BERINGIN
TESIS
Disusun Oleh:
NIM: 13210086
FAKULTAS BISNIS
2023
PEMBERDAYAAN EKONOMI JEMAAT DENGAN
BERINGIN
TESIS
Disusun Oleh:
NIM: 13210086
Fakultas Bisnis
Yogyakarta
2023
i
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Adalah hasil karya saya, diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister
Kristen Duta Wacana Yogyakarta, adalah bukan hasil tiruan atau duplikasi dari karya
pihak lain di Perguruan Tinggi atau Instansi manapun, kecuali bagian yang sumber
Apabila saya dengan sengaja atau tidak melakukan hal tersebut di atas dan
terbukti melanggar, maka saya bersedia untuk mendapatkan sangsi yang ditentukan
Yang menyatakan,
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
NIM: 13210086
Yogyakarta, _____
Menyetujui
Mengetahui:
Indonesia sampai tahun 2022. Hal ini menunjukkan kemiskinan menjadi masalah
penting bangsa Indonesia. Idealnya, gereja adalah salah satu lembaga yang berperan
dengan pemanfaatan sumber daya gereja, namun sumber daya tersebut dibiarkan
menjadi sumber daya yang menganggur (idle resources). Gereja yang sejahtera
adalah gereja yang mampu memenuhi kebutuhan jemaat dalam hal rohani dan
jasmani secara holistik. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa pemahaman
teknik kuesioner dan wawancara. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh
dan jemaat GBKP Tanjung Beringin memiliki idle resources yang dapat
iv
KATA PENGANTAR
“Soli Deo Gloria”, “Segala Sesuatu Untuk Kemuliaan Tuhan”. Karya ini
sehingga jemaat semakin merasakan Kasih Allah secara nyata. Segala puji syukur
untuk Sang Hidup yang telah memberikan kesempatan kepada Penulis untuk
jemaat di GBKP Tanjung Beringin. Penulis bersyukur untuk jemaat GBKP Tanjung
Beringin yang telah membuka mata penulis akan realita kehidupan secara holistik.
Penulis juga berterimakasih kepada jemaat atas dukungan dan doa untuk dapat
Tesis ini adalah salah satu bentuk ucapan syukur Penulis akan Kasih Setia
Allah yang senantiasa melimpah dalam hidup penulis. Terimakasih kepada Dr.
Andreanyta Meliala, Ph.D. yang telah menjadi perpanjangan tangan Tuhan untuk
mendukung perjalanan studi ini. Kalian tokoh inspirator utama dalam hidup penulis.
Terimakasih untuk Mamak dan Bapak yang meyakinkan Penulis untuk menjalani
proses ini. Terimakasih juga untuk BPMK Klasis Munte, dan BPMR Tanjung
Beringin untuk dukungan akan studi dan proses penulisan tesis ini.
Penulis sangat bersyukur bertemu dengan ibu Dr. Murti Lestari, M.Si.
sebagai dosen pembimbing dalam penyelesaian tesis ini. Dedikasi dan semangat ibu
sangat menginspirasi bagi penulis. Kiranya berkat Tuhan semakin melimpah untuk
proses ini, dukungan kalian adalah semangat bagi penulis. Setiap proses bersama
v
kalian mendewasakan dan membuka wawasan penulis, sungguh menginspirasi. Ayo
kita sama-sama berjuang untuk lulus bersama. Tuhan Yesus sumber kekuatan dan
pengetahuan kita.
Takkan dimulai langkah awal dalam semua proses ini tanpa dukungan
belahan jiwaku, Sojifa Perangin-angin, SE. Suami sekaligus sahabat bagiku, yang
selalu mengerti dan mendukung proses ini bersama buah hatiku, Blinkel-ku, harapan
telah mendukungku dengan hebat. Kupercaya perjuangan kita tak sia-sia. Love u full.
Terakhir, karya ini adalah bentuk apresiasi untuk diri sendiri yang mau berproses dan
menerima tantangan. Terima kasih sudah kuat dan sehat sejauh ini,tetaplah menjadi
pejuang tangguh. Kiranya Tuhan senantiasa berkenan untuk memakai hidup ini untuk
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
PERNYATAAN KEASLIAN ii
ABSTRAK iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR TABEL x
BAB I : PENDAHULUAN 1
B. Identifikasi Masalah 6
D. Rumusan Masalah 7
E. Tujuan Penelitian 7
A. Kajian Teori 9
C. Kerangka Teoritis 25
D. Pertanyaan Penelitian 27
E. Keabsahan Data 31
C. Pembahasan 92
A. Kesimpulan 107
B. Implikasi 108
C. Saran 109
LAMPIRAN 116
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.38. Alasan Tidak Ada Peluang Menanam Lebih Dari Satu 81
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
dalam hal ini. Ludji (2020:91) mengatakan bahwa pemberdayaan ekonomi menjadi
yang klasik dihadapi oleh gereja sehingga gereja mampu bertahan dalam terjangan
ekonomi secara nasional maupun global. Selain itu pemberdayaan yang dilakukan
gereja juga meningkatkan daya tahan masyarakat untuk mencapai taraf kesejahteraan
berkelanjutan; ini adalah tanggung jawab gereja untuk menjadi “gereja bersama
yang sedang bekerja (Yeremia 29:7): “Usahakanlah kesejahteraan kota kem mana
kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepda Tuhan sebab kesejahteraannya
jemaat, tidak hanya segi rohaniah saja, dengan alasan “perut kosong tidak memiliki
1
telinga”. Artinya bahwa kesejahteraan rohani seseorang sangat dipengaruhi oleh
negara dan gereja mengingat bahwa persoalan kemiskinan menjadi persoalan yang
serius di Indonesia. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Indikator
perbulan yang di bawah garis kemiskinan maka BPS memperoleh data dua tahun
Kesejahteraan Rakyat (2021: 127) tercatat pada tahun 2020 jumlah penduduk miskin
mencapai 26, 42 juta jiwa atau sekitar 9,78%, dan di tahun 2021 penduduk miskin
melonjak menjadi 27,54 juta jiwa atau sekitar 10,14 %. Bila dilihat berdasarkan
daerah tempat tinggal, wilayah pedesaan paling banyak dihuni oleh penduduk
miskin, dengan jumlah kemiskinan di pedesaan 13,10 persen atau sekitar 15,37 juta
didominasi di pulau Jawa dengan jumlah 14,75 juta jiwa diikuti oleh pulau Sumatera
Kemiskinan itu sendiri dipengaruhi oleh banyak hal yang tidak bisa
dari dua teori yaitu: Teori prilaku individu, meyakini bahwa sikap individu yang
2
tidak produktif mengakibatkan lahirnya kemiskinan; sementara teori struktural
miskin oleh kelompok kapitalis. Dalam sudut pandang yang lain Ragnar Nurkse,
mempengaruhi satu sama lain sehingga menimbulkan keadaan dimana negara itu
tetap miskin dan akan mengalami kesukaran untuk mencapai tingkat pembangunan
yang lebih tinggi. Istilah yang dikenal dalam teori ini yaitu “a poor country is poor
oleh Ragnar Nurske dalam Damanhuri (2010:19) dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabungan Tabungan
rendah rendah
Pendapatan Pendapatan
rendah rendah
Produktivitas
rendah
3
Salah satu solusi untuk memutus lingkaran setan di atas menurut Nurske adalah
kekuatan kepada orang yang belum mempunyai kemandirian dalam hal ekonomi.
(2011:viii) sumber daya yang menganggur bukanlah sekedar sumber daya yang tidak
digunakan melainkan juga sumber daya yang tidak optimal. Sumber daya yang
menganggur dapat saja berupa sumber daya alam seperti tanah, air, bangunan, dll;
dan juga dapat berupa sumber daya manusia (tenaga kerja, skill) yang belum
mengoptimalkannya.
memiliki beberapa idle resources. Idle resources yang dimaksudkan adalah sumber
daya yang menganggur atau belum dipergunakan secara optimal dan menghasilkan.
4
Secara makro GBKP Tanjung Beringin memiliki idle resources dalam bentuk lahan
kosong dan gedung di areal pertapakan gereja yang belum dimanfaatkan dengan
optimal. Secara mikro jemaat memiliki idle resources dalam bentuk waktu, tenaga
kerja, lahan pertanian dan pekarangan kosong. Lahan pertanian yang luas dominan
ditanami jagung yang dipanen dalam jangka waktu 5 bulan. Metode pertanian jagung
jagung. Hal ini juga berimbas dalam finansial gereja yang cenderung mengalami
kesulitan dana dalam hal pembangunan dan peningkatan kualitas pelayanan. Idle
resources yang dimiliki gereja secara makro dan jemaat secara mikro diduga
GBKP Tanjung beringin secara makro dan mikro terhadap permberdayaan ekonomi.
Di samping itu penelitian ini juga bermaksud untuk melihat peluang gereja untuk
resources. Melaui cara inilah gereja mempersiapkan jemaat memiliki mental yang
berdaya dan memberanikan diri untuk mengembangkan potensi yang ada pada
B. Identifikasi Masalah
sumber daya yang ada secara optimal sehingga menjadi sumber daya yang
daya yang ada secara optimal untuk meningkatkan sumber keuangan gereja.
Agar penelitian ini lebih efektif, efisien dan dapat dikaji lebih mendalam maka
masalah penelitian ini sebatas kinerja potensi ekonomi jemaat. Untuk itu yang
menjadi fokus penelitian ini adalah kinerja potensi ekonomi jemaat, sumber daya
6
yang dimiliki jemaat dan gereja GBKP Tanjung Beringin serta hasil usaha yang
dilakukan jemaat. Dengan meneliti akan hal tersebut maka penulis dapat menganalisa
kesejahteraan masyarakat.
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
pelayanan gereja.
7
F. Manfaat Hasil Penelitian
2. Bagi jemaat, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi jemaat dalam
yang ada.
ekonomi jemaat. Bagi gereja lokal GBKP Tanjung Beringin, penelitian ini akan
penelitian ini akan menjadi pilot project pelayanan gereja dalam memberdayakan
ekonomi jemaat untuk kemudian dapat dijadikan acuan dalam sesuai dengan
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
Sesuai dengan latar belakang atau tujuan yang telah diuraikan dalam bab I maka
diperlukan landasan literatur yang memberi gambaran berpikir. Bab ini menjabarkan
resources.
Secara etimologis pemberayaan berasal dari kata “daya” yang berarti kekuatan
menuju berdaya, memiliki kekuatan atau kemampuan. Dilihat dari arti katanya
yang bisa saja diakibatkan oleh kondisi internal (persepsi mereka sendiri) maupun
oleh kondisi eksternal (keadaan di luar dirinya). Miradj dan Shofwan (2021:16)
menunjukkan pada suatu tindakan nyata yang harus dilakukan secara bertahap untuk
dapat mengubah kondisi masyarakat yang lemah baik dari aspek pengetahuah, sikap,
kesejahteraan.
dalam jangka waktu pendek karena hal ini merupakan proses investasi untuk
ketidaberdayaannya.
yakni:
2. Pendampingan berkelanjutan
dan pendukungan.
Sulistiyani dalam Miradj dan Shofwan (2021: 20) menyatakan bahwa ada
yaitu:
berlangsung baik, penuh dengan semangat dan berjalan efektif jika tahap
penting yang dilakukan oleh gereja. Secara alkitabiah, Mastra (2019:68) menekankan
pemilihan Tuhan terhadap keberadaan diri selaku orang Kristen yang disertai amanat
Yohanes 15:16, “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu.
