TESIS
Disusun Oleh :
ALFI. IRPANSYAH, SH
B4BOO6O67
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2008
i
BATALNYA SUATU AKTA NOTARIS DALAM KASUS PENANDATANGAN AKTA
NOTARIS DI RUTAN
TESIS
Disusun Oleh :
ALFI. IRPANSYAH, SH
B4BOO6O67
MAGISTER KENOTARIATAN
ii
PERNYATAAN
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Program Studi
karya sendiri dan didalamnya tidak terdapat karya orang lain yang pernah
kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai
bukan hasil karya saya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian‐bagian tertentu,
saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang
berlaku.
ALFI. IRPANSYAH
iii
KATA PENGHANTAR
Wataalla, karena berkat Rahmat dan Karunia‐Nya yang telah dilimpahkan begitu besar
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini, dengan judul “ BATALNYA
Diponegoro. Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini tidak dapat terlaksana dengan
baik tanpa adanya bantuan moril maupun materiil dari berbagai pihak, oleh karena itu
penulis perlu mengucapkan terima kasih yang tulus dan sebesar‐besarnya dan semoga
1. Bapak Prof. Dr. dr. Soesilo Wibowo, MS, Med, SP, And. Selaku Rektor Universitas
Diponegoro Semarang.
2. Bapak Prof. Drs. Y. Warela, MPA, PhD. Selaku Direktur Program Pasca Sarjana
3. Bapak H. Mulyadi, SH, MS. Selaku Ketua Program Pasca Sarjana Magister
perkuliahan.
4. Bapak Yunanto, SH, MHum. Selaku Sekertaris I Program Pasca Sarjana Magister
iv
5. Bapak H. Budi Ispriyarso, SH, MHum. Selaku Sekertaris II Program Pasca Sarjana
6. Bapak H. Achmad Busro, SH, MHum, Selaku dosen pembimbing yang dengan
guna menyempurnakan tesis ini, yang penuh dengan kesabaran dan diantara
kesibukkannya yang padat telah berkenan meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga,
untuk memberikan bekal , arahan, bimbingan dan dukungan yang berharga bahkan
sebelum atau sesudah mengajar pun bersedia membimbing, hingga selesai tesis ini.
7. Bapak Bambang Eko Turisno, SH, MHum, Selaku dosen penguji yang telah
8. Bapak Kusbiandono, SH, MHum, Selaku dosen penguji yang telah memberikan
9. Ibu A. Siti Soetami, SH. Selaku dosen wali yang telah memberi masukan, dorongan,
10. Seluruh para dosen pengampu yang telah banyak dan membantu memberikan
ilmunya dan pengalaman yang berguna kepada penulis selama penulis menempuh
Diponegoro.
11. Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, yang telah memberikan ijin untuk
12. Bapak Notaris Arief Handaya, SH, MH, SpN. Yang telah memberikan dukungan,
v
berharga bagi penulisan ini, dan memotivasi penulis agar terus semangat dan
belajar.
13. Bapak Notaris H. Haryono, SH, MBA. Yang telah memberikan dukungan, masukan,
penulisan ini.
administrasi.
15. Orang tua saya Alm H. E. Mardani dan ibunda tercinta Hj. Y. Maswiroh yang selalu
memberikan doanya kepada penulis serta motivasi yang tiada henti dan dukungan
semangat baik moriil maupun materiil agar anaknya menjadi orang yang berguna.
