HADITS-HADITS MANAJEMEN
tentang
SIKAP SABAR
Disusun oleh:
Kelompok 8
Dosen Pengampu:
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya serta sholawat
dan salam semoga tercurahkan kepada baginda Rasulullah Saw sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul Sikap Sabar dengan tepat pada waktuya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Dosen (Gusnanda,
S. Th. I,. M. Ag) dalam bidang studi (Hadis-Hadis Manajemen). Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang (Hadis-Hadis Manajemen bagi para pembaca dan bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak (Gusnanda, S. Th. I,. M. Ag) selaku dosen bidang
studi (Hadis-hadis Manajemen) yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang tekini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami
tulis ini masih dari data sempurna oleh karena itu, kritik dan saran yang membangunakan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bersikap sabar adalah salah satu aspek penting dalam pengembangan pribadi dan kualitas
kepribadian yang berkontribusi secara signifikan terhadap kualitas hidup seseorang. Dalam
masyarakat yang gejolak, dinamis, dan seringkali cepat berubah, kemampuan untuk bersikap sabar
semakin penting.
Kita hidup dalam dunia modern yang penuh dengan tekanan, tuntutan, dan ekspektasi yang
tinggi. Teknologi informasi dan komunikasi yang terus berkembang telah mempercepat ritme
hidup kita, memberikan kita akses instan terhadap informasi, dan seringkali menciptakan
ekspektasi untuk mendapatkan hasil dalam waktu yang sangat singkat. Hal ini dapat
mengakibatkan munculnya ketidaksetujuan, kesabaran yang rendah, dan tingkat stres yang tinggi.
Di sisi lain, masyarakat yang bersifat konsumtif juga seringkali mengajarkan bahwa
kepuasan harus diperoleh dengan cepat, dan jika sesuatu memerlukan waktu, itu dianggap sebagai
hal yang tidak diinginkan. Inilah yang membuat bersikap sabar semakin penting sebagai kualitas
pribadi yang perlu dikembangkan.
Penting untuk diakui bahwa sikap sabar tidak hanya relevan dalam konteks kehidupan sehari-
hari, tetapi juga dalam berbagai aspek, seperti pendidikan, karier, hubungan sosial, dan
pengambilan keputusan. Kemampuan untuk menunggu dengan sabar, mengejar tujuan jangka
panjang, dan menghadapi tantangan dengan kepala dingin adalah keterampilan yang sangat
dihargai dalam dunia profesional dan pribadi.
Oleh karena itu, dalam makalah ini, kita akan mengeksplorasi secara mendalam mengapa
bersikap sabar penting, bagaimana mengembangkannya, dan dampak positifnya pada kehidupan
sehari-hari. Kami akan mengungkapkan mengapa bersikap sabar adalah salah satu kunci utama
menuju kesuksesan dan kesejahteraan dalam dunia yang terus berubah ini. Sabar merupakan sikap
yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Sabar dapat membantu seseorang untuk
menghadapi berbagai masalah dan tantangan yang dihadapi dalam hidup.
1
Dalam agama Islam, sabar dikatakan sebagai sikap yang mulia karena mampu menahan
amarah dan juga mampu mengendalikan berbagai hal yang tidak baik yang ada di dalam diri. Sabar
juga merupakan bagian paling utama dalam pembentukan akhlak seseorang. Pengendalian emosi
dan pengendalian keinginan merupakan beberapa komponen yang terdapat dalam sikap sabar.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak
didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur,
maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia
pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.” (Hadits shohih. Diriwayatkan
oleh Muslim, no. 2999 dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan radhiyallahu ‘anhu).1
1
Imam Abu Zakariya. Riyadhus Sholihin. (Depok: Keira, 2018) Hal 43.