Dan aku akan menetapkan kamu supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan
buahmu itu tetap. Supaya apa yang kamu minta di dalam nama-Ku diberikanNya
kepadamu.”. Amanat Yesus ini adalah sebuah panggilan untuk menjadi berkat
pertama: menjadi saksi karena buah dikenal dari pohonnya; kedua: buah tersebut
12
menjadi berkat karena dagingnya bisa dimakan, ketiga: biji dari buah tersebut dapat
ditanam bijinya dalam arti membawa jiwa baru ke dalam Tuhan. Dengan demikian
penulis melihat pemahaman Mastra mengacu pada panggilan untuk berdaya dan
memberdayakan. Berdaya secara ekonomi adalah salah satu wujud dari amanat
gereja dipanggil mandiri dalam hal ekonomi secara organisasi untuk kemudian
untuk mencukupi kebutuhan dirinya sendiri dan juga untuk berbagi dengan orang
lain. Mastra (2019:73) meyakini bahwa orang Kristen tidak seharusnya tetap tinggal
“kapitalis” dalam arti orang yang senantiasa mengembangkan modal, seperti dalam
objek (penyalur berkat: tergantung pada yang di luar gereja) melainkan gereja
harusnya menjadi subjek (sumber berkat). Artinya bahwa selama ini gereja
menganggap gereja selalu perlu dibantu dalam hal dana, saatnya gerejas bergerak
uang dalam bentuk pelayanan-pelayanan. Perolehan akan hal ini harus didasari
Kristen Indonesia melalui gereja karena dengan demikianlah maka kondisi gereja di
Indonesia akan menjadi lebih baik. Dengan sangat realistis, Mastra (2019:80)
mengakui bahwa memang uang sangat besar godaannya sehingga bisa saja
jemaat kepada gereja, ketergantungan gereja pada pertolongan dana dari luar dan
memungkinkan gereja bertumbuh menjadi berkat bagi masyarakat sekitarnya. Hal ini
tentu saja berbeda dengan teologi kemakmuran yang hanya berorientasi pada
kemakmuran diri sendiri, sementara teologi berkat lebih kepada pemberdayaan untuk
dapat memberdayakan orang lain. Penulis sependapat dengan apa yang dikatakan
menjadi tanggung jawab pemerintah dan gereja, maka ada beberapa upaya yang
Menurut Mauna Naga (2010:200) pendapatan adalah berupa sejumlah uang yang
diterima oleh sesorang atau lebih anggota keluarga dari jerih payah kerjanya.
15
iii. Peningkatan taraf pendidikan dan derajat kesehatan serta akses ke dalam
Sumber daya ekonomi adalah segala sumber daya yang dimiliki berupa barang
atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia, baik yang berasal dari sumber
daya alam maupun sumber daya manusia yang dapat memberikan keuntungan
daya tersebut lebih optimal dan produktif maka dibutuhkan pengelolaan sehingga
kerja sedemikian rupa sehingga: tujuan usaha tercapai efektif dan efisien, tujuan
dan dilayani dengan baik. Artinya dengan pengelolaan sumber daya manusia
maka manusia yang ada di dalamnya akan mengeluarkan versi terbaik dalam
kinerjanya sehingga akan memuaskan tujuannya untuk bekerja. Hal iini tentu
daya. Sumber daya yang tidak dimanfaatkan dengan optimal disebut sebagai
langkah strategis untuk mengoptimalkan aset pemerintah karena aset yang idle
hal peralatan dan pengangguran dalam hal tenaga kerja. Artinya, idle resources
tersebut dapat saja terjadi pada bentuk barang maupun jasa. Sumber daya yang tidak
digunakan sama sekali, tidak optimal penggunaannya atau tidak produktif disebut
sebagai sumber daya yang menganggur (idle resources). Sumber daya yang
menganggur jika dimanfaatkan akan menghasilkan nilai ekonomi. Berikut ini adalah
sumber daya yang seringkali tidak digunakan secara optimal (menganggur) yaitu:
a. Tenaga kerja
i. Pengangguran terbuka
Pengangguran jenis ini disebabkan oleh pertambahan tenaga kerja yang lebih
Pengangguran jenis ini disebabkan oleh tenaga kerja yang bekerja tidak
Pengangguran jenis ini disebabkan oleh penggunaan tenaga kerja yang lebih
karena nelayan dan petani bekerja mengikuti jalannya musim. Nelayan tidak
dapat bekerja jika arus air yang tinggi, petani tidak bisa bekerja di musim
18
kemarau karena tanah kering. Dalam musim yang demikian petani dan
v. Setengah menganggur
Pengangguran jenis ini terjadi ketika seseorang bekerja secara penuh, namun
b. Persediaan (Inventory)
Persediaan kerap kali menjadi sumber daya yang menganggur dalam sebuah
menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud dengan proses lebih lanjut dalam
hal ini adalah kegiatan peroduksi pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran
pada sistem distribusi, ataupun kegiatan konsumsi pada sistem rumah tangga.
Tidak hanya dalam bentuk barang atau alat-alat produksi, persediaan dalam
hal ini juga bisa dalam bentuk uang. Uang yang tidak dipergunakan secara
produktif menjadi sumber daya yang menganggur. Salah satu cara menjaga
satu upaya mengurangi penumpukan dana yang tidak produktif dan menganggur.
Untuk itu dalam perekonomian Islam dipahami bahwa dimana zakat diterapkan,
Menurut Jakaria, dkk (2021: 161) sumber daya ekonomi yang paling berperan
penting dalam pembangunan adalah sumber daya manusia dan sumber daya
alam. Jakaria, dkk (2021:162) mengatakan bahwa sumber daya manusia banyak
sumber daya alam adalah semua benda hidup atau mati yang ada secara alami
d. Waktu
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesa (1997) waktu adalah seluruh rangkaian
saat ketika proses, perbuatan atau keadaan berada atau berlangsung. Dalam hal
ini skala waktu merupakan interval antara dua buah kejadian, atau bisa
mulai adanya perhatian tentang pengelolaan waktu secara efektif dan efisien
untuk bisa mengontrol waktu yang dimiliki. Orang yang menghargai waktu yang
20
ada tentu tidak akan menyia-nyiakan waktu yang ada tetapi mempergunakan
waktu tersebut dengan baik untuk menghasilkan sesuatu yang berguna. Untuk itu
tertentu supaya target yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik.
Pengaturan waktu yang sedemikian rupa tentu harus memiliki komitmen dan
disiplin yang tinggi. Penggunaan waktu yang ada secara optimal tentu
Dengan melihat hal-hal apa saja yang berpotensi sebagai sumber daya yang
menganggur di atas, dapat dikatakan bahwa besar peluang bagi manusia untuk
memiliki sumber daya yang menganggur. Sumber daya yang menganggur tersebut
manusia.
resources.
21
Tabel 1.1. Hasil Penelitian Yang Relevan
24
Produksi dalam dan organiasi) yang tidak meninjau dari
Sistem melanggar ajaran Islam. sudut pandang
Ekonomi Islam Kristen dan
Metode berfokus pada
Penelitian: sumber daya
Kualitatif yang
menganggur.
Sumber: Pengumpulan Data
Pemberdayaan ekonomi ini dapat dilakukan oleh pemerintah maupun gereja. Hasil
untuk dilakukan adalah yang sesuai dengan konteks dan potensi tempat penelitian.
C. Kerangka Teoritis
- Mengacu pada teori lingkaran setan kemiskinan Nurske maka lingkaran setan
Biaya
operasional Gereja miskin
rendah
Pemberdayaan
ekonomi
Kolekte Jemaat
rendah miskin
Sumber: Nurske dalam Damanhuri (2010:19) dalam konteks GBKP Tanjung Beringin
25
Gambar di atas menunjukkan lingkaran setan kemiskinan di GBKP Tanjung
Beringin, yang mana rantai kemiskinan terpaut satu dengan yang lainnya dan
KONDISI
Jemaat belum Jemaat miskin
memanfaatka
AWAL (kurang
n idle
resources sejahtera)
idle resources
TINDAKAN Pemberdayaan
ekonomi Memanfaatkan
jemaat idle resources
JEMAAT SEJAHTERA,
KONDISI diduga melalui “X” dapat
AKHIR
meningkatkan “Y “bagi
Jemaat
Dari bagan di atas, maka dapat dimaknai bahwa kondisi awal jemaat yang belum
D. Pertanyaan Penelitian
Adapun upaya yang dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk memberikan
pemberdayaan ekononomi?
3. Apakah gereja dan jemaat di GBKP Tanjung Beringin memiliki idle resources
27
BAB III
METODE PENELITIAN
mengatakan bahwa penelitian jenis ini dimulai dengan asumsi dan penggunaan
permasalahan riset yang terkait dengan makna yang dikenakan oleh individu atau
kelompok pada suatu permasalahan sosial atau manusia. Artinya penulis mencoba
ekonomi jemaat. Penelitian ini bersifat partisipatoris karena penulis terlibat langsung
mengatakan bahwa jenis penelitian ini sebagai strategi transformasi sosial yang
menekankan pada keterlibatan masyarakat, rasa ikut memiliki program dan analisis
problem sosial yang berbasis masyarakat. Penelitian ini didasarkan pada pengalaman
dunia dengan melaksanakan perubahan. Menurut Kemmis dan Taggart dalam buku
demikian penulis melihat bahwa penilitian partisipatoris ini sangat relevan dengan
tujuan dari penelitian ini. Peneliti sendiri sebagai pelaku kegiatan tani dan ternak di
28
desa ini sehingga kegiatan ini dirasakan sendiri oleh penulis dan dapat dijadikan
Adapun gereja ini adalah tempat penulis melayani dan berjemaat pada saat penelitian
ini dilakukan, untuk itu waktu penulitian dilakukan penulis selama proses penulisan
Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah jemaat GBKP Tanjung
Beringin, dokumen GBKP Tanjung Beringin terkait dengan dinamika program dan
Selanjutnya, yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah kinerja potensi ekonomi
Adapun teknik dan instrumen pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis
mengenai dinamika kinerja jemaat beserta penghasilannya dan peluang yang dapat
Untuk mencapai tujuan yang sudah diuraikan pada bagian terdahulu, peneliti
a. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diterbitkan oleh lembaga penerbitan. Dalam
penelitian ini data sekunder yang akan dianalisis antara lain data terbitan Badan
Pusat Statistik tentang gambaran ekonomi Kabupaten Karo, data dan arsip dari
Sinode tentang pemanfaatan sumber daya yang dimiliki Gereja, serta data-data
b. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil langsung dari objek penelitian.
Dalam hal ini data primer yang akan dianalisa adalah arsip Gereja, persepsi
Populasi data primer dalam penelitian ini adalah seluruh Jemaat GBKP
c. Review Literatur
E. Keabsahan Data
Penelitian ini tidak menggali sebuah persepsi dan pendapat sehingga tidak
membutuhkan uji validitas. Karena penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif maka
tidak membutuhkan triangulasi sumber data. Adapun literatur yang ada digunakan
Adapun teknik analisa data yang dilakukan penulis adalah dengan menganalisa
kinerja potensi ekonomi jemaat, analisa sumber daya yang dimiliki dan analisa
usaha jemaat untuk dapat memperoleh data yang baku dan akurat. Hasil dari analisa
data akan menjadi sebuah kesimpulan tentang dinamika kehidupan jemaat serta
1. Statistik Deskriptif, data yang diperoleh terkait profil GBKP Tanjung Beringin
pemberdayaan ekonomi.
bergereja.
