Anda di halaman 1dari 134

PEMBERDAYAAN EKONOMI JEMAAT DENGAN

PEMANFAATAN IDLE RESOURCES DI GBKP TANJUNG

BERINGIN

TESIS

Disusun Oleh:

Pdt. Rasmalem Br Ginting, S.Si (Teol)

NIM: 13210086

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

FAKULTAS BISNIS

UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA YOGYAKARTA

2023
PEMBERDAYAAN EKONOMI JEMAAT DENGAN

PEMANFAATAN IDLE RESOURCES DI GBKP TANJUNG

BERINGIN

TESIS

Diajukan kepada Program Magister Manajemen

Fakultas Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana

untuk memenuhi sebagai syarat

Memperoleh Gelar Magister Manajemen

Disusun Oleh:

Pdt. Rasmalem Br Ginting, S.Si (Teol)

NIM: 13210086

Program Studi Magister Manajemen

Fakultas Bisnis

Universitas Kristen Duta Wacana

Yogyakarta

2023

i
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis dengan judul:

PEMBERDAYAAN EKONOMI JEMAAT DENGAN PEMANFAATAN IDLE

RESOURCES DI GBKP TANJUNG BERINGIN

Adalah hasil karya saya, diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister

Manajemen pada Program Studi Magister Manajemen Fakultas Bisnis Universitas

Kristen Duta Wacana Yogyakarta, adalah bukan hasil tiruan atau duplikasi dari karya

pihak lain di Perguruan Tinggi atau Instansi manapun, kecuali bagian yang sumber

informasinya sudah dicantumkan sebagaimana mestinya.

Apabila saya dengan sengaja atau tidak melakukan hal tersebut di atas dan

terbukti melanggar, maka saya bersedia untuk mendapatkan sangsi yang ditentukan

oleh universitas berupa pembatalan ijazah dan gelar akademik.

Yogyakarta, 2 Mei 2023

Yang menyatakan,

Pdt. Rasmalem Br Ginting, S.Si (Teol)

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

PEMBERDAYAAN EKONOMI JEMAAT DENGAN PEMANFAATAN IDLE

RESOURCES DI GBKP TANJUNG BERINGIN

Pdt. Rasmalem Br Ginting, S.Si (Teol)

NIM: 13210086

Tesis ditulis untuk memenuhi sebagaian persyaratan

untuk mendapatkan gelar Magister Manajemen

Program Studi Magister Manajemen

Telah diperiksa dan disetujui

Yogyakarta, _____

Menyetujui

Ketua Program Studi Dosen Pembimbing

Dr. Singgih Santoso, MM. Dr. Murti Lestari, M. Si

Mengetahui:

Dekan Fakultas Bisnis

Dr. Perminas Pangeran, M.Si.


iii
ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih tingginya angka kemiskinan di

Indonesia sampai tahun 2022. Hal ini menunjukkan kemiskinan menjadi masalah

penting bangsa Indonesia. Idealnya, gereja adalah salah satu lembaga yang berperan

dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat dengan mensejahterakan jemaatnya.

GBKP Tanjung Beringin memiliki potensi untuk memberdayakan ekonomi jemaat

dengan pemanfaatan sumber daya gereja, namun sumber daya tersebut dibiarkan

menjadi sumber daya yang menganggur (idle resources). Gereja yang sejahtera

adalah gereja yang mampu memenuhi kebutuhan jemaat dalam hal rohani dan

jasmani secara holistik. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa pemahaman

jemaat tentang pentingnya peningkatan ekonomi jemaat, pemahaman jemaat untuk

memanfaatkan idle resources, dan peranan nyata gereja untuk memberdayakan

ekonomi jemaat dengan memanfaatkan idle resources.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data dikumpulkan dengan

teknik kuesioner dan wawancara. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh

rumah tangga jemaat GBKP Tanjung Beringin. Hasil observasi sementara

menunjukkan bahwa jemaat membutuhkan pemberdayaan ekonomi. Selain itu Gereja

dan jemaat GBKP Tanjung Beringin memiliki idle resources yang dapat

dimanfaatkan dalam upaya pemberdayaan ekonomi jemaat.

Kata kunci: Pemberdayaan ekonomi, pemanfaatan idle resource

iv
KATA PENGANTAR

“Soli Deo Gloria”, “Segala Sesuatu Untuk Kemuliaan Tuhan”. Karya ini

dilatarbelakangi oleh kerinduan penulis untuk meningkatkan kualitas pelayanan

sehingga jemaat semakin merasakan Kasih Allah secara nyata. Segala puji syukur

untuk Sang Hidup yang telah memberikan kesempatan kepada Penulis untuk

menggumuli realita kehidupan jemaat yang membutuhkan pemberdayaan ekonomi

jemaat di GBKP Tanjung Beringin. Penulis bersyukur untuk jemaat GBKP Tanjung

Beringin yang telah membuka mata penulis akan realita kehidupan secara holistik.

Penulis juga berterimakasih kepada jemaat atas dukungan dan doa untuk dapat

menyelesaikan Tesis ini.

Tesis ini adalah salah satu bentuk ucapan syukur Penulis akan Kasih Setia

Allah yang senantiasa melimpah dalam hidup penulis. Terimakasih kepada Dr.

Andreanyta Meliala, Ph.D. yang telah menjadi perpanjangan tangan Tuhan untuk

mendukung perjalanan studi ini. Kalian tokoh inspirator utama dalam hidup penulis.

Terimakasih untuk Mamak dan Bapak yang meyakinkan Penulis untuk menjalani

proses ini. Terimakasih juga untuk BPMK Klasis Munte, dan BPMR Tanjung

Beringin untuk dukungan akan studi dan proses penulisan tesis ini.

Penulis sangat bersyukur bertemu dengan ibu Dr. Murti Lestari, M.Si.

sebagai dosen pembimbing dalam penyelesaian tesis ini. Dedikasi dan semangat ibu

sangat menginspirasi bagi penulis. Kiranya berkat Tuhan semakin melimpah untuk

kehidupan ibu. Teman-teman di FGD angkatan VI adalah sahabat terbaik dalam

proses ini, dukungan kalian adalah semangat bagi penulis. Setiap proses bersama
v
kalian mendewasakan dan membuka wawasan penulis, sungguh menginspirasi. Ayo

kita sama-sama berjuang untuk lulus bersama. Tuhan Yesus sumber kekuatan dan

pengetahuan kita.

Takkan dimulai langkah awal dalam semua proses ini tanpa dukungan

belahan jiwaku, Sojifa Perangin-angin, SE. Suami sekaligus sahabat bagiku, yang

selalu mengerti dan mendukung proses ini bersama buah hatiku, Blinkel-ku, harapan

hidupku. Untuk kalian-lah setelah Tuhan, karya ini kupersembahkan. Terimakasih

telah mendukungku dengan hebat. Kupercaya perjuangan kita tak sia-sia. Love u full.

Terakhir, karya ini adalah bentuk apresiasi untuk diri sendiri yang mau berproses dan

menerima tantangan. Terima kasih sudah kuat dan sehat sejauh ini,tetaplah menjadi

pejuang tangguh. Kiranya Tuhan senantiasa berkenan untuk memakai hidup ini untuk

melayani-Nya lebih hebat lagi. Tuhan Yesus memberkati.

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

PERNYATAAN KEASLIAN ii

LEMBAR PERSETUJUAN iii

ABSTRAK iv

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xiii

BAB I : PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah 6

C. Pembatasan Masalah dan Fokus Penelitian 6

D. Rumusan Masalah 7

E. Tujuan Penelitian 7

F. Manfaat Hasil Penelitian 8

BAB II: KAJIAN PUSTAKA 9

A. Kajian Teori 9

1. Pentingnya Pemberdayaan Ekonomi Jemaat 9

2. Pandangan Alkitab Mengenai Pemberdayaan Ekonomi Jemaat 12

3. Pemberdayaan Ekonomi Sebagai Salah Satu Tanggung Jawab Gereja 13

4. Bentuk-bentuk Dan Upaya Pemberdayaan Ekonomi 15


vii
5. Pemberdayaan Ekonomi dengan Pemanfaatan Idle Resources 17

B. Kajian Penelitian Yang Relevan 21

C. Kerangka Teoritis 25

D. Pertanyaan Penelitian 27

BAB III: METODE PENELITIAN 28

A. Jenis dan Desain Penelitian 28

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 29

C. Subjek Penelitian dan Objek Penelitian 29

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 29

1. Teknik Pengumpulan Data 29

2. Data dan Sumber Data 30

E. Keabsahan Data 31

F. Teknik Analisis Data 31

BAB IV: ANALISIS DATA 33

A. Gambaran Umum GBKP Tanjung Beringin 33

1. Sejarah Dan Perkembangan GBKP Tanjung Beringin 33

2. Struktur Organisasi, Rencana Strategis, dan Program Kerja Gereja 35

3. Hubungan Gereja GBKP Tanjung Beringin dengan Masyarakat 37

4. Data Statistik Jemaat 39

5. Kondisi Keuangan GBKP Tanjung Beringin 41

6. Idle Resources di GBKP Tanjung Beringin 49

B. Analisis Gambaran dan Persepsi Jemaat 51


viii
1. Data responden 52

2. Kebutuhan Jemaat Terhadap Pemberdayaan Ekonomi 65

3. Kebutuhan Gereja Terhadap Pemberdayaan Ekonomi 71

4. Pemanfaatan Sumber Daya Yang Dimiliki Jemaat 78

5. Pemanfaatan Sumber Daya Yang Dimiliki Gereja 89

C. Pembahasan 92

1. Kebutuhan Jemaat Terhadap Pemberdayaan Ekonomi 93

2. Kebutuhan Gereja Terhadap Pemberdayaan Ekonomi 95

3. Idle Resources yang dimiliki Jemaat 100

4. Idle Resources yang dimiliki Gereja 102

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN 107

A. Kesimpulan 107

B. Implikasi 108

1. Implikasi Secara Teoritis 108

2. Implikasi Secara Praktis 109

C. Saran 109

D. Keterbatasan Penelitian 112

DAFTAR PUSTAKA 113

LAMPIRAN 116

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Hasil Penelitian Yang Relevan 22

Tabel 4.1. Struktur Organisasi GBKP 35

Tabel 4.2. Program Kerja GBKP Tanjung Beringin Tahun 2023 36


Tabel 4.3: Perkembangan Jumlah Anggota Jemaat 40

Tabel 4.4: Pendapatan dan Pengeluaran GBKP Tanjung Beringin 41

Tabel 4.5: Data Aset yang Menganggur di GBKP Tanjung Beringin 49

Tabel 4.6. Data Responden 52

Tabel 4.7. Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga 55

Tabel 4.8.Usia Kepala Rumah Tangga 56

Tabel 4.9: Jumlah Anggota Keluarga 75

Tabel 4.10. Pekerjaan Kepala Rumah Tangga 60

Tabel 4.11. Pekerjaan Isteri 61

Tabel 4.12. Luas Lahan Usaha 61

Tabel 4.13. Jenis Tanaman 62

Tabel 4.14. Jumlah Pendapatan 64

Tabel 4.15. Jumlah Pengeluaran 65

Tabel 4.16. Kemampuan Penghasilan Untuk Mencukupi Kebutuhan 66

Tabel 4.17. Alasan Bahwa Penghasilan “Mencukupi” 66

Tabel 4.18. Alasan Bahwa Penghasilan “Tidak Mencukupi” 67

Tabel 4.19. Pemenuhan Kebutuhan Pokok 68

Tabel 4.20. Alasan Kebutuhan Pokok “Terpenuhi” 68


x
Tabel 4.21. Alasan Kebutuhan Pokok “Belum Terpenuhi” 68

Tabel 4.22. Jenis Bantuan Yang Dibutuhkan 70

Tabel 4.23. Alasan Tidak Membutuhkan Bantuan 70

Tabel 4.24. Kendala Program Karena Uang 72

Tabel 4.25. Contoh Kendala Program Akibat Kekurangan Uang 73

Tabel 4.26. Sumber Keuangan Gereja 73

Tabel 4.27. Bentuk Usaha Dana Gereja 74

Tabel 4.28. Program Untuk Memberdayakan Ekonomi Gereja dan Jemaat 75

Tabel 4.29. Contoh Program Pemberdayaan Ekonomi 75

Tabel 4.30. Kebutuhan Gereja Terhadap Usaha yang Mendukung Keuangan 76

Tabel 4.31. Contoh Usaha Gereja Untuk Mendukung Keuangan 77

Tabel 4.32. Alasan “Gereja Tidak Perlu” Melakukan Usaha 77

Tabel 4.33. Jumlah Jenis Tanaman 79

Tabel 4.34. Tanaman yang Hanya Sejenis 79

Tabel 4.35. Tanaman yang Lebih Dari Satu 79

Tabel 4.36. Peluang Menanam Tanaman Lebih Dari Satu 80

Tabel 4.37. Contoh Tanaman Lebih Dari Satu 81

Tabel 4.38. Alasan Tidak Ada Peluang Menanam Lebih Dari Satu 81

Tabel 4.39. Pemanfaatan Pekarangan Rumah 82

Tabel 4.40. Jenis Tanaman Di Pekarangan Rumah 82

Tabel 4.41. Alasan Tidak Menanami Pekarangan 83

Tabel 4.42. Penggunaan Waktu Luang 85


xi
Tabel 4.43. Tabungan Jemaat 86

Tabel 4.44. Tempat Penyimpanan Tabungan 87

Tabel 4.45. Aset Yang Belum Dimanfaatkan 88

Tabel 4.46. Peluang Menambah Penghasilan 88

Tabel 4.47. Cara Untuk Menambah Penghasilan 89

Tabel 4.48. Sumber Daya Yang Belum Dimanfaatkan Gereja 90

Tabel 4.49. Contoh Sumber Daya Yang Belum Dimanfaatkan 90

Tabel 4.50. Aset Yang Dapat Dimanfaatkan Untuk Menghasilkan Uang 91

Tabel. 4.51. Aset Gereja Yang Dapat Menghasilkan Uang 91

Tabel 4.52. Pemanfaatan Aset Gereja 92

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1: Lingkaran setan kemiskinan 3

Gambar 2.1: Lingkaran setan kemiskinan di GBKP Tanjung Beringin 25

Gambar 2.2: Lingkaran setan kemiskinan di GBKP Tanjung Beringin 26

Gambar 4.1 Jabatan Dalam Gereja 58

Gambar 4.2. Pendidikan Terakhir Kepala Rumah Tangga 59

Gambar 4.3. Kebutuhan Jemaat Terhadap Bantuan 69

Gambar 4.4. Pemahaman Jemaat Tentang Keuangan Gereja 71

Gambar 4.5. Ketersediaan Waktu Luang 84

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemberdayaan ekonomi pada umumnya dianggap sebagai urusan negara saja.

Gereja sebagai organisasi kerohanian sebenarnya juga memiliki pernanan penting

dalam hal ini. Ludji (2020:91) mengatakan bahwa pemberdayaan ekonomi menjadi

salah satu ranah gereja dalam mendukung pemerintah dalam menyejahterakan

masyarakat. Selanjutnya Nanuru (2020:53) mengatakan bahwa pemberdayaan

masyarakat merupakan sebuah upaya untuk menaggulangi persoalan kemiskinan

yang klasik dihadapi oleh gereja sehingga gereja mampu bertahan dalam terjangan

ekonomi secara nasional maupun global. Selain itu pemberdayaan yang dilakukan

gereja juga meningkatkan daya tahan masyarakat untuk mencapai taraf kesejahteraan

minimal, yakni terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan pokok pada aras domestik (rumah

tangga): sandang, pangan, rumah pendidikan, pekerjaan mandiri secara

berkelanjutan; ini adalah tanggung jawab gereja untuk menjadi “gereja bersama

orang miskin” (church with the poor).

Gereja terpanggil untuk menjadikan dirinya sebagai bagian dari pemerintah

yang sedang bekerja (Yeremia 29:7): “Usahakanlah kesejahteraan kota kem mana

kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepda Tuhan sebab kesejahteraannya

adalah kesejahteraanmu”. Mastra (2019:73) dalam mengembangkan apa yang

disebut “teologi perut”,menekankan pentingnya mengembangkan segi perekonomian

jemaat, tidak hanya segi rohaniah saja, dengan alasan “perut kosong tidak memiliki
1
telinga”. Artinya bahwa kesejahteraan rohani seseorang sangat dipengaruhi oleh

kesejahteraan jasmaninya, untuk itu gereja harus memberikan perhatian pada

keduanya: jasmani dan rohani.

Pemberdayaan ekonomi seharusnya menjadi hal yang menarik perhatian bagi

negara dan gereja mengingat bahwa persoalan kemiskinan menjadi persoalan yang

serius di Indonesia. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Indikator

Kesejahteraan Rakyat (2021:126) dituliskan konsep yang digunakan untuk mengukur

kemiskinan yaitu menggunakan konsep kemampuan seseorang atau rumah tangga

dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. Dengan mengukur pengeluaran per kapita

perbulan yang di bawah garis kemiskinan maka BPS memperoleh data dua tahun

terakhir (2020-2021) angka kemiskinan di Indonesia meningkat. Dalam Indikator

Kesejahteraan Rakyat (2021: 127) tercatat pada tahun 2020 jumlah penduduk miskin

mencapai 26, 42 juta jiwa atau sekitar 9,78%, dan di tahun 2021 penduduk miskin

melonjak menjadi 27,54 juta jiwa atau sekitar 10,14 %. Bila dilihat berdasarkan

daerah tempat tinggal, wilayah pedesaan paling banyak dihuni oleh penduduk

miskin, dengan jumlah kemiskinan di pedesaan 13,10 persen atau sekitar 15,37 juta

penduduk. Bila dilihat berdasarkan pulau, penduduk miskin di Indonesia masih

didominasi di pulau Jawa dengan jumlah 14,75 juta jiwa diikuti oleh pulau Sumatera

dengan jumlah 6,06 juta jiwa.

Kemiskinan itu sendiri dipengaruhi oleh banyak hal yang tidak bisa

digenerlisasikan. Sherraden dalam Sriyana (2021:36) mengelompokkan kemiskinan

dari dua teori yaitu: Teori prilaku individu, meyakini bahwa sikap individu yang
2
tidak produktif mengakibatkan lahirnya kemiskinan; sementara teori struktural

memandang bahwa hambatan struktural yang sistematik telah menciptakan

ketidaksamaan dalam kesempatan, dan kelanjutannya penindasan terhadap kelompok

miskin oleh kelompok kapitalis. Dalam sudut pandang yang lain Ragnar Nurkse,

seorang ekonom pembangunan di tahun 1953 memunculkan teori lingkaran setan

kemiskinan. Yang dimaksud dengan lingkaran setan kemiskinan Ragnar Nurkse

dalam Damanhuri (2010:17) adalah suatu rangkaian kekuatan-kekuatan yang saling

mempengaruhi satu sama lain sehingga menimbulkan keadaan dimana negara itu

tetap miskin dan akan mengalami kesukaran untuk mencapai tingkat pembangunan

yang lebih tinggi. Istilah yang dikenal dalam teori ini yaitu “a poor country is poor

because it is poor”. Secara sederhana lingkaran setan kemiskinan yang dikemukakan

oleh Ragnar Nurske dalam Damanhuri (2010:19) dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.1: Lingkaran setan kemiskinan

Modal rendah negara miskin

Tabungan Tabungan
rendah rendah

Pendapatan Pendapatan
rendah rendah

Produktivitas
rendah

Sumber: Ragnar Nurske dalam Damanhuri (2010:19)

3
Salah satu solusi untuk memutus lingkaran setan di atas menurut Nurske adalah

melakukan strategi pembangunan seimbang di antaranya adalah pembentukan modal.

Pemberdayaan ekonomi adalah salah satu upaya untuk memutus rantai

kemiskinan. Pemberdayaan ekonomi adalah sebuah upaya untuk memberikan

kekuatan kepada orang yang belum mempunyai kemandirian dalam hal ekonomi.

Menurut Eddy Papilaya (2007:42) pemberdayaan adalah sebuah usaha untuk

membangun kemampuan masyarakat dengan mendorong , memotivasi dan

membangkitkan kesadaran potensi yang dimiliki dan berupaya untuk

mengembangkan potensi tersebut dengan tindakan yang nyata.

Salah satu upaya untuk memberdayakan ekonomi dapat dilakukan dengan

memanfaatkan sumber daya yang menganggur (idle resources). Menurut Hutt

(2011:viii) sumber daya yang menganggur bukanlah sekedar sumber daya yang tidak

digunakan melainkan juga sumber daya yang tidak optimal. Sumber daya yang

menganggur dapat saja berupa sumber daya alam seperti tanah, air, bangunan, dll;

dan juga dapat berupa sumber daya manusia (tenaga kerja, skill) yang belum

digunakan dengan optimal sehingga penghasilannya juga belum optimal.

Pemanfaatan idle resources akan memberikan sumbangsih untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat walaupun dibutuhkan sumber daya yang lain untuk

mengoptimalkannya.

Diduga bahwa Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) Tanjung Beringin

memiliki beberapa idle resources. Idle resources yang dimaksudkan adalah sumber

daya yang menganggur atau belum dipergunakan secara optimal dan menghasilkan.
4
Secara makro GBKP Tanjung Beringin memiliki idle resources dalam bentuk lahan

kosong dan gedung di areal pertapakan gereja yang belum dimanfaatkan dengan

optimal. Secara mikro jemaat memiliki idle resources dalam bentuk waktu, tenaga

kerja, lahan pertanian dan pekarangan kosong. Lahan pertanian yang luas dominan

ditanami jagung yang dipanen dalam jangka waktu 5 bulan. Metode pertanian jagung

yang praktis dengan mengandalkan herbisida menyisakan tenaga jemaat usai

pengaplikasian pupuk pada tanaman jagung. Hal ini menyebabkan kecenderungan

jemaat menganggur, menghabiskan waktu di warung kopi sambil menunggu masa

panen jagung. Ketersisaan tenaga ini menyebabkan kurangnya pemasukan jemaat

sehingga cenderung mengalami kesulitan finansial dalam masa penantian panen

jagung. Hal ini juga berimbas dalam finansial gereja yang cenderung mengalami

kesulitan dana dalam hal pembangunan dan peningkatan kualitas pelayanan. Idle

resources yang dimiliki gereja secara makro dan jemaat secara mikro diduga

berpotensi meningkatkan kesejahteraan jemaat GBKP Tanjung Beringin.

Penelitian ini bermaksud untuk mengumpulkan data tentang kebutuhan

GBKP Tanjung beringin secara makro dan mikro terhadap permberdayaan ekonomi.

Di samping itu penelitian ini juga bermaksud untuk melihat peluang gereja untuk

berperan dalam pemberdayaan ekonomi jemaat dengan memanfaatkan idle

resources. Melaui cara inilah gereja mempersiapkan jemaat memiliki mental yang

berdaya dan memberanikan diri untuk mengembangkan potensi yang ada pada

dirinya dalam rangka mewujudkan kesejahteraannya. Dengan demikian akan terjadi

perkembangan jemaat ke ranah ekonomi yang lebih berdaya, produktif dan


5
menjanjikan untuk mewujudkan kesejahteraan jemaat dalam rangka mewujudkan

Kerajaan Allah. Untuk itu penulis mengusung judul “Pemberdayaan Ekonomi

Jemaat dengan Pemanfaatan idle Resources di GBKP Tanjung Beringin.

B. Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah berdasarkan uraian latar belakang di atas adalah:

1. Jemaat GBKP Tanjung Beringin sebagian besar mengalami kesulitan finansial

dalam masa penantian panen jagung.

2. Diperkirakan jemaat GBKP Tanjung Beringin masih belum memanfaatkan

sumber daya yang ada secara optimal sehingga menjadi sumber daya yang

menganggur (idle resources).

3. Gereja GBKP Tanjung Beringin mengalami kendala finansial dalam hal

pembangunan dan peningkatan kualitas pelayanan..

4. Diperkirakan Gereja GBKP Tanjung Beringin belum memanfaatkan sumber

daya yang ada secara optimal untuk meningkatkan sumber keuangan gereja.

5. Rendahnya kesadaran gereja akan pentingnya memenuhi kebutuhan jemaat

secara holistik, termasuk dalam hal ekonomi.

6. Jemaat dan Gereja GBKP Tanjung Beringin membutuhkan pemberdayaan

ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi gereja dan masyarakat.

C. Pembatasan Masalah dan Fokus Penelitian

Agar penelitian ini lebih efektif, efisien dan dapat dikaji lebih mendalam maka

masalah penelitian ini sebatas kinerja potensi ekonomi jemaat. Untuk itu yang

menjadi fokus penelitian ini adalah kinerja potensi ekonomi jemaat, sumber daya
6
yang dimiliki jemaat dan gereja GBKP Tanjung Beringin serta hasil usaha yang

dilakukan jemaat. Dengan meneliti akan hal tersebut maka penulis dapat menganalisa

peluang pemberdayaan ekonomi jenis apa yang dilakukan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah penelitian

dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana kebutuhan gereja dan jemaat terhadap pemberdayaan ekonomi?

2. Bagaimana pemahaman jemaat tentang pengembangan ekonomi dengan

memanfaatkan idle resources?

3. Bagaimana peran gereja dalam memberdayakan ekonomi jemaat dengan

memanfaatkan idle resources?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan pemahaman jemaat tentang pentingnya peningkatan ekonomi

jemaat untuk meningkatkan kesejahteraan hidup dan meningkatkan kualitas

pelayanan gereja.

