Anda di halaman 1dari 9

http://bocahbancar.wordpress.

com/2011/04/09/psikologi-sosial-islami-
pemaafan-dan-kelapangdadaan/

Psikologi Sosial Menurut Perspektif Islam

Oleh: Riyan Hidayat, Bimbingan Konseling Islam


FAKULTAS TARBIYAH, IAIN RADEN INTAN, LAMPUNG

PENDAHULUAN

Akar awal Psikologi Sosial


Walau psikologi sosial merupakan disiplin yang telah lama ada (sejak Plato dan Aristotle), namun secara
resmi, disiplin ini menjadi satu ilmu yang mandiri baru sejak tahun 1908. Pada tahun itu ada dua buku
teks yang terkenal yaitu "Introduction to Social Psychology" ditulis oleh William McDougall - seorang
psikolog - dan "Social Psychology: An Outline and Source Book , ditulis oleh E.A. Ross - seorang sosiolog.
Berdasarkan latar belakang penulisnya maka dapat dipahami bahwa psikologi sosial bisa di"claim"
sebagai bagian dari psikologi, dan bisa juga sebagai bagian dari sosiologi. Psikologi sosial juga merupakan
pokok bahasan dalam sosiologi karena dalam sosiologi dikenal ada dua perspektif utama, yaitu
perspektif struktural makro yang menekankan kajian struktur sosial, dan perspektif mikro yang
menekankan pada kajian individualistik dan psikologi sosial dalam menjelaskan variasi perilaku
manusia.. Di Amerika disiplin ini banyak dibina oleh jurusan sosiologi - di American Sociological
Association terdapat satu bagian yang dinamakan "social psychological section", sedangkan di Indonesia,
secara formal disiplin psikologi sosial di bawah binaan fakultas psikologi, namun dalam prakteknya tidak
sedikit para pakar sosiologi yang juga menguasai disiplin ini sehingga dalam berbagai tulisannya, cara
pandang psikologi sosial ikut mewarnainya.

Pengertian Psikologi Agama


Pada mulanya sering terjadi kejumbuhan dalam memberi batasan yang jelas dan tegas terhadap istilah
Psikologi agama. Kesulitan ini terjadi karena terdapat dua aspek substansial ilmu yang terkandung dalam
ilmu ini, yakni ilmu jiwa dan agama. Sudah dimaklumi, keduanya memiliki karakteristik berbeda dan sulit
dipertemukan. Psikologi atau ilmu jiwa memiliki sifat “teoritik empirik dan sistematik”7, sementara
agama bukan merupakan “ilmu pengetahuan atau saintifik”. Agama merupakan suatu aturan yang
menyangkut cara-cara bertingkahlaku, berperasaan, berkeyakinan, dan beribadah secara khusus. Agama
menyangkut segala sesuatu yang semua ajaran dan cara

PSIKOLOGI SOSIAL MENURUT PERSPEKTIF ISLAM

Pembahasan tentang psikologi sosial sudah terpapar rapi pada bab sebelumnya bab
pendahuluan,sekarang akan di uraikan lebih mendetail perspektif islam yaitu menurut pandangan
islam,menurut pandangan islam psikologi lebih di cerna dengan baik dengan pedoman kitab Allah Al-
Qur’an dan sabda rasul atau Al-Hadist.kita tahu bahwa “psikologi” memiliki arti ilmu yang mempelajari

1
tingkah laku manusia dengan lingkungannya sedangkan “sosial”dapat di artikan umum,universal atau
sebagainya,jadi banyaknya firman Allah tentang hablu minnanas atau yang lainya,misalnya Allah
befirman dalam surat An-Nisa ayat 36 yaitu kewajiban terhadap Allah dan sesama manusia.

Artinya:
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah
kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat
dan tetangga yang jauh[294], dan teman sejawat, ibnu sabil[295] dan hamba sahayamu. [Keterangan:
*[294] dekat dan jauh di sini ada yang mengartikan dengan tempat, hubungan kekeluargaan, dan ada
pula antara yang muslim dan yang bukan muslim. *[295] Ibnus sabil ialah orang yang dalam perjalanan
yang bukan ma'shiat yang kehabisan bekal. termasuk juga anak yang tidak diketahui ibu bapaknya.]

