Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

UPAH MENGUPAH DALAM HUKUM PERDATA ISLAM DI INDONESIA

DISUSUN OLEH :

NAMA : JULPIADI HATALA

NIM :210101008

NAMA : LA SULIWA

NIM :210101007

SEMESTER : III

Program Study Hukum Ekonomi Syariah

Fakultas syariah dan ekonomi Islam

Institut Agama Islam Negeri

Ambon

(20022)
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang penulisan
Tenaga kerja merupakan sumber daya utama bagi keberlangsungan suatu produksi dalam
suatu perusahaan maupun dalam struktural organisasi. Keberadaan tenaga kerja perlu diperhatikan
di dalamnya, yakni mengenai jaminan mereka sebagai tenaga kerja. Tidak dapat dipungkiri, jika di
dalam suatu kegiatan produktivitas suatu perusahaan atau organisasi, terdapat berbagai kejadian
yang berada di luar perhitungan skala produktivitas. Selain kecelakaan kerja yang dapat
menimbulkan kerugian dalam suatu produktivitas, juga terdapat hal-hal yang berkaitan dengan
buruknya pengolahan finansial produksi, sehingga berdampak pada pengurangan jumlah tenaga
kerja, yakni adanya tindakan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Segala hal ataupun kemungkinan buruk yang dapat terjadi sewaktu-waktu dalam suatu
kegiatan produksi, dapat dihindari jika pihak penyelenggara ketenaga kerjaan senantiasa memenuhi
segala sesuatu yang telah menjadi kewajibannya serta yang menjadi hak atas tenaga kerja. Tenaga
kerja tersebut, apabila telah terpenuhi segala aspek kebutuhannya, mereka akan dengan sendirinya
menyadari apa yang telah menjadi kewajibannya dalam kegiatan kerja. Seperti halnya Upah, yang
menjadi kewajiban pihak pemilik tenaga kerja terhadap tenaga kerjanya. Upah juga dapat
menjadikan hubungan antara pemilik serta tenaga kerjanya bernilai baik. Sehingga, dalam hal ini hak
dan kewajiban tersebut menjadi sebuah sinergi utama yang diperlukan bagi pembangunan sebuah
tingkat produktivitas suatu perusahaan maupun organisasi.

Upah dalam agama Islam, merupakan sesuatu yang harus dibayarkan atau diberikan kepada
pihak yang berhak menerimanya, sebagai ketenagakerjaan. Hukum dan ketenagakerjaan merupakan
dua konsep hukum, yang dari kedua konsep tersebut memiliki makna yang berbeda. Hukum dapat
diartikan sebagai norma hukum, yakni norma yang dibuat oleh pemegang kekuasaan yang
berwenang. Norma hukum dapat berbentuk norma hukum yang tertulis maupun tidak tertulis.
Adapun pengertian tenaga kerja meliputi pegawai negeri, pegawai formal, pegawai informal, serta
pengangguran.

Upah dalam beberapa literatur fiqh sering dibahasakan dengan ajran, ketentuannya telah
ditetapkan sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi keadilan dan tidak merugikan salah satu
pihak baik majikan maupun buruh itu sendiri. Pengupahan bagi buruh harus sesui dengan ketentuan
norma yang telah didtetapkan. Tetapi pada praktisnya yang terjadi dilapangan sering terjadi
ketimbangan dan banyak penyimpangan, dan muncul berbagai permasalahan yang menimbulkan
rasa ketidakadilan bagi para buruh dalam penetapan upah selama ini.

B. Rumusan masalah

1.Apa yang dimaksud dengan upah ?

2. Bagaimana mekanisme pelaksanaan upah ?

B. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Apa yang dimaksud dengan upah

2. Untuk mengetahui upah mengupah dalam islam

BAB II

PEMBAHASAN

A. UPAH MENGUPAH DALAM HUKUM PERDATA ISLAM DI INDONESIA


1. PENGERTIAN UPAH MENGUPAH

Menurut bahasa upah berarti imbalan atau pengganti, hampir serupa dengan sewa istilah yang
digunakan dalam bahasa arab yaitu sama – sama menggunakan istilah ijarah. Menurut istilah upah
adalah mengambil manfaat tenaga orang lain dengan jalan memberi ganti atau imbalan menurut
syarat-syarat tertentu. Adapun menurut AAOIFI upah mengupah (ijaroh al-asykhosh) adalah
mengambil manfaat terhadap seseorang baik jasa maupun pekerjaan antara perusahaan dengan
pihak lainnya (penyewa dan menyewaka jasa)

