16
harus mempertimbangkan enam aspek sebagaimana yang diungkapkan
Goetama, Agoen Yogha, yaitu:
1. Distribusi cahaya, kerataan cahaya pada jalan merupakan hal yang
penting, untuk itu harus ditentukan faktor cahaya yang merupakan
perbandingan kuat penerangan pada bagian tengah lintasan dengan tepi
jalan.
2. Cahaya yang menyilaukan dapat menyeBAB kan keletihan mata,
perasaan tidak nyaman dan kemungkinan kecelakaan. Untuk
mengurangi silau tersebut, maka digunakan gelas pada armatur yang
berfungsi sebagai filter cahaya.
3. Arah pancaran cahaya dan pembentukan bayangan.
4. Warna dan perubahan warna. Warna cahaya lampu pelepasan gas
tekanan tinggi (khusus lampu merkuri) berpengaruh terhadap warna
tertentu.
5. Lingkungan, berkabut maupun berdebu mempunyai faktor absorsi
terhadap cahaya yang dipancarkan oleh lampu.
Enam aspek yang harus diperhatikan saat pengadaan dan pemasangan
PJU antara lain:
1) Kuat rata-rata penerangan, pihak terkait dalam hal ini Dinas
Perhubungan Daerah harus memperhatikan besarnya kuat penerangan
berdasarkan pada kecepatan maksimal yang diizinkan terhadap
kendaraan yang melaluinya.
2) Distribusi cahaya, penyebaran cahaya pada jalan raya penting untuk
diperhatikan. Distribusi cahaya sendiri merupakan perbandingan kuat
penerangan pada bagian tengah (median) lintasan dengan tepi jalan, di
mana perbandingannya tidak boleh lebih dari 3:1.
3) Pemasangan PJU harus menghasilkan cahaya yang yang tidak
menyilaukan. Untuk mengurangi cahaya silau yang dikeluarkan lampu
PJU, maka dapat digunakan akrilik atau gelas pada armatur (rumah
lampu) yang berfungsi sebagai filter cahaya. Sumber penerangan
dipasang menyudut 5° hingga 15° sehingga menghasilkan arah
17
pancaran cahaya dan pembentukan bayangan yang lebih tepat, tidak
mengganggu pengguna jalan.
4) Pengadaan PJU harus memperhatikan spesifikasi jenis lampu yang
masing-masing jenis lampu tersebut mempunyai pengaruh terhadap
perubahan warna pada objek yang dikenai cahaya lampu. Pilih jenis
lampu yang m ampu membuat pembedaan warna yang baik terhadap
benda yang diteranginya.
5) Untuk lingkungan yang berkabut ataupun berdebu sangat tepat jika
menggunakan lampu SON atau SOX [13].
2.3.2 Jenis Lampu PJU
Di bawah ini merupakan gambar tabel jenis lampu penerangan jalan
dikutip dari PUIL antara lain :
18
Lanjutan Tabel 2.3 Jenis Lampu Penerangan Jalan
Efisiensi Umur
Pengaruh
Jenis Rata- Rencana
Daya Terhadap
Lampu Rata Rata- Keterangan
(Watt) Warna
(Lumen/ Rata
Obyek
Watt) (Jam)
Untuk jal
an tol, arteri,
kolektor,
persimpangan
besar atau luas
Lampu gas dan interchange,
sodium 150; efisiensi tinggi,
12.000 –
tekanan 110 250; Buruk umur sangat
20.000
tinggi ( 400 panjang, ukuran
SON) lampu kecil,
mudah
pengontrolan
cahaya, jenis
lampu ini sangat
recommended
Keterangan:
1. Lampu Tabung Fluorescent atau lebih dikenal dengan istilah lampu
TL, lampu TL bekerja dengan menggunakan merkuri dan gas argon,
dimana merkuri akan berfungsi untuk menghasilkan radiasi
ultraviolet. Sinar ultraviolet itu akan membangkitkan phosphors yang
kemudian akan bercampur mineral lain yang telah dilaburkan pada sisi
bagian dalam tabung lampu sehingga akan menimbul kan cahaya
sedangkan gas argon berfungsi untuk keperluan start.