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri, di
dalam ayat tersebut Allah memrintahkan manusia agar berbuat baik keada orang tua, kerabat karib,
anak yatim,orang-orang miskin tetangga terdekat dan tetangga yang jauh, jadi bisa di ambil kesimpulan
dalam firman Allah di atas bahwa tingkat interaksi psikologi sosial sangat teraplikasi dalam surat
tersebut yang adanya saling sikap interaksi baik umum maupun pribadi bahkan sikap saling toleran
terhadap sesama membuktikan bahwa islam dalam kalamnya Al-Qur’an menyuruh manusia melakukan
apa yang ada pada asas-asas psikologi sosial.selain itu sabda Rasullulah mengenai tentang psikologi
sosial seperti diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim yaitu:

‫والعشرون السادس الحــديث‬


ْ‫عن‬ َ ْ‫ي ه َُري َرْة َ أَبِي‬ َْ ‫ض‬ ْ ُ‫عن ْه‬
ِ ‫للاُ َر‬ َ ‫ل‬ َْ ‫ قَا‬: ‫ل‬ َْ ‫ل قَا‬
ُْ ‫سو‬ ْ ‫صلَّى‬
ُ ‫للاِ َر‬ َ ُ‫للا‬ ْ ‫علَي ِْه‬َ ‫سلَّ َْم‬
َ ‫ َو‬: ْ‫سالَ َمى ُكل‬ ُ َْ‫اس مِ ن‬ ْ ِ َّ‫علَي ِْه الن‬
َ ْ‫ص َدقَة‬َ ، ْ‫س فِي ِْه ت َطلُ ُْع يَومْ كُل‬ َّ ‫ل ال‬
ُْ ‫شم‬ ُْ ‫ت َع ِد‬
َْ‫ن بَين‬ َ
ِْ ‫ص َدقةْ اثنَي‬ ُ
َ ، ُْ‫ل َوتعِين‬ َْ ‫الر ُج‬ ُ َ
َّ ‫علي َها فت َحمِ ل ْهُ َدابَّتِ ِْه فِي‬َ َ َ َ
َ ْ‫علي َها ل ْهُ ت َرف ُْع أو‬َ َ ُ‫ع ْه‬ َ ُ ُ َّ َ
َ ‫ص َدقةْ الطيِبَ ْة َوال َك ِل َم ْة‬
َ ‫ص َدقةْ َمت َا‬ َ ،‫ل‬ ُ ُ َ
ِْ ‫صالةِْ إِلى ت َمشِي َها خط َوةْ َوبِك‬َ َّ ‫ال‬
ْ‫ص َدقَة‬
َ َ ْ
‫و‬ ُ
ْ
‫ط‬ ‫ي‬ ِ‫م‬ُ ‫ت‬ ‫ى‬ َ ‫ذ‬َ ‫أل‬ ‫ا‬ ْ
‫ن‬ ‫ع‬ ْ
‫ق‬
ِ َ ِ ِ ‫ي‬‫ر‬ َّ
‫الط‬ ‫ة‬
ْ َ ‫ق‬ ‫د‬
َ ‫ص‬
َ
[‫]ومسلم البخاري رواه‬
Terjemah hadits / ‫ الحديث ترجمة‬:
Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu dia berkata : Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Setiap anggota tubuh manusia wajib disedekahi, setiap hari dimana matahari terbit lalu engkau berlaku
adil terhadap dua orang (yang bertikai) adalah sedekah, engkau menolong seseorang yang berkendaraan
lalu engkau bantu dia untuk naik kendaraanya atau mengangkatkan barangnya adalah sedekah, ucapan
yang baik adalah sedekah, setiap langkah ketika engkau berjalan menuju shalat adalah sedekah dan
menghilangkan gangguan dari jalan adalah sedekah.
(Riwayat Bukhori dan Muslim)

Pelajaran yang terdapat dalam hadits / ‫ الحديث من الفوائد‬:


1. Bersyukur kepada Allah ta’ala setiap hari atas kesehatan anggota badan.
2. Allah telah menjadikan -sebagai rasa syukur terhadap ni’mat-Nya- setiap anggota badan untuk
menolong hamba-hamba Allah ta’ala, bersedekah kepada mereka dengan menggunakannya sesuai
kemaslahatannya.