32
BAB IV
ANALISIS DATA
dianalisa mengenai kinerja potensi ekonomi jemaat dan peran gereja dalam
meliputi:
Beringin.
3. Pembahasan, terkait dengan hubungan ketiganya: data primer, data sekunder dan
dalam Musyawarah Warga Sidi Jemaat setiap tahunnya, Garis Besar Pelayanan
(GBKP), Tata Gereja GBKP, Konfesi GBKP dan data-data lainnya yang diterbitkan
GBKP Majelis Jemaat Tanjug Beringin merupakan salah satu gereja GBKP yang
tersebar di pulau Sumatera bagian Utara. Gereja ini mulai berdiri menjadi bakal
jemaat sejak tahun 1968 yang mana 10 orang pertama dibaptis dengan mengangkat 1
33
orang majelis jemaat. Awalnya gereja ini berada dalam bimbingan GBKP Munte di
desa Munte. Berdasarkan wawancara penulis dengan Tarigan (72 tahun) pada tanggal
11 Oktober 2022, pukul 11 WIB, beliau mengatakan bahwa pada masa itu jemaat
melakukan kebaktian dan aktivitas gereja di rumah Pt. Bp. Arak Sinuraya. Seiring
dengan berjalannya waktu, gereja ini mandiri menjadi Majelis Jemaat (Runggun)
pada tahun 1980 dengan jumlah jemaat 25 KK bersamaan dengan jumlah Majelis 3
orang bersamaan dengan bakal jemaat di desa tetangga, yaitu Biak Nampe dan Buluh
Naman. Pada masa itu Bp. Luter Sembiring dan Drs. Rengam Tarigan menghibahkan
lahannya seluas 9500 m² menjadi tanah pertapakan gereja. GBKP Tanjung Beringin
bangunan setengah beton di tahun 1984. Lalu kemudian di tahun 1988 Drs Rengam
bersama swadaya jemaat. Pada saat itu jumlah jemaat sudah bertambah menjadi 74
KK . Pada masa itu, GBKP Tanjung Beringin dilayani oleh 6 orang Majelis Jemaat.
bersamaan dengan rumah dinas pendeta permanen berlantai keramik seluas 1800 ².
Bersamaan dengan hal itu, seorang pendeta yang bernama Pdt. Mehamat Wijaya
34
memiliki bangunan Gedung sekolah minggu seluas 320 m², gudang seluas 160 m²
GBKP dibagi menjadi 4 sektor, dan secara keseluruhan dilayani oleh Pdt. Rasmalem
Br Ginting bersama dengan 12 Majelis Jemaat yang aktif dan 3 orang Majelis Jemaat
Tanjung Beringin
Misi 1. Turut serta dalam karya penyelamatan Allah di dan bagi dunia
dengan melaksanakan persekutuan, kesaksian dan pelayanan.
2. Menumbuhkembangkan spiritualitas jemaat berbasis Alkitab
3. Menegakkan keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan Allah
4. Memperkuat semangat gotong royong antar sesama jemaat dan
masyarakat
5. Menggali dan menumbuhkembangkan potensi jemaat
Tata Nilai 5K: Kasih, Kejujuran, Keugaharian, Kekerabatan, Kesetiaan.
Strategi “Inovasi Yang Menjadi Berkat”, dengan cara mewujudkan program
pelayanan yang mengandung gerakan inovatif guna meningkatkan
spiritualitas dan partisipasi jemaat.
Sumber: Tata Gereja dan Garis Besar Pelayanan Gereja GBKP
35
Melalui tabel di atas tampak bahwa rumusan rencana strategis yang dituangkan
inovasi tersebut adalah pemberdayaan ekonomi yang menjadi salah satunya, namun
menurut hemat penulis pemberdayaan ekonomi jemaat adalah salah satu wujud
inovasi pelayanan. Realisasi visi, misi, nilai, dan strategi utama GBKP di atas
diwujudkan oleh GBKP Tanjung Beringin dalam Bentuk Program Kerja sebagai
berikut:
36
Melalui tabel di atas tampak bahwa GBKP Tanjung Beringin belum secara spesifik
perhatian khusus.
Tanjung Beringin
November 2022 pukul 15.00 WIB, berdasarkan sejarahnya GBKP merupakan agama
Kristen pertama setelah Islam dan agama Pemena di desa Tanjung Beringin. Agama
pemena adalah agama yang dianut oleh masyarakat Karo yang percaya pada
animisme. Sebagai gereja yang berlatar belakang gereja berbudaya Karo, GBKP
memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat Tanjung Beringin. Dapat dikatakan
bahwa sejak awal penginjilan di tahun 1968 tersebut perkembangan gereja GBKP
Tanjung Beringin cukup pesat. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Elsi
Ginting sebagai Sekretaris desa Tanjung Beringin pada tanggal 18 November 2022
pukul 10.00 WIB ditemukan bahwa jumlah masyarakat desa Tanjung Beringin
adalah 250 KK dengan jumlah 719 jiwa. Selanjutnya, 115 KK adalah warga GBKP,
113 KK adalah Islam, dan 22 KK di antaranya adalah GpdI dan GKMI. Artinya
bahwa kini warga GBKP merupakan agama mayoritas di desa ini walaupun
kemudian GBKP hadir setelah Islam. Hal ini menunjukkan bahwa eksistensi GBKP
37
Secara organisasi, GBKP menghargai adat istiadat dan budaya Karo.
Berdasarkan nama Gereja Batak Karo Protestan, tampak bahwa peranan budaya Karo
mengambil peranan penting dalam kehidupan bergereja. Hal ini terlihat nyata dalam
penggunaan bahasa daerah Karo dalam setiap kegiatan gerejawi. Lagu-lagu dalam
kebaktian juga dibukukan dalam bahasa Karo. Selain itu, segala sesuatu mengenai
dalam Sidang Runggun. Di dalam Tata Gereja GBKP Bab XI Tentang Perkawinan
dilarang adat tidak dapat diberkati di GBKP”. Hal ini mengindikasikan bahwa warga
jemaat juga wajib hidup dan mematuhi adat dan istiadat budaya Karo. Namun
demikian, dalam konfesi GBKP dirumuskan bahwa gereja juga bersikap kritis
terhadap budaya Karo. Artinya, budaya yang tidak sesuai dengan landasan alkitabiah
harus ditinggalkan di dalam gereja. Peran gereja yang sangat terbuka terhadap adat
Sebagai gereja suku yang menghargai budaya Karo, GBKP tidak bisa dipisahkan
dari adat istiadat Karo. Artinya peran gereja dalam peradatan dan budaya di desa
penyuluhan kesehatan, gotong royong, dan kegiatan lainnya. Pihak gereja juga sering
dengan masyarakat dan gereja cukup dihargai. Dapat dikatakan bahwa sejauh ini
hubungan gereja dan masyarakat cukup baik dan tidak pernah ada konflik antar
dilakukan di Balai Desa untuk acara suka ataupun duka. Gereja GBKP juga
kebudayaan. Sebagai bentuk toleransi antara agama, jika ada warga GBKP yang
melakukan acara adat di Balai Desa maka biasanya yang bersangkutan tidak
menghidangkan menu makanan dalam bentuk daging babi. Artinya di Balai Desa
tidak boleh menyajikan babi sebagai bentuk toleransi antar umat beragama. Hal ini
Kini GBKP adalah agama mayoritas di desa Tanjung Beringin. Selain GBKP di
desa ini juga berkembang agama Islam dan Gereja Protestan di Indonesia (GPdI),
serta Gereja Kristen Muria Indonesia (GKMI) yang sedang dalam masa perintisan.
Adapun yang menjadi warga jemaat GBKP Desa Tanjung Beringin adalah warga
desa Tanjung Beringin yang hidup dengan Budaya Karo asli. Sebagian kecil jemaat
suku Batak Toba dan Jawa menjadi anggota jemaat karena menikah dengan orang
Karo asli di desa ini. Yang tergolong dalam kategori jemaat adalah anak-anak, kaum
bapa, kaum ibu dan juga usia lanjut. Kini berdasarkan data statistik GBKP Tanjung
Beringin dalam Sistem Informasi Anggota Jemaat (SIAJ) GBKP terdaftar GBKP
Tanjung Beringin memiliki 115 KK dengan anggota jemaat 367 orang dengan
39
jumlah anak-anak sebanyak 82 orang, usia lanjut 54 orang dan usia produktif
sebanyak 231 orang. Yang dikategorikan usia produktif menurut Badan Pusat
2022). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa jemaat dalam usia produktif adalah
jemaat mayoritas di GBKP Tanjung Beringin ditinjau dari segi usia. Untuk melihat
Dengan melihat tabel di atas tampak bahwa perkembangan jumlah jemaat di GBKP
Tanjung Beringin stabil meningkat setiap tahun. Angka kematian dan pindah ke luar
cukup rendah. Umumnya jemaat yang pindah keluar adalah jemaat yang pindah
domisili dari desa Tanjung Beringin. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
pertumbuhan jumlah jemaat di Tanjung Beringin cukup signifikan dilihat dari awal
40
5. Kondisi Keuangan GBKP Tanjung Beringin
Secara makro GBKP Tanjung Beringin dikatakan mandiri dalam hal dana hanya
terkait biaya operasional aktivitas rutin gereja. Adapun sumber pemasukan keuangan
gereja, persembahan pesta panen, persembahan ekstra untuk kas gereja. dan
ini penulis memetakan dinamika pendapatan dan pengeluaran gereja dalam kurun
Mengacu pada program yang dilaksanakan gereja pada tabel 1 tampak bahwa gereja
hanya mengalokasikan dana untuk biaya operasional (kegiatan rutin) semata. Namun
tampak bahwa di tahun 2018 dan 2019 kondisi keuangan gereja mengalami
kekurangan. Di tahun 2020 terjadi peningkatan sisa saldo tahunan karena dilakukan
penekanan program kerja untuk mengurangi pengeluaran sehingga sisa saldo 2020
menjadi surplus. Sisa saldo 2020 menjadi saldo awal 2021 sehingga di tahun 2021
41
juga terdapat sisa saldo. Artinya jika tanpa sisa saldo 2020, maka saldo 2021 hanya
Tanjung Beringin hanya dapat membiayai kegiatan rutin gereja. Berdasarkan rentan
waktu 2020-2022 tampak bahwa saldo akhir kas gereja berada di atas angka 20 juta
rupiah. Hal ini mengindikasikan bahwa gereja hanya membiayai program rutin
kegiatan gerejawi saja, tanpa ada sebuah inovasi untuk pengembangan jemaat.