2. Lampu Merkuri, prinsip kerja lampu merkuri hampir sama dengan
prinsip kerja lampu fluorescent. Perbedaannya lampu merkuri bekerja
20
pada faktor daya yang rendah, sehingga harus menggunakan kapasitor
untuk memperbaiki faktor daya lampu.
3. Lampu Sodium Tekanan Rendah (SOX) termasuk dalam kelompok
lampu tabung, sehingga prinsip kerjanya hampir sama dengan yang
lainnya. Perbedaannya hanya menggunakan campuran gas argon,
neon, dan logam murni sodium. Gas argon dan neon dimaksudkan
untuk keperluan penyalaan awal, sedangkan logam sodium
dimaksudkan untuk menghasilkan cahaya kuning.
4. Lampu Sodium Tekanan Tinggi (SON), memiliki prinsip kerja yang
sama dengan SOX, hanya saja lampu ini tidak mampu di start dengan
tegangan nominal 220 volt. Oleh karena itu, dibutuhkan tegangan
tinggi dan frekuensi tinggi sesaat dan pelepasan elektron dalam tabung
gas sampai mencapai temperatur kerja yang dibutuhkan membutuhkan
waktu yang lama (kira-kira 10 menit).
Terdapat 5 klasifikasi jalan beserta kuat penerangan rata-rata yang
dihasilkan, yaitu:
1. Jalan bebas hambatan atau jalan Tol (>20 lx).
2. Jalan utama, yaitu: jalan yang menuju atau melingkar kota (15 hingga
20 lx).
3. Jalan penghubung, yaitu: jalan percabangan jalan utama (7 hingga 10
lx),
4. Jalan kampung atau local (3 hingga 5 lx).
5. Jalan setapak atau gang (3 hingga 5 lx).
Posisi pemasangan lampu penerangan menurut Muhaimin ada enam
yaitu:
1. Pemasangan dengan menggantung pada tengah jalan.
2. Pemasangan pada satu sisi jalan.
3. Pemasangan pada dua sisi jalan.
4. Pemasangan pada dua sisi jalan berhadapan berselang seling.
5. Pemasangan pada dua sisi median jalan.
6. Pemasangan pada dua sisi median jalan berselang seling [9].
21
2.3.3 Tiang Penerangan Jalan
Tiang merupakan komponen yang digunakan untuk menopang
lampu. Beberapa jenis tiang yang digunakan untuk lampu jalan adalah tiang
besi dan tiang octangonal. Berdasarkan bentuk lengannya, tiang lampu jalan
dapat dibagi menjadi beberapa bagian sebagai berikut :
1. Tiang lampu dengan lengan tunggal
Tiang lampu ini pada umumnya diletakkan pada sisi kiri atau
kanan jalan. Tipikal bentuk dan struktur tiang lampu dengan lengan
tunggal yang dapat dilihat pada Gambar 2.1
(A) (B)
Gambar 2.2 (a) Tiang lampu single angle; (b) Tiang lampu single parabola [14]
22
2.3.3 Tiang Penerangan Jalan
Tiang merupakan komponen yang digunakan untuk menopang
lampu. Beberapa jenis tiang yang digunakan untuk lampu jalan adalah tiang
besi dan tiang octangonal. Berdasarkan bentuk lengannya, tiang lampu jalan
dapat dibagi menjadi beberapa bagian sebagai berikut :
1. Tiang lampu dengan lengan tunggal
Tiang lampu ini pada umumnya diletakkan pada sisi kiri atau
kanan jalan. Tipikal bentuk dan struktur tiang lampu dengan lengan
tunggal yang dapat dilihat pada Gambar 2.1
(A) (B)
Gambar 2.2 (a) Tiang lampu single angle; (b) Tiang lampu single parabola [14]
22
(A) (B)
Gambar 2.3 (a) Tiang lampu double parabola; (b) Tiang lampu double angle [14]
2.3.4 Penerangan Jalan Umum di Jalan Tol 6 Ruas Dalam Kota Jakarta
Utara
Adapun dalam merencanakan lampu PJU di Jalan Tol 6 Ruas Dalam
Kota Jakarta Utara menggunakan spesifikasi pengukuran jalan, seperti yang
ditunjukkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.4 Ukuran Jalan Tol 6 Ruas Dalam Kota Jakarta Utara
23
Gambar 2.4 Moulded Case Circuit Breaker (MCCB) [16]
26
digunakan. Karena pada tabel BSN SNI 7391 tahun 2008 tidak ditentukan
standar jarak antar tiang untuk jenis lampu LED, maka pada perencanaan ini
akan mengikuti standarisasi yang ditentukkan oleh PLN yaitu 50 Meter.