16. Kakak‐kakak kandung penulis Evi Maulana, SE, Yudi Mardiansyah, SH, MH dan adik‐
adikku Indah Mardiana, Skom, Rafli Apriansyah, SKOM, kakak ipar Rini dan
kemenakanku Fira Maharani, yang selalu memberikan dukungan, doa, dan motivasi
yang tiada henti kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan
17. Sahabat‐sahabatku yang telah banyak memberikan doa, dukungan ,semangat dan
teman‐teman MKn klas A1 angkatan 2006, sobat karib Bapak Afandi Kudus suka
dan dukanya selalu bersama, Bung Cornel NTT mana Kopinya, Dwi Surya Jambi
yang selalu baik, mba Dewi endut SMG, mba Wiwit BCA, Bung Andi Pontianak, Pak
Halim, teman‐teman sampangan Pak Gatut, Pak Nas Palembang, Pak Mahrom,
Donny Solo, teman‐teman kos kepatian dan sahabat‐sahabatku yang tidak dapat
disebutkan satu persatu tapi tidak mengurangi rasa hormat saya kepada sahabat‐
vi
sahabat yang tercinta yang telah memberikan semangat dan bantuan dalam
Akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih kurang dari
tesis ini, Semoga tesis ini berguna bagi kita semua. Amiin
Alfi Irpansyah, SH
ABSTRAK
Penulisan tesis ini berjudul “Batalnya Suatu Akta Notaris Dalam Kasus
Penandatangan Akta Notaris Di Dalam Rutan ( Analisis Kasus Putusan
Mahkamah Agung Nomor.3641 K/Pdt/2001 )”, bertolak dari perbuatan
melawan hukum dalam kasus penandatangan akta notaris di rutan oleh
penghadap, sehingga akta‐akta yang dibuat dihadapan Notaris (Tergugat IV)
dinyatakan batal menurut hukum/dinyatakan batal oleh hakim atas gugatan
penggugat dan diharuskan memberikan ganti kerugian atas pihak yang
menggugat itu.
vii
sehingga dalam pemecahan permasalahan ini yang diutamakan pada ratio
decidendi atau reasoring yaitu alasan‐alasan hakim untuk sampai kepada
putusannya, sedangkan spesifikasi penelitian ini melalui deskriptif analisis yaitu
penelitian kasus berdasarkan fakta materiil terhadap putusan Mahkamah Agung
dalam kasus penandatangan akta notaris didalam rutan.
viii
BATALNYA SUATU AKTA NOTARIS DALAM KASUS
PENANDATANGAN AKTA
DI DALAM RUTAN
Kata Penghantar........................................................................................ iv
ix
A. Tinjauan tentang Suatu Akta Otentik ................................... 9
x
H. Perbuatan Melawan Hukum Merupakan Sebab
Pembatalan Akta ................................................................... 44
xi
1. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
Nomor; 442/Pdt.G/1999/PN.Jkt Sel ..................... 67
2. Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta Nomor;
393/PDT/2000/PT.DKI .......................................... 75
3. Putusan Mahkamah Agung RI Nomor; 3641
K/Pdt/20001 .......................................................... 80
C. Pembahasan ................................................................. 86
2. APAKAH ADA KEWENANGAN DARI
SEORANG NOTARIS UNTUK MEMINTA
PENANDATANGAN AKTA DI DALAM
RUMAH TAHANAN ( RUTAN ) ................................... 91
A. Penandatangan ............................................................ 91
B. Saat Penandatangan .................................................... 93
C. Tempat Tanda Tangan Dibubuhkan............................. 94
D. Urutan-Urutan Penandatangan .................................... 95
E. Pengganti Tandatangan ............................................... 96
F. Keharusan Pemberitahuan Tentang Adanya
Penandatangan Pada Penutup Akta ............................ 97
G. Pembahasan ................................................................. 98
BAB V PENUTUP ................................................................................. 107
KESIMPULAN DAN SARAN.......................................... 107
A. KESIMPULAN .......................................................... 107
B. SARAN ....................................................................... 110
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
ABSTRAK
Penulisan tesis ini berjudul “Batalnya Suatu Akta Notaris Dalam Kasus
Penandatangan Akta Notaris Di Dalam Rutan ( Analisis Kasus Putusan
Mahkamah Agung Nomor.3641 K/Pdt/2001 )”, bertolak dari perbuatan
melawan hukum dalam kasus penandatangan akta notaris di rutan oleh
penghadap, sehingga akta‐akta yang dibuat dihadapan Notaris (Tergugat IV)
dinyatakan batal menurut hukum/dinyatakan batal oleh hakim atas gugatan
penggugat dan diharuskan memberikan ganti kerugian atas pihak yang
menggugat itu.
xiii
BATALNYA SUATU AKTA NOTARIS DALAM KASUS PENANDATANGAN AKTA
DI DALAM RUTAN
Halaman Pengesahan.......................................................................................................
ii
Pernyataan .......................................................................................................................
iii
Kata Penghantar...............................................................................................................
iV
Abstrak .............................................................................................................................
DAFTAR ISI
xiv
B. RUMUSAN MASALAH ......................................................................................
10
10
11
xv
Nomor. M.01.HT.03.01 Tahun 2006,
11
12
15
15
15
17
xvi
E. Hubungan Perjanjian dengan Perikatan ..........................................................
23
31
31
32
32
32
42
46
49
51
xvii
BAB III METODE PENELITIAN .........................................................................................