2
3. Temasuk sedekah adalah: Menahan tangan dan lisan untuk tidak menyakiti orang lain, justru
seharusnya digunakan untuk menunaikan hak-hak setiap muslim.
4. Jasad harus dikeluarkan zakatnya sebagaimana harta ada zakatnya. Zakat badan adalah melakukan
perbuatan baik, bersedekah dan pintu-pintunya banyak.
5. Anjuran untuk mendamaikan kedua belah fihak, tolong menolong, mengucapkan kalimat yang baik,
berjalan menuju shalat dan menyingkirkan penghalang dari shalat.
6. Anjuran untuk membersihkan sarana-sarana umum.
7. Anjuran untuk melakukan keadilan, karena dengan keadilanlah ditegakkan langit dan bumi.
Dari uraiain hadist di atas dapat digambarkan tingkat sosial manusia yang tinggi dan dapat
menyempurnakan rasa sosial menjadikan seseorang di pandang baik karena perbuatan yang ia lakukan
terhadap individu yang lainya yang di gambarkan dengan bersedekah.
Untuk menjaga kemuliaan dan kedudukan seseorang manusia sebagai satu kesatuan maka islam
meletakkan kaedah-kaedah yang akan menjaga hakekat kemanusiaan tersebut dalam hubungan antar
individu maupun kelompok.ada beberapa asas:
a) Saling menghormati dan memuliakan
Sebagaimana Allah memuliakan manusia,menjadi keharusan setiap manusia untk saling menghormati
dan memuliakan,tanpa memandang jenis suku,warna kulit,bahasa dan keturunan.bahkan islam
mengajarkan untuk menghormati manusia walaupun menjadi mayat.Diriwayatkan bahwa Nabi
Muhammad SAW berdiri Khusu’menghormati jenazah seorang yahudi.Kemudian seorang
berkata”Wahai Rasullulah,sesungguhnya dia jenazah yahudi”.Nabi SAW bersabda “bukankah dia juga
seorang berjiwa?”(HR Imam Muslim).
b) Berlapang dada dan toleransi (tasamuh)
Sebetulnya makna tasamuh adalah sabar menghadapi keyakinan-keyakinan orang lain,pendapat-
pendapat mereka dan amal-amal mereka walaupun bertentangan dengan keyakinan dan batil menurut
pandangan kita.seperti firman Alllah di dalam surat Al-Mujadillah Ayat 11 yang artinya, “Hai orang-orang
beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah
niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu ".
c) Saling tolong menolong
Tabiat manusia adalah mahluk sosial, karena tidak ada seorang pun yang mampu hidup sendiri,tanpa
bergaul dengan saudaranya. Dengan bermualamah antar manusialah akan sempurna pemanfaatan dan
kegunaan. Disana banyak sekali kebutuhan seorang individu yang tak mampu di penuhi sendiri.Bahkan
islam tidak sekedaar mengesahkan asas ini sebagai asas dalam hubungan antar manusia,tapi lebih jauh
lagi islam menentukan bahwa hamba selamanya bergantung kepada pertolongan Allah SWT. Nabi
Muhammad SAW bersabda: ”Dan Allah selalu menolong seseorang selama orang tersebut selalu
menolong saudaranya”.(HR Muslim) dan Allah befirman dalam Al-Qur’an dalam surat Al-Maidah ayat 2
dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong
dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat
berat siksa-Nya.
Dalam ketiga Asas tersebut islam memberikan training motivation buat kita bahwa islam sangat kental
dengan yang berbau dengan interaksi sosial baik secara individu maupun dalam suatu kelompok
sosial,jadi pandangan islam terhadap psikologi sosial sangat nyata buktinyza banyaknya firman Allah dan
Sabda Rasullulah yang berperan penting dalam kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan berdunia.Jadi

3
kita harus bangga menjadi orang muslim karena Allah sudah menjanjikan kepada Umatnya yaitu
kenikmatan Surga maupun Akhirat,semoga kita termasuk orang zang mendapatkan rahmat-Nya.Amin.

KESIMPULAN
Jadi kesimpulan dari pembahasan di atas mengenai psikologi sosial menurut presfektif islam ialah islam
merupakan agama yang Universal dan agama yang mengutamakan kebersamaan dalam kehidupan
beragama baik dengan musyawarah,dewan syuro’ dan merupakan timbal balik adanya interaksi sesama
manusia atau Hablu minannas seperti dalam firman Allah di dalam surat An- ayat 36 dan sabda rasul
yang diriwayatkan oleh bukhori dan muslim.Yang kesemua firma dan hadist lagi menjabarkan tentang
kehidupan bermasyarakat.

