Anda di halaman 1dari 2

Hukum Menggambar Manusia Tanpa Menampakkan Wajah

Bolehkah menggambar manusia dari arah belakang tanpa menampakkan wajah?


Bolehkah menggambar badan manusia secara lengkap dengan menampakkan wajah
dari arah samping? Bolehkah menggambar badan dengan menampakkan wajah
namun menghilangkan sebagian mata, hidung, atau mulutnya?

Jawaban:

Berikut kami paparkan jawaban dari Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid dalam
media daring beliau.

Pertama, boleh menggambar manusia dari belakang yang tidak menampakkan wajah.
Sehingga yang tampak hanya semacam bayangan atau siluetnya saja. Selama tidak
menampakkan wajah maka tidak mengapa.

Dalilnya, hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallammengabarkan tentang perkataan Malaikat Jibril kepadanya,

‫ت َعلَ ْيكَ ْالبَيْتَ الَّ ِذي ُك ْنتَ فِي ِه إِاَّل أَنَّهُ َكانَ فِي‬ ُ ‫ار َحةَ فَلَ ْم يَ ْمنَ ْعنِي أَ ْن أَ ُكونَ َدخ َْل‬ ِ َ‫ك ْالب‬ َ ُ‫ت أَتَ ْيت‬ ُ ‫أَتَانِي ِجب ِْري ُل فَقَا َل إِنِّي ُك ْن‬
ْ َّ
ِ ‫س التِّ ْمثَا ِل ال ِذي بِالبَا‬ ْ ْ ْ ْ ْ
ِ ‫ت تِ ْمثَا ُل ال ِّر َجا ِل َو َكانَ فِي البَ ْي‬ ِ ‫ب ْالبَ ْي‬
‫ب‬ ِ ‫ت َكلبٌ فَ ُمرْ بِ َرأ‬ ِ ‫ت قِ َرا ُم ِست ٍر فِي ِه تَ َماثِي ُل َو َكانَ فِي البَ ْي‬ ِ ‫بَا‬
‫ب فَي ُْخ َرجْ فَفَ َع َل‬ِ ْ
‫ل‬ ‫ك‬ َ ْ
‫ال‬ ‫ب‬ ْ‫ر‬
ِ ُ َ ِ‫م‬ ‫و‬ ‫ن‬ َ ‫آ‬َ ‫ط‬ ‫ُو‬ ‫ي‬ ‫ن‬ d ْ
‫ي‬ َ
ِ َ ُ ِ ‫ت‬ َ
‫ذ‬ ‫ب‬َ ‫ت‬ ْ
‫ن‬ ‫م‬ ‫ْن‬
‫ي‬ َ ‫ت‬ ‫د‬
َ ‫ا‬‫س‬ ‫و‬ ُ ‫ه‬ ْ
‫ن‬
َ ِ ِ َ َ ‫م‬ ْ‫ل‬ ‫ع‬ ْ‫ُج‬ ‫ي‬‫و‬ ْ
‫ع‬ َ ‫ط‬ ْ
‫ق‬ ُ ‫ي‬‫ل‬ْ َ ‫ف‬ ‫ر‬
ِ ْ
‫ت‬ ‫س‬
ِّ ‫ال‬ ‫ب‬ ْ‫ر‬
ِ ُ َ َِ َ‫م‬ ‫و‬ ‫ة‬ ‫ر‬ ‫ج‬ َّ
‫ش‬ ‫ال‬ ‫ة‬َ
ِ َ‫ئ‬‫ي‬ْ ‫ه‬‫ك‬َ ْ‫َّر‬ ‫ي‬‫ص‬َ ُ ‫ي‬‫ل‬ْ َ ‫ف‬ ْ
‫ع‬ َ ‫ط‬ ‫فَ ْليُ ْق‬
ْ ُ َ َ
‫َض ٍد لهُ فَأ َم َر بِ ِه فَأخ ِر َج‬ ْ َ ْ ْ ْ َ
َ ‫صلى ُ َعل ْي ِه َو َسل َم َو َكانَ ذلِكَ ال َكلبُ َجرْ ًوا لِل َح َس ِن أوْ ال ُح َسي ِْن تَحْ تَ ن‬ َّ َ ‫هَّللا‬ َّ ‫هَّللا‬
َ ِ ‫َرسُو ُل‬

“Jibril datang kepadaku, kemudian dia berkata; ‘Sesungguhnya tadi malam aku
datang kepadamu, dan tidak ada yang menghalangiku masuk menemuimu dalam
rumah yang kamu tempati, kecuali karena pada pintu rumah ada gambar seorang
lelaki, dan di dalam rumah ada tabir tipis yang bergambar dan ada anjingnya.
Perintahkan agar kepala gambar-gambar yang ada di pintu diptong dan jadikan seperti
bentuk pohon, perintahkan agar tabir itu dipotong kemudian dijadikan dua bantal yang
dihamparkan dan dijadikan tempat sandaran, serta perintahkan agar anjing itu
dikeluarkan dari rumah.’

Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melakukannya. Anjing itu adalah anak
anjing yang dijadikan mainan untuk Hasan dan Husain. Kemudian Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan supaya anjing tersebut di keluarkan.”
(HR. Abu Daud no. 4158. At-Tirmidzi no. 2730. Dishahihkan oleh al-Albani dalam
kitab Shahih Abi Daud)

Ibnu Qudamah rahimahullah berkata,

‫رأس الصورة ذهبت الكراهة‬


َ ‫فإن قَطَ َع‬

iklan Khutbah Jumat V 8 hal yang perlu kita ketahui tentang ibadah shalat-dakwah.id
“Jika kepala dalam gambar itu dipisahkan, hilanglah hukum larangannya.” (Al-
Mughni, Ibnu Qudamah, 8/111)

Ibnu Abbas mengatakan, “Pada gambar yang berkepala, jika gambar kepalanya
dipisahkan maka itu bukan termasuk gambar (yang terlarang) lagi.”
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah dalam salah satu fatwanya mengatakan, “Jika
gambarnya tidak tampak jelas—tidak ada gambar mata, hidung, mulut, atau jari—
maka ini tidak termasuk kategori gambar sempurna (yang terlarang) dan tidak
terhitung menyerupai ciptaan Allah.” (Majmu’ al-Fatawa, Syaikh Ibnu Utsaimin,
2/278,279)

Saat Syaikh Ibnu Utsaimin ditanya tentang hukum menggambar manusia dengan
angle dari punggungnya beliau juga menjawab, boleh. Beliau menyamakan gambar
itu seperti bayangan. (Liqa’ Bab al-Maftuh, Syaikh Ibnu Utsaimin, 30/150)

Kedua, jika menggambar manusia secara utuh namun dari arah samping, sehingga
menampakkan satu mata, sebagian sisi hidung dan mulut, satu telinga, maka ini
terhitung satu gambar utuh. Hukumnya tidak boleh.

Meskipun sebenarnya banyak ulama yang membolehkan menggambar bentuk


sebagian yang tidak merepresentasikan ‘makhluk bernyawa’ (karena hanya
sepotong/sebagian tubuh saja) seperti menggambar kepala saja atau hidung saja,
namun untuk gambar yang bentuknya sempurna meski digambar dari arah samping,
maka ini tidak boleh dan masih termasuk menyerupai ciptaan Allah ‘Azza wa Jalla.

Demikian pula jika menggambar manusia secara utuh yang gambar wajahnya tidak
dihapus secara sempurna—hanya digambar satu mata, atau tanpa hidung, atau tanpa
mulut—maka gambar ini tidak termasuk kategori gambar bayangan yang masih
terepresentasi gambar yang ada nyawanya.

Ibnu Qudamah rahimahullah berkata,

“Jika si penggambar memisahkan bagian yang menjadikan gambar itu tidak bernyawa
lagi setelah dipisahkan, seperti menghilangkan dada atau perutnya, atau memisahkan
gambar bagian kepala dari badannya, maka ini tidak termasuk gambar yang terlarang.
Sebab, eksistensi ‘gambar bernyawa’ tidak lagi ada setelah sebagiannya dipisahkan,
seperti memisahkan gambar bagian kepalanya.”

Beliau melanjutkan, “Namun jika dengan menghilangkan sebagian anggota tubuhnya


masih mungkin gambar tersebut hidup/bernyawa—seperti menghilangkan mata, atau
tangan, atau kaki—maka gambar yang seperti ini termasuk kategori gambar yang
terlarang.”

Ibnu Qudamah juga menjelaskan bahwa jika sejak awal memang hanya menggambar
badan tanpa kepala, atau kepala tanpa badan, atau menggambar kepala dan seluruh
badan namun tidak merepresentasikan makhluk yang bernyawa, maka ini tidak
termasuk jenis gambar yang terlarang. Sebab tidak berwujud gambar makhluk yang
bernyawa.” (Al-Mughni, Ibnu Qudamah, 7/216) [dakwah.id/Sumber: tarjihfatwa.com]

Anda mungkin juga menyukai