2. Meningkatkan pemahaman jemaat untuk memanfaatkan idle resources dalam hal

ekonomi sehingga menjadi berdaya.

3. Menawarkan perananan gereja yang nyata untuk memberdayakan ekonomi jemaat

dengan memanfaatkan idle resources

7
F. Manfaat Hasil Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan. Penelitian ini akan menjadi model konkret

pemberdayaan ekonomi jemaat yang kontekstual dan konkret sehingga membuka

cakrawala wawasan pembacanya.

2. Bagi jemaat, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi jemaat dalam

meningkatkan kesejahteraan ekonominya dengan memanfaatkan sumber daya

yang ada.

3. Bagi gereja, penelitian ini diharapkan memberikan sumbangsih kepada gereja

dalam hal pemahaman betapa pentingnya gereja berperan dalam pemberdayaan

ekonomi jemaat. Bagi gereja lokal GBKP Tanjung Beringin, penelitian ini akan

menjadi sebuah gambaran konkrit tentang jemaat setempat dan membuka

wawasan gereja untuk meningkatkan pelayanannya. Bagi gereja secara sinodal,

penelitian ini akan menjadi pilot project pelayanan gereja dalam memberdayakan

ekonomi jemaat untuk kemudian dapat dijadikan acuan dalam sesuai dengan

konteks gereja masing-masing.

8
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

Sesuai dengan latar belakang atau tujuan yang telah diuraikan dalam bab I maka

diperlukan landasan literatur yang memberi gambaran berpikir. Bab ini menjabarkan

tentang pentingnya pemberdayaan ekonomi masyarakat, pandangan Alkitab

mengenai pemberdayaan ekonomi jemaat, peran gerjeja dalam pemberdayaan

ekonomi jemaat, dan pemberdayaan ekonomi jemaat dengan pemanfaatan idle

resources.

1. Pentingnya Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Secara etimologis pemberayaan berasal dari kata “daya” yang berarti kekuatan

atau kemampuan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemberdayaan berarti

proses, cara, perbuatan memberdayakan. Dalam bahasa Inggris pemberdayaan adalah

empowerment. Dengan demikian pemberdayaan dapat diartikan sebagai suatu proses

menuju berdaya, memiliki kekuatan atau kemampuan. Dilihat dari arti katanya

pemberdayaan lebih kepada suatu tindakan untuk menjadikan seseorang menjadi

kuat, mampu dan berdaya.

Menurut Eddy Papilaya (2007:42) pada prinsipnya pemberdayaaan ekonomi ini

memberikan kekuatan kepada masyarakat untuk keluar dari ketidakberdayaanya

yang bisa saja diakibatkan oleh kondisi internal (persepsi mereka sendiri) maupun

oleh kondisi eksternal (keadaan di luar dirinya). Miradj dan Shofwan (2021:16)

mengatakan bahwa proses pemberdayaan masyarakat miskin melalui pendidikan


9
nonformal, sesungguhnya merupakan sebuah upaya untuk memungkinkan

masyarakat dalam segala keberadaannya dapat memberdayakan dirinya. Proses

pemberdayaan dalam menyelesaikan persoalan kemiskinan dalam gaya ini

menunjukkan pada suatu tindakan nyata yang harus dilakukan secara bertahap untuk

dapat mengubah kondisi masyarakat yang lemah baik dari aspek pengetahuah, sikap,

dan kebiasaan menuju pada penguasaan pengetahuan sikap-prilaku sadar dan

kecakapan keterampilan yang baik agar masyarakat dapat berdaya untuk

meningkatkan taraf kehidupan mereka dari kehidupan sebelumnnya menjadi lebih

baik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemberdayaan ekonomi menyangkut

pemberdayaan masyarakat secara holistik, tidak hanya mengenai finansial semata,

melainkan mental, pengetahuan, kebiasaan dan kesadaran dalam meningkatkan

kesejahteraan.

Diatmika (2022:44) mengatakan bahwa pemberdayaan tidak dapat dilakukan

dalam jangka waktu pendek karena hal ini merupakan proses investasi untuk

memperoleh keuntungan yang berguna dalam peningkatan mutu dan kesejahteraan

hidup masyarakat. Adapun langkah- langkah pemberdayaan masyarakat yang dapat

digunakan menurut Diatmika (2022:45) adalah:

1. Melakukan pendekatan, yang dapat dilakukan dengan cara:

a. Pendekatan kesejahteraan yang berpusat pada pemberian bantuan kepada

masyarakat untuk menghadapi bencana.

b. Pendekatan pembangunan dengan berpusat pada peningkatan kemandirian,

kemampuan dan keswadayaan masyarakat lokal.


10
c. Pendekatan pemberdayaan dengan melatih masyarakat mengatasi

ketidaberdayaannya.

d. Pendekatan dalam perencanaan untuk mengenali kebutuhan masyarakat,

yakni:

- Pendekatan teknorat (top down) dengan mengatasi masalah masyarakat

berdasarkan data dan hasil pengamatan profesional.

- Pendekatan partisipatif (bottom up) dengan melibatkan seluruh

masyarakat dan pemangku kepentingan.

2. Pendampingan berkelanjutan

Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa kegiatan pemberdayaan tetap

berjalan sesuai tujuan dan harapan dengan fasilitasi, penguatan, perlindungan

dan pendukungan.

Sulistiyani dalam Miradj dan Shofwan (2021: 20) menyatakan bahwa ada

beberapa tahapan sebagai langkah awal dalam proses pemberdayaan masyarakat

yaitu:

1. Tahap penyadaran dan pembentukan prilaku, lebih menekankan kepada

sentuhan penyadaran akan membuka keinginan dan kesadaran masyarakat akan

kondisi masa kini dan perlunya memperbaiki kehidupan untuk menciptakan

masa depan yang lebih baik.

2. Tahap proses transformasi pengetahuan dan kecakapan keterampilan dapat

berlangsung baik, penuh dengan semangat dan berjalan efektif jika tahap

pertama telah terkondisi dengan baik.


11
3. Tahap pengayaan atau peningkatan intelektualitas dan kecakapan keterampilan

yang diperlukan, agar mereka dapat membentuk kemampuan kemandirian yang

ditandai dengan membentuk inisiatif, untuk melahirkan kreasi-kreasi dan

melakukan inovasi di dalam lingkungannya.

Diatmika (2022:58) mengatakan bahwa pemberdayaan masyarakat juga

memberikan peluang lapangan pekerjaan baru bagi pengangguran, memberikan

pengetahuan, keterampilan, pendampingan maupun modal untuk dapat

mengembangkan potensi yang dimilikinya. Artinya bahwa pemberdayaan ekonomi

mengambil peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sehingga sangat

penting untuk mendapatkan perhatian.

2. Pandangan Alkitab Mengenai Pemberdayaan Ekonomi Jemaat

Memberikan perhatian dalam hal pemberdayaan ekonomi jemaat adalah hal

penting yang dilakukan oleh gereja. Secara alkitabiah, Mastra (2019:68) menekankan

pemilihan Tuhan terhadap keberadaan diri selaku orang Kristen yang disertai amanat

untuk menghasilkan buah, dengan menunjuk kata-kata perpisahan Yesus dalam

Yohanes 15:16, “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu.

Dan aku akan menetapkan kamu supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan

buahmu itu tetap. Supaya apa yang kamu minta di dalam nama-Ku diberikanNya

kepadamu.”. Amanat Yesus ini adalah sebuah panggilan untuk menjadi berkat

dengan menghasilkan buah. Mastra (2019:70) mengandaikan panggilan ini dalam

pemahaman “Teologi Pohon Mangga” yang berbuah. Ia mengatakan bahwa,

pertama: menjadi saksi karena buah dikenal dari pohonnya; kedua: buah tersebut
12
menjadi berkat karena dagingnya bisa dimakan, ketiga: biji dari buah tersebut dapat

ditanam bijinya dalam arti membawa jiwa baru ke dalam Tuhan. Dengan demikian

penulis melihat pemahaman Mastra mengacu pada panggilan untuk berdaya dan

memberdayakan. Berdaya secara ekonomi adalah salah satu wujud dari amanat

Yesus untuk kemudian memberdayakan orang lain. Merespon panggilan tersebut

gereja dipanggil mandiri dalam hal ekonomi secara organisasi untuk kemudian

mampu memberdayakan jemaatnya bahkan masyarakat.

3. Pemberdayaan Ekonomi Sebagai Salah Satu Tanggung Jawab Gereja

Melalui teologi perut, Mastra (2019:73) menekankan pentingnya

mengusahakan kemandirian gereja dengan kepemilikan sumber daya yang memadai

untuk mencukupi kebutuhan dirinya sendiri dan juga untuk berbagi dengan orang

lain. Mastra (2019:73) meyakini bahwa orang Kristen tidak seharusnya tetap tinggal

dalam kemiskinan, bahkan ia berpendapat bahwa orang Kristen seharusnya menjadi

“kapitalis” dalam arti orang yang senantiasa mengembangkan modal, seperti dalam

perumpamaan Yesus tentang pelipatgandaan talenta.

Selanjutnya dalam teologi berkat, Mastra (2019:75) berpendapat bahwa

sebaiknya gereja membuang pemahaman lama yang menganggap gereja sebagai

objek (penyalur berkat: tergantung pada yang di luar gereja) melainkan gereja

harusnya menjadi subjek (sumber berkat). Artinya bahwa selama ini gereja

menganggap gereja selalu perlu dibantu dalam hal dana, saatnya gerejas bergerak

melalui semangat wiraswastanya gereja mampu menjadi sumber dana (berkat).

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa semua pekerjaan pelayanan gereja


13
membutuhkan uang. Oleh karena itu kemajuan suatu gereja ditentukan oleh

kemampuannya mendapatkan uang, bukan saja oleh kemampuannnya menyalurkan

uang dalam bentuk pelayanan-pelayanan. Perolehan akan hal ini harus didasari

dengan pengubahan paradigma gereja yang dari tradisional memiliki jiwa

kewirausahaan. Mastra (2019:79) mengatakan bahwa dengan adanya jiwa

kewirausahaan dalam gereja maka hasil dari wirausaha jemaatnya akan

meningkatkan persepuluhan jemaat, yang dapat dipergunakan untuk memperluas dan

meningkatkan kualitas pelayanan gereja. Dengan demikian semangat kewirausahaan

menurut Mastra (2019:82) sangat penting untuk dikembangkan dalam masyarakat

Kristen Indonesia melalui gereja karena dengan demikianlah maka kondisi gereja di

Indonesia akan menjadi lebih baik. Dengan sangat realistis, Mastra (2019:80)

mengakui bahwa memang uang sangat besar godaannya sehingga bisa saja

menghambat pelayanan nantinya. Untuk itu pihak penanggungjawab harus kuat di

dalam iman agar bisa mengatasi cobaan-cobaan dalam keuangan.

Mastra (2019:85) berpendapat bahwa dengan teologi berkatnya, sebagai

tandingan teologi kemiskinan bisa menolong untuk melepas pola ketergantungan

jemaat kepada gereja, ketergantungan gereja pada pertolongan dana dari luar dan

memungkinkan gereja bertumbuh menjadi berkat bagi masyarakat sekitarnya. Hal ini

tentu saja berbeda dengan teologi kemakmuran yang hanya berorientasi pada

kemakmuran diri sendiri, sementara teologi berkat lebih kepada pemberdayaan untuk

dapat memberdayakan orang lain. Penulis sependapat dengan apa yang dikatakan

Mastra tersebut mengenai pentingnya peran gereja dalam memperhatikan


14
kesejahteraan ekonomi jemaat dan merangsang semangat kewirausahaannya. Dengan

demikian gereja menjadi lebih “membumi” dan potensial untuk meningkatkan

kualitas pelayanannya tanpa ada hambatan dalam hal finansial.

4. Bentuk-bentuk Dan Upaya Pemberdayaan Ekonomi

Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat yang

menjadi tanggung jawab pemerintah dan gereja, maka ada beberapa upaya yang

dapat dilakukan yaitu:

a. Mendorong untuk meningkatkan pendapatan

Menurut Mauna Naga (2010:200) pendapatan adalah berupa sejumlah uang yang

diterima oleh sesorang atau lebih anggota keluarga dari jerih payah kerjanya.

Secara umum pendapatan didefinisikan sebagai masukan yang diperoleh

masyarakat atau negara dari keseluruhan aktivitas yang dijalankan termasuk

pendapatan yang diperoleh tanpa melakukan kegiatan apa pun. Menurut

Kartasasmita (1996:13), untuk meningkatkan pendapatan masyarakat ini dapat

dilakukan dengan 3 upaya yaitu:

i. Menciptakan iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang

(enabling): dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran

akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya

ii. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering):

menyangkut penyediaan berbagai masukan (input) dan pembukaan akses ke

dalam berbagai peluang

15
iii. Peningkatan taraf pendidikan dan derajat kesehatan serta akses ke dalam

sumber-sumber kemajuan ekonomi, seperti: modal, teknologi, informasi,

lapangan kerja, dan pembangunan sarana dan prasarana.

b. Mengoptimalkan pengelolaan sumber daya

Sumber daya ekonomi adalah segala sumber daya yang dimiliki berupa barang

atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia, baik yang berasal dari sumber

daya alam maupun sumber daya manusia yang dapat memberikan keuntungan

serta dapat diolah sebagai modal dasar dalam pembangunan ekonomi

(www.pusatilmupengetahuan.com, diakses 11 November 2022). Agar sumber

daya tersebut lebih optimal dan produktif maka dibutuhkan pengelolaan sehingga

menghasilkan keuntungan yang maksimal. Menurut Simarmata (2021:10), untuk

mengoptimalkan sumber daya alam dapat dilakukan dengan memanfaatkan alam

sebesar-besarnya untuk kemakmuran dengan tetap memperhatikan kelestarian

fungsi lingkungan hidupnya. Menurut Jumadi (2022:20) Sumber daya manusia

dikelola dengan perencanaan, pengorganisasian dan pengendalian bermacam-

macam fungsi pengadaan, pengembangan, pemeliharaan dan pemanfaatan tenaga

kerja sedemikian rupa sehingga: tujuan usaha tercapai efektif dan efisien, tujuan

semua pegawai dilayani sampai tingkat optimal, tujuan masyarakat diperhatikan

dan dilayani dengan baik. Artinya dengan pengelolaan sumber daya manusia

maka manusia yang ada di dalamnya akan mengeluarkan versi terbaik dalam

kinerjanya sehingga akan memuaskan tujuannya untuk bekerja. Hal iini tentu

harus dibarengi dengan pelatihan dan pendidikan.


16
c. Pemanfaatan idle resources

Salah satu kunci keberhasilan ekonomi adalah dengan memanfaatkan sumber

daya. Sumber daya yang tidak dimanfaatkan dengan optimal disebut sebagai

sumber daya yang menganggur (idle resources). Aira (2014:22) mengatakan

betapa pentingnya menciptakan sumber pendapatan dengan cara melakukan

langkah strategis untuk mengoptimalkan aset pemerintah karena aset yang idle

membutuhkan biaya operasional dan pemeliharaan yang besar. Pernyataan

tersebut mengindikasikan bahwa selain tidak menghasilkan, idle resources juga

dapat merugikan karena membutuhkan biaya perawatan. Dengan demikian ada

baiknya jika idle resources tersebut dimanfaatkan dengan optimal.

5. Pemberdayaan Ekonomi dengan Pemanfaatan Idle Resources

Hutt (2011:3) mendefinisikan idle resources sebagai kapasitas berlebih dalam

hal peralatan dan pengangguran dalam hal tenaga kerja. Artinya, idle resources

tersebut dapat saja terjadi pada bentuk barang maupun jasa. Sumber daya yang tidak

digunakan sama sekali, tidak optimal penggunaannya atau tidak produktif disebut

sebagai sumber daya yang menganggur (idle resources). Sumber daya yang

menganggur jika dimanfaatkan akan menghasilkan nilai ekonomi. Berikut ini adalah

sumber daya yang seringkali tidak digunakan secara optimal (menganggur) yaitu:

a. Tenaga kerja

Hasyim (2017:198) mengatakan bahwa tenaga kerja manusia biasanya

sebagai sumber daya produktif satu-satunya yang dimiliki untuk dijual,

kehilangan pendapatan paling banyak terjadi ketika sumber daya manusia


17
menganggur. Tenaga kerja manusia yang dimanfaatkan secara optimal akan

menghasilkan nilai ekonomi, sedangkan tenaga kerja yang menganggur akan

menghabiskan biaya dengan lebih dramatis. Selanjutnya Hasyim (2017:198)

mengatakan bahwa salah satu faktor pendukung kesejahteraan masyarakat adalah

pendapatan. Pendapatan yang maksimum tercapai jika tingkat penggunaan tenaga

kerja penuh dapat terealisasi.

Desmawan, dkk (2021:36) menjabarkan bahwa ada beberapa jenis

pengangguran berdasarkan ciri-cirinya yaitu sebagai berikut:

i. Pengangguran terbuka

Pengangguran jenis ini disebabkan oleh pertambahan tenaga kerja yang lebih

tinggi dibandingkan dengan pertambahan lowongan kerja sehinga banyak

jumlah tenaga kerja yang tidak mendapatkan pekerjaan.

ii. Pengangguran terselubung

Pengangguran jenis ini disebabkan oleh tenaga kerja yang bekerja tidak

sesuai dengan kemampuannya sehingga ia tidak akan bekerja secara optimal.

iii. Pengangguran tersembunyi

Pengangguran jenis ini disebabkan oleh penggunaan tenaga kerja yang lebih

banyak dari yang dibutuhkan.

iv. Pengangguran bermusim

Pengangguran jenis ini biasanya terjadi di sektor pertanian dan perikanan

karena nelayan dan petani bekerja mengikuti jalannya musim. Nelayan tidak

dapat bekerja jika arus air yang tinggi, petani tidak bisa bekerja di musim
18
kemarau karena tanah kering. Dalam musim yang demikian petani dan

nelayan terpaksa untuk menganggur.

v. Setengah menganggur

Pengangguran jenis ini terjadi ketika seseorang bekerja secara penuh, namun

produktivitasnya rendah yang berimbas pada pengurangan jam kerja sehingga

tidak memiliki arti atas produksi secara keseluruhan.

b. Persediaan (Inventory)

Persediaan kerap kali menjadi sumber daya yang menganggur dalam sebuah

perusahaan karena tidak menghasilkan nilai ekonomi. Purwadinata dan

Batilmurik (2020:135) mengatakan bahwa persediaan ini menganggur karena

menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud dengan proses lebih lanjut dalam

hal ini adalah kegiatan peroduksi pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran

pada sistem distribusi, ataupun kegiatan konsumsi pada sistem rumah tangga.

Dengan demikian persediaan yang tidak dimanfaatkan dengan optimal menjadi

sebuah sumber daya yang menganggur.

Tidak hanya dalam bentuk barang atau alat-alat produksi, persediaan dalam

hal ini juga bisa dalam bentuk uang. Uang yang tidak dipergunakan secara

produktif menjadi sumber daya yang menganggur. Salah satu cara menjaga

produktifitas uang adalah dengan melakukan deposito. Dalam pemahaman

perekonomian Islam Wibisono (2015:12) mengatakan bahwa zakat adalah salah

satu upaya mengurangi penumpukan dana yang tidak produktif dan menganggur.

Artinya dalam pemahaman Islam bahwa kekayaan yang tidak diinvestasikan


19
secara produktif (idle) maka nilai kekayaan akan turun dari tahun ke tahun.

Untuk itu dalam perekonomian Islam dipahami bahwa dimana zakat diterapkan,

akan terjadi investment-switching dari investasi di aset-aset yang tidak produktif

ke investasi di aset-aset produktif.

c. Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Alam

Menurut Jakaria, dkk (2021: 161) sumber daya ekonomi yang paling berperan

penting dalam pembangunan adalah sumber daya manusia dan sumber daya

alam. Jakaria, dkk (2021:162) mengatakan bahwa sumber daya manusia banyak

berperan penting dalam tenaga kerja, tenaga ahli, pimpinan perusahaan,

produsen, usahawan, pencipta dan pengembang ilmu pengetahuan dan teknologi,

juga berperan mengorganisasikan konsumsi sebagai faktor produksi. Sementara

sumber daya alam adalah semua benda hidup atau mati yang ada secara alami

yang secara tradisional dikaitkan kegunaannya bagi manusia.

d. Waktu

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesa (1997) waktu adalah seluruh rangkaian

saat ketika proses, perbuatan atau keadaan berada atau berlangsung. Dalam hal

ini skala waktu merupakan interval antara dua buah kejadian, atau bisa

merupakan lama berlangsungnya suatu kejadian. Untuk memaksimalkan

penggunaan waktu yang ada dibutuhkan manajemen waktu. Menurut

Suryadharma (2022:93) time management berawal dari revolusi industri, yaitu

mulai adanya perhatian tentang pengelolaan waktu secara efektif dan efisien

untuk bisa mengontrol waktu yang dimiliki. Orang yang menghargai waktu yang
20
ada tentu tidak akan menyia-nyiakan waktu yang ada tetapi mempergunakan

waktu tersebut dengan baik untuk menghasilkan sesuatu yang berguna. Untuk itu

(2022:94) mengatakan bahwa time management menjadi sebuah upaya untuk

pemanfaatan secara efektif bagian-bagian dari waktu untuk melakukan aktivitas

tertentu supaya target yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik.

Pengaturan waktu yang sedemikian rupa tentu harus memiliki komitmen dan

disiplin yang tinggi. Penggunaan waktu yang ada secara optimal tentu

berbanding lurus dengan tingkat produktifitas yang dihasilkal. Artinya waktu

yang digunakan dengan baik akan mengoptimalkan penghasilan seseorang.

Dengan melihat hal-hal apa saja yang berpotensi sebagai sumber daya yang

menganggur di atas, dapat dikatakan bahwa besar peluang bagi manusia untuk

memiliki sumber daya yang menganggur. Sumber daya yang menganggur tersebut

jika dimanfaatkan akan menghasilkan nilai ekonomi. Dengan demikian optimalisasi

sumber daya yang menganggur akan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan

manusia.

B. Kajian Penelitian Yang Relevan

Untuk memperkaya wawasan dalam penelitian ini dibutuhkan penelitian

terdahulu sebagai gambaran dan perbandingan penilitian. Berikut ini adalah

penelitian yang relevan terkait pemberdayaan ekonomi dan pemanfaatan idle

resources.