lahan gereja dihibahkan oleh dua orang jemaat yang memiliki lahan. Artinya bahwa
gereja tidak membeli tanah tersebut dengan uang yang dimiliki gereja. Demikian
selanjutnya, pembangunan gedung gereja dan rumah dinas pendeta juga diprakarsai
oleh satu orang jemaat yang tinggal di luar desa Tanjung Beringin yaitu Drs. Rengam
Tarigan dengan swadaya jemaat seadanya. Demikian juga dengan pengadaan alat-
mencari donatur untuk memenuhinya. Bahkan hingga kini GBKP Tanjung Beringin
sedang berada dalam proses penyediaan alat musik dan renovasi gedung Sekolah
Minggu dengan mengandalkan swadaya jemaat dan donatur dari luar gereja GBKP
Tanjung Beringin. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa secara makro GBKP
karena cenderung mengandalkan donatur. Bahkan masih ada lahan gereja yang
Satu-satunya unit usaha yang dimiliki oleh GBKP Tanjung Beringin adalah
penyewaan alat- alat piring. Alat-alat piring yang tersedia adalah piring, gelas, teko,
42
sendok, mangkuk untuk cuci tangan, baskom besar, ember besar, ember kecil, kuali,
dan tikar. Alat-alat ini biasanya disewakan untuk pesta adat yang dilaksanakan di
desa Tanjung Beringin. Namun keuntungan dari penyewaan alat-alat piring ini tidak
keuangan tahunan alat-alat piring, saldo yang dimiliki dalam jumlah hanya ratusan
ribu sementara hampir semua dari alat-alat piring ini sudah tidak layak pakai dan
perlu diganti dengan alat baru. Artinya bahwa pengelolaan alat piring ini sama sekali
tidak optimal dan tidak menghasilkan bagi kebutuhan dana GBKP Tanjung Beringin.
kebutuhan gereja karena belum memiliki dana yang memadai. Yang pertama, GBKP
Tanjung Beringin sangat membutuhkan peralatan sound system dan alat musik untuk
mendukung kelangsungan ibadah di gereja. Hal ini sudah direncanakan dalam kurun
waktu satu tahun dan belum terlaksana sampai sekarang. Yang kedua, gedung
sekolah minggu tidak lagi memadai karena hanya ada satu bangunan kosong,
sementara anak Sekolah Minggu idealnya dibagi menjadi 3 kelas (Anak Kecil,
Penyediaan bangunan ini juga menjadi pergumulan karena terkendala dana. Yang
ketiga, Anggota Jemaat yang sudah usia lanjut membutuhkan lahan dan bangunan
khusus untuk dijadikan tempat ibadah setiap minggunya mengingat bahwa jemaat
yang sudah usia lanjut tidak sanggup lagi datang ke gereja yang memiliki jalan
bertangga dan relatif jauh dari pemukiman penduduk. Kebutuhan jemaat usia lanjut
adalah supaya gedung gereja dibangun dekat dengan pemukiman penduduk dengan
43
desain ramah usia lanjut sehingga memudahkan usia lanjut untuk datang ke gereja.
Selama ini usia lanjut menumpang di rumah Drs. Rengam Tarigan untuk pelaksanaan
ibadah. Penyediaan bangunan gereja untuk saitun ini juga terkendala karena
kekurangan dana. Yang Keempat, GBKP Tanjung Beringin memiliki usaha dana
dengan menyewakan alat piring namun kini alat-alat tersebut tidak lagi layak untuk
penyewaan kas piring, hal ini merugikan karena harga sewa yang rendah. Namun
gereja bergumul untuk menaikkan harga sewa karena barang-barang yang disewakan
sepertinya tidak layak jika dinaikkan harganya. Penggantian alat piring ini juga
Dapat dikatakan bahwa masih banyak kebutuhan gereja yang belum terpenuhi
karena ketersediaan dana yang tidak memadai. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa GBKP Tanjung Beringin belum sejahtera secara makro. Praktek pemenuhan
gereja yang dilakukan selama ini adalah dengan menggalang dana dari jemaat dan
mencari dana dari donatur. Kini gereja bergumul jangan-jangan jemaat mulai tidak
dalam rumah tangganya juga ada. Meminta kepada donatur tampaknya mulai
tahun 1992 hingga kini tetap saja meminta dana kepada donatur. Pada akhirnya,
ketersediaan dana di GBKP Tanjung Beringin kemudian menjadi hal yang krusial
mengingat banyaknya kebutuhan gereja yang belum terpenuhi. Artinya jika ditinjau
44
dari pendapatan, kestabilan ekonomi dan ketersediaan jasa, GBKP Tanjung Beringin
Jika ditinjau secara mikro, jemat di GBKP Tanjung Beringin mengais rejeki
dengan bertani dan ternak. Berdasarkan data statistik jemaat tahun 2021, hanya 6
orang diantaranya yang memiliki pekerjaan sebagai pegawai negeri, 2 orang sebagai
tenaga honor di TK dan SMP; 12 orang sebagai pengusaha kilang jagung, pupuk,
atau toko kelontong dan kedai kopi; 6 orang bekerja sebagai wiraswasta.
wiraswasta masih mengelola pertanian dan peternakan juga. Secara umum jemaat
GBKP Tanjung Beringin bertani jagung yang dikerjakan dengan pupuk dan obat-
obatan kimia sehingga cara kerjanya lebih praktis. Variasi profesi dan pendapatan
pemasukan jemaat yang signifikan adalah musiman, yaitu di waktu masa panen
lapangan, banyak diantara jemaat mengeluh dalam hal finansial sebelum atau
sesudah musim panen. Lapangan kerja hanya tersedia di musim tanam dan musim
panen jagung sehingga di masa penantian sudah mulai terasa kekeringan dalam hal
finansial.
Sebagian besar jemaat bertani dengan menyewa lahan dari pihak tertentu.
Hanya sebagian kecil jemaat yang memiliki lahan untuk disewakan. Dalam tradisi
Karo, pemilik desa Tanjung Beringin adalah marga Tarigan, secara otomatis
beberapa dari mereka memiliki ladang yang luas untuk disewakan. Untuk anggota
45
jemaat GBKP dapat dihitung dengan jari jumlah jemaat yang memiliki ladang untuk
disewakan. Di sisi lain banyak juga di antara jemaat juga bekerja sebagai buruh tani
dengan penghasilan Rp.80.000,- per harinya. Namun penting untuk diingat bahwa
lapangan kerja untuk para buruh tani ini mengingat pengerjaan tani kini dengan
lapangan menunjukkan bahwa biaya dan kebutuhan tani jagung umumnya dipinjam
kepada tengkulak jagung di desa Tanjung Beringin dengan jumlah bunga tertentu.
Pinjaman ini akan dipotong ketika hasil panen jagung dijual ke tengkulak. Tampak
bahwa hasil tani sebelumnya tidak mampu memenuhi pertanian di masa yang akan
datang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada beberapa jemaat yang
tani ini pun dengan membayar buruh yang uang pembayarannya sendiri juga dari
uang pinjaman. Pengerjaan kegiatan tani dengan tenaga buruh tentu memakan biaya
modal yang lebih tinggi sehingga bertumpuknya utang di tengkulak kemudian akan
beberapa jemaat juga yang tidak memiliki pekerjaan, namun beberapa juga di antara
mereka yang mengerjakan pekerjaan lain seperti merawat tanaman muda dan ternak.
Pada masa panen, warga jemaat cenderung memiliki uang dari sisa utang yang telah
46
dipotong dari hasil panen. Biasanya usai panen ini adalah masa di mana jemaat
merasa sejahtera, berbelanja, bahkan memakan makanan enak. Masa yang demikian
hanya berlangsung dalam satu bulan, setelah itu jemaat mulai lagi kekeringan dalam
hal uang. Jagung belum lagi ditanam, modal sudah habis, dan pinjaman dicari lagi.
tani walaupun sebenarnya memiliki bunga pinjaman yang cukup tinggi. Di samping
itu harga pupuk dan obat-obatan kimia yang melonjak tinggi dan menurunnya harga
jagung dalam tahun ini berdampak pada kerugian pertanian jemaat. Rata-rata
keuntungan panen musim ini tidak mampu mendanai tahap tanam selanjutnya.
pekerjaan dan keuangan dengan lebih baik sehingga musim “kering” di desa ini tidak
begitu dirasakan. Bagi kalangan jemaat yang berpendidikan sudah mampu melihat
kehidupan sedemikian rupa sehingga mampu mengelola waktu untuk bertani dan
melakukan usaha lainnya. Untuk kalangan yang relatif rendah pendidikannya justru
membelanjakan uang dengan lebih emosional dan kurang membuka peluang untuk
penghasilan baik itu tanaman muda atau ternak dan kegiatan lain sebagai sampingan.
Kemudian kedua tipe ini memiliki perbedaan dalam hal ekonomi sehingga
47
Ditinjau dari variable kualitatif, jemaat GBKP sudah mulai bisa mengakses
teknologi yang ada (khususnya android). Ironisnya, penggunaan teknologi ini masih
seakan-akan seperti candu karena mulai anak-anak sampai orang tua suka
kunjungan rumah tangga bahkan banyak anak-anak yang sibuk dengan handphone
pun ada beberapa dari mereka yang asyik scrolling saja. Tidak hanya itu, kaum bapa
juga suka menggunakan handphone untuk bermain game online. Permainan ini
menyita waktu yang panjang untuk tidak bekerja serta membutuhkan uang untuk
bagi jemaat, baik secara online maupun onsite. . Sudah menjadi sebuah hal yang
biasa bagi jemaat GBKP Tanjung Beringin untuk menghabiskan waktu di warung
Beberapa minggu yang lalu bahkan tempat mereka melakukan kegiatan judi digrebek
oleh polisi. Gaya hidup yang sedemikian tentu saja mempengaruhi kualitas
kehidupan jemaat dalam hal finansial. Budaya malas dan boros tampaknya hidup
dengan sangat subur di desa ini. Hal ini memicu bertahannya hidup di rumah
kontrakan karena belum memiliki biaya untuk membangun rumah sendiri. Beberapa
48
Melalui gambaran umum secara makro dan mikro di GBKP Tanjung
dikatakan miskin. Kemiskinan di gereja ini bersifat kultural karena dipengaruhi oleh
faktor budaya tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupan, malas, pemboros,
tidak kreatif meskipun ada bantuan dari pihak luar. Sementara itu ditinjau dari segi
pertanian dan peternakan. Tenaga kerja dan lahan masih tersisa, namun gereja ini
seakan terkungkung dalam kebiasaan semata tanpa melihat peluang untuk gereja
Dapat dikatakan bahwa seluruh aset di GBKP Tanjung Beringin tergolong dalam
kategori idle resources karena belum dimanfaatkan secara optimal, kecuali rumah
dinas pendeta. Adapun data aset yang dapat dikumpulkan penulis adalah sebagai
berikut:
49
Dengan melihat tabel di atas dapat dikatakan bahwa aset yang dimiliki oleh GBKP
Tanjung Beringin berupa bangunan dan lahan kosong ini dapat dikategorikan sebagai
sumber daya yang menganggur karena tidak dioptimalkan sama sekali. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa GBKP Tanjung Beringin secara makro memiliki
Secara mikro, jemaat juga memiliki sumber daya yang belum dimanfaatkan
rata-rata dalam hitungan hektare. Walupun lahan tersebut ada yang disewa dan
ada yang merupakan lahan sendiri, namun jemaat melakukan kegiatan pertanian
masih sangat minim jemaat melakukan tani jenis tanaman multivarian sehingga
merasakan kurangnya uang dan lapangan kerja menunggu masa panen jagun.