Berikut ini merupakan spesifikasi lampu LED pada proyek jalan tol 6 ruas
dalam kota Jakarta Utara:
Tabel 2.5 Spesifikasi Lampu Jalan Tol 6 Ruas Dalam Kota Jakarta
Capacity : 120 Watt.
Brand : Various Brand.
Origin : Indonesia / Other.
Material : Die-Casting luminium.
Voltage : 100-240 Volt.
Efficacy : 110 Im/W.
CCT : 2.700K - 6.000K.
Tabel 2.6 Spesifikasi Tiang PJU Jalan Tol 6 Ruas Dalam Kota Jakarta
Recommend Height : 8-13 meter.
Recommend Jarak : 25 meter.
Made By : Hexa Solar / Other.
Origin : Indonesia.
Tebal Plat : ≥ 2mm.
Finishing : HDG.
Pondasi : Baseplate Anchor.
2.3.5 Komponen Utama PJU pada Proyek Jalan Tol 6 Ruas Dalam Kota
Jakarta Utara
1. Moulded Case Circuit Breaker ( MCCB )
25
Gambar 2.4 Moulded Case Circuit Breaker (MCCB) [16]
26
2. Miniature Circuit Breaker (MCB)
27
3. Kontraktor
28
4. Timer Theben SUL 181 H
29
Sedangkan, menurut W.Bolton terkait komponen-komponen PLC
ia mengatakan bahwa: "Typically a PLC system has the basic functional
components of processor unit, memory, power supply unit, input/output
interface section, communications interface, and the programming
device." [21]:
1) Central Processing Unit (CPU), merupakan otak dari Smart Relay
yang terdiri dari 3 bagian, yaitu:
2) Mikroprosesor sebagai pemroses semua instruksi yang diberikan ke
Smart Relay.
3) Memori sebagai tempat menyimpan data.
4) Catu Daya sebagai sumber tegangan.
5) Programming Console untuk berkomunikasi dengan Smart Relay.
6) Input atau Output. Modul merupakan bagian untuk dihubungkan
dengan masukan sensor dan keluaran untuk aktuator atau indikator
alat.
7) Rak dan chasis.
30
= Daya beban atau lampu (Watt)
t = Lama pemakaian beban atau lampu dalam satu hari (hour)
Dalam penerangan dikenal beberapa istilah, lambang dan metode
perhitungan tentang teknik penerangan. Besaran dan satuan yang dipakai
dalam perhitungan adalah sebagai berikut [22]:
1. Sudut stang ornament
Menentukan sudut stang ornamen ini berfungsi agar titik penerangan
mengarah ke tengah jalan yang dapat di tulis dengan Persamaan 2.2:
t= ……...………………………………….……..… (2.2)
Setelah mendapatkan nilai t, didapatkan Persamaan 2.3 [22]:
= ………………………………………….…….…….. (2.3)
= …...……….………………………………………………….. (2.4)
Keterangan :
I = Intensitas cahaya dalam candela (cd)
= Fluks cahaya dalam lumen (lm)
= Sudut ruang (steradian)
Dimana besarnya fluks cahaya dalam lumen dapat dicari menggunakan
Persamaan 2.5 sebagai berikut [22]:
ɸ = K x P ……………………………………………………... (2.5)
Keterangan :
K = Efikasi cahaya rata-rata lampu dalam lumen/Watt
P = Daya listrik dalam Watt
Maka didapatkan Persamaan 2.6 :
I …………………………………………….……………... (2.6)
31
Sebelum menghitung iluminasi pada titik ujung jalan, harus
mencari jarak lampu ke ujung jalan menggunakan Persamaan 2.7
sebagai berikut [22]:
r= ……...……………………………...…………. (2.7)
Keterangan :
h = Tinggi tiang (meter)
l = Jarak titik lampu ke ujung jalan (meter)
Sehingga nilai iluminasi pada titik ujung jalan dapat diperoleh
menggunakan Persamaan 2.8 :
E= …………………………………..……………….. (2.8)
Dengan:
T = jumlah titik lampu
L = panjang jalan (m)
S = jarak tiang ke tiang (m)
5. Perhitungan daya listrik yang dibutuhkan
Perhitungan daya listrik dapat dihitung menggunakan Persamaan
2.9 [22]:
P = daya lampu x jumlah lampu …………...……………… (2.10)
Dengan perhitungan menggunakan sistem meterisasi sesuai Tarif
dasar untuk listrik PJU (Penerangan Jalan Umum) yang telah diatur
dalam Penyesuaian Tarif Tenaga Listrik (Tariff Adjustment) bukan juli-
september tahun 2022 yang dikeluarkan oleh Perusahaan Listrik Negara
(PLN) tentang tarif Penerangan Jalan Umum yang merupakan golongan
tarif P3/TR adalah : P3/TR = (daya yang dipakai) (kWh) x Rp 1.444,70)
[23].
