Anda di halaman 1dari 20

RESUME

UJIAN KOMPREHENSIF
Diajukan sebagai salah satu syarat Ujian Komprehensif lisan pada
Program Studi Ekonomi Syariah

Disusun oleh :
Hamidah Nurul Aulia
2018.2.7.1.01040

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM BUNGA BANGSA CIREBON 2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. AYAT DAN HADIST EKONOMI
B. KONSEP PEMIKIRAN EKONOMI SYARIAH
C. MANAJEMEN USAHA
D. MARKETING
E. PERENCANAAN BISNIS ( BUSSINES PLAN)
F. ETIKA BISNIS ISLAM
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan beribu
nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Shalawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada junjungan kita yakni Nabi Muhammad SAW, para keluarganya, para
sahabatnya tabiin-tabi’at, serta para pengikutnya hingga akhir zaman. .
Tugas resume ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat guna mengikuti sidang
komprehensif. Dalam penulisan resume ini masih banyak kekurangan dan kesalahn, hal tersebut
semata-mata karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Oleh karena itu
mohon kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pembaca.
Penyusunan resume ini dapat terselesaikan berkan bimbingan, bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan
apresiasi yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang terlibat atas penyusunan resume ini.
Akhir kata, penulis memohon taufik dan hidayah-Nya kepada Allah
Akhir kata, penulis memohon taufik dan hidayah-Nya kepada Allah SWT dan semoga
resume ini bermanfaat bagi diri sendiri khususnya dan bagi kita semua pada umumnya. Amin.

Cirebon,

Penulis
BAB I PENDAHULUAN

Prinsip utama Islam sebagai way of life adalah tauhid. Dalam wahyu yang pertama kali
seluruh yang ada, Allah SWT adalah Maha Mulia dan Allah SWT adalah Maha Mengetahui
segala sesuatu. Manusia adalah makhluk yang secara eksplisit disebut sebagai ciptaan Allah
SWT. Manusia diperintahkan untuk selalu membaca dengan nama Allah SWT (Adiwarman
Karim, 2010). Islam adalah agama yang ajarannya kaffah (utuh dan sempurna) dalam menata
kehidupan. Dalam Al-Qur’an tertuang dasar kehidupan di segala bidang (ipoleksosbudhankam).
Dalam bidang ekonomi banyak sekali ayat yang menjelaskan perihal ekonomi masyarakat.
Islam memiliki ajaran yang mulia dan unggul untuk menata ekonomi dalam kehidupan (M.
Umer Chapra, 2000). Seluruh aspek yang terkait dengan dasar-dasar perekonomian diatur oleh
Al-Qur’an. Adapun metode dan teknik kegiatan ekonomi akan terus berkembang sesuai
kemajuan jaman.
Perkembangan Ekonomi Islam saat ini tidak bisa dipisahkan dari sejarah pemikiran
muslim tentang ekonomi di masa lalu. Keterlibatan pemikir muslim dalam kehidupan
masyarakat yang komplek dan belum adanya pemisahan disiplin keilmuwan menjadikan
pemikir muslim melihat masalah masyarakat dalam konteks yang lebih integratif. Pembahasan
mengenai perbedaan antarpendapat ekonom Muslim tidak perlu dihindari karena takut akan
timbulnya perpecahan dalam pengembangan ekonomi Islam. Berbicara mengenai sistem
ekonomi, sudah banyak kajian yang menyatakan bahwa dalam menjawab persoalan
perekonomian manusia, Islam dapat menawarkan sistem perekonomian yang lebih baik, dan
memberikan harapan yang menjanjikan. Kegagalan pendekatan pembangunan ekonomi secara
konvensional itu, ditandai dengan adanya kemiskinan masyarakat. 
Manajemen bisnis sangat dibutuhkan bagi mereka yang memiliki usaha. Sebagian besar orang
memang ingin memiliki usaha pribadi. Hal ini tidak mengherankan, mengingat minat tiap orang
pasti berbeda. Hanya saja, membuka usaha tidak semudah itu. Harus ada perencanaan yang
matang untuk menunjang kemajuan usaha.
Untuk menjalankan sebuah usaha dibutuhkan perencanaan. Dalam artian manajemen sangat
diperlukan agar jalannya usaha lancar dan mencapai target.

Banyak sekali contohnya, mereka yang membuka usaha tanpa rencana yang matang akhirnya
malah mogok di tengah jalan. Kebanyakan jadinya modal tidak kembali, barang menumpuk, dan
yang lebih parahnya bisa terjerat hutang juga.

Di dalam perusahaan, marketing menjadi salah satu divisi yang memiliki tugas penting dalam
menentukan maju mundurnya sebuah perusahaan.
Meski demikian, divisi marketing tidak bisa berdiri sendiri, masih ada keterkaitan hubungan
dengan divisi lain dalam perusahaan seperti divisi riset, produksi, pengembangan, sumber daya
manusia, dan divisi keuangan.

Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, dibutuhkan suatu sistem yang dapat
mengatur bagaimana sebaiknya dan seharusnya manusia bergaul dengan baik. Sistem yang
mengatur mengenai pergaulan tersebut kemudian membuat masyarakat saling menghormati satu
sama lain dan memiliki tata krama, sopan santun, dan lainnya yang disebut etika.
Etika ini tak hanya dalam pergaulan sehari-hari. Etika diperlukan untuk membentuk dan
membangun sikap apapun aspeknya, termasuk etika bisnis Islam. Terlebih, agama Islam
merupakan agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai norma dan juga sopan santun serta rasa
menghargai makhluk satu sama lain.

BAB II PEMBAHASAN

A. AYAT DAN HADIST EKONOMI


Jual beli dalam istilah fiqh disebut dengan al-bai’ yang berarti menjual,
mengganti, dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Menurut istilah (terminology)
yang dimaksud dengan jual beli adalah suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang
mempunyai nilai secara suka rela diantara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-
benda dan pihak lain yang menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang
telah dibenarkan syara‟ dan disepakati.
Adapun jual beli menurut terminologi, para ulama berbeda pendapat dalam
mendefinisikannya, antara lain : Menurut ulama Hanafiyah, jual beli yaitu “ Pertukaran
harta (benda) yang dengan harta berdasarkan cara khusus (yang dibolehkan)”. Menurut
Imam Nawawi dalam al-Majmu‟ “Pertukaran harta dengan harta untuk kepemilikan”.
Sedangkan menurut Ibnu Qudamah dalam kitab Al-Mugni yaitu “ Pertukaran harta
dengan harta, untuk saling menjadikan milik” (Syafe‟i 2001, 73–74)
b. Dasar hukum jual beli
Dasar hukum jual beli adalah Al-Qur‟an, As-sunnah dan Ijma, sebagaimana disebutkan
dalam surat Al-Baqarah ayat 27