Lahan yang luas ini sangat potensial untuk ditanami berbagai jenis tanaman
Mengingat bahwa gaya bertani jagung masa kini di desa ini menggunakan
pupuk kimia dan herbisida, maka usai pengaplikasian pupuk tidak ada lagi
50
kegiatan. Hanya menunggu masa panen jagung. Hal ini memicu banyaknya
3. Halaman rumah
desa (termasuk jemaat GBKP) dan sama sekali tidak ditanami. Dengan demikian
Secara mikro dapat dilihat bahwa sumber daya masyarakat desa Tanjung Beringin
juga banyak yang menganggur. Lahan pertanian, halaman rumah dan tenaga kerja
yang belum optimal digunakan ini belum mendapat perhatian khusus untuk dapat
Gambaran dan persepsi jemaat adalah data primer yang diperoleh secara
mengisi satu kuesioner yang telah disediakan. Dalam proses pengisian kuesioner ini
51
penulis juga memiliki kesempatan untuk meminta jemaat memperjelas maksud
jawaban. Berikut ini adalah hasil pengumpulan data yang diperoleh penulis.
1. Data Responden
Dalam penelitian ini penulis berhasil mewawancarai sebanyak 111 kepala rumah
tangga dari 115 jumlah keseluruhan jemaat GBKP Tanjung Beringin dikarenakan 3
dalam Orang Dalam Gangguan Jiwa (ODGJ). Hal ini mengindikasikan bahwa secara
umum jemaat GBKP Tanjung Beringin berdomisili dan menetap di desa Tanjung
Beringin.
a. Jenis Kelamin
Karena data tersebut berdasarkan kepala rumah tangga, artinya bahwa 25 orang
jemaat GBKP Tanjung Beringin sudah janda. Di samping itu 2 orang laki-laki
55
b. Usia
Produktif menurut Badan Pusat Statistik adalah usia 15-64 tahun. Dengan
diberdayakan. Data usia kepala rumah tangga dalam penelitian ini adalah:
USIA JUMLAH %
≤36 17 15
36-45 22 20
46-55 27 24
56-64 23 21
≥64 22 20
Jumlah 111 100
Sumber: Data Primer
Data di atas menunjukkan bahwa mayoritas jemaat GBKP Tanjung Beringin adalah
usia produktif. Hal ini mengindikasikan banyak sumber daya manusia untuk bekerja
masih cukup tinggi di GBKP Tanjung Beringin. Dengan demikian potensi untuk
56
Tabel 4.9: Jumlah Anggota Keluarga
keluarga adalah yang sudah usia lanjut dan anaknya sudah menikah. Jika
57
Gambar 4.1 Jabatan Dalam Gereja
e. Pendidikan Terakhir
Tingkat pendidikan seseorang tentu mempengaruhi pola pikir dan pola kerja
58
Gambar 4.2. Pendidikan Terakhir Kepala Rumah Tangga
Data di atas menunjukkan bahwa sedikit sekali jemaat yang tamat SMA sampai
pada jenjang yang lebih rendah. Menurut Badan Pusat Statistik Indonesia
tersebut sampai tamat atau tidak, penulis tak mampu memperoleh informasi
sekolah. Namun ada sebuah sikap yang membudaya di masyarakat Karo seperti
59
f. Pekerjaan Kepala Rumah Tangga
pribadi yang berperan penting dalam kehidupan ekonomi keluarga. Berikut ini
pertanian.
g. Pekerjaan Isteri
ekonomi keluarga, karena isteri yang bekerja juga memiliki penghasilan sebagai
tambahan penghasilan kepala rumah tangga. Berikut ini data pekerjaan isteri:
60
Tabel 4.11. Pekerjaan Isteri
ekonomi karena hanya 1 orang yang bekerja sebagai ibu rumah tangga. Hal ini
Luas lahan usaha mempengaruhi produksi hasil panen dalam ranah pertanian.
Semakin luas lahan yang diusahai maka semakin tinggi pula peluang untuk
meningkatkan hasil panen. Berikut adalah data mengenai luas lahan usaha
memiliki luas lahan usaha 5.000 m²-20.000 m². Yang tidak ada lahan usaha
adalah jemaat yang sudah berusia lanjut. Hal ini mengindikasikan bahwa
i. Jenis Tanaman
yang hanya sejenis dan dipanen dalam waktu lama tentu menunda penghasilan
dan kemungkinan untuk mengalami kegagalan panen cukup tinggi. Berikut ini
adalah data jenis tanaman yang dimiliki jemaat GBKP Tanjung Beringin:
62
Tanaman padi menjadi jenis tanaman favorit di desa Tanjung Beringin karena
menjadi lebih santai. Sama halnya dengan tanamn kopi (terbanyak kedua),
jagung atau kopi banyak tersisa untuk tidak merawat tanaman karena jenis
tanaman ini tidak membutuhkan perawatan intens. Dengan melihat variasi jenis
menanam tanaman yang cara kerjanya praktis sehingga menyisakan waktu luang
menunggu hasil panen. Namun hal ini berimbas pada kondisi keuangan keluarga
dikarenakan usia tanam jagung adalah 5 bulan, dan masa panen kopi adalah 1-2
kali dalam setahun. Artinya, pendapatan jemaat umumnya 2 kali dalam setahun
diperoleh.
j. Jumlah Pendapatan
Karena pendapatan dianggap pada usai panen jagung, maka jemaat sedikit
63
Tabel 4.14. Jumlah Pendapatan
Mengacu pada hal tersebut maka hanya 3 keluarga yang dikategorikan berada
data di atas dapat dikatakan bahwa angka kemiskinan sangat minim di GBKP
Tanjung Beringin.
k. Jumlah Pengeluaran
64
Tabel 4.15. Jumlah Pengeluaran
pengeluaran tidak dapat demikian. Untuk itu dapat dikatakan bahwa kebanyakan
pihak lain sebelum masa panen jagung. Hal ini mengindikasikan bahwa
karena kebutuhan pokok dan kebutuhan anak sekolah wajib untuk dipenuhi.
ekonomi untuk sehingga kesejahteraan ekonomi dapat diwujudkan. Di bawah ini ada
beberapa elemen yang penting untuk dianalisa sebagai indikasi apakah jemaat
65
a. Kemampuan Penghasilan Jemaat Untuk Mencukupi Kebutuhan
Keuangan
kebutuhan keuangan:
No Jawaban Jumlah %
(Keluarga)
1 Mencukupi 48 43
2 Kurang mencukupi 63 57
JUMLAH 111 100
Sumber: Data Primer
jemaat berada di atas angka kemiskinan namun temuan ini menjadi indikasi
66
Tabel di atas menunjukkan bahwa jemaat mengakui kebutuhannya tercukupi
Untuk alasan “tidak mencukupi” dapat dilihat dari data di bawah ini:
keluarga.
dipenuhi untuk bertahan hidup. Berikut ini adalah data mengenai kemampuan
67
Tabel 4.19. Pemenuhan Kebutuhan Pokok
No Jawaban Jumlah %
1 Terpenuhi 61 55
2 Belum Terpenuhi 7 6
3 Kadang terpenuhi, kadang tidak terpenuhi 43 39
Jumlah 111 100
Sumber: Data primer
No Alasan Jumlah %
1 Kebutuhan pokok dari hasil tani 1 1
2 Tidak ada alasan 42 69
3 Dibantu anak 6 10
4 Kebutuhan sehari-hari 11 18
5 Makan di rumah orang tua 1 2
JUMLAH 61 100
Sumber: Data Primer
No Alasan Jumlah %
1 Kebutuhan harian dan anak sekolah 3 43
2 Keuangan 1 15
3 Tidak ada alasan 1 14
4 Pesta adat 1 14
5 Kebutuhan usaha mata pencaharian 1 14
JUMLAH 7 100
Sumber: Data Primer
68
pokoknya pun belum terpenuhi dengan baik. Menurut pengamatan penulis
bahwa yang dimaksudkan jemaat di sini terkadang untuk membeli beras dan
Penghasilan
upaya untuk memberdayakan ekonomi jemaat. Dalam hal ini ditemukan data
Kebutuhan Terhadap
Bantuan
17; 15%
Iya
94; 85% Tidak
69
Tabel 4.22. Jenis Bantuan Yang Dibutuhkan
No Jawaban Jumlah %
1 Usaha sampingan 4 3
2 Alat pertanian 1 1
3 Penyuluhan pertanian 3 2
4 Benih Jagung 30 23
5 Lahan 13 10
6 Pupuk 68 51
7 Anak babi 1 1
8 Pakan ternak 3 2
9 Pestisida 5 4
10 Layanan kesehatan 3 2
11 Ternak ayam 1 1
Jumlah 132 100
Sumber: Data primer
No Alasan Jumlah %
1 Bisa berusaha sendiri 1 6
2 Sudah tua 9 53
3 Tidak punya waktu 4 23
4 Masih ada yang lebih butuh 3 18
Jumlah 17 100
Sumber: Data primer
peternakan. Hal ini sesuai dengan pekerjaan dan konteks kegiatan ekonomi
alasan sudah tua mengindikasikan bahwa hampir semua jemaat yang masih
70
3. Kebutuhan Gereja Terhadap Pemberdayaan Ekonomi
untuk mewujudkan visi misinya. Pemahaman jemaat akan hal ini dibutuhkan
untuk memahami dinamika kehidupan gereja secara utuh. Data di bawah ini
25;
Iya
23%
Tidak
71; 64%
15; 13%
Tidak tahu
Data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar jemaat tidak memahami tentang
karena uang dibutuhkan untuk biaya operasional gereja. Dengan kata lain, gereja
yang tidak berdaya dalam hal ekonomi akan mengalami kendala dalam hal
pelayanan gereja. Berikut ini adalah temuan mengenai realisasi program gereja
No Jawaban Jumlah %
1 Pernah 11 10
2 Tidak pernah 44 40
3 Tidak tahu 56 50
4 Lainnya 0 0
Jumlah 111 100
Sumber: Data primer
jemaat akan realisasi program kerja terkait dengan keuangan gereja juga masih
relatif rendah.
72
Tabel 4.25. Contoh Kendala Program Akibat Kekurangan Uang
mengalami kendala terkait dengan program gereja dan pembangunan karena dana
tidak mencukupi walaupun hanya sedikit jemaat yang menyadari akan hal ini.
