Anda di halaman 1dari 48

Dasar perencanaan penerangan jalan, di mana perencanaan penerangan

jalan terkait dengan hal-hal di bawah ini:


1. Volume lalu-lintas, baik kendaraan maupun lingkungan yang
bersinggungan seperti pejalan kaki, pengayuh sepeda, dan lainnya.
2. Tipikal potongan melintang jalan, situasi (lay out) jalan dan persimpangan
jalan.
3. Geometri jalan, seperti: aligment horisontal, aligment vertikal, dan lain-
lain.
4. Tekstur perkerasan dan jenis perkerasan yang mempengaruhi pantulan
cahaya lampu penerangan.
5. Pemilihan jenis dan kualitas sumber cahaya atau lampu, data fotometrik
lampu dan lokasi sumber listrik.
6. Tingkat kebutuhan, biaya operasi, biaya pemeliharaan, dan lain- lain, agar
perencanaan sistem lampu penerangan efektif dan ekonomis.
7. Rencana jangka panjang pengembangan jalan dan pengembangan daerah
sekitarnya.
8. Data kecelakaan dan kerawanan di lokasi.
Beberapa tempat yang memerlukan perhatian khusus dalam
perencanaan penerangan jalan antara lain sebagai berikut:
1. Lebar ruang milik jalan yang bervariasi dalam satu ruas jalan.
2. Tempat-tempat di mana kondisi lengkung horizontal (tikungan) tajam.
3. Tempat yang luas seperti persimpangan, interchange, tempat parkir,
dan lain-lain.
4. Jalan-jalan berpohon.
5. Jalan-jalan dengan lebar median yang sempit, terutama untuk
pemasangan lampu di bagian median.
6. Jembatan sempit atau panjang, jalan layang dan jalan bawah tanah
(terowongan).
7. Tempat-tempat lain dimana lingkungan jalan banyak berinterferensi
dengan jalannya [2].
Penentuan kualitas lampu penerangan jalan umum menurut Goetama

16
harus mempertimbangkan enam aspek sebagaimana yang diungkapkan
Goetama, Agoen Yogha, yaitu:
1. Distribusi cahaya, kerataan cahaya pada jalan merupakan hal yang
penting, untuk itu harus ditentukan faktor cahaya yang merupakan
perbandingan kuat penerangan pada bagian tengah lintasan dengan tepi
jalan.
2. Cahaya yang menyilaukan dapat menyeBAB kan keletihan mata,
perasaan tidak nyaman dan kemungkinan kecelakaan. Untuk
mengurangi silau tersebut, maka digunakan gelas pada armatur yang
berfungsi sebagai filter cahaya.
3. Arah pancaran cahaya dan pembentukan bayangan.
4. Warna dan perubahan warna. Warna cahaya lampu pelepasan gas
tekanan tinggi (khusus lampu merkuri) berpengaruh terhadap warna
tertentu.
5. Lingkungan, berkabut maupun berdebu mempunyai faktor absorsi
terhadap cahaya yang dipancarkan oleh lampu.
Enam aspek yang harus diperhatikan saat pengadaan dan pemasangan
PJU antara lain:
1) Kuat rata-rata penerangan, pihak terkait dalam hal ini Dinas
Perhubungan Daerah harus memperhatikan besarnya kuat penerangan
berdasarkan pada kecepatan maksimal yang diizinkan terhadap
kendaraan yang melaluinya.
2) Distribusi cahaya, penyebaran cahaya pada jalan raya penting untuk
diperhatikan. Distribusi cahaya sendiri merupakan perbandingan kuat
penerangan pada bagian tengah (median) lintasan dengan tepi jalan, di
mana perbandingannya tidak boleh lebih dari 3:1.
3) Pemasangan PJU harus menghasilkan cahaya yang yang tidak
menyilaukan. Untuk mengurangi cahaya silau yang dikeluarkan lampu
PJU, maka dapat digunakan akrilik atau gelas pada armatur (rumah
lampu) yang berfungsi sebagai filter cahaya. Sumber penerangan
dipasang menyudut 5° hingga 15° sehingga menghasilkan arah

17
pancaran cahaya dan pembentukan bayangan yang lebih tepat, tidak
mengganggu pengguna jalan.
4) Pengadaan PJU harus memperhatikan spesifikasi jenis lampu yang
masing-masing jenis lampu tersebut mempunyai pengaruh terhadap
perubahan warna pada objek yang dikenai cahaya lampu. Pilih jenis
lampu yang m ampu membuat pembedaan warna yang baik terhadap
benda yang diteranginya.
5) Untuk lingkungan yang berkabut ataupun berdebu sangat tepat jika
menggunakan lampu SON atau SOX [13].
2.3.2 Jenis Lampu PJU
Di bawah ini merupakan gambar tabel jenis lampu penerangan jalan
dikutip dari PUIL antara lain :

Tabel 2.3 Jenis Lampu Penerangan Jalan [8]


Efisiensi Umur
Pengaruh
Jenis Rata- Rencana
Daya Terhadap
Lampu Rata Rata- Keterangan
(Watt) Warna
(Lumen/ Rata
Obyek
Watt) (Jam)
Untuk jalan
kolektor dan
lokal, efisiensi
Lampu cukup tinggi
tabung tetap berumur
8.000- 18 - 20;
fluorescent 60-70 Sedang pendek, jenis
10.000 36 - 40
tekanan lampu ini masih
rendah dapat digunakan
untuk hal-hal
yang terbatas.

18
Lanjutan Tabel 2.3 Jenis Lampu Penerangan Jalan

Efisiensi Umur
Pengaruh
Jenis Rata- Rencana
Daya Terhadap
Lampu Rata Rata- Keterangan
(Watt) Warna
(Lumen/ Rata
Obyek
Watt) (Jam)

Untuk jal
an tol, arteri,
kolektor,
persimpangan
besar atau luas
Lampu gas dan interchange,
sodium 150; efisiensi tinggi,
12.000 –
tekanan 110 250; Buruk umur sangat
20.000
tinggi ( 400 panjang, ukuran
SON) lampu kecil,
mudah
pengontrolan
cahaya, jenis
lampu ini sangat
recommended

Keterangan:
1. Lampu Tabung Fluorescent atau lebih dikenal dengan istilah lampu
TL, lampu TL bekerja dengan menggunakan merkuri dan gas argon,
dimana merkuri akan berfungsi untuk menghasilkan radiasi
ultraviolet. Sinar ultraviolet itu akan membangkitkan phosphors yang
kemudian akan bercampur mineral lain yang telah dilaburkan pada sisi
bagian dalam tabung lampu sehingga akan menimbul kan cahaya
sedangkan gas argon berfungsi untuk keperluan start.
2. Lampu Merkuri, prinsip kerja lampu merkuri hampir sama dengan
prinsip kerja lampu fluorescent. Perbedaannya lampu merkuri bekerja