52
53
B. Spesifikasi Penelitian.......................................................................................
53
54
55
56
57
57
MELAWAN HUKUM...................................................................................................
58
xviii
A. Tentang Duduk Perkara .....................................................................................
58
66
66
74
78
C. PEMBAHASAN ...................................................................................................
84
( RUTAN ).................................................................................................................
89
A. Penandatangan .................................................................................................
89
91
xix
C. Tempat Tanda Tangan Dibubuhkan ..................................................................
92
93
94
95
G. PEMBAHASAN ...................................................................................................
96
BAB V PENUTUP
......................................................................................................................................
105
A. KESIMPULAN
105
B. SARAN
108
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN‐LAMPIRAN
xx
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam Pasal 1 tersebut ada hal penting yang tersirat, yaitu ketentuan dalam
akta otentik, hal ini terdapat dalam Pasal 1868 KUHPerdata, didalam Pasal
tersebut ditentukan : “ akta otentik adalah suatu akta yang dibuat dalam
pejabat umum yang berkuasa untuk itu, di tempat di mana akta dibuatnya’’.
1
Undang‐Undang RI No.30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris,
xxi
pejabat umum, maka seseorang tidak mempunyai wewenang untuk
formal yang diperlukan agar akta notaris dapat berlaku sebagai akta
otentik.
menghadap.
yang sah terhadap pihak‐pihak yang membuat akta atau mereka yang
(tegenbewijs)2
harus ada akta‐akta otentik sebagai alat pembuktian dan dari tugas yang
2
R.Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia Suatu Penjelasan, Jakarta,CV.Rajawali
Pers,1982, hal.55
xxii
tertentu. Dalam pemberian tugas inilah terletak pemberian tanda
akta notaris, yaitu : Akta Partij (Partij Acte) atau akta pihak, yaitu akta yang
itu dikonstatir oleh notaris untuk dibuatkan akta, misalnya akta sewa‐
menyewa; dan yang kedua, Akta Relaas (Ambtelijke Acte ) atau akta pejabat,
yaitu akta yang dibuat oleh notaris sebagai pejabat umum yang memuat
uraian secara otentik tentang semua peristiwa atau kejadian yang dilihat
dialami dan disaksikan oleh notaris itu sendiri atas permintaan yang
3
F. Eka. Sumarningsih, Peraturan Jabatan Notaris, Diktat Kuliah Program Studi Notariat, Fakultas
Hukum, Universitas Diponegoro, Semarang, 2001.
xxiii
mereka yang mengikatkan dirinya dan kecakapan untuk membuat sesuatu,
artinya, pihak yang dapat meminta pembatalan itu adalah pihak yang tidak
bebas.4
lampiran minuta asli akta‐akta Notaris yang dibuat oleh Notaris di Jakarta,
4
Prof. Subekti, SH, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Jakarta, 2005, hal.20
xxiv
perdata dengan salah satu tuntutan atau petitum, agar Pengadilan Negeri
tingkat Kasasi.
Berdasarkan latar belakang di atas maka melalui karya tulis ini akan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
di atas yaitu :
xxv
1. Untuk mengetahui penandatanganan suatu akta yang pihaknya berada di
melawan hukum.
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis/Akademis
2. Praktis :
Memberikan sumbangan pemikiran kepada para praktisi hukum, notaris dan calon
E. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I : PENDAHULUAN
xxvi
Dalam bab ini akan dibahas mengenai Latar belakang masalah,
sistematika penulisan.
pembatalan akta.
xxvii
kasus penandatangan akta notaris didalam rutan, akah tidak
BAB V : PENUTUP
xxviii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
bukti yang utama, karena dalam lalu lintas keperdataan sering kali orang
dengan sengaja menyediakan suatu bukti yang dapat dipakai kalau timbul
suatu perselisihan, dan bukti tadi lajimnya atau biasanya berupa tulisan.5
berupa tulisan tersebut ada bagian yang sangat berharga untuk dilakukan
tulisan yang memang sengaja dibuat untuk dijadikan bukti tentang suatu
tulisan itu. Syarat penandatangan akta tersebut dapat dilihat dari Pasal
5
Darwan Prinst, Strategi Menyusun Dan Menangani Gugatan Perdata, CV.Citra Aditya Bakti,
Bandung, Hal. 157
xxix
dibawah tangan yang dibuat oleh orang‐orang Indonesia atau yang
membuktikan.