3
َٗ
ه َّم
نع ََ
ه و
ٗمََ
ارَك
َاه ف
ٗبَُّ ُٰٮ
ه ر َلابت
ما اَ َاِذ
ن ا ُِنسَااالا
ما ا ََّ
َاف
ََ
١٥ ِمن َك
ار ا اِى
ۡۤ َب
ل ر ُو
ُا َقَيف
ِى
ۡۤ
ا َب ُا
ل ر ُو
َقَي
ف َٗ
ه اق
ِزِ ر
اه ََ
لي َ ع
درََ
َق ُٰٮ
ه ف َل
ابت َ َا
ما ا ِذ
ا ا ََّ
ۡۤم َاو
َ ه
١٦ ِۚانن ََا
١٧ َ ام َت
ِي ن ا
الي َا ُِ
موار ُ ا َّال
تك بل َ ََّال
ك
ِي
١٨ ِان ِساك ِ ا
الم َامَع
ٰى طَلن عَا
ُّو ٰٓ
ٰض
تح َ ََالو
“Adapun manusia, apabila Tuhan mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya
kesenangan, maka dia berkata, "Tuhanku telah memuliakanku. Namun apabila Tuhan mengujinya lalu
membatasi rezekinya, maka dia berkata, "Tuhanku telah menghinaku. Sekali-kali tidak! Bahkan kamu
tidak memuliakan anak yatim. dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin.”
Melakukan salat dirasakan berat dan sukar, kecuali oleh orang-orang yang
khusyuk, yaitu orang yang benar-benar beriman dan taat kepada Allah, dan melakukan
perintah-perintah-Nya dengan ikhlas karena mengharapkan rida-Nya semata, serta
memelihara diri dari azab-Nya. Bagi orang yang khusyuk, melaksanakan salat tidaklah
dirasakan berat, sebab pada saat-saat tersebut mereka tekun dan tenggelam dalam
bermunajat kepada Allah sehingga mereka tidak lagi merasakan dan mengingat sesuatu
yang lain, baik berupa kesukaran maupun penderitaan yang mereka alami sebelumnya.
Mengenai hal ini, Rasulullah saw bersabda:
"Dan dijadikan ketenangan hatiku di dalam salat" (Riwayat Ahmad dan an-Nasa'i)
Sifat sabar dan syukur ini menjadi indikator kebahagiaan setiap muslim. Jika ia
seorang muslim dua sifat ini harus menempel dalam jiwanya. Jika jauh dari dua sifat ini,
maka keimanannya menjadi rendah. Karena hanya dua sikap ini kesuksesan seorang
hamba akan diraih baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Pentingnya dua
sifat ini akan berdampak kepada peningkatan kualitas pengabdiannya kepada Allah SWT.
a) Macam-Macam Sabar
1. Sabar dalam Taat Kepada Allah
Dalam taat kepada Allah, manusia sangat membutuhkan kesabaran, karena
ketaatan itu sendiri sejatinya sulit dan berat apabola dijalankan oleh manusia.
Terkadang kesulitan itu terasa berat secara fisik, karena ketika menjalankan ketaatan
tersebut manusia bisa mengalami lelah maupun letih. Begitu pula dalam menjalankan
ketaatan terdapat rasa berat secara finansial, karena terkadang ketaatan tersebut
membutuhkan harta seperti zakat dan haji.
َّر
ْ َبَص
يت َ ْ
منََ َّ ِ
و،ُاَّلل ِهْن
يغُ ِْن
َغ َ ْ
يسْت ََ
من َّ ه
و،ُاَّلل َُّ
ِف ُ ْ
يع ْف
ِف َع َ ْ
يسْت منََ
و
ِْر ْ الص
َّب َ م
ِن ْسَع َوَأ
ًا و َي
ْر ء خًَاَط ٌَ
د ع َح
ِيَ أ ْطُع
ما أ ََ َّ ه
و،ُاَّلل ُْ َب
ِر ُ
يص
"Barangsiapa yang berusaha menjaga diri, maka Allah menjaganya, barangsiapa yang berusaha
merasa cukup, maka Allah mencukupinya. Barangsiapa yang berusaha bersabar, maka Allah akan
menjadikannya bisa bersabar dan tidak ada seorang pun yang dianugerahi sesuatu yang melebihi
kesabaran." (HR Bukhari No 1469).3
2
Hasbiyallah. Hadist Tarbawy dan Hadits-Hadist di Sekolah dan Madrasah. (Bandung: PTRemaja Rosakarya, 2015) Hal 61.
