T E S I S
Oleh :
Disusun Oleh :
diterima
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini adalah hasil karya
Semarang.
penyusunan ini. Namun dengan segala usaha dan kemauan, penyusun berusaha
tesis ini, Oleh karena itu segala kritik dan saran sangat penulis harapkan demi
Berkat rahmat ALLAH, SWT, doa dari orang tua, dukungan dari suami,
bantuan dari kakak-kakak, temen-temen dan berbagai pihak. Untuk itu pada
Universitas Diponegoro.
2. Bapak Yunanto, S.H.,M.Hum. selaku Pembimbing yang telah bersedia
ini.
Priyono, S.H.,M.Kn.
Suwaji, S.H.
Triwahyuniati, SH, Ibu Annie SPN Sitanggang, SH, para Notaris dan
Tejocahyono, S.H.,M.Hum.
11. Ibu Sukati, ibuku tercinta yang atas segenap cinta, kerja keras dan pikiran,
siapa saja yang membutuhkan. Dan semoga kepada mereka yang telah membantu
Amien.
Penulis,
Anyone who doing the law activity, that people should be capable according to
the la. Based of the law, the meaning of capable is that people adult already.
Whereas, the adulation usually influence by their age. According to the concept of
civil law, people called adult when they are 21 years old or already married before
21 years old. Because there are no equivalence given by government as s law
maker about the constraint of adulation age. Therefore there were emerge the
various of law which determine their own rule about the limitation of adult age.
For example, Law No. 1 1974 about marriage, in articles 47 and 50 clarified that,
child under 18 years old still on parent’s control or in the guardianship. For both
article consider that called adult if they are 18 years, old already. In addition to
UUP, concerning of Law No. 30, 2004 about Notary position, hereinafter concise
as UUJN. In acticle 39 verses (1) clarify that anyone called aduld and capable to
do law activities are whwn they are already 18 years old. Therefore, the limitation
of both law, when connected to the KUH ofCivil determination, then they were 18
years old are can not called as teenager in doing the law activities. So that, here
occurs the no similarity about the adult ade limitation in doing the law activity,
among the civil law area, marriage law and notary law.
Halaman Judul..........................................................................................................i
Halaman Pengesahan...............................................................................................ii
Halaman Pernyataan...............................................................................................iii
Halaman Persembahan............................................................................................iv
Kata Pengantar.........................................................................................................v
Abstraksi...............................................................................................................viii
Abstract...................................................................................................................ix
Daftar Isi...................................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
B. Perumusan Masalah..................................................................5
C. Tujuan Penelitian......................................................................6
D. Kegunaan Penelitian.................................................................6
E. Sistematika Penulisan………………………………………...7
1. Pengertian Perjanjian……………………………….........11
2. Unsur-Unsur Perjanjian………………………………......13
3. Asas-Asas Perjanjian…………………………………......15
C. Kecakapan Bertindak...............................................................18
Bertindak…...………………………………………………...21
E. Kedewasaan Menurut Hukum………………………………..22
A. Metode Pendekatan..................................................................34
B. Spesifikasi Penelitian...............................................................35
C. Populasi………………………………………………………35
Usia Dewasa……….................................................................70
BAB V PENUTUP......................................................................................73
A. Kesimpulan..............................................................................73
B. Saran.........................................................................................74
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
orang lain, sebab manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup
semakin meningkat dalam rangka mencapai taraf hidup yang lebih baik.
perjanjian jual beli, dan bentuk hubungan hukum yang lain sesuai dengan
3
J. Satrio, Hukum Pribadi Bagian I Persoon Alamiah, (Bandung:Citra Aditya Bakti,1999), hal. 15
balik, yaitu pihak yang satu berhak menuntut sesuatu dan pihak lain wajib
(menikah atau belum), status sebagai ahli waris (dalam lapangan hukum
syarat-syarat sahnya perjanjian. Salah satu dari unsur perjanjian yang harus
“Sedikitnya dua orang pihak ini disebut subyek perjanjian, dapat manusia
dengan salah satu syarat sahnya perjanjian yang diatur dalam Pasal 1320
cakap menurut hukum. Seorang yang telah dewasa atau akil balik, sehat
Oleh karena itu, maka agar orang setiap kali akan lakukan
cakap, yaitu orang sudah dewasa dan sebaliknya sekelompok orang yang
tidak cakap bertindak, yaitu mereka yang belum dewasa dan orang-orang
hanya dari ketentuan Pasal 330 KUH Perdata yang menyatakan bahwa :
dua puluh satu tahun, dan tidak lebih dahulu telah menikah.
ayat (1) huruf a dan b Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan
4
Ibid, hal. 55
penghadap paling sedikit berumur 18 (delapan belas) tahun atau telah
Ismiati Dwi Rahayu, Ketua Ikatan Notaris Indonesia (INI) Kota Depok :
adanya anak usia 18 tahun hendak melakukan pengikatan jual beli sebidang
pada UUJN yang menganggap usia 18 tahun belum cakap hukum. Untuk
itu, si anak tersebut harus menunggu hingga dinilai telah cakap hukum.
