Anda di halaman 1dari 13

DAKWAH BIL HAL

MELALUI
PENGEMBANGAN
DAN PENERAPAN
IPTEKS
KELOMP
OK 3
1. Ahmad Aminuddin Alrozy (02)
2. Devy Nurhayati (07)
3. Faqiana fiddini (09)
4. Mila Nur Hidayah (19)
5. Nova Lianur Fitriani (23)
6. Putri Sela Hariyanto (26)
7. Wildana Naimusnain B (34)
8. Zenita Salsabila Naufal G (37)
TOPIC B. Bekerja
adalah dakwah
A. Setiap Muslim
adalah da'i

D. Ayat dan
C. Kewajiban hadist yang
mengembangkan relevan
dan menyampaikan
ilmu kesehatan
PENGERTI Secara etimologi Dakwah bil Hal merupakan
AN gabungan dari kata dua kata yaitu kata dakwah
DAKWAH dan al-Haal. Kata dakwah artinya menyeru,
BIL HAL memanggil. Sedangkan kata al-Haal berarti
keadaan. Jika dua kata tadi dihubungkan maka
dakwah bil hal mengandung arti “memanggil,
menyeru dengan menggunakan keadaan, atau
menyeru, mengajak dengan perbuatan nyata”.
Adapun hadis-hadis yang menjelaskan tentang anjuran dakwah bil hal yaitu
sebagai berikut:

“Tidaklah seorang nabi yang diutus Allah dari umat sebelumku, kecuali dari
umatnya terdapat orang-orang hawariyun (para pembela dan pengikut) yang
melaksanakan sunnahnya serta melaksanakan perintah-perintahnya. Kemudian,
datang generasi setelah mereka; mereka mengatakan sesuatu yang tidak mereka
kerjakan dan mereka mengerjakan sesuatu yang tidak diperintahkan. Oleh
karena itu, siapa yang berjihad terhadap mereka dengan tangannya, maka ia
adalah orang mukmin, siapa yang berjihad melawan mereka dengan lisannya,
maka ia adalah orang mukmin. Dan siapa yang berjihad melawan mereka
dengan hatinya, maka ia adalah orang mukmin. sedangkan di bawah itu semua
tidak ada keimanan meskipun hanya sebesar biji sawi (H. R. Muslim)”.
“Kita adalah da’i sebelum menjadi apapun”. Dari kalimat A
tersebut dapat kita simpulkan bahwa pada dasarnya, kita
adalah seorang da’i sebelum kita menjabat suatu profesi
SETIAP
MUSLIM
apapun. Perkataan Hassan Al-Banna tersebut dapat menjadi
cerminan, bahwa pada hakikatnya, seorang muslim adalah
pendakwah. Ketika seseorang menuntut ilmu dan memiliki
pengetahuan, saat itu pula ia memiliki kewajiban untuk ADALAH
menyebarluaskan ilmu yang dimilikinya tersebut. Ketika
seseorang sadar bahwa ia telah memiliki bekal untuk DA’I
mengamalkan sunnah, saat itu pula ia berkewajiban menyeru
orang lain kepada Islam. Banyak hal yang dapat kita lakukan
untuk mengaktualisasikan amanah dalam kita menjadi
seorang da’i, salah satunya adalah menjadi seorang murobby.
Murobby merupakan sumber atau penyalur ilmu dari sumber untuk disampaikan
dan dipahamkan kepada mad’u atau sang murobby. Seorang murobby harus memiliki
niat yang ikhlas. Ikhlas karena Allah Ta’ala semata, membuang jauh-jauh tendensi
untuk mencari popularitas atau pujian apalagi niatnya adalah untuk mencari pengikut
yang banyak. Niat yang ikhlas juga akan menggiring seorang murobby melahirkan
dakwahnya dari dasar kecintaan kepada Allah dan untuk agama-Nya, serta kecintaan
kepada kebaikan untuk semua manusia. Allah Ta’ala berfirman yang artinya:

“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami


berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan
mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh
akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan
di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan?” (QS. Hud: 15-16)
B Di dalam dunia pekerjaan, seorang Muslim adalah
bertanggungjawab untuk berdakwah. Tidak kiralah apa kategori

BEKERJA
pekerjaan, sama ada bekerja di dalam pejabat yang berhawa
dingin, di tapak pembinaan ladang dan sawah sekalipun,
ADALAHtanggungjawab sebagai Da’i itu terletak di bahu kita. Kita perlu
dakwah di tempat kerja.
DAKWAH Usaha berdakwah di tempat kerja ini janganlah disalahartikan
dengan pengertian yang sempit. Dakwah bukan bermaksud untuk
mengajak manusia melupakan tanggungjawab bekerja dan
melaksanakan amal ibadah yang spesifik semata-mata. Bekerja
itu sendiri merupakan satu amal ibadah apa lagi jika ianya
diniatkan kerana Allah subhanahu wa ta’ala dan dilaksanakan
dengan penuh amanah, fokus dan ikhlas.
Adapun ganjaran usaha dakwah. Firman-Nya dalam
surah Ali-Imran ayat 104 :
 