‫وا َواَ َح َّل هّٰللا ُ ْالبَ ْي َع‬ ۗ ‫اَلَّ ِذ ْينَ يَْأ ُكلُوْ نَ الر ِّٰبوا اَل يَقُوْ ُموْ نَ اِاَّل َكما يَقُوْ ُم الَّ ِذيْ يَتَ َخبَّطُهُ ال َّشي ْٰطنُ ِمنَ ْالم‬
ۘ ‫سِّ ٰذلِكَ بِاَنَّهُ ْم قَالُ ْٓوا اِنَّ َما ْالبَ ْي ُع ِم ْث ُل ال ِّر ٰب‬ َ َ
ۤ ‫هّٰللا‬
ُ
‫د‬ ‫ل‬ ‫خ‬ ٰ
َ‫ِ ْ ِ َ ِ وْ ن‬‫ا‬ ‫ه‬ ْ
‫ي‬ ‫ف‬ ‫م‬ُ ‫ه‬ ۚ ‫ار‬ َّ ‫ن‬‫ال‬ ُ‫ب‬ ‫ح‬ ٰ ْ‫ص‬َ ‫ا‬ ‫ك‬ ‫ى‬
َ ِٕ ‫ول‬ٰ ُ ‫ا‬َ ‫ف‬ ‫د‬
َ ‫َا‬
‫ع‬ ‫ن‬ْ ‫م‬ ‫و‬
َ َ ِۗ ‫ى‬َ ‫ل‬ ‫ا‬ ٓ
‫ُه‬‫ر‬ ‫م‬َ ‫ا‬‫و‬ ۗ
ِ ٗ ْ َ َ‫َ َ ف‬ َ ‫ل‬‫س‬ ‫ا‬ ‫م‬ ٗ‫ه‬َ ‫ل‬َ ‫ف‬ ‫ى‬ ٰ
‫ه‬ َ ‫ت‬‫ن‬ْ ‫ا‬َ ‫ف‬ ٖ ‫وا فَ َم ْن َج ۤا َء ٗه َموْ ِعظَةٌ ِّم ْن‬
‫ِّه‬ ‫ب‬‫ر‬َّ ۗ ‫َو َح َّر َم ال ِّر ٰب‬
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila keadaan
mereka yang demikian itu adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah Telah menghalalkan jual beli
dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan Tuhannya,
lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya
dahulu (sebelum dating larangan) dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang
kembali (mengambil riba) maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka, mereka
kekal di dalamnya (QS. Al-Baqarah :275).

Berdasarkan ayat tersebut dapat diambil pemahaman bahwa Allah telah mengahalalkan
jual beli kepada hamba-hamba-Nya dengan baik dan melarang praktek jual beli yang
mengandung riba.

‫اض ِّم ْن ُك ْم ۗ َواَل تَ ْقتُلُ ْٓوا اَ ْنفُ َس ُك ْم ۗ اِ َّن هّٰللا َ َكانَ بِ ُك ْم‬ ‫ْأ‬ ٰ
ٍ ‫ٰياَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ا َمنُوْ ا اَل تَ ُكلُ ْٓوا اَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالبَا ِط ِل آِاَّل اَ ْن تَ ُكوْ نَ تِ َجا َرةً ع َْن تَ َر‬
ٓ
‫َر ِح ْي ًما‬
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka diantara
kamu, dan janganlah kamu membunuh dirimu sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu (QS. An- Nisa :29)
Nabi SAW bersabda dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bazzar yang berbunyi :
‫اى(الكسب اطيب ؟ قالرجل بيده وكل‬:‫عن رفاعه بن رافع ر يض هلال عنه ان رسل هلال صىل هلال وسلم سشئل‬
‫بيع م ربور (رواه ال ر بر وصحه الحا كم‬

Dari Rif‟ah Ibn Rafi sesungguhnya Rasulullah pernah ditanya “usaha apa yang paling
baik ? Rasulullah SAW menjawab “ Usaha seseorang dengan tangannya sendiri dan
setiap jual beli yang mabrur (jujur)”. (H.R Al-Al- Bazzar dan disahkan oleh al-Hakim)
(al-Shan‟ani, t.th:4)

‫ قال‬,‫ عي ابي عور‬,‫حد ئ ي ا حود بي سٌاى كشير بي خى شي القشير بي هشام كلشىم بي جى شي القشيرئ عي ًا فح‬
‫علي وسلن الت جر اال هيي الصد وق الوسلن هح الشهداء يىم القياهة")رؤاٍ ابي ها َخ‬
َ ‫ قال رسىل هلل‬:)

“Dari Ahmad Ibnu Sinan, Katsir ibnu Hisyam, Kultsum ibnu Jausyan, Qusyairy dari
ayyub dari Nafi‟ dari ibnu Umar ia berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW pedagang
yang benar (jujur), dapat dipercaya dan muslim, beserta para syuhada pada hari kiamat”.
(HR. Ibnu Majah).

Para ulama telah sepakat bahwa jual-beli diperbolehkan dengan alasan bahwa
manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa banyuan orang lain.
namun demikian, bantuan atau barang milik orang lain yang dibutuhkan itu, harus diganti
dengan barang lainnya yang sesuai (Syafe'i 2001, 75)

2. Mudharabah
Menurut Rachmat Syafe‟i (2001, 223), Mudharabah atau qiradh termasuk salah
satu bentuk akad syirkah (perkongsian). Istilah mudharabah digunakan oleh orang Irak,
sedangkan orang Hijaz menyebutkan dengan istilah qiradh. Dengan demikian,
mudharabah dan qiradh adalah dua istilah untuk maksud yang sama.
Mengenai pengertian mudharabah menurut istilah, di antara ulama fiqih terjadi perbedaan
pendapat, salah satunya adalah “Pemilik harta (modal) menyerahkan modal kepada
pengusaha untuk berdagang dengan modal tersebut, dan laba dibagi di antara keduanya
berdasarkan persyaratan yang disepakati”.
Dari pengertian diatas, dapat diketahui bahwa modal boleh berupa barang yang
tidak dapat dibayarkan, seperti rumah. Begitu pula tidak boleh berupa hutang. Pemilik
modal memiliki hak untuk memdapatkan laba sebab modal tersebut miliknya, sedangkan
pekerja mendapatkan laba dari hasil pekerjaannya (Syafe‟i 2001, 224).
Abdullah al-mushlih dan Shahal Ash-Shawi menjelaskan mudharabah adalah:
“menyerahkan modal uang kepada orang yang berniaga sehingga dia mendapat
prosentase keuntungan. Bentuk usaha ini melibatkan dua pihak, pihak yang memiliki
modal namun tidak bisa berbisnis, dan pihak yang pandai berbisnis namun tidak memiliki
modal,melalui usaha ini keduanya saling melengkapi (Firdaweri 2014).
Apabila terjadi kerugian, maka kerugian itu sepenuhnya ditanggung oleh pemilik
modal. Hal ini hendaknya dapat difahami bahwa yang rugi tidak hanya pemilik modal
saja, tetapi juga pekerja atau pelaksana dengan rugi tenaga dan fikiran (Firdaweri 2014).
Adapun dasar hukum mudharabah antara lain adalah :
1. Al-Qur‟an
Secara Secara jelas Al-Qur an tidak pernah membicarakan tentangmudharabah, meskipun
mudaharabah menggunakan kata “ dharaba” dari akar kata ini menjadi
“mudharabah”. Dalam Al-Qur‟an terdapat sebanyak lima puluh delapan kali.
Antara lain : Firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah (2), ayat 273 :