Secara spesifik, orang-orang yang menyadari akan kendala tersebut adalah orang
73
Jawaban bentuk usaha dana adalah sebagai berikut:
No Bentuk Jumlah %
1 Bazaar 3 75
2 Lelang-lelang 1 25
JUMLAH 4 100
Sumber: Data Primer
Data di atas menunjukkan bahwa sumber keuangan jemaat yang paling banyak
adalah dari kolekte, persepuluhan, ucapan syukur dan donatur. Hal ini
mengindikasikan bahwa belum ada upaya gereja untuk menghasilkan uang selain
dari pesembahan jemaat. Walaupun ada usaha dana gereja yang pernah dilakukan
gereja adalah dalam bentuk bazar dan lelang-lelang. Hal ini biasanya dilakukan
untuk mendorong gereja dan jemaat berdaya dalam hal ekonomi. Dengan
pelayanan yang relevan bagi jemaat. Dengan keberdayaan ekonomi jemaat tentu
dalam pelayanan gereja. Berikut ini adalah data yang menunjukkan program
74
Tabel 4.28. Program Untuk Memberdayakan Ekonomi Gereja dan Jemaat
No Jawaban Jumlah %
1 Sudah 17 15
2 Belum 43 39
3 Tidak tahu 51 46
4 Lainnya 0 0
Jumlah 111 100
Sumber: Data Primer
pemberdayaan ekonomi gereja dan jemaat masih sangat rendah karena masih
perhatian dan kesadaran jemaat terhadap pemberdayaan ekonomi. Selain itu data
No Bentuk Jumlah %
1 Bazaar 3 17
2 Lelang-lelang 3 18
3 Sekedar wacana 1 6
4 Tanpa alasan 1 6
5 Sewa piring 1 6
6 Penyuluhan Pupuk Organik Cair 5 29
7 Kolekte Ekstra 2 12
8 Mencari Donatur 1 6
JUMLAH 17 100
Sumber: Data Primer
keuangan gereja memadai untuk melakukan pelayanan gereja. Berikut ini adalah
No Jawaban Jumlah %
1 Perlu 54 48
2 Tidak perlu 3 3
3 Tidak tahu 54 49
4 Lainnya 0 0
Jumlah 111 100
Sumber: Data Primer
dana gereja menjadi sebuah kebutuhan untuk mendukung keuangan gereja masih
sangat rendah. Selain itu, jemaat yang sudah paham arti pentingnya usaha
mendukung keuangan gereja. Adapun usaha dana yang perlu dilakukan menurut
76
Tabel 4.31. Contoh Usaha Gereja Untuk Mendukung Keuangan
No Bentuk Jumlah %
1 Kelompok tani 1 2
2 Budidaya Lahan gereja dan kerajinan tangan 1 2
3 Bazar dan jualan 14 26
4 Alat tani dan ternak 1 2
5 Meningkatkan kolekte dan persepuluhan 1 2
6 Tidak mengisi alasan 7 13
7 Penyuluhan Pertanian 13 24
8 Lelang –lelang 2 4
9 Peternakan yang dikelola gereja 5 9
10 Subsidi pupuk dan modal usaha 3 5
11 UMKM 1 2
12 Gotong royong 1 2
13 Membuat POC 4 7
JUMLAH 54 100
Sumber: Data Primer
Tabel 4.32. Alasan “Gereja Tidak Perlu” Melakukan Usaha Untuk Mendukung
Keuangan
No Bentuk Jumlah %
1 Keuangan gereja stabil 1 33
2 Tanpa alasan 1 33
3 Itu Bukan tugas gereja 1 34
JUMLAH 3 100
Sumber: Data primer
77
jemaat mengenai pemberdayaan ekonomi menjadi salah satu tanggung jawab
potensi ekonomi yang dimiliki oleh jemaat. Pemanfaatan sumber daya yang tidak
optimal tentu menyebabkan sumber daya tersebut menjadi idle dan tidak
menghasilkan nilai ekonomi. Pada bagian ini, meneliti sejauh mana jemaat
memanfaatkan sumber daya yang ada oleh jemaat adalah sebuah upaya untuk
menggali apakah jemaat memiliki sumber daya yang menganggur atau tidak.
Berikut ini adalah elemen-elemen yang diteliti terkait dengan hal tersebut.
waktu panen juga lebih banyak. Jenis tanaman yang bervariasi menjadikan jemaat
tidak hanya bertumpu pada satu masa panen satu jenis tanaman saja. Tanaman
yang lebih dari satu menyebabkan banyaknya masa panen yang menghasilkan
uang dari lahan pertanian jemaat. Selain itu, menanam berbagai jenis tanaman
berarti memanfaatkan lahan pertanian secara optimal. Berikut ini adalah data
78
Tabel 4.33. Jumlah Jenis Tanaman
No Jawaban Jumlah %
1 Satu 25 23
2 Lebih dari satu 80 72
3 Lainnya (tidak ada) 5 4
4 Hanya Berternak 1 1
Jumlah 111 100
Sumber: Data Primer
Jemaat yang hanya menanam satu jenis tanaman menanam tanaman berikut:
Jemaat yang menanam tanaman lebih dari satu menanam tanaman berikut:
79
Data di atas menunjukkan bahwa mayoritas jemaat GBKP Tanjung Beringin
sudah menanam jenis tanaman yang lebih dari satu di lahan pertanian jemaat. Hal
dengan lebih optimal sudah mulai tumbuh. Namun demikian, tanaman yang
ditanam mayoritas adalah tanaman jagung dan tanaman kopi, yang proses
Meneliti peluang untuk menanam tanaman lebih dari satu di lahan pertanian
jemaat adalah upaya untuk mengetahui sejauh mana lahan pertanian jemaat masih
bisa dipotimalkan. Adanya peluang untuk menanam tanaman lebih dari satu
tanaman lebih dari satu berarti semakin tinggi pula potensi nilai ekonomi yang
dapat diperoleh di lahan pertanian jemaat tersebut. Berikut ini adalah data
No Jawaban Jumlah %
1 Ada 88 79
2 Tidak ada 22 20
3 Lainnya (tidak tahu) 1 1
Jumlah 111 100
Sumber: Data primer
80
Jemaat yang mengatakan “ada” memberikan contoh sebagai berikut:
Tabel 4.38. Alasan Tidak Ada Peluang Menanam Lebih Dari Satu
No Alasan Jumlah %
1. Sudah tua 4 18
2 Disewakan 2 9
3 Disewa 1 5
4 Tidak ada lahan 2 9
5 Tanpa alasan 6 27
7 Sudah penuh 7 32
Jumlah 22 100
Sumber: Data primer
bahwa masih banyak peluang untuk menanam tanaman lebih dari satu di lahan
pertanian jemaat. Artinya, masih banyak lahan pertanian jemaat yang belum
dimanfaatkan secara optimal (idle). Lebih jauh lagi, untuk contoh peluang
tanaman yang ditanam banyak yang mengatakan “tanaman muda”. Peluang untuk
81
menanam tanaman muda adalah peluang yang sangat baik bagi pertanian jemaat
masa panen tanaman muda paling lama seminggu sekali, atau bahkan ada yang 2
menanam sayuran dapat membantu kebutuhan dapur rumah tangga dan dapat
juga dipasarkan. Berikut ini adalah data pemanfaatan pekarangan rumah jemaat:
No Jawaban Jumlah %
1 Sudah 36 32
2 Belum 75 68
3 Lainnya 0 0
Jumlah 111 100
Sumber: Data Primer
berikut:
No Alasan Jumlah %
1 Lahan sempit 37 49
2 Tidak ada waktu 7 9
3 Tidak memungkinkan 2 3
4 Hama 1 1
5 Diganggu ayam 4 5
6 Sudah Tua 2 3
5 Tanpa alasan 2 3
6 Ditanam bunga 8 11
7 Malas 1 1
8 Tidak sanggup 1 1
9 Harus ditata 1 1
10 Masih menyewa 1 1
11 Tidak ada kerja sama keluarga 2 3
12 Ikut-ikutan 1 1
13 Tidak terurus 1 1
14 Terganggu 1 1
15 Sedang mempersiapkan bibit 1 1
16 Lahan tidak datar 1 1
17 Tidak tahu 1 1
Jumlah 74 100
Sumber: Data primer
menghasilkan uang sehingga menjadi idle resources. Alasan pada tabel 4.41 tidak
83
Walaupun mayoritas jawaban lahan sempit, tapi menurut pengamatan penulis
Namun menurut persepsi jemaat lahan yang memadai ditanami adalah yang
jemaat, namun kesadaran jemaat akan hal ini masih relatif rendah.
nilai ekonomi. Meneliti waktu luang adalah upaya untuk mengetahui sejauh mana
jemaat memiliki sumber daya waktu yang masih idle. Berikut ini adalah data
waktu luang yang dimiliki jemaat GBKP Tanjung Beringin usai melakukan
pekerjaan utama:
Memiliki
84
Gambar di atas mengindikasikan bahwa banyak waktu luang jemaat yang tersisa
Penggunaan waktu luang dengan hal-hal yang bermanfaat dan memiliki nilai
Berikut ini adalah data penggunaan waktu luang yang dimiliki oleh jemaat.
No Jawaban Jumlah
1 Tidur 24
2 Nongkrong di warung kopi 41
3 Ngobrol dengan keluarga 25
4 Membersihkan rumah dan pekarangan 37
5 Menonton TV 3
6 Membelah pinang 1
7 Menghadiri pesta 1
8 Memecah kemiri 1
9 Bertani 5
10 Bermacam-macam kegiatan 1
11 Makan Sirih 3
12 Berdagang 3
13 Menjual gorengan 1
14 Ngurus Anak 1
15 Berternak 3
Jumlah 150
Sumber: Data primer
Tabel di atas menunjukkan bahwa tidak masih banyak waktu luang yang
Nongkrong di warung kopi untuk santai dan mengobrol seperti sebuah kewajiban
85
dan pada akhirnya menyia-nyiakan waktu untuk hal yang tidak berguna. Dengan
bekerja sebagai PNS yang menggunakan waktu luang untuk bertani dan
berternak. Dengan demikian sumber daya waktu menjadi salah satu idle
f. Tabungan Jemaat
bahkan meningkatkan nilai mata uang yang ada. Menyimpan uang di rumah sama
di bank atau koperasi menambah nilai uang karena akan menghasilkan bunga
No Jawaban Jumlah
1 Punya 61
2 Tidak Punya 50
3 Lainnya 0
Jumlah 111
Sumber: Data primer
86
Tabel 4.44. Tempat Penyimpanan Tabungan
No Penyimpanan Jumlah
1 Bank 16
2 Credit Union 47
3 Celengan 4
5 Rumah 4
Jumlah 50
Sumber: Data primer
menyimpan uang di bank dan CU. Menurut pengakuan jemaat, walaupun mereka
Dapat dikatakan bahwa jemaat memanfaatkan uang untuk ditabung supaya bisa
disebut sebagai idle resources. Meneliti sejauh mana aset jemaat yang belum
87
Tabel 4.45. Aset Yang Belum Dimanfaatkan
No Jawaban Jumlah
1 Kendaraan 4
2 Rumah 3
3 Pekarangan Kosong 36
4 Alat Pertanian 8
5 Tidak Ada 54
6 Lahan pertanian 5
Jumlah 110
Sumber: Data primer
Walaupun dalam tabel di atas mayoritas jemaat mengakui bahwa tidak ada aset
kosong yang diakui jemaat di atas sudah cukup relatif luas, bukan hanya halaman
semata melainkan lahan kosong di sekitar perumahan warga. Lebih tepatnya yang
adalah sebagai upaya untuk menganalisa pemberdayaan ekonomi jenis apa yang
relevan untuk dilaksanakan untuk jemaat GBKP Tanjung Beringin. Berikut ini
No Jawaban Jumlah
1 Memiliki 74
2 Tidak memiliki 32
3 Tidak tahu 5
Jumlah 111
Sumber: Data primer
88
Tabel di atas menunjukkan bahwa seluruh jemaat yang produktif mengakui
peluang adalah jawaban dari jemaat yang sudah berusia lanjut. Adapun upaya
berikut:
No Cara Jumlah
1 Menambah Tanaman 46
2 Beternak 11
3 Menjadi buruh tani 3
4 Berdagang 6
5 Menggarap lahan 1
6 Bertani 5
5 Tidak menuliskan alasan 1
6 Menambah usaha 1
Jumlah 74
Sumber: Data primer
adalah terkait dengan pertanian dan peternakan. Hal ini menjadi wajar dan
Meneliti pemanfaatann sumber daya yang sudah dilakukan gereja adalah upaya
untuk melihat sejauh mana gereja sudah memanfaatkan sumber daya yang ada di
gereja. Di samping itu hal ini secara bersamaan mengungkap idle resources apa saja
yang dimiliki oleh gereja untuk kemudian dapat dimanfaatkan dalam rangka
89
a. Sumber Daya Gereja Yang Belum Dimanfaatkan Dengan Baik
sebagai idle resources. Berikut ini adalah sumber daya gereja yang belum
No Jawaban Jumlah
1 Memiliki 6
2 Tidak memiliki 25
3 Tidak Tahu 80
4 Lainnya 0
Jumlah 111
Sumber: Data primer
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar jemaat tidak tahu mengenai hal
ini. Artinya pemahaman jemaat mengenai sumber daya gereja yang dapat
sumber daya yang belum dimanfaatkan untuk menghasilkan uang adalah sebagai
berikut:
No Bentuk Aset
1 Pekarangan dan taman gereja
2 Lahan kosong
3 Gedung sekolah Minggu yang bisa digunakan menjadi gedung TK
4 Kebun gereja
5 Kamar mandi
Sumber: Data primer
Jawaban pada tabel di atas mengindikasikan bahwa ada sumber daya gereja yang
potensial yang belum dimanfaatkan sama sekali. Walaupun sedikit jemaat yang
mengetahui dan menyadari akan hal ini, menurut pengamatan penulis hal ini
90
sangat potensial dimanfaatkan untuk menghasilkan uang. Lahan kosong dan
program pelayanan gereja. Meneliti aset yang dapat dimanfaatkan ini merupakan
No Jawaban Jumlah
1 Ada 23
2 Tidak ada 12
3 Tidak tahu 76
4 Lainnya 0
Jumlah 111
Sumber: Data primer
aset gereja yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan uang masih sangat
rendah. Walaupun demikian ada beberapa jemaat yang menyadari bahwa ada aset
gereja yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan uang. Adapun aset tersebut
adalah:
No Contoh Jumlah
1 Sewa piring 17
2 Menanam bunga yang bisa dijual di pekarangan gereja 4
3 Gedung sekolah Mingu menjadi gedung TK 1
4 Ternak lele 1
Jumlah 22
Sumber: Data Primer
91
Jawaban sewa piring mengindikasikan bahwa jemaat merekomendasikan apa yang
sudah dilakukan gereja untuk menghasilkan uang, yaitu sewa piring. Namun
demikian ada beberapa jemaat yang merekomendasikan hal yang belum pernah
dilakukan oleh gereja yaitu pemanfaatan lahan dan gedung gereja yang
menganggur.