3
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah :Pesan Kesan dan Keserasian Al-Qur’an..., hal. 182
5
َّ َ
ُاَّلل ًََّا س
هل ِْ ع
ِلم ِسُ ف
ِيه َم
لتْي
َ ًا َر
ِيق ََْ س
لكَ ط ََ
من و
َّة
ِ َن ْ َِلى
الج ًا إ
ِيقَرِ طِه
ه بَُل
"Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan
menuju surga." (HR Muslim, no. 2699).
Dalam mengamalkan ilmu yang telah dimiliki dibutuhkan kesabaran yang kuat
karena nantinya akan berhadapan dengan gangguan dan rintangan yang berat pula.
Yahya bin Abi Katsir pernah mengatakan bahwa ilmu tidak akan diperoleh dengan
banyak mengistirahatkan badan. Seseorang terkadang harus menerima gangguan dari
orang-orang yang terdekat darinya maupun dari orang yang memiliki hubungan jauh
dengan orang tersebut. Hal tersebut tidak bisa dihindari oleh siapapun, kecuali orang-
orang yang mendapatkan anugerah ketegaran dari Allah SWT. 4
4
Imam Abu Hamid Al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulum-Al-Din, (Jakarta: Faizan ,1985), hal. 273.
5
Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, (Semarang: Cv. Asy-Syifa, 1994), hal. 456.
6
baginya. Takdir yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan harus selalu
disyukuri. Karena syukur merupakan bagian dari ketaatan dan sabar dalam ketaatan
merupakan jenis sabar yang utama. Perintah untuk bersabar juga terdapat pada banyak
hadist. Rasulullah dahulu selalu menyuruh sahabat dan pengikutnya untuk bersabar
dalam menghadapi suatu kondisi. Dari Shuhaib, ia berkata, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda,
ٌ َي
ْر ه خُلَُّ
ه كَُمرَْ
ن أَِّ
ِنِ إْمُؤ ْ ِ
الم مرًَْا أل
َبَجع
َُّا
ء ُْ
ه سَر ََا
بت َص
ن أ ِِْنِ إْم
ُؤ ِْالَّ ل
ِلم ٍ إَدَ ألَح
َاك ََلي
ْسَ ذ و
َ
َرَب
ء ص َر
َُّا ه ضُْبتََاَصن أِْ
َإهو ًُا َلْرَي َ َ
ان خ َك َر
َ ف شَك
ًُا َل
ه ْرَي َ َ
ان خ َكف
“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah
didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik
baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim, no.
2999)
7
nafsunya, orang-orang seperti ini tidak mau tahu tentang Allah sedikitpun.
“Dari Abdullah bin Mas`ud r.a, ia berkata: “Seolah-olah aku melihat kepada Rasulullah SAW,
ia bercerita tentang seorang nabi yang dipukul oleh kaumnya hingga berdarah lalu ia menyeka darah
dari mukanya seraya, berkata: “Ya Allah ampuni kaumku, sungguh mereka tidak mengetahui. “
(Muttafaq alaih).
Hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas'ud ra. ini menceritakan tentang
seorang nabi yang dikalahkan oleh kaumnya. Nabi tersebut memohon ampun kepada
Allah SWT seraya berkata, “Ya Allah, ampunilah kaumku, karena mereka tidak
mengetahui.” Meskipun nabi tersebut terus disakiti hingga berdarah, ia tetap sabar dan
tidak membalas perlakuan buruk tersebut. Setelah itu, nabi tersebut menyeka darah dari
wajahnya. 6
6
Imam Muslim. Kitab Al-Zuhud wa Al-Raqa`iq. (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2005) Hal 26.
8
Hal ini menunjukkan bahwa nabi tersebut memiliki rasa kasih sayang dan kepedulian
yang tinggi terhadap kaumnya, meskipun mereka telah menyakitinya. Nabi tersebut juga
menunjukkan kesabaran yang luar biasa dalam menghadapi perlakuan buruk tersebut,
sehingga ia tidak membalas perlakuan buruk tersebut dengan kekerasan atau balas
dendam.