persengketaan tergugat.6
6
R. Subekti, Hukum Acara Perdata, Bina Cipta, hal.5
xxx
bertentangan, dari hal‐hal tersebut hakim harus memeriksa dan
kurang kuat dan murni, keyakinan hakim haruslah didasarkan pada suatu
B. Pengertian‐Pengertian Notaris
Notaris).
xxxi
Ditegaskan dalam Pasal 1 Peraturan Jabatan Notaris yang
sepanjang pembuatan akta itu oleh suatu peraturan umum tidak juga
c). Menurut Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik
Notaris.
adalah Pejabat Umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan
Jabatan Notaris.
7
Komar Andasasmita, Notaris I, Sumur Bandung, 1984, Hal.45
xxxii
Ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (1), yang dimaksud dengan Notaris,
adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan
ada hal penting yang tersirat, yaitu ketentuan dalam permulaan pasal
sebagai akta otentik, hal ini diatur di dalam Pasal 1868 Kitab Undang‐
dimaksud dengan akta otentik, adalah suatu akta yang dalam bentuk
umum yang berkuasa untuk itu, di tempat di mana akta tersebut dibuat.
8
Undang‐Undang Nomor.30 Tahun 2004, loc, cit. hal.2
9
R. Soegondo Notodisoeryo, op.cit. hal.42
xxxiii
Pertama, bahwa akta itu dibuat dan diresmikan dalam bentuk menurut
hukum.
Kedua, bahwa akta itu dibuat oleh atau di hadapan pejabat umum.
Ketiga, bahwa akta itu dibuat oleh atau di hadapan pejabat yang
pihak yang membuat perjanjian itu, jadi apabila terjadi sengketa antara
pihak yang membuat perjanjian, maka yang tersebut dalam akta itu
merupakan bukti yang sempurna dan tidak perlu dibuktikan dengan alat
bukti lain, sepanjang pihak lain tidak dapat membuktikan sebaliknya. Akta
sebagai alat bukti tertulis dalam hal‐hal tertentu, merupakan bukti yang
akta.10
10
Komar Andasasmita,op.cit.,hal.47
xxxiv
1. Kekuatan pembuktian yang luar atau lahiriah, adalah syarat‐syarat
formal yang diperlukan agar supaya suatu akta notaris dapat berlaku
KUHPerdata.
dan fakta tersebut dalam akta, betul‐betul dilakukan oleh notaris atau
yang menghadap.
11
Soetardjo, Soemoatmodjo, Apakah ,Notaris, PPAT, Pejabat Lelang, Liberty, Yogjakarta, 1986,
12
Peraturan Jabatan Notaris., op.cit., hal.5
xxxv
Untuk diketahui, bahwa hingga saat ini terdapat 2 (dua) macam
1. Akta Partij (Partij Acte) atau Akta Pihak, yaitu akta yang dibuat di
2. Akta Relaas atau Akta Pejabat (Ambelijke Acte), yaitu akta yang
RUPS.13
13
Ibid, hal.7
xxxvi
akibat kecelakaan, sehingga tidak dapat menandatangani akta
tersebut atau salah satu pihak tidak dapat menulis, sebagai ganti
terhadap kebenaran isi akta pejabat atau akta relaas tidak dapat
sedangkan pada akta partij atau akta pihak kebenaran, isi akta partij
xxxvii
notaris dapat diterima dalam pengadilan sebagai alat bukti yang
oleh undang‐undang.15
14
Liliana, Tedjosaputro, Mal Praktek Notaris Dalam Hukum Pidana, CV. Agung, Semarang, 1991
hal.4
15
Undang–Undang Jabatan Notaris.,op.cit.,,hal.10
xxxviii
pula memberikan nasehat atau penyuluhan hukum dan
antara lain :
xxxix
Paspor dan surat‐surat lain dari orang‐orang yang bersangkutan,
meminta informasi lainnya dan masih banyak cara lain bagi notaris
para pihak.
memberikan kuasa kepada pihak yang hadir, maka surat kuasa itu
xl
sikap untuk tidak menerima keinginan, maksud dan tujuan para
peraturan perundang‐undangan.