Kondisi ini tentu saja menyulitkan notaris, yang berujung merugikan para
perbuatan hukum yang dipakai KUH Perdata dan konsep UUJN. Penulis
5
Ismiati Dwi Rahayu,SH, Ketua INI Depok, Dalam Majalah Renvoi Edisi November No. 5/42,
2006, hal. 21
memilih judul yang berkaitan dengan kecakapan bertindak dalam
UUJN dibuat dan diberlakukan, seseorang hanya dianggap telah dewasa dan
belum 21 tahun harus dibantu oleh orang tuanya atau wali apabila orang
hukum, tidak lagi harus berumur 21 tahun terlebih dahulu, tetapi cukup
dewasa dan telah cakap untuk berbuat hukum tanpa dibantu oleh orang tua
atau walinya. Dengan adanya perbedaan yang mendasar antara konsep KUH
Perdata dan UUJN serta contoh kasus di atas, maka penulis ingin meneliti
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Akademis
2. Kegunaan Praktis
lapangan hukum.
E. Sistematika Penulisan
masalah yang terbagi ke dalam lima bab. Maksud dari pembagian tesis ini
ke dalam bab-bab dan sub bab-bab adalah agar lebih mudah menjelaskan
BAB I : PENDAHULUAN,
hukum.
analisa data.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V : PENUTUP
kesempurnaan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
hukum.
disebut dengan istilah perbuatan subyek hukum dan perbuatan yang bukan
orang (persoon) baik manusia atau badan hukum, yang berupa perbuatan
hukum, baik yang dilakukan satu pihak saja (bersegi satu) maupun yang
dilakukan dua pihak (bersegi dua). Hal yang harus diperhatikan dalam
akibat itu dapat dianggap sebagai kehendak dari sipembuat (sipelaku). Jika
diatur dalam Pasal 875 KUHPerdata, maka perbuatan itu adalah perbuatan
perbuatan dua pihak, seperti jual beli, sewa menyewa yang merupakan
1313 KUH Perdata, maka perbuatan itu adalah perbuatan hukum dua
pihak.
Perdata :
6
H. Hilman Hadikusuma, Bahasa Hukum Indonesia, (Bandung: PT. Alumni,2005), hal.40-41
sampai orang yang urusannya diurus itu dapat mengurusnya
sendiri”.7
kepada orang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji
yaitu :
7
Ibid, hal. 42
8
R. Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta : PT. Intermasa,1963), hal. 1.
Peristiwa yang menimbulkan dan berisi ketentuan-ketentuan hak
sebagai berikut :
lebih.
perjanjian hanyalah salah satu pihak saja. Sedangkan perjanjian itu adalah
mengatur perjanjian sepihak dan juga sangat luas, karena istilah perbuatan
menurut Pasal 1313 KUH Perdata itu tidak lengkap dan terlalu luas.
9
J. Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, (Bandung : PT. Citra Aditya
Bakti,1995), hal. 5
10
Rutten dalam Purwahid Patrik, Dasar-Dasar Hukum Perikatan (Perikatan Yang Lahir Dari
Perjanjian Dan Dari Undang-Undang), (Bandung : Mandar Maju,1994), hal. 46
hubungan hukum mengenai harta benda antara kedua belah pihak, dalam
kembali definisi dari Pasal 1313 KUH Perdata sebagai berikut , bahwa
yang disebut perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang
atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan sesuatu hal dalam
perjanjian adalah merupakan sumber dari perikatan dan dari perikatan itu
1. Adanya pihak-pihak
11
R. Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Perjanjian, (Bandung : Sumur,1993), hal. 9
12
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perikatan, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1992), hal. 78
13
Loc.cit.
Dalam hal para pihak terdiri dari manusia, maka orang
hubungan hukum.
maupun oleh pihak lain, yang dalam hal ini mereka selaku
membuatnya.
tangan.
meliputi :
2. Asas Konsensualisme
bersifat formal.15
14
Patrik Purwahid, Asas Itikad Baik Dan Kepatutan Dalam Perjanjian, (Badan Penerbit UNDIP,
1986), hal. 4
15
A. Qiram Syamsudin Meliala, Pokok-Pokok Hukum Perjanjian Beserta Perkembangnnya,,
(Yogyakarta : Liberty,1985), hal. 20
yang subyektif dapat diartikan sebagai kejujuran seseorang,
masyarakat.16
Berdasarkan Pasal 1320 KUH Perdata, untuk sahnya suatu perjanjian yang
tentang hal-hal yang pokok dari perjanjian yang diadakan itu. Sepakat
cakap menurut hukum. Seorang telah dewasa atau akil balik, sehat
16
Loc.cit.