20
pada faktor daya yang rendah, sehingga harus menggunakan kapasitor
untuk memperbaiki faktor daya lampu.
3. Lampu Sodium Tekanan Rendah (SOX) termasuk dalam kelompok
lampu tabung, sehingga prinsip kerjanya hampir sama dengan yang
lainnya. Perbedaannya hanya menggunakan campuran gas argon,
neon, dan logam murni sodium. Gas argon dan neon dimaksudkan
untuk keperluan penyalaan awal, sedangkan logam sodium
dimaksudkan untuk menghasilkan cahaya kuning.
4. Lampu Sodium Tekanan Tinggi (SON), memiliki prinsip kerja yang
sama dengan SOX, hanya saja lampu ini tidak mampu di start dengan
tegangan nominal 220 volt. Oleh karena itu, dibutuhkan tegangan
tinggi dan frekuensi tinggi sesaat dan pelepasan elektron dalam tabung
gas sampai mencapai temperatur kerja yang dibutuhkan membutuhkan
waktu yang lama (kira-kira 10 menit).
Terdapat 5 klasifikasi jalan beserta kuat penerangan rata-rata yang
dihasilkan, yaitu:
1. Jalan bebas hambatan atau jalan Tol (>20 lx).
2. Jalan utama, yaitu: jalan yang menuju atau melingkar kota (15 hingga
20 lx).
3. Jalan penghubung, yaitu: jalan percabangan jalan utama (7 hingga 10
lx),
4. Jalan kampung atau local (3 hingga 5 lx).
5. Jalan setapak atau gang (3 hingga 5 lx).
Posisi pemasangan lampu penerangan menurut Muhaimin ada enam
yaitu:
1. Pemasangan dengan menggantung pada tengah jalan.
2. Pemasangan pada satu sisi jalan.
3. Pemasangan pada dua sisi jalan.
4. Pemasangan pada dua sisi jalan berhadapan berselang seling.
5. Pemasangan pada dua sisi median jalan.
6. Pemasangan pada dua sisi median jalan berselang seling [9].

21
2.3.3 Tiang Penerangan Jalan
Tiang merupakan komponen yang digunakan untuk menopang
lampu. Beberapa jenis tiang yang digunakan untuk lampu jalan adalah tiang
besi dan tiang octangonal. Berdasarkan bentuk lengannya, tiang lampu jalan
dapat dibagi menjadi beberapa bagian sebagai berikut :
1. Tiang lampu dengan lengan tunggal
Tiang lampu ini pada umumnya diletakkan pada sisi kiri atau
kanan jalan. Tipikal bentuk dan struktur tiang lampu dengan lengan
tunggal yang dapat dilihat pada Gambar 2.1

(A) (B)

Gambar 2.2 (a) Tiang lampu single angle; (b) Tiang lampu single parabola [14]

2. Tiang lampu dengan lengan ganda


Tiang lampu ini khusus diletakkan di bagian tengah atau median
jalan dengan syarat jika kondisi jalan yang akan diterangi masih terasa
gelap dan kurang memenuhi spesifikasi yang berlaku, maka dapat
dipasang dengan tiang ganda (doble) mampu dilayani oleh satu tiang.
Dapat dilihat pada Gambar 2

22
2.3.3 Tiang Penerangan Jalan
Tiang merupakan komponen yang digunakan untuk menopang
lampu. Beberapa jenis tiang yang digunakan untuk lampu jalan adalah tiang
besi dan tiang octangonal. Berdasarkan bentuk lengannya, tiang lampu jalan
dapat dibagi menjadi beberapa bagian sebagai berikut :
1. Tiang lampu dengan lengan tunggal
Tiang lampu ini pada umumnya diletakkan pada sisi kiri atau
kanan jalan. Tipikal bentuk dan struktur tiang lampu dengan lengan
tunggal yang dapat dilihat pada Gambar 2.1

(A) (B)

Gambar 2.2 (a) Tiang lampu single angle; (b) Tiang lampu single parabola [14]

2. Tiang lampu dengan lengan ganda


Tiang lampu ini khusus diletakkan di bagian tengah atau median
jalan dengan syarat jika kondisi jalan yang akan diterangi masih terasa
gelap dan kurang memenuhi spesifikasi yang berlaku, maka dapat
dipasang dengan tiang ganda (doble) mampu dilayani oleh satu tiang.
Dapat dilihat pada Gambar 2

22
(A) (B)

Gambar 2.3 (a) Tiang lampu double parabola; (b) Tiang lampu double angle [14]

2.3.4 Penerangan Jalan Umum di Jalan Tol 6 Ruas Dalam Kota Jakarta
Utara
Adapun dalam merencanakan lampu PJU di Jalan Tol 6 Ruas Dalam
Kota Jakarta Utara menggunakan spesifikasi pengukuran jalan, seperti yang
ditunjukkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.4 Ukuran Jalan Tol 6 Ruas Dalam Kota Jakarta Utara

Keterangan Ukuran Satuan

Panjang Jalan 9,30 Kilometer


Lebar Jalan 25,80 meter

Lampu penerangan jalan memiliki standar jarak antar tiang minumum


sebesar 30 m (SNI 7391: 2008) untuk setiap pemasangan tiang lampu jalan.
Hal ini perlu diperhatikan, karena penentuan jarak antar tiang lampu
penerangan jalan sangatlah mempengaruhi kualitas penerangan yang
diberikan (standar kuat pencahayaan untuk jalan tol 15 - 20 lux (SNI 7391:
2008) selain dari pada itu, apabila penentuan jarak antar tiang lampu

23
Gambar 2.4 Moulded Case Circuit Breaker (MCCB) [16]

Menurut Bunga Prefianus, dkk [15] MCCB sebagai sebuah


perangkat pengaman pada tegangan menengah yang beroperasi secara
otomatis terhadap beban lebih dan hubung singkat. Pada jenis tertentu
pengaman ini memiliki kemampuan pemutusan yang dapat diatur sesuai
dengan yang diinginkan. Arus nominal pada rating MCCB harus lebih
besar dari arus yang dibutuhkan oleh peralatan yang terhubung. Prinsip
kerja yang dimiliki MCCB yaitu pengaman thermis untuk gangguan
arus lebih dan pengaman magnetik untuk gangguan hubung singkat.
Pengaman thermis ini menggunakan bimetal yang terdiri dari dua
lempeng logam yang saling menempel. Panas yang dihasilkan oleh
gangguan arus lebih akan menyeBAB kan bimetal ini melengkung dan
mendorong tuas pemutus sehingga MCCB akan trip. Namun, pengaman
thermis ini memiliki respon yang sangat lambat dibandingkan
pengaman magnetik [15]

26
digunakan. Karena pada tabel BSN SNI 7391 tahun 2008 tidak ditentukan
standar jarak antar tiang untuk jenis lampu LED, maka pada perencanaan ini
akan mengikuti standarisasi yang ditentukkan oleh PLN yaitu 50 Meter.
Berikut ini merupakan spesifikasi lampu LED pada proyek jalan tol 6 ruas
dalam kota Jakarta Utara:

Tabel 2.5 Spesifikasi Lampu Jalan Tol 6 Ruas Dalam Kota Jakarta
Capacity : 120 Watt.
Brand : Various Brand.
Origin : Indonesia / Other.
Material : Die-Casting luminium.
Voltage : 100-240 Volt.
Efficacy : 110 Im/W.
CCT : 2.700K - 6.000K.

Sedangkan, di bawah ini merupakan spesifikasi tiang PJU pada proyek


jalan tol 6 ruas dalam kota Jakarta Utara:

Tabel 2.6 Spesifikasi Tiang PJU Jalan Tol 6 Ruas Dalam Kota Jakarta
Recommend Height : 8-13 meter.
Recommend Jarak : 25 meter.
Made By : Hexa Solar / Other.
Origin : Indonesia.
Tebal Plat : ≥ 2mm.
Finishing : HDG.
Pondasi : Baseplate Anchor.