‫هّٰللا‬
‫ْرفُهُ ْم‬ ِ ۚ ُّ‫ض يَحْ َسبُهُ ُم ْال َجا ِه ُل اَ ْغنِيَ ۤا َء ِمنَ التَّ َعف‬
ِ ‫ف تَع‬ ِ ۖ ْ‫ضرْ بًا فِى ااْل َر‬ َ َ‫صرُوْ ا فِ ْي َسبِي ِْل ِ اَل يَ ْستَ ِط ْيعُوْ ن‬ ِ ْ‫لِ ْلفُقَ َر ۤا ِء الَّ ِذ ْينَ اُح‬
‫هّٰللا‬
‫اس اِ ْل َحافًا ۗ َو َما تُ ْنفِقُوْ ا ِم ْن خَ ي ٍْر فَا ِ َّن َ بِ ٖه َعلِ ْي ٌم‬
َ َّ‫ࣖ بِ ِسيْمٰ هُ ۚ ْم اَل يَ ْسـَٔلُوْ نَ الن‬

273. (Apa yang kamu infakkan) adalah untuk orang-orang fakir yang terhalang (usahanya
karena jihad) di jalan Allah, sehingga dia yang tidak dapat berusaha di bumi; (orang lain)
yang tidak tahu, menyangka bahwa mereka adalah orang-orang kaya karena mereka
menjaga diri (dari meminta-minta). Engkau (Muhammad) mengenal mereka dari ciri-
cirinya, mereka tidak meminta secara paksa kepada orang lain. Apa pun harta yang baik
yang kamu infakkan, sungguh, Allah Maha Mengetahui.
Firman Allah surat An-Nisa ayat 101:
‫صرُوْ ا ِمنَ الص َّٰلو ِة ۖ اِ ْن ِخ ْفتُ ْم اَ ْن يَّ ْفتِنَ ُك ُم الَّ ِذ ْينَ َكفَرُوْ ۗا اِ َّن ْال ٰكفِ ِر ْينَ َكانُوْ ا‬
ُ ‫ْس َعلَ ْي ُك ْم ُجنَا ٌح اَ ْن تَ ْق‬ ِ ْ‫ض َر ْبتُ ْم فِى ااْل َر‬
َ ‫ض فَلَي‬ َ ‫َواِ َذا‬
‫لَ ُك ْم َع ُد ًّوا ُّمبِ ْينًا‬

101. Dan apabila kamu bepergian di bumi, maka tidaklah berdosa kamu meng-qasar
salat, jika kamu takut diserang orang kafir. Sesungguhnya orang kafir itu adalah musuh
yang nyata bagimu.
Firman Allah SWT dalam surat al-Muzammil (73), ayat 20 :

‫ضىۙ و ٰاخَ رُوْ نَ يضْ ربُوْ نَ فى ااْل َرْ ض ي ْبتَ ُغوْ نَ م ْن فَضْ ل هّٰللا‬
ِ ِ ِ َ ِ ِ ِ َ َ ٰ ْ‫َعلِ َم اَ ْن َسيَ ُكوْ نُ ِم ْن ُك ْم َّمر‬
“Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang
yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain
lagi berperang di jalan Allah”.
Menurut Muhammad Asad; “ayat-ayat diatas ada kemungkinan memiliki kaitan dengan
mudharabah, meski diakui sebagai kaitan yang jauh, menunjukkan arti perjalanan atau
perjalanan untuk tujuan dagang”.

Adapun dasar hukum mudharabah yang lebih mencerminkan anjuran untuk melakukan
usaha, adalah ayat-ayat antara lain :
Firman Allah SWT dalam surat al-Muzammil (73), ayat 20 :

ُ‫َو ٰاخَ رُوْ نَ يُقَاتِلُوْ نَ فِ ْي َسبِ ْي ِل هّٰللا ِ ۖفَا ْق َرءُوْ ا َما تَيَس ََّر ِم ْن ۙه‬
. “…dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah….”
Firman Allah SWT dalam surat al Jumu‟ah (62), ayat 10 :

َ‫ض َوا ْبتَ ُغوْ ا ِم ْن فَضْ ِل هّٰللا ِ َو ْاذ ُكرُوا هّٰللا َ َكثِ ْيرًا لَّ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُوْ ن‬ ٰ
ِ ْ‫ت الصَّلوةُ فَا ْنتَ ِشرُوْ ا فِى ااْل َر‬ ِ ُ‫فَا ِ َذا ق‬
ِ َ‫ضي‬

Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia
Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung.

Beberapa ayat diatas terdapat suatu kandungan adanya dorongan untuk menjalankan
usaha dalam rangka memenuhi kebutuhan kehidupannya.
1. Al-Hadist
Hadits Rasulullah SAW yang pada dasarnya menganjurkan untuk berusaha bahkan lebih
mengisyaratkan dengan melalui usaha kemitraan dengan pihak lain untuk sama-sama
mendapatkan keuntungan. Antara lain:

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa saydina Abbas bin Abdul Muthalib jika
memberikan dana kemitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar dananya
tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau membeli ternak,
jika menyalahi peraturan tersebut yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana
tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada RasulullahSAW, dan Rasul
membolehkannya ( HR Tabrani ).
Rasulullah SAW bersabda :

Dari Saleh bin Suhaib r.a, bahwa Rasulullah SAW bersabda : Tiga hal didalamnya
terdapat keberkatan yaitu jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah ), dan
mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah bukan untuk dijual. ( HR
Ibnu Majah ).
2. Ijma‟
Diantara ijma‟ mengenai mudharabah adanya riwayat yang menyatakan bahwa jama‟ah
dari sahabat menggunakan harta anak yatim untuk mudharabah. Perbuatan tersebut tidak
ditentang oleh sahabat lainnya.
3. Qias
Mudharabah diqiaskan kepada al-Musyaqah (menyuruh seseorang untuk mengelola
kebun). Diantara manusia ada yang miskin dana tetapi mau bekerja sedangkan mereka
tidak memiliki modal. Dengan demikian adanya mudharabah ditujukan antara lain untuk
memenuhi kebutuhan kedua
golongan diatas, yakni untuk kemashlahatan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan
mereka.
Dengan memperhatikan dasar-dasar hukum yang dikemukakan diatas, baik dari Al-
Qur‟an, Hadist, Ijma‟, dan Qias, semua menunjukan bahwa perikatan berbasis
mudharabah adalah hukumnya boleh, malah perikatan seperti itu sudah terjadi semenjak
zaman Rasulullah SAW dan zaman sahabat (Firdaweri 2014, 61–64).
4. Musyarakah
Musyarakah adalah syirkah yang berasal dari kata syaraka-yusyriku-syarkan- syarikan-
syirkatan (syirkah), yang berarti kerjasama, perusahaan atau kelompok/kumpulan.
Musyarakah atau syirkah adalah merupakan kerjasama antara modal dan keuntungan.
Sementara mutanaqishah berasal dari kata yatanaqishu-tanaqish- tanaqishan-
mutanaqishun yang berarti mengurangi secara bertahap (Hosen 2009, 47)
Dalil hukum musyarakah adalah :