Terdapat beberapa faktor yang dapat membantu seorang hamba untuk dapat
melaksanakan kesabaran (yaitu bersabar ketika disakiti orang lain):
1. Hendaknya dia mengakui bahwa Allah ta’ala adalah Zat yang menciptakan segala
perbuatan hamba, baik itu gerakan, diam dan keinginannya.
2. Hendaknya seorang mengakui akan segala dosa yang telah diperbuatnya dan mengakui
ُم
ْ ِيك
يدَْ
ْ أ
َتَسَب
َا ك
ِمَب َة
ٍ ف ِيب
مصُ ْ
ِن ُم
ْ م ََا
بك َصما أََ
و
ٍ َث
ِير ْ ك ُوع
َن ْف
يعََ
و
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka itu adalah disebabkan oleh perbuatan
tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).”
3. Hendaknya dia mengetahui bahwa apabila dia memaafkan dan berbuat baik.
Apabila seorang disakiti atas tindakan yang dia peruntukkan kepada Allah. dia
disakiti karena melakukan ketaatan yang diperintahkan atau karena dia
meninggalkan kemaksiatan yang terlarang.
7
Achmad Mubarok, Psikologi Qur’an, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001), hal. 74-75.
9
C. Sabar Dalam Menghadapi Kesulitan
َ
لمَََّس ْه
ِ و ََ
لي اَّللُ ع
َّ لى ََّ
ِيِ ص ْ الن
َّب َن ُْ
ه ع َن
اَّللُ ع
َّ َِيَض ََ
ة ر َْ
ير َب
ُ ِي
هر ْ أ
َنع
ََا
:ل ق
َذ
ًى ْنٍ و
ََال أ ُزََال ح
ٍ وهمَ ََالَبٍ و ََال و
َص َبٍ و
نصَ ْ َ م
ِن ِمُسْل ْ ُ
الم ِيب
يصُ ما َ
ياهََا َطْ خ
ِنها م َِ َّ َ
اَّللُ ب َف
َّر َِّال ك َُ
ها إ يشَاك
ُ َِة َّى الشَّو
ْك َت َم
ٍ ح ََال غ
و
Dari Abu Sa'id dan Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu alaihi wasallam ia bersabda: “tidak
seorang muslim pun yang ditimpa kesusahan, penyakit, gelisah, sedih, duka hingga duri yang
menusuknya melainkan dengan sebab tersebut Allah menghapuskan dosa-dosanya”. (mutaffaqu alaih).
8
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Cerdas Ala Rasulullah Saw (Jakarta: Pustaka Azzam, 2011), hal. 401
10
atau menyikapi kesulitan itu secara benar.
َ
دث َا ح
ََ {إذ:ُ َالسََّالم ََُّال
ة و ِ الص ْه ََ
لي ََا
ل ع َق
و
ِ
ِهََلد
ْ و ِ أو ِما
له َ ْ َو
ِ أِه دن َب ٌ ف
َ ِْي َة ْب
ِي ُ ٍ
مص َب
ْد لى عََ
ع
َ
ْميوَ َُا هللا َح
ْي ٍ اسْتْل ِي َم
ٍ ج َب
ْر ِصِكَ ب ٰل
َ ذ ْب
َل َاسْت
َق ف
َُ َل
ه ْشُرينَ ْ انا أو ً َْز
ِي ه م َُ َل
ِبْصين َ نَْ
ِ أمةََا
ِي ْ
الق
ً َ
انا ِْ
يو د
Rasulullah SAW bersabda: “Jika musibah menimpa pada seorang hamba di badannya atau
anaknya, lalu ia menghadapinya dengan kesabaran yang baik maka Allah di hari kiamat menaikkan
timbangan untuknya atau memberikan padanya buku catatan.”
Dalam agama islam, sikap sabar dikatakan sebagai sikap yang mulia karena
mampu menahan amarah dan juga mampu mengendalikan berbagai hal yang tidak baik
yang ada di dalam diri. Sabar juga merupakan akhlak yang mulia. Sabar merupakan
sebagian dari iman. Iman itu terdiri dari dua bagian, yaitu sabar dan syukur. Maka tidak
ada suatu ibadah yang pahalanya itu ditentukan dan dihitung kecuali sabar. Sabar juga
9
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Sabar Sebagai Perisai Seorang Mukmin, (Bairut: Darul Kitab Al-‘Arabi, 2000), hal. 21.