2.3.5 Komponen Utama PJU pada Proyek Jalan Tol 6 Ruas Dalam Kota
Jakarta Utara
1. Moulded Case Circuit Breaker ( MCCB )

25
Gambar 2.4 Moulded Case Circuit Breaker (MCCB) [16]

Menurut Bunga Prefianus, dkk [15] MCCB sebagai sebuah


perangkat pengaman pada tegangan menengah yang beroperasi secara
otomatis terhadap beban lebih dan hubung singkat. Pada jenis tertentu
pengaman ini memiliki kemampuan pemutusan yang dapat diatur sesuai
dengan yang diinginkan. Arus nominal pada rating MCCB harus lebih
besar dari arus yang dibutuhkan oleh peralatan yang terhubung. Prinsip
kerja yang dimiliki MCCB yaitu pengaman thermis untuk gangguan
arus lebih dan pengaman magnetik untuk gangguan hubung singkat.
Pengaman thermis ini menggunakan bimetal yang terdiri dari dua
lempeng logam yang saling menempel. Panas yang dihasilkan oleh
gangguan arus lebih akan menyeBAB kan bimetal ini melengkung dan
mendorong tuas pemutus sehingga MCCB akan trip. Namun, pengaman
thermis ini memiliki respon yang sangat lambat dibandingkan
pengaman magnetik [15]

26
2. Miniature Circuit Breaker (MCB)

Gambar 2.5 Miniatur Circuit Breaker (MCB) [16]


MCB (Miniature Circuit Breaker) atau pemutus tenaga berfungsi
untuk memutuskan suatu rangkaian apabila ada arus yamg mengalir dalam
rangkaian atau beban listrik yang melebihi kemampuan. Misalnya adanya
konsleting dan lainnya. Pemutus tenaga ini ada yang untuk satu phase dan
ada yang untuk 3 phase. Untuk 3 phase terdiri dari tiga buah pemutus
tenaga 1 phase yang disusun menjadi satu kesatuan. Pemutus tenaga
mempunyai 2 posisi, saat menghubungkan maka antara terminal masukan
dan terminal keluaran MCB akan kontak. Secara umum fungsi MCB
antara lain:
1) Membatasi penggunaan daya listrik.
2) Mematikan listrik secara otomatis apabila terjadi hubungan singkat.
3) Mengamankan instalasi listrik baik penerangan maupun instalasi
tenaga.
4) Membagi daya pada instalasi rumah menjadi beberapa bagian,
sehingga lebih mudah untuk mendeteksi.

27
3. Kontraktor

Gambar 2.6 Kontraktor Listrik [17]

Kontaktor adalah peralatan listrik yang bekerja berdasarkan


prinsip induksi elektromagnetik. Pada kontaktor terdapat sebuah belitan
yang mana bila dialiri arus listrik akan timbul medan magnet pada inti
besinya, yang akan membuat kontaknya tertarik oleh gaya magnet yang
timbul tadi. Kontak bantu NO (Normally Open) akan menutup dan
kontak bantu NC (Normally Close) akan membuka. Kontak pada
kontaktor terdiri dari kontak utama dan kontak bantu. Kontak utama
digunakan untuk rangkaian daya sedangkan kontak bantu digunakan
untuk rangkaian kontrol.
Pada prinsipnya, sebuah kontaktor terdiri dari coil,
beberapa kontak Normally Open (NO) dan beberapa Normally Close
(NC). Pada saat satu kontaktor normal, NO akan membuka dan pada
saat kontaktor bekerja, NO akan menutup. Sedangkan, kontak NC
sebaliknya yaitu ketika dalam keadaan normal kontak NC akan
menutup dan dalam keadaan bekerja kontak NC akan membuka. Koil
adalah lilitan yang apabila diberi tegangan akan terjadi magnetisasi dan
menarik kontak-kontaknya sehingga terjadi perubahan atau bekerja.

28
4. Timer Theben SUL 181 H

Gambar 2.7 Timer Theben SUL 181 H [18]

Menurut pendapat Sonny Rumalutur menjelaskan Timer Theben


SUL 181 H pada dasarnya sama seperti fungsi jam pada umumnya, di
mana dapat dilakukan fungsi untuk menyetel timer menurut kemauan
yang kita inginkan. Alat ini juga mempunyai jarum dan angka pada
lingkarannya, apabila angka tidak sesuai, maka kita dapat menyetel
pada putaran yang berada di kiri atas, tetapi cara menyetelnya hanya
dapat dilakukan satu putaran saja, kemudian tombol bawah hanya
menentukan apakah timer switch tersebut mau digunakan manual atau
dengan menggunakan waktu yang sudah kita tentukan sebelumnya [19].
5. Sakelar Putar (Selector Switch)

Gambar 2.8 Saklar Putar (Selector Switch) [20]


Selector Switch adalah sebuah komponen listrik yang berada
diluar panel listrik yang berfungsi sebagai memilih mode atau merubah
arah arus listrik yang bekerja dengan memutar kanan atau kirim dari
selector switch. Prinsip kerja selector switch yaitu ketika Selector
Switch diputar kenan yang semulanya ada di kiri maka arus akan
mengalir menuju kekontak N/O atau N/C dari selector kanan. Selector
istilahnya memilih tetapi dalam komponen listrik selector berfungsi
untuk memindahkan arus listrik dari kontak block menuju ke kontak
block lainya [20].

29
Sedangkan, menurut W.Bolton terkait komponen-komponen PLC
ia mengatakan bahwa: "Typically a PLC system has the basic functional
components of processor unit, memory, power supply unit, input/output
interface section, communications interface, and the programming
device." [21]:
1) Central Processing Unit (CPU), merupakan otak dari Smart Relay
yang terdiri dari 3 bagian, yaitu:
2) Mikroprosesor sebagai pemroses semua instruksi yang diberikan ke
Smart Relay.
3) Memori sebagai tempat menyimpan data.
4) Catu Daya sebagai sumber tegangan.
5) Programming Console untuk berkomunikasi dengan Smart Relay.
6) Input atau Output. Modul merupakan bagian untuk dihubungkan
dengan masukan sensor dan keluaran untuk aktuator atau indikator
alat.
7) Rak dan chasis.

2.4 Rumus dan Perhitungan Penggunaan Daya Listrik


2.4.1 Perencanaan Penerangan Jalan Umum
Perencanaan teknis merupakan sebuah analisa yang sifatnya
observatif, serta perhitungan rumus yang ada dengan menyesuaikan kriteria
dan Standarisasi Nasional Indonesia (SNI) yang berlaku. Analisa hal teknis
terhadap lampu penerangan jalan umum dilakukan untuk mendapatkan
sistem pengaman yang baik, aman, handal, tahan lama.
Lampu adalah suatu unit lengkap yang terdiri dari sumber cahaya,
untuk membuatnya bekerja (hidup) dan akan menghabiskan energi selama
lampu tersebut bekerja (hidup). Persamaan yang digunakan untuk mencari
besaran energi yang dipakai lampu ditentukan pada Persamaan 2.1 :
= ………………………………………...……...... (2.1)
Dimana :
= Energi yang dibutuhkan atau beban (Wh / Watt hour)

30
= Daya beban atau lampu (Watt)
t = Lama pemakaian beban atau lampu dalam satu hari (hour)
Dalam penerangan dikenal beberapa istilah, lambang dan metode
perhitungan tentang teknik penerangan. Besaran dan satuan yang dipakai
dalam perhitungan adalah sebagai berikut [22]:
1. Sudut stang ornament
Menentukan sudut stang ornamen ini berfungsi agar titik penerangan
mengarah ke tengah jalan yang dapat di tulis dengan Persamaan 2.2:
t= ……...………………………………….……..… (2.2)
Setelah mendapatkan nilai t, didapatkan Persamaan 2.3 [22]:

= ………………………………………….…….…….. (2.3)

Dimana : h = tinggi tiang


C = jarak horizontal lampu ke tengah jalan
t = jarak lampu ke tengah-tengah jalan
2. Intensitas cahaya

= …...……….………………………………………………….. (2.4)