Firman Allah surat Shad ayat 24 :


‫ْض اِاَّل الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا َو َع ِملُوا‬ ٰ
ٍ ‫ضهُ ْم عَلى بَع‬ُ ‫ك اِ ٰلى نِ َعا ِج ٖ ۗه َواِ َّن َكثِ ْيرًا ِّمنَ ْال ُخلَطَ ۤا ِء لَيَ ْب ِغ ْي بَ ْع‬ َ ‫ال لَقَ ْد ظَلَ َم‬
َ ِ‫ك بِسَُؤ ا ِل نَ ْع َجت‬ َ َ‫ق‬
َ َ ْ َ ّ ٰ َ َّ َ َ ۗ
َ ‫ت َوقلِ ْي ٌل َّما هُ ْم َوظ َّن د َٗاو ُد ان َما فتَنهُ فا ْستَغف َر َربَّهٗ َوخَ َّر َرا ِكعًا َّوان‬
‫َاب‬ َ ٰ
ِ ‫صلِح‬ ٰ
ّ ‫ال‬.

24. Daud berkata: "Sesungguhnya Dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta
kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. dan Sesungguhnya kebanyakan
dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian
yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan
Amat sedikitlah mereka ini". dan Daud mengetahui bahwa Kami mengujinya; Maka ia
meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat.
Firman Allah surat Al-Maidah ayat 1
‫ص ْي ِد َواَ ْنتُ ْم ُح ُر ۗ ٌم اِ َّن هّٰللا َ يَحْ ُك ُم َما‬
َّ ‫ت لَ ُك ْم بَ ِه ْي َمةُ ااْل َ ْن َع ِام اِاَّل َما يُ ْت ٰلى َعلَ ْي ُك ْم َغي َْر ُم ِحلِّى ال‬
ْ َّ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اَوْ فُوْ ا بِ ْال ُعقُوْ ۗ ِد اُ ِحل‬
‫ي ُِر ْي ُد‬.
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan bagimu binatang
ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak
menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah
menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki- Nya.
Hadist riwayat Abu Daud dari Abu Hurairah, Rasululah SAW berkata :

“Allah SWT. berfirman : „Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang bersyarikat
selama salah satu pihak tidak menghianati pihak yang lain. jika salah satu pihak telah
berkhianat, Aku keluar dari mereka”. (HR. Abu Daud yang dishahihkan oleh al-Hakim
dari Abu Hurairah)
Hadist Nabi riwayat Tirmidzi dari „Amr bin „Auf :

“Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang


mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat
dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau
menghalalkan yang haram”
5. Ijarah
Menurut etimologi, ijarah adalah menjual manfaat. Demikian pula artinya menurut
terminology syara. Beberapa definisi ijarah menurut pendapat beberapa ulama fiqih :
a. Ulama Hanafiyah
Ijarah yaitu akad atas suatu kemanfaatan dengan pengganti.
b. Ulama Asy-Syafi‟iyah
Ijarah yaitu akad suatu kemandfaatan yang mengandung maksud tertentu dan mubah,
serta menerima pengganti atau kebolehan dengan pengganti tertentu.
c. Ulama Malikiyah dan Hanabilah
Ijarah yaitu menjadikan milik suatu kemanfaatan yang mubah dalam waktu tertentu
denganpengganti (Syafe‟i 2001, 121–22)

Jumhur ulama fiqih berpendapat bahwa ijarah adalah menjual manfaat dan yang
boleh disewakan adalah manfaatnya bukan bendanya. Oleh karena itu, mereka melarang
menyewakan pohon untuk diambil buahnya, domba untuk diambil susunya, sumur untuk
diambil airnya, dan lain-lain, sebab semua itu bukan manfaatnya tetapi bendanya.
Menurut Dr. Muhammad Syafi‟i Antonio, ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas
barang dan jasa melalui pembayaran upah sewa tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan atas barang itu sendiri. dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syari‟ah, ijarah
adalah sewa barang dalam jangka waktu tertentu dengan pembayaran (Fitriani 2020, 29).
Menurut Pasaribu dan Lubis (2004:52-56), dalam hal perjanjian sewa- menyewa
risiko mengenai barang yang dijadikan objek perjanjian dipikul oleh pemilik barang
(yang menyewakan) sebab penyewa hanya menguasai untuk mengambil manfaat dari
barang yang disewakan. Perjanjian sewa-menyewa ini dapat berakhir ketika terdapat aib
pada barang sewaan, rusaknya barang sewaan, terpenuhinya manfaat yang diakadkan
dank arena adanya udzur (Fitriani 2020, 29).

Adapun dasar hukum ijarah yaitu : QS. AL-Baqarah ayat 233


۞ ‫ضا َعةَ ۗ َو َعلَى ْال َموْ لُوْ ِد لَهٗ ِر ْزقُه َُّن َو ِكس َْوتُه َُّن‬ َ ‫ض ْعنَ اَوْ اَل َده َُّن َحوْ لَ ْي ِن َكا ِملَي ِْن لِ َم ْن اَ َرا َد اَ ْن يُّتِ َّم ال َّر‬ ُ ‫َو ْال َوالِ ٰد‬
ِ ْ‫ت يُر‬
َ ِ‫ث ِم ْث ُل ٰذل‬ ۤ َ ُ‫ف اَل تُ َكلَّفُ نَ ْفسٌ اِاَّل ُو ْس َعهَا ۚ اَل ت‬
‫ك ۚ فَا ِ ْن اَ َرادَا‬ ِ ‫ار‬ ِ ‫ضا َّر َوالِ َدةٌ ۢبِ َولَ ِدهَا َواَل َموْ لُوْ ٌد لَّهٗ بِ َولَ ِد ٖه َو َعلَى ْال َو‬ ِ ۗ ْ‫بِ ْال َم ْعرُو‬
‫َاح َعلَ ْي ُك ْم اِ َذا َسلَّ ْمتُ ْم َّمٓا ٰاتَ ْيتُ ْم‬ َ ‫ضع ُْٓوا اَوْ اَل َد ُك ْم فَاَل ُجن‬ ِ ْ‫اض ِّم ْنهُ َما َوتَ َشا ُو ٍر فَاَل ُجنَا َح َعلَ ْي ِه َما ۗ َواِ ْن اَ َر ْدتُّ ْم اَ ْن تَ ْستَر‬
ٍ ‫صااًل ع َْن تَ َر‬ َ ِ‫ف‬
‫ص ْي ٌر‬ ‫ب‬ َ‫ن‬ ْ‫و‬ُ ‫ل‬ ‫م‬ ‫ع‬ْ َ ‫ت‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ب‬ ‫هّٰللا‬ َّ
‫ن‬ َ ‫ا‬ ‫ا‬‫و‬ْ ٓ ‫م‬َ ‫ل‬ ْ
‫ع‬ ‫ا‬ ‫و‬ ‫هّٰللا‬ ‫وا‬ُ ‫ق‬َّ ‫ت‬‫ا‬‫و‬ ‫ف‬ ۗ ‫ر‬
ْ‫ُو‬ ْ
‫ع‬ ‫م‬ ْ
‫ال‬ ‫ب‬
ِ َ َ َِ َ ُ َ َ َ ِ َ ِ

233. Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi
yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi Makan dan
pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang
tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu
menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun
berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan
kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika
kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila
kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan
ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.

6. Hiwalah
Menurut Bahasa (Etimologi) hiwalah berasal dari kata hala asy-syai‟ haulan yang berarti
berpindah. Tahwwala min maqanihi artinya berpindah dari tempatnya. Abdurrahman al-
Jaziri berpendapat bahwa yang dimaksud dengan hiwalah menurut bahasa ialah
memindahkan utang dari tanggungan muhil menjadi tanggungan muhal alaih (Sodiq
2019, 33).

Sedangkan secara istilah terminology terdapat perbedaan mengenai hiwalah, antara lain
sebagai berikut :
a. Menurut Mazhab Hanafi, hiwalah ialah memindahkan tagihan dari tanggung jawab
yang berhutang kepada yang lain yang punya tanggung jawab pula.
b. Menurut Mazhab Maliki, Syafi‟I dan Hanbali, hiwalah ialah akad yang berimplikasi
pada perpindahan utang dari tanggungan pihak tertentu kepada pihak lain.
c. Menurut Sayyid Sabiq, yang dimaksud hiwalah ialah memindahkan utang dari
tanggungan muhil menjadi tanggungan muhal „alaih.
d. Ibrahin Al-Bajuri berpendapat, bahwa hiwalah ialah pemindahan kewajiban dari beban
yang memindahkan menjadi beban yang menerima pemindahan.
e. Wahbah Al-Zuhaily berpendapat bahwa hiwalah adalah akad yang menghendaki
pemindahan utang dari tanggungan seseorang menjadi tanggungan orang lain.
f. Sedangkan menurut Idris Ahmad, hiwalah adalah semacam akad (ijab qobul)
pemindahan utang dari tanggungan seseorang yang berutang kepada orang lain, dimana
orang lain itu mempunyai utang pula kepada yang memindahkan.
Dilihat dari berbagai definisis di atas dapat dipahami bahwa hiwalah adalah pengalihan
untuk menuntut pembayaran utang dari satu pihak kepada pihak lain yang saling
diketahui oleh para pihak dengan sukarela tanpa ada keterpaksaan (Sodiq 2019).

Hukum hiwalah adalah boleh (mubah), dengan syarat tidak terdapat unsur penipuan dan
tidak saling merugikan salah satu pihak. Syarat dari kebolehan hiwalah berdasarkan pada
haids :
“Dari Abu Hurairah R.A Menunda-nunda pembayaran oleh orang kaya adalah
penganiayaan, dan apabila salah seorang diantara kamu di ikutkan (dipindahkan) kepada
orang yang mampu maka ikutilah” (HR. Bukhori)
Disamping itu dasar hukum hiwalah juga berasal dari ijma‟. Semua ulama sepakat
tentang dibolehkannya hiwalah dalam utang, bukan pada barang. Karena hiwalah adalah
perpindahan utang, oleh sebab itu harus pada utang atau kewajiban finansial (Sodiq
2019).
Sebagian orang menganggap bahwa hiwalah tidak sejalan dengan qiyas, karena akad
hiwalah adalah menjual utang dengan utang, sedangkan menjual utang dengan utang
sebenarnya tidak diperbolehkan.Jadi, dibolehkannya menjual utang dengan utang dalam
hiwalah adalah karena tidak sejalan dengan qiyas. Ibnul qayyim telah membantah
anggapan ini dan menjelaskan bahwa hiwalah sesuai dengan qiyas, karena ia masuk
dalam jenis pemenuhan kewajiban, bukan jual beli utang (Sodiq 2019, 37)
7. Rahn
Secara etimologi, rahn berarti tetap dan lama yakni tetap atau berarti pengekangan atau
keharusan. Menurut terminology syara, rahn berarti penahanan terhadap suatu barang
dengan hak sehingga dapat dijadikan sebagai pembayaran dari barang tersebut (Syafe‟i
2001, 159).
Ulama fiqih berbeda pendapat dalam mendefinisikan rahn :
a. Menurut ulama Syafi‟iyah
Rahn yaitu menjadikan suatu benda sebagai jaminan utang yang dapat dijadikan
pembayaran ketika berhalangan dalam membayar utang.
b. Menurut ulama Hanabilah
Rahn yaitu harta yang dijadikan jaminan utang sebagai pembayaran harga (nilai) utang
ketika yang berutang berhalangan (tak mampu) membayar utangnya kepada pemberi
pinjaman.(Syafe‟i 2001, 159–60)
Landasan hukum yang membolehkan adanya praktek gadai adalah firman Allah
Subhanahu Wa Ta‟ala dalam QS Al-Baqarah ayat 283 :

‫ق هّٰللا َ َربَّهٗ ۗ َواَل‬


ِ َّ‫ض ُك ْم بَ ْعضًا فَ ْليَُؤ ِّد الَّ ِذى اْؤ تُ ِمنَ اَ َمانَتَهٗ َو ْليَت‬
ُ ‫ضةٌ ۗفَا ِ ْن اَ ِمنَ بَ ْع‬ َ ْ‫َواِ ْن ُك ْنتُ ْم ع َٰلى َسفَ ٍر َّولَ ْم ت َِج ُدوْ ا َكاتِبًا فَ ِر ٰه ٌن َّم ْقبُو‬
‫ࣖ تَ ْكتُ ُموا ال َّشهَا َد ۗةَ َو َم ْن يَّ ْكتُ ْمهَا فَاِنَّ ٗ ٓه ٰاثِ ٌم قَ ْلبُهٗ ۗ َوهّٰللا ُ بِ َما تَ ْع َملُوْ نَ َعلِ ْي ٌم‬

283. jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu
tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan yang
dipegang (oleh yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian
yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan
hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi)
Menyembunyikan persaksian. dan Barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka
Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa
yang kamu kerjakan. Sedangkan dalil dari As-Sunnah adalah hadits yang diriwayatkan
oleh Imam Bukhary dan Muslim dari Aisyah katanya :
"Bahwasanya Rasulullah membeli makanan dari seorang Yahudi dan meminjamkan
(menggadaikan) kepadanya baju besinya”. HR. Bukhari dan Muslim
Anas bin Malik juga pernah mengatakan :

"Rasulullah telah menggadaikan baju besinya kepada seorang Yahudi dan meminjam
kepadanya gandum untuk kebutuhan keluarga- nya". HR. Ahmad, Bukhari dan Nasai
Adapun dalil dari ijma adalah kesepakatan ( ijma' ) para ulama mengenai
diperbolehkannya gadai, seperti yang disebutkan oleh Wahbah Zuhaili yang
mengetengahkan pendapat bahwa semua ulama sepakat tentang hal ini. Para Ulama di
Indonesia melalui Dewan Syari'ah Nasional juga telah mengeluarkan fatwa mengenai
gadai, yaitu fatwa No: 25/DSN-MUI/III/2002 tanggal 26 Juni 2002 yang menyatakan
bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk rahn
diperbolehkan (Misno 2018).

B. KONSEP PEMIKIRAN EKONOMI SYARIAH


Diantara hasil temuan rekontruksi itu adalah sebagai berikut: Kondisi
Perekonomian Masa Jahiliyyah, Kondisi Perekonomian Masa Kelahiran Rasulullah,
Kondisi Perekonomian Masa Awal Rasulullah di Makkah, Kondisi Perekonomian Masa
Rasulullah Menata Kota Madinah, Kondisi Perekonomian Masa Khulafaur Rasyidin,
Bani Umayyah, Bani Abbasiyyah, Lahirnya Para Pemikiran Ekonomi Islam dari priode
pertama-kontemporer, Kontribusi pemikiran ekonomi Islam terhadap pembangunan
Ekonomi, pengentasan kemiskinan, lembaga keuangan, kebijakan viskal.
Kedua, Aktivitas Perekonomian Pada Masa Rasulullah S.A.W, berisi tentang
peletakan landasan teori yang dibangun oleh Rasulullah yang berkaitan dengan ekonomi
Islam. Di antara landasan yang sudah terbangun itu bersumberkan pada al-Qur’an dan
Sunnah Rasulullah yaitu; Mereformasi (Merevolusi) Kebiasaan Masyrakat Arab dalam
bertransaksi Ribawi menuju bebas Ribawi (Lihat: Surah al-baqarah:279, Surah ali Imran:
130).
Menata tatanan perekonomian pada masyarakat Arab Madinah dengan
menetapkan ketentuan-ketentuan transaksi yang berprinsipkan pada nilai-nilai Keadilan,
tolong menolong, amanah, tranfaransi, bebas daripada gharar dan spekulasi. (Lihat Dalam
Kitab Shahih Bukhari: Kitab al-Buyu’, al-Salam, al-Ijarah, al-Hawalah, al-Shirkah, al-
Rahan). Menata Transaksi Sistem Barter (Lihat Dalam Kitab Shahih Muslim Kitab al-
Buyu’, Kitab al-Mujara’ah, al-Masaqqah). Meletakkan Landscap Perekonomian yang
berazaskan pada nilai kehalalan dan berkualiti dan memisahkan suatu barangan yang
diharamkan oleh Allah, (Surah al-Baqarah: 168, 172, 173).
Menata pendapatan Negara (printah tentang Zakat, lihat Surah al-Baqarah: ayat
2,Rampasan Perang (Ghanimah), al-Anfal ayat
1), Membangun Baitul Mal sebagai lembaga keuangan atau kas negara.
Ketiga, Aktivitas Perekonommian Pada Masa Khulafaur Rasyidiin 
Keempat, Aktivitas Perekonomian Pada Masa Bani Umayyah 
Kelima, Aktivitas Perekonomian Pada Masa Bani Abbasiyyah
Keenam, Sejarah Peradaban Dan Pemikiran Ekonomi Islam Pada Priode Pertama
(Abu Hanifah:  -150H, Ash- Syaibani: 132H-189, Abu Ubaid: 150H-224H) 
Ketujuh, Sejarah Peradaban Dan Pemikiran Ekonomi Islam Pada Priode Kedua
(Ash-Syafii: 150H-204H, Abu Yusuf 
Kedelapan, Sejarah Peradaban dan Pemikiran Ekonomi Islam Pada priode Ketiga (Ibn
Khaldun, Ash Shatibi; 790H, Al-Ghazali)