21
Tabel 1.1. Hasil Penelitian Yang Relevan

No Nama, Judul, Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan


Metode
Penelitian
1.  Peneliti: Grace GMIM berperan dalam Sama-sama Penelitian
Sumbung, Agus pemberdayaan ekonomi meneliti peran Sumbung
Suman, Kliwon jemaat melalui Pusat gereja dalam berfokus pada
Hidayat, Paulus Pembinaan Warga Gereja pemberdayaan sejauh mana
Kindangen (PPWG) dengan membuka ekonomi upaya GMIM
(2012) Balai Kerja dan Latihan jemaat/masyar memberdayaka
 Judul: Peran Keterampilan akat. n ekonomi
Gereja dalam (BKLK/BLPT) dengan jemaat,
Peningkatan pengolahan kayu kelapa sedangkan
Ekonomi yang telah berhasil penelitian ini
Jemaat di meningkatkan berfokus pada
Tomohon kesejahteraan masyarakat. peluang apa
Sulawesi Utara yang dapat
 Metode dilakukan
Penelitian: gereja untuk
Deskriptif memberdayaka
Kualitatif n ekonomi
jemaat.
2.  Peneliti: Femy Peningkatan pendapatan Sama-sama Penelitian
M.G.Tulusan masyarakat di desa Lolah II memberi Tulusan
dan Fery dilakukan melakui berbagai perhatian pada berfokus pada
Y.Londa (2014) program pemberdayaan upaya peran
 Judul: seperti bantuan pinjaman meningkatkan Pemerintah dan
Peningkatan modal usaha dan pelatihan pendapatan kebijakan desa,
Pendapatan keterampilan usaha masyarakat sedangkan
Masyarakat ekonomi dengan cara penelitian ini
Melalui enabling, empowering dan berfokus pada
Program protecting. Namun peran gereja
Pemberdayaan demikian upaya ini
di desa Lolah II mengelamai keterbatasan
Kecamatan karena tingka konsumsi,
Tombariri gaya hidup dan kondisi
Kabupaten sosial masyarakat
Minahasa menjadikan peningkatan
 Metode pendapatan berjalan lambat.
Penelitian:
deskriptif
Kualitatif
3.  Peneliti: Ekonomi Kreatif menjadi Sama-sama Habib meneliti
Muhammad salah satu konsep penting meneliti upaya secara
Alhada dalam pemberdayaan pemberdayaan konseptual
22
Fuadilah Habib ekonomi masyarakat karena ekonomi berdasarkan
(2021) banyak program di bidang masyarakat. literatur dan
 Judul: Kajian ini yang berhasil sukses histori
Teoritis dalam pemberdayaan pemberdayaan
Pemberdayaan ekonomi . Ekonomi kreatif ekonomi secara
Masyarakat dan berbasis modal kreatifitas general,
Ekonomi yang dapat berpotensi sedangkan
Kreatif meningkatkan pertumbuhan penulis
 Metode ekonomi. Salah satunya meneliti realita
Penelitian: adalah BumDes yang kehidupan
Deskriptif dikelola Pemerintah dan ekonomi
Kualitatif masyarakat secara jemaat secara
bersamaan. spesifik di
GBKP Tanjung
Beringin.
4.  Peneliti: Abdul Peningkatan Kesejahteraan Sama-sama Rahman
Rahman (2018) masyarakat dilakukan meneliti upaya meneliti
 Judul: dengan pembangunan peningkatan kesejahteraan
Identifikasi infrastruktur fisik, kesejahteraan masyarakat
Peningkatan pembangunan pendidikan masyarakat. secara holistik,
Kesejahteraan dan pembangunan sedangkan
Masyarakat di kesehatan. penulis
Kecamatan meneliti
Sungaiambawa kesejahteraan
ng Kalimantan masyarakat
Barat secara spesifik
 Metode yaitu dalam hal
Penelitian: ekonomi.
Deskriptif
Kualitatif
5.  Peneliti: Diakoni Karitatif dan Sama-sama Baresaby
Welhelmus reformatif hanya bantuan meneliti memberi
Abraham siap pakai, sebab itu jemaat tentang perhatian
Beresaby GPM belum diberdayakan pembedayaan khusus pada
(2021) sesuai dengan potensi yang jemaat diakonia gereja
 Judul: ada di jemaat sehingga sedangkan
Pemberdayaan dibutuhkan diakoni penulis lebih
Jemaat dalam transformatif yang kepada upaya
Perspektif menolong jemaat untuk pemberdayaan
Diakonia mengembangkan potensi ekonomi.
Transpormatif yang ada di dalam dirinya
Studi sehingga semakin berdaya
Implementasi secara holistik.
Dana Sharing
GPM
 Metode
23
Penelitian:
Mixed Method
6.  Peneliti: Ayi Tidak sepenuhnya Sama-sama Sobarna
Sobarna (2003) kemiskinan di perkotaan melibatkan meneliti
 Judul: Konsep disebabkan oleh struktur agama dalam ekonomi
Pemberdayaan maupun alam, mayoritas pemberdayaan perkotaan
Ekonomi mereka mempunyai ekonomi. dalam
Masyarakat masalah psikologis dan perspektif
Miskin masalah hukum. Kewajiban agama Islam,
Perkotaan memberdayakan ekonomi penelitian ini
 Metode masyarakat merupakan meneliti
Penelitian: kewajiban yang include ekonomi di
Deskriptif dalam agama. pedesaan
Kualitatif dalam
perspektif
agama Kristen.
7.  Peneliti: Udin Optimalisasi pemanfaatan Sama-sama Hidayat, dkk
Hidayat, dkk aset pada Wisma PKP-RI meneliti aset meneliti
(2021) Kabupaten Garut belum yang belum manajemen
 Judul: terlaksana dengan baik, optimal dan
Implementasi karena diketahui pemanfaatanny pemanfaatan
Manajemen pemanfaatan aset wisma a. aset koperasi
Aset Tetap Pada secara keseluruhan selama sebagai
Kopesarasi 5 tahun terakhir adalah penyebab
Fungsional sebesar 26,3%, dengan menurunnya
Dalam Upaya presentase penggunaan aset pendapatan
Optimalisasi terkecil terdapat pada aula koperasi pada
Pemanfaatan dan kamar bisnis. Selain itu tanun 2017,
Aset Tetap masih ada beberapa funsi sedangkan
 Metode manajemen aset yang penulis
Penelitian: menyebabkan turunnya meneliti
Kualitatif optimalisasi pemanfaatan kebutuhan
aset pada koperasi, seperti jemaat akan
pada fungsi penilaian, legal pemberdayaan
audit, dan penghapusan ekonomi oleh
aset. gereja dengan
memanfaatkan
idle resources.
8.  Peneliti: Salah satu upaya dalam Sama-sama Hasniati
Hasniati,dkk memberdayakan ekonomi meneliti meninjau
(2021) umat adalah meningkatkan pemberdayaan sumber daya
 Judul: kegiatan produksi untuk ekonomi umat yang ada dari
Pemberdayaan meghasilkan barang atau dengan sudut pandang
Ekonomi Umat jasa dengan memanfaatkan memanfatkan agama Islam,
Melalui sumber-sumber daya (alam, sumber daya sedangkan
Peningkatan tenaga, manusia, modal, yang ada. penelitian ini

24
Produksi dalam dan organiasi) yang tidak meninjau dari
Sistem melanggar ajaran Islam. sudut pandang
Ekonomi Islam Kristen dan
 Metode berfokus pada
Penelitian: sumber daya
Kualitatif yang
menganggur.
Sumber: Pengumpulan Data

Tabel di atas mengindikasikan bahwa penelitian terdahulu juga mendapat temuan

pentingnya pemberdayaan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pemberdayaan ekonomi ini dapat dilakukan oleh pemerintah maupun gereja. Hasil

penelitian terdahulu menunjukkan bahwa jenis pemberdayaan ekonomi yang tepat

untuk dilakukan adalah yang sesuai dengan konteks dan potensi tempat penelitian.

Dengan demikian pemberdayaan ekonomi yang relevan dapat diwujudkan untuk

menunjang kesejahteraan ekonomi masyarakat maupun jemaat.

C. Kerangka Teoritis

Secara teknis kerangka teoritis disajikan sebagai berikut:

- Mengacu pada teori lingkaran setan kemiskinan Nurske maka lingkaran setan

kemiskinan di GBKP Tanjung Beringin dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1: Lingkaran setan kemiskinan di GBKP Tanjung Beringin

Biaya
operasional Gereja miskin
rendah
Pemberdayaan
ekonomi

Pendapatan gereja Sumber daya


rendah menganggur

Kolekte Jemaat
rendah miskin

Sumber: Nurske dalam Damanhuri (2010:19) dalam konteks GBKP Tanjung Beringin

25
Gambar di atas menunjukkan lingkaran setan kemiskinan di GBKP Tanjung

Beringin, yang mana rantai kemiskinan terpaut satu dengan yang lainnya dan

menjadi penyebab kemiskinan lainnya. Gereja yang miskin, memiskinkan jemaat,

dan jemaat yang miskin, memiskinkan gereja, demikian seterusnya menjadi

sebuah lingkaran. Salah satu upaya memutuskan lingkaran setan kemiskinan

tersebut adalah dengan pemberdayaan ekonomi jemaat.

- Upaya pemberdayaan ekonomi jemaat di GBKP Tanjung Beringin dituangkan

dalam kerangka berpikir melalui bagan di bawah ini:

Gambar 2.2: Lingkaran setan kemiskinan di GBKP Tanjung Beringin

KONDISI
Jemaat belum Jemaat miskin
memanfaatka
AWAL (kurang
n idle
resources sejahtera)

idle resources

TINDAKAN Pemberdayaan
ekonomi Memanfaatkan
jemaat idle resources

JEMAAT SEJAHTERA,
KONDISI diduga melalui “X” dapat
AKHIR
meningkatkan “Y “bagi
Jemaat

Sumber: Analisis penulis

Dari bagan di atas, maka dapat dimaknai bahwa kondisi awal jemaat yang belum

sejahtera namun memiliki idle resources. Dalam upaya meningkatkan


26
kesejahteraan (pemberdayaan ekonomi) dilakukan pemanfaatan ekonomi jemaat

sehingga kemudian meningkatkan kesejahteraan jemaat. Diduga bahwa

pemanfaatan idle resources dapat memberdayakan jemaat GBKP Tanjung

Beringin dalam hal ekonomi.

D. Pertanyaan Penelitian

Adapun upaya yang dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk memberikan

jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di bawah ini:

1. Apakah gereja dan jemaat di GBKP Tanjung Beringin membutuhkan

pemberdayaan ekononomi?

2. Bagaimana upaya yang sudah dilakukan oleh gereja untuk memberdayakan

ekonomi gereja dan jemaat di GBKP Tanjung Beringin?

3. Apakah gereja dan jemaat di GBKP Tanjung Beringin memiliki idle resources

yang belum dimanfaatkan secara optimal untuk menghasilkan uang?

27
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Creswell (2021:21)

mengatakan bahwa penelitian jenis ini dimulai dengan asumsi dan penggunaan

kerangka penafsiran/ teoritis yang membentuk atau memengaruhi studi tentang

permasalahan riset yang terkait dengan makna yang dikenakan oleh individu atau

kelompok pada suatu permasalahan sosial atau manusia. Artinya penulis mencoba

untuk mendialogkan teori dan pengalaman jemaat terkait dengan pemberdayaan

ekonomi jemaat. Penelitian ini bersifat partisipatoris karena penulis terlibat langsung

dalam kehidupan jemaat. Penelitan Partisipasi menurut Purba, dkk (2021:12)

mengatakan bahwa jenis penelitian ini sebagai strategi transformasi sosial yang

menekankan pada keterlibatan masyarakat, rasa ikut memiliki program dan analisis

problem sosial yang berbasis masyarakat. Penelitian ini didasarkan pada pengalaman

hidup, membahasa masalah-masalah yang signifikan, dikembangkan dalam suatu

kolaborasi dan berupaya guna memahami dan meningkatkan kehidupan sosial di

dunia dengan melaksanakan perubahan. Menurut Kemmis dan Taggart dalam buku

Bernadetta, dkk (2021:12) mengatakan bahwa penelitian partisipatoris penelitian

yang diawali dengan merencanakan, melakukan tindakan atau aksi, dan

mengevaluasi hasil tindakan sehingga menghasilkan perubahan sosial. Dengan

demikian penulis melihat bahwa penilitian partisipatoris ini sangat relevan dengan

tujuan dari penelitian ini. Peneliti sendiri sebagai pelaku kegiatan tani dan ternak di
28
desa ini sehingga kegiatan ini dirasakan sendiri oleh penulis dan dapat dijadikan

sebagai perbandingan, bukan acuan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian yang dilakukan penulis adalah di GBKP Tanjung Beringin

yang beralamat di desa Tanjung Beringin, Kecamatan Munte, Kabupaten Karo.

Adapun gereja ini adalah tempat penulis melayani dan berjemaat pada saat penelitian

ini dilakukan, untuk itu waktu penulitian dilakukan penulis selama proses penulisan

tesis ini berlangsung.

C. Subjek Penelitian dan Objek Penelitian

Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah jemaat GBKP Tanjung

Beringin, dokumen GBKP Tanjung Beringin terkait dengan dinamika program dan

keuangan, dan penelitian terdahulu terkait dengan penmberdayaan masyarakat.

Selanjutnya, yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah kinerja potensi ekonomi

jemaat, dinamika keuangan jemaat, sumber daya yang berpotensi untuk

dimanfaatkan untuk menambah penghasilan, dan peran gereja dalam

memberdayakan ekonomi jemaat.

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Adapun teknik dan instrumen pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis

adalah sebagai berikut:

1. Teknik Pengumpulan Data

Penulis mengumpulkan data dengan cara melakukan wawancara menggunakan

panduan daftar pertanyaan (kuesioner) terhadap responden. Adapun objek penelitian


29
adalah kinerja potensi ekonomi jemaat, sumber daya yang dimiliki (tersisa) dan hasil

usaha yang dilakukan jemaat. Dengan demikian penulis memperoleh informasi

mengenai dinamika kinerja jemaat beserta penghasilannya dan peluang yang dapat

dikembangkan untuk memberdayakan ekonomi jemaat. Kuesioner yang akan

digunakan dalam pengambilan data disajikan dalam lampiran.

2. Data dan Sumber Data

Untuk mencapai tujuan yang sudah diuraikan pada bagian terdahulu, peneliti

akan menggunakan data sebagai berikut:

a. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diterbitkan oleh lembaga penerbitan. Dalam

penelitian ini data sekunder yang akan dianalisis antara lain data terbitan Badan

Pusat Statistik tentang gambaran ekonomi Kabupaten Karo, data dan arsip dari

Sinode tentang pemanfaatan sumber daya yang dimiliki Gereja, serta data-data

yang diterbitkan berbagai lembaga terkait dengan pemberdayaan umat.

b. Data Primer

Data primer adalah data yang diambil langsung dari objek penelitian.

Dalam hal ini data primer yang akan dianalisa adalah arsip Gereja, persepsi

Jemaat, dan persepsi berbagai pemangku kepentingan terkait pengembangan

ekonomi jemaat yang akan ditanyakan langsung kepada jemaat responden.

Populasi data primer dalam penelitian ini adalah seluruh Jemaat GBKP

Tanjung Beringin. Untuk itu wawancara dilakukan terhadap seluruh jemaat

GBKP Tanjung Beringin yang berdomisili di desa Tanjung Beringin sehingga


30
penulis dapat memperoleh gambaran umum potensi ekonomi jemaat dan

gereja GBKP Tanjung Beringin.

c. Review Literatur

Untuk memperkuat interpretasi penulis dalam hal menganalisa data

penelitian, maka penulis akan melakukan review terhadap beberapa literatur

yang melakukan penelitian yang memiliki hubungan dengan penelitian penulis.

Dengan demikian hasil penelitian ini juga didukung keabsahannya karena

didasari oleh literatur terdahulu.

E. Keabsahan Data

Penelitian ini tidak menggali sebuah persepsi dan pendapat sehingga tidak

membutuhkan uji validitas. Karena penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif maka

tidak membutuhkan triangulasi sumber data. Adapun literatur yang ada digunakan

sebagai dasar teori dan interpretasi atas penelitian yang dilakukan.

F. Teknik Analisis Data

Adapun teknik analisa data yang dilakukan penulis adalah dengan menganalisa

kinerja potensi ekonomi jemaat, analisa sumber daya yang dimiliki dan analisa

usaha jemaat untuk dapat memperoleh data yang baku dan akurat. Hasil dari analisa

data akan menjadi sebuah kesimpulan tentang dinamika kehidupan jemaat serta

menjadi rujukan untuk melakukan upaya pemberdayaan ekonomi jemaat. Adapun

alat analisis yang digunakan penulis adalah:

1. Statistik Deskriptif, data yang diperoleh terkait profil GBKP Tanjung Beringin

diproses secara statistik.


31
2. Kualitatif, terkait dengan persepsi jemaat mengenai potensi ekonomi jemaat dan

pemberdayaan ekonomi.

3. Literatur, terkait dengan teori-teori mengenai pemberdayaan ekonomi jemaat

dengan pemanfaatan idle resources dalam kaitannya dengan kehidupan

bergereja.

32
BAB IV

ANALISIS DATA

Sebagaimana yang telah diuraikan mengenai metodologi, pada bab ini

dianalisa mengenai kinerja potensi ekonomi jemaat dan peran gereja dalam

memberdayakan ekonomi jemaat. Adapun analisis data yang akan diuraikan

meliputi:

1. Analisis data sekunder, terkait dengan gambaran umum GBKP Tanjung

Beringin.

2. Analisis data primer, terkait dengan persepsi jemaat mengenai pentingnya

pemberdayaan ekonomi jemaat dan idle resources yang dapat dimanfaatkan.

3. Pembahasan, terkait dengan hubungan ketiganya: data primer, data sekunder dan

literatur yang digunakan.

A. Gambaran Umum GBKP Tanjung Beringin

Gambaran umum GBKP Tanjung Beringin diperoleh penulis dengan menggali

data berdasarkan dokumen-dokumen GBKP Tanjung Beringin yang dibukukan

dalam Musyawarah Warga Sidi Jemaat setiap tahunnya, Garis Besar Pelayanan

(GBKP), Tata Gereja GBKP, Konfesi GBKP dan data-data lainnya yang diterbitkan

oleh GBKP secara sinodal.

1. Sejarah Dan Perkembangan GBKP Tanjung Beringin

GBKP Majelis Jemaat Tanjug Beringin merupakan salah satu gereja GBKP yang

tersebar di pulau Sumatera bagian Utara. Gereja ini mulai berdiri menjadi bakal

jemaat sejak tahun 1968 yang mana 10 orang pertama dibaptis dengan mengangkat 1
33
orang majelis jemaat. Awalnya gereja ini berada dalam bimbingan GBKP Munte di

desa Munte. Berdasarkan wawancara penulis dengan Tarigan (72 tahun) pada tanggal

11 Oktober 2022, pukul 11 WIB, beliau mengatakan bahwa pada masa itu jemaat

melakukan kebaktian dan aktivitas gereja di rumah Pt. Bp. Arak Sinuraya. Seiring

dengan berjalannya waktu, gereja ini mandiri menjadi Majelis Jemaat (Runggun)

pada tahun 1980 dengan jumlah jemaat 25 KK bersamaan dengan jumlah Majelis 3

orang bersamaan dengan bakal jemaat di desa tetangga, yaitu Biak Nampe dan Buluh

Naman. Pada masa itu Bp. Luter Sembiring dan Drs. Rengam Tarigan menghibahkan

lahannya seluas 9500 m² menjadi tanah pertapakan gereja. GBKP Tanjung Beringin

membangun gereja beratapkan rumbia dan berdindingkan tepas.

GBKP Tanjung Beringin terus berkembang sehingga akhirnya memiliki

bangunan setengah beton di tahun 1984. Lalu kemudian di tahun 1988 Drs Rengam

Tarigan memberikan sumbangan untuk membangun gedung gereja permanen

bersama swadaya jemaat. Pada saat itu jumlah jemaat sudah bertambah menjadi 74

KK . Pada masa itu, GBKP Tanjung Beringin dilayani oleh 6 orang Majelis Jemaat.

Di tahun 1992 gedung gereja permanen berlantaikan keramik seluas 8000 m²

bersamaan dengan rumah dinas pendeta permanen berlantai keramik seluas 1800 ².

Bersamaan dengan hal itu, seorang pendeta yang bernama Pdt. Mehamat Wijaya

Tarigan ditempatkan sebagai pendeta penuh waktu di tempat ini.

Secara bertahap, GBKP Tanjung Beringin meneruskan pembangunan gereja dan

melakukan aktivitas pelayanannya. Kini GBKP Tanjung Beringin secara fisik

34
memiliki bangunan Gedung sekolah minggu seluas 320 m², gudang seluas 160 m²

sebagai tempat penyimpanan alat-alat piring untuk disewakan. Wilayah pelayanan

GBKP dibagi menjadi 4 sektor, dan secara keseluruhan dilayani oleh Pdt. Rasmalem

Br Ginting bersama dengan 12 Majelis Jemaat yang aktif dan 3 orang Majelis Jemaat

yang sudah emeritus.

2. Struktur Organisasi, Rencana Strategis, dan Program Kerja GBKP

Tanjung Beringin

Dalam Tata Gereja GBKP (2015-2025:16) dituangkan ciri-ciri pokok penataan

gereja sebagai berikut:

Tabel 4.1. Struktur Organisasi GBKP

Basis Runggun (Majelis Jemaat)


Syarat: memiliki anggota minimal 150 KK dan mampu membiayai
biaya operasional gereja
Kesatuan Internal Kumpulan runggun-runggun berdasarkan wilayah disebut Klasis, dan
gabungan semua klasis disebut Sinode. Semuanya menjadi satu
kesatuan yang utuh.
Kepemimpinan - Majelis sebagai pemimpin, yang terdiri dari Pertua/Diaken.
- Majelis bersifat kolektif kolegial
- Dipimpin oleh Badan Pekerja Majelis Runggun
- Pertanggungjawaban Majelis diwujudkan dalam Sidang Majelis
Runggun
Visi GBKP Menjadi Kawan Sekerja Allah Untuk Menyatakan Rahmat Allah
Kepada Dunia (1 Korintus 3:9, I Petrus II:9-10)

Misi 1. Turut serta dalam karya penyelamatan Allah di dan bagi dunia
dengan melaksanakan persekutuan, kesaksian dan pelayanan.
2. Menumbuhkembangkan spiritualitas jemaat berbasis Alkitab
3. Menegakkan keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan Allah
4. Memperkuat semangat gotong royong antar sesama jemaat dan
masyarakat
5. Menggali dan menumbuhkembangkan potensi jemaat
Tata Nilai 5K: Kasih, Kejujuran, Keugaharian, Kekerabatan, Kesetiaan.
Strategi “Inovasi Yang Menjadi Berkat”, dengan cara mewujudkan program
pelayanan yang mengandung gerakan inovatif guna meningkatkan
spiritualitas dan partisipasi jemaat.
Sumber: Tata Gereja dan Garis Besar Pelayanan Gereja GBKP

35
Melalui tabel di atas tampak bahwa rumusan rencana strategis yang dituangkan

dalam strategi utama “Inovasi Yang Menjadi Berkat” di atas menunjukkan

“keterbukaan” GBKP terhadap inovasi pelayanan. Walaupun tidak dituangkan dalam

inovasi tersebut adalah pemberdayaan ekonomi yang menjadi salah satunya, namun

menurut hemat penulis pemberdayaan ekonomi jemaat adalah salah satu wujud

inovasi pelayanan. Realisasi visi, misi, nilai, dan strategi utama GBKP di atas

diwujudkan oleh GBKP Tanjung Beringin dalam Bentuk Program Kerja sebagai

berikut:

Tabel 4.2. Program Kerja GBKP Tanjung Beringin Tahun 2023


No Nama Kegiatan Pelaksanaan Anggaran
Program
1 Rapat Sidang Klasis Maret, Sept Rp.
Rapat Klasis (Orientasi) Setiap bulan 7.500.000,-
Rapat Koordinasi Februari, Agst
Musyawarah Jemaat Maret
Rapat Majelis Setiap bulan
2 Persekutuan Kebaktian Minggu Setiap Minggu Rp.
Kebaktian Paskah: Kamis putih, jumat agung, Sesuai kalender 13.500.000,-
sabtu pengharapan, paskah
Kebaktian Keluarga Selasa Malam
Kebaktian Natal Desember
3 Diakonia Diakonia jemaat yang sakit Tentatif Rp.11.500.00
Diakonia jemaat yang menerima pemberkatan Tentatif 0,-
nikah
Diakonia jemaat yang meninggal Tentatif
Diakonia undangan dari agama Tentatif
tetangga/pemerintahan
4 Kesaksian Pekabaran Injil Tentatif Rp.1.000.000,
Perkunjungan Rumah Tangga Tentatif -
Pastoral Konseling Tentatif
5 ATK Buku Sesuai kebutuhan Rp.
Liturgi Kebaktian 4.500.000,-
Fotocopy
Alat tulis
6 Personalia Intensif Pendeta Setiap bulan Rp.
Konpen Pendeta September 12.000.000,-
Orientasi Personalia Setiap bulan
Pembinaan Pendeta Tentatif
7 Perawatan Listrik Setiap bulan Rp.
Inventaris Kebersihan 6.500.000,-
Air
Sumber: Laporan Musyawarah Jemaat 2022

36
Melalui tabel di atas tampak bahwa GBKP Tanjung Beringin belum secara spesifik

menunjukkan inovasi dalam pelayanan melainkan masih sekedar melaksanakan

kegiatan rutin gereja semata. Pemberdayaan ekonomi jemaat belumlah menjadi

perhatian khusus.

3. Hubungan Gereja GBKP Tanjung Beringin dengan Masyarakat Desa

Tanjung Beringin

Berdasarkan wawancara penulis dengan Ngada Br Sinuraya pada tanggal 10

November 2022 pukul 15.00 WIB, berdasarkan sejarahnya GBKP merupakan agama

Kristen pertama setelah Islam dan agama Pemena di desa Tanjung Beringin. Agama

pemena adalah agama yang dianut oleh masyarakat Karo yang percaya pada

animisme. Sebagai gereja yang berlatar belakang gereja berbudaya Karo, GBKP

memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat Tanjung Beringin. Dapat dikatakan

bahwa sejak awal penginjilan di tahun 1968 tersebut perkembangan gereja GBKP

Tanjung Beringin cukup pesat. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Elsi

Ginting sebagai Sekretaris desa Tanjung Beringin pada tanggal 18 November 2022

pukul 10.00 WIB ditemukan bahwa jumlah masyarakat desa Tanjung Beringin

adalah 250 KK dengan jumlah 719 jiwa. Selanjutnya, 115 KK adalah warga GBKP,

113 KK adalah Islam, dan 22 KK di antaranya adalah GpdI dan GKMI. Artinya

bahwa kini warga GBKP merupakan agama mayoritas di desa ini walaupun

kemudian GBKP hadir setelah Islam. Hal ini menunjukkan bahwa eksistensi GBKP

Tanjung Beringin diterima dengan positif di desa Tanjung Beringin.

37
Secara organisasi, GBKP menghargai adat istiadat dan budaya Karo.

Berdasarkan nama Gereja Batak Karo Protestan, tampak bahwa peranan budaya Karo

mengambil peranan penting dalam kehidupan bergereja. Hal ini terlihat nyata dalam

penggunaan bahasa daerah Karo dalam setiap kegiatan gerejawi. Lagu-lagu dalam

kebaktian juga dibukukan dalam bahasa Karo. Selain itu, segala sesuatu mengenai

dinamika kehidupan bergereja diputuskan dalam proses runggu. Runggu dalam

budaya Karo adalah musyawarah untuk mengambil sebuah keputusan melalui

kesepakatan bersama. Keputusan tertinggi terletak pada musyawarah Majelis Jemaat

dalam Sidang Runggun. Di dalam Tata Gereja GBKP Bab XI Tentang Perkawinan

Gerejawi pasal 42 ayat 6 dituangkan bahwa “Perkawinan sumbang (semarga) yang

dilarang adat tidak dapat diberkati di GBKP”. Hal ini mengindikasikan bahwa warga

jemaat juga wajib hidup dan mematuhi adat dan istiadat budaya Karo. Namun

demikian, dalam konfesi GBKP dirumuskan bahwa gereja juga bersikap kritis

terhadap budaya Karo. Artinya, budaya yang tidak sesuai dengan landasan alkitabiah

harus ditinggalkan di dalam gereja. Peran gereja yang sangat terbuka terhadap adat

istiadat menjadikan GBKP diterima baik di kalangan masyarakat Karo.