DAFTAR PUSTAKA:
Al-Qur’an nur karim dan Al-Hadist
Artikel; Psikologi Islam, Transpersonal dan Psikologi Kesehatan Tuesday, September 18, 2007.
Abdul. Aziz Masyhuri, Mutiara Quran Dan Hadits, Al-Ikhlas, Surabaya:
1980.
Netty Hartati.dkk, Islam dan Psikologi, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta : 2003.
http//www.google.com/blgospot artikel tentang psikologi sosial menurut pandangan islam.
Social Psychology, James A. Wiggins, Beverly B. Wiggins, James Vander Zanden, Fifth Edition, 1994,
McGraw-Hill, Inc.

4
Psikologi Sosial Islami: Pemaafan dan Kelapangdadaan

http://bocahbancar.wordpress.com/2011/04/09/psikologi-sosial-islami-pemaafan-
dan-kelapangdadaan/

Posted by Muhammad Joe Sekigawa

Bismillahirrohmaanirrohiim,,

Beberapa waktu yang lalu pribadi saya mengalami “goncangan” yang begitu dahsyat, namun
alhamdulillah saya pada akhirnya dapat melewatinya dan mengambil hikmah berharga dari itu
semua. Dalam pencarian ketenangan karena “goncangan” tersebut, saya menemukan 2 buah
buku yang menarik di perpustakaan kampus STKS Bandung, yaitu Psikologi Sosial Islami dan
juga Psikologi Suami Isteri. Dalam kesempatan kali ini saya akan membagi ilmu yang
terkandung di dalam Psikologi Sosial Islami karangan H. Fuad Nashori, M.Si., Psi yang terbit
pada awal tahun 2008 silam. Buku Psikologi Suami Isteri karangan Dr. Thariq Kamal An-
Nu’aimi pun cukup menarik bagi saya, namun hingga saat ini saya belum selesai membacanya,
baru sampai pada halaman 300 dari 600 halaman lebih. Oleh karena itu buku tersebut akan saya
share ilmunya pada kesempatan lain di masa yang akan datang (^_^)

PSIKOLOGI SOSIAL ISLAMI

Psikologi Sosial Islami adalah kajian ilmiah yang berusaha memahami keadaan dan sebab-sebab
terjadinya perilaku individu dalam situasi sosial dengan menggunakan pandangan dunia Islam
(Nashori, 2008). Perbedaan Psikologi Sosial Islami dengan Psikologi Sosial kontemporer adalah
bahwa dasar penyusunan dari Psikologi Sosial Islami adalah kitab suci (Al Qur’an, Al Hadist,
serta penafsiran atasnya), pemikiran spekulatif dan hasil penelitian empiris. Kitab suci sengaja
diletakkan sebagai sumber utama kebenaran. Pemikiran spekulatif dipergunakan karena ketika
suatu pengetahuan dan gagasan itu ada di dalam pemikiran, maka ia bersifat relatif
kebenarannya. Tingkat kebenarannya akan meningkat bila ia didukung oleh penelitian empiris.
Dan hasil dari penelitian empiris didasarkan pada realitas yang diperoleh dengan berbagai
metode ilmiah.

PEMAAFAN

“Balasan terhadap kejahatan adalah pembalasan yang setimpal, tetapi barang siapa yang
memafkan dan berbuat baik, ganjarannya ditanggung oleh Allah Subhanahu Wata’ala” (S.S
Asy Syu’ara [42]: 40)

Baron and Byrne (2004) menyebutkan ada 4 (empat) kemungkinan pilihan reaksi yang
ditampilkan oleh seseorang ketika sedang menghadapi konflik dengan orang di sekitarnya, yaitu:
1)sikap aktif menyelesaikan konflik; 2)loyalty atau sikap menunggu dengan harapan konflik
dapat terselesaikan dengan sendirinya; 3)exit atau melarikan diri dari penyelesaian konflik; dan
4)neglect atau berharap masalah menjadi semakin buruk. Membalas keburukan dengan
keburukan alias balas dendam merupakan contoh sikap neglect.

5
Dari keempat sikap tersebut, yang paling tepat dilakukan adalah aktif menyelesaikan konflik, ini
ditandai dengan adanya kesediaan untuk memberikan maaf dan adanya silaturahmi yang
berlanjut. Dalam ajaran agama Islam pun telah diterangkan mengenai perintah Allah untuk
memberikan maaf kepada orang lain, “Apabila kamu memaafkan, dan melapangkan dada serta
melindungi, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Q.S At-Taghabun
[64]: 14).