Keterangan :
I = Intensitas cahaya dalam candela (cd)
= Fluks cahaya dalam lumen (lm)
= Sudut ruang (steradian)
Dimana besarnya fluks cahaya dalam lumen dapat dicari menggunakan
Persamaan 2.5 sebagai berikut [22]:
ɸ = K x P ……………………………………………………... (2.5)
Keterangan :
K = Efikasi cahaya rata-rata lampu dalam lumen/Watt
P = Daya listrik dalam Watt
Maka didapatkan Persamaan 2.6 :

I …………………………………………….……………... (2.6)

3. Menghitung Iluminasi pada titik ujung jalan

31
Sebelum menghitung iluminasi pada titik ujung jalan, harus
mencari jarak lampu ke ujung jalan menggunakan Persamaan 2.7
sebagai berikut [22]:
r= ……...……………………………...…………. (2.7)
Keterangan :
h = Tinggi tiang (meter)
l = Jarak titik lampu ke ujung jalan (meter)
Sehingga nilai iluminasi pada titik ujung jalan dapat diperoleh
menggunakan Persamaan 2.8 :
E= …………………………………..……………….. (2.8)

4. Jumlah Titik Lampu Yang Diperlukan Agar dapat mengetahui jumlah


titik lampu yang diperlukan, Jika dirumuskan menjadi [22]:
T = + 1 ……………………………………….…………… (2.9)

Dengan:
T = jumlah titik lampu
L = panjang jalan (m)
S = jarak tiang ke tiang (m)
5. Perhitungan daya listrik yang dibutuhkan
Perhitungan daya listrik dapat dihitung menggunakan Persamaan
2.9 [22]:
P = daya lampu x jumlah lampu …………...……………… (2.10)
Dengan perhitungan menggunakan sistem meterisasi sesuai Tarif
dasar untuk listrik PJU (Penerangan Jalan Umum) yang telah diatur
dalam Penyesuaian Tarif Tenaga Listrik (Tariff Adjustment) bukan juli-
september tahun 2022 yang dikeluarkan oleh Perusahaan Listrik Negara
(PLN) tentang tarif Penerangan Jalan Umum yang merupakan golongan
tarif P3/TR adalah : P3/TR = (daya yang dipakai) (kWh) x Rp 1.444,70)
[23].

32
Tabel 2.7 Biaya dasar listrik untuk golongan P3/TR (PJU) tahun 2017-2022
Tahun Biaya Tarif Per kWh untuk
Penerangan Jalan Umum
2017 Rp 1.467,28
2018 Rp 1.467,28
2019 Rp 1.467,28
2020 Rp 1.444,70
2021 Rp 1.444,70
2022 Rp 1.444,70

33
BAB III
METODOLOGI

3.1 Jenis Penelitian


Kajian penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Menurut
Sugiyono, penelitian metode studi kasus ialah di mana peneliti melakukan
eksplorasi secara mendalam terkait program, kejadian, proses, aktivitas,
terhadap satu atau lebih orang. Suatu kasus terikat oleh waktu dan aktivitas
yang kemudian peneliti melakukan pengumpulan data secara menyeluruh
dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data dan dalam waktu
yang berkesinambungan [24].
Metode penelitian adalah cara atau jalan yang ditempuh berkaitan
dengan penelitian yang dilakukan, yang memiliki langkah-langkah yang
berurutan. Sugiyono menyatakan bahwa, “Metode penelitian dapat diartikan
sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu”. Dapat diartikan pula bahwa metode penelitian sebagai cara ilmiah
untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan,
dikembangkan, dan dibuktikan, serta suatu pengetahuan tertentu sehingga
dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah
[24].
Metode penelitian studi kasus digunakan untuk mengetahui secara
mendalam terhadap suatu program, kejadian, proses, aktivitas yang berkaitan
mengenai efisiensi PJU dengan sistem Smart Relay pada Jalan Tol 6 Ruas
Dalam Kota Jakarta Utara pada seksi Kelapa Gading-Cakung.

3.2 Diagram Alir


Diagram alir dalam bahasa Inggris disebut flowchart, bagan alir, atau
bagan arus adalah sebuah jenis diagram yang mewakili algoritme, alir kerja
atau proses, yang menampilkan langkah-langkah dalam bentuk simbol-
simbol grafis, dan urutannya dihubungkan dengan panah. Diagram ini

34
merupakan penggambaran penyelesaian masalah. Diagram alir digunakan
untuk menganalisis, mendesain, mendokumentasi atau memanajemen
sebuah proses maupun program di berbagai bidang.
Dalam skripsi ini dipaparkan proses penelitian yang diterapkan oleh
peneliti sebagai upaya menggali informasi yang dibutuhkan dalam
penyusunan skripsi ini. Berikut dipaparkan Flowchart penelitian yang
digunakan oleh peneliti.
Mulai

Survey lapangan
mengukur panjang
dan lebar jalan

Menentukan jenis dan


daya lampu

Hitung intensitas cahaya = ∅ /


Hitung iluminasi = x
Hitung daya = Daya lampu x jumlah
lampu

Analisa hasil perhitungan TIDAK


sesuai parameter dan
batasan BSN SNI
tentang PJU

YA
Pembuatan laporan optimalisasi PJU

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Efisiensi PJU

35
Penjelasan Flowchart
1. Peneliti datang atau survei langsung ke lokasi penelitian yaitu pintu
masuk jalan toll
2. Peneliti mengambil data dengan mengukur panjang jalan, lebar jalan,
jumlah titik lampu yang sudah terpasang, jarak antar tiang.
3. Kemudian peneliti mengolah data yang sudah didapat.
4. Menghitung intensitas cahaya, iluminasi dan daya yang dibutuhkan
pada pintu masuk jalan toll
5. Menganalisa hasil perhitungan sesuai parameter dan batasan dari BSN
SNI 7391:2008 tentang penerangan jalan umum.
6. Jika sudah sesuai akan dilaksanakan pembuatan laporan.
3.2.1 Peralatan Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah digital lux
meter digunakan untuk mengukur besarnya intensitas cahaya penerangan
jalan umum sesuai dengan titik yang sudah ditetapkan.
3.2.2 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di proyek Tol 6 Ruas Dalam Kota Jakarta
Utara pada seksi Kelapa Gading-Cakung dengan bantuan tempat magang
dahulu yaitu pada PT KSO Jaya Kontruksi Adhi Karya. Penelitian ini
rencana akan dilakukan selama 3 bulan.

3.3 Metode Penelitian


3.3.1 Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Yaitu dengan mengamati secara langsung dan mengukur panjang
dan lebar jalan objek yang diteliti, yakni PJU di jalan toll.
2. Studi Literatur
Studi pustaka dilakukan upaya mempelajari dan mengumpulkan
data sekunder untuk menunjang penelitian. Data yang dikumpulkan
berasal dari buku referensi, jurnal, artikel maupun internet.

36
3.3.2 Hasil Analisis
Pada jalan toll dalam kota Kelapa Gading Jakarta Utara sudah
terpasang lampu penerangan jalan umum (PJU) menggunakan lampu jenis
LED 120 Watt dan dengan jenis lampu LED dengan daya 120 Watt
didapatkan hasil intensitas penerangan yang sudah maksimal (acuan BSN
SNI 7391:2008). Namun, Dari hasil survey lapangan perlu dilakukan
perubahan pada sistem relay PJU di jalan ini dengan cara merencanakan
pemasangan atau penggunaan smart relay agar dihasilkan efisiensi waktu
dan biaya.