32
Tabel 2.7 Biaya dasar listrik untuk golongan P3/TR (PJU) tahun 2017-2022
Tahun Biaya Tarif Per kWh untuk
Penerangan Jalan Umum
2017 Rp 1.467,28
2018 Rp 1.467,28
2019 Rp 1.467,28
2020 Rp 1.444,70
2021 Rp 1.444,70
2022 Rp 1.444,70
33
BAB III
METODOLOGI
34
merupakan penggambaran penyelesaian masalah. Diagram alir digunakan
untuk menganalisis, mendesain, mendokumentasi atau memanajemen
sebuah proses maupun program di berbagai bidang.
Dalam skripsi ini dipaparkan proses penelitian yang diterapkan oleh
peneliti sebagai upaya menggali informasi yang dibutuhkan dalam
penyusunan skripsi ini. Berikut dipaparkan Flowchart penelitian yang
digunakan oleh peneliti.
Mulai
Survey lapangan
mengukur panjang
dan lebar jalan
YA
Pembuatan laporan optimalisasi PJU
Selesai
35
Penjelasan Flowchart
1. Peneliti datang atau survei langsung ke lokasi penelitian yaitu pintu
masuk jalan toll
2. Peneliti mengambil data dengan mengukur panjang jalan, lebar jalan,
jumlah titik lampu yang sudah terpasang, jarak antar tiang.
3. Kemudian peneliti mengolah data yang sudah didapat.
4. Menghitung intensitas cahaya, iluminasi dan daya yang dibutuhkan
pada pintu masuk jalan toll
5. Menganalisa hasil perhitungan sesuai parameter dan batasan dari BSN
SNI 7391:2008 tentang penerangan jalan umum.
6. Jika sudah sesuai akan dilaksanakan pembuatan laporan.
3.2.1 Peralatan Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah digital lux
meter digunakan untuk mengukur besarnya intensitas cahaya penerangan
jalan umum sesuai dengan titik yang sudah ditetapkan.
3.2.2 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di proyek Tol 6 Ruas Dalam Kota Jakarta
Utara pada seksi Kelapa Gading-Cakung dengan bantuan tempat magang
dahulu yaitu pada PT KSO Jaya Kontruksi Adhi Karya. Penelitian ini
rencana akan dilakukan selama 3 bulan.
36
3.3.2 Hasil Analisis
Pada jalan toll dalam kota Kelapa Gading Jakarta Utara sudah
terpasang lampu penerangan jalan umum (PJU) menggunakan lampu jenis
LED 120 Watt dan dengan jenis lampu LED dengan daya 120 Watt
didapatkan hasil intensitas penerangan yang sudah maksimal (acuan BSN
SNI 7391:2008). Namun, Dari hasil survey lapangan perlu dilakukan
perubahan pada sistem relay PJU di jalan ini dengan cara merencanakan
pemasangan atau penggunaan smart relay agar dihasilkan efisiensi waktu
dan biaya.
37
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
38
Data lampu LED yang dapat dilihat :
Power : 120 Watt
Efficiency : 100 lm/w
Life span : 1-2 years
Lumen : 11.500 lux
39
t =
= = 9,48 meter
Maka, =
= 0,94
= 19,94
Jadi sudut kemiringan stang ornament-nya adalah 19,94
4.2.2 Hasil pengukuran intensitas cahaya atau penerangan menggunakan
lux meter digital.