Upah mengupah dalam islam termasuk dalam kategori bab al-ijaroh yaitu jual beli jasa baik
berupa sewa-menyewa yang bersifat manfaat. Seperti menyewa rumah atau tanah yang telah
dijelaskan pada pembahasan sebelumnya. Ataupun sewa-menyewa yang bersifat pekerja atau upah
mengupah, seperti buruh bangunan, tukan jahit, atau pekerjaan bidan profesi lainnya

Dengan demikian yang dimaksud upah adalah memberikan imbalan sebagai bayaran kepada
seseorang yang telah diperintah untuk mengerjakan suatu pekerjaan tartentu dan bayaran itu
diberikan menurut perjanjian yang telah disepakati. Bab upah mengupah ini masih dalam kategori
bab akad-akad bisnis atau akad mu'awadhah.

Upah mengupah memegang peranan penting dalam hubungan kerja (perjanjian kerja),
bahkan dapat dikatakan bahwa tujuan utama seseorang pekerja pada pengusaha adalah untuk
memperoleh upah. Sehingga jika tidak ada unsur upah, maka suatu hubungan tersebut bukan
merupakan hubungan kerja. Menurut beberapa ahli, upah merupakan bentuk penghargaan yang
diberikan oleh pengusaha setelah buruh menyerahkan tenaga dan pikirannya dalam proses
produksi. Buru bersedia untuk berkerja menyerahkan tenaga dan pikirannya untuk mendapatkan
upah.

Dalam kompilasi Hukum Ekonomi Syariah tidak membahas terkait bab upah mengupah, akan
tetapi hanya membahas terkait bab ijarah secara umum yang lebih identik dengan sewa-menyewa.
Terkait upah meng ini juga diatur dalam undang-undang ketenagakerjaan di indonesia.

B. DASAR HUKUM UPAH MENGUPAH

Landasan hukum upah mengupah pada dasarnya adalah mubah, dalam islam terdapat dalam Al-
Qur'an, dan hadis yaitu sebagai berikut:

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

‫ض ْعنَ َح ْملَه َُّن ۚ فَاِ ْن‬ َ َ‫ت َح ْم ٍل فَا َ ْنفِقُوا َعلَ ْي ِه َّن َح ٰتّى ي‬ِ ‫ضيِّقُوْ ا َعلَ ْي ِه َّن ۗ  َواِ ْن ُك َّن اُواَل‬ ُ ‫اَ ْس ِكنُوْ ه َُّن ِم ْن َحي‬
َ ُ‫ْث َس َك ْنـتُ ْم ِّم ْن وُّ جْ ِد ُك ْم َواَل ت‬
َ ُ‫ضٓا رُّ وْ ه َُّن لِت‬
ۤ
‫ض ُع لَهٗ اُ ْخ ٰرى‬ ْ‫ر‬ُ ‫ت‬ ‫س‬ َ ‫ف‬
َ ْ َ َ‫م‬ُ ‫ت‬ ْ‫ر‬ ‫س‬ ‫ا‬‫ع‬َ ‫ت‬ ‫ن‬ ْ ‫ا‬ ‫و‬ ۚ
َِ ٍ  ‫ف‬ ْ‫ُو‬‫ر‬ ْ
‫ع‬ ‫م‬ ‫ب‬ ‫م‬ ُ
‫ك‬ َ ‫ن‬‫ي‬ْ ‫ب‬ ‫ا‬ ‫ر‬
ْ‫ُو‬ ‫م‬َ ‫ت‬ ‫ْأ‬ ‫و‬ ۚ   َّ
‫ُن‬ ‫ه‬‫ر‬ ‫ج‬
ْ‫ُو‬ ُ ‫ا‬ َّ
‫ُن‬ ‫ه‬ ْ‫و‬ُ ‫ت‬ ٰ
‫ا‬ َ ‫ف‬ ‫م‬ ُ
‫ك‬ ‫ـ‬َ ‫ل‬ َ‫ن‬ ْ
‫ع‬ ‫ض‬ ْ‫ر‬َ ‫ا‬ 
ِ َِ ْ َ ِ َ َ ْ َ
Askinuuhunna min haisu sakangtum miw wujdikum wa laa tudhooorruuhunna litudhoyyiquu
‘alaihinn, wa ing kunna ulaati hamling fa angfiquu ‘alaihinna hattaa yadho’na hamlahunn, fa in
ardho’na lakum fa aatuuhunna ujuurohunn, wa-tamiruu bainakum bima’ruuf, wa ing ta’aasartum fa
saturdhi’u lahuuu ukhroo

“Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan
janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. Dan jika mereka (istri-
istri yang sudah ditalak) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya sampai
mereka melahirkan kandungannya, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu maka
berikanlah imbalannya kepada mereka; dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu)
dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan, maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu)
untuknya.” (QS. At-Talaq 65: Ayat 6) 1

Hadis Nabi Saw. Riwayat ibn majah dan ibnu umar


َّ ‫َأ ْعطُوا اَأْل ِجي ُرهُ قَ ْب َل َأ ْن يَ ِج‬
)‫ف َع َر قَهُ ( روا ه ابن ما جه‬

“ Berikan olehmu upah orang yang berkerja sebelum keringat Kering”

Hadis Nabi Swa. Riwayat ‘Abd ar-Razzaq dari Abu Hurairah dan Abu Sa'id Al-Khudri

“barang siapa mempekerjakan pekerja, beritaukanlah upahnya.

“Berbekamlah kamu, kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada tukang bekam itu.

Selain itu, para ulama sejak masa sahabat maupun thabi' ini telah sepakat tentang masyru
‘iyyah akad ijaroh Asykhosy (upah mengupah)

Untuk mengatur sistem pengupahan di indonesia, pemerintah sudah membuat aturan dalam
UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. Selain itu, sudah dibuat pula keputusan presiden
No. 107 Tahun 2004 tentang Dewan Pengupahan, keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. KEP_231/MEB/2003

C. RUKUN DAN SYARAT UPAH MENGUPAH

Pada dasarnya rukun dan syarat ijarah dalam hal benda maupun ijarah dalam hal jasa manusia tidak
begitu jauh berbeda. Adapun rukun dan syarat upah mengupah sebagai berikut:

1. Orang yang memberi upah, dalam hal ini diisyaratkan baligh, berakal dan atas
kehendak sendiri.
2. Orang yang menerima upah, dalam hal ini diisyaratkan baligh dan berakal.
3. Sesuatu yang menjadi objek upah mengupah atau sesuatu yang dikerjakan, dalam
hal ini yang menjadi objek upah mengupah adalah sesuatu yang diperbolehkan
menurut agama (islam).
4. Imbalan sebagai bayaran (upah), dalam hal ini diisyaratkan:
a. Tidak berkurang nilainya.
b. Harus jelas, artinya sebelum pekerjaan dilak-sanakan upahnya harus
ditentukan dengan pasti terlebih dahulu.
5. Akad (ijab kablu), dalam hal ini diisyaratkan
a. Akad (ijab kablu) harus dibuat sebelum pekerjaan itu dipekerjakan.
b. Akad (ijab kabul) itu tidak boleh disangkutpautkan dengan urusan lian.
c. Akad (ijab kabul) harus terjadi atas kesepakatan bersama.

1
Via Al-Qur’an Indonesia https://quran-id.com
D. MEKANISME PEMBERIAN UPAH
Islam memberikan acuan bahwa penyerahan upah dilakukan pada saat selesainya suatu
pekerjaan sehingga lebih baik tidak ditunda – tunda. Dalam hal ini, pekerja dianjurkan untuk
mempercepat pelayanan kepada majikan sementara bagi pihak majikan sendiri disarankan
mempercepat pembayaran upah pekerja. Hal ini sesuai dengan hadits

َّ ‫َأ ْعطُوا اَأْل ِجي َر َأجْ َرهُ قابيل َأ ْن يَ ِج‬


) ‫ف َع َر قُهُ (روا هُ ابن ما جه‬
“ berikan olehmu upah orang yang berkerja sebelum keringatnya kering”

Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa upah atau al ujrah adalah pembayaran atau
imbalan yang wujudnya dapat bermacam – macam, yang dilakukan atau diberikan seseorang
atau suatu kelembagaan atau instansi terhadap orang lain atas usaha, kerja dan prestasi
kerja atau pelayanan (servicing) yang telah dilakukannya.
Pemberian upah (al ujrah) itu berdasarkan akad (kontrak) perjanjian kerja, karena akan
menimbulkan hubungan kerja sama antara pekerja dengan majikan atau pengusaha yang
berisi hak – hak atas kewajiban bagi pihak yang lainnya, adanya kewajiban yang utama bagi
majikan adalah membayar upah. Jika tidak tercapai kesepakatan saat akad dalam hal
mempercepat dan menangguhkan upah sekiranya upah dikaitkan dengan waktu tertentu
maka wajib dipenuhi sesudah jatuh tempo. Misalnya, Orang menyewa sebuah rumah selama
satu bulan, setelah habis masa sewa ia wajib membayar uang sewa tersebut.
Berdasarkan Hadits Nabi Saw. Riwayat Abd ar-Razzaq dari Abu Hurairah dan Abu Said Al-
khudri
“Barang siapa mempekerjakan pekerja, beritahukan upahnya.”
Cara memberi upah mengupah dapat dilakukan dengan memperbaiki hubungan kontrak
kerja di awal antara pekerja dan pengusaha. Dalam syariat islam hubungan antara pekerja
dan pengusaha. Dalam syariat islam hubungan antara pekerja dan pengusaha termasuk
dalam transaksi ijarah. Ijarah didefenisikan sebagai aqdu ‘ala al manfaah bi ‘iwadin,
aqad/transaksi atas manfaat/jasa (yang dikeluarkan ajir/pekerja) dengan memperoleh
imbalan (berupa upah/ijarah dari musta'jir/pengusaha).
Hubungan kerja dilakukan oleh pekerjaan/buruh dalam rangka untuk mendapatkan upah.
Berdasarkan ketentuan pasal 1 angka 30 UU No. 13 Thn 2003, upah adalah hak
pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari
pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan
menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau perundang-undangan termasuk
tunjungan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang
telah atau dilakukan. Upah mengupah dalam kerja dan/atau jasa yang telah atau akan
dilakukan. Ulah mengupah dalam kerja sebagaimana perjanjian perjanjian lainnya, adalah
merupakan perjanjian yang bersifat konsesnsual. Perjanjian ini mempunyai kekuatan hukum
yaitu pada saat pelaksanaan upah mengupah berlangsung, maka pihak yang sudah terkait
kewajiban memenuhi syarat perjanjian yang telah dibuat tersebut.
E. Hikmah upah mengupah
Adapun hikmah dari hubungan muamala dalam bidang upah mengupah selain sebagai betul
jual beli jasa yang telah allah halal kan, selain itu dijelaskan antaranya sebagai berikut.
1. Dapat ikut memenuhi hajat orang banyak dan membuka lapangan pekerja.
2. Menumbuhkan sikap saling menolong dan kepedulian terhadap orang lain.
3. Dapat menciptakan hubungan silaturahmi dan persaudaraan antara pengupahan
dan yang diupah.
4. Dapat saling menguntungkan dengan cara yang baik dan sesuai dengan syariah.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam perspektif Islam, perihal hukum ketenagakerjaan serta upah-mengupah termasuk ke
dalam kajian Ijarah. Dalam kegiatan kerja. Seperti halnya Upah, yang menjadi kewajiban
pihak pemilik tenaga kerja terhadap tenaga kerjanya. Upah juga dapat menjadikan
hubungan antara pemilik serta tenaga kerjanya bernilai baik. Sehingga, dalam hal ini hak dan
kewajiban tersebut menjadi sebuah sinergi utama yang diperlukan bagi pembangunan
sebuah tingkat produktivitas suatu perusahaan maupun organisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Aksin, N. (2018). Upah Dan Tenaga Kerja (Hukum Ketenagakerjaan Dalam Islam). Jurnal Meta-
Yuridis, 1(2).

Nupus, H. (2021). PELAKSANAAN UPAH MENGUPAH DALAM MEMBERSIHKAN BAWANG MENURUT


PERSPEKTIF FIQH MU’AMALAH

Anda mungkin juga menyukai