Sebagai gereja suku yang menghargai budaya Karo, GBKP tidak bisa dipisahkan

dari adat istiadat Karo. Artinya peran gereja dalam peradatan dan budaya di desa

Tanjung Beringin dianggap cukup penting. GBKP Tanjung Beringin senantiasa

dilibatkan dalam kegiatan kebudayaan dan kemasyarakatan seperti musyawarah desa,

penyuluhan kesehatan, gotong royong, dan kegiatan lainnya. Pihak gereja juga sering

diberikan kesempatan untuk menyatakan pendapat mengenai kebudayaan dan


38
kemasyarakatan. Pandangan gereja mengenai adat istiadat dan hubungan pemerintah

dengan masyarakat dan gereja cukup dihargai. Dapat dikatakan bahwa sejauh ini

hubungan gereja dan masyarakat cukup baik dan tidak pernah ada konflik antar

agama dan masyarakat. Sebagai masyarakat Karo, acara kebudayaan biasanya

dilakukan di Balai Desa untuk acara suka ataupun duka. Gereja GBKP juga

berpartisipasi dalam hal diakonia/sumbangan dalam setiap undangan di acara

kebudayaan. Sebagai bentuk toleransi antara agama, jika ada warga GBKP yang

melakukan acara adat di Balai Desa maka biasanya yang bersangkutan tidak

menghidangkan menu makanan dalam bentuk daging babi. Artinya di Balai Desa

tidak boleh menyajikan babi sebagai bentuk toleransi antar umat beragama. Hal ini

menunjukkan bahwa kerukunan umat beragama di desa ini cukup baik.

4. Data Statistik Jemaat

Kini GBKP adalah agama mayoritas di desa Tanjung Beringin. Selain GBKP di

desa ini juga berkembang agama Islam dan Gereja Protestan di Indonesia (GPdI),

serta Gereja Kristen Muria Indonesia (GKMI) yang sedang dalam masa perintisan.

Adapun yang menjadi warga jemaat GBKP Desa Tanjung Beringin adalah warga

desa Tanjung Beringin yang hidup dengan Budaya Karo asli. Sebagian kecil jemaat

suku Batak Toba dan Jawa menjadi anggota jemaat karena menikah dengan orang

Karo asli di desa ini. Yang tergolong dalam kategori jemaat adalah anak-anak, kaum

bapa, kaum ibu dan juga usia lanjut. Kini berdasarkan data statistik GBKP Tanjung

Beringin dalam Sistem Informasi Anggota Jemaat (SIAJ) GBKP terdaftar GBKP

Tanjung Beringin memiliki 115 KK dengan anggota jemaat 367 orang dengan
39
jumlah anak-anak sebanyak 82 orang, usia lanjut 54 orang dan usia produktif

sebanyak 231 orang. Yang dikategorikan usia produktif menurut Badan Pusat

Statistik adalah usia 15-64 tahun (www.bps.go.id, diakses tanggal 18 November

2022). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa jemaat dalam usia produktif adalah

jemaat mayoritas di GBKP Tanjung Beringin ditinjau dari segi usia. Untuk melihat

gambaran tentang perkembangan anggota jemaat di GBKP Tanjung Beringin,

penulis menyajikan dalam bentuk tabel di bawah ini.

Tabel 4.3: Perkembangan Jumlah Anggota Jemaat

Tahun Jumlah Jumlah Anak- Usia Usia Menin Pindah Pindah ke


Kepala Jemaat anak (15 Produktif Lanjut ggal Ke dalam
Keluarg Tahun (15-64 (64 luar
a Ke tahun) Tahun
Bawah) ke atas)
1968 7 10 10
1980 20 46 5 41
1984 74 153
2018 110 342 45 239 58 3 0 6
2019 113 347 54 236 57 2 1 1
2020 112 358 76 222 60 6 1 2
2021 114 362 80 226 56 4 0 4
2022 115 367 82 231 54 6 0 2
Sumber: Laporan data statistik tahunan dan wawancara

Dengan melihat tabel di atas tampak bahwa perkembangan jumlah jemaat di GBKP

Tanjung Beringin stabil meningkat setiap tahun. Angka kematian dan pindah ke luar

cukup rendah. Umumnya jemaat yang pindah keluar adalah jemaat yang pindah

domisili dari desa Tanjung Beringin. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

pertumbuhan jumlah jemaat di Tanjung Beringin cukup signifikan dilihat dari awal

berdiri hingga kini.

40
5. Kondisi Keuangan GBKP Tanjung Beringin

Secara makro GBKP Tanjung Beringin dikatakan mandiri dalam hal dana hanya

terkait biaya operasional aktivitas rutin gereja. Adapun sumber pemasukan keuangan

gereja berdasarkan laporan keuangan tahunan adalah: persembahan Kebaktian

Minggu, Persembahan Ibadah Keluarga, Persembahan ucapan syukur untuk kas

gereja, persembahan pesta panen, persembahan ekstra untuk kas gereja. dan

persembahan persepuluhan. Berdasarkan laporan keuangan tahunan gereja, berikut

ini penulis memetakan dinamika pendapatan dan pengeluaran gereja dalam kurun

waktu 4 tahun terakhir:

Tabel 4.4: Pendapatan dan Pengeluaran GBKP Tanjung Beringin

No Tahun Pendapatan Pengeluaran Sisa saldo

1 2018 Rp. 36.215.050 Rp.35.260.000 Rp. 955.050

2 2019 Rp. 63.795.000 Rp. 63.923.000 Rp.-128.000

3 2020 Rp. 55.015.700 Rp. 33.497.000 Rp.21.518.700

4 2021 Rp. 84.535.200 Rp.56.595.000 Rp. 27.940.200

5 2022 Rp.94.009.300 Rp.68.486.900 Rp. 25.612.400

Sumber: laporan keuangan tahunan gereja

Mengacu pada program yang dilaksanakan gereja pada tabel 1 tampak bahwa gereja

hanya mengalokasikan dana untuk biaya operasional (kegiatan rutin) semata. Namun

tampak bahwa di tahun 2018 dan 2019 kondisi keuangan gereja mengalami

kekurangan. Di tahun 2020 terjadi peningkatan sisa saldo tahunan karena dilakukan

penekanan program kerja untuk mengurangi pengeluaran sehingga sisa saldo 2020

menjadi surplus. Sisa saldo 2020 menjadi saldo awal 2021 sehingga di tahun 2021

41
juga terdapat sisa saldo. Artinya jika tanpa sisa saldo 2020, maka saldo 2021 hanya

tersisa Rp.6.241.500. Dengan demikian berarti pendapatan per tahunnya di GBKP

Tanjung Beringin hanya dapat membiayai kegiatan rutin gereja. Berdasarkan rentan

waktu 2020-2022 tampak bahwa saldo akhir kas gereja berada di atas angka 20 juta

rupiah. Hal ini mengindikasikan bahwa gereja hanya membiayai program rutin

kegiatan gerejawi saja, tanpa ada sebuah inovasi untuk pengembangan jemaat.

Ditinjau dari sejarah perjalanan gereja GBKP Tanjung Beringin, penyediaan

lahan gereja dihibahkan oleh dua orang jemaat yang memiliki lahan. Artinya bahwa

gereja tidak membeli tanah tersebut dengan uang yang dimiliki gereja. Demikian

selanjutnya, pembangunan gedung gereja dan rumah dinas pendeta juga diprakarsai

oleh satu orang jemaat yang tinggal di luar desa Tanjung Beringin yaitu Drs. Rengam

Tarigan dengan swadaya jemaat seadanya. Demikian juga dengan pengadaan alat-

alat yang menunjang kebaktian di gereja, GBKP Tanjung Beringin cenderung

mencari donatur untuk memenuhinya. Bahkan hingga kini GBKP Tanjung Beringin

sedang berada dalam proses penyediaan alat musik dan renovasi gedung Sekolah

Minggu dengan mengandalkan swadaya jemaat dan donatur dari luar gereja GBKP

Tanjung Beringin. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa secara makro GBKP

Tanjung Beringin relatif belum mampu memenuhi kebutuhan pengembangan gereja

karena cenderung mengandalkan donatur. Bahkan masih ada lahan gereja yang

belum dioptimalkan karena terkendala dalam hal dana.

Satu-satunya unit usaha yang dimiliki oleh GBKP Tanjung Beringin adalah

penyewaan alat- alat piring. Alat-alat piring yang tersedia adalah piring, gelas, teko,
42
sendok, mangkuk untuk cuci tangan, baskom besar, ember besar, ember kecil, kuali,

dan tikar. Alat-alat ini biasanya disewakan untuk pesta adat yang dilaksanakan di

desa Tanjung Beringin. Namun keuntungan dari penyewaan alat-alat piring ini tidak

memadai untuk meng-update peralatan piring setiap tahunnya. Berdasarkan laporan

keuangan tahunan alat-alat piring, saldo yang dimiliki dalam jumlah hanya ratusan

ribu sementara hampir semua dari alat-alat piring ini sudah tidak layak pakai dan

perlu diganti dengan alat baru. Artinya bahwa pengelolaan alat piring ini sama sekali

tidak optimal dan tidak menghasilkan bagi kebutuhan dana GBKP Tanjung Beringin.

Ada beberapa hal yang belum mampu direalisasikan terkait dengan

kebutuhan gereja karena belum memiliki dana yang memadai. Yang pertama, GBKP

Tanjung Beringin sangat membutuhkan peralatan sound system dan alat musik untuk

mendukung kelangsungan ibadah di gereja. Hal ini sudah direncanakan dalam kurun

waktu satu tahun dan belum terlaksana sampai sekarang. Yang kedua, gedung

sekolah minggu tidak lagi memadai karena hanya ada satu bangunan kosong,

sementara anak Sekolah Minggu idealnya dibagi menjadi 3 kelas (Anak Kecil,

Tanggung, Remaja) untuk memaksimalkan proses belajar mengajar sekolah Minggu.

Penyediaan bangunan ini juga menjadi pergumulan karena terkendala dana. Yang

ketiga, Anggota Jemaat yang sudah usia lanjut membutuhkan lahan dan bangunan

khusus untuk dijadikan tempat ibadah setiap minggunya mengingat bahwa jemaat

yang sudah usia lanjut tidak sanggup lagi datang ke gereja yang memiliki jalan

bertangga dan relatif jauh dari pemukiman penduduk. Kebutuhan jemaat usia lanjut

adalah supaya gedung gereja dibangun dekat dengan pemukiman penduduk dengan
43
desain ramah usia lanjut sehingga memudahkan usia lanjut untuk datang ke gereja.

Selama ini usia lanjut menumpang di rumah Drs. Rengam Tarigan untuk pelaksanaan

ibadah. Penyediaan bangunan gereja untuk saitun ini juga terkendala karena

kekurangan dana. Yang Keempat, GBKP Tanjung Beringin memiliki usaha dana

dengan menyewakan alat piring namun kini alat-alat tersebut tidak lagi layak untuk

disewakan sehingga perlu untuk diperbarui. Berdasarkan laporan keuangan

penyewaan kas piring, hal ini merugikan karena harga sewa yang rendah. Namun

gereja bergumul untuk menaikkan harga sewa karena barang-barang yang disewakan

sepertinya tidak layak jika dinaikkan harganya. Penggantian alat piring ini juga

belum terlaksana karena tidak tersedianya dana.

Dapat dikatakan bahwa masih banyak kebutuhan gereja yang belum terpenuhi

karena ketersediaan dana yang tidak memadai. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa GBKP Tanjung Beringin belum sejahtera secara makro. Praktek pemenuhan

gereja yang dilakukan selama ini adalah dengan menggalang dana dari jemaat dan

mencari dana dari donatur. Kini gereja bergumul jangan-jangan jemaat mulai tidak

nyaman dengan penggalangan dana terus-menerus sementara kebutuhan jemaat

dalam rumah tangganya juga ada. Meminta kepada donatur tampaknya mulai

mengurangi kepiawaian gereja mengingat bahwa sejak bangunan gereja dibangun

tahun 1992 hingga kini tetap saja meminta dana kepada donatur. Pada akhirnya,

ketersediaan dana di GBKP Tanjung Beringin kemudian menjadi hal yang krusial

mengingat banyaknya kebutuhan gereja yang belum terpenuhi. Artinya jika ditinjau

44
dari pendapatan, kestabilan ekonomi dan ketersediaan jasa, GBKP Tanjung Beringin

belumlah gereja yang sejahtera secara makro.

Jika ditinjau secara mikro, jemat di GBKP Tanjung Beringin mengais rejeki

dengan bertani dan ternak. Berdasarkan data statistik jemaat tahun 2021, hanya 6

orang diantaranya yang memiliki pekerjaan sebagai pegawai negeri, 2 orang sebagai

tenaga honor di TK dan SMP; 12 orang sebagai pengusaha kilang jagung, pupuk,

atau toko kelontong dan kedai kopi; 6 orang bekerja sebagai wiraswasta.

Menariknya, jemaat yang bekerja sebagai pegawai, honor, pengusaha, maupun

wiraswasta masih mengelola pertanian dan peternakan juga. Secara umum jemaat

GBKP Tanjung Beringin bertani jagung yang dikerjakan dengan pupuk dan obat-

obatan kimia sehingga cara kerjanya lebih praktis. Variasi profesi dan pendapatan

tampaknya belumlah signifikan dalam jemaat Tanjung Beringin. Umumnya,

pemasukan jemaat yang signifikan adalah musiman, yaitu di waktu masa panen

jagung di bulan Februari dan Agustus setiap tahunnya. Berdasarkan fakta di

lapangan, banyak diantara jemaat mengeluh dalam hal finansial sebelum atau

sesudah musim panen. Lapangan kerja hanya tersedia di musim tanam dan musim

panen jagung sehingga di masa penantian sudah mulai terasa kekeringan dalam hal

finansial.

Sebagian besar jemaat bertani dengan menyewa lahan dari pihak tertentu.

Hanya sebagian kecil jemaat yang memiliki lahan untuk disewakan. Dalam tradisi

Karo, pemilik desa Tanjung Beringin adalah marga Tarigan, secara otomatis

beberapa dari mereka memiliki ladang yang luas untuk disewakan. Untuk anggota
45
jemaat GBKP dapat dihitung dengan jari jumlah jemaat yang memiliki ladang untuk

disewakan. Di sisi lain banyak juga di antara jemaat juga bekerja sebagai buruh tani

dengan penghasilan Rp.80.000,- per harinya. Namun penting untuk diingat bahwa

lapangan kerja untuk para buruh tani ini mengingat pengerjaan tani kini dengan

menggunakan pupuk kimia dan herbisida saja. Angka pengangguran kemudian

meningkat ketika usai mengaplikasikan pupuk pada tanaman jagung. Fakta di

lapangan menunjukkan bahwa biaya dan kebutuhan tani jagung umumnya dipinjam

kepada tengkulak jagung di desa Tanjung Beringin dengan jumlah bunga tertentu.

Pinjaman ini akan dipotong ketika hasil panen jagung dijual ke tengkulak. Tampak

bahwa hasil tani sebelumnya tidak mampu memenuhi pertanian di masa yang akan

datang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada beberapa jemaat yang

pendapatannya tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Jenjang pendidikan kemudian memberikan pengaruh terhadap gaya hidup dan

pengelolaan keuangan jemaat. Banyak kasus di lapangan yang dilihat penulis

demikian: Mereka bertani jagung dengan meminjam dana ke tengkulak, pengerjaan

tani ini pun dengan membayar buruh yang uang pembayarannya sendiri juga dari

uang pinjaman. Pengerjaan kegiatan tani dengan tenaga buruh tentu memakan biaya

modal yang lebih tinggi sehingga bertumpuknya utang di tengkulak kemudian akan

menjadi pergumulan di musim panen. Sembari menantikan panen jagung, ada

beberapa jemaat juga yang tidak memiliki pekerjaan, namun beberapa juga di antara

mereka yang mengerjakan pekerjaan lain seperti merawat tanaman muda dan ternak.

Pada masa panen, warga jemaat cenderung memiliki uang dari sisa utang yang telah
46
dipotong dari hasil panen. Biasanya usai panen ini adalah masa di mana jemaat

merasa sejahtera, berbelanja, bahkan memakan makanan enak. Masa yang demikian

hanya berlangsung dalam satu bulan, setelah itu jemaat mulai lagi kekeringan dalam

hal uang. Jagung belum lagi ditanam, modal sudah habis, dan pinjaman dicari lagi.

Tampaknya Tengkulak menjadi malaikat karena memberikan pinjaman untuk modal

tani walaupun sebenarnya memiliki bunga pinjaman yang cukup tinggi. Di samping

itu harga pupuk dan obat-obatan kimia yang melonjak tinggi dan menurunnya harga

jagung dalam tahun ini berdampak pada kerugian pertanian jemaat. Rata-rata

keuntungan panen musim ini tidak mampu mendanai tahap tanam selanjutnya.

Pertanian jemaat kini memiliki kendala dalam hal dana.

Tipikal jemaat dalam pengerjaan lahan pertanian dan pengelolaan keuangan

dipengaruhi oleh jenjang pendidikannya. Jemaat yang memiliki perjalanan

pendidikan yang mumpuni cenderung lebih mampu untuk mengatur waktu,

pekerjaan dan keuangan dengan lebih baik sehingga musim “kering” di desa ini tidak

begitu dirasakan. Bagi kalangan jemaat yang berpendidikan sudah mampu melihat

kehidupan sedemikian rupa sehingga mampu mengelola waktu untuk bertani dan

melakukan usaha lainnya. Untuk kalangan yang relatif rendah pendidikannya justru

membelanjakan uang dengan lebih emosional dan kurang membuka peluang untuk

penghasilan baik itu tanaman muda atau ternak dan kegiatan lain sebagai sampingan.

Kemudian kedua tipe ini memiliki perbedaan dalam hal ekonomi sehingga

mempengaruhi kemudahan dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.

47
Ditinjau dari variable kualitatif, jemaat GBKP sudah mulai bisa mengakses

teknologi yang ada (khususnya android). Ironisnya, penggunaan teknologi ini masih

cenderung untuk game online. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa android

seakan-akan seperti candu karena mulai anak-anak sampai orang tua suka

menggunakannya dalam waktu yang berlebihan. Penulis sering mengamati ketika

kunjungan rumah tangga bahkan banyak anak-anak yang sibuk dengan handphone

nya tanpa menghiraukan kedatangan penulis. Ironisnya dalam ibadah-ibadah gereja

pun ada beberapa dari mereka yang asyik scrolling saja. Tidak hanya itu, kaum bapa

juga suka menggunakan handphone untuk bermain game online. Permainan ini

menyita waktu yang panjang untuk tidak bekerja serta membutuhkan uang untuk

operasionalnyaTidak hanya itu, judi tampaknya menjadi hal yang menyenangkan

bagi jemaat, baik secara online maupun onsite. . Sudah menjadi sebuah hal yang

biasa bagi jemaat GBKP Tanjung Beringin untuk menghabiskan waktu di warung

kopi. Di sanalah jemaat bercengkrama dan melakukan kegiatan perjudian tanpa

mengingat betapa berharganya waktu yang mereka sia-siakan sedemikian rupa.

Beberapa minggu yang lalu bahkan tempat mereka melakukan kegiatan judi digrebek

oleh polisi. Gaya hidup yang sedemikian tentu saja mempengaruhi kualitas

kehidupan jemaat dalam hal finansial. Budaya malas dan boros tampaknya hidup

dengan sangat subur di desa ini. Hal ini memicu bertahannya hidup di rumah

kontrakan karena belum memiliki biaya untuk membangun rumah sendiri. Beberapa

jemaat mengalami hal yang demikian.

48
Melalui gambaran umum secara makro dan mikro di GBKP Tanjung

Beringin, gereja ini cenderung belum mengalami kesejahteraan ekonomi atau

dikatakan miskin. Kemiskinan di gereja ini bersifat kultural karena dipengaruhi oleh

faktor budaya tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupan, malas, pemboros,

tidak kreatif meskipun ada bantuan dari pihak luar. Sementara itu ditinjau dari segi

demografi daerah Tanjung Beringin memiliki peluang tinggi untuk mengembangkan

pertanian dan peternakan. Tenaga kerja dan lahan masih tersisa, namun gereja ini

seakan terkungkung dalam kebiasaan semata tanpa melihat peluang untuk gereja

yang lebi baik dan sejahtera.

6. Idle Resources di GBKP Tanjung Beringin

Dapat dikatakan bahwa seluruh aset di GBKP Tanjung Beringin tergolong dalam

kategori idle resources karena belum dimanfaatkan secara optimal, kecuali rumah

dinas pendeta. Adapun data aset yang dapat dikumpulkan penulis adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.5: Data Aset yang Menganggur di GBKP Tanjung Beringin

No Nama Aset Luas Penggunaan


1 Gedung Utama Gereja 8000 m² Hanya untuk ibadah di hari Minggu
2 Lahan kosong di 2000 m² Tidak terawat dan hanya ditumbuhi oleh rumput
samping gereja liar.

3 Gudang 160 m² Sebagai penyimpanan alat-alat piring untuk


disewakan yang belum menghasilkan secara
optimal
4 Gedung Sekolah 320 m² Hanya digunakan untuk kebaktian Minggu anak
Minggu Sekolah Minggu dan sehari-harinya gedung ini
menganggur
5 Lahan kosong di depan 1500 m² Tidak dimanfaatkan sama sekali oleh gereja
rumah dinas pendeta
Sumber: Hasil Pengamatan Penulis

49
Dengan melihat tabel di atas dapat dikatakan bahwa aset yang dimiliki oleh GBKP

Tanjung Beringin berupa bangunan dan lahan kosong ini dapat dikategorikan sebagai

sumber daya yang menganggur karena tidak dioptimalkan sama sekali. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa GBKP Tanjung Beringin secara makro memiliki

idle resources yang sangat potensial untuk dimanfaatkan.

Secara mikro, jemaat juga memiliki sumber daya yang belum dimanfaatkan

dengan baik, diantaranya:

1. Lahan pertanian yang luas

Dapat dikatakan bahwa jemaat memiliki lahan pertanian yang dikelolanya

rata-rata dalam hitungan hektare. Walupun lahan tersebut ada yang disewa dan

ada yang merupakan lahan sendiri, namun jemaat melakukan kegiatan pertanian

di lahan tersebut. Kecenderungan jemaat adalah melakukan tani jagung yang

dipanen 2 kali dalam setahun. Seperti yang dijabarkan penulis sebelumnya,

masih sangat minim jemaat melakukan tani jenis tanaman multivarian sehingga

merasakan kurangnya uang dan lapangan kerja menunggu masa panen jagun.

Lahan yang luas ini sangat potensial untuk ditanami berbagai jenis tanaman

sayur dan buah sehingga memiliki potensi menghasilkan penghasilan tambahan

selain panen jagung.

2. Tenaga kerja dan waktu yang tersisa

Mengingat bahwa gaya bertani jagung masa kini di desa ini menggunakan

pupuk kimia dan herbisida, maka usai pengaplikasian pupuk tidak ada lagi

50
kegiatan. Hanya menunggu masa panen jagung. Hal ini memicu banyaknya

pengangguran di desa ini dan tersisanya tenaga untuk digunakan.

3. Halaman rumah

Sebagai warga masyarakat yang tinggal di pedesaan rata-rata memiliki

halaman rumah yang kosong. Pemukiman penduduk desa tidaklah sepadat

pemukiman di perkotaan. Artinya di desa Tanjung Beringin rumah-rumah

dibangun dengan menyisakan lahan kosong di sekitarnya karena masih banyak

lahan kosong di desa ini. Halaman rumah cenderung dianggurkan masyarakat

desa (termasuk jemaat GBKP) dan sama sekali tidak ditanami. Dengan demikian

halaman kosong ini juga dapat dikategorikan sebagai idle resources.

Secara mikro dapat dilihat bahwa sumber daya masyarakat desa Tanjung Beringin

juga banyak yang menganggur. Lahan pertanian, halaman rumah dan tenaga kerja

yang belum optimal digunakan ini belum mendapat perhatian khusus untuk dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

B. Analisis Gambaran dan Persepsi Jemaat

Gambaran dan persepsi jemaat adalah data primer yang diperoleh secara

kualitatif. Penelitian dilakukan melalui wawancara dengan membagikan kuesinoer

kepada seluruh Rumah Tangga jemaat. Artinya, masing-masing rumah tangga

mengisi satu kuesioner yang telah disediakan. Dalam proses pengisian kuesioner ini

penulis mendampingi jemaat untuk mengerjakan. Artinya jemaat memiliki

kesempatan untuk meminta penulis memperjelas pertanyaan penelitian. Sebaliknya

51
penulis juga memiliki kesempatan untuk meminta jemaat memperjelas maksud

jawaban. Berikut ini adalah hasil pengumpulan data yang diperoleh penulis.