C. MANAJEMEN USAHA
Secara etimologis kata manajemen berasal dari bahasa Perancis Kuno ménagement,
yang berarti seni melaksanakan dan mengatur. Sedangkan secara terminologis para pakar
mendefinisikan manajemen secara beragam, diantaranya: Follet yang dikutip oleh Wijayanti
mengartikan manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
Menurut Stoner yang dikutip oleh Wijayanti manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan
enggunaan sumber daya-sumber daya manusia organisasi lainnya agar mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan. Gulick dalam Wijayanti mendefinisikan manajemen sebagai
suatu bidang ilmu pengetahuan (science) yang berusaha secara sistematis untuk memahami
mengapa dan bagaimana manusia bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan dan membuat
sistem ini lebih bermanfaat bagi kemanusiaan. Schein memberi definisi manajemen sebagai
profesi.
Menurutnya manajemen merupakan suatu profesi yang dituntut untuk bekerja secara
profesional, karakteristiknya adalah para profesional membuat keputusan berdsarkan prinsip-
prinsip umum, para profesional mendapatkan status mereka karena mereka mencapai standar
prestasi kerja tertentu, dan para profesional harus ditentukan suatu kode etik yang kuat. Terry
dkk memberi pengertian manajemen yaitu suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan
bimbingan atau pebgarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional
atau maksudmaksud yang nyata. Hal tersebut meliputi pengetahuan tentang apa yang harus
dilakukan, menetapkan cara bagaimana melakukannya, memahami bagaimana mereka harus
melakukannya dan mengukur efektivitas dari usaha-usaha yang telah dilakukan
2. Fungsi-fungsi Manajemen
Menurut Terry (2010: 9), fungsi manajemen dapat dibagi menjadi empat bagian, yakni planning
(perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (pelaksanaan), dan controlling
(pengawasan):
a. Planning (Perencanaan)
1) Pengertian Planning
Planning (perencanaan) ialah penetapan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kelompok untuk
mencapai tujuan yang digariskan. Planning mencakup kegiatan pengambilan keputusan, karena
termasuk dalam pemilihan alternatif-alternatif keputusan Diperlukan kemampuan untuk
mengadakan visualisasi dan melihat ke depan guna merumuskan suatu pola dari himpunan
tindakan untuk masa mendatang.
2) Proses Perencanaan
Proses perencanaan berisi langkah-langkah:
a) Menentukan tujuan perencanaan;
b) Menentukan tindakan untuk mencapai tujuan;
c) Mengembangkan dasar pemikiran kondisi mendatang;
d) Mengidentifikasi cara untuk mencapai tujuan; dan
e) Mengimplementasi rencana tindakan dan mengevaluasi hasilnya.
3) Elemen Perencanaan
Perencanaan terdiri atas dua elemen penting, yaitu sasaran (goals) dan rencana (plan).
a) Sasaran yaitu hal yang ingin dicapai oleh individu, kelompok, atau seluruh organisasi. Sasaran
sering pula disebut tujuan. Sasaran memandu manajemen membuat keputusan dan membuat
kriteria untuk mengukur suatu pekerjaan.
b) Rencana adalah dokumen yang digunakan sebagai skema untuk mencapai tujuan. Rencana
biasanya mencakup alokasi sumber daya, jadwal, dan tindakan-tindakan penting lainnya.
Rencana dibagi berdasarkan cakupan, jangka waktu, kekhususan, dan frekuensi penggunaanya.
4) Unsur-unsur Perencanaan
Suatu perencanaan yang baik harus menjawab enam pertanyaan yang tercakup dalam unsur-
unsur perencanaan yaitu:
a) Tindakan apa yang harus dikerjakan, yaitu mengidentifikasi segala sesuatu yang akan
dilakukan:
b) Apa sebabnya tindakan tersebut harus dilakukan, yaitu merumuskan faktorfaktor penyebab
dalam melakukan tindakan;
c) Tindakan tersebut dilakukan, yaitu menentukan tempat atau lokasi;
d) Kapan tindakan tersebut dilakukan, yaitu menentukan waktu pelaksanaan tindakan;
e) Siapa yang akan melakukan tindakan tersebut, yaitu menentukan pelaku yang akan melakukan
tindakan; dan
f) Bagaimana cara melaksanakan tindakan tersebut, yaitu menentukan metode pelaksanaan
tindakan
b. Organizing (Pengorganisasian)
1) Pengertian Pengorganisasian
Organizing berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani yang berarti alat, yaitu proses
pengelompokan kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuantujuan dan penugasan setiap kelompok
kepada seorang manajer. Pengorganisasian dilakukan untuk menghimpun dan mengatur semua
sumber-sumber yang diperlukan, termasuk manusia, sehingga pekerjaan yang dikehendaki dapat
dilaksanakan dengan berhasil.
2) Ciri-ciri Organisasi
Ciri-ciri organisasi adalah sebagai berikut:
a) Mempunyai tujuan dan sasaran;
b) Mempunyai keterikatan format dan tata tertib yang harus ditaati;
c) Adanya kerjasama dari sekelompok orang; dan
d) Mempunyai koordinasi tugas dan wewenang.
3) Komponen-komponen Organisasi
Ada empat komponen dari organisasi yang dapat diingat dengan kata “WERE” (Work,
Employees, Relationship dan Environment).
a) Work (pekerjaan) adalah fungsi yang harus dilaksanakan berasal dari sasaransasaran yang
telah ditetapkan.
b) Employees (pegawai-pegawai) adalah setiap orang yang ditugaskan untuk melaksanakan
bagian tertentu dari seluruh pekerjaan.
c) Relationship (hubungan) merupakan hal penting di dalam organisasi. Hubungan antara
pegawai dengan pekerjaannya, interaksi antara satu pegawai dengan pegawai lainnya dan unit
kerja lainnya dan unit kerja pegawai dengan unit kerja lainnya merupakan hal-hal yang peka.
d) Environment (lingkungan) adalah komponen terakhir yang mencakup sarana fisik dan
sasaran umum di dalam lingkungan dimana para pegawai melaksanakan tugas-tugas mereka,
lokasi, mesin, alat tulis kantor, dan sikap mental yang merupakan faktor-faktor yang membentuk
lingkungan.
4) Tujuan organisasi
Tujuan organisasi merupakan pernyataan tentang keadaan atau situasi yang tidak terdapat
sekarang, tetapi dimaksudkan untuk dicapai pada waktu yang akan dating melalui kegiatan-
kegiatan organisasi (Handoko,1995: 109).
c. Actuating (Pelaksanaan)
Pelaksanaan merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa,
hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan.
d. Controlling (Pengawasan)
1) Pengertian Controlling
Controlling atau pengawasan adalah penemuan dan penerapan cara dan alat utk menjamin
bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
2) Tahap-tahap Pengawasan
Tahap-tahap pengawasan terdiri atas:
a) Penentuan standar;
b) Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan;
c) Pengukuran pelaksanaan kegiatan;
d) Pembanding pelaksanaan dengan standar dan analisa penyimpangan; dan
e) Pengambilan tindakan koreksi bila diperlukan.
3) Tipe-tipe Pengawasan
a) Feedforward Control dirancang untuk mengantisipasi masalah-masalah dan penyimpangan
dari standar tujuan dan memungkinkan koreksi sebelum suatu kegiatan tertentu diselesaikan.
b) Concurrent Control merupakan proses dalam aspek tertentu dari suatu
prosedur harus disetujui dulu sebelum suatu kegiatan dilanjutkan atau untuk menjamin
ketepatan pelaksanaan suatu kegiatan.
c) Feedback Control mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah
dilaksanakan

D. MARKETING
Marketing syariah bukan hanya sebuah marketing yang ditambahkan syariah karena ada
nilai-nilai lebih pada marketing syariah saja, tetapi lebih jauhnya marketing berperan dalam
syariah dan syariah berperan dalam marketing. Marketing berperan dalam syariah diartikan
perusahaan yang berbasis syariah diharapkan dapat bekerja dan bersikap profesional dalam
dunia bisnis, karena dengan profesionalitas dapat menumbuhkan kepercayaan kosumen.
syariah marketing adalah sebuah disiplin bisnis strategis yang mengarahkan proses
penciptaan, penawaran dan perubahan value dari suatu inisiator kepada stakeholders-nya,
yang dalam keseluruhan prosesnya sesuai dengan akad danprinsip-prinsip muamalah (bisnis)
dalam Islam. Ini artinya bahwa Marketing mix adalah istilah yang cukup dikenal oleh
pebisnis.
Marketing mix atau bauran pemasaran adalah suatu strategi yang terdiri dari beberapa
unsur terpadu untuk menjual produk atau jasa kepada pelanggan. Konsep besar dari
marketing mix adalah memastikan pilihan produk tepat, di waktu dan tempat yang tepat, juga
dengan harga yang tepat. Marketing mix mengandalkan sejumlah unsur promosi yang
dimaksimalkan demi mencapai target penjualan. Mengikuti perkembangan teknologi,
marketing mix pun kian mengalami perubahan sehingga jadi lebih fleksibel. Lalu, mengapa
marketing mix penting? Jawabannya yaitu jika kamu secara konsisten dan terus-menerus
menerapkan seluruh unsur marketing mix tanpa terkecuali, besar kemungkinan target
penjualanmu akan tercapai.