Pada bagian ini secara spesifik bertujuan untuk meneliti sejauh mana gereja
mendukung kebutuhan finansial gereja. Berikut ini adalah data pemanfaatan aset
No Jawaban Jumlah
1 Sudah 42
2 Belum 3
3 Tidak tahu 65
4 Lainnya 0
Jumlah 74
Sumber: Data primer
Semua jawaban “sudah” memberi contoh sewa piring. Data di atas menunjukkan
bahwa GBKP Tanjung Beringin sudah memanfaatkan aset yang ada untuk
C. PEMBAHASAN
sehingga temuan yang diperoleh lebih runcing dan mendalam karena dikaitkan
92
dengan gambaran umum GBKP Tanjung Beringin, dokumen gereja, hasil penelitian
dan literatur. Seperti yang telah diuraikan penulis di bab sebelumnya mengenai
teknik analisa data maka semua sumber data yang diperoleh penulis didialogkan
pendapatan pada tabel 4.14 mengindikasikan bahwa jemaat berada di atas garis
kemiskinan Kabupaten Karo, namun hal tersebut masih tidak mencukupi kebutuhan
jemaat GBKP Tanjung Beringin. Jumlah pengeluaran pada tabel 4.15 yang
meminjam untuk memenuhinya. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang
bahkan ada jemaat yang kebutuhan pokoknya pun kadang tidak terpenuhi.
konteks kesejahteraan, catera adalah orang yang sejahtera, yakni orang yang dalam
hidupnya aman dan tenteram baik lahir maupun batin. Menurut UU No 11 Tahun
93
2009 pasal 1 dan 2, Kesejahteraan sosial merupakan suatu keadaan terpenuhinya
diri dan dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Oleh karena itu jemaat GBKP
mencapai kesejahteraan.
jemaat adalah wujud untuk menjadi gereja bersama orang miskin; menolong mereka
kehidupan jemaat karena menstimulus jemaat menjadi lebih mandiri dan berdaya.
jemaat adalah sebuah inovasi yang dilakukan oleh gereja, karena mampu melihat
kebutuhan jemaat secara holistic (termasuk dalam hal ekonomi). Dengan inovasi
tersebut, gereja menjadi berkat bagi jemaat karena menolong jemaat untuk
ekonomi maka jemaat juga semakin berdaya untuk menjadi berkat bagi orang lain.
94
Dalam rangka memberdayakan ekonomi jemaat, penting untuk melihat konteks
dan peningkatan taraf pendidikan dan akses kepada kemajuan teknologi, ekonomi,
dan informasi. Teori di atas sejalan dengan kebutuhan jemaat terhadap bantuan
untuk menambah penghasilan dari hasil penelitian di atas. Adapun bantuan yang
dibutuhkan secara mayoritas adalah pupuk dan benih jagung mengingat bahwa
akhir-akhir ini warga desa kesulitan untuk mendapatkan benih dan pupuk jagung.
Hal ini mengindikasikan bahwa jenis pemberdayaan ekonomi yang dibutuhkan oleh
jemaat adalah terkait pertanian dan peternakan. Selain itu edukasi mengenai
Hal ini dilatarbelakangi dari temuan bahwa mayoritas jemaat tidak mengetahui
dalam biaya akomodasi pelayanan. Untuk itu, jemaat perlu diedukasi mengenai
mengatakan bahwa membuka keinginan dan kesadaran akan kondisi masa kini
pentingnya keuangan gereja mulai tumbuh dalam kehidupan jemaat tentu akan
membuka mata dan peluang untuk memperbaikinya ke depan. Hal ini juga
tentang program yang terkendala karena uang tidak memadai. Namun tabel 4.25
jemaat tahun 2022 ditemukan bahwa gereja masih memiliki kendala untuk
ibadah Usia Lanjut, penyediaan sound system dan alat musih, serta meng-update
alat-alat piring menjadi lebih layak pakai. Keempat hal tersebut merupakan
keseluruhan anak sekolah minggu tidak dapat digabung menjadi satu kelas.
Minggu menjadi 4 kelas yaitu: kelas Balita, Kelas Kecil, Kelas Tanggung,
96
dan Kelas Remaja. Pembagian kelas ini bertujuan untuk menyesuaikan usia
dan pendidikan yang sesuai kepada anak sesuai umurnya. Selama ini sekolah
minggu kelas kecil melakukan ibadah di rumah dinas pendeta sehingga sarana
dan prasarana mengajar tidak lagi memadai. Untuk itu, sekolah minggu
ii. Gedung utama gereja belum memiliki sound system yang memadai untuk
sehingga terkadang tidak memadai untuk ibadah dan perayaan gerejawi. Alat
musik yang digunakan selama ini juga dalam bentuk musik digital yang sudah
karaoke. Hal ini terkadang memicu kericuhan dalam ibadah karena kesulitan
jemaat untuk menyesuaikan suara dengan musik karaoke tersebut. Untuk itu
GBKP Tanjung Beringin sangat membutuhkan sound system dan alat musik.
iii. Untuk menuju gedung utama gereja GBKP Tanjung Beringin harus menaiki
50 anak tangga, maka jemaat yang Usia Lanjut tidak lagi sanggup beribadah
di gedung utama gereja. Untuk itu jemaat usia lanjut membutuhkan gedung
ibadah tersendiri yang ramah terhadap kondisi usia lanjut. Hingga kini usia
Rengam Tarigan. Kini, beribadah di rumah orang lain juga menjadi keluhan
bagi usia lanjut karena mereka tidak bebas menggunakan kamar mandi.
97
Untuk itu penyediaan tapak dan bangunan ibadah bagi usia lanjut juga
iv. Peralatan piring yang disewakan ketika ada pesta di desa Tanjung Beringin
sudah tidak layak pakai dan sangat mendesak untuk dibeli baru. Banyak
piring-piring yang sudah tidak layak digunakan sebagai tempat makan karena
sudah sangat rusak. Oleh karena itu penyewa piring sering mengeluh. Di
samping itu hingga kini kas sewa piring tidak ada karena sewa piring sangat
murah. Gereja merasa tidak pantas menaikkan harga sewa piring mengingat
peralatan piring yang sangat kumuh. Untuk itu mengganti alat-alat piring
dengan barang yang baru sangat dibutuhkan. Namun hal ini juga terkendala
sesungguhnya adalah karena gereja tidak memiliki uang. Untuk itu GBKP sangat
kebutuhan gereja. Hal ini sejalan juga dengan sejarah berdirinya gedung gereja
98
GBKP Tanjung Beringin karena diprakarsai Drs. Rengam Tarigan sebagai
sumber dana utama. Sikap yang demikian tidak sesuai dengan apa yang
untuk memberi ketimbang untuk menerima. Di samping itu usaha dana gereja
dalam bentuk bazaar dan lelang-lelang juga ampuh dilakukan untuk memenuhi
dilakukan jika gereja kekurangan dana. Artinya usaha dana dilaksanakan hanya
program berikutnya karena tidak ada persiapan rutin dalam hal keuangan.
dan jemaat
apapun untuk memberdayakan ekonomi gereja secara makro dan jemaat secara
mikro. Artinya selama ini gereja hanya mengurusi urusan rohani semata tanpa
pupuk organik cair, peternakan, subsidi pupuk dan modal usaha dan kelompok
tani. Untuk jawaban upaya secara makro adalah lelang-lelang dan bazar.
99
langkah dan perhatian khusus untuk memberdayakan ekonomi jemaat secara
relevan.
dengan peningkatan ekonomi gereja dan tidak dapat dipisahkan. Hal ini
dikarenakan, semakin berdaya jemaat maka semakin peduli pula jemaat terhadap
lebih baik. Jika jemaat GBKP Tanjung Beringin diberdayakan dalam hal
menjadi lebih baik. Untuk itu sangat penting bagi gereja untuk melakukan upaya
pemberdayaan ekonomi.
Hasil penelitian menunjukkan ada beberapa hal yang menjadi idle resources di
dalam jemaat GBKP Tanjung Beringin. Idle resources yang dimaksudkan adalah
sumber daya yang menganggur. Idle resources seharusnya memiliki nilai ekonomi
namun tidak dimanfaatkan dengan optimal sebagaimana yang dikatakan Hutt. Dari
i. Lahan pertanian.
Hal ini menjadi idle dikarenakan masih ada peluang untuk ditambah tanaman
lainnya. Jika lahan pertanian tidak hanya diisi oleh tanaman jagung, maka masa
penantian panen juga tidak sepanjang menantikan panen jagung. Bahkan sangat
ii. Waktu
Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu menjadi idle resources karena masih
ada waktu luang usai melakukan pekerjaan utama. Lebih jauh lagi, waktu luang
tersebut digunakan untuk hal yang tidak produktif seperti nongkrong di warung
kopi. Kegiatan ini bukan hanya menyita waktu, tetapi juga menyita biaya.