11
dalam diri tiap manusia, bahkan orang awwam sekalipun. Seperti halnya kesabaran guru
dalam mendidik muridnya.
Berikut Cara Bertahan di Masa Sulit saat Hanya Bisa Mengandalkan Diri Sendiri yaitu:
bisa menyelesaikan dan menghadapi situasi yang ada semampu diri kita, dan ini
sudah lebih dari luar biasa.11
Setiap kesulitan yang menghadiri dan kita alami pasti memberi hikmah dan
pelajaran terbaik. Kuatkan dan teguhkan lagi diri bahwa masa sulit ini memberi pelajaran
10
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Solo: PT. Qomari Prima Publisher, 2007).
11
Ahmad Farid, Tazkiyatun Nafs, Penyucian Jiwa dalam Islam, (Jakarta: Ummul Qura, 2017), hal. 316.
12
dan kebaikan untuk diri kita. Tetaplah melangkah ke depan. Walau masih berat untuk
melesat ke depan, tapi setidaknya dari setiap satu langkah yang berhasil dilakukan, ada
kekuatan baru yang bisa didapatkan untuk bertahan.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sabar merupakan perilaku yang mulia karena tingkat kesabaran seseorang hanya
diketahui oleh Allah SWT dan hanya Allah yang tahu seberapa besar pahala sabar itu
diberikan kepada hambaNya. Sabar adalah sebagian dari iman, sikap terpuji (akhlakul
karimah) yang patut dimiliki guna meningkatkan derajat manusia sebagai khalifah Allah
di muka bumi. Sifat sabar adalah sifat yang berguna mengendalikan emosi dari perilaku
yang tercela. Sabar merupakan benteng yang tangguh dalam menghadapi cobaan yang
diberikan oleh Allah SWT.
Terdapat faktor yang dapat membantu seorang hamba untuk dapat melaksanakan
kesabaran (yaitu bersabar ketika disakiti orang lain)
Hendaknya dia mengakui bahwa Allah ta’ala adalah Zat yang menciptakan segala
perbuatan hamba, baik itu gerakan, diam dan keinginannya. Maka segala sesuatu yang
dikehendaki Allah untuk terjadi, pasti akan terjadi. Dan segala sesuatu yang tidak
dikehendaki Allah untuk terjadi, maka pasti tidak akan terjadi. Sehingga, tidak ada satupun
benda meski seberat dzarrah (semut kecil) yang bergerak di alam ini melainkan dengan
izin dan kehendak Allah. Oleh karenanya, hamba adalah ‘alat’. Lihatlah kepada Zat yang
menjadikan pihak lain menzalimimu dan janganlah anda melihat tindakannya terhadapmu.
(Apabila anda melakukan hal itu), maka anda akan terbebas dari segala kedongkolan dan
kegelisahan.
Berikut Cara Bertahan di Masa Sulit saat Hanya Bisa Mengandalkan Diri Sendiri yaitu:
1. Jangan Makin Menghukum Diri Sendiri
2. Ingat Lagi Hal-Hal Baik yang Pernah Terjadi dalam Hidup
3. Mengizinkan Diri Merasakan Semua Gejolak Emosi
4. Selesaikan Masalah Semampu Diri
5. Kuatkan Keyakinan bahwa Kesulitan akan Tergantikan dengan Kebaikan
14
B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata kesempuranaan, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempuranaan makalah ini. Akhir kata kami sampaikan. Terimkasih.
15
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Farid. (2017). Tazkiyatun Nafs, Penyucian Jiwa dalam Islam. Jakarta: Ummul Qura.
Depag RI. (2007). Al-Qur’an dan Terjemahnya. Solo: PT. Qomari Prima Publisher.
Hasbiyallah. (2015) .Hadist Tarbawy dan Hadits-Hadist di Sekolah dan Madrasah. (Bandung: PT
Remaja Rosakarya.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah. (2000). Sabar Sebagai Perisai Seorang Mukmin. Bairut: Darul Kitab Al-
‘Arabi.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah. (2011). Cerdas Ala Rasulullah Saw. Jakarta: Pustaka Azzam.
16