1. Data Responden

Berikut ini adalah data responden yang diteliti oleh penulis:

Tabel 4.6. Data Responden

No Nama KRT Jenis Kelamin Usia


1 Gustafa Sembiring L 46
2 Sem Sinuraya L 52
3 Hendri Purba L 57
4 Eben Heser Tarigan L 32
5 Sedar Ginting L 48
6 Nasional Sinulingga L 57
7 Siska Miranti Br Sitepu P 37
8 Jesaya Sembiring L 32
9 Prananta Tarigan L 37
10 Yusak Ginting L 58
11 Dharma Bakti Ginting L 48
12 Ias Efrat Br Sitepu P 53
13 Felix Ramon Tarigan L 48
14 Bandar Surbakti L 40
15 Purnama Sembiring L 45
16 Samisara Br Sinuraya P 47
17 Herwin Sembiring L 46
18 Kosmas Tarigan L 42
19 Josep Tarigan L 53
20 Dasar Bangun L 60
21 Budiman Ginting L 56
22 Rehmuli Sinuraya L 45
23 Bagi Ukurta Ginting L 44
24 Rahmadi Juhri Kaban L 52
25 Deddy Sembiring L 45
26 Fitra Surbakti L 34
27 Elkana Sembiring L 48
28 Rosnani Br Tarigan P 43
52
29 Terkelin Br Tarigan P 57
30 Amos Sitepu L 44
31 Rocky Saulus Ginting L 31
32 Heldianto Bangun L 36
33 Erwin Ginting L 42
34 Damson Tarigan L 52
35 Ekasirta Tarigan L 27
36 Linuh Br Ginting P 66
37 Iwan Frendi Tarigan L 27
38 Sion Br Perangin-angin P 55
39 Kabar Br Tarigan P 65
40 Suralit Sembiring L 57
41 Robert Simamora L 55
42 Benar Ginting L 33
43 Muhammad Tarigan L 62
44 Esti Wardana sembiring L 51
45 Hammad Sagala L 63
46 Elia Rosa Br Tarigan P 60
47 Lem Br Sembiring P 86
48 Kaman Br sembiring P 77
49 Mahdi Ginting L 47
50 Rumeni Br Tarigan P 77
51 Musim Br sembiring P 80
52 Masrita Br Sinuraya P 72
53 Bahagia Sinuraya L 45
54 Abinonta Tarigan L 35
55 Josua Bangun L 35
56 Nazaret Silalahi L 44
57 Akor Perangin-angin L 63
58 Riskon Ginting L 49
59 Idris Sinuraya L 44
60 Kutera Br Ginting P 65
61 Cipta Sembiring L 42
62 Nurmani Br Karo P 89
63 Rapenna Br Tarigan P 62
64 Juita Sembiring L 64
65 Hesron Sembiring L 26
66 Rayu Sembiring L 58
53
67 Jhon Efra Simamora L 30
68 Israelta Sinuraya L 38
69 Masa Ginting L 67
70 Rakut Sinuraya L 51
71 Samuel Kaban L 57
72 Nasib Rusli Barus L 58
73 Kasiannna Br Ginting P 63
74 Juna Tarigan L 61
75 Parhorasanta Ginting L 35
76 Simon Ginting L 65
77 Dalan Tek Sembiring L 56
78 Chandra Ginting L 51
79 Calon Surbakti L 45
80 Detasna Tarigan L 33
81 Detasno Tarigan L 33
82 Amal Ginting L 49
83 Ratna Br Ginting P 70
84 Ringanta Br Tarigan P 83
85 Aru Br Karo P 68
86 Dinaria Br Ginting P 83
87 Gembira Sinuraya L 58
88 Septa Firdaus Sembiring L 33
89 Takari Tarigan L 58
90 Trisakti Perangin-angin L 62
91 Eko Richard Perangin L 27
92 Uli Br Karo P 74
93 Izin Sembiring L 70
94 Ferdinan Tarigan L 54
95 Lemah Sembiring L 80
96 Jhon Kennedy Ginting L 28
97 Ramida Br Sembiring P 45
98 Patoh Tarigan L 69
99 Simon Tarigan L 80
100 Model Ginting L 70
101 Bergiat Sinuraya L 48
102 Jimmy Surbakti L 37
103 Jubianto Sigiro L 46
104 Mery Br Sigiro P 55
54
105 Mengket Surbakti L 52
106 Simson Sinuraya L 55
107 Hakimta sinuraya L 45
108 Juara Sembiring L 52
109 Perbagin Tarigan L 82
110 Riston Ginting L 37
111 Sempurna Sinurat L 56
Sumber: Data Primer

Dalam penelitian ini penulis berhasil mewawancarai sebanyak 111 kepala rumah

tangga dari 115 jumlah keseluruhan jemaat GBKP Tanjung Beringin dikarenakan 3

keluarga sedang tidak berdomisili di Tanjung Beringin dan 1 orang tergolong ke

dalam Orang Dalam Gangguan Jiwa (ODGJ). Hal ini mengindikasikan bahwa secara

umum jemaat GBKP Tanjung Beringin berdomisili dan menetap di desa Tanjung

Beringin.

a. Jenis Kelamin

Berikut ini adalah akumulasi jenis kelamin kepala rumah tangga.

Tabel 4.7. Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga

JENIS KELAMIN JUMLAH %


Laki-laki 86 23
Perempuan 25 77
Jumlah 111 100
Sumber: Data primer

Berdasarkan jenis kelamin, data laki-laki lebih banyak daripada perempuan.

Karena data tersebut berdasarkan kepala rumah tangga, artinya bahwa 25 orang

jemaat GBKP Tanjung Beringin sudah janda. Di samping itu 2 orang laki-laki

yang sudah duda. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebanyak 27

keluarga yang sudah single parent.

55
b. Usia

Arti penting menganalisa usia dalam pemberdayaan ekonomi jemaat adalah

untuk mengetahui usia produktif jemaat. Yang digolongkan sebagai usia

Produktif menurut Badan Pusat Statistik adalah usia 15-64 tahun. Dengan

menganalisa usia maka diketahui produktifitas jemaat untuk kemudian dapat

diberdayakan. Data usia kepala rumah tangga dalam penelitian ini adalah:

Tabel 4.8.Usia Kepala Rumah Tangga

USIA JUMLAH %
≤36 17 15
36-45 22 20
46-55 27 24
56-64 23 21
≥64 22 20
Jumlah 111 100
Sumber: Data Primer

Data di atas menunjukkan bahwa mayoritas jemaat GBKP Tanjung Beringin adalah

usia produktif. Hal ini mengindikasikan banyak sumber daya manusia untuk bekerja

masih cukup tinggi di GBKP Tanjung Beringin. Dengan demikian potensi untuk

diberdayakan dalam hal ekonomi juga cukup memadai.

c. Jumlah Anggota Keluarga

Data anggota keluarga dibutuhkan untuk menganalisa kebutuhan keluarga.

Semakin banyak anggota keluarga maka semakin banyak pula kebutuhan di

dalam keluarga. Berikut ini adalah data anggota kaluarga

56
Tabel 4.9: Jumlah Anggota Keluarga

No Jumlah Anggota Jumlah (Rumah %


Keluarga (Orang) Tangga)
1 1 16 14
2 2 23 21
3 3 21 19
4 4 29 26
5 5 15 13
6 6 4 4
7 7 2 2
8 8 1 1
JUMLAH 111 100
Sumber: Data Primer

Data menunjukkan bahwa mayoritas jemaat memiliki anggota keluarga

sebanyak 4 orang. Hal ini mengindikasikan bahwa kebanyakan jemaat memiliki

2 orang anak dalam tanggungan pada keluarga. Yang memiliki 1 anggota

keluarga adalah yang sudah usia lanjut dan anaknya sudah menikah. Jika

diakumulasikan secara keseluruhan kaka 64% jemaat memiliki anak dalam

tanggungan keluarga. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa angka

tanggungan dalam keluarga cukup tinggi dikarenakan mayoritas jemaat memiliki

anak dalam tanggungan, yang artinya kebutuhannya pun semakin banyak.

d. Jabatan dalam Gereja

Jabatan dalam gereja menjadi penting untuk kemudian menganalisa

pemahaman jemaat dan Majelis Jemaat bersama dengan aktivis lainnya

mengenai kehidupan bergereja dalam kaitannya dengan pemberdayaan ekonomi

jemaat. Berikut ini adalah data jabatan dalam gereja:

57
Gambar 4.1 Jabatan Dalam Gereja

Jabatan Dalam Gereja


13; 12% 6; 5%
4; 3% Mejelis Jemaat
1; 1% Pengurus Wilayah
4; 4% Pengurus Kaum Bapa
83; 75%
Pengurus Kaum Ibu
Pengurus Usia Lanjut
Anggota Jemaat

Sumber: Data Primer

Gambar di atas menunjukkan bahwa mayoritas jabatan jemaat dalam gereja

adalah sebagai anggota jemaat. Hal ini mengindikasikan bahwa mayoritas

jemaat tidak menggumuli secara mendalam tentang dinamika dan program

pelayanan gereja tentang pemberdayaan ekonomi jemaat. Anggota jemaat pada

umumnya hanya hadir dalam kegiatan gerejawi saja.

e. Pendidikan Terakhir

Tingkat pendidikan seseorang tentu mempengaruhi pola pikir dan pola kerja

seseorang sehingga mempengaruhi kesejahteraannya juga. Berikut ini adalah

data pendidikan terkahir kepala keluarga di jemaat GBKP Tanjung Beringin:

58
Gambar 4.2. Pendidikan Terakhir Kepala Rumah Tangga

Pendidikan Terkahir KepalaTidak


Rumah Tangga tamat
SD; 4;
D2; 3; 3% D3; 1; 1% Strata 1; 3; 4%
3%

SD; 27; 24%


SMA; 28; 25%

SMP; 45; 40%

Sumber: Data Primer

Data di atas menunjukkan bahwa sedikit sekali jemaat yang tamat SMA sampai

pada jenjang yang lebih rendah. Menurut Badan Pusat Statistik Indonesia

Sekolah Menengah Pertama (SMP) dikategorikan sebagai Pendidikan Dasar.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa mayoritas jemaat GBKP Tanjung

Beringin mengenyam pendidikan dasar. Mengenai apakah pendidikan dasar

tersebut sampai tamat atau tidak, penulis tak mampu memperoleh informasi

murni karena penelitian ini hanya mewawancara tanpa melihat dokumen

sekolah. Namun ada sebuah sikap yang membudaya di masyarakat Karo seperti

enggan mengatakan pendidikannya rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa

tingkat pendidikan di GBKP Tanjung Beringin masih tergolong rendah.

59
f. Pekerjaan Kepala Rumah Tangga

Hal yang dikerjakan tentu mempengaruhi penghasilan seseorang. Sebagai

penganut budaya patriaki, Kepala Rumah Tangga dalam keluarga merupakan

pribadi yang berperan penting dalam kehidupan ekonomi keluarga. Berikut ini

adalah data pekerjaan Kepala Rumah Tangga:

Tabel 4.10. Pekerjaan Kepala Rumah Tangga

No Pekerjaan Kepala Rumah Tangga Jumlah (orang) %


1 Petani 72 65
2 Wiraswasta 9 8
3 Pegawai Swasta 1 1
4 PNS 3 3
6 Buruh Tani 1 1
7 Pensiunan 1 1
8 Tidak Menjawab (Sudah Meninggal) 24 21
JUMLAH 111 100
Sumber: Data primer

Data di atas menunjukkan bahwa jenis pekerjaan di GBKP Tanjung Beringin

adalah mayoritas bertani. Hal ini mengindikasikan bahwa pemberdayaan

ekonomi dapat dilakukan dengan meningkatkan produktifitas jemaat di bidang

pertanian.

g. Pekerjaan Isteri

Pekerjaan isteri dalam rumah tangga sangat mempengaruhi pendapatan

ekonomi keluarga, karena isteri yang bekerja juga memiliki penghasilan sebagai

tambahan penghasilan kepala rumah tangga. Berikut ini data pekerjaan isteri:

60
Tabel 4.11. Pekerjaan Isteri

No Pekerjaan Isteri JUMLAH (Orang) %


1 Petani 81 73
2 Wiraswasta 7 6
3 Buruh Tani 1 2 2 2
4 PNS 3 6 4 5
5 Pegawai Honor 5 2 6 2
6 Ibu Rumah Tangga 7 1 8 1
7 Perangkat Desa 9 1 10 1
8 P3K 11 1 12 1
9 Pensiunan 13 3 14 3
10 Tidak Menjawab (Sudah meninggal) 15 7 16 6
JUMLAH 111 100
Sumber: Data Primer

Data di atas menunjukkan seluruh isteri dalam jemaat memiliki penghasilan

ekonomi karena hanya 1 orang yang bekerja sebagai ibu rumah tangga. Hal ini

mengindikasikan bahwa peran isteri juga sangat penting dalam menyokong

keuangan rumah tangga di GBKP Tanjung Beringin.

h. Luas Lahan Usaha

Luas lahan usaha mempengaruhi produksi hasil panen dalam ranah pertanian.

Semakin luas lahan yang diusahai maka semakin tinggi pula peluang untuk

meningkatkan hasil panen. Berikut adalah data mengenai luas lahan usaha

jemaat GBKP Tanjung Beringin

Tabel 4.12. Luas Lahan Usaha

No Luas Lahan (m²) Jumlah (Keluarga) %


1 1.000-5.000 35 32
2 6.000-10.000 42 37
3 11.000-15.000 8 7
4 16.000-20.000 15 14
5 ≥20.000 5 5
6 Tidak Ada 6 5
Jumlah Responden 111 100
Sumber: Data primer
61
Data di atas menunjukkan bahwa 95% jemaat memiliki lahan usaha pertanian

yang bervariasi luasnya. Namun dapat dikatakan bahwa kebanyakan jemaat

memiliki luas lahan usaha 5.000 m²-20.000 m². Yang tidak ada lahan usaha

adalah jemaat yang sudah berusia lanjut. Hal ini mengindikasikan bahwa

peluang untuk meningkatkan perekonomian jemaat melalui pengelolaan lahan

usaha masih sangat dimungkinkan.

i. Jenis Tanaman

Jenis tanaman juga mempengaruhi penghasilan dalam hal pertanian. Tanaman

yang hanya sejenis dan dipanen dalam waktu lama tentu menunda penghasilan

dan kemungkinan untuk mengalami kegagalan panen cukup tinggi. Berikut ini

adalah data jenis tanaman yang dimiliki jemaat GBKP Tanjung Beringin:

Tabel 4.13. Jenis Tanaman

No Jenis Tanaman Jumlah Yang %


Menanam (Keluarga)
1 Tidak ada 1 1
2 Jagung 86 49
3 Padi 14 8
4 Jeruk 4 2
5 Kemiri 2 1
6 Cabe 12 7
7 Kopi 34 19
8 Coklat 14 8
9 Salak Pondoh 2 1
10 Buncis 1 1
11 Tidak ada tanamanan 5 3
JUMLAH 175 100
Sumber: Data Primer

62
Tanaman padi menjadi jenis tanaman favorit di desa Tanjung Beringin karena

cara kerjanya lebih praktis dengan menggunakan herbisida sehingga petani

menjadi lebih santai. Sama halnya dengan tanamn kopi (terbanyak kedua),

pengerjaannya tidak rumit menunggu hasil panen. Hari-hari sebelum panen

jagung atau kopi banyak tersisa untuk tidak merawat tanaman karena jenis

tanaman ini tidak membutuhkan perawatan intens. Dengan melihat variasi jenis

tanaman di atas, tampak bahwa jemaat Tanjung Beringin memilih untuk

menanam tanaman yang cara kerjanya praktis sehingga menyisakan waktu luang

menunggu hasil panen. Namun hal ini berimbas pada kondisi keuangan keluarga

dikarenakan usia tanam jagung adalah 5 bulan, dan masa panen kopi adalah 1-2

kali dalam setahun. Artinya, pendapatan jemaat umumnya 2 kali dalam setahun

diperoleh.

j. Jumlah Pendapatan

Karena pendapatan dianggap pada usai panen jagung, maka jemaat sedikit

merasa kesulitan untuk menyatakan jumlah pendapatan. Untuk itu umumnya

jemaat membagikan keuntungan panen di samping upah harga buruh tani

Rp.90.000/hari walaupun sebenarnya tidak semua menjadi buruh tani. Berikut

ini adalah data jumlah pendapatan jemaat:

63
Tabel 4.14. Jumlah Pendapatan

No Jumlah Pendapatan Jumlah %


(Rp) (Keluarga)
1 ≤500 ribu 3 3
2 600 ribu-1,5 juta 14 13
3 1,6juta-2,5 juta 25 22
4 2,6 juta-3,5 juta 31 28
5 3,6 juta-4,5 juta 13 12
6 4,6 juta-5,5 juta 10 9
7 5,6 juta-6,5 juta 5 4
8 6,6 juta- 7,5 juta 3 3
9 ≥10 juta 5 4
10 Tidak Ada (Sakit) 2 2
JUMLAH 111 100
Sumber: Data Primer

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (www.bps.go.id) bahwa garis

kemiskinan Kabupaten Karo tahun 2022 adalah Rp.563.660/kapita/bulan.

Mengacu pada hal tersebut maka hanya 3 keluarga yang dikategorikan berada

pada garis kemiskinan Kabupaten di GBKP Tanjung Beringin. Dengan melihat

data di atas dapat dikatakan bahwa angka kemiskinan sangat minim di GBKP

Tanjung Beringin.

k. Jumlah Pengeluaran

Jumlah pengeluaran menyangkut jumlah kebutuhan dalam keluarga.

Kebutuhan pokok merupakan pengeluaran yang wajib dalam keluarga tanpa

mempertimbangkan situasi keuangan keluarga tersebut. Berikut ini adalah data

jumlah pengeluaran jemaat:

64
Tabel 4.15. Jumlah Pengeluaran

No Jumlah Pengeluaran (Rp) Jumlah (Keluarga) %


1 ≤2 jt 11 15
2 2 juta-3,5 juta 34 46
3 3,6 juta-4,5 juta 7 9
4 4,6 juta-5,5 juta 13 17
5 5,6 juta-6,5 juta 6 8
6 6,6juta-7,5 juta 1 1
7 ≥7,5 jt 2 3
8 Tidak jelas (dibantu anak) 1 1
JUMLAH 111 100
Sumber: Data Primer

Jika jumlah pendapatan di bagian sebelumnya dapat bersifat musiman, maka

pengeluaran tidak dapat demikian. Untuk itu dapat dikatakan bahwa kebanyakan

jemaat mengaku lebih besar pengeluaran daripada pemasukan. Menurut

pengakuan jemaat kepada penulis, biasanya jemaat meminjam uang kepada

pihak lain sebelum masa panen jagung. Hal ini mengindikasikan bahwa

kebanyakan jemaat mengalami kesulitan finansial menanti masa panen jagung

karena kebutuhan pokok dan kebutuhan anak sekolah wajib untuk dipenuhi.

2. Kebutuhan Jemaat Terhadap Pemberdayaan Ekonomi

Pemberdayaan ekonomi dibutuhkan untuk membuat jemaat berdaya dalam hal

ekonomi untuk sehingga kesejahteraan ekonomi dapat diwujudkan. Di bawah ini ada

beberapa elemen yang penting untuk dianalisa sebagai indikasi apakah jemaat

GBKP Tanjung Beringin benar-benar membutuhkan pemberdayaan ekonomi.

65
a. Kemampuan Penghasilan Jemaat Untuk Mencukupi Kebutuhan

Keuangan

Penghasilan yang dimiliki oleh keluarga digunakan untuk mencukupi

kebutuhan keuangan keluarga. Jemaat yang penghasilannya mampu

memenuhi kebutuhan keuangan keluarga artinya berdaya dalam hal ekonomi.

Berikut ini adalah data kemampuan penghasilan jemaat untuk mencukupi

kebutuhan keuangan:

Tabel 4.16. Kemampuan Penghasilan Untuk Mencukupi Kebutuhan

No Jawaban Jumlah %
(Keluarga)
1 Mencukupi 48 43
2 Kurang mencukupi 63 57
JUMLAH 111 100
Sumber: Data Primer

Data ini mengindikasikan bahwa kebanyakan jemaat GBKP Tanjung

Beringin belum berdaya dalam hal ekonomi. Walaupun kondisi pendapatan

jemaat berada di atas angka kemiskinan namun temuan ini menjadi indikasi

bahwa penghasilan tersebut belum mencukupi. Adapun data yang menjadi

alasan jemaat adalah sebagai berikut:

Tabel 4.17. Alasan Bahwa Penghasilan “Mencukupi”

No Alasan Jumlah (Keluarga) %


1 Tanpa alasan 21 44
2 Dihemat 13 27
3 Dibantu anak 10 21
4 Anak masih kecil 1 2
5 Pas-pasan 2 4
6 Lebih besar pemasukan 1 2
JUMLAH 48 100
Sumber: Data Primer

66
Tabel di atas menunjukkan bahwa jemaat mengakui kebutuhannya tercukupi

karena “dicukup-cukupkan”. Hal ini menjadi salah satu indikasi bahwa

jemaat membutuhkan pemberdayaan ekonomi.

Untuk alasan “tidak mencukupi” dapat dilihat dari data di bawah ini:

Tabel 4.18. Alasan Bahwa Penghasilan “Tidak Mencukupi”

No Alasan Jumlah (Keluarga) %


1 Hasil panen kurang memuaskan 6 9
2 Masih ada utang 2 3
3 Lebih besar pengeluaran 17 27
4 Biaya anak sekolah 12 19
5 Tidak ada alasan 1 1
6 Banyak Pesta 14 22
7 Ada penyakit 2 3
8 Kurang modal tani 1 2
9 Penghasilan tak tetap 1 2
10 Sudah tua 1 2
11 Beli susu dan pampers 1 2
12 Sakit 3 5
13 Waktu panen terlalu lama 1 2
14 Luas lahan usaha kurang luas 1 2
JUMLAH 63
Sumber: Data Primer

Alasan-alasan di atas mendukung data sebelumnya bahwa jemaat GBKP

Tanjung Beringin membutuhkan sebuah upaya untuk memberdayakan

ekonomi supaya penghasilan keluarga dapat memenuhi kebutuhan keuangan

keluarga.

b. Pemenuhan Kebutuhan Pokok Keluarga

Kebutuhan pokok adalah kebutuhan sandang, pangan, papan yang harus

dipenuhi untuk bertahan hidup. Berikut ini adalah data mengenai kemampuan

jemaat untuk memenuhi kebutuhan pokok:

67
Tabel 4.19. Pemenuhan Kebutuhan Pokok

No Jawaban Jumlah %
1 Terpenuhi 61 55
2 Belum Terpenuhi 7 6
3 Kadang terpenuhi, kadang tidak terpenuhi 43 39
Jumlah 111 100
Sumber: Data primer

Untuk jemaat yang mengatakan kebutuhannya terpenuhi disertai

dengan alasan sebagai berikut:

Tabel 4.20. Alasan Kebutuhan Pokok “Terpenuhi”

No Alasan Jumlah %
1 Kebutuhan pokok dari hasil tani 1 1
2 Tidak ada alasan 42 69
3 Dibantu anak 6 10
4 Kebutuhan sehari-hari 11 18
5 Makan di rumah orang tua 1 2
JUMLAH 61 100
Sumber: Data Primer

Untuk jemaat yang mengatakan kebutuhan pokoknya belum terpenuhi

disertai dengan alasan sebagai berikut:

Tabel 4.21. Alasan Kebutuhan Pokok “Belum Terpenuhi”

No Alasan Jumlah %
1 Kebutuhan harian dan anak sekolah 3 43
2 Keuangan 1 15
3 Tidak ada alasan 1 14
4 Pesta adat 1 14
5 Kebutuhan usaha mata pencaharian 1 14
JUMLAH 7 100
Sumber: Data Primer

Temuan dia atas mengindikasikan bahwa tingkat kedalaman kebutuhan

pemberdayaan ekonomi jemaat karena masih ada jemaat yang kebutuhan

68
pokoknya pun belum terpenuhi dengan baik. Menurut pengamatan penulis

bahwa yang dimaksudkan jemaat di sini terkadang untuk membeli beras dan

memberangkatkan anak sekolah pun harus mencari pinjaman terlebih dahulu.

c. Kebutuhan Jemaat Terhadap Bantuan Untuk Meningkatkan

Penghasilan

Memberikan bantuan untuk meningkatkan penghasilan merupakan salah satu

upaya untuk memberdayakan ekonomi jemaat. Dalam hal ini ditemukan data

tentang kebutuhan jemaat terhadap bantuan tersebut:

Gambar 4.3. Kebutuhan Jemaat Terhadap Bantuan

Kebutuhan Terhadap
Bantuan
17; 15%

Iya
94; 85% Tidak

Sumber: Data Primer

Diagram di atas menunjukkan baha jemaat GBKP Tanjung Beringin

membutuhkan bantuan untuk meningkatkan penghasilan. Hal ini

mengindikasikan bahwa jemaat membutuhkan pemberdayaan ekonomi.

Adapun bentuk bantuan yang dibutuhkan jemaat adalah sebagai berikut:

69
Tabel 4.22. Jenis Bantuan Yang Dibutuhkan

No Jawaban Jumlah %
1 Usaha sampingan 4 3
2 Alat pertanian 1 1
3 Penyuluhan pertanian 3 2
4 Benih Jagung 30 23
5 Lahan 13 10
6 Pupuk 68 51
7 Anak babi 1 1
8 Pakan ternak 3 2
9 Pestisida 5 4
10 Layanan kesehatan 3 2
11 Ternak ayam 1 1
Jumlah 132 100
Sumber: Data primer

Sementara itu untuk alasan “tidak membutuhkan” adalah sebagai berikut:

Tabel 4.23. Alasan Tidak Membutuhkan Bantuan

No Alasan Jumlah %
1 Bisa berusaha sendiri 1 6
2 Sudah tua 9 53
3 Tidak punya waktu 4 23
4 Masih ada yang lebih butuh 3 18
Jumlah 17 100
Sumber: Data primer

Data di atas mengindikasikan bahwa kebutuhan jemaat untuk meningkatkan

penghasilan terkait dengan kebutuhan dalam bidang pertanian dan

peternakan. Hal ini sesuai dengan pekerjaan dan konteks kegiatan ekonomi

jemaat GBKP Tanjung Beringin. Untuk hal “tidak membutuhkan” karena

alasan sudah tua mengindikasikan bahwa hampir semua jemaat yang masih

produktif membutuhkan bantuan untuk meningkatkan penghasilan.