Pengukuran intensitas cahaya ini menggunakan digital lux meter
bertipe Sanfix GM 1010 dan berlokasi di gerbang masuk kelapa gading,
dengan hasil sebagai berikut :
40
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Intensitas Cahaya
(Menggunakan Lux Digital Meter) di Peer On Kelapa Gading 18-19
Jarak Antar Tiang
Pengukuran Rata-Rata (Lux)
2 Meter 7 Meter 12 Meter
Hasil Pada Titik 18,33 8,52 17,44
Lurus Dengan
Lampu (Lux)
Hasil Pada Titik 23,63 11,24 23,42
Tengah Antar 17,06
Lampu (Lux)
Hasil Pada Titik 13,12 13,10 24,81
Lampu Belakang
(Lux)
41
Tabel 4.4 Perhitungan Pencahayaan Lampu Pada Titik Lampu Ke Ujung Jalan
Rata-Rata Hasil
Jarak Dari Titik Lampu Hasil Perhitungan
No Yang Didapatkan
(Meter) (Lux)
(Lux)
1 2
2 7 7,72
3 12
4.3 Pembahasan
4.3.1 Perhitungan Iluminasi Dengan Lebar Jalan
Perhitungan pencahayaan lampu pada titik lampu ke ujung jalan
Perhitungan intensitas cahaya pada titik jalan sesuai rumusan yang ditulis
pada BAB II (2.7) dan dilakukan untuk mendapatkan intensitas tertentu
dalam pemasangan lampu penerangan jalan, sehingga dapat diukur
penggunaan energi listriknya. Perhitungan intesitas cahaya pada lampu
penerangan jalan akan menjadi titik dimana posisi lampu penerangan jalan
seharusnya. Dengan daya 120 Watt:
1. Perhitungan iluminasi dengan lebar jalan 2 meter
r= = 9.21
Jadi = = = 0,98
Ø= 0,98 = 11,48
Er = = x = Lux
Jadi = = = 0,8
Ø= 0,79 = 37,81
Er = = x = Lux
42
3. Perhitungan iluminasi dengan lebar jalan 12 meter
Jadi =
Ø= 0,6 = 53,13
Er = = x = Lux
Keterangan :
Fluks cahaya ( ) = Fluks cahaya dalam lumen (lm/watt)
Sudut ruang ( ) =4
Dimana besarnya fluks cahaya dalam lumen dapat dicari menggunakan
Persamaan sebagai berikut :
=KxP
Keterangan :
K = Efikasi cahaya rata-rata dalam lumen/watt
P = Daya lampu (Watt)
Dengan besarnya nilai efikasi cahaya lampu led 120 Watt sebesar 100
lm/watt, maka diperoleh perhitungan sebagai berikut:
954,92 Cd
4.3.3 Perhitungan Jumlah Lampu Yang Diperlukan Pada Jarak 4.000
Meter
Perhitungan jumlah lampu yang diperlukan pada jarak 4.000 meter
dengan menggunakan rumus (2.9) sebagai berikut:
43
T= +1= + 1 = 81
44
Jumlah daya yang dikonsumsi penerangan jalan umum di jalan tol Kelapa
Gading – Cakung saat menggunakan LED 120 Watt adalah 17,64 kW.
4.3.5 Menghitung Energi Listrik
Pola operasi penerangan jalan umum telah ditentukan dengan waktu nyala
pukul 18.00 WIB – 06.00 WIB, sehingga lampu beroperasi selama 12 jam.
Energi yang dibutuhkan saat menggunakan LED 120 Watt dan dihitung
sesuai rumus (2.1)
adalah sebagai berikut :
=
= (120 x 147) x 12
= 211.680 Watt
= 211,68 kWh/hari
Dalam satu bulan energi listrik yang dikonsumsi adalah sebagai berikut :
per bulan = 211,68 Watt x 30 hari = 6.350,40 kWh/bulan.