Hal ini diatur secara terperinci dalam Pasal 42, Pasal 43,
xli
2. Keharusan untuk menjelaskan dalam akta, jika salah satu dari
pada akta.
di bawah tangan yang dibukukan dan daftar surat lainnya, selain itu
a. Meninggal dunia.
xlii
b. Telah berakhir masa jabatannya.
Pengawas Daerah.
jelas dan akurat tentang siapa yang berkepentingan, dan untuk apa
xliii
kerahasiaan atas akta tersebut yang wajib dijunjung tinggi oleh
notaris.
tetap ada. Karena itu minuta harus disimpan dengan cermat dan
aman.
karena kurang cermat atau lalai, terlebih lagi karena kesalahan yang
disengaja.
dilahirkan dari :
xliv
1. Perjanjian
2. Undang‐Undang
berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hak dari
pihak yang lain dan pihak yang lainnya berhak untuk memenuhi
tuntutan itu.16
timbul dari adanya perikatan itu dan dapat dipaksakan secara hukum,
perikatan.17
16
R.Subekti.,op.cit.,hal 1
17
J. Satrio, Hukum Perjanjian, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992, hal.3
xlv
hukum adalah hubungan hukum yang terjadi karena undang‐undang
orang.
syarat yaitu :
xlvi
2. Kecakapan
atas, apabila ingin perjanjian yang sah, dari empat syarat pokok itu dapat
a. Kesepakatan.
b. Kecakapan.
a. Hal tertentu.
hal syarat objektif tidak dipenuhi, maka perjanjian tersebut batal demi
xlvii
hukum, sedangkan dalam syarat subjektif tidak dipenuhi, maka perjanjian
selama tidak dibatalkan oleh hakim atas permintaan pihak yang berhak
yang demikian tidak dapat dilaksanakan, karena tidak terang apa yang
yang demikian itu tidak boleh dilaksanakan, karena melanggar hukum dan
kesusilaan. Hal demikian juga dapat seketika diketahui oleh hakim. Dari
18
Hardijan Rusli, Hukum Perjanjian Indonesia Dan Common Law,, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta,
1993, Hal.45
19
R.Subekti.,op.cit.,,hal. 22 dan 23
xlviii
Berdasarkan kesimpulan di atas, bahwa perjanjian yang tidak
memenuhi syarat subjektif itu tetap mengikat atau sah, sepanjang belum
dinyatakan sah oleh hakim atas permintaan pihak yang tidak memenuhi
perjanjian itu adalah anak itu sendiri, apabila si anak sudah dewasa atau
pengampunya.
“Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau
xlix
memberikan pernyataan yang cocok atau pas satu sama lain. Dari
adanya perjanjian harus ada 2 (dua) pihak yang saling berhadapan dan
Para pihak perjanjian menjadi terikat pada isi perjanjian dan juga
ini diatur dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata. Itikad baik sangat erat
kaitannya dengan kepatutan atau keadilan dan ukuran itikad baik ini
1923), unsur‐unsur itikad baik dan kepatutan itu ada bila tidak melakukan
segala sesuatu yang tidak masuk akal, sedangkan pendapat para ahli
20
J. Satrio, op.cit., hal.8
21
Hardijan Rusli, op.cit,. hal 119 dan 120.
l
didalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat
2. Kepatutan.
3. Kebiasaan.
4. Undang‐undang
undang. Jika ada pihak yang melanggar perjanjian yang mereka buat, ia
li
tertentu yaitu sangsi hukum. Jadi siapa yang melanggar perjanjian, ia
undang‐undang (perjanjian).
maka jika akan ditarik kembali atau dibatalkan adalah wajar jika disetujui
oleh kedua belah pihak, tetapi apabila ada alasan yang cukup menurut
sepihak.
pelaksanaan perjanjian itu telah berjalan di atas rel yang benar, dengan
dan kesusilaan itu sebagai “ nilai yang patut, pantas, layak, sesuai, cocok,
22
Abdulkadir, Muhammad, Hukum Perdata Indonesia,Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal 235
lii
G. Kebebasan Berkonrak Dan Batas‐Batasnya Dalam Suatu Perjanjian
berkontrak dapat disimpulkan dari ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUH
membuatnya.