E. PERENCANAAN BISNIS ( BUSSINES PLAN)


Bisnis dalam arti luas adalah suatu istilah umum yang menggambarkan suatu
aktivitas dan institusi yang memproduksi barang dan jasa dalam kehidupan seharihari.
Menurut Bukhori Alma bisnis adalah sejumlah total usaha yang meliputi pertanian,
produksi, konstruksi, distribusi, transportasi, komunikasi, usaha jasa dan pemerintah,
yang bergerak dalam bidang membuat dan memasarkan barang dan jasa kepada
konsumen.
Menurut Louis E. Boone bisnis (bussines) terdiri dari seluruh aktivitas dan usaha
untuk mencari keuntungan dengan menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan bagi
sistem perekonomian, beberapa bisnis memproduksi barang berwujud sedangkan yang
lain memberikan jasa. Sedangkan perilaku merupakan tindakan seseorang dalam
kehidupan seharihari. Oleh karena itu, bisnis merupakan tindakan individu dan
sekelompok orang yang menciptakan nilai melalui penciptaan barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat dan memperoleh keuntungan melalui transaksi.

1. Jenis-jenis Bisnis
Menurut Indriyo Gito Sudarmo ada beberapa macam jenis bisnis, untuk memudahkan
mengetahui pengelompokannya maka dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Ekstraktif, yaitu bisnis yang melakukan kegiatan dalam bidang pertambangan atau
menggali bahan-bahan tambang yang terkandung di dalam perut bumi.
b. Agraria, yaitu bisnis yang menjalankan bisnisnya dalam bidang pertanian.
c. Industri, yaitu bisnis yang bergerak dalam bidang industri.
d. Jasa, yaitu bisnis yang bergerak dalam bidang jasa yang menghasilkan
produkproduk yang tidak berwujud.

2. Elemen Bisnis
Elemen bisnis yang utama dan merupakan sumber daya yang kompetitif bagi
sebuah bisnis terdiri dari empat elemen utama yaitu:

a. Modal, yaitu sejumlah uang yang digunakan dalam menjalankan kegiatan-


kegiatan bisnis.
b. Bahan material, yaitu bahan-bahan yang terdiri dari sumber daya alam, termasuk
tanah, kayu, mineral, dan minyak. Sumber daya alam tersebut disebut juga sebagai
faktor produksi yang dibutuhkan dalam melaksanakan aktivitas bisnis untuk
diolah dan menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat.
c. Sumber daya manusia, yaitu sumber daya yang berkualitas yang diperlukan untuk
kemajuan sebuah bisnis.
d. Keterampilan manajemen
e. Suatu bisnis yang sukses adalah suatu bisnis yang dijalankan dengan manajemen
yang efektif. Sistem manajemen yang efektif adalah sistem yang dijalankan
berdasarkan prosedur dan tata kerja manajemen.

F. ETIKA BISNIS ISLAM


1. Pengertian Etika
Etika adalah cabang filsafat yang mecari hakikat nilai-nilai baik dan buruk yang berkaitan
dengan perbuatan dan tindakan seseorang, yang dilakukan dengan penuh kesadaran
berdasarkan pertimbangan pemikirannya.
2. Definisi Etika Bisnis
Etika bisnis Islam merupakan suatu proses dan upaya untuk mengetahui hal-hal yang
benar dan yang salah yang selanjutnya tentu melanjutkan tentu melakukan hal yang benar
berkenaan dengan produk, pelayanan perusahaan dengan pihak yang berkepentingan dengan
tuntutan perusahaan. Mempelajari kualitas moral kebijaksanaan organisasi, konsep umum
dan standart untuk perilaku moral dalam bisnis, berperilaku penuh tanggung jawab dan
bermoral. Artinya etika bisnis Islami merupakan suatu kebiasaan atau budaya moral yang
berkaitan dengan kegiatan bisnis suatu perusahaan.
3. Pengertian Ekonomi Islam
Ekonomi Islam adalah kumpulan norma hukum yang bersumber dari Al-Quran
dan As-Sunnah yang mengatur tentang urusan perekonomian umat manusia. Tujuan dari
ekonomi Islam yaitu konsumsi manusia dibatasi sampai pada tingkat yang dibutuhkan
dan bermanfaaat bagi kehidupan manusia, alat pemuas kebutuhan manusia seimbang
dengan tingkat kualitas manusia agar ia mampu meningkatkan kecerdasan dan
kemampuan teknologinya guna menggali sumber-sumber alam yang masih terpendam,
dalam pengaturan distribusi dan sirkulasi barang dan jasa dan nilai-nilai moral harus
diterapkan, pemerataan pendapatan dilakukan dengan mengingat sumber kekayaan
seseorang yang diperoleh dari usaha yang halal, maka zakat sebagai sarana distribusi
pendapatan merupakan sarana yang ampuh.

BAB III PENUTUP


KESIMPULAN
Kontrak antara dua pihak dimana satu pihak yang disebut Rab al-mal (investor)
mempercayakan uang kepada pihak kedua yang disebut mudharib (pengelola ) untuk tujuan
menjalankan usaha.
Menata tatanan perekonomian pada masyarakat Arab Madinah dengan menetapkan
ketentuan-ketentuan transaksi yang berprinsipkan pada nilai-nilai Keadilan, tolong menolong,
amanah, tranfaransi, bebas daripada gharar dan spekulasi.
manajemen merupakan suatu profesi yang dituntut untuk bekerja secara profesional,
karakteristiknya adalah para profesional membuat keputusan berdsarkan prinsip-prinsip umum,
para profesional mendapatkan status mereka karena mereka mencapai standar prestasi kerja
tertentu, dan para profesional harus ditentukan suatu kode etik yang kuat.
Dalam syariah marketing, seluruh proses, baik proses penciptaan, proses penawaran,
maupun proses perubahan nilai (value), tidak boleh ada hal-hal yang bertentangan dengan akad
dan prinsip-prinsip muamalah yang Islami. Sepanjang hal tersebut dapat dijamin, dan
penyimoangan prinsip-prinsip muamalah islami tidak terjadi dalam suatu transaksi apapun dalam
pemasaran dapat dibolehkan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Aplikasi. 2015. Kitab 9 Imam
2. http://www.edo.web.id/wp/2008/01/28/membuat-business-plan-sederhana/ (diakses 10
maret 2022)
3. http://www.planware.org/businessplan.htm (diakses 10
maret 2022)
4. http://www.businessplanarchive.org/ (diakses 10 maret
2022)
5. Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam, (Bandung : Alfabeta, 2013) hlm. 24
6. Taha Jabir Al-Alwani, Bisnis Islam, (Yogyakarta : AK GROUP, 2005) hlm. 4

Anda mungkin juga menyukai