‫ُوف َويَ ْنهَ ْو َن َع ِن ْٱل ُمن َك ِر‬ ِ ‫ر‬‫ع‬ْ ‫م‬
َ ْ
‫ٱل‬ ‫ب‬ ‫ُون‬
َ ‫ر‬ ‫م‬
ُ ‫ْأ‬َ ‫ي‬ ‫و‬
َ ‫ر‬ ْ
‫ي‬ َ
‫خ‬ ْ
‫ٱل‬ ‫ى‬َ ‫ل‬‫ِإ‬ ‫ون‬
َ ُ
‫ع‬ ْ
‫د‬ َ ‫ي‬ ٌ ‫ة‬ ‫م‬
َّ ‫ُأ‬ ‫م‬
ْ ُ
‫ك‬ ‫ن‬‫م‬ِّ ‫ن‬‫ك‬ُ َ ‫ت‬‫ل‬ْ ‫َو‬
ٓ ِ ِ
‫ُون‬ ‫ح‬ ‫ل‬ ْ
َ ِ ُ ُ َ ‫َو ِئ‬
‫ف‬ ‫م‬ ْ
‫ٱل‬ ‫م‬ُ ‫ه‬ ‫ك‬ َ ٰ
‫ل‬ ‫و‬۟ ‫ُأ‬

Artinya “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan


umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada
yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah
orang-orang yang beruntung."
C
lmu kesehatan dan kemanusiaan mempunyai hubungan yang
tidak terpisahkan karena perkembangan sebuah ilmu ditentukan oleh
manusia. Peran manusia lah yang menyebabkan ilmu kesehatan
semakin berkembang sampai sekarang melalui proses berpikir dan
KEWAJIBA
kesadaran yang tinggi akan kesehatan, manusia dituntut untuk
mengembangkan keilmuannya. N
Begitu pula sebaliknya, dalam kehidupan manusia selalu
bersinggungan dengan ilmu kesehatan. Dalam proses kelangsungan
hidupnya, manusia membutuhkan ilmu kesehatan untuk
MENGEMB
ANGKAN
menjalankan kehidupannya secara komplek. Manfaat ilmu kesehatan
tidak terbatas pada dokter, pasien, dan penykitnya saja. Bahkan
merupakan ilmu yang dekat dengan masalah hidup manusia.

DAN
MENYAMP
Ilmu kesehatan untuk kemaslahatan hidup Allah swt mendorong
manusia untuk berusaha mengembangkan peradaban dan keilmuannya
di muka bumi ini. Sebagaiman firman-Nya :

‫صا ُر‬ َ ْ
‫ب‬ َ ‫اْل‬ ‫ا‬ ‫ى‬‫م‬َ ْ
‫ع‬ َ ‫ت‬ ‫اَل‬ ‫ا‬َ ‫ه‬َّ ‫ن‬ِ ‫ا‬َ ‫ف‬ ۚ
‫ا‬ َ ‫ه‬ِ ‫ب‬ ‫ن‬
َ ‫ُو‬
ْ ‫ع‬ ‫م‬
َ ْ
‫س‬ َّ ‫ي‬ ٌ
‫ان‬ َ
‫ذ‬ ٰ
‫ا‬ ‫و‬
ْ َ ‫ا‬ ‫ٓا‬َ ‫ه‬ِ ‫ب‬ ‫ن‬
َ ‫و‬
ْ ُ ‫ل‬ِ ‫ق‬‫ع‬ْ َّ ‫ي‬ ٌ‫ب‬‫و‬ْ ُ ‫ل‬ُ ‫ق‬ ‫م‬
ْ ُ ‫ه‬َ ‫ل‬ ‫ن‬
َ ‫و‬
ْ ُ
‫ك‬ َ ‫ت‬َ ‫ف‬ ‫ض‬ ْ
‫ر‬ َ ‫اْل‬ ‫ا‬ ‫ى‬ِ ‫ف‬ ‫ا‬ ‫ُو‬
ْ ‫ر‬‫ي‬ْ ‫س‬
ِ َ ‫ي‬ ‫م‬
ْ َ ‫اَفَل‬
ِ
‫َو ٰل ِك ْن تَ ْع َمى ْالقُلُ ْوبُ الَّتِ ْي فِى الصُّ ُد ْو ِر‬

“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka


mempunyai hati (akal) yang dengan itu mereka dapat memahami atau
mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena
sesungguhnya bkanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati
yang di dalam dada.” (Q.S. Al-Hajj : 46)
KESIMPUL
AN
Pendidikan Islam di era globalisasi adalah pendidikan Islam yang
mampu menyesuaikan perkembangan zaman dan perkembangan
teknologi. Maka yang harus dilakukan adalah mengembangkan sistem
pendidikan yang berwawasan global agar menghasilkan out put
(lulusan) dari lembaga pendidikan Islam yang lebih bermutu, supaya
mereka percaya diri dalam menghadapi persaingan global.
Dalam era teknologi saat ini sudah selayaknya masyarakat Islam
menunjukkan eksistensinya dimata dunia. Perkembangan masyarakat
Islam dituntut dalam segala bidang dan tetap berpegang teguh pada
cita-cita dan perjuangan Rasulullah dalam dakwah Islam. Untuk
membuktikan perkembangan masyarakat Islam tersebut bukan saja
dengan jalan dakwah bil-lisan tetapi lebih ditunjukkan dengan dakwah
bil-hal.
SEE U

Anda mungkin juga menyukai