sepakat dari salah satu pihak yang membuat perjanjian, maka perjanjian
yaitu untuk setuju mengikatkan diri pada perjanjian yang dimaksud, atau
liii
menolak mengikatkan diri pada perjanjian, dengan akibat transaksi yang
Pengaturan mengenai hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1330 Kitab
bahwa setiap orang bebas untuk memilih pihak yang ia inginkan untuk
perjanjian itu tetap sah selama tidak dituntut pembatalannya oleh pihak
liv
Undang‐Undang Hukum Perdata Indonesia maupun ketentuan
perjanjian kuasa memasang hipotik harus dibuat dengan akta notaris atau
perjanjian jual beli tanah harus dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah
(PPAT)
dibuat dalam bentuk tertentu, maka para pihak bebas untuk memilih
secara lisan atau tertulis atau perjanjian dibuat dengan akta di bawah
lv
Pasal 1320 KUHPerdata, menentukan bahwa perjanjian atau,
kontrak tidak sah apabila dibuat tanpa adanya konsensus atau sepakat
perjanjian dibatasi oleh sepakat pihak lainnya. Dengan kata lain, asas
perjanjian. Pasal 108 dan Pasal 110 KUHPerdata menentukan, bahwa istri
lvi
Agung No.3/1963 tanggal 5 September 1963, dinyatakan bahwa Pasal 108
dan Pasal 110 KUHPerdata tersebut pada saat ini tidak berlaku.
gunanya ialah untuk menetapkan hak dan kewajiban kedua belah pihak,
atau dirasakan kurang jelas, yang menyebabkan perjanjian itu tidak dapat
lvii
Menurut undang‐undang, causa atau sebab itu halal, apabila tidak
umum dan kesusilaan. Akibat hukum perjanjian yang berisi sebab yang
baik. Oleh karena itu para pihak tidak dapat menentukan sekehendak
23
R.Z, Asikin Kusuma Atmaja, Pembatasan Renternir Sebagai perwujudan pemerataan keadilan,
Varia Keadilan, Vol. II, tahun 1987
lviii
bahwa Hakim berwenang untuk memasuki/meneliti isi suatu kontrak,
tidak lagi bersifat absolut, yang berarti dalam keadaan tertentu hakim
dalam keadaan yang tidak seimbang sedemikian rupa, sehingga salah satu
yang lebih lemah dari pihak yang lain. Beliau mengilustrasikan dengan
suatu cerita lama yang mengandung moral, yang ada kaitannya dengan
tafsiran perjanjian. Ada seorang gadis yang orang tuanya miskin dan
hutang akan dilunasi asal gadis tersebut dikawinkan dengan anak lelaki
lix
sang penolong, sedangkan anak gadis tersebut telah mempunyai
orang tua yang miskin tersebut. Apakah aneh, kalau orang tua miskin
kesempatan .
Yurisprudensi.
lx
yang merupakan salah satu syarat bagi sahnya suatu persetujuan tidak
ada (kehendak yang cacat), menurut Asikin Kusuma Atmaja, yang penting
ialah menciptakan beberapa titik taut yang merupakan dasar bagi hakim
untuk menilai secara adil apakah suatu keadaan dapat ditafsirkan sebagai
sebenarnya tidak masuk akal atau yang tidak patut atau bertentangan
faktor apa yang bersifat tidak masuk akal, tidak patut, atau tidak
Selanjutnya juga kalau terdapat keadaan di mana bagi debitur tidak ada
lxi
memberatkan, terakhir dapat disebut keadaan di mana nilai dan hasil
prestasi timbal balik dari para pihak. Juga dalam hal ini hakim wajib
tidak mempunyai arti yang tidak terbatas, akan tetapi terbatas oleh
tanggung jawab para pihak, dan dibatasi oleh kewenangan hakim untuk
tersebut diatas.
Notaris dapat digugat secara perdata atau pun pidana, dalam hal
lxii
pihak yang dirugikan oleh notaris sebagai pejabat yang berwenang
membuat suatu akta yang otentik, yakni dalam hal perbuatan, perjanjian
maupun ketetapan.
pembuktian sebagai akta di bawah tangan atau suatu akta menjadi batal
demi hukum dapat menjadi alasan bagi pihak yang menderita kerugian
notaris.
lxiii
Harus adanya pebuatan, mengenai unsur perbuatan ini diartikan
luas, meliputi juga tidak berbuat kalau orang itu seharusnya wajib
berbuat, jadi tidak saja perbuatan negatifnya di sini adalah bersifat aktif
tidak pasif, artinya orang yang diam saja dengan sadar bahwa ia dengan
berdiam saja pada saat kereta api akan melewati jalan yang harus ia
kendaraan yang melintasi rel kereta api. Dalam hal ini, yang bergerak
sehingga harus ada causa atau sebab akibat antara perbuatan yang
timbul.