17
Patrik Purwahid, Op.cit., hal. 3
b. orang yang ditarus di bawah pengampuan
Yang dimaksud dengan suatu hal tertentu dalam perjanjian, adalah objek
dari kreditur dan debitur, hal tertentu tidak lain merupakan isi daripada
paling sedikit ditentukan jenisnya (Pasal 1333 ayat (1) KUH Perdata).
harus halal (tidak terlarang), sebab isi perjanjian itulah yang akan
Pasal 1337 KUH Perdata, isi perjanjian tidak boleh bertentangan dengan
3. Kecakapan Bertindak
18
J. Satrio, Hukum Perjanjian(Perjanjian Pada Umumnya), (Bandung : Citra Aditya Bakti,1992),
hal. 296
19
Ibid, hal. 305-306
hukum, dikaitkan dengan atau terjadi melalui tindakan hukum. Padahal
kedewasaan, yang didasarkan antara lain atas dasar umur. Sedangkan yang
menimbulkan akibat hukum dan akibat hukum itu dikehendaki atau dapat
dianggap dikehendaki.
kedewasaan, sekalipun harus diakui mengenai hal ini juga tidak ada
ketentuan yang mengatakan secara tegas, bahwa kecakapan untuk
kedewasaan dan hal itu secara tidak langsung ada kaitannya dengan unsur
umur, akan tetapi dari ketentuan – ketentuan yang ada dalam KUH Perdata,
antara lain dari Pasal 307 jo Pasal 308, Pasal 383 KUH Perdata, maupun
Perkawinan, Pasal 1330 dan Pasal 1446 KUH Perdata, orang bisa
hukum secara sah, dengan akibat hukum yang sempurna adalah mereka
bergantung dari kedewasaan yang dibatasi dengan unsur umur, tetapi ada
bertindak seseorang.
dan faktor umur ini didasarkan atas anggapan, bahwa orang di bawah umur
dalam hukum, tidak harus sesuai dengan kenyataannya atau dengan kata
20
J. Satrio, Hukum Pribadi Bagian I Persoon Alamiah, (Bandung: Citra Aditya Bakti,1999), hal.
49-50.
veronderstelde onbekwaamheid), bukan ketidakcakapan yang senyatanya
Bertindak
subyek hukum, adalah semua manusia dan bukan manusia, yaitu badan
pendukung hak dan kewajiban, maka belum berarti bahwa semua subyek
pada umumnya.
21
Pitlo, A Het Systeem van het Nederlandse Privaatrecht, terjemahan J. Satrio, cetakan keempat,
H.D. Tjeenk Wilink, Groningen, 1971, hal.89.
22
Paton, G.W.A. Texbook of Jurisprudence, terjemahan J. Satrio, edisi kedua, At the Clarendon
Press, Oxford, 1951, hal.314.
mendapat persetujuan dari orang lain (membuat perjanjian kawin, untuk
anak-anak yang telah mencapai usia menikah) dan ada yang mempunyai
tahun
orang yang telah berusia 21 tahun atau lebih dan mereka-mereka yang
23
J. Satrio, Op.cit, hal. 63
sudah bisa menyadari akibat hukum dari perbuatannya dan karenanya
Menurut KUH Perdata ada faktor lain selain unsur usia untuk
dengan umur tertentu dan di dalam KUH Perdata berlaku prinsip, bahwa
yang telah dewasa namun dalam hal ini tidak berarti, bahwa pembuat
tersebut.
adalah bagi mereka yang sudah dewasa (menurut ukuran Pasal 330 KUH
Jadi dari hal ini kita dapat melihat peristiwa hukum yang sangat unik;
tindakan hukum, yang seharusnya hanya bisa dilakukan oleh orang yang
sudah dewasa. Tetapi dengan perkecualian tersebut, malah sekarang
Pasal 330 ayat (2) KHU Perdata, apabila perkawinan mereka di kemudian
dengan UUJN, terutama Pasal 39 ayat (1) UUJN yang menyatakan bahwa
menikah; dan
ketentuan batasan usia dewasa menurut Pasal 330 KUH Perdata, maka
KUH Perdata, UUP dan UUJN , untuk lebih memperjelas pemahaman kita
24
Ibid, hal. 70-71
perbuatan hukum, penulis juga akan membandingkan dengan konsep yang
baligh. Prinsipnya, seorang laki-laki yang telah baligh jika sudah pernah
memastikan pada usia berapa seorang lelaki bermimpi basah atau seorang
Islam (KHI). Sejalan dengan UUP, KHI menyatakan lelaki yang ingin
25
Prof. A Djazuli,www.hukumonline.com, rabu 20 juni 2007.
26
Loc.cit
tahun. Tentunya, aturan ini bisa dinego dengan cara meminta dispensasi
kepada pengadilan atau pejabat yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak
atau 16 tahun. Pasal 98 KHI menyatakan, batas usia anak yang mampu
berdiri sendiri atau dewasa adalah 21 tahun, dengan catatan anak itu tidak
mendapat izin dari kedua orang tua atau walinya jika hendak menikah,
menghamili. Berikut adalah 5 (lima) pasal yang ada dalam Bab II KHES
27
Bab II, Draft Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Mahkamah Agung
3. Pasal 4 : Seseorang yang setelah mencapai batas akhir
5. Pasal 6 :
undangan.
dan keseimbangan psikis yang pada orang belum dewasa masih dalam
taraf permulaan sedangkan sisi lain dari pada anggapan itu ialah bahwa
seorang yang belum dewasa harus diwakili oleh orang yang telah dewasa
1. Pendewasaan Penuh:
(terbatas) :
28
Tan Thong Kie, Buku I Studi Notariat Dan Serba Serbi Praktek Notaris, (Jakarta: PT. Ichtiar
Baru Van Hoeve, 2000), hal.38.
kekuasaan orangtua atau perwalian tidak setuju,
KUH Perdata).