37
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Penelitian


4.1.1 Gambaran Umum
Jalan Tol 6 Ruas Dalam Kota Jakarta Utara merupakan jalan toll yang
terdapat di Kelapa Gading Jakarta Utara hingga Pulo Gadung Jakarta
Timur, dimana terpasang lampu penerangan jalan dengan model tiang
ganda dan single, dengan tinggi tiang 9 meter, dan menggunakan lampu
berwarna kuning. Penilitian ini tidak menghitung sepanjang jalan toll
kelapa gading hingga pulo gadung melainkan dibatasi dari gerbang masuk
kelapa gading POK (Peer On Kelapa Gading) yang berakhir pada akhir
zona dua tepat diatas Rumah Sakit Gading Pluit yang memiliki panjang
jalan 4 km dan lebar jalan 12 m, yang merupakan jalan jenis arteri dimana
terdapat 79 titik tiang dengan 145 titik lampu, diantaranya yaitu 66 titik
tiang ganda dan 13 titik tiang single terpasang di sepanjang jalan.
4.1.2 Kondisi Eksiting ampu
Berdasarkan survey di lapangan lampu yang dipakai untuk PJU yang
sudah terpasang adalah lampu berjenis LED dengan daya 120 Watt,
berikut spesifikasi dari lampu LED 120 Watt :

Gambar 4.1 Lampu PJU LED

38
Data lampu LED yang dapat dilihat :
 Power : 120 Watt
 Efficiency : 100 lm/w
 Life span : 1-2 years
 Lumen : 11.500 lux

4.2 Analisis Data


4.2.1 Menentukan Sudut Stang Ornament
Sudut stang ornament berfungsi agar titik penerangan yang dihasilkan oleh
lampu mengarah ke tengah jalan. Menentukan sudut stang ornament
sangatlah penting, karena kemiringan dari stang ornament ini
mempengaruhi nilai intensitas penerangan yang dihasilkan.

Gambar 4.2 Panjang Stang Ornamen


Diketahui :
Tinggi tiang (h) = 9 Meter
Jarak horizontal lampu ke tengah jalan (C) = 3 Meter
Di tanya :
Jarak lampu ke tengah jalan (t)?
Penyelesaian:
Sesuai dengan rumus persamaan menghitung stang sesuai rumus pada
BAB II (2.2) maka diperoleh hasil sebagai berikut:

39
t =

= = 9,48 meter

Maka, =

= 0,94
= 19,94
Jadi sudut kemiringan stang ornament-nya adalah 19,94
4.2.2 Hasil pengukuran intensitas cahaya atau penerangan menggunakan
lux meter digital.
Pengukuran intensitas cahaya ini menggunakan digital lux meter
bertipe Sanfix GM 1010 dan berlokasi di gerbang masuk kelapa gading,
dengan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Intensitas Cahaya


(Menggunakan Lux Digital Meter)
Jarak Antar Tiang
Pengukuran Rata-Rata (Lux)
2 Meter 7 Meter 12 Meter
Hasil Pada Titik 26,90 25,90 19,20
Lurus Dengan
Lampu (Lux)
Hasil Pada Titik 25,90 9,30 23,40
Tengah Antar 18,44
Lampu (Lux)
Hasil Pada Titik 19,20 11,30 18,10
Lampu Belakang
(Lux)

40
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Intensitas Cahaya
(Menggunakan Lux Digital Meter) di Peer On Kelapa Gading 18-19
Jarak Antar Tiang
Pengukuran Rata-Rata (Lux)
2 Meter 7 Meter 12 Meter
Hasil Pada Titik 18,33 8,52 17,44
Lurus Dengan
Lampu (Lux)
Hasil Pada Titik 23,63 11,24 23,42
Tengah Antar 17,06
Lampu (Lux)
Hasil Pada Titik 13,12 13,10 24,81
Lampu Belakang
(Lux)

Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Intensitas Cahaya


(Menggunakan Lux Digital Meter) di Ruas tol Cakung 22
Jarak Antar Tiang
Pengukuran Rata-Rata (Lux)
2 Meter 7 Meter 12 Meter
Hasil Pada Titik
Lurus Dengan 21,04 9,84 21,30
Lampu (Lux)
Hasil Pada Titik
Tengah Antar 25,60 15,10 24,62 18,95
Lampu (Lux)
Hasil Pada Titik 19,60 14,70 18,80
Lampu Belakang
(Lux)

Gambar 4.3 Pengukuran Intensitas Cahaya (Menggunakan Digital Lux Meter)

41
Tabel 4.4 Perhitungan Pencahayaan Lampu Pada Titik Lampu Ke Ujung Jalan

Rata-Rata Hasil
Jarak Dari Titik Lampu Hasil Perhitungan
No Yang Didapatkan
(Meter) (Lux)
(Lux)
1 2
2 7 7,72
3 12

4.3 Pembahasan
4.3.1 Perhitungan Iluminasi Dengan Lebar Jalan
Perhitungan pencahayaan lampu pada titik lampu ke ujung jalan
Perhitungan intensitas cahaya pada titik jalan sesuai rumusan yang ditulis
pada BAB II (2.7) dan dilakukan untuk mendapatkan intensitas tertentu
dalam pemasangan lampu penerangan jalan, sehingga dapat diukur
penggunaan energi listriknya. Perhitungan intesitas cahaya pada lampu
penerangan jalan akan menjadi titik dimana posisi lampu penerangan jalan
seharusnya. Dengan daya 120 Watt:
1. Perhitungan iluminasi dengan lebar jalan 2 meter
r= = 9.21

Jadi = = = 0,98

Ø= 0,98 = 11,48

Er = = x = Lux

2. Perhitungan iluminasi dengan lebar jalan 7 meter


r= = 11.40

Jadi = = = 0,8

Ø= 0,79 = 37,81

Er = = x = Lux

42
3. Perhitungan iluminasi dengan lebar jalan 12 meter

Jadi =

Ø= 0,6 = 53,13

Er = = x = Lux

4.3.2 Menghitung Intensitas Cahaya


Intensitas cahaya untuk lampu LED 120 Watt dapat dihitung
menggunakan Persamaan (2.4) sebagai berikut :
=

Keterangan :
 Fluks cahaya ( ) = Fluks cahaya dalam lumen (lm/watt)

 Sudut ruang ( ) =4
Dimana besarnya fluks cahaya dalam lumen dapat dicari menggunakan
Persamaan sebagai berikut :
=KxP

Keterangan :
 K = Efikasi cahaya rata-rata dalam lumen/watt
 P = Daya lampu (Watt)
Dengan besarnya nilai efikasi cahaya lampu led 120 Watt sebesar 100
lm/watt, maka diperoleh perhitungan sebagai berikut:

954,92 Cd
4.3.3 Perhitungan Jumlah Lampu Yang Diperlukan Pada Jarak 4.000
Meter
Perhitungan jumlah lampu yang diperlukan pada jarak 4.000 meter
dengan menggunakan rumus (2.9) sebagai berikut:

43
T= +1= + 1 = 81

Perhitungan diatas merupakan hitungan yang terapkan pada tiang


satu lampu. Maka jumlah lampu yang diperlukan adalah 147 buah lampu.
Untuk jalan umum dengan panjang jalan 4.000 meter dengan jarak antara
tiang ke tiang 50 meter dapat memasang atau menggunkan 80 titik lampu.
Lampu yang akan dipasang adalah sebanyak 147 buah dengan jarak 50
meter adalah hasil dari perhitungan di lapangan dengan rincian 134 buah
lampu pada 67 tiang double dan 13 buah lampu pada 13 tiang single. Dari
analisis diperoleh hasil bahwa dengan jarak tiap tiang sejauh 50 meter
diperoleh intensitas cahaya yang maksimal.
4.3.4 Analisis Besarnya Daya Listrik Yang Diperlukan
Daya listrik yang digunakan adalah untuk dapat menentukan ukuran
proteksi dan pasang pengaman perangkat yang digunakan. Perhitungan
dan analisis data diperlukan bukan hanya untuk alat keamanan tetapi juga
untuk saluran yang menggunakan kabel. Perhitungan dan evaluasi daya
listrik berdasarkan jumlah penerangan jalan yang akan dipasang.
Perhitungan dan evaluasi yang diperoleh harus terkait dengan cach lainnya
dengan pengamanan yang terpasang. Perhitungan dan evaluasi dilakukan
berdasarkan jumlah penerangan jalan yang akan diinstal.
Pada pukul 18:00 lampu menyala dan mati pada pukul 6:00 pagi,
jadi lampu beroperasi selama 12 jam. Energi yang dibutuhkan untuk
operasi selama 12 jam adalah :
Berdasarkan titik lampu dengan daya 120 Watt, maka daya yang
dibutuhkan pada penerangan jalan umum ini dapat dihitung dengan
persamaan rumus (2.1) sebagai berikut :
= daya lampu x jumlah lampu
= 120 Watt x 147
= 17.640 Watt
= 17,64 Kw

44
Jumlah daya yang dikonsumsi penerangan jalan umum di jalan tol Kelapa
Gading – Cakung saat menggunakan LED 120 Watt adalah 17,64 kW.
4.3.5 Menghitung Energi Listrik
Pola operasi penerangan jalan umum telah ditentukan dengan waktu nyala
pukul 18.00 WIB – 06.00 WIB, sehingga lampu beroperasi selama 12 jam.
Energi yang dibutuhkan saat menggunakan LED 120 Watt dan dihitung
sesuai rumus (2.1)
adalah sebagai berikut :
=
= (120 x 147) x 12
= 211.680 Watt
= 211,68 kWh/hari
Dalam satu bulan energi listrik yang dikonsumsi adalah sebagai berikut :
per bulan = 211,68 Watt x 30 hari = 6.350,40 kWh/bulan.
4.3.6 Perhitungan Biaya Konsumsi Energi Listrik
Biaya penggunaan energi listrik pada perencanaan penerangan jalan
umum (PJU) dipengaruhi oleh besarnya daya langganan beban ke
perusahaan penyedia energi listrik dan daya lampu yang terpasang pada
masing-masing titik PJU. Tabel 4.5 merupakan perhitungan biaya listrik
tiap bulan untuk PJU berdasarkan PLN :
Tabel 4.5 Biaya Dasar Listrik Untuk Golongan P3/TR (PJU) Tahun 2017-2022
Tahun Biaya Tarif Per kWh untuk
Penerangan Jalan Umum
2017 Rp 1.467,28
2018 Rp 1.467,28
2019 Rp 1.467,28
2020 Rp 1.444,70
2021 Rp 1.444,70

Kajian ini menggunakan tarif per bulan yaitu Rp 1.444,70. Dari tabel
4.5 dapat diketahui perhitungan biaya energi listrik tiap bulan untuk PJU
adalah sebagai berikut:
Biaya pemakaian = Daya (kW) x jam nyala x tarif P-3/TR

45
Biaya listrik per tahun = 12 x biaya pemakaian
Berikut perhitungan biaya listrik PJU :
Diketahui:
Jumlah tiang = 147 (67 tiang double + 13 tiang single)
Daya lampu = 120 Watt → 0,12 kW
Jam nyala = 12 jam
Tarif per kWh = Rp 1.444,70/kWh
Ditanya: Berapa biaya konsumsi llistrik PJU selama satu bulan?
Penyelesaian: Biaya pemakaian listrik PJU perbulan adalah
B = 147 x 0,12 kW x 12 jam x 30 hari x Rp 1.444,70/kWh
= Rp 9.174.422,88
Jadi biaya listrik per sebesar Rp 9.174.422,88
Biaya listrik per tahun = 12 x Rp 9.174.422,88 = Rp 110.093.075,56
Jadi, anggaran biaya listrik untuk 120 Watt PJU per tahun yang harus
dibayar adalah sebesar Rp 110.093.075,56

46
4.4 Pembahasan
4.4.1 Energi Listrik Yang Digunakan Dalam Satu Hari (Sebelum
Menggunakan Smart Relay)
Penggunaan energi listrik untuk penerangan jalan tergantung pada
penggunaan jenis lampu yang akan dipasang dan durasi waktu nyala
lampu PJU. Sebelum penggunaan Smart Relay, PJU dikendalikan secara
manual oleh tenaga manusia atau pekerja yang sudah ditugaskan. Hal ini
dirasa kurang praktis tentunya jika dilihat dari segi ketepatan waktu
menghidupkan dan mematikan PJU ini sangatlah kurang. Hal ini akan
menimbulkan dampak pada biaya yang harus dibayarkan menjadi tidak
efisien dimana seringkali terjadi keterlambatan mematikan dan
menghidupkan lampu PJU yang disebabkan oleh kelalaian atau human
error. Pun juga akan menambah beban biaya kepada pekerja yang
dikeluarkan tiap hari hingga bulannya.
Pengukuran beban energi listrik yang digunakan oleh 147 lampu
penerangan jalan per harinya dihitung selama 12 jam operasional yaitu
dimulai pukul 18.00 sampai pukul 06.00 dengan rumus (2.1) sebagai
berikut :
=
= (120 x 147) x 12
= 211.680 Watt
= 211,68 kWh/hari
Dalam satu bulan energi listrik yang dikonsumsi adalah sebagai
berikut :
per bulan = 211,68 Watt x 30 hari
= 6.350,40 kWh/bulan.
Hasil ini didapatkan ketika lampu dioperasikan sesuai jam
operasional yaitu 12 jam per hari. Namun, pada kondisi seperti lupa
mematikan PJU diluar jam operasional maka konsumsi energi listrik akan
melebihi hasil tersebut. Seperti contoh pada hari libur besar sering
ditemukan lampu PJU yang masih menyala sampai pukul 07.00 (lebih 1

47
jam dari jam opersional). Sehingga didapatkan jumlah beban listrik
sebagai beirkut :
=
= (120 x 147) x 13 jam
= 229.320 Watt
= 229,32 kWh/hari
Maka, biaya yang harus dikeluarkan atas kelalaian tersebut adalah
sebesar: 147 lampu x 0,12 kW x 13 jam x Rp1444,70/kWh = Rp
331.298,60 setiap harinya.
Sedangkan pada jam operasional normal maka biaya yang dikeluarkan
pada 12 jam opersional adalah:
147 lampu x 0,12 kW x 12 jam x Rp1.444,70/kWh = Rp 305.814,09
Sehingga terdapat efisiensi coast atau biaya yang dikeluarkan Ketika
Smart relay telah digunakan karena waktu nyala PJU bisa dikontrol sesuai
jam yang telah ditentukan.
Untuk lebih jelas disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4.6 Tabel Perbandingan Biaya Yang Harus Dikeluarkan


PJU Tanpa Smart PJU dengan Smart
Rincian
Relay Relay

Biaya Listrik Per kWh Rp 1.444,70 / kWh Rp 1.444,70 / kWh


Waktu Nyala 12 jam 12 jam
Ketepatan Waktu (Efisiensi
TIDAK YA
Waktu)
Bantuan Manusia (Efisiensi
YA TIDAK
Tenaga)
Biaya Konsumsi Listrik
Rp 9.174.422,70 Rp 9.174.422,70
perbulan
Biaya Pekerja
Rp 4.453.935 TIDAK
Total Biaya (Konsumsi
Listrik Per Bulan + Biaya
Rp 13.628.357,70 Rp 9.174.422,70
Pekerja)