Menurut pengakuan beberapa ibu rumah tangga, biaya suami untuk pergi ke
iii. Tenaga
Waktu luang yang tersisa mengindikasikan tenaga yang tersisa karena waktu
luang berarti tenaga jemaat tidak dimanfaatkan. Hal ini disebut dengan jenis
bermusim ini terjadi karena dalam tenggang waktu tertentu seseorang tidak dapat
melakukan kegiatan pertanian. Hal ini kerap terjadi pada petani jagung desa
Tanjung Beringin karena usai pengaplikasian pupuk kedua pada tanaman jagung
tidak ada lagi pekerjaan menunggu waktu panen. Bagi petani, masa ini adalah
masa paceklik karena tidak ada uang masuk sementara kebutuhan rumah tangga
harus dipenuhi.
Pekarangan kosong menjadi idle karena tidak dimanfaatkan secara optimal untuk
ditanami sayuran untuk kebutuhan dapur bahkan untuk dijual. Hal ini dapat
v. Uang
Uang menjadi sumber daya yang idle karena disimpan di bank atau CU
jemaat hal ini harus dilakukan karena jemaat membutuhkan pinjaman. Salah satu
Dari seluruh aspek idle resources di atas, yang paling sedikit adalah uang. Walaupun
jemaat memiliki tabungan di bank atau CU, namun juga memiliki pinjaman di sana.
Sebaliknya, idle resources yang paling dominan adalah waktu, tenaga dan
sangat minim sehingga dibutuhkan edukasi terkait dengan hal tersebut. Minimal
Beringin akan menolong gereja untuk melihat peluang menghasilkan uang secara
mengajar. Fasilitas dalam ruangan ini adalah papan tulis, meja guru, dan kursi
serta meja anak. Ada jemaat yang mampu melihat peluang bahwa gedung ini
dapat dimanfaatkan sebagai gedung TK. Menurut hemat penulis hal ini
gedung ini tentu menjadi peluang baik bagi gereja untuk mendirikan TK
Lahan kosong ini luasnya 2.000 m² dan hanya ditumbuhi rumput liar. Lahan
kosong ini disebut idle karena tidak dimanfaatkan dengan hal yang memiliki
nilai ekonomi. Ada jemaat yang melihat peluang bahwa di lahan ini bisa
dilakukan peternakan lele dan lainnya. Tampaknya hal ini menjadi peluang
Lahan ini luasnya 1.500 m² dan belum dimanfaatkan sama sekali sehingga
menjadi idle. Berdasarkan hasil penilitian ada jemaat yang melihat peluang
103
supaya lahan ini ditanami bunga untuk kemudian dijual. Artinya, lahan ini
potensial untuk ditanami bunga karena selain luasnya memadai, lahan ini juga
terletak di tepi jalan raya desa Tanjung Beringin. Sementara itu, bunga
menjadi hal penting dalam suku Karo karena ada budaya nyekar yang wajib
hari raya tertentu. Menarik jika gereja mampu menjadi supplier bunga bagi
warga desa karena di desa ini belum ada penjual bunga demikian.
iv. Gudang
tampak bahwa jemaat melihat usaha sewa piring adalah upaya yang dilakukan
gereja untuk menghasilkan uang. Namun menurut laporan keuangan 2022 hal
Keseluruhan dari idle resouces di atas memiliki peluang yang sama untuk
menghasilkan uang karena belum dimanfaatkan sama sekali. Selain itu, keseluruhan
idle resources yang dimiliki gereja sangat potensial untuk menghasilkan uang.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa gereja secara makro dan jemaat
104
Sementara itu gereja dan jemaat belum memiliki pemahaman akan pentingnya
tidak mencukupi biaya operasional gereja secara optimal. Hal ini terlihat nyata
gedung ibadah Usia Lanjut, penyediaan musik dan sound system gereja dan meng-
secara mikro dibutuhkan mengingat bahwa kebutuhan keluarga tidak tercukupi dari
finansial. Hal ini terlihat nyata dari hasil penelitian yang mengindikasikan masih
banyak jemaat yang kebutuhan pokoknya pun kadang terpenuhi dan kadang tidak
terpenuhi. Kondisi ini tentu dipengaruhi oleh penghasilan jemaat yang bersifat
musiman, yaitu masa panen jagung. Mengingat bahwa konteks jemaat memiliki
gereja dan jemaat juga memiliki idle resources. Hasil penelitian menemukan bahwa
gereja memiliki idle resources dalam bentuk bangunan dan lahan kosong. Bangunan
dan lahan kosong tersebut jika dimanfaatkan sebenarnya sangat potensial untuk
menghasilkan uang. Ditinjau dari kehidupan jemaat, tampak bahwa jemaat GBKP
Tanjung Beringin cenderung memiliki idle resources dalam bentuk waktu, tenaga,
idle resources tersebut jika dipadukan dalam pemanfaatannya tentu sangat potensial
menjadi relevan di GBKP Tanjung Beringin. Hal ini dikarenakan gereja secara
organisasi dan jemaat secara individu memiliki sumber daya yang bisa diberdayakan
untuk menghasilkan uang, yaitu idle resources. Jika idle resources tersebut
kebutuhannya.
106
BAB V
Pada bab ini penulis menyajikan kesimpulan, implikasi dan saran berdasarkan
hasil analisis data pada bab sebelumnya. Selain itu, penulis juga menyertakan
A. Kesimpulan
berikut:
1. Pemberdayaan ekonomi secara makro bagi gereja dan secara mikro bagi jemaat
keuangan hanya dari persembahan jemaat. Hal ini berimbas pada kendala
ibadah Usia Lanjut, penyediaan musik dan sound system gereja dan meng-
kesulitan dalam hal keuangan keluarga usai masa panen jagung. Kecenderungan
ekonomi.
2. Sumber daya jemaat masih cukup rendah ditinjau dari taraf pendidikan maupun
Secara spesifik, hal ini dibutuhkan dalam hal penyuluhan maupun subsidi pupuk
untuk menghasilkan uang, baik secara makro maupun secara mikro. Secara
makro gereja memiliki idle resources dalam bentuk 2 bangunan dan 2 lahan
memiliki idle resources dalam bentuk waktu, tenaga, pekarangan kosong dan
lahan pertanian.
GBKP Tanjung Beringin. Idle resources tersebut merupakan sumber daya yang
B. Implikasi
Implikasi hasil penelitian merupakan bentuk riil dari manfaat penelitian. Berikut
ini adalah implikasi hasil penelitian ini baik secara teoritis maupun secara praktis.
108
a. Menambah pengetahuan bahwa model pemberdayaan ekonomi dengan
c. Dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti lain yang berkaitan dengan
b. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai acuan atau pertimbangan bagi gereja
ekonomi jemaat.
c. Hasil penelitian dapat dijadikan masukan bagi gereja dan jemaat untuk
C. Saran
Berdasarkan temuan dan hasil analisis data dari uraian di atas, ada beberapa hal
dan jemaat. Yang dimaksud dengan aktivis gereja di sini adalah Majelis Jemaat
109
karena merekalah yang memikirkan tentang rencana strategi dan program
rohani dan jasmani. Dengan demikian gereja menjawab kebutuhan jemaat secara
holistik. Salah satu bentuk konkrit pemberdayaan ekonomi gereja dan jemaat
adalah dengan pemanfaatan idle resources. Untuk itu penting bagi gereja untuk
gereja dapat menjadi supplier lele bagi warung sembako di desa Tanjung
Beringin dan desa sekitarnya. Tentu saja hal ini akan menambah income gereja
dan menjadi contoh kerja nyata bagi jemaat. Dengan demikian gereja mandiri
menghasilkan uang. Selama ini jemaat memiliki tenaga dan waktu luang yang
dalam jangka waktu yang lama. Menanam tanaman jenis lain yang masa
panennya lebih cepat menjadikan hasil tani diperoleh lebih cepat. Hal ini tentu
saja mendukung perekonomian rumah tangga jemaat. Waktu dan tenaga yang
kebutuhan dapur dan juga dapat dipasarkan. Dengan mengedukasi jemaat akan
hal-hal tersebut maka seluruh aspek idle resources di jemaat GBKP Tanjung
supplier pupuk, benih dan pestisida. Mengingat bahwa kebutuhan jemaat untuk
pestisida, maka gereja perlu memberikan perhatian akan hal ini. Di samping itu
memahami teknik pertanian yang baik dan benar. Hal ini juga akan membuka
111
D. Keterbatasan Penelitian
Walaupun penelitian ini berusaha untuk menguak kebutuhan gereja dan jemaat
1. Penelitian ini berbasis rumah tangga jemaat sehingga hanya menggali informasi
dari kepala rumah tangga, tidak kepada seluruh warga jemaat. Untuk itu penulis
tidak melihat persepsi jemaat secara utuh dan personal, hanya dari sudut
ekonomi gereja dan jemaat beserta idle resources yang dimiliki. Dengan
demikian penelitian ini hanya sebagai langkah awal karena tidak sampai kepada
penyusunan program kongkrit yang relevan. Untuk itu penelitian ini perlu untuk
dilanjutkan oleh pihak lain, baik itu jemaat, aktivis gereja, atau pendeta di
kemudian hari.
3. Penelitian ini hanya sampai kepada kesimpulan mengenai idle resources yang
dimiliki gereja dan jemaat. Dengan demikian penelitian ini tidak sampai kepada
analisa hasil usaha sebagai bentuk riil pemanfaatan idle resources. Untuk itu,
penelitian ini masih perlu dilanjutkan dan diperdalam oleh pihak lain.
112
DAFTAR PUSTAKA
Hutt, W.H. (2011). The Theory of Idle Resources. London: Ludwid on Mises
Institute.
Jakaria, dkk. (2021). Peningkatan Ekonomi Masyarakat menuju Era Society 5.0 di
Tengah Pandemi Covid 19. Cirebon: Penerbit Insania.
113
Lincolin, Arsyad. dkk.(2011). Strategi Pembangunan Pedesaan Berbasis
Lokal.Yogyakara: UPP STIM YKPN.
Naga, Mauna. (2010). Makro Ekonomi. Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada.
Purba, Pratiwi Bernadetta, dkk. (2021). Penelitian Tindakan Kelas. Yayasan Kita
Menulis.
Simarmata, Marulam MT. (2021). Ekonomi Sumber Daya Alam. Yayasan Kita
Menulis.
https://weplus.id/article/uang-bukan-segalanya-tapi-segalanya-butuh-uang/596/
diakses, 09 Nov 2022 jam 13.16.WIB
https://www.google.com/search?q=sumber+daya+ekonomi+adalah&oq=&aqs=chro
me.2.69i58j69i64j35i39i362i523l13.-1j0j4&client=ms-android-samsung-gj-
rev1&sourceid=chrome-mobile&ie=UTF-8#ip=1, diakses 11 November 22, pukul
09.26.WIB
115
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
Data Responden
Nama Kepala Rumah Tangga :
Jenis Kelamin :
Usia :
Jumlah anggota keluarga:
Jabatan dalam gereja :
Pendidikan Terakhir KRT:
Pekerjaan KRT :
Pekerjaan Isteri :
Luas lahan usaha :
Jenis Tanaman :
Pendapatan per bulan:
Pengeluaran per bulan:
120