29
Loc.cit.
orang dewasa untuk perbuatan-perbuatan tertentu seperti
diatas.
30
Felarianty V Sibarani, www.asiamaya.com/Konsultasi hukum/ ist hukum/umur dewasa.htm,
2000
diberikan, dapat bertindak sebagai pihak dalam acara
dewasa antara undang-undang yang satu dengan yang lain berbeda dan
belum ada keseragaman, hal ini dapat kita lihat dari beberapa konsep
cukup umur.
31
Loc.cit
a. izin orang tua bagi orang yang akan melangsungkan
(Pasal 7 ayat(2));
(1)).
BAB III
METODE PENELITIAN
secara hati-hati, tekun dan tuntas terhadap suatu gejala untuk menambah
prinsip-prinsip dan tata cara untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam
melakukan penelitian.32
A. Metode Pendekatan
berlaku secara efektif,33 dalam hal ini metode pendekatan dalam penelitian
Undang No. 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris dan akibat hukumnya
32
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : UI Press, 1986), hal. 6
33
Ibid, hal. 52
B. Spesifikasi Penelitian
gambaran yang jelas mengenai praktek batas usia dewasa dalam melakukan
Notaris.
C. Populasi
seluruh individu atau seluruh gejala atau seluruh kejadian atau seluruh unit
yang akan diteliti.35 Populasi dalam penelitian ini, adalah semua pihak yang
Jabatan Notaris.
oleh penulis adalah teknik purposive sampling (non random sampling) atau
34
Mohammad Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1993), hal. 64.
35
Rony Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta : Ghalia Indonesia,
1988), hal. 44
Teknik ini penulis pilih, karena pertimbangan keterbatasan waktu
dan tenaga, sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar jumlahnya.
tersebut di atas, maka sample penelitian adalah beberapa Notaris dan PPAT
tersebut maka yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1(satu) orang.
dengan sumber data, sebab melalui pengumpulan data ini akan diperoleh
diharapkan.
1. Data Primer
36
Ibid, hal.57
Sistem wawancara yang dipergunakan dalam penelitian ini
2. Data Sekunder
Notaris
37
Soetrisno Hadi, Metodologi Research jilid II, (Yogyakarta : Yayasan Penerbit Fakultas Hukum
Psikologi UGM, 1985), hal. 26
kewenangan hukum, kecakapan bertindak dan kewenangan
dalam analisa data secara kuantitatif, hanya menyajikan analisa data yang
dibuat secara statistik saja, sedangkan analisa data dalam penelitian ini
secara induktif, yaitu dari hal yang bersifat khusus menuju ke hal yang
bersifat umum.
BAB IV
Pasal 330 ayat (1) dan ayat (2) bahwa seseorang telah dapat dikatakan telah
apabila sudah mencapai umur 21 tahun atau belum berumur 21 tahun tetapi
tersebut dibubarkan sebelum umur mereka genap 21 tahun, maka mereka tidak
menurut hukum.
bahwa hanya orang yang sudah berumur 21 tahunlah yang dapat dikatakan
tanpa bantuan dan perantara orang tua maupun orang lain sebagai wali untuk
mewakilinya.
peranan yang penting untuk menentukan apakah sudah dewasa atau belum.
mengandung unsur umur atau kalau tidak unsur kedewasaan sebagai syarat
luar konsep KUH Perdata, yang mensyaratkan ketentuan batasan umur untuk
a. Pasal 47 ayat (1) dan ayat (2) menyatakan bahwa anak yang
wali.
kandungan.
4. Undang-Undang No. 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak,
Republik Indonesia.
akan hak, kewenangan dan bahkan telah dapat dikatakan cakap untuk
hukum yang tersebar dalam berbagai bidang, mengandung unsur umur atau
kalau tidak unsur kedewasaan sebagai syarat untuk berlakunya ketentuan atau
kedewasaan, yang didasarkan, antara lain atas dasar umur. Sedangkan yang
menimbulkan akibat hukum dan akibat hukum itu dikehendaki atau dapat
dianggap dikehendaki.
Prinsip yang ada dalam hukum perdata, bahwa untuk pemenuhan dan
secara umum mengatur tentang kecakapan bertindak, sehingga kita juga tidak
harus diakui mengenai hal ini juga tidak ada ketentuan yang mengatakan
hukum perdata, dikaitkan dengan unsur kedewasaan dan dengan itu secara
tidak langsung dengan unsur umur tetapi dari ketentuan – ketentuan yang ada
dalam KUHPerdata antara lain dari Pasal 307 jo Pasal 308, Pasal 383
KUHPerdata, Pasal 47, Pasal 50 UUP, Pasal 1330 dan Pasal 1446
melakukan tindakan hukum secara sah, dengan akibat hukum yang sempurna
bergantung dari kedewasaan yang dibatasi dengan unsur umur tetapi ada
bertindak seseorang.
faktor umur ini didasarkan atas anggapan, bahwa orang dibawah umur
38
J. Satrio, Op.cit, hal. 49-50.
ketidakcakapan di sini adalah ketidakcakapan yuridis atau ketidakcakapan
hal ini kaitannya dengan pejabat yang membuat akta-akta otentik dalam setiap
perbuatan hukum seseorang. Menurut UUJN Pasal 1 ayat (1), Notaris adalah:
ini”
39
Pitlo, A Het Systeem van het Nederlandse Privaatrecht, terjemahan J. Satrio, cetakan keempat,
H.D. Tjeenk Wilink, Groningen, 1971, hal.89.