70
3. Kebutuhan Gereja Terhadap Pemberdayaan Ekonomi

Pemberdayaan ekonomi gereja sebagai organisasi dibutuhkan untuk menjadikan

gereja berdaya dalam melaksanakan program gereja yang kontekstual dan

memberdayakan ekonomi jemaat. Untuk dapat menganalisa sejauh mana GBKP

Tanjung Beringin membutuhkan pemberdayaan ekonomi diteliti dengan elemen-

elemen di bawah ini.

a. Pemahaman Jemaat Mengenai Kondisi Keuangan Gereja

Kestabilan keuangan gereja sangat mendukung kelancaran kinerja gereja

untuk mewujudkan visi misinya. Pemahaman jemaat akan hal ini dibutuhkan

untuk memahami dinamika kehidupan gereja secara utuh. Data di bawah ini

menunjukkan sejauh mana jemaat mengetahui tentang kondisi keuangan gereja

GBKP Tanjung Beringin.

Gambar 4.4. Pemahaman Jemaat Tentang Keuangan Gereja

Pemahaman jemaat Tentang Kestabilan


Keuangan Gereja

25;
Iya
23%
Tidak
71; 64%
15; 13%
Tidak tahu

Sumber: Data Primer

Data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar jemaat tidak memahami tentang

keuangan gereja GBKP Tanjung Beringin. Hal ini mengindikasikan bahwa


71
kondisi keuangan tidak mendapatkan perhatian penting bagi jemaat. Sementara

itu keuangan gereja adalah motor setiap pelayanan yang dilaksanakannya.

b. Kendala Realisasi Program Terkait Keuangan Gereja

Kondisi keuangan gereja sangat mempengaruhi realisasi program kerja gereja

karena uang dibutuhkan untuk biaya operasional gereja. Dengan kata lain, gereja

yang tidak berdaya dalam hal ekonomi akan mengalami kendala dalam hal

pelayanan gereja. Berikut ini adalah temuan mengenai realisasi program gereja

yang terkendala akibat uang tidak mencukupi.

Tabel 4.24. Kendala Program Karena Uang

No Jawaban Jumlah %
1 Pernah 11 10
2 Tidak pernah 44 40
3 Tidak tahu 56 50
4 Lainnya 0 0
Jumlah 111 100
Sumber: Data primer

Data tersebut mengindikasikan bahwa kebanyakan jemaat yang tidak tahu

mengenai kondisi keuangan gereja maupun realisasi program gereja. Pemahaman

jemaat akan realisasi program kerja terkait dengan keuangan gereja juga masih

relatif rendah.

Untuk contoh jawaban pernah adalah sebagai berikut:

72
Tabel 4.25. Contoh Kendala Program Akibat Kekurangan Uang

No Contoh Jumlah Jawaban %


1 Kunjungan diakoni tertunda 3 27
2 Mengganti kegiatan 1 9
3 Pembangunan 4 27
4 Mencari donatur 1 9
5 Pandemi 1 9
6 Defisit Kas 1 9
JUMLAH 11 100
Sumber: Data Primer

Jawaban di atas mengindikasikan bahwa GBKP Tanjung Beringin pernah

mengalami kendala terkait dengan program gereja dan pembangunan karena dana

tidak mencukupi walaupun hanya sedikit jemaat yang menyadari akan hal ini.

Secara spesifik, orang-orang yang menyadari akan kendala tersebut adalah orang

yang menggeluti program gereja ataupun aktivis gereja.

c. Sumber Keuangan Gereja

Sumber keuangan gereja merupakan kunci keberhasilan gereja dalam

mencapai rencana pendapatan untuk mewujudkan realisasi program kerja.

Adapun sumber keuangan gereja menurut pemahaman jemaat GBKP Tanjung

Beringin adalah sebagai berikut:

Tabel 4.26. Sumber Keuangan Gereja

No Jawaban Jumlah Yang Melingkari %


1 Kolekte 77 40
2 Persepuluhan 40 21
3 Persembahan Ucapan syukur 30 15
4 Donatur 26 13
5 Usaha dana 4 2
6 Lainnya (Tidak tahu) 18 9
Jumlah 195 100
Sumber: Data Primer

73
Jawaban bentuk usaha dana adalah sebagai berikut:

Tabel 4.27. Bentuk Usaha Dana Gereja

No Bentuk Jumlah %
1 Bazaar 3 75
2 Lelang-lelang 1 25
JUMLAH 4 100
Sumber: Data Primer

Data di atas menunjukkan bahwa sumber keuangan jemaat yang paling banyak

adalah dari kolekte, persepuluhan, ucapan syukur dan donatur. Hal ini

mengindikasikan bahwa belum ada upaya gereja untuk menghasilkan uang selain

dari pesembahan jemaat. Walaupun ada usaha dana gereja yang pernah dilakukan

gereja adalah dalam bentuk bazar dan lelang-lelang. Hal ini biasanya dilakukan

untuk memenuhi kekurangan dana yang bersifat insidental.

d. Program Gereja Untuk Memberdayakan Ekonomi Gereja dan Jemaat

Program pemberdayaan ekonomi gereja dan jemaat adalah sebuah upaya

untuk mendorong gereja dan jemaat berdaya dalam hal ekonomi. Dengan

keberdayaan gereja dalam hal ekonomi tentu akan mendukung program

pelayanan yang relevan bagi jemaat. Dengan keberdayaan ekonomi jemaat tentu

akan mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan meningkatkan perannya

dalam pelayanan gereja. Berikut ini adalah data yang menunjukkan program

gereja untuk memberdayakan ekonomi gereja dan jemaat.

74
Tabel 4.28. Program Untuk Memberdayakan Ekonomi Gereja dan Jemaat

No Jawaban Jumlah %
1 Sudah 17 15
2 Belum 43 39
3 Tidak tahu 51 46
4 Lainnya 0 0
Jumlah 111 100
Sumber: Data Primer

Data di atas menunjukkan bahwa pemahaman jemaat mengenai hal upaya

pemberdayaan ekonomi gereja dan jemaat masih sangat rendah karena masih

banyak yang menjawab “tidak tahu”. Hal ini mengindikasikan rendahnya

perhatian dan kesadaran jemaat terhadap pemberdayaan ekonomi. Selain itu data

di atas mengindikasikan bahwa GBKP Tanjung Beringin secara lembaga belum

memiliki program untuk memberdayakan ekonomi gereja dan jemaat.

Untuk jawaban “sudah” disertai contoh sebagai berikut:

Tabel 4.29. Contoh Program Pemberdayaan Ekonomi

No Bentuk Jumlah %
1 Bazaar 3 17
2 Lelang-lelang 3 18
3 Sekedar wacana 1 6
4 Tanpa alasan 1 6
5 Sewa piring 1 6
6 Penyuluhan Pupuk Organik Cair 5 29
7 Kolekte Ekstra 2 12
8 Mencari Donatur 1 6
JUMLAH 17 100
Sumber: Data Primer

Contoh yang disebutkan jemaat di atas menunjukkan bahwa GBKP Tanjung

Beringin belum memberi perhatian penuh terhadap pemberdayaan ekonomi

gereja dan jemaat secara relevan.


75
e. Kebutuhan Gereja Terhadap Program Yang Mendukung Keuangan

Program yang mendukung keuangan gereja adalah kebutuhan gereja sehingga

keuangan gereja memadai untuk melakukan pelayanan gereja. Berikut ini adalah

data pemahaman jemaat akan pentingnya program yang mendukung keuangan

gereja adalah sebuah kebutuhan.

Tabel 4.30. Kebutuhan Gereja Terhadap Usaha yang Mendukung Keuangan

No Jawaban Jumlah %
1 Perlu 54 48
2 Tidak perlu 3 3
3 Tidak tahu 54 49
4 Lainnya 0 0
Jumlah 111 100
Sumber: Data Primer

Tabel di atas mengindikasikan bahwa pemahaman jemaat akan pentingnya usaha

dana gereja menjadi sebuah kebutuhan untuk mendukung keuangan gereja masih

sangat rendah. Selain itu, jemaat yang sudah paham arti pentingnya usaha

tersebut menyatakan bahwa jemaat perlu untuk melakukan usaha untuk

mendukung keuangan gereja. Adapun usaha dana yang perlu dilakukan menurut

pemahaman jemaat adalah sebagai berikut:

76
Tabel 4.31. Contoh Usaha Gereja Untuk Mendukung Keuangan

No Bentuk Jumlah %
1 Kelompok tani 1 2
2 Budidaya Lahan gereja dan kerajinan tangan 1 2
3 Bazar dan jualan 14 26
4 Alat tani dan ternak 1 2
5 Meningkatkan kolekte dan persepuluhan 1 2
6 Tidak mengisi alasan 7 13
7 Penyuluhan Pertanian 13 24
8 Lelang –lelang 2 4
9 Peternakan yang dikelola gereja 5 9
10 Subsidi pupuk dan modal usaha 3 5
11 UMKM 1 2
12 Gotong royong 1 2
13 Membuat POC 4 7
JUMLAH 54 100
Sumber: Data Primer

Sementara itu, alasan “tidak perlu” adalah sebagai berikut:

Tabel 4.32. Alasan “Gereja Tidak Perlu” Melakukan Usaha Untuk Mendukung

Keuangan

No Bentuk Jumlah %
1 Keuangan gereja stabil 1 33
2 Tanpa alasan 1 33
3 Itu Bukan tugas gereja 1 34
JUMLAH 3 100
Sumber: Data primer

Contoh usaha dana yang diperlukan di atas menunjukkan betapa pentingnya

dalam pemahaman jemaat upaya gereja terkait pemberdayaan ekonomi yang

relevan dengan kehidupan jemaat (pertanian dan peternakan). Sementara itu

alasan untuk jawaban tidak perlu di atas mengindikasikan bahwa kesadaran

77
jemaat mengenai pemberdayaan ekonomi menjadi salah satu tanggung jawab

gereja masih rendah.

4. Pemanfaatan Sumber Daya Yang Dimiliki Jemaat

Memanfaatkan sumber daya yang ada secara optimal adalah memaksimalkan

potensi ekonomi yang dimiliki oleh jemaat. Pemanfaatan sumber daya yang tidak

optimal tentu menyebabkan sumber daya tersebut menjadi idle dan tidak

menghasilkan nilai ekonomi. Pada bagian ini, meneliti sejauh mana jemaat

memanfaatkan sumber daya yang ada oleh jemaat adalah sebuah upaya untuk

menggali apakah jemaat memiliki sumber daya yang menganggur atau tidak.

Berikut ini adalah elemen-elemen yang diteliti terkait dengan hal tersebut.

a. Jenis Tanaman Jemaat

Variasi jenis tanaman mempengaruhi situasi keuangan keluarga. Walaupun

tanaman yang bervariasi meningkatkan biaya perawatan, namun peluang dan

waktu panen juga lebih banyak. Jenis tanaman yang bervariasi menjadikan jemaat

tidak hanya bertumpu pada satu masa panen satu jenis tanaman saja. Tanaman

yang lebih dari satu menyebabkan banyaknya masa panen yang menghasilkan

uang dari lahan pertanian jemaat. Selain itu, menanam berbagai jenis tanaman

berarti memanfaatkan lahan pertanian secara optimal. Berikut ini adalah data

jenis tanaman yang ditanam oleh jemaat:

78
Tabel 4.33. Jumlah Jenis Tanaman

No Jawaban Jumlah %
1 Satu 25 23
2 Lebih dari satu 80 72
3 Lainnya (tidak ada) 5 4
4 Hanya Berternak 1 1
Jumlah 111 100
Sumber: Data Primer

Jemaat yang hanya menanam satu jenis tanaman menanam tanaman berikut:

Tabel 4.34. Tanaman yang Hanya Sejenis

No Jenis Tanaman Jumlah %


1 Jagung 20 80
2 Padi 1 4
3 Kopi 3 12
4 Kemiri 1 4
Jumlah 25 100
Sumber: Data Primer

Jemaat yang menanam tanaman lebih dari satu menanam tanaman berikut:

Tabel 4.35. Tanaman yang Lebih Dari Satu

No Jenis Tanaman Jumlah %


1 Jagung 71 35
2 Padi 12 6
3 Kopi 41 20
4 Cabe 34 17
5 Coklat 20 10
6 Jeruk 4 2
7 Duku 1 0
8 Kemiri 3 1
9 Pisang 6 3
10 Tomat 1 0
11 Alpukat 2 1
12 Buncis 4 2
13 Terong 3 1
14 Timun 1 0
15 Tembakau 1 0
Jumlah 131 100
Sumber: Data primer

79
Data di atas menunjukkan bahwa mayoritas jemaat GBKP Tanjung Beringin

sudah menanam jenis tanaman yang lebih dari satu di lahan pertanian jemaat. Hal

ini mengindikasikan bahwa kesadaran untuk memanfaatkan lahan pertanian

dengan lebih optimal sudah mulai tumbuh. Namun demikian, tanaman yang

ditanam mayoritas adalah tanaman jagung dan tanaman kopi, yang proses

perawatannya lebih mudah dan praktis. Sedikitnya jemaat yang menanam

tanaman muda mengindikasikan bahwa jemaat belum memaksimalkan

pemanfaatan lahan pertanian secara optimal.

b. Peluang Jemaat Untuk Menanam Tanaman Lebih Dari Satu

Meneliti peluang untuk menanam tanaman lebih dari satu di lahan pertanian

jemaat adalah upaya untuk mengetahui sejauh mana lahan pertanian jemaat masih

bisa dipotimalkan. Adanya peluang untuk menanam tanaman lebih dari satu

mengindikasikan bahwa masih ada lahan pertanian yang belum optimal

dimanfaatkan sehingga masih dapat ditanami. Semakin tinggi peluang menanam

tanaman lebih dari satu berarti semakin tinggi pula potensi nilai ekonomi yang

dapat diperoleh di lahan pertanian jemaat tersebut. Berikut ini adalah data

mengenai peluang tanaman di lahan pertanian jemaat:

Tabel 4.36. Peluang Menanam Tanaman Lebih Dari Satu

No Jawaban Jumlah %
1 Ada 88 79
2 Tidak ada 22 20
3 Lainnya (tidak tahu) 1 1
Jumlah 111 100
Sumber: Data primer

80
Jemaat yang mengatakan “ada” memberikan contoh sebagai berikut:

Tabel 4.37. Contoh Tanaman Lebih Dari Satu

No Jenis Tanaman Jumlah %


1 Jagung 18 15
2 Kopi 11 9
3 Cokelat 5 4
4 Pisang 3 3
5 Sayur mayur 30 26
6 Jeruk 1 1
7 Alpukat 1 1
8 Cabe 34 29
9 Tomat 2 2
10 Kacang Tanah 1 1
11 Tanaman muda 10 9
JUMLAH 116 100
Sumber: Data primer

Jemaat yang mengatakan “tidak ada” memberikan contoh sebagai berikut:

Tabel 4.38. Alasan Tidak Ada Peluang Menanam Lebih Dari Satu

No Alasan Jumlah %
1. Sudah tua 4 18
2 Disewakan 2 9
3 Disewa 1 5
4 Tidak ada lahan 2 9
5 Tanpa alasan 6 27
7 Sudah penuh 7 32
Jumlah 22 100
Sumber: Data primer

Jawaban-jawaban jemaat yang diringkas dalam tabel di atas mengindikasikan

bahwa masih banyak peluang untuk menanam tanaman lebih dari satu di lahan

pertanian jemaat. Artinya, masih banyak lahan pertanian jemaat yang belum

dimanfaatkan secara optimal (idle). Lebih jauh lagi, untuk contoh peluang

tanaman yang ditanam banyak yang mengatakan “tanaman muda”. Peluang untuk
81
menanam tanaman muda adalah peluang yang sangat baik bagi pertanian jemaat

GBKP Tanjung Beringin. Selain dapat membantu kebutuhan dapur sehari-hari,

masa panen tanaman muda paling lama seminggu sekali, atau bahkan ada yang 2

hari sekali sehingga sumber pemasukan keuangan semakin lebih rutin.

c. Pemanfaatan Jemaat Terhadap Pekarangan Rumah

Pekarangan rumah merupakan salah satu sumber daya yang dapat

dimanfaatkan untuk menghasilkan uang dengan menanami sayuran dan tanaman

lainnya yang memiliki nilai ekonomi. Memanfaatkan pekarangan rumah dengan

menanam sayuran dapat membantu kebutuhan dapur rumah tangga dan dapat

juga dipasarkan. Berikut ini adalah data pemanfaatan pekarangan rumah jemaat:

Tabel 4.39. Pemanfaatan Pekarangan Rumah

No Jawaban Jumlah %
1 Sudah 36 32
2 Belum 75 68
3 Lainnya 0 0
Jumlah 111 100
Sumber: Data Primer

Jawaban “sudah” memanfaatkan pekarangan dengan menanam tanaman sebagai

berikut:

Tabel 4.40. Jenis Tanaman Di Pekarangan Rumah

No Jenis Tanaman Jumlah %


1 Tanaman muda 1 3
2 Sayuran 22 59
3 Cabe 4 11
4 Labu siam 2 5
5 Terong 1 3
6 Markisah 1 3
7 Buah naga 2 5
82
8 Serai 2 5
9 Stroberi 1 3
10 Lemon 1 3
JUMLAH 37 100
Sumber: Data Primer

Adapun alasan jemaat untuk tidak menanami tanaman di pekarangan rumah

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.41. Alasan Tidak Menanami Pekarangan

No Alasan Jumlah %
1 Lahan sempit 37 49
2 Tidak ada waktu 7 9
3 Tidak memungkinkan 2 3
4 Hama 1 1
5 Diganggu ayam 4 5
6 Sudah Tua 2 3
5 Tanpa alasan 2 3
6 Ditanam bunga 8 11
7 Malas 1 1
8 Tidak sanggup 1 1
9 Harus ditata 1 1
10 Masih menyewa 1 1
11 Tidak ada kerja sama keluarga 2 3
12 Ikut-ikutan 1 1
13 Tidak terurus 1 1
14 Terganggu 1 1
15 Sedang mempersiapkan bibit 1 1
16 Lahan tidak datar 1 1
17 Tidak tahu 1 1
Jumlah 74 100
Sumber: Data primer

Tabel 4.39 menunjukkan bahwa mayoritas jemaat GBKP Tanjung Beringin

belum memanfaatkan pekarangan rumah untuk ditanami tanaman yang

menghasilkan uang sehingga menjadi idle resources. Alasan pada tabel 4.41 tidak

ada yang mengindikasikan bahwa pekarangan tidak memadai untuk ditanami.

83
Walaupun mayoritas jawaban lahan sempit, tapi menurut pengamatan penulis

pekarangan jemaat GBKP Tanjung Beringin memadai untuk dimanfaatkan.

Namun menurut persepsi jemaat lahan yang memadai ditanami adalah yang

luasnya ratusan meter. Tabel 4.40 sendiri mengindikasikan bahwa banyak

peluang untuk menanami tanaman yang menghasilkan uang di pekarangan rumah

jemaat, namun kesadaran jemaat akan hal ini masih relatif rendah.

d. Waktu Luang Yang Dimiliki Jemaat

Sumber daya waktu yang dimanfaatkan dengan optimal akan menghasilkan

nilai ekonomi. Meneliti waktu luang adalah upaya untuk mengetahui sejauh mana

jemaat memiliki sumber daya waktu yang masih idle. Berikut ini adalah data

waktu luang yang dimiliki jemaat GBKP Tanjung Beringin usai melakukan

pekerjaan utama:

Gambar 4.5. Ketersediaan Waktu Luang

Waktu Luang (Tersisa)


10; 9%

Memiliki

101; 91% Tidak memiliki

Sumber: Data primer

84
Gambar di atas mengindikasikan bahwa banyak waktu luang jemaat yang tersisa

usai melakukan pekerjaan utama.

e. Penggunaan Waktu Luang

Penggunaan waktu luang dengan hal-hal yang bermanfaat dan memiliki nilai

ekonomi tentu sangat mendukung kebutuhan keuangan keluarga. Sebaliknya,

menyia-nyiakan waktu yang ada menjadikan waktu menjadi idle resources.

Berikut ini adalah data penggunaan waktu luang yang dimiliki oleh jemaat.

Tabel 4.42. Penggunaan Waktu Luang

No Jawaban Jumlah
1 Tidur 24
2 Nongkrong di warung kopi 41
3 Ngobrol dengan keluarga 25
4 Membersihkan rumah dan pekarangan 37
5 Menonton TV 3
6 Membelah pinang 1
7 Menghadiri pesta 1
8 Memecah kemiri 1
9 Bertani 5
10 Bermacam-macam kegiatan 1
11 Makan Sirih 3
12 Berdagang 3
13 Menjual gorengan 1
14 Ngurus Anak 1
15 Berternak 3
Jumlah 150
Sumber: Data primer

Tabel di atas menunjukkan bahwa tidak masih banyak waktu luang yang

digunakan jemaat belum bermanfaat untuk menghasilkan uang. Ada kebiasaan

kaum bapa di desa Tanjung Beringin untuk nongkrong di warung kopi.

Nongkrong di warung kopi untuk santai dan mengobrol seperti sebuah kewajiban
85
dan pada akhirnya menyia-nyiakan waktu untuk hal yang tidak berguna. Dengan

demikian data di atas mengindikasikan bahwa sedikit sekali jemaat yang

memanfaatkan waktu luang untuk menghasilkan uang. Menariknya, justru yang

bekerja sebagai PNS yang menggunakan waktu luang untuk bertani dan

berternak. Dengan demikian sumber daya waktu menjadi salah satu idle

resources di GBKP Tanjung Beringin.

f. Tabungan Jemaat

Meneliti tabungan jemaat adalah sebuah upaya untuk menganalisa sejauh

mana jemaat memanfaatkan uang yang ada dengan tetap mempertahankan

bahkan meningkatkan nilai mata uang yang ada. Menyimpan uang di rumah sama

dengan membiarkan uang menjadi kurang bernilai, sementara menyimpan uang

di bank atau koperasi menambah nilai uang karena akan menghasilkan bunga

atau jasa simpanan. Berikut ini adalah data tabungan jemaat:

Tabel 4.43. Tabungan Jemaat

No Jawaban Jumlah
1 Punya 61
2 Tidak Punya 50
3 Lainnya 0
Jumlah 111
Sumber: Data primer

Tabel di atas mengindikasikan bahwa banyak jemaat GBKP Tanjung Beringin

yang memiliki tabungan. Adapun tempat penyimpanan tabungan jemaat adalah:

86
Tabel 4.44. Tempat Penyimpanan Tabungan

No Penyimpanan Jumlah
1 Bank 16
2 Credit Union 47
3 Celengan 4
5 Rumah 4
Jumlah 50
Sumber: Data primer

Tabel di atas menunjukan bahwa jemaat GBKP Tanjung Beringin sudah

menyimpan uang di bank dan CU. Menurut pengakuan jemaat, walaupun mereka

memiliki tabungan di Bank atau CU umumnya juga memiliki pinjaman di sana.

Dapat dikatakan bahwa jemaat memanfaatkan uang untuk ditabung supaya bisa

mencairkan pinjaman. Hal ini mengindikasikan bahwa sumber daya uang

bukanlah sesuatu yang menganggur dalam jemaat GBKP Tanjung Beringin.

g. Aset Jemaat Yang Belum Dimanfaatkan

Pemanfaatan aset yang ada untuk menghasilkan uang disebut sebagai

optimalisasi aset. Sebaliknya aset yang tidak dimanfaatkan dengan optimal

disebut sebagai idle resources. Meneliti sejauh mana aset jemaat yang belum

dimanfaatkan dengan optimal adalah untuk mengindikasikan idle resources.

Berikut ini adalah aset yang belum dimanfaatkan dengan optimal.