48
4.4.2 Analisis Perbandingan PJU Menggunakan Smart Relay dan Tanpa
Menggunakan Smart Relay
Berdasarkan beberapa alasan maka diadakanlah penelitian ini
sebagai tindakan perbaikan pada efisiensi penggunaan Smart Relay pada
penerangan jalan umum (PJU) pada proyek Tol 6 Ruas Dalam Kota
Jakarta Utara menggunakan Smart Relay saat malam hari pada sesi Kelapa
Gading, Cakung, Jakarta Utara.
Setelah digunakannya Smart Relay maka akan kita dapatkan hasil
perbedaan antara digunakannya Smart Relay pada PJU dan tanpa
menggunakan Smart Relay, perbedaan tersebut bisa dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya yaitu :
1) Faktor Biaya atau Cost yang dikeluarkan, (dijelaskan pada tabel
4.6).
2) Faktor Usaha atau tenaga yang dibutuhkan

Gambar 4.4 Grafik Perbandingan Lama Nyala Lampu PJU dengan Smart Relay
dan Tanpa Smart Relay

Perbandingan Lama Nyala Lampu PJU dengan Smart


Relay dan Tanpa smart Relay
14

13,5

13

12,5

12

11,5

11
HARI 1 HARI 2 HARI 3 HARI 4 HARI 5 HARI 6 HARI 7

PJU SMART RELAY PJU NON SMART RELAY

Keterangan Grafik :
 Garis Biru = PJU dengan menggunakan Smart Relay
 Garis Coklat = PJU tanpa menggunakan Smart Relay
 Angka = Lama menyalanya lampu PJU
 Hari = Lama hari penelitian

49
Hasil Analisis deskriptif kepada penelitian PJU baik menggunakan
Smart Relay maupun sebelum menggunakan Smart Relay yang dilakukan
selama tujuh hari, diketahui bahwa PJU dengan Smart Relay menghasilkan
beban konsumsi listrik yang stabil dikarenakan jadwal nyala dan mati lampu
PJU yang lebih konsisten sesuai jadwal yang sudah ditentukan.
Dibandingkan dengan yang dilakukan secara manual dengan tenaga manusia
atau pekerja, hal ini berbanding lurus dengan biaya pengeluaran yang lebih
efisien karena tidak harus mengeluarkan biaya upah pekerja.
Efektifitas penggunaan Smart Relay pada PJU bisa dilihat dari
beberapa sektor yaitu :
1. Biaya, dari PJU dengan Smart Relay akan konsisten dalam pengeluaran
biaya tiap hari maupun bulannya, sebaliknya dengan PJU tanpa Smart
Relay akan mengeluarkan biaya yang terkadang melebihi biaya yang
diharapkan.
2. Konsistensi waktu, PJU dengan Smart Relay akan konsisten dalam
pengoperasiannya sesuai dengan sistem yang sudah diatur pada Smart
Relay. Namun, untuk PJU tanpa menggunakan Smart Relay sering kali
didapatkan kelalaian dari pekerja yang tidak tepat waktu dalam
pengoperasiannya yang akan mempengaruhi lebihnya biaya yang
dikeluarkan.
3. Tenaga, PJU dengan menggunakan Smart Relay hanya membutuhkan
setting sistem untuk pengoperasiannya dan akan sesuai waktu yang
ditentukan. PJU tanpa menggunakan Smart Relay akan membutuhkam
tenaga manusia atau pekerja untuk menhidupkan maupun mematikannya.

50
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah di jalan toll dalam kota Kelapa Gading –
Cakung tentang besar efisiensi penerangan jalan umum (PJU) di Jakarta
Utara (studi kasus jalan toll dalam kota Kelapa Gading – Cakung yang
menggunakan sistem Smart Relay) maka, dapat disimpulkan bahwa
penerangan jalan umum yang meggunakan Smart Relay lebih efisien
dibandingkan tanpa menggunakan Smart Relay. Hal ini bisa dilihat dari
hasil analisa biaya yang dikeluarkan pada penerangan jalan umum (PJU)
dengan Smart Relay lebih stabil dibandingkan tanpa menggunakan Smart
Relay. Kemudian dengan adanya Smart Relay maka akan mengurangi
intervensi manusia pada penerangan jalan umum (PJU).
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini:
1. Pemerintah DKI Jakarta sebaiknya perlu melakukan pembaruan
teknologi khususnya pada penerangan jalan umum (PJU)
2. Melihat dari keterbatasan penelitian maka perlu dilakukan penelitian
lebih dengan melakukan minimal 10 kali pengukuran.
3. Perlu adanya kesadaran masyarakat dalam hal menjaga sarana dan
prasarana yang sudah difasilitasi oleh pemerintah.

51
DAFTAR PUSTAKA

[1] O. Z. Tamin, Perencanaan dan pemodelan transportasi. Penerbit ITB,


2000.
[2] S. N. Indonesia, “Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000),”
Badan Stand. Nasioanal, ICS, vol. 91, p. 50, 2000.
[3] R. D. Wirapati, “Efektivitas Pemberian Tepung Kencur (Kaempferia
galanga Linn) pada Ransum Ayam Broiler Rendah Energi dan Protein
terhadap Performan Ayam Broiler, Kadar Kolestrol, Persentase Hati dan
Bursa Fabrisius,” 2008.
[4] T. L. Gie, “Efisiensi Kerja Bagi Pembangunan Negara,” Gajah Mada Univ.
Pres Yogyakarta, 1996.
[5] E. E. Ghiselli and C. W. Brown, “Personnel and industrial psychology.,”
1948.
[6] Y. A. Ozcan and others, Health care benchmarking and performance
evaluation. Springer, 2008.
[7] I. Syamsi, “Efisiensi, Sistem, dan prosedur kerja,” Jakarta PT. Bumi
Aksara, 2004.
[8] D. A. O. Turang, “Pengembangan Sistem Relay Pengendalian Dan
Penghematan Pemakaian Lampu Berbasis Mobile,” in Seminar Nasional
Informatika (SEMNASIF), 2015, vol. 1, no. 1.
[9] A. D. W. I. LAKSONO and S. I. HARYUDO, “Rancang Bangun dan
Analisis Peralatan Pendeteksi Dini Temperatur Motor Induksi 3 Fasa
Dengan Sensor LM35 Berbasis Zelio SR2B121BD,” J. Tek. ELEKTRO,
vol. 9, no. 2, 2020.
[10] B. S. Nasional, “Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000),”
Adopsi Standar Nas. Indones. (SNI). Yayasan PUIL. Jakarta, 2000.
[11] D. Mahardika, “EVALUASI PENERANGAN LAMPU JALAN DI
JALAN BAYPASS ALANG-ALANG LEBAR,” POLITEKNIK NEGERI
SRIWIJAYA, 2016.
[12] R. C. Clark and R. E. Mayer, E-learning and the science of instruction:

52
Proven guidelines for consumers and designers of multimedia learning.
john Wiley \& sons, 2016.
[13] J. D. K. KUDUS, “TUGAS AKHIR OPTIMALISASI PENERANGAN
JALAN UMUM (PJU) DI”.
[14] P. ZUT KATTA SOLUSI, “Mengenal Tiang PJU – dari Kegunaan hingga
Proses Pemasangan,” 2020. https://www.ptzutkattasolusi.com/tiang-pju/
(accessed Jun. 30, 2022).
[15] N. F. Alamtsa, M. H. Taher, A. Hafid, and A. Faharuddin, “Analisis Teknis
dan Ekonomis Plts untuk Sistem Penerangan Jalan Poros Kab. Pangkep,”
VERTEX ELEKTRO, vol. 13, no. 2, pp. 43–47, 2021.
[16] kelas plc, “Perbedaan Antara MCB Dan MCCB,” 2022.
https://www.kelasplc.com/perbedaan-antara-mcb-dan-mccb/ (accessed Jun.
30, 2022).
[17] Z. Putra, “Prinsip Kerja Kontaktor Magnet,” 2018.
https://ngelistrik.com/2018/05/09/prinsip-kerja-kontaktor-magnet/
(accessed Jun. 30, 2022).
[18] A. Arifin, “Cara Mudah Dan Lengkap Setting Timer Theben,” 2021.
https://www.carailmu.com/2021/06/cara-setting-timer-theben.html
(accessed Jun. 30, 2022).
[19] S. Rumalutur and J. Ohoiwutun, “Sistem Kendali Otomatis Panel
Penerangan Luar Menggunakan Timer Theben Sul 181 H Dan Arduino
Uno R3,” Electro Luceat, vol. 4, no. 2, pp. 43–51, 2018.
[20] Admin, “Pengertian Selector Switch,” PLCDROID, 2020.
https://www.plcdroid.com/2020/11/pengertian-selector-switch.html
(accessed Jul. 01, 2022).
[21] W. Bolton, Programmable logic controllers. Newnes, 2015.
[22] G. A. A. Putra, I. K. Wijaya, and I. W. A. Wijaya, “ANALISIS
PERHITUNGAN ULANG LAMPU PENERANGAN JALAN BYPASS
NGURAH RAI,” J. SPEKTRUM, vol. 7, no. 4, pp. 124–131, 2020.
[23] PLN, “Tarif Adjustment,” PLN, 2022. https://web.pln.co.id/pelanggan/tarif-
tenaga-listrik/tariff-adjustment (accessed Jul. 01, 2022).

53
[24] P. D. Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R\&D,
Bandung: CV. ALVABETA,” 2009.

54
KARTU BIMBINGAN SKRIPSI
FAKULTAS TEKNNOLOGI INDUSTRI
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

1. Nama Mahasiswa : Saifulloh Ali


2. Nomor Pokok : 18171025076
3. Program Studi : Teknik Elektro
4. Jenjang Akademis : Strata Satu (S1)
5. Judul Skripsi :

EFISIENSI DAYA PENERANGAN JALAN UMUM DENGAN


SISTEM SMART RELAY PADA PROYEK JALAN TOL 6 RUAS
DALAM KOTA JAKARTA UTARA

6. Tanggal Mengajukan Skripsi : 19 April 2022


7. Selesai Menulis Skripsi : 5 Juli 2022
8. Dosen Pembimbing I : Bambang Agus Hidayat, S.T., M.M.
9. Keterangan : Berlaku Satu Semester

Jakarta, 5 Juli 2022


Dosen Pembimbing I

Bambang Agus Hidayat, ST., MM.

55
62
FORMULIR ASISTENSI SKRIPSI

Nama : Saifulloh Ali


Nomor Pokok : 18171025076
Program Studi : Teknik Elektro
Jenjang Akademis : Strata Satu (S1)
Fakultas : Teknologi Industri
Nama Pembimbing : Bambang Agus Hidayat, S.T., M.M
Judul Skripsi :

EFISIENSI DAYA PENERANGAN JALAN UMUM DENGAN


SISTEM SMART RELAY PADA PROYEK JALAN TOL 6 RUAS
DALAM KOTA JAKARTA UTARA

NO. TANGGAL KETERANGAN PARAF


1 19 April 2022 1. Perbaikan BAB 1
2. Ikuti panduan penulisan skripsi
3. Sesuaikan format lembar-lembar
sesuai panduan

2 25 April 2022 1. Perbaikan BAB I dan BAB II


2. Lembar awal BAB I (Lembar
Persetujuan)
3. Penulisan kata bahasa inggris

3 26 Mei 2022 1. Perbaikan pada BAB II


2. BAB II rumus-rumus perhitungan
PJU, Ref PJU
3. Penulisan Dabus menggunakan
Mendeley

4 20 Juni 2022 1. Perbaikan pada BAB II dan BAB


IV
2. Cantumkan rumus pada BAB II
untuk perhitungan di BAB IV
3. Penulisan Dabus menggunakan
Mendeley

5 26 Juni 2022 1. Perbaikan pada BAB II dan BAB


IV
2. Rumus yang dimasukkan pada
BAB II harus sesuai pada BAB IV

57
3. Indonesian Style pada angka (000
dst)
4. Gunakan tabel hasil perhitungan
pada BAB IV yang kemudian
dijelaskan rinciannya
5. Penulisan Dabus menggunakan
Mendeley

6 29 Juni 2022 1. Perbaikan pada BAB IV


2. Buat uraian dari perbandingan pada
BAB IV sehingga bisa diterima
dengan baik

7 3 Juli 2022 1. Lampirkan lembar asistensi

8 6 Juli 2022 1. Berikan nomor halaman sesuai


format
2. Lampirkan perhitungan lumen

Jakarta, 5 Juli 2022


Dosen Pembimbing I

Bambang Agus Hidayat, ST., MM.

58
FORMULIR ASISTENSI SKRIPSI

Nama : Saifulloh Ali


Nomor Pokok : 18171025076
Program Studi : Teknik Elektro
Jenjang Akademis : Strata Satu (S1)
Fakultas : Teknologi Industri
Nama Pembimbing : Leni Devara Asrar, ST., MT.
Judul Skripsi :

EFISIENSI DAYA PENERANGAN JALAN UMUM DENGAN


SISTEM SMART RELAY PADA PROYEK JALAN TOL 6 RUAS
DALAM KOTA JAKARTA UTARA

NO. TANGGAL KETERANGAN PARAF


1 8 April 2022 1. Mengajukan proposal skripsi

2 13 April 2022 1. Perbaikan BAB I


2. Pada BAB I huruf a,b,c dst ganti
menjadi 1,2,3 dst
3. Pada rumusan masalah tidak perlu
bagian a) karena hanya tunggal
maka nyatakan dalam kalimat atau
penjelasan saja
4 Daftar pustaka

3 17 April 2022 1. Proposal disetujui


2. Lengkapi nama pembimbing pada
proposal terlampir yang telah di ttd
Kaprodi
3. Email proposal yang telah di ttd
dan dilengkapi nama pembimbing
serta surat bimbingan ke
pembimbing untuk lanjut
bimbingan
4. Gunakan template terlampir untuk
laporan skripsi

4 19 April 2022 1. Lanjutkan BAB II

5 30 April 2022 1. Langsung gunakan template


laporan skripsi sehingga perbaikan
penulisan bisa di cek dari awal.
59
6 29 Mei 2022 1. Lengkapi no dapus pada BAB II
2. Perbaiki susunan bagian kiri
penulisan
3. Tabel diketik kembali, jangan di
crop
4. Gunakan huruf besar setiap awal
judul gambar/tabel
5. Parallel BAB IV

7 12 Juli 2022 1. Lampirkan lampiran dan sesuaikan


dengan daftar lampiran
2. Pada BAB II coba cek kembali
penomoran antara tulisan dengan
aktual gambar krn ada yang tdk
sama
3. 3.1 ringkas dan cukup jelaskan
jenis penelitian yang digunakan
4. Setiap gambar diberi no.urut dan
judul kemudian cek BAB II dan
BAB IV
5. Jika telah direvisi dan disetujui
pembimbing I segera ajukan surat
persetujuan sidang dan isi lembar
bimbingan untuk di cek
pembimbing.

Jakarta, Juli 2022


Dosen Pembimbing II

Leni Devara Asrar, ST., MT.

60
HASIL PERHITUNGAN INTENSITAS CAHAYA
Besar Pencahayaan Menggunakan Lux Meter Digital

61
62
63

Anda mungkin juga menyukai