Khusus untuk mengatur Jabatan Notaris, pemerintah di tahun 2004
Dalam UUJN telah diatur mengenai hal-hal apa saja yang menjadi
bahwa:
oleh undang-undang.
aslinya;
e. Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan
pembuatan akta;
yang boleh dibuat oleh Notaris adalah akta-akta yang bersifat umum yaitu
selain akta-akta pertanahan atau akta yang dibuat oleh PPAT, yang
Pemegang Saham.
2. Pendirian Yayasan
7. Wasiat
Tanggungan
lain.
perbuatan hukum, dan syarat sebagai penghadap atau pihak dalam sebuah
akta, UUJN telah memperjelas dengan Pasal 39 ayat (1), yang menyatakan
bahwa syarat untuk menjadi pihak atau penghadap adalah paling sedikit
berumur 18 (delapan belas) tahun atau telah menikah dan cakap melakukan
Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah, jo Peraturan Kepala BPN No. 1 tahun
atas tanah atau Hak Milik Atas satuan Rumah Susun, yang akan dijadikan
a. jual beli;
b. tukar menukar;
c. hibah;
Milik;
penulis bahwa PPAT adalah panjangan tangan dari BPN, sebab PPAT dalam
berlaku di BPN.
Salah satu hal yang berkaitan dengan pembahasan tesis ini adalah
melakukan perbuatan hukumnya sendiri tanpa bantuan dari orang tuanya atau
walinya. Batasan usia dewasa tersebut yaitu sudah berumur 21 tahun atau
mutlak yang harus dipenuhi oleh seseorang apabila menjadi pihak atau
subyek dalam pembuatan akta tanah yang dibuat dalam kewenangn PPAT.
jabatan tersebut dijabat oleh satu orang. Dapat penulis katakan bahwa notaris
yang menyangkut pertanahan, peralihan hak atas tanah, hanya dapat dibuat
Notaris yang juga selaku PPAT, memiliki klien yang umur pada saat
hukum yang berkaitan dengan peralihan hak atas tanah. Notaris tersebut,
karena berpegang pada Pasal 39 ayat (1) UUJN yang menyatakan bahwa
umur 18 tahun sudah dewasa dan cakap hukum, maka Notaris tersebut
membuatkan Akta Pengikatan Jual Beli, yang dalam hal ini akta yang dibuat
dibuatkan, notaris tersebut yang dalam perbuatan Akta Jual Beli ini,dirinya
selaku PPAT.
Akta Jual Beli tersebut, oleh pihak BPN menolak dengan alasan tidak tunduk
kepada UUJN, dan hanya menganggap umur dewasa dan cakap melakukan
perbedaan antara Notaris dan PPAT satu dengan yang lain. Menurut BIP
Suhendro, S.H., Notaris dan PPAT, batasan usia dewasa dalam melakukan
perbuatan hukum adalah orang telah berumur 21 tahun atau sebelumnya telah
menikah terlebih dahulu. Dasar hukum yang dipakai adalah Pasal 330 KUH
pembuatan akta, baik itu akta notaris maupun akta PPAT, tetap berpegang
tersebut.40
satu syarat terhadap pembuatan semua akta, baik terhadap akta notaris
40
Wawancara dengan BIP. Suhendro,SH , Notaris dan PPAT di Semarang, tanggal 18 Desember
2007
BPN, sedangkan BPN adalah sebagai instansi pemerintah yang masih
memakai ketentuan KUH Perdata, dimana batasan usia dewasa dan cakap
ketentuan kekuasaan orang tua terhadap harta kekayaan anak , yaitu setiap
pemangku kekuasaan orang tua terhadap seorang anak yang belum dewasa,
harus mengurus harta kekayaan anak itu, dan memakai perwalian. Jadi orang
tua atas dasar kekuasaannya dan perwalian dari orang lain yang kemudian
hukumnya.
Dari hal tersebut di atas, maka batasan umur dewasa yang diakui
oleh UUJN tidak dipakai dalam praktek pembuatan akta-akta, sebab sebagai
Notaris dan juga PPAT, BIP. Suhendro tidak mau mengambil resiko dari
usia minimal dalam batas usia dewasa untuk bertindak dalam melakukan
dewasa adalah sudah 21 tahun, seperti yang ditentukan dalam Pasal 330
KUH Perdata.