4.3.6 Perhitungan Biaya Konsumsi Energi Listrik
Biaya penggunaan energi listrik pada perencanaan penerangan jalan
umum (PJU) dipengaruhi oleh besarnya daya langganan beban ke
perusahaan penyedia energi listrik dan daya lampu yang terpasang pada
masing-masing titik PJU. Tabel 4.5 merupakan perhitungan biaya listrik
tiap bulan untuk PJU berdasarkan PLN :
Tabel 4.5 Biaya Dasar Listrik Untuk Golongan P3/TR (PJU) Tahun 2017-2022
Tahun Biaya Tarif Per kWh untuk
Penerangan Jalan Umum
2017 Rp 1.467,28
2018 Rp 1.467,28
2019 Rp 1.467,28
2020 Rp 1.444,70
2021 Rp 1.444,70
Kajian ini menggunakan tarif per bulan yaitu Rp 1.444,70. Dari tabel
4.5 dapat diketahui perhitungan biaya energi listrik tiap bulan untuk PJU
adalah sebagai berikut:
Biaya pemakaian = Daya (kW) x jam nyala x tarif P-3/TR
45
Biaya listrik per tahun = 12 x biaya pemakaian
Berikut perhitungan biaya listrik PJU :
Diketahui:
Jumlah tiang = 147 (67 tiang double + 13 tiang single)
Daya lampu = 120 Watt → 0,12 kW
Jam nyala = 12 jam
Tarif per kWh = Rp 1.444,70/kWh
Ditanya: Berapa biaya konsumsi llistrik PJU selama satu bulan?
Penyelesaian: Biaya pemakaian listrik PJU perbulan adalah
B = 147 x 0,12 kW x 12 jam x 30 hari x Rp 1.444,70/kWh
= Rp 9.174.422,88
Jadi biaya listrik per sebesar Rp 9.174.422,88
Biaya listrik per tahun = 12 x Rp 9.174.422,88 = Rp 110.093.075,56
Jadi, anggaran biaya listrik untuk 120 Watt PJU per tahun yang harus
dibayar adalah sebesar Rp 110.093.075,56
46
4.4 Pembahasan
4.4.1 Energi Listrik Yang Digunakan Dalam Satu Hari (Sebelum
Menggunakan Smart Relay)
Penggunaan energi listrik untuk penerangan jalan tergantung pada
penggunaan jenis lampu yang akan dipasang dan durasi waktu nyala
lampu PJU. Sebelum penggunaan Smart Relay, PJU dikendalikan secara
manual oleh tenaga manusia atau pekerja yang sudah ditugaskan. Hal ini
dirasa kurang praktis tentunya jika dilihat dari segi ketepatan waktu
menghidupkan dan mematikan PJU ini sangatlah kurang. Hal ini akan
menimbulkan dampak pada biaya yang harus dibayarkan menjadi tidak
efisien dimana seringkali terjadi keterlambatan mematikan dan
menghidupkan lampu PJU yang disebabkan oleh kelalaian atau human
error. Pun juga akan menambah beban biaya kepada pekerja yang
dikeluarkan tiap hari hingga bulannya.
Pengukuran beban energi listrik yang digunakan oleh 147 lampu
penerangan jalan per harinya dihitung selama 12 jam operasional yaitu
dimulai pukul 18.00 sampai pukul 06.00 dengan rumus (2.1) sebagai
berikut :
=
= (120 x 147) x 12
= 211.680 Watt
= 211,68 kWh/hari
Dalam satu bulan energi listrik yang dikonsumsi adalah sebagai
berikut :
per bulan = 211,68 Watt x 30 hari
= 6.350,40 kWh/bulan.
Hasil ini didapatkan ketika lampu dioperasikan sesuai jam
operasional yaitu 12 jam per hari. Namun, pada kondisi seperti lupa
mematikan PJU diluar jam operasional maka konsumsi energi listrik akan
melebihi hasil tersebut. Seperti contoh pada hari libur besar sering
ditemukan lampu PJU yang masih menyala sampai pukul 07.00 (lebih 1
47
jam dari jam opersional). Sehingga didapatkan jumlah beban listrik
sebagai beirkut :
=
= (120 x 147) x 13 jam
= 229.320 Watt
= 229,32 kWh/hari
Maka, biaya yang harus dikeluarkan atas kelalaian tersebut adalah
sebesar: 147 lampu x 0,12 kW x 13 jam x Rp1444,70/kWh = Rp
331.298,60 setiap harinya.