87
Tabel 4.45. Aset Yang Belum Dimanfaatkan

No Jawaban Jumlah
1 Kendaraan 4
2 Rumah 3
3 Pekarangan Kosong 36
4 Alat Pertanian 8
5 Tidak Ada 54
6 Lahan pertanian 5
Jumlah 110
Sumber: Data primer

Walaupun dalam tabel di atas mayoritas jemaat mengakui bahwa tidak ada aset

yang belum dimanfaatkan, namun ada indikasi bahwa banyaknya pekarangan

kosong yang belum dimanfaatkan sehingga menjadi idle resources. Pekarangan

kosong yang diakui jemaat di atas sudah cukup relatif luas, bukan hanya halaman

semata melainkan lahan kosong di sekitar perumahan warga. Lebih tepatnya yang

dianggap jemaat sebagai lahan kosong adalah pertapakan perumahan.

h. Peluang Jemaat Untuk Menambah Penghasilan

Meneliti pengakuan jemaat mengenai peluang untuk menambah penghasilan

adalah sebagai upaya untuk menganalisa pemberdayaan ekonomi jenis apa yang

relevan untuk dilaksanakan untuk jemaat GBKP Tanjung Beringin. Berikut ini

adalah peluang yang dilihat jemaat berpotensi untuk meningkatkan penghasilan:

Tabel 4.46. Peluang Menambah Penghasilan

No Jawaban Jumlah
1 Memiliki 74
2 Tidak memiliki 32
3 Tidak tahu 5
Jumlah 111
Sumber: Data primer

88
Tabel di atas menunjukkan bahwa seluruh jemaat yang produktif mengakui

masih ada peluang untuk menambah penghasilan. Jawaban tidak memiliki

peluang adalah jawaban dari jemaat yang sudah berusia lanjut. Adapun upaya

untuk mewujudkan peluang tersebut menurut persepsi jemaat adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.47. Cara Untuk Menambah Penghasilan

No Cara Jumlah
1 Menambah Tanaman 46
2 Beternak 11
3 Menjadi buruh tani 3
4 Berdagang 6
5 Menggarap lahan 1
6 Bertani 5
5 Tidak menuliskan alasan 1
6 Menambah usaha 1
Jumlah 74
Sumber: Data primer

Adapun contoh-contoh peluang yang dilihat jemaat berdasarkan data di atas

adalah terkait dengan pertanian dan peternakan. Hal ini menjadi wajar dan

sangat relevan mengingat jemaat akrab dengan dunia pertanian.

5. Pemanfaatan Sumber Daya Yang Dimiliki Gereja

Meneliti pemanfaatann sumber daya yang sudah dilakukan gereja adalah upaya

untuk melihat sejauh mana gereja sudah memanfaatkan sumber daya yang ada di

gereja. Di samping itu hal ini secara bersamaan mengungkap idle resources apa saja

yang dimiliki oleh gereja untuk kemudian dapat dimanfaatkan dalam rangka

memberdayakan ekonomi gereja. Berikut ini adalah

89
a. Sumber Daya Gereja Yang Belum Dimanfaatkan Dengan Baik

Sumber daya yang belum dimanfaatkan dengan baik dapat dikategorikan

sebagai idle resources. Berikut ini adalah sumber daya gereja yang belum

dimanfaatkan dengan baik oleh gereja:

Tabel 4.48. Sumber Daya Yang Belum Dimanfaatkan Gereja

No Jawaban Jumlah
1 Memiliki 6
2 Tidak memiliki 25
3 Tidak Tahu 80
4 Lainnya 0
Jumlah 111
Sumber: Data primer

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar jemaat tidak tahu mengenai hal

ini. Artinya pemahaman jemaat mengenai sumber daya gereja yang dapat

dimanfaatkan untuk menghasilkan uang masih sangat rendah. Adapun contoh

sumber daya yang belum dimanfaatkan untuk menghasilkan uang adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.49. Contoh Sumber Daya Yang Belum Dimanfaatkan

No Bentuk Aset
1 Pekarangan dan taman gereja
2 Lahan kosong
3 Gedung sekolah Minggu yang bisa digunakan menjadi gedung TK
4 Kebun gereja
5 Kamar mandi
Sumber: Data primer

Jawaban pada tabel di atas mengindikasikan bahwa ada sumber daya gereja yang

potensial yang belum dimanfaatkan sama sekali. Walaupun sedikit jemaat yang

mengetahui dan menyadari akan hal ini, menurut pengamatan penulis hal ini
90
sangat potensial dimanfaatkan untuk menghasilkan uang. Lahan kosong dan

gedung merupakan idle resources di GBKP Tanjung Beringin.

b. Aset Gereja Yang Dapat Dimanfaatkan Untuk Menghasilkan Uang

Memanfaatkan aset gereja untuk menghasilkan uang tentu sangat mendukung

program pelayanan gereja. Meneliti aset yang dapat dimanfaatkan ini merupakan

upaya untuk melihat peluang pemberdayaan ekonomi gereja. Adapun data

mengenai aset yang dapat dimanfaatkan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.50. Aset Yang Dapat Dimanfaatkan Untuk Menghasilkan Uang

No Jawaban Jumlah
1 Ada 23
2 Tidak ada 12
3 Tidak tahu 76
4 Lainnya 0
Jumlah 111
Sumber: Data primer

Data pada tabel di atas mengindikasikan bahwa pemahaman jemaat mengenai

aset gereja yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan uang masih sangat

rendah. Walaupun demikian ada beberapa jemaat yang menyadari bahwa ada aset

gereja yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan uang. Adapun aset tersebut

adalah:

Tabel. 4.51. Aset Gereja Yang Dapat Menghasilkan Uang

No Contoh Jumlah
1 Sewa piring 17
2 Menanam bunga yang bisa dijual di pekarangan gereja 4
3 Gedung sekolah Mingu menjadi gedung TK 1
4 Ternak lele 1
Jumlah 22
Sumber: Data Primer
91
Jawaban sewa piring mengindikasikan bahwa jemaat merekomendasikan apa yang

sudah dilakukan gereja untuk menghasilkan uang, yaitu sewa piring. Namun

demikian ada beberapa jemaat yang merekomendasikan hal yang belum pernah

dilakukan oleh gereja yaitu pemanfaatan lahan dan gedung gereja yang

menganggur.

c. Pemanfaatan Aset Gereja Untuk Menghasilkan Uang

Pada bagian ini secara spesifik bertujuan untuk meneliti sejauh mana gereja

sudah memanfaatkan aset yang ada untuk menghasilkan uang sehingga

mendukung kebutuhan finansial gereja. Berikut ini adalah data pemanfaatan aset

GBKP Tanjung Beringin:

Tabel 4.52. Pemanfaatan Aset Gereja

No Jawaban Jumlah
1 Sudah 42
2 Belum 3
3 Tidak tahu 65
4 Lainnya 0
Jumlah 74
Sumber: Data primer

Semua jawaban “sudah” memberi contoh sewa piring. Data di atas menunjukkan

bahwa GBKP Tanjung Beringin sudah memanfaatkan aset yang ada untuk

menghasilkan uang yaitu sewa piring. Walaupun demikian sebenarnya usaha

sewa piring tersebut masih belum menguntungkan.

C. PEMBAHASAN

Pembahasan hasil penelitian bertujuan untuk mendalami hasil analisa penelitian

sehingga temuan yang diperoleh lebih runcing dan mendalam karena dikaitkan
92
dengan gambaran umum GBKP Tanjung Beringin, dokumen gereja, hasil penelitian

dan literatur. Seperti yang telah diuraikan penulis di bab sebelumnya mengenai

teknik analisa data maka semua sumber data yang diperoleh penulis didialogkan

sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan penelitian. Berikut ini adalah beberapa

hal penting untuk diberi perhatian dalam penelitian ini:

1. Kebutuhan Jemaat Terhadap Pemberdayaan Ekonomi

Hasil penelitian mengindikasikan bahwa jemaat GBKP Tanjung Beringin

membutuhkan pemberdayaan dalam hal ekonomi mengingat bahwa jemaat sering

mengalami kesulitan finansial dalam penantian masa panen. Walaupun jumlah

pendapatan pada tabel 4.14 mengindikasikan bahwa jemaat berada di atas garis

kemiskinan Kabupaten Karo, namun hal tersebut masih tidak mencukupi kebutuhan

jemaat GBKP Tanjung Beringin. Jumlah pengeluaran pada tabel 4.15 yang

cenderung lebih besar daripada jumlah pendapatan, dan kecenderungan jemaat

meminjam untuk memenuhinya. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang

menunjukkan ketidakmampuan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan jemaat,

bahkan ada jemaat yang kebutuhan pokoknya pun kadang tidak terpenuhi.

Kesulitan-kesulitan dan perjuangan yang dialami oleh jemaat untuk memenuhi

kebutuhannya dengan mencari pinjaman di sana sini mengindikasikan bahwa jemaat

kurang sejahtera secara ekonomi. Fahrudin (2012:8) mengatakan bahwa dalam

konteks kesejahteraan, catera adalah orang yang sejahtera, yakni orang yang dalam

hidupnya bebas dari kemiskinan, kebodohan, ketakutan, atau kekhawatiran sehingga

hidupnya aman dan tenteram baik lahir maupun batin. Menurut UU No 11 Tahun
93
2009 pasal 1 dan 2, Kesejahteraan sosial merupakan suatu keadaan terpenuhinya

kebutuhan hidup yang layak bagi masyarakat, sehingga mampu mengembangkan

diri dan dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Oleh karena itu jemaat GBKP

Tanjung Beringin membutuhkan pemberdayaan ekonomi sehingga kemudian

mencapai kesejahteraan.

Selain pemberdayaan ekonomi menjadi kebutuhan jemaat GBKP Tanjung

Beringin, pemberdayaan ekonomi juga merupakan tanggung jawab gereja.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Nanuru (2020:53) bahwa pemberdayaan ekonomi

jemaat adalah wujud untuk menjadi gereja bersama orang miskin; menolong mereka

untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok pada aras domestik (rumah tangga):

sandang, pangan, rumah pendidikan, pekerjaan mandiri secara berkelanjutan.

Pemberdayaan ekonomi yang demikian tampaknya menjadi relevan dalam

kehidupan jemaat karena menstimulus jemaat menjadi lebih mandiri dan berdaya.

Memberdayaakan ekonomi jemaat adalah bentuk realisasi strategi yang

dirumuskan gereja yaitu “Inovasi yang Menjadi Berkat”. Pemberdayaan ekonomi

jemaat adalah sebuah inovasi yang dilakukan oleh gereja, karena mampu melihat

kebutuhan jemaat secara holistic (termasuk dalam hal ekonomi). Dengan inovasi

tersebut, gereja menjadi berkat bagi jemaat karena menolong jemaat untuk

meningkatkan taraf hidupnya secara ekonomi. Mastra (2019:60) mengatakan bahwa

meningkatkan ekonomi bukanlah akhiran, melainkan sarana untuk menjadi berkat.

Artinya, Mastra ingin megatakan bahwa dengan memberdayakan jemaat secara

ekonomi maka jemaat juga semakin berdaya untuk menjadi berkat bagi orang lain.
94
Dalam rangka memberdayakan ekonomi jemaat, penting untuk melihat konteks

kehidupan jemaat sehingga pemberdayaan ekonomi menjadi lebih relevan seperti

apa yang dikatakan Kartasasmita (enabling, empowering,dan peningkatan taraf

pendidikan). Enabling lebih kepada membangkitkan kesadaran akan potensi yang

dimilikinya, empowering lebih kepada pembukaan akses dalam berbagai peluang

dan peningkatan taraf pendidikan dan akses kepada kemajuan teknologi, ekonomi,

dan informasi. Teori di atas sejalan dengan kebutuhan jemaat terhadap bantuan

untuk menambah penghasilan dari hasil penelitian di atas. Adapun bantuan yang

dibutuhkan secara mayoritas adalah pupuk dan benih jagung mengingat bahwa

akhir-akhir ini warga desa kesulitan untuk mendapatkan benih dan pupuk jagung.

Hal ini mengindikasikan bahwa jenis pemberdayaan ekonomi yang dibutuhkan oleh

jemaat adalah terkait pertanian dan peternakan. Selain itu edukasi mengenai

pertanian juga menjadi kebutuhan jemaat GBKP Tanjung Beringin.

2. Kebutuhan Gereja Terhadap Pemberdayaan Ekonomi

Hasil penelitian mengindikasikan bahwa GBKP Tanjung Beringin secara

organisasi membutuhkan pemberdayaan dalam hal ekonomi karena:

a. Pemahaman jemaat mengenai kondisi keuangan gereja masih minim.

Hal ini dilatarbelakangi dari temuan bahwa mayoritas jemaat tidak mengetahui

tentang kondisi keuangan gereja sementara keuangan merupakan hal penting

dalam biaya akomodasi pelayanan. Untuk itu, jemaat perlu diedukasi mengenai

pentingnya dinamika keuangan di GBKP Tanjung Beringin. Edukasi mengenai

keuangan adalah langkah awal pemberdayaan ekonomi seperti apa yang


95
dikatakan oleh Sulistiyani dalam Miradj dan Shofwan (2021: 20). Sulistiyani

mengatakan bahwa membuka keinginan dan kesadaran akan kondisi masa kini

sehingga menumbuhkan niat untuk memperbaikinya. Jika kesadaran akan

pentingnya keuangan gereja mulai tumbuh dalam kehidupan jemaat tentu akan

membuka mata dan peluang untuk memperbaikinya ke depan. Hal ini juga

menjadi relevan mengingat bahwa latar belakang pendidikan jemaat yang

cenderung mendapatkan pendidikan dasar saja.

b. Gereja mengalami kendala realisasi program karena uang tidak mencukupi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sedikit sekali jemaat yang memahami

tentang program yang terkendala karena uang tidak memadai. Namun tabel 4.25

mengindikasikan bahwa pelayanan gereja pernah terkendala dalam hal

pembangunan dan diakonia sehingga gereja mencari dontur atau mengganti

kegiatan lainnya. Menurut pengamatan penulis dan hasil notulen musyawarah

jemaat tahun 2022 ditemukan bahwa gereja masih memiliki kendala untuk

pembangunan gedung sekolah minggu, penyediaan tapak dan bangunan gedung

ibadah Usia Lanjut, penyediaan sound system dan alat musih, serta meng-update

alat-alat piring menjadi lebih layak pakai. Keempat hal tersebut merupakan

kebutuhan mendesak gereja saat ini karena:

i. Gedung Sekolah Minggu hanya terdiri dari satu ruangan, sementara

keseluruhan anak sekolah minggu tidak dapat digabung menjadi satu kelas.

Berdasarkan teori perkembangan anak, GBKP membagi kelas sekolah

Minggu menjadi 4 kelas yaitu: kelas Balita, Kelas Kecil, Kelas Tanggung,
96
dan Kelas Remaja. Pembagian kelas ini bertujuan untuk menyesuaikan usia

dan pendidikan yang sesuai kepada anak sesuai umurnya. Selama ini sekolah

minggu kelas kecil melakukan ibadah di rumah dinas pendeta sehingga sarana

dan prasarana mengajar tidak lagi memadai. Untuk itu, sekolah minggu

sangat membutuhkan pembangunan gedung sekolah minggu. Namun masih

terkendala karena tidak memiliki uang.

ii. Gedung utama gereja belum memiliki sound system yang memadai untuk

mendukung ibadah. Selama ini gereja hanya menggunakan speaker aktif

sehingga terkadang tidak memadai untuk ibadah dan perayaan gerejawi. Alat

musik yang digunakan selama ini juga dalam bentuk musik digital yang sudah

di-instal di laptop. Dengan demikian jemaat bernyanyi dengan system

karaoke. Hal ini terkadang memicu kericuhan dalam ibadah karena kesulitan

jemaat untuk menyesuaikan suara dengan musik karaoke tersebut. Untuk itu

GBKP Tanjung Beringin sangat membutuhkan sound system dan alat musik.

Namun masih terkendala karen belum memiliki uang.

iii. Untuk menuju gedung utama gereja GBKP Tanjung Beringin harus menaiki

50 anak tangga, maka jemaat yang Usia Lanjut tidak lagi sanggup beribadah

di gedung utama gereja. Untuk itu jemaat usia lanjut membutuhkan gedung

ibadah tersendiri yang ramah terhadap kondisi usia lanjut. Hingga kini usia

lanjut masih menumpang untuk melakukan ibadah di rumah alm. Drs.

Rengam Tarigan. Kini, beribadah di rumah orang lain juga menjadi keluhan

bagi usia lanjut karena mereka tidak bebas menggunakan kamar mandi.
97
Untuk itu penyediaan tapak dan bangunan ibadah bagi usia lanjut juga

merupakan kebutuhan yang mendesak di gereja GBKP Tanjung Beringin.

Namun hal ini juga terkendala karena tidak memiliki uang.

iv. Peralatan piring yang disewakan ketika ada pesta di desa Tanjung Beringin

sudah tidak layak pakai dan sangat mendesak untuk dibeli baru. Banyak

piring-piring yang sudah tidak layak digunakan sebagai tempat makan karena

sudah sangat rusak. Oleh karena itu penyewa piring sering mengeluh. Di

samping itu hingga kini kas sewa piring tidak ada karena sewa piring sangat

murah. Gereja merasa tidak pantas menaikkan harga sewa piring mengingat

peralatan piring yang sangat kumuh. Untuk itu mengganti alat-alat piring

dengan barang yang baru sangat dibutuhkan. Namun hal ini juga terkendala

karena tidak memiliki uang.

Kendala-kendala di atas menunjukkan bahwa yang menjadi kendala

sesungguhnya adalah karena gereja tidak memiliki uang. Untuk itu GBKP sangat

membutuhkan pemberdayaan ekonomi sehingga mampu membiayai biaya

operasional dan kebutuhan pelayanan gereja.

c. Sumber keuangan gereja yang monoton

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber keuangan gereja adalah kolekte,

persembahan ucapan syukur, persembahan persepuluhan dan donatur. Hal yang

digemari gereja pada umumnya adalah mencari donatur karena hanya

bermodalkan pembicaraan dan proposal gereja mendapatkan uang untuk

kebutuhan gereja. Hal ini sejalan juga dengan sejarah berdirinya gedung gereja
98
GBKP Tanjung Beringin karena diprakarsai Drs. Rengam Tarigan sebagai

sumber dana utama. Sikap yang demikian tidak sesuai dengan apa yang

dikatakan oleh Mastra (2019:64) bahwa gereja hendaknya menghilangkan

mentalitas mengemis dan ketergantungan dengan mengajarkan sikap hidup

untuk memberi ketimbang untuk menerima. Di samping itu usaha dana gereja

dalam bentuk bazaar dan lelang-lelang juga ampuh dilakukan untuk memenuhi

kekurangan dana. Untuk mencari donatur, lelang-lelang, dan bazar hanya

dilakukan jika gereja kekurangan dana. Artinya usaha dana dilaksanakan hanya

bersifat incidental. Hal ini berimbas pada kesulitan untuk merealisasikan

program berikutnya karena tidak ada persiapan rutin dalam hal keuangan.

d. Gereja belum melakukan upaya untuk memberdayakan ekonomi gereja

dan jemaat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa gereja belum ada melakukan upaya

apapun untuk memberdayakan ekonomi gereja secara makro dan jemaat secara

mikro. Artinya selama ini gereja hanya mengurusi urusan rohani semata tanpa

membuka mata terhadap kesejahteraan ekonomi jemaat. Sementara itu hasil

penelitian menunjukkan bahwa jemaat membutuhkan upaya untuk

memberdayakan ekonomi jemaat yaitu dengan penyuluhan pertanian, pembuatan

pupuk organik cair, peternakan, subsidi pupuk dan modal usaha dan kelompok

tani. Untuk jawaban upaya secara makro adalah lelang-lelang dan bazar.

Temuan ini mengindikasikan bahwa gereja perlu untuk mengupayakan langkah-

99
langkah dan perhatian khusus untuk memberdayakan ekonomi jemaat secara

relevan.

Mastra (2019:79) mengatakan bahwa peningkatan ekonomi jemaat sejalan

dengan peningkatan ekonomi gereja dan tidak dapat dipisahkan. Hal ini

dikarenakan, semakin berdaya jemaat maka semakin peduli pula jemaat terhadap

kebutuhan finansial gereja, atau sebaliknya sehingga pelayanan gereja menjadi

lebih baik. Jika jemaat GBKP Tanjung Beringin diberdayakan dalam hal

ekonomi, akan berimbas pada perekonomian gereja. Sebaliknya, jika gereja

berdaya dalam hal ekonomi akan menjadikan pelayanan terhadap jemaat

menjadi lebih baik. Untuk itu sangat penting bagi gereja untuk melakukan upaya

pemberdayaan ekonomi.

3. Idle Resources yang Dimiliki Jemaat GBKP Tanjung Beringin

Hasil penelitian menunjukkan ada beberapa hal yang menjadi idle resources di

dalam jemaat GBKP Tanjung Beringin. Idle resources yang dimaksudkan adalah

sumber daya yang menganggur. Idle resources seharusnya memiliki nilai ekonomi

namun tidak dimanfaatkan dengan optimal sebagaimana yang dikatakan Hutt. Dari

berbagai aspek kehidupan jemaat masih terdapat idle resources, seperti:

i. Lahan pertanian.

Hal ini menjadi idle dikarenakan masih ada peluang untuk ditambah tanaman

lainnya. Jika lahan pertanian tidak hanya diisi oleh tanaman jagung, maka masa

penantian panen juga tidak sepanjang menantikan panen jagung. Bahkan sangat

memungkinkan menanam sayuran di bawah pohon jagung. Karena hasil


100
penelitian menunjukkan masih ada peluang untuk menanam tanaman lebih dari

satu, maka lahan pertanian menjadi idle.

ii. Waktu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu menjadi idle resources karena masih

ada waktu luang usai melakukan pekerjaan utama. Lebih jauh lagi, waktu luang

tersebut digunakan untuk hal yang tidak produktif seperti nongkrong di warung

kopi. Kegiatan ini bukan hanya menyita waktu, tetapi juga menyita biaya.

Menurut pengakuan beberapa ibu rumah tangga, biaya suami untuk pergi ke

warung kopi juga merupakan kebutuhan wajib dalam keluarga.

iii. Tenaga

Waktu luang yang tersisa mengindikasikan tenaga yang tersisa karena waktu

luang berarti tenaga jemaat tidak dimanfaatkan. Hal ini disebut dengan jenis

pengangguran bermusim menurut Desmawan, dkk (2021:36). Pengangguran

bermusim ini terjadi karena dalam tenggang waktu tertentu seseorang tidak dapat

melakukan kegiatan pertanian. Hal ini kerap terjadi pada petani jagung desa

Tanjung Beringin karena usai pengaplikasian pupuk kedua pada tanaman jagung

tidak ada lagi pekerjaan menunggu waktu panen. Bagi petani, masa ini adalah

masa paceklik karena tidak ada uang masuk sementara kebutuhan rumah tangga

harus dipenuhi.

iv. Pekarangan Kosong

Pekarangan kosong menjadi idle karena tidak dimanfaatkan secara optimal untuk

menghasilkan uang dengan menanami sayuran dan buah-buahan. Pekarangan


101
kosong menjadi tidak bernilai karena tidak dimanfaatkan. Menurut pengalaman

penulis pekarangan jemaat GBKP Tanjung Beringin sangat potensial untuk

ditanami sayuran untuk kebutuhan dapur bahkan untuk dijual. Hal ini dapat

dilakukan dengan menanam langsung pada lahan atau menggunakan polybag.

v. Uang

Uang menjadi sumber daya yang idle karena disimpan di bank atau CU

sementara tidak dimanfaatkan sebagai modal kerja. Namun menurut pengakuan

jemaat hal ini harus dilakukan karena jemaat membutuhkan pinjaman. Salah satu

syarat mengajukan pinjaman harus memiliki simpanan (saham). Untuk

memenuhi permintaan tersebut maka jemaat mengisi saldo tabungan demi

mencairkan pinjaman mengingat masa panen jagung masih dalam penantian.

Dari seluruh aspek idle resources di atas, yang paling sedikit adalah uang. Walaupun

jemaat memiliki tabungan di bank atau CU, namun juga memiliki pinjaman di sana.

Sebaliknya, idle resources yang paling dominan adalah waktu, tenaga dan

pekarangan kosong. Ketiganya dapat dimanfaatkan secara optimal sehingga memiliki

nilai ekonomi untuk menunjang kebutuhan keuangan dalam keluarga.

4. Idle Resources yang Dimiliki Gereja GBKP Tanjung Beringin

Pemahaman jemaat mengenai idle resources di GBKP Tanjung Beringin masih

sangat minim sehingga dibutuhkan edukasi terkait dengan hal tersebut. Minimal

dengan membuka pemahaman jemaat akan idle resources di GBKP Tanjung

Beringin akan menolong gereja untuk melihat peluang menghasilkan uang secara

relevan, tidak hanya mengharapkan persembahan atau mengandalkan donatur.


102
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa ada beberapa hal yang menjadi idle

resources di GBKP Tanjung beringin yaitu:

i. Gedung Sekolah Mingu

Bangunan ini luasnya 320 m² dilengkapi dengan peralatan belajar dan

mengajar. Fasilitas dalam ruangan ini adalah papan tulis, meja guru, dan kursi

serta meja anak. Ada jemaat yang mampu melihat peluang bahwa gedung ini

dapat dimanfaatkan sebagai gedung TK. Menurut hemat penulis hal ini

menjadi sangat relevan mengingat di desa Tanjung Beringin. Keberadaan

gedung ini tentu menjadi peluang baik bagi gereja untuk mendirikan TK

sehingga menghasilkan nilai ekonomi selain sebagai wujud pelayanan bagi

masyarakat desa Tanjung Beringin.

ii. Lahan kosong di samping gereja

Lahan kosong ini luasnya 2.000 m² dan hanya ditumbuhi rumput liar. Lahan

kosong ini disebut idle karena tidak dimanfaatkan dengan hal yang memiliki

nilai ekonomi. Ada jemaat yang melihat peluang bahwa di lahan ini bisa

dilakukan peternakan lele dan lainnya. Tampaknya hal ini menjadi peluang

bagi gereja untuk menghasilkan uang dan mengedukasi jemaat untuk

memiliki penghasilan sampingan selain mengharapkan hasil panen jagung.

iii. Lahan kosong di depan rumah dinas pendeta

Lahan ini luasnya 1.500 m² dan belum dimanfaatkan sama sekali sehingga

menjadi idle. Berdasarkan hasil penilitian ada jemaat yang melihat peluang

103
supaya lahan ini ditanami bunga untuk kemudian dijual. Artinya, lahan ini

potensial untuk ditanami bunga karena selain luasnya memadai, lahan ini juga

terletak di tepi jalan raya desa Tanjung Beringin. Sementara itu, bunga

menjadi hal penting dalam suku Karo karena ada budaya nyekar yang wajib

untuk keluarga yang anggota keluarganya sudah meninggal. Nyekar

dilakukan di waktu pemakaman, peringatan 40 hari, setahun, dan peringatan

hari raya tertentu. Menarik jika gereja mampu menjadi supplier bunga bagi

warga desa karena di desa ini belum ada penjual bunga demikian.

iv. Gudang

Bangunan ini luasnya 160 m² dan digunakan sebagai penyimpanan alat-alat

piring. Keberadaan gudang ini menjadi idle dikarenakan penyewaan alat-alat

piring tidak menghasilkan uang secara optimal. Berdasarkan hasil penelitian

tampak bahwa jemaat melihat usaha sewa piring adalah upaya yang dilakukan

gereja untuk menghasilkan uang. Namun menurut laporan keuangan 2022 hal

ini tidak menghasilkan dan membutuhkan pembaharuan alat-alat piring yang

terkendala karena kekurangan dana.