41
Wawancara, dengan BIP. Suhendro,SH, Notaris dan PPAT di Semarang, tanggal 18 Desember
2007
dan 21 tahun. Oleh Annie, 18 tahun sudah dianggap dewasa, sebab
mendasarkan pada ketentuan Pasal 39 ayat (1) UUJN. Batasan usia dewasa
ini hanya diterapkan dan dipakai apabila membuat akta-akta notaris saja,
yang bersifat umum misalnya akta Pendirian CV, Akta Pendirian PT, Akta
akta yang berkaitan dengan tanah, hanya memakai ketentuan batasan usia
dewasa adalah harus sudah mencapai usia 21 tahun atau belum 21 tahun
tetapi telah menikah terlebih dahulu. Sehingga setiap perbuatan hukum yang
yang harus dipakai dalam pembuatan akta tersebut, harus sudah berumur 21
tahun. Hal ini seperti yang disyaratkan Pasal 330 KUH Perdata yaitu.42
akta-akta, baik itu akta notaris maupun akta PPAT, maka harus dibedakan
satu dengan yang lain, sebab jabatan Notaris dan PPAT berbeda dan sudah
setiap perbuatan hukum selalu didasarkan pada peraturan yang ada, maka
42
, Wawancara dengan Annie SPN Sitanggang, SH,Notaris dan PPAT di Semarang, pada tanggal
4 Februari 2008
43
Wawancara, dengan Annie SPN Sitanggang, SH, Notaris dan PPAT di Semarang, pada tanggal
4 Februari 2008
berumur 18 tahun, seperti yang di amanatkan dalam Pasal 39 ayat (1)
UUJN.44
berkaitan langsung dengan pihak ketiga dan berlaku secara umum, dan sangat
adalah :45
2. Pendirian Yayasan
Tanggungan
peralihan hak atas tanah, maka dalam hal ini notaris dalam kedudukanya
44
Wawancara dengan Nani Triwahyuniati,SH , Notaris dan PPAT di Semarang, tanggal 28 Januari
2008
45
Wawancara, dengan Nani Triwahyuniati,SH, Notaris dan PPAT di Semarang, pada tanggal 28
Januari 2008
sebagai PPAT, sehingga harus dibedakan tugas pokok dan kewenangannya
peralihan hak atas tanah dan pendaftaran tanah, adalah akta-akta pertanahan,
yang hanya boleh dibuat oleh notaris dalam kedudukannya selaku PPAT.
Maka selaku PPAT, harus memakai pedoman umur dewasa dan cakap
S.H.,M.Kn., Notaris dan PPAT, bahwa batasan usia dewasa seseorang adalah
18 tahun, menurut UU No. 30 Tahun 2004 tepatnya ayat (1) tidak menjadi
notaris saja, yang sifatnya umum dan sama sekali tidak bermuara pada
instansi BPN.47
Pendahuluan, dimana seseorang Notaris dan PPAT , yang dalam hal ini
yang kemudian membawa akibat pada saat dibuat Akta Jual Belinya oleh
46
Wawancara, dengan Nani Triwahyuniati, SH, Notaris dan PPAT di Kota Semarang, pada
tanggal 28 Januari 2008
47
Wawancara, dengan Subiyanto Putro, SH,MKn, Notaris dan PPAT di Kota Semarang pada
tanggal 5 Maret 2008.
Notaris dalam kedudukannya selaku PPAT, dan akan didaftarkan ke BPN,
BPN menolak dengan alasan BPN tidak tunduk kepada UUJN, dan hanya
seharusnya untuk lebih aman dan tidak merugikan kepada para pihak, akta
Pengikatan Jual Beli tersebut harus dibuat Notaris dalam jabatannya selaku
PPAT. Sebab Akta Pengikatan Jual Beli pada akhirnya akan bermuara
usia dewasa yang harus diterapkan adalah 21 tahun, sesuai dengan ketentuan
Pasal 330 KUHPerdata. Sebab batasan usia dewasa ini yang dipakai oleh
BPN dalam mendaftar akta-akta tanah. Jadi jabatan Notaris dan PPAT
sebenarnya tidaklah sama, walaupun dijabat oleh satu orang, sehingga dalam
hukum umum yang hanya dapat dibuat oleh Notaris, atau perbuatan hukum
PPAT. 48
dipakai oleh BPN yaitu memakai ketentuan dewasa, adalah 21 tahun. Sebab
PPAT merupakan kepanjangan tangan dari BPN dan memiliki tugas pokok
48
Wawancara, dengan Subiyanto Putro, SH,MKn, Notaris dan PPAT di Kota Semarang pada
tanggal 5 Maret 2008.
yang berfungsi sebagai bukti telah dilakukannya perbuatan hukum tertentu
mengenai hak atas tanah yang dijadikan dasar bagi pendaftaran perubahan
berkaitan langsung dengan pihak dan sangat berperan dalam dunia usaha,
usaha. Sedangkan akta yang berkaitan dengan pertanahan, yang dalam hal ini
merupakan akta PPAT, maka batasan umur dewasa adalah harus 21 tahun
seperti yang diberlakukan di BPN. Jadi penerapan umur dewasa harus ada
PPAT. Menurut Priyono, Kepala Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah
Pokok Agraria yang kemudian disingkat UUPA, tepatnya pada Pasal 19 ayat
49
Wawancara, dengan Priyono, SH,MKn, Kepala Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah Kantor
Pertanahan Kota Semarang, tanggal 4 Maret 2008
Sedangkan UUPA merupakan pelaksanaan dari KUH Perdata,
dalam KUH Perdata ini mengatur berbagai aspek, salah satunya pengaturan
dua puluh satu tahun, dan tidak lebih dahulu telah kawin.