Pada kenyataanya, seperti yang telah digambarkan oleh Dollar and Miller (Baron&Byrne, 2004;
Sears dkk., 1991) bahwa bila seseorang disakiti oleh orang lain, mereka memendam amarah
dalam dirinya. Bila ada peletup, maka amarah yang terpendam tersebut akan nampak pada
perilaku agresif, yaitu perilaku yang didasari oleh maksud menyakiti orang lain, terutama untuk
membalas orang yang menyakitinya tersebut.

Pengertian Pemaafan

Pemaafan berarti menghapus luka atau bekas-bekas luka dalam hati (Shihab, 2001). Dalam
pemaafan terdapat kesiapan memberikan ampunan/maaf bagi orang lain, baik diminta ataupun
tidak diminta. Keterbukaan diri untuk memberi maaf kepada orang lain adalah tanda utama yang
dapat segera ditangkap orang lain.

Proses Pemaafan

Empat fase dalam proses pemberian maaf menurut Enright (Martin, 2003) antara lain: 1)fase
pengungkapan (uncovering phase), yaitu ketika seseorang merasa sakit hati dan dendam; 2)fase
keputusan (decision phase), yaitu orang tersebut mulai berpikir rasional dan memikirkan
kemungkinan untuk memaafkan, namun pada fase ini orang belum dapat memberikan maaf
sepenuhnya; 3)fase tindakan (work phase), yaitu adanya tingkatan pemikiran baru untuk secara
aktif memberikan maaf kepada orang yang telah melukai hati; dan yang terakhir 4)fase
pendalaman (outcome/deepening phase), yaitu internalisasi kebermaknaan dari proses
memafkan. Di sini orang sudah memahami bahwa dengan memaafkan, ia akan memberi manfaat
bagi dirinya sendiri, juga lingkungan, dan semua orang yang berada di sekitarnya. Penulis
(Nashori, 2008) menambahkan adanya satu fase lagi yaitu individu memberikan manfaat bagi
orang lain seperti mendoakan orang lain.

Manfaat Pemaafan

Menurut Luskin (Martin, 2003) ada tiga hal yang menjadikan kehidupan orang yang suka
memberi maaf menjadi lebih sehat. Diantaranya adalah 1)orang yang memberi maaf tidak mudah
tersinggung saat diperlakukan tidak menyenangkan oleh orang lain; 2)mereka tidak mudah
menyalahkan orang lain ketika hubungannya dengan orang tersebut tidak berjalan seperti yang
diharapkan; dan 3)mereka memiliki penjelasan nalar terhadap sikap orang lain yang telah
menyakiti mereka.

Upaya Peningkatan Pemaafan

6
Adapun beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan perilaku suka memaafkan
antara lain:

1. Melatih diri untuk memaafkan


2. Menyadari bahwa memaafkan adalah bagian penting dari upaya untuk meraih taqwa
3. Memanfaatkan atau menciptakan momen pemaafan
4. Meningkatkan pemahaman terhadap ajaran agama Islam

Beberapa surat yang telah dinukil di atas akan menambah khasanah ketenteraman hati kita untuk
senantiasa dapat memafkan kesalahan orang lain. Di akhir tulisan, akan dinukil lagi satu ayat
tentang pemaafan, “Maafkanlah mereka dan lapangkanlah dada. Sesungguhnya Allah senang
kepada orang-orang yang berbuat kebajikan (terhadap orang yang melakukan kesalahan
kepadanya) (Q.S Al Maa’idah [5]: 13)

KELAPANGDADAAN

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (Q.S Al Baqarah
[2]: 286)

Definisi Kelapangdadaan

Kelapangdadaan adalah suatu kondisi psiko-spiritual yang ditandai oleh kemampuan menerima
berbagai kenyataan yang tidak menyenangkan dengan tenang dan terkendali (Nashori, 2004).
Orang yang lapang dada memiliki kekuatan dalam jiwanya untuk bertahan dan tidak berputus asa
manakala menghadapi berbagai situasi yang secara objektif tidak menyenangkan secara psikis
dan menyakitkan secara fisik. Semakin tinggi kelapangdadaan seseorang semakin mampu ia
menerima realitas yang beragam, termasuk yang tidak menyenangkan (Nashori, 2002).