24
Mia.S. Jamalia, Perbuatan Melawan Hukum Menurut KUHPerdata, Jurnal Hukum, Universitas
Borobudur, 2001, hal.94
lxiv
Adanya kesalahan dari si pembuat, bila perbuatan melanggar
hukum sebagai sebab yang menimbulkan akibat kerugian itu sudah ada,
berhubungan dengan subjek itu, sampai pada unsur kesalahan dari pihak
hukum, yang dilakukan oleh orang lain terhadap dirinya, akan dapat
sukses.26
25
R. Wirjono, Prodjodikoro, Perbuatan Melanggar Hukum Dipandang Dari Sudut Hukum Perdata,
CV. Mandar Maju, 2000, hal.28
26
M.A. Moegni Djojodiharjo, Perbuatan Melawan Hukum, Pradya Paramita, Jakarta, 1982, hal.26
27
Ibid.
lxv
kewajiban hukum sipelaku atau bertentangan, baik dengan kesusilaan,
terhadap orang lain atau benda, sedang barang siapa karena salahnya
dilakukan atau tidak dilakukan, tidak terlepas dari dapat tidaknya hal itu
28
Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum, Aditya Bhakti, Bandung. 2002. Hal 1
lxvi
dikira‐kirakan. Dapat dikira‐kirakan itu harus diukur secara objektif,
kirakan itu juga harus diukur secara subjektif, artinya apa yang justru
berbeda‐beda yaitu :
kesalahan).
,terkait erat dengan pikiran pelaku atau niat dalam hati pelaku untuk
1. Adanya kesadaran
lxvii
3. Adanya kepercayaaan bahwa dengan perbuatan itu pasti dapat
adalah, hal ada niat dari hati pelaku. Jika perbuatan yang dilakukan
dengan sengaja telah dapat mengetahui secara pasti tentang akibat atau
lxviii
Jika ada kesengajaan niat atau sikap mental menjadi faktor
dilakukan
yang timbul.
29
Munir Fuady. Op,cit,. hal 73
lxix
Seseorang dapat dimintai tanggung jawabnya untuk memberikan
ganti kerugian atas kesalahan yang dilakukan oleh orang lain yang berada
atau benda yang berada dalam tanggung jawabnya, karena itu istilah
tanggung jawabnya.
hewan peliharaannya.
lxx
C. Kerugian Dan Ganti Rugi
Ganti rugi yang dimaksud dalam penulisan in,i adalah ganti rugi
melawan hukum. Ketentuan pada Pasal 1243, Pasal 1247, dan Pasal 1250
lxxi
analogis.30 .Bentuk kerugian pada intinya dapat digolongkan dalam
30
Abdullahkadir Muhammad, Ibid, hal 255
lxxii
BAB III
METODE PENELITIAN
yang bersangkutan.31
Penulisan tesis dalam hal ini, tidak terlepas dari kegiatan penelitian
oleh metode penelitian yang baik, agar memperoleh hasil yang dapat
31
Soerjono. Sukamto, Penghantar Penelitian Hukum, Cetakan 3, Penerbit Universitas Indonesia ,
Jakarta, 1986, hal.42
lxxiii
metodelogi merupakan unsur mutlak yang harus ada dalam kegiatan
penelitian.32
B. Metode Pendekatan
32
Soerjono Soekamto, Ibid, hal.43
33
Ibid, hal.10
lxxiv
kekuatan yang tetap. Sehingga dalam pemecahan permasalahan ini yang
undang yang berlaku pada suatu waktu, dan tempat tertentu sebagai produk
C. Spesifikasi Penelitian
(rumah tahanan).
34
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2005, hal.119
lxxv
D. Sumber Data
e. Yurisprudensi
a. Buku‐buku hukum
b. Kamus‐kamus hukum
lxxvi
c. Jurnal‐jurnal hukum
e. Wawancara
hukum.
metode, teknik dan analisis normatif dan dalam hal ini digunakan bahan
lxxvii
Penarikan sampel, yaitu usaha untuk menemukan keseragaman dan
sifat umum dunia social dan kegiatan dilakukan terus dan terulang oleh
pada populasi tersebut 2 (dua) Notaris Kota Jakarta dan Pengadilan Negeri