dua puluh satu tahun, maka mereka tidak lagi kembali dalam
atas tanah dan pendaftaran tanah, yang datang dari pihak atau subyek yang
masih berumur 18 tahun, yang menurut UUJN sudah disebut dewasa serta
cakap berbuat hukum, maka jalan keluar yang diberikan pihak Kantor
tuanya sudah tidak ada, maka dengan Perwalian, dan tidak harus menunggu
50
Wawancara, dengan Priyono, SH,MKn, Kepala Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah Kantor
Pertanahan Kota Semarang, tanggal 4 Maret 2008
Orang tua memiliki kekuasaan terhadap pengurusan harta anak .
Pengurusan harta ini mengakibatkan bahwa orang tua itu mewakili anak
tersebut. Seperti halnya yang dinyatakan Pasal 307 KUH Perdata yang
UUJN hanya mengatur fungsi tentang jabatan notaris saja, bukan untuk
mengatur PPAT, sebab PPAT sudah diatur dalam PP tersendiri yaitu PP No.
Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah BPN Kanwil Jawa Tengah, yang
bawah umur 21 maka perbuatan tersebut harus dibantu dengan orang tuanya
untuk mewakilinya. Dasar hukum yang dipakai juga sama, seperti yang
bahwa BPN menghormati batasan usia dewasa yang ditentukan dalam Pasal
39 ayat (1) UUJN, karena merupakan produk hukum dari pemerintah. Tetapi
jabatan Notaris dan jabatan PPAT tetap harus dibedakan, sebab keduanya
51
Wawancara, dengan Priyono, SH,MKn, Kepala Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah Kantor
Pertanahan Kota Semarang, tanggal 4 Maret 2008
52
Wawancara, dengan Sriyono, SH, CN, Bagian Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah BPN
Kanwil Jawa Tengah, tanggal. 6 Maret 2008.
53
Wawancara, dengan Sriyono, SH, CN, Bagian Seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah BPN
Kanwil Jawa Tengah, tanggal. 6 Maret 2008.
Di atas penulis telah paparkan penelitian di BPN dan Kantor
dewasa ini, penulis juga melakukan penelitian di luar kota Semarang yaitu di
Tanah, beliau memiliki pandangan bahwa batasan usia dewasa dan cakap
usia dewasa, juga sama seperti yang dipergunakan di BPN Kanwil Propinsi
dianggap dewasa ini adalah Pasal 330 jo Pasal 1330 KUHPerdata, sebab
belum menikah adalah kriteria belum dianggap dewasa dan cakap dalam
Daerah Propinsi termasuk Gubernur Kepala daerah Khusus Ibu Kota Jakarta
54
Wawancara, dengan Mudasir, S.H.,Bagian Seksi Pendaftaran Tanah Kantor Pertanahan
Kabupaten Pati, Tanggal : 10 Desember 2007.
Propinsi dan semua Bupati/Walikota Kepala Daerah U.p Kepala Sub
tersebut adalah :
dewasa.
dahulu.55
KUHPerdata dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri tersebut, maka semua
21 tahun sebagai syarat untuk bisa menjadi seorang penghadap atau pihak
dalam pembuatan akta Notaris dan PPAT . Sedangkan untuk akta-akta yang
memakai perwalian dari orang tuanya. Oleh karena hal tersebut, di dalam
adalah sudah berumur 21 tahun atau sebelumnya telah menikah lebih dahulu.
hanya dapat diterima apabila pihak atau pengahadap dalam akta tersebut
dahulu. Dari ketentuan yang diakui dan dianut Kantor Pertanahan tersebut
hukum adalah sudah berumur 21 tahun dan batasan umur dewasa ini di pakai
oleh Notaris dan PPAT di Pati untuk membuat semua jenis akta. Baik itu
55
Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Direktorat Jenderal Agraria Direktorat Pendaftaran tanah
(Kadaster), Tanggal : 13-7-1977, Nomor : Dpt.7/539/7-77, Hal. 169-170.
akta-akta yang bersifat umum yang dibuat oleh seorang Notaris misalnya
akta-akta yang berkaitan dengan dunia usaha ( pendaftaran CV, PT, UD,
akta kerjasama dan lainnya ) maupun akta yang dibuat Notaris dalam
Undang No. 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris yang disalah satu
hukum adalah paling sedikit berumur 18 tahun, yatitu Pasal 39 ayat (1)
UUJN
yang lebih tinggi dari Surat Edaran dan KUH Perdata, pihak Kantor
56
Wawancara, dengan Suwaji,S.H., Bagian Seksi Pendaftaran Tanah Kantor Pertanahan
Kabupaten Pati, Tanggal 10 Desember 2007.
menerima dengan subyeknya atau penghadapnya sudah 21 tahun, sebab
katakan juga bahwa akta Notaris memiliki sifat yang lebih umum dan tidak
ada kaitannya dengan BPN sama sekali. Sehingga apabila penerapan batasan
usia dewasa adalah 18 tahun, maka dalam prakteknya bisa diterapkan dan
PPAT, yang melayani perbuatan hukum khusus berkaitan dengan hak atas
UUJN, hanya bisa untuk mengatur jabatan Notaris saja, tidak bisa dicampur
adukkan untuk mengatur PPAT. Sebab PPAT sudah diatur dengan PP No.