Ciri-ciri Kelapangdaaan

Setidaknya ada enam ciri dari pribadi yang lapang dada (Nashori, 2004), yaitu:

1. Kesadaran spiritual (spiritual awareness), yaitu kesadaran bahwa keadaan yang tidak
menyenangkan merupakan ujian dari Allah Azza wa Jalla. Orang yang lapang dada
adalah seseorang yang kokoh menghadapi berbagai kenyataan hidup dan memandang
kenyataan hidup sebagai ujian. Kekokohan itu dapat dicapai bila seseorang dilatih atau
diuji secara terus menerus oleh Allah. Dan ingatlah firman-Nya, “Apakah manusia itu

7
mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: Kami telah beriman, sedang
mereka tidak diuji lagi?” (Q.S Al Ankabut [29]: 2)
2. Kesiapan psikologis (psychological preparatory), yaitu kesiapan untuk menerima
stimulasi yang tidak menyenangkan
3. Keyakinan akan kesanggupan diri menanggung beban, yaitu keyakinan bahwa kesulitan
yang ditanggung tak akan melebihi kesanggupan dirinya untuk menerima beban itu.
Karena itu mari kita mengingat firman-Nya, “Allah tidak membebani seseorang
melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (Q.S Al Baqarah [2]: 286)
4. Pertaubatan, yaitu melakukan pertaubatan atas dosanya kepada Allah. Kadang kesulitan
yang sesungguhnya merupakan ujian itu, akibat dari kesalahan manusia. Bila seseorang
sadar bahwa hal itu adalah kesalahannya, maka ia akan meminta ampunan dari Allah
5. Pencarian hikmah (seeking meaning), yaitu keyakinan akan adanya hikmah atau pelajaran
di balik peristiwa. Orang yang sehat secara ruhani akan dapat mengambil pelajaran
bahwa di balik kesulitan ada pelajaran atau hikmah yang dapat diambil
6. Berpikir positif tentang masa depan (positive thingking), yaitu keyakinan akan adanya
perbaikan keadaan setelah berlangsungnya keadaan yang tidak menyenangkan. Allah
berfirman, “Karena sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya
setelah kesulitan itu ada kemudahan” (Q.S Al Insyirah [94]: 5-6)

Faktor yang Mempengaruhi Kelapangdadaan

Berikut ini akan dijelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi dan rendahnya
kelapangdadaan seseorang, antara lain:

1. Keimanan. Seseorang yang memiliki iman yang kokoh di dalam hatinya percaya akan
adanya takdir (ketentuan), ketentuan baik dan ketentuan buruk. Seseorang yang selalu
beribadah adalah seseorang yang cenderung mengukuhkan iman terhadap takdir Allah
Azza wa Jalla
2. Dzikir. Menurut Subandi (1997), dzikir sendiri menghasilkan adanya perasaan lapang
atau perasaan los (terbebas dari beban yang menghimpit)
3. Tingkat penderitaan yang dialami. Berat ringannya penderitaan yang dialami ikut serta
mempengaruhi kelapangdadaan. Penderitaan yang luar biasa berat cenderung diterima
dengan lapang dada daripada penderitaan yang agak kurang berat
4. Sumber penderitaan. Jika sumber penderitaan itu bersumber dari manusia, cenderung
sulit untuk berlapang dada. Namun jika sumber penderitaan itu berasal dari Allah, maka
mereka cenderung berlapang dada
5. Usia. Usia yang sudah tua cenderung dapat menerima lapang dada secara aktif, lain
halnya dengan para orang-orang yang masih muda, mereka cenderung tidak mudah untuk
berlapang dada
6. Lingkungan. Seseorang yang berada dalam lingkungan yang terlatih untuk berhadapan
dengan suasana yang tidak menyenangkan lebih besar kelapangdadaannya dibanding
mereka yang berada dalam lingkungan yang tidak terlatih untuk menerima beragam
situasi
7. Pengalaman penderitaan sebelumnya. Berbagai macam pengalaman penderitaan semisal
kehilangan orang-orang penting dalam kehidupannya akan menjadikan seseorang lebih
kokoh ketika menghadapi keadaan yang tidak menyenangkan

8
Demikianlah ulasan yang dapat saya bagi di sini mengenai Psikologi Sosial Islami, Pemaafan,
dan juga Kelapangdaaan. Semoga dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan bagi diri
saya sendiri secara pribadi.

Anda mungkin juga menyukai