupan sehari-hari sebagai

manusia yang menerapkan toleransi antar agama.

Aktivitas saya yang berkaitan dengan sila ini dapat direpresentasikan dengan

toleransi pada penganut kepercayaan lain, saat ada hari raya, dan juga, pada waktu

sebelum ujian atau acara acara penting, saya menyerahkan diri kepada Tuhan dan

meminta untuk bimbngan Nya, tiap minggu saya juga melakukan kewajiban beribadah

agama saya, seperti pergi ke gereja dan menyembah Tuhan. Saya juga tidak memaksa

teman-teman saya untuk mempercayai agama yang saya percaya dan selalu berusaha

berdialog dengan baik terutama pada teman antar agama.


Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah sila kedua dalam Pancasila, sila ini

berarti bahwa kita sebagai warga negara Indonesia perlu memiliki pemahaman tentang

derajat kesetaraan dalam diri setiap orang sehingga kita dapat saling menghargai dan

menghormati antar individu. Selain itu, dalam sila ini kita juga diajak untuk saling

menjaga dan membantu, serta dapat saling bekerjasama untuk menciptakan

perdamaian di lingkungan dan negara Indonesia.

Aktivitas yang saya lakukan yang selaras dengan sila ini dapat berupa

menunggu di antrian kantin dan tempat makan dine in, walaupun dapat dikira sebagai

hal yang sepele, menunggu secara tertib untuk urutan masing masing orang,

menunjukkan ketaatan kepada norma norma sosial dan juga rasa hormat atas individu

lain, karena pada dasarnya semua orang memiliki hak yang sama saat menunggu.

Selain itu, saya berteman dengan banyak orang tanpa membeda-bedakan status dan

latar belakang budaya, agama, dan lainnya. Saya juga selalu berusaha menolong

teman yang berada dalam kesulitan dengan memberikan sedikit dari yang saya miliki

untuk dipinjam oleh teman-teman saya.

Persatuan Indonesia

Persatuan Indonesia adalah sila ketiga dalam Pancasila, sila ini berarti bahwa

kita sebagai masyarakat negara Indonesia harus mengedepankan kesatuan dan

kepentingan negara kesatuan di atas kepentingan rakyat atau individu.


Dalam sila ini kita diajak untuk memiliki sikap dewasa dan menjadi pribadi yang

rela berkorban demi tercapainya kemerdekaan negara Indonesia, menunjukkan rasa

cinta tanah air kepada bangsa Indonesia, dan tertarik pada kultur dan keindahan

negara Indonesia.

Aktivitas yang saya lakukan yang selaras dengan sila ini adalah, kegiatan gotong

royong yang sering saya lakukan dengan teman teman se kost, dengan

mengedepankan persatuan kami, kami dapat menyelesaikan suatu hal yang berat jika

hanya dilakukan dengan seorang individu, kegiatan ini menguatkan rasa persatuan

kami, dan juga melatih kami untuk saling berkorban bagi satu sama lain. Selain itu,

menerapkan rasa cinta tanah air dan bela negara juga saya lakukan dengan selalu

merayakan 17 Agustus 1945 dan mengikuti pelajaran kewarganegaraan. Selain itu,

mengikuti organisasi-organisasi anak muda yang mengarah pada praktek-praktek

positif juga saya lakukan sebagai bagian dari praktek persatuan.

Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat dan Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan Perwakilan

Kemerdekaan yang berpedoman pada hikmat dan kebijaksanaan adalah sila

keempat Pancasila, yang artinya kita sebagai warga negara Indonesia dihimbau untuk

tidak memaksakan kepentingan atau kebutuhan kita dan untuk selalu memandang

kepentingan atau kebutuhan keseluruhan dan menghormati keputusan yang telah

disepakati bersama.
Ketika kita membuat keputusan baik di tempat kerja dan dalam kehidupan sehari-hari,

kita selalu dihadapkan dengan banyak konsekuensi berkaitan dengan keputusan yang

harus kita buat dan tidak selalu semua opini yang dikedepankan oleh berbagai pihak

setuju satu sama lain. Terkait hal tersebut, kita wajib untuk menetapkan prioritas

penting dan menyelesaikan masalah yang ada melalui diskusi atau dialog bersama.

Aktivitas saya yang berkaitan dengan sila ini adalah pada saat saya berpikir tentang

sebuah proyek kelompok, dan ada perdebatan ide terhadap bagaimana proyek tersebut

sebaiknya dilaksanakan, saya melakukan voting atau mendengarkan opini dari anggota

kelompok saya, untuk meyakinkan bahwa keputusan yang nanti akan diambil adalah

keputusan terbaik dan bisa dilakukan secara musyawarah, tanpa merendahkan opini

pihak lain. Saya selalu berusaha untuk mengutamakan kepentingan kelompok

dibandingkan kepentingan pribadi, karena nilai kelompok bergantung pada seluruh

anggota kelompok.

Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia merupakan sila kelima yang ada pada

Pancasila memiliki makna bahwa sebagai masyarakat Indonesia, kita wajib untuk dapat

bersikap dengan adil di segala aktivitas yang dilakukan, dalam pengambilan keputusan

Aktivitas sosial yang saya lakukan yang selaras dengan sila ke 5 dapat berupa toleransi

dan sikap adil dalam berinteraksi dengan berbagai kalangan dan berbagai suku etnis di

kalangan sekitar, dengan tidak merendahkan satu sama lain, dan juga dengan

memahami perbedaan serta memperlakukan sesama dengan baik dan tanpa niat
buruk, ataupun menstereotip kalangan kalangan tertentu, saya merasa bahwa dalam

aktivitas tersebut saya telah memberikan keadilan sosial pada setiap interaksi dengan

orang-orang disekeliling saya. Selain itu, aktivitas yang mencerminkan sila ke lima

adalah meminta izin menggunakan barang milik teman dan mengembalikannya dalam

keadaan seperti sedia kala. Hal ini termasuk dalam menghormati hak yang dimiliki oleh

orang lain

References

Al Hakim, A. (2020). Pancasila Sebagai Philosopische Grondslag Dan

Kedudukan Pancasila Dikaitkan Dengan Theorie Von Stafenufbau Der

Rechtsordnung. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. Retrieved

September 23, 2022, from

https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13144/Pancasila-Sebagai-

Philosopische-Grondslag-Dan-Kedudukan-Pancasila-Dikaitkan-Dengan-

Theorie-Von-Stafenufbau-Der-Rechtsordnung

Asshiddiqie, J. (2008). Ideologi, Pancasila dan Konstitusi. Mahkamah

Konstitusi.

Indrayana, D. (2007). Amandemen UUD 1945 Antara Mitos dan

Pembongkaran. Mizan.

Sumardjoko, B. (2013). REVITALISASI NILAI-NILAI PANCASILA

MELALUI PEMBELAJARAN PKn BERBASIS KEARIFAN LOKAL UNTUK

PENGUATAN KARAKTER DAN JATI DIRI BANGSA. Varia Pendidikan,


25(2).

https://publikasiilmiah.ums.ac.id/xmlui/bitstream/handle/11617/4291/1..pdf

?sequence=1&isAllowed=y

Susanto. (2016). PANCASILA SEBAGAI IDENTITAS DAN NILAI LUHUR

BANGSA: ANALISIS TENTANG PERAN PANCASILA SEBAGAI MODAL

SOSIAL BERBANGSA DAN BERNEGARA | Susanto | JIIP: Jurnal Ilmiah

Ilmu Pemerintahan. UNDIP journal portal 2. Retrieved September 23,

2022, from

https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/jiip/article/view/1634/1082

Anda mungkin juga menyukai