24 tahun 1997 jo Peraturan Kepala BPN No. 1 tahun 2006. Sehingga dalam
57
Wawancara, dengan Suwaji, S.H., Bagian Seksi Pendaftaran Tanah Kantor Pertanahan
Kabupaten Pati , Tanggal. 10 Desember 2007.
sedangkan pembuatan akta PPAT, maka ketentuan dewasa adalah yang
batasan usia dewasa sangat berbeda antara undang-undang satu dengan yang
lain. Perbedaan tersebut dapat kita lihat dari beberapa undang-undang yang
58
Wawancara, dengan Setyabudi Tejocahyono, S.H.,M.Hum, Anggota Majelis Hakim Pengadilan
Negeri Semarang, Tanggal 11 Maret 2008.
59
Wawancara, dengan Setyabudi Tejocahyono, S.H.,M.Hum, Anggota Majelis Hakim Pengadilan
Negeri Semarang, Tanggal 11 Maret 2008.
bawah kekuasaan orang tuanya atau walinya. Jadi batasan usia
atas.
berumur 18 tahun.
dewasa seseorang, di lihat terlebih dahulu, dari setiap kasusnya, jika kasus
penentuan usia dewasanya adalah memakai ketentuan dari Pasal 330 KUH
Perdata. Begitu juga kasus yang muncul dalam hukum pidana, maka batasan
hukum yang dilakukan oleh orang yang belum dewasa, maka pengaturanya
juga berbeda. Misalnya saja apabila terjadi kasus dalam hukum pidana,
Korban.60
undang Jabatan Notaris yang di dalam Pasal 39 ayat (1) menentukan bahwa
dewasa adalah 18 tahun, maka usia dewasa ini hanya bisa diterapkan pada
akta-akta yang berkaitan dengan akta notaris saja, yang sifatnya umum dan
60
Wawancara, dengan Setyabudi Tejocahyono, S.H.,M.Hum, Anggota Majelis Hakim Pengadilan
Negeri Semarang, Tanggal 11 Maret 2008.
tidak berkaitan dengan BPN. Sedangkan terhadap akta-akta PPAT, harus
dinyatakan dalam Pasal 330 KUH Perdata, sebab PPAT dalam menjalankan
selalu berhubungan dengan BPN, yang dimana BPN itu sendiri berpegang
pada Pasal 330 KUH Perdata yang menyatakan batasan usia dewasa adalah
sudah 21 tahun.
Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah dan juga KUH Perdata, sehingga
usia dewasa yang mendasar dan tidak dicampur adukkan antara satu dengan
yang lain. Seperti yang terjadi pada kasus yang penulis contohkan pada Bab
I Pendahuluan. Yang dimana, seorang Notaris juga selaku PPAT, pada saat
membuat Akta Pengikatan Jual Beli yang dalam hal ini dalam kedudukannya
sudah berumur 18 tahun, yang menurut UUJN sudah dianggap dewasa dan
dibuat oleh PPAT tersebut, tetapi pada saat akan dilakukan pendaftaran ke
BPN, pihak BPN menolak dengan alasan tidak tunduk kepada UUJN, tetapi
berumur 21 tahun atau belum 21 tahun tetapi sudah pernah menikah. Dari
adukkan.
pada ke empat Notaris dan PPAT tersebut di atas, maka tidak terjadi
dan PPAT yang penulis teliti tersebut di atas sudah melakukan tugas dan
diterapkan dan tidak bertentangan dengan aturan hukum lain sebab UUJN
seperti yang dianut dan berlakukan di BPN Kanwil Jawa Tengah, dan
Kantor Pertanahan.
baik akta notaris maupun akta PPAT, dianggap sah, diakui keabsahannya
PENUTUP
A. Kesimpulan
adalah 18 tahun, maka usia dewasa ini hanya bisa diterapkan pada
akta-akta yang berkaitan dengan akta yang notaris saja, yaitu akta-akta
peralihan hak atas tanah dan pendaftaran tanah, hanya dapat dibuat
tunduk pada ketentuan Pasal 330 KUH Perdata, yang telah dianut dan
B. Saran
perbuatan hukum.
penting oleh sebab itu, maka perlu diatur dalam suatu peraturan
Literatur
Bakti, 1993).
---------, Hukum Perikatan, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, (Bandung : PT.
----------, Hukum Pribadi Bagian I Persoon Alamiah, (Bandung : PT. Citra Aditya
Bakti, 1999).
1994).
Rony Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta :
1993).
Tan Thong Kie, Buku I Studi Notariat Dan Serba Serbi Praktek Notaris, (Jakarta:
Majalah
Ismiati Dwi Rahayu, Ketua INI Depok, Beda Persepsi Usia 18 Dalam Melakukan
Website
hukum/umur dewasa.htm.
Peraturan Perundang-undangan
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 1 tahun 2006 tentang Ketentuan