Keseluruhan dari idle resouces di atas memiliki peluang yang sama untuk

menghasilkan uang karena belum dimanfaatkan sama sekali. Selain itu, keseluruhan

idle resources yang dimiliki gereja sangat potensial untuk menghasilkan uang.

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa gereja secara makro dan jemaat

secara mikro di GBKP Tanjung Beringin membutuhkan pemberdayaan ekonomi.

104
Sementara itu gereja dan jemaat belum memiliki pemahaman akan pentingnya

pemberdayaan ekonomi. Pemberdayaan ekonomi secara makro dibutuhkan di GBKP

Tanjung Beringin karena sumber penghasilan keuangan dari persembahan jemaat

tidak mencukupi biaya operasional gereja secara optimal. Hal ini terlihat nyata

dalam kendala pembangunan gedung sekolah minggu, penyediaan pertapakan dan

gedung ibadah Usia Lanjut, penyediaan musik dan sound system gereja dan meng-

upgrade peralatan piring menjadi baru. Sementara itu pemberdayaan ekonomi

secara mikro dibutuhkan mengingat bahwa kebutuhan keluarga tidak tercukupi dari

penghasilan keuangan keluarga sehingga jemaat cenderung kesulitan dalam hal

finansial. Hal ini terlihat nyata dari hasil penelitian yang mengindikasikan masih

banyak jemaat yang kebutuhan pokoknya pun kadang terpenuhi dan kadang tidak

terpenuhi. Kondisi ini tentu dipengaruhi oleh penghasilan jemaat yang bersifat

musiman, yaitu masa panen jagung. Mengingat bahwa konteks jemaat memiliki

mata pencaharian sebagai petani, maka pemberdayaan ekonomi dalam sektor

pertanian menjadi hal yang relevan di GBKP Tanjung Beringin.

Di kancah gereja dan jemaat membutuhkan pemberdayaan ekonomi ternyata

gereja dan jemaat juga memiliki idle resources. Hasil penelitian menemukan bahwa

gereja memiliki idle resources dalam bentuk bangunan dan lahan kosong. Bangunan

dan lahan kosong tersebut jika dimanfaatkan sebenarnya sangat potensial untuk

menghasilkan uang. Ditinjau dari kehidupan jemaat, tampak bahwa jemaat GBKP

Tanjung Beringin cenderung memiliki idle resources dalam bentuk waktu, tenaga,

pekarangan kosong, dan lahan pertanian yang dapat dimanfaatkan untuk


105
menghasilkan uang sehingga mencukupi kebutuhan keuangan keluarga. Keempat

idle resources tersebut jika dipadukan dalam pemanfaatannya tentu sangat potensial

untuk menghasilkan uang.

Pemberdayaan ekonomi dengan memanfaatkan idle resources tampaknya

menjadi relevan di GBKP Tanjung Beringin. Hal ini dikarenakan gereja secara

organisasi dan jemaat secara individu memiliki sumber daya yang bisa diberdayakan

untuk menghasilkan uang, yaitu idle resources. Jika idle resources tersebut

dimanfaatkan secara optimal akan mendukung kebutuhan keuangan gereja dan

jemaat. Daripada sumber daya tersebut dibiarkan menganggur lebih baik

dimanfaatkan mengingat gereja dan jemaat membutuhkan uang untuk

kebutuhannya.

106
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini penulis menyajikan kesimpulan, implikasi dan saran berdasarkan

hasil analisis data pada bab sebelumnya. Selain itu, penulis juga menyertakan

keterbatasan penelitian sebagai bentuk pengakuan bahwa penelitian ini merupakan

sebuah langkah awal dan perlu untuk ditindaklanjuti.

A. Kesimpulan

Bedasarkan hasil penelitian mengenai kinerja potensi ekonomi jemaat serta

peran gereja dalam pemberdayaan ekonomi jemaat, dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Pemberdayaan ekonomi secara makro bagi gereja dan secara mikro bagi jemaat

dibutuhkan di GBKP Tanjung Beringin. Secara makro, gereja memiliki sumber

keuangan hanya dari persembahan jemaat. Hal ini berimbas pada kendala

pembangunan gedung sekolah minggu, penyediaan pertapakan dan gedung

ibadah Usia Lanjut, penyediaan musik dan sound system gereja dan meng-

upgrade peralatan piring menjadi baru. Secara mikro, jemaat mengalami

kesulitan dalam hal keuangan keluarga usai masa panen jagung. Kecenderungan

penghasilan keluarga tidak mencukupi kebutuhan keuangan.. Sementara itu

gereja dan jemaat belum memiliki pemahaman akan pentingnya pemberdayaan

ekonomi.

2. Sumber daya jemaat masih cukup rendah ditinjau dari taraf pendidikan maupun

upaya pemberdayaan ekonomi di GBKP Tanjung Beringin.


107
3. Analisa persepsi jemaat mengindikasikan bahwa jemaat membutuhkan peran

gereja untuk memberdayakan ekonomi jemaat. Penelitian menunjukkan bahwa

jemaat membutuhkan bantuan gereja dalam hal pertanian maupun peternakan.

Secara spesifik, hal ini dibutuhkan dalam hal penyuluhan maupun subsidi pupuk

maupun pakan ternak.

4. GBKP Tanjung Beringin memiliki idle resources yang belum dimanfaatkan

untuk menghasilkan uang, baik secara makro maupun secara mikro. Secara

makro gereja memiliki idle resources dalam bentuk 2 bangunan dan 2 lahan

kosong di areal pertapakan gereja. Baik bangunan maupun lahan sangat

potensial dimanfaatkan untuk menghasilkan uang. Secara mikro, jemaat

memiliki idle resources dalam bentuk waktu, tenaga, pekarangan kosong dan

lahan pertanian.

5. Pemberdayaan ekonomi jemaat dengan pemanfaatan idle resources relevan di

GBKP Tanjung Beringin. Idle resources tersebut merupakan sumber daya yang

dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan keuangan gereja secara makro

maupun jemaat secara mikro.

B. Implikasi

Implikasi hasil penelitian merupakan bentuk riil dari manfaat penelitian. Berikut

ini adalah implikasi hasil penelitian ini baik secara teoritis maupun secara praktis.

1. Implikasi Secara Teoritis

Adapun implikasi penelitian ini secara teoritis adalah:

108
a. Menambah pengetahuan bahwa model pemberdayaan ekonomi dengan

pemanfaatan idle resources merupakan salah satu model pemberdayaan

ekonomi yang relevan di gereja.

b. Menguji kebenaran dan relevansi teori-teori mengenai pemberdayaan

ekonomi, serta pemanfaatan idle resources dalam kehidupan bergereja.

c. Dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti lain yang berkaitan dengan

pemberdayaan ekonomi maupun pemanfaatan idle resources.

2. Implikasi Secara Praktis

Adapun implikasi penelitian ini secara praktis adalah:

a. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan untuk menyusun rencana

strategi maupun program pemberdayaan ekonomi bagi gereja GBKP secara

lokal maupun sinodal.

b. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai acuan atau pertimbangan bagi gereja

lain untuk menyusun rencana strategi maupun program pemberdayaan

ekonomi jemaat.

c. Hasil penelitian dapat dijadikan masukan bagi gereja dan jemaat untuk

memanfaatkan idle resources sebagai wujud pemberdayaan ekonomi.

C. Saran

Berdasarkan temuan dan hasil analisis data dari uraian di atas, ada beberapa hal

yang dijadikan saran, antara lain:

1. Mengedukasi aktivis jemaat tentang pentingnya pemberdayaan ekonomi gereja

dan jemaat. Yang dimaksud dengan aktivis gereja di sini adalah Majelis Jemaat
109
karena merekalah yang memikirkan tentang rencana strategi dan program

pelayanan gereja. Selama ini gereja hanya memikirkan sebatas kegiatan-kegiatan

seremonial gerejawi, saatnya gereja memikirkan tentang pemberdayaan ekonomi

yang relevan di GBKP Tanjung Beringin. Pemberdayaan ekonomi yang relevan

ini adalah pengejawantahan Kerajaan Allah yang penuh dengan kesejahteraan

rohani dan jasmani. Dengan demikian gereja menjawab kebutuhan jemaat secara

holistik. Salah satu bentuk konkrit pemberdayaan ekonomi gereja dan jemaat

adalah dengan pemanfaatan idle resources. Untuk itu penting bagi gereja untuk

memikirkan rencana strategis dan program untuk memanfaatkan idle resources

tersebut dengan kegiatan pertanian dan peternakan. Sebagai contoh,

memanfaatkan lahan sebagai tempat untuk melakukan ternak lele. Kemudian

gereja dapat menjadi supplier lele bagi warung sembako di desa Tanjung

Beringin dan desa sekitarnya. Tentu saja hal ini akan menambah income gereja

dan menjadi contoh kerja nyata bagi jemaat. Dengan demikian gereja mandiri

dalam hal dana sehingga menunjang pelaksanaan program pembangunan di

GBKP Tanjung Beringin.

2. Edukasi adalah langkah awal pemberdayaan ekonomi jemaat. Dengan

mengedukasi jemaat, akan meningkatkan kemandirian dan inovasi untuk

meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Untuk itu penting bagi gereja untuk

mengedukasi jemaat tentang pentingnya memanfaatkan idle resources sehingga

menghasilkan uang. Selama ini jemaat memiliki tenaga dan waktu luang yang

tersisa. Hal ini dapat dioptimalkan dengan memaksimalkan lahan pertanian


110
dengan tidak hanya menanam jagung. Masa panen jagung dalam jangka waktu 5

bulan di daerah Tanjung Beringin menyebabkan jemaat menunggu hasil tani

dalam jangka waktu yang lama. Menanam tanaman jenis lain yang masa

panennya lebih cepat menjadikan hasil tani diperoleh lebih cepat. Hal ini tentu

saja mendukung perekonomian rumah tangga jemaat. Waktu dan tenaga yang

tersisa juga dapat dimanfaatkan untuk menanami pekarangan rumah dengan

tanaman yang menghasilkan uang. Menanam pekarangan rumah mendukung

kebutuhan dapur dan juga dapat dipasarkan. Dengan mengedukasi jemaat akan

hal-hal tersebut maka seluruh aspek idle resources di jemaat GBKP Tanjung

Beringin dapat dimanfaatkan sehingga menghasilkan uang.

3. Gereja menjembatani jemaat dengan tenaga ahli pertanian, peternakan dan

supplier pupuk, benih dan pestisida. Mengingat bahwa kebutuhan jemaat untuk

meningkatkan penghasilan adalah pupuk, benih jagung, pakan ternak, dan

pestisida, maka gereja perlu memberikan perhatian akan hal ini. Di samping itu

menjembatani jemaat dengan tenaga ahli pertanian akan membuka wawasan

jemaat mengingat taraf pendidikan jemaat mayoritas masih di tingkat dasar.

Menghubungkan jemaat dengan tenaga ahli pertanian menolong jemaat untuk

memahami teknik pertanian yang baik dan benar. Hal ini juga akan membuka

cakrawala jemaat untuk mengoptimalkan lahan pertanian dan pekarangan rumah

untuk menghasilkan uang.

111
D. Keterbatasan Penelitian

Walaupun penelitian ini berusaha untuk menguak kebutuhan gereja dan jemaat

tentang pemberdayaan ekonomi dengan memanfaatkan idle resources, namun

penelitian ini memiliki keterbatasan, antara lain:

1. Penelitian ini berbasis rumah tangga jemaat sehingga hanya menggali informasi

dari kepala rumah tangga, tidak kepada seluruh warga jemaat. Untuk itu penulis

tidak melihat persepsi jemaat secara utuh dan personal, hanya dari sudut

pandang rumah tangga jemaat.

2. Penelitian ini hanya sampai kepada mengamati kebutuhan pemberdayaan

ekonomi gereja dan jemaat beserta idle resources yang dimiliki. Dengan

demikian penelitian ini hanya sebagai langkah awal karena tidak sampai kepada

penyusunan program kongkrit yang relevan. Untuk itu penelitian ini perlu untuk

dilanjutkan oleh pihak lain, baik itu jemaat, aktivis gereja, atau pendeta di

kemudian hari.

3. Penelitian ini hanya sampai kepada kesimpulan mengenai idle resources yang

dimiliki gereja dan jemaat. Dengan demikian penelitian ini tidak sampai kepada

analisa hasil usaha sebagai bentuk riil pemanfaatan idle resources. Untuk itu,

penelitian ini masih perlu dilanjutkan dan diperdalam oleh pihak lain.

112
DAFTAR PUSTAKA

Creswell, John W. (2014). Penelitian Kualitatif dan Desain Riset: Memilih di


Antara Lima Pendekatan (Edisi 3). Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Damanhuri,D.S. (2010). Ekonomi Politik dan Pembangunan: Teori, Kristik, dan


Solusi bagi Indonesia dan Negara Sedang Berkembang. Bogor: IPB Press.

Denzin, Norman K. Yvonna S. Lincoln, (2018) “Introduction: The Dicipline and


Practice of Qualitative Research “ in The SAGE Handbook of Qualitative
Research, (Fifth Edition). SAGE Publications.

Desmawan,Deris. dkk. (2021). Faktor Dominan Relativitas Kemiskinan:


Pendekatan Analisis Data Panel. Bandung: Media Sains Indonesia

Diatmika, I Putu Gede. (2022). Model Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Lokal


dan Peran Pemerintah. Malang: Ahlimedia Press.

Fahrudin, Adi. (2012). Pengantar Kesejahteraan Sosial . Bandung: Refika


Aditama.

Garis Besar Pelayanan (GBP) GBKP Tahun 2021-2025

Hasyim, Ali Ibrahim (2017). Ekonomi Makro. Jakarta: Kencana.

Hutt, W.H. (2011). The Theory of Idle Resources. London: Ludwid on Mises
Institute.

Indikator Kesejahteraan Rakyat . 2021 Badan Pusat Statistik

Jakaria, dkk. (2021). Peningkatan Ekonomi Masyarakat menuju Era Society 5.0 di
Tengah Pandemi Covid 19. Cirebon: Penerbit Insania.

Jumadi, (2022). Mengelola Sumber Daya Manusia Kompeten dan Profesional.


Jawa Tengah: CV. Sarnu Untung.

Kartasasmita, Ginanjar. (1996). Pembangunan Untuk Rakyat Jakarta. Jakarta:


PT. Pustaka Cidesindo.

Kusnadi. (2009). Keberdayaan Nelayan dan Dinamika Ekonomi Pesisir.


Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

113
Lincolin, Arsyad. dkk.(2011). Strategi Pembangunan Pedesaan Berbasis
Lokal.Yogyakara: UPP STIM YKPN.

Ludji, Ferdinand. (2020). Menjadi Gereja yang Memberkati. Yogyakarta: Andi.

Markhamah, Dkk. (2021). Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Berbasis


Potensi Lokal. Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Mastra, Made Gunaraksawati -ten Veen (2019).Teologi Kewirausahaa: Konsep


dan Praktik Bisnis Gereja Kristen Protestan di Bali. Yogyakarta: Yayasan
Taman Pustaka Kristen Indonesia.

Naga, Mauna. (2010). Makro Ekonomi. Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada.

Nanuru, R.F. (2020). Gereja Sosial Menurut Konsep Rasionalitas Komunikatif


Jurgen Habermas. Yogyakarta: Depublish Publisher.

Papilaya, Eddy Ch. (2007). Wacana Pembangunan Alternatif. Yogyakarta: Ar-


Ruzz Media.

Sriyana. (2021). Masalah Sosial: Kemiskinan, Pemberdayaan, dan Kesejahteraan


Sosial.Malang: Literasi Nusantara Abadi.

Suryadarma. (2022). Enterpreeurship: Pengantar Kewirausahaan. Uwais Inspirasi


Indonesia

Purba, Pratiwi Bernadetta, dkk. (2021). Penelitian Tindakan Kelas. Yayasan Kita
Menulis.

Purwadinata, Shuban. Dan Ridolof Wenan Batilmurik. (2020) Pengantar Ilmu


Ekonomi. Malang: Literasi Nusantara.

Rambe, Armaini. (2011). Alokasi Pengeluaran Rumah Tangga dan Tingkat


Kesejahteraan (Kasus di Kecamatan Medan Kota, Sumatera Utara). Tesis
(tidak diterbitkan). Medan: Universitas Sumatera Utara.

Shofwan, Imam dan Safri Miradj . (2021) Pemberdayaan Masyarakat Miskin


Melalui Pendidikan Nonformal. Madiun: CV. Bayfa Cendikia Indonesia.

Simarmata, Marulam MT. (2021). Ekonomi Sumber Daya Alam. Yayasan Kita
Menulis.

Simon, John C. & Stella Y. E. Pattipeilophy. (2020). Pembangunan Ekonomi


114
Gereja: Refleksi atas Praksis Teologi Ekonomi GPIB. Yogyakarta:
Kanisius.

Tata Gereja GBKP 2021-2025

Wibisono, Yusuf. (2015). Mengelola Zakat Indonesia. Jakarta: Prenadamedia Group.

https://weplus.id/article/uang-bukan-segalanya-tapi-segalanya-butuh-uang/596/
diakses, 09 Nov 2022 jam 13.16.WIB

www.jogloabang.com diakses, 08 Nov 22 pukul 17.01. WIB

https://www.google.com/search?q=sumber+daya+ekonomi+adalah&oq=&aqs=chro
me.2.69i58j69i64j35i39i362i523l13.-1j0j4&client=ms-android-samsung-gj-
rev1&sourceid=chrome-mobile&ie=UTF-8#ip=1, diakses 11 November 22, pukul
09.26.WIB

Dokumen GBKP Tanjung Beringin: Laporan ke Musyawarah Jemaat GBKP


Tanjung Beringin Tahun 2019

Dokumen GBKP Tanjung Beringin: Laporan ke Musyawarah Jemaat GBKP


Tanjung Beringin Tahun 2020

Dokumen GBKP Tanjung Beringin: Laporan ke Musyawarah Jemaat GBKP


Tanjung Beringin Tahun 2021

Dokumen GBKP Tanjung Beringin: Laporan ke Musyawarah Jemaat GBKP


Tanjung Beringin Tahun 2022

115
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN PEMBERDAYAAN EKONOMI JEMAAT


DENGAN PEMANFAATAN IDLE RESOURCES DI GBKP TANJUNG
BERINGIN

Data Responden
Nama Kepala Rumah Tangga :
Jenis Kelamin :
Usia :
Jumlah anggota keluarga:
Jabatan dalam gereja :
Pendidikan Terakhir KRT:
Pekerjaan KRT :
Pekerjaan Isteri :
Luas lahan usaha :
Jenis Tanaman :
Pendapatan per bulan:
Pengeluaran per bulan:

Petunjuk Pengerjaan Kuisioner:


Berikut merupakan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan pemberdayaan
ekonomi jemaat dengan pemanfaatan sumber daya yang menganggur di GBKP
Tanjung Beringin. Bapak/Ibu dimohon untuk dapat menjawab setiap pertanyaan
dengan jujur dan apa adanya. Kerahasiaan akan jawaban Bapak/Ibu akan dijaga baik
oleh penulis. Bapak/Ibu diharapkan menjawab pertanyaan keyakinan tinggi serta
tidak mengosongkan satu jawaban pun dan memberikan alasan jika diminta.

A. KEBUTUHAN JEMAAT AKAN PEMBERDAYAAN EKONOMI


116
1. Menurut pengalaman bapak/ibu apakah penghasilan Bapak/Ibu dari hasil usaha
yang Bapak/Ibu lakukan mencukupi kebutuhan keuangan bapak/ibu?
a. Mencukupi, karena....
b. Kurang mencukupi, karena...
c. Lainnya....
2. Menurut Bapak/Ibu apakah semua kebutuhan pokok dalam keluarga bapak/ibu
telah terpenuhi dengan baik?
a. Terpenuhi, dalam hal........
b. Belum terpenuhi, dalam hal........
c. Kadang terpenuhi, kadang tak terpenuhi
d. Lainnya....
3. Apakah Bapak/Ibu membutuhkan bantuan untuk meningkatkan penghasilan
bapak/ibu?
a. Iya, dalam bentuk...
b. Tidak, karena..
c. Lainnya...
B. KEBUTUHAN GEREJA AKAN PEMBERDAYAAN EKONOMI
1. Menurut pengalaman Bapak/Ibu dalam kehidupan bergereja, apakah kondisi
keuangan gereja di GBKP Tanjung Beringin cukup stabil?
a. Iya
b. Tidak
c. Tidak tahu
d. Lainnya.......
2. Menurut pengalaman Bapak/Ibu apakah pernah mengalami bahwa program
pelayanan gereja terkendala atau ditiadakan karena uang tidak mencukupi?
a. Pernah, contohnya........
b. Tidak pernah
c. Tidak tahu
d. Lainnya....
117
3. Dari mana saja gereja paling banyak mendapatkan uang? (Boleh melingkari
lebih dari satu)
a. Kolekte
b. Persepuluhan
c. Persembahan ucapan syukur
d. Donatur
e. Hasil Usaha dana gereja, dalam bentuk........
f. Lainnya.....
4. Menurut pengamatan Bapak/Ibu apakah gereja sudah melakukan program usaha
dana untuk meningkatkan perekonomian gereja dan jemaat?
a. Sudah, dalam bentuk...
b. Belum
c. Tidak tahu
d. Lainnya.....
5. Menurut pendapat Bapak/Ibu, apakah gereja perlu melakukan usaha dan yang
terprogram untuk mendukung keadaan keuangan gereja?
a. Ya, dalam bentuk..
b. Tidak, karena..
c. Tidak tahu
d. Lainnya.....
C. PEMANFAATAN SUMBER DAYA YANG ADA OLEH JEMAAT
1. Berapa jenis tanaman yang Bapak/Ibu tanam di lahan pertanian bapak/ibu?
a. Satu. Sebutkan:.................
b. Lebih dari satu, sebutkan:............
c. Lainnya..
2. Apakah ada peluang untuk menanam tanaman lebih dari satu di lahan pertanian
Bapak/Ibu?
a. Ada, seperti:.......
b. Tidak, karena:......
118
c. Lainnya.......
3. Apakah Bapak/Ibu sudah memanfaatkan pekarangan rumah bapak/ibu dengan
menanami tanaman yang dapat menghasilkan uang?
a. Sudah, dalam bentuk....
b. Belum, karena...
c. Lainnya
4. Apakah Bapak/Ibu masih memilik waktu yang tersisa (waktu luang) dan tenaga
usai melakukan kegiatan pekerjaan utama?
a. Memiliki
b. Tidak memiliki
c. Lainnya.....
5. Biasanya Bapak/Ibu menggunakan waktu luang untuk:
a. Tidur
b. Nongkrong di warung kopi
c. Ngobrol dengan keluarga
d. Membersihkan rumah dan pekarangan
e. Lainnya...
6. Apakah Bapak/Ibu memiliki tabungan?
a. Punya, disimpan di mana:
b. Tidak punya
c. Lainnya......
7. Aset apakah yang dimiliki oleh Bapak/Ibu yang belum dimanfaatkan?
a. Kendaraan
b. Rumah
c. Pekarangan kosong
d. Alat pertanian. Seperti:
e. Lainnya......
8. Apakah Bapak/Ibu memiliki peluang untuk menambah penghasilan?
a. Memiliki, dengan cara......
119
b. Tidak memiliki. Karena.....
c. Lainnya.....
D. PEMANFAATAN SUMBER DAYA YANG ADA OLEH GEREJA
1. Menurut pengamatan Bapak/Ibu apakah GBKP Tanjung Beringin memiliki aset
yang belum dimanfaatkan dengan baik?
a. Memiliki, sebutkan....
b. Tidak memiliki
c. Tidak tahu
d. Lainnya....
2. Menurut pengamatan Bapak/Ibu apakah ada aset GBKP Tanjung Beringin yang
dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan uang?
a. Ada: contohnya...
b. Tidak ada
c. Tidak tahu
d. Lainnya...
3. Menurut pengalaman Bapak/Ibu apakah gereja sudah memanfaatkan aset yang
ada untuk menghasilkan uang?
a. Sudah, contohnya...
b. Belum, karena.....
c. Tidak tahu
d. Lainnya.....

120

Anda mungkin juga menyukai