Sedangkan pada jam operasional normal maka biaya yang dikeluarkan
pada 12 jam opersional adalah:
147 lampu x 0,12 kW x 12 jam x Rp1.444,70/kWh = Rp 305.814,09
Sehingga terdapat efisiensi coast atau biaya yang dikeluarkan Ketika
Smart relay telah digunakan karena waktu nyala PJU bisa dikontrol sesuai
jam yang telah ditentukan.
Untuk lebih jelas disajikan pada tabel berikut :
48
4.4.2 Analisis Perbandingan PJU Menggunakan Smart Relay dan Tanpa
Menggunakan Smart Relay
Berdasarkan beberapa alasan maka diadakanlah penelitian ini
sebagai tindakan perbaikan pada efisiensi penggunaan Smart Relay pada
penerangan jalan umum (PJU) pada proyek Tol 6 Ruas Dalam Kota
Jakarta Utara menggunakan Smart Relay saat malam hari pada sesi Kelapa
Gading, Cakung, Jakarta Utara.
Setelah digunakannya Smart Relay maka akan kita dapatkan hasil
perbedaan antara digunakannya Smart Relay pada PJU dan tanpa
menggunakan Smart Relay, perbedaan tersebut bisa dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya yaitu :
1) Faktor Biaya atau Cost yang dikeluarkan, (dijelaskan pada tabel
4.6).
2) Faktor Usaha atau tenaga yang dibutuhkan
Gambar 4.4 Grafik Perbandingan Lama Nyala Lampu PJU dengan Smart Relay
dan Tanpa Smart Relay
13,5
13
12,5
12
11,5
11
HARI 1 HARI 2 HARI 3 HARI 4 HARI 5 HARI 6 HARI 7
Keterangan Grafik :
Garis Biru = PJU dengan menggunakan Smart Relay
Garis Coklat = PJU tanpa menggunakan Smart Relay
Angka = Lama menyalanya lampu PJU
Hari = Lama hari penelitian
49
Hasil Analisis deskriptif kepada penelitian PJU baik menggunakan
Smart Relay maupun sebelum menggunakan Smart Relay yang dilakukan
selama tujuh hari, diketahui bahwa PJU dengan Smart Relay menghasilkan
beban konsumsi listrik yang stabil dikarenakan jadwal nyala dan mati lampu
PJU yang lebih konsisten sesuai jadwal yang sudah ditentukan.
Dibandingkan dengan yang dilakukan secara manual dengan tenaga manusia
atau pekerja, hal ini berbanding lurus dengan biaya pengeluaran yang lebih
efisien karena tidak harus mengeluarkan biaya upah pekerja.
Efektifitas penggunaan Smart Relay pada PJU bisa dilihat dari
beberapa sektor yaitu :
1. Biaya, dari PJU dengan Smart Relay akan konsisten dalam pengeluaran
biaya tiap hari maupun bulannya, sebaliknya dengan PJU tanpa Smart
Relay akan mengeluarkan biaya yang terkadang melebihi biaya yang
diharapkan.
2. Konsistensi waktu, PJU dengan Smart Relay akan konsisten dalam
pengoperasiannya sesuai dengan sistem yang sudah diatur pada Smart
Relay. Namun, untuk PJU tanpa menggunakan Smart Relay sering kali
didapatkan kelalaian dari pekerja yang tidak tepat waktu dalam
pengoperasiannya yang akan mempengaruhi lebihnya biaya yang
dikeluarkan.
3. Tenaga, PJU dengan menggunakan Smart Relay hanya membutuhkan
setting sistem untuk pengoperasiannya dan akan sesuai waktu yang
ditentukan. PJU tanpa menggunakan Smart Relay akan membutuhkam
tenaga manusia atau pekerja untuk menhidupkan maupun mematikannya.
50
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah di jalan toll dalam kota Kelapa Gading –
Cakung tentang besar efisiensi penerangan jalan umum (PJU) di Jakarta
Utara (studi kasus jalan toll dalam kota Kelapa Gading – Cakung yang
menggunakan sistem Smart Relay) maka, dapat disimpulkan bahwa
penerangan jalan umum yang meggunakan Smart Relay lebih efisien
dibandingkan tanpa menggunakan Smart Relay. Hal ini bisa dilihat dari
hasil analisa biaya yang dikeluarkan pada penerangan jalan umum (PJU)
dengan Smart Relay lebih stabil dibandingkan tanpa menggunakan Smart
Relay. Kemudian dengan adanya Smart Relay maka akan mengurangi
intervensi manusia pada penerangan jalan umum (PJU).
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini:
1. Pemerintah DKI Jakarta sebaiknya perlu melakukan pembaruan
teknologi khususnya pada penerangan jalan umum (PJU)
2. Melihat dari keterbatasan penelitian maka perlu dilakukan penelitian
lebih dengan melakukan minimal 10 kali pengukuran.
3. Perlu adanya kesadaran masyarakat dalam hal menjaga sarana dan
prasarana yang sudah difasilitasi oleh pemerintah.
51
DAFTAR PUSTAKA
52
Proven guidelines for consumers and designers of multimedia learning.
john Wiley \& sons, 2016.
[13] J. D. K. KUDUS, “TUGAS AKHIR OPTIMALISASI PENERANGAN
JALAN UMUM (PJU) DI”.
[14] P. ZUT KATTA SOLUSI, “Mengenal Tiang PJU – dari Kegunaan hingga
Proses Pemasangan,” 2020. https://www.ptzutkattasolusi.com/tiang-pju/
(accessed Jun. 30, 2022).
[15] N. F. Alamtsa, M. H. Taher, A. Hafid, and A. Faharuddin, “Analisis Teknis
dan Ekonomis Plts untuk Sistem Penerangan Jalan Poros Kab. Pangkep,”
VERTEX ELEKTRO, vol. 13, no. 2, pp. 43–47, 2021.
[16] kelas plc, “Perbedaan Antara MCB Dan MCCB,” 2022.
https://www.kelasplc.com/perbedaan-antara-mcb-dan-mccb/ (accessed Jun.
30, 2022).
[17] Z. Putra, “Prinsip Kerja Kontaktor Magnet,” 2018.
https://ngelistrik.com/2018/05/09/prinsip-kerja-kontaktor-magnet/
(accessed Jun. 30, 2022).
[18] A. Arifin, “Cara Mudah Dan Lengkap Setting Timer Theben,” 2021.
https://www.carailmu.com/2021/06/cara-setting-timer-theben.html
(accessed Jun. 30, 2022).
[19] S. Rumalutur and J. Ohoiwutun, “Sistem Kendali Otomatis Panel
Penerangan Luar Menggunakan Timer Theben Sul 181 H Dan Arduino
Uno R3,” Electro Luceat, vol. 4, no. 2, pp. 43–51, 2018.
[20] Admin, “Pengertian Selector Switch,” PLCDROID, 2020.
https://www.plcdroid.com/2020/11/pengertian-selector-switch.html
(accessed Jul. 01, 2022).
[21] W. Bolton, Programmable logic controllers. Newnes, 2015.
[22] G. A. A. Putra, I. K. Wijaya, and I. W. A. Wijaya, “ANALISIS
PERHITUNGAN ULANG LAMPU PENERANGAN JALAN BYPASS
NGURAH RAI,” J. SPEKTRUM, vol. 7, no. 4, pp. 124–131, 2020.
[23] PLN, “Tarif Adjustment,” PLN, 2022. https://web.pln.co.id/pelanggan/tarif-
tenaga-listrik/tariff-adjustment (accessed Jul. 01, 2022).
53
[24] P. D. Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R\&D,
Bandung: CV. ALVABETA,” 2009.
54
KARTU BIMBINGAN SKRIPSI
FAKULTAS TEKNNOLOGI INDUSTRI
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
55
62
FORMULIR ASISTENSI SKRIPSI
57
3. Indonesian Style pada angka (000
dst)
4. Gunakan tabel hasil perhitungan
pada BAB IV yang kemudian
dijelaskan rinciannya
5. Penulisan Dabus menggunakan
Mendeley
58
FORMULIR ASISTENSI SKRIPSI
60
HASIL PERHITUNGAN INTENSITAS CAHAYA
Besar Pencahayaan Menggunakan Lux Meter Digital
61
62
63