Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

HADITS-HADITS MANAJEMEN

tentang

SIKAP SABAR

Disusun oleh:

Kelompok 8

Nia Ramadhani (2214030095)


Aulya Ismah (2214030134)

Dosen Pengampu:

Gusnanda, S. Th.I, M.Ag

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM(C)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI


IMAM BONJOL PADANG
1445H/ 2023 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya serta sholawat
dan salam semoga tercurahkan kepada baginda Rasulullah Saw sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul Sikap Sabar dengan tepat pada waktuya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Dosen (Gusnanda,
S. Th. I,. M. Ag) dalam bidang studi (Hadis-Hadis Manajemen). Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang (Hadis-Hadis Manajemen bagi para pembaca dan bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak (Gusnanda, S. Th. I,. M. Ag) selaku dosen bidang
studi (Hadis-hadis Manajemen) yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang tekini.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami
tulis ini masih dari data sempurna oleh karena itu, kritik dan saran yang membangunakan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 07 Oktober 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................i


DAFTAR ISI .......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 3
A. Anjuran Bersikap Sabar ................................................................................................. 3
B. Sabar Ketika Disakiti Orang Lain .................................................................................. 7
C. Sabar Dalam Menghadapi Kesulitan .............................................................................. 9
BAB III PENUTUPAN ......................................................................................................... 13
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 13
B. Saran ........................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bersikap sabar adalah salah satu aspek penting dalam pengembangan pribadi dan kualitas
kepribadian yang berkontribusi secara signifikan terhadap kualitas hidup seseorang. Dalam
masyarakat yang gejolak, dinamis, dan seringkali cepat berubah, kemampuan untuk bersikap sabar
semakin penting.

Kita hidup dalam dunia modern yang penuh dengan tekanan, tuntutan, dan ekspektasi yang
tinggi. Teknologi informasi dan komunikasi yang terus berkembang telah mempercepat ritme
hidup kita, memberikan kita akses instan terhadap informasi, dan seringkali menciptakan
ekspektasi untuk mendapatkan hasil dalam waktu yang sangat singkat. Hal ini dapat
mengakibatkan munculnya ketidaksetujuan, kesabaran yang rendah, dan tingkat stres yang tinggi.

Di sisi lain, masyarakat yang bersifat konsumtif juga seringkali mengajarkan bahwa
kepuasan harus diperoleh dengan cepat, dan jika sesuatu memerlukan waktu, itu dianggap sebagai
hal yang tidak diinginkan. Inilah yang membuat bersikap sabar semakin penting sebagai kualitas
pribadi yang perlu dikembangkan.

Penting untuk diakui bahwa sikap sabar tidak hanya relevan dalam konteks kehidupan sehari-
hari, tetapi juga dalam berbagai aspek, seperti pendidikan, karier, hubungan sosial, dan
pengambilan keputusan. Kemampuan untuk menunggu dengan sabar, mengejar tujuan jangka
panjang, dan menghadapi tantangan dengan kepala dingin adalah keterampilan yang sangat
dihargai dalam dunia profesional dan pribadi.

Oleh karena itu, dalam makalah ini, kita akan mengeksplorasi secara mendalam mengapa
bersikap sabar penting, bagaimana mengembangkannya, dan dampak positifnya pada kehidupan
sehari-hari. Kami akan mengungkapkan mengapa bersikap sabar adalah salah satu kunci utama
menuju kesuksesan dan kesejahteraan dalam dunia yang terus berubah ini. Sabar merupakan sikap
yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Sabar dapat membantu seseorang untuk
menghadapi berbagai masalah dan tantangan yang dihadapi dalam hidup.

1
Dalam agama Islam, sabar dikatakan sebagai sikap yang mulia karena mampu menahan
amarah dan juga mampu mengendalikan berbagai hal yang tidak baik yang ada di dalam diri. Sabar
juga merupakan bagian paling utama dalam pembentukan akhlak seseorang. Pengendalian emosi
dan pengendalian keinginan merupakan beberapa komponen yang terdapat dalam sikap sabar.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Anjuran Besikap Sabar?

2. Bagaimana Sabar Ketika Disakiti Orang lain?

3. Bagaimana Sabar Dalam Menghadapi Kesulitan?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Anjuran Besikap Sabar

2. Untuk mengetahui Sabar Ketika Disakiti Orang lain

3. Untuk mengetahui Sabar Dalam Menghadapi Kesulitan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Anjuran Bersikap Sabar

‫ قال‬:‫وعن أبي يحيى صهيب بن سنان لي قال‬


ُ‫ل‬
‫ه‬ َُّ َُ
‫ه ك‬ ‫مر‬َْ َّ ِ‫ِن‬
‫إن أ‬ ‫ْم‬
‫ُؤ‬ ْ ِ
‫الم‬ ‫مر‬َْ‫ِ أل‬‫ًا‬
‫َب‬‫َج‬
‫رسول هلال ص ع‬
ِْ
‫ن‬‫ إ‬،ِ‫ِن‬‫ْم‬
‫ُؤ‬ ْ‫ِالَّ ل‬
‫ِلم‬ ‫َد‬
‫ٍ إ‬ ‫ِكَ ألَح‬
ِ‫َل‬ ‫ََلي‬
‫ْسَ ذ‬ ‫ٌ و‬
‫ْر‬‫َي‬ ُ‫َل‬
‫ه خ‬
ِْ
‫ن‬ ‫َإ‬ ُ‫ًا َل‬
‫ و‬،‫ه‬ ‫َي‬
‫ْر‬ ‫خ‬ َ َ
‫ان‬ ‫َك‬ ‫َر‬
‫َ ف‬ ‫ء شَك‬
ُ‫َّا‬
‫ه سَر‬ُْ ‫َص‬
َ‫َا‬
‫بت‬ ‫أ‬
ُ‫ً َل‬
‫ه‬ ‫ْرا‬‫َي‬‫خ‬ َ َ
‫ان‬ ‫َك‬
‫َ ف‬
‫َر‬‫َب‬ ‫َر‬
ُ‫َّا‬
‫ء ص‬ ُْ
‫ه ض‬ ‫َص‬
َ‫َا‬
‫بت‬ ‫أ‬

“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak
didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur,
maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia
pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.” (Hadits shohih. Diriwayatkan
oleh Muslim, no. 2999 dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan radhiyallahu ‘anhu).1

Berdasarkan hadist tersebut, seorang mukmin bukanlah seorang yang hanya


menyatakan keimanannya tanpa terlebih dahulu ia diuji dengan kesenangan dan
kesusahan. Setiap manusia pasti mengalami musibah, ketika manusia mengalami
musibah, masalah serta ujian maka manusia harus senantiasa bersabar, bukan bersedih,
putus asa, kecewa, bahkan sampai terjadinya kasus bunuh diri yang menyebabkan
manusia kehilangan kendali dan pikiran sehatnya. Hal ini dapat terjadi karena tidak
adanya sifat sabar yang ditanamkan di dalam dirinya. Dengan kata lain ia tidak bisa
menerima kenyataan pahit yang telah Allah tentukan. Sebagaimana firman Allah SWT
QS. Al-Fajr ayat 15-18 yaitu:

1
Imam Abu Zakariya. Riyadhus Sholihin. (Depok: Keira, 2018) Hal 43.

3
َٗ
‫ه‬ ‫َّم‬
‫نع‬ ََ
‫ه و‬
ٗ‫م‬ََ
‫ار‬‫َك‬
‫َا‬‫ه ف‬
ٗ‫ب‬َُّ ُ‫ٰٮ‬
‫ه ر‬ ‫َل‬‫ابت‬
‫ما ا‬َ ‫َا‬‫ِذ‬
‫ن ا‬ ُ‫ِنسَا‬‫االا‬
‫ما ا‬ ََّ
‫َا‬‫ف‬
ََ
١٥ ِ‫من‬ ‫َك‬
‫ار‬ ‫ا ا‬‫ِى‬
ۡۤ ‫َب‬
‫ل ر‬ ‫ُو‬
ُ‫ا‬ ‫َق‬‫َي‬‫ف‬
‫ِى‬
ۡۤ
‫ا‬ ‫َب‬ ُ‫ا‬
‫ل ر‬ ‫ُو‬
‫َق‬‫َي‬
‫ف‬ َٗ
‫ه‬ ‫اق‬
‫ِز‬‫ِ ر‬
‫اه‬ ََ
‫لي‬ ‫َ ع‬
‫در‬ََ
‫َق‬ ُ‫ٰٮ‬
‫ه ف‬ ‫َل‬
‫ابت‬ َ ‫َا‬
‫ما ا‬ ‫ِذ‬
‫ا ا‬ ََّ
ۡۤ‫م‬ ‫َا‬‫و‬
َ ‫ه‬
١٦ ِۚ‫انن‬ ََ‫ا‬

١٧ َ ‫ام‬ ‫َت‬
‫ِي‬ ‫ن ا‬
‫الي‬ َ‫ا‬ ُِ
‫مو‬‫ار‬ ُ ‫ا َّال‬
‫تك‬ ‫بل‬ َ ‫ََّال‬
‫ك‬
‫ِي‬
١٨ ِ‫ان‬ ‫ِساك‬ ‫ِ ا‬
‫الم‬ ‫َام‬‫َع‬
‫ٰى ط‬‫َل‬‫ن ع‬َ‫ا‬
‫ُّو‬ ٰٓ
‫ٰض‬
‫تح‬ َ ‫ََال‬‫و‬
“Adapun manusia, apabila Tuhan mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya
kesenangan, maka dia berkata, "Tuhanku telah memuliakanku. Namun apabila Tuhan mengujinya lalu
membatasi rezekinya, maka dia berkata, "Tuhanku telah menghinaku. Sekali-kali tidak! Bahkan kamu
tidak memuliakan anak yatim. dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin.”

Bersikap sabar berarti mengikuti perintah-perintah Allah dan menjauhkan diri


dari larangan-larangan-Nya, dengan cara mengekang syahwat dan hawa nafsu dari semua
perbuatan yang terlarang. Melakukan salat dapat mencegah kita dari perbuatan-perbuatan
yang tidak baik, dan dengan salat itu pula kita selalu ingat kepada Allah, sehingga hal itu
akan menghalangi kita dari perbuatan-perbuatan yang jelek, baik diketahui orang lain,
maupun tidak. Salat adalah ibadah yang sangat utama di mana kita dapat bermunajat
kepada Allah lima kali setiap hari.
"Rasulullah saw, apabila menghadapi masalah berat, beliau salat". (Riwayat Ahmad).

Melakukan salat dirasakan berat dan sukar, kecuali oleh orang-orang yang
khusyuk, yaitu orang yang benar-benar beriman dan taat kepada Allah, dan melakukan
perintah-perintah-Nya dengan ikhlas karena mengharapkan rida-Nya semata, serta
memelihara diri dari azab-Nya. Bagi orang yang khusyuk, melaksanakan salat tidaklah
dirasakan berat, sebab pada saat-saat tersebut mereka tekun dan tenggelam dalam
bermunajat kepada Allah sehingga mereka tidak lagi merasakan dan mengingat sesuatu
yang lain, baik berupa kesukaran maupun penderitaan yang mereka alami sebelumnya.
Mengenai hal ini, Rasulullah saw bersabda:
"Dan dijadikan ketenangan hatiku di dalam salat" (Riwayat Ahmad dan an-Nasa'i)

Ini disebabkan karena ketekunannya dalam melakukan salat merupakan sesuatu


4
yang amat menyenangkan baginya, sedang urusan-urusan duniawi dianggap melelahkan. 2

Sifat sabar dan syukur ini menjadi indikator kebahagiaan setiap muslim. Jika ia
seorang muslim dua sifat ini harus menempel dalam jiwanya. Jika jauh dari dua sifat ini,
maka keimanannya menjadi rendah. Karena hanya dua sikap ini kesuksesan seorang

hamba akan diraih baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Pentingnya dua
sifat ini akan berdampak kepada peningkatan kualitas pengabdiannya kepada Allah SWT.

a) Macam-Macam Sabar
1. Sabar dalam Taat Kepada Allah
Dalam taat kepada Allah, manusia sangat membutuhkan kesabaran, karena
ketaatan itu sendiri sejatinya sulit dan berat apabola dijalankan oleh manusia.
Terkadang kesulitan itu terasa berat secara fisik, karena ketika menjalankan ketaatan
tersebut manusia bisa mengalami lelah maupun letih. Begitu pula dalam menjalankan
ketaatan terdapat rasa berat secara finansial, karena terkadang ketaatan tersebut
membutuhkan harta seperti zakat dan haji.

‫َّر‬
ْ ‫َب‬‫َص‬
‫يت‬ َ ْ
‫من‬ََ َّ ِ
‫ و‬،ُ‫اَّلل‬ ‫ِه‬‫ْن‬
‫يغ‬ُ ِ‫ْن‬
‫َغ‬ َ ْ
‫يسْت‬ ََ
‫من‬ َّ ‫ه‬
‫ و‬،ُ‫اَّلل‬ َُّ
‫ِف‬ ُ ْ
‫يع‬ ‫ْف‬
‫ِف‬ ‫َع‬ َ ْ
‫يسْت‬ ‫من‬ََ
‫و‬
ِ‫ْر‬ ‫ْ الص‬
‫َّب‬ ‫َ م‬
‫ِن‬ ‫ْسَع‬ ‫َو‬‫َأ‬
‫ًا و‬ ‫َي‬
‫ْر‬ ‫ء خ‬ً‫َا‬‫َط‬ ٌَ
‫د ع‬ ‫َح‬
‫ِيَ أ‬ ‫ْط‬‫ُع‬
‫ما أ‬ ََ َّ ‫ه‬
‫ و‬،ُ‫اَّلل‬ ُْ ‫َب‬
‫ِر‬ ُ
‫يص‬

"Barangsiapa yang berusaha menjaga diri, maka Allah menjaganya, barangsiapa yang berusaha
merasa cukup, maka Allah mencukupinya. Barangsiapa yang berusaha bersabar, maka Allah akan
menjadikannya bisa bersabar dan tidak ada seorang pun yang dianugerahi sesuatu yang melebihi
kesabaran." (HR Bukhari No 1469).3

2. Sabar dalam Menuntut Ilmu


Dalam menuntut ilmu setiap manusia selalu menemukan kendala dan rintangan,
maka peran kesabaran sangat diperlukan untuk meneguhkan konsisten dalam menuntut
ilmu.

2
Hasbiyallah. Hadist Tarbawy dan Hadits-Hadist di Sekolah dan Madrasah. (Bandung: PTRemaja Rosakarya, 2015) Hal 61.

3
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah :Pesan Kesan dan Keserasian Al-Qur’an..., hal. 182
5
َّ َ
ُ‫اَّلل‬ ََّ‫ًا س‬
‫هل‬ ْ‫ِ ع‬
‫ِلم‬ ‫ِسُ ف‬
‫ِيه‬ ‫َم‬
‫لت‬ْ‫ي‬
َ ‫ًا‬ ‫َر‬
‫ِيق‬ ََ‫ْ س‬
‫لكَ ط‬ ََ
‫من‬ ‫و‬
‫َّة‬
ِ ‫َن‬ ْ ‫َِلى‬
‫الج‬ ‫ًا إ‬
‫ِيق‬‫َر‬‫ِ ط‬‫ِه‬
‫ه ب‬ُ‫َل‬

"Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan
menuju surga." (HR Muslim, no. 2699).

3. Sabar dalam Mengamalkan Ilmu

Dalam mengamalkan ilmu yang telah dimiliki dibutuhkan kesabaran yang kuat
karena nantinya akan berhadapan dengan gangguan dan rintangan yang berat pula.
Yahya bin Abi Katsir pernah mengatakan bahwa ilmu tidak akan diperoleh dengan
banyak mengistirahatkan badan. Seseorang terkadang harus menerima gangguan dari
orang-orang yang terdekat darinya maupun dari orang yang memiliki hubungan jauh
dengan orang tersebut. Hal tersebut tidak bisa dihindari oleh siapapun, kecuali orang-
orang yang mendapatkan anugerah ketegaran dari Allah SWT. 4

4. Sabar dalam Berdakwah


Syaikh Nu‟man mengatakan bahwa orang yang berdakwah untuk mengajak
kepada jalan Allah harus bersabar dalam menghadapi gangguan yang timbul ketika
berdakwah, karena dia tengah pada posisi sebagaimana para Rasul. Dalam hadits nabi
shallalahu „alaihi wassalam juga mengatakan bahwa seseorang yang datang dengan
membawa ajaran agama pasti akan disakiti oleh banyak orang. Banyak dari mereka
yang akan menghalangi aktivitas dakwah tersebut karena mereka merasa terganggu
atas kedatangan seseorang yang membawa ajaran agama tersebut. Dari sinilah
kesabaran para pendakwah begitu diuji oleh Allah, siapa yang bersabar dengan sebaik-
baik sabar maka pasti tidak akan merugi nantinya. 5
5. Sabar Terhadap Takdir Allah
Sabar terhadap takdir Allah ini erat hubungannya dengan tauhid Rububiyah,
karena pengaturan mengenai makhluk dan penetapan takdir adalah termasuk dari
tuntutan Rububiyah Allah Ta‟ala. Oleh demikian, manusia hendaknya selalu bersabar
atas takdir Allah yang menyenangkan baginya maupun yang tidak menyenangkan

4
Imam Abu Hamid Al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulum-Al-Din, (Jakarta: Faizan ,1985), hal. 273.
5
Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, (Semarang: Cv. Asy-Syifa, 1994), hal. 456.
6
baginya. Takdir yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan harus selalu
disyukuri. Karena syukur merupakan bagian dari ketaatan dan sabar dalam ketaatan
merupakan jenis sabar yang utama. Perintah untuk bersabar juga terdapat pada banyak
hadist. Rasulullah dahulu selalu menyuruh sahabat dan pengikutnya untuk bersabar
dalam menghadapi suatu kondisi. Dari Shuhaib, ia berkata, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda,
ٌ ‫َي‬
‫ْر‬ ‫ه خ‬ُ‫ل‬َُّ
‫ه ك‬َُ‫مر‬َْ
‫ن أ‬َِّ
‫ِنِ إ‬‫ْم‬‫ُؤ‬ ْ ِ
‫الم‬ ‫مر‬َْ‫ًا أل‬
‫َب‬‫َج‬‫ع‬
ُ‫َّا‬
‫ء‬ ُْ
‫ه سَر‬ َ‫َا‬
‫بت‬ ‫َص‬
‫ن أ‬ ِْ‫ِنِ إ‬‫ْم‬
‫ُؤ‬ ْ‫ِالَّ ل‬
‫ِلم‬ ‫ٍ إ‬‫َد‬‫َ ألَح‬
‫َاك‬ ‫ََلي‬
‫ْسَ ذ‬ ‫و‬
َ
‫َر‬‫َب‬
‫ء ص‬ ‫َر‬
ُ‫َّا‬ ‫ه ض‬ُْ‫بت‬َ‫َا‬‫َص‬‫ن أ‬ِْ
‫َإ‬‫هو‬ ُ‫ًا َل‬‫ْر‬‫َي‬ َ َ
‫ان خ‬ ‫َك‬ ‫َر‬
‫َ ف‬ ‫شَك‬
ُ‫ًا َل‬
‫ه‬ ‫ْر‬‫َي‬ َ َ
‫ان خ‬ ‫َك‬‫ف‬

“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah
didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik
baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim, no.
2999)

b) Tingkat-tingkat kesabaran manusia ada empat, diantaranya:


1. Shiddiqun
Shiddiqun adalah orang-orang yang besar lahir dan juga batinnya. Sabar yang
dimaksud dalam kategori ini ialah para Rasul dan sahabatnya, orang saleh yakni orang
yang berperilaku sesuai dengan petunjuk dan perintah Allah.
2. Muqarrabun
Muqarrabun adalah orang-orang yang senantiasa mendekatkan dirinya kepada
Allah dan mengerjakan segala yang diperintahkan oleh Allah.
3. Mujahiddun
Mujahiddun adalah orang-orang yang berusaha keras untuk melawan hawa
nafsunya, sehingga ia bagaikan orang yang berperang yaitu dengan memperoleh silih
berganti antara kemenangan dan kekalahan, sabar dalam kategori ini banyak dalam
masyarakat.
4. Ghafiluun
Ghafiluun adalah orang-orang yang akalnya mudah dikalahkan oleh hawa

7
nafsunya, orang-orang seperti ini tidak mau tahu tentang Allah sedikitpun.

B. Sabar Ketika Disakiti Orang Lain

‫عن أبي عبد الرحمن عبد هللا بن مسعود رضي‬


‫ُر إلى رسول هللا صلى هللا‬ َْ
‫نظ‬ ‫َن‬
‫ِي أ‬ ‫َأ‬
‫ ك‬:‫هللا عنه قال‬
‫ صلوات‬،‫ًّا من األنبياء‬ ‫ِي‬ َ ‫ِي‬
‫نب‬ ‫ْك‬
‫يح‬َ ‫عليه وسلم‬
ُْ
‫ وهو‬،‫ه‬ َ‫د‬
‫مو‬ َْ
‫َأ‬‫ ضربه قومه ف‬،‫هللا وسالمه عليهم‬
‫ «اللهم اغفر‬:‫ يقول‬،ِ
‫ِه‬ َ‫ُ ال‬
‫دم عن وجه‬ ‫َسح‬‫يم‬
‫ْم‬
‫ِي؛ فإنهم ال يعلمون‬ ‫َو‬
‫ِق‬‫»ل‬.
]‫[متفق عليه] [صحيح‬

“Dari Abdullah bin Mas`ud r.a, ia berkata: “Seolah-olah aku melihat kepada Rasulullah SAW,

ia bercerita tentang seorang nabi yang dipukul oleh kaumnya hingga berdarah lalu ia menyeka darah
dari mukanya seraya, berkata: “Ya Allah ampuni kaumku, sungguh mereka tidak mengetahui. “
(Muttafaq alaih).

Hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas'ud ra. ini menceritakan tentang
seorang nabi yang dikalahkan oleh kaumnya. Nabi tersebut memohon ampun kepada
Allah SWT seraya berkata, “Ya Allah, ampunilah kaumku, karena mereka tidak
mengetahui.” Meskipun nabi tersebut terus disakiti hingga berdarah, ia tetap sabar dan
tidak membalas perlakuan buruk tersebut. Setelah itu, nabi tersebut menyeka darah dari
wajahnya. 6

Hadis ini mengajarkan pentingnya penerapan pengampunan dan kesabaran,


bahkan dalam menghadapi perlakuan buruk dan keteguhan hati. Dalam hadis ini, nabi
tersebut memohon ampun kepada Allah SWT untuk kaumnya yang telah menyakitinya.

6
Imam Muslim. Kitab Al-Zuhud wa Al-Raqa`iq. (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2005) Hal 26.
8
Hal ini menunjukkan bahwa nabi tersebut memiliki rasa kasih sayang dan kepedulian
yang tinggi terhadap kaumnya, meskipun mereka telah menyakitinya. Nabi tersebut juga
menunjukkan kesabaran yang luar biasa dalam menghadapi perlakuan buruk tersebut,
sehingga ia tidak membalas perlakuan buruk tersebut dengan kekerasan atau balas
dendam.

Hadis ini mengajarkan pentingnya pengampunan dan kesabaran, bahkan dalam


menangani perlakuan buruk dan tidak adil. Hadis ini juga menunjukkan kepedulian nabi
terhadap kaumnya dan keinginannya untuk memohon ampun bagi mereka. Hadis ini
dapat menjadi pedoman bagi umat Islam dalam menghadapi situasi yang sulit atau tidak
menyenangkan, serta mengajarkan pentingnya permohonan pengampunan dan kesabaran
dalam kehidupan sehari-hari. 7

Terdapat beberapa faktor yang dapat membantu seorang hamba untuk dapat
melaksanakan kesabaran (yaitu bersabar ketika disakiti orang lain):

1. Hendaknya dia mengakui bahwa Allah ta’ala adalah Zat yang menciptakan segala
perbuatan hamba, baik itu gerakan, diam dan keinginannya.
2. Hendaknya seorang mengakui akan segala dosa yang telah diperbuatnya dan mengakui

bahwasanya tatkala Allah menjadikan pihak lain menzalimi (dirinya) . sebagaimana


firman Allah ta’ala, (QS. Asy Syuura: 30).

‫ُم‬
ْ ‫ِيك‬
‫يد‬َْ
‫ْ أ‬
‫َت‬‫َسَب‬
‫َا ك‬
‫ِم‬‫َب‬ ‫َة‬
‫ٍ ف‬ ‫ِيب‬
‫مص‬ُ ْ
‫ِن‬ ‫ُم‬
‫ْ م‬ َ‫َا‬
‫بك‬ ‫َص‬‫ما أ‬ََ
‫و‬
ٍ ‫َث‬
‫ِير‬ ‫ْ ك‬ ‫ُوع‬
‫َن‬ ‫ْف‬
‫يع‬ََ
‫و‬
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka itu adalah disebabkan oleh perbuatan
tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).”

3. Hendaknya dia mengetahui bahwa apabila dia memaafkan dan berbuat baik.
Apabila seorang disakiti atas tindakan yang dia peruntukkan kepada Allah. dia
disakiti karena melakukan ketaatan yang diperintahkan atau karena dia
meninggalkan kemaksiatan yang terlarang.

4. Hendaknya dia mengetahui bahwa kesabaran merupakan sebagian daripada iman.

5. Hendaknya dia mengetahui bahwa kesabaran yang dia laksanakan merupakan


hukuman dan pengekangan terhadap hawa nafsunya.

7
Achmad Mubarok, Psikologi Qur’an, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001), hal. 74-75.

9
C. Sabar Dalam Menghadapi Kesulitan

َ
‫لم‬ََّ‫َس‬ ‫ْه‬
‫ِ و‬ ََ
‫لي‬ ‫اَّللُ ع‬
َّ ‫لى‬ ََّ
‫ِيِ ص‬ ‫ْ الن‬
‫َّب‬ ‫َن‬ ُْ
‫ه ع‬ ‫َن‬
‫اَّللُ ع‬
َّ َ‫ِي‬‫َض‬ ََ
‫ة ر‬ َْ
‫ير‬ ‫َب‬
ُ ‫ِي‬
‫هر‬ ‫ْ أ‬
‫َن‬‫ع‬
َ‫َا‬
:‫ل‬ ‫ق‬
‫َذ‬
‫ًى‬ ‫ْنٍ و‬
‫ََال أ‬ ‫ُز‬‫ََال ح‬
‫ٍ و‬‫هم‬َ ‫ََال‬‫َبٍ و‬ ‫ََال و‬
‫َص‬ ‫َبٍ و‬
‫نص‬َ ْ ‫َ م‬
‫ِن‬ ‫ِم‬‫ُسْل‬ ْ ُ
‫الم‬ ‫ِيب‬
‫يص‬ُ ‫ما‬ َ
‫ياه‬َ‫َا‬ ‫َط‬‫ْ خ‬
‫ِن‬‫ها م‬ َِ َّ َ
‫اَّللُ ب‬ ‫َف‬
‫َّر‬ ‫َِّال ك‬ َُ
‫ها إ‬ ‫يشَاك‬
ُ ِ‫َة‬ ‫َّى الشَّو‬
‫ْك‬ ‫َت‬ ‫َم‬
‫ٍ ح‬ ‫ََال غ‬
‫و‬

Dari Abu Sa'id dan Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu alaihi wasallam ia bersabda: “tidak
seorang muslim pun yang ditimpa kesusahan, penyakit, gelisah, sedih, duka hingga duri yang
menusuknya melainkan dengan sebab tersebut Allah menghapuskan dosa-dosanya”. (mutaffaqu alaih).

Hadis menyatakan bahwa ketika seorang Muslim mengalami kesusahan,


penyakit, gelisah, sedih, atau duka yang mendalam, itu dapat menjadi penghapus dosa-
dosanya. Hadis ini mengajarkan beberapa konsep penting dalam Islam yaitu Pertama
ujian dan kesabaran. Ketika seorang Muslim menghadapi kesulitan, itu bisa dianggap
sebagai ujian dari Allah SWT. Dalam Islam, penting untuk bersikap sabar dan menerima
ujian ini sebagai bagian dari rencana Allah. 8

Dalam menghadapi kesulitan, seorang Muslim diajarkan untuk memperkuat diri,


mencari pertolongan dan penghiburan dari Allah SWT melalui doa, ibadah, dan
keteguhan iman. Bahwa setiap orang akan mengalami berbagai macam ujian dan cobaan
dalam hidupnya, dan ini adalah bagian dari rencana Allah yang harus diterima dengan
penuh kepatuhan.

Allah mengajarkan kepada orang-orang yang beriman dengan perantaraan cobaan


itu bahwa keimanan semata-mata tidak membawa kelapangan rezeki dan kekuatan,
kekuasaan, hilangnya rasa takut dan kesedihan, namun hal itu berjalan sesuai dengan
sunnatullah pada ciptaanNya. Diantaranya adalah terjadinya musibah sesuai dengan
sebab yang melatar belakanginya. Hadits juga menegaskan bahwa orang-orang yang
beriman akan diuji untuk mengetahui siapa diantara mereka yang berjuang dan bersabar,

8
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Cerdas Ala Rasulullah Saw (Jakarta: Pustaka Azzam, 2011), hal. 401
10
atau menyikapi kesulitan itu secara benar.

َ
‫دث‬ ‫َا ح‬
ََ ‫ {إذ‬:ُ ‫َالسََّالم‬ ُ‫ََّال‬
‫ة و‬ ‫ِ الص‬ ‫ْه‬ ََ
‫لي‬ َ‫َا‬
‫ل ع‬ ‫َق‬
‫و‬
ِ
‫ِه‬‫ََلد‬
‫ْ و‬ ‫ِ أو‬ ِ‫ما‬
‫له‬ َ ْ ‫َو‬
‫ِ أ‬‫ِه‬ ‫دن‬ َ‫ب‬ ‫ٌ ف‬
َ ْ‫ِي‬ ‫َة‬ ‫ْب‬
‫ِي‬ ُ ٍ
‫مص‬ ‫َب‬
‫ْد‬ ‫لى ع‬ََ
‫ع‬
َ
‫ْم‬‫يو‬َ ُ‫َا هللا‬ ‫َح‬
‫ْي‬ ‫ٍ اسْت‬‫ْل‬ ‫ِي‬ ‫َم‬
‫ٍ ج‬ ‫َب‬
‫ْر‬ ‫ِص‬‫ِكَ ب‬ ‫ٰل‬
‫َ ذ‬ ‫ْب‬
‫َل‬ ‫َاسْت‬
‫َق‬ ‫ف‬
ُ‫َ َل‬
‫ه‬ ‫ْشُر‬‫ين‬َ ْ ‫انا أو‬ ً َ‫ْز‬
‫ِي‬ ‫ه م‬ ُ‫َ َل‬
‫ِب‬‫ْص‬‫ين‬ َ ‫ن‬َْ
‫ِ أ‬‫مة‬َ‫َا‬
‫ِي‬ ْ
‫الق‬
ً َ
‫انا‬ ِْ
‫يو‬ ‫د‬

Rasulullah SAW bersabda: “Jika musibah menimpa pada seorang hamba di badannya atau
anaknya, lalu ia menghadapinya dengan kesabaran yang baik maka Allah di hari kiamat menaikkan
timbangan untuknya atau memberikan padanya buku catatan.”

Sabar merupakan bagian paling utama dalam pembentukan akhlak seseorang.


Pengendalian emosi dan pengendalian keinginan merupakan beberapa komponen yang
terdapat di dalam sabar. Pendidikan sabar bertujuan untuk mengajarkan seseorang agar
dapat berempati terhadap orang lain. Dalam hal pengendalian emosi dapat diaplikasikan
dengan menahan diri dan juga tidak menjadi seorang yang pemarah. Sedangkan dalam
pengendalian keinginan dapat diaplikasikan pada hal-hal kecil seperti menahan diri dari
gemerlapnya nikmat di dunia.

Dalam agama islam, sikap sabar dikatakan sebagai sikap yang mulia karena
mampu menahan amarah dan juga mampu mengendalikan berbagai hal yang tidak baik
yang ada di dalam diri. Sabar juga merupakan akhlak yang mulia. Sabar merupakan
sebagian dari iman. Iman itu terdiri dari dua bagian, yaitu sabar dan syukur. Maka tidak
ada suatu ibadah yang pahalanya itu ditentukan dan dihitung kecuali sabar. Sabar juga

merupakan salah satu maqam kesufian. 9

Menurut alGhazali dalam bukunya Ihya Ulumuddin, sabar merupakan macam


kedua setelah maqam taubat. Maqam merupakan kedudukan manusia di hadapan Allah
Swt, maqam mempunyai makna untuk mengetahui posisi serta tanggung jawab yang
harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Diluar kesufian, kesabaran juga harus ada

9
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Sabar Sebagai Perisai Seorang Mukmin, (Bairut: Darul Kitab Al-‘Arabi, 2000), hal. 21.
11
dalam diri tiap manusia, bahkan orang awwam sekalipun. Seperti halnya kesabaran guru
dalam mendidik muridnya.
Berikut Cara Bertahan di Masa Sulit saat Hanya Bisa Mengandalkan Diri Sendiri yaitu:

1. Jangan Makin Menghukum Diri Sendiri.


Hanya karena ada masalah yang belum bisa diselesaikan dengan baik, bukan berarti
semua kesalahan dilimpahkan pada diri sendiri. Pun tak perlu melimpahkan kesalahan ke
keadaan atau orang lain. Tak perlu menghukum siapa pun dan tak usah menyalahkan apa
pun. Saat ada situasi sulit yang tak bisa kita hindari, maka kita perlu menerimanya apa
adanya.

2. Ingat Lagi Hal-Hal Baik yang Pernah Terjadi dalam Hidup.


Coba kenang dan ingat lagi hal-hal baik yang pernah terjadi dalam hidup. Ingatkan
kembali bahwa ada warna-warni indah yang pernah hadir dalam perjalanan hidup kita.
Setidaknya ini akan menyadarkan diri bahwa kehidupan bisa menawarkan berbagai hal
sangat beragam. Masa sulit ini pun pasti bisa terlewati dengan baik.10

3. Mengizinkan Diri Merasakan Semua Gejolak Emosi.


Bila bersedih, izinkan diri menangis. Bila butuh waktu menyendiri, izinkan diri
untuk rehat dan menepi dari keramaian. Kalau butuh penghiburan, bisa coba lakukan hal
yang menyenangkan untuk diri sendiri. Semua emosi dan perasaan yang ada, biarlah
diterima dan dirasakan apa adanya.

4. Selesaikan Masalah Semampu Diri.


Tak harus lari dari masalah. Tak perlu menyangkal jika ada masalah yang harus
diselesaikan. Hadapi dan coba cari jalan keluar terbaik. Mungkin kita belum benar-benar
sempurna dalam menyelesaikan atau menuntaskan masalah yang ada. Namun, kita masih

bisa menyelesaikan dan menghadapi situasi yang ada semampu diri kita, dan ini
sudah lebih dari luar biasa.11

5. Kuatkan Keyakinan bahwa Kesulitan akan Tergantikan dengan Kebaikan.

Setiap kesulitan yang menghadiri dan kita alami pasti memberi hikmah dan
pelajaran terbaik. Kuatkan dan teguhkan lagi diri bahwa masa sulit ini memberi pelajaran

10
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Solo: PT. Qomari Prima Publisher, 2007).
11
Ahmad Farid, Tazkiyatun Nafs, Penyucian Jiwa dalam Islam, (Jakarta: Ummul Qura, 2017), hal. 316.
12
dan kebaikan untuk diri kita. Tetaplah melangkah ke depan. Walau masih berat untuk
melesat ke depan, tapi setidaknya dari setiap satu langkah yang berhasil dilakukan, ada
kekuatan baru yang bisa didapatkan untuk bertahan.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sabar merupakan perilaku yang mulia karena tingkat kesabaran seseorang hanya
diketahui oleh Allah SWT dan hanya Allah yang tahu seberapa besar pahala sabar itu
diberikan kepada hambaNya. Sabar adalah sebagian dari iman, sikap terpuji (akhlakul
karimah) yang patut dimiliki guna meningkatkan derajat manusia sebagai khalifah Allah
di muka bumi. Sifat sabar adalah sifat yang berguna mengendalikan emosi dari perilaku
yang tercela. Sabar merupakan benteng yang tangguh dalam menghadapi cobaan yang
diberikan oleh Allah SWT.
Terdapat faktor yang dapat membantu seorang hamba untuk dapat melaksanakan
kesabaran (yaitu bersabar ketika disakiti orang lain)
Hendaknya dia mengakui bahwa Allah ta’ala adalah Zat yang menciptakan segala
perbuatan hamba, baik itu gerakan, diam dan keinginannya. Maka segala sesuatu yang
dikehendaki Allah untuk terjadi, pasti akan terjadi. Dan segala sesuatu yang tidak
dikehendaki Allah untuk terjadi, maka pasti tidak akan terjadi. Sehingga, tidak ada satupun
benda meski seberat dzarrah (semut kecil) yang bergerak di alam ini melainkan dengan
izin dan kehendak Allah. Oleh karenanya, hamba adalah ‘alat’. Lihatlah kepada Zat yang
menjadikan pihak lain menzalimimu dan janganlah anda melihat tindakannya terhadapmu.
(Apabila anda melakukan hal itu), maka anda akan terbebas dari segala kedongkolan dan
kegelisahan.
Berikut Cara Bertahan di Masa Sulit saat Hanya Bisa Mengandalkan Diri Sendiri yaitu:
1. Jangan Makin Menghukum Diri Sendiri
2. Ingat Lagi Hal-Hal Baik yang Pernah Terjadi dalam Hidup
3. Mengizinkan Diri Merasakan Semua Gejolak Emosi
4. Selesaikan Masalah Semampu Diri
5. Kuatkan Keyakinan bahwa Kesulitan akan Tergantikan dengan Kebaikan

14
B. Saran

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata kesempuranaan, oleh

karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami

harapkan demi kesempuranaan makalah ini. Akhir kata kami sampaikan. Terimkasih.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Farid. (2017). Tazkiyatun Nafs, Penyucian Jiwa dalam Islam. Jakarta: Ummul Qura.

Achmad Mubarok. (2001) Psikologi Qur’an. Jakarta: Pustaka Firdaus.

Depag RI. (2007). Al-Qur’an dan Terjemahnya. Solo: PT. Qomari Prima Publisher.

Hasbiyallah. (2015) .Hadist Tarbawy dan Hadits-Hadist di Sekolah dan Madrasah. (Bandung: PT
Remaja Rosakarya.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah. (2000). Sabar Sebagai Perisai Seorang Mukmin. Bairut: Darul Kitab Al-
‘Arabi.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah. (2011). Cerdas Ala Rasulullah Saw. Jakarta: Pustaka Azzam.

Imam Abu Hamid Al-Ghazali. (1985). Ihya’ ‘Ulum-Al-Din. Jakarta: Faizan.

Imam Abu Zakariya. (2018). Riyadhus Sholihin. Depok: Keira.

Imam Al-Ghazali. (1994). Ihya’ Ulumuddin. Semarang: Cv. Asy-Syifa.

Imam Muslim. (2005). Kitab Al-Zuhud wa Al-Raqa`iq. Jakarta: Pustaka Pelajar.

M.Quraish Shihab. Tafsir Al-Misbah :Pesan Kesan dan Keserasian Al-Qur’an.

16

Anda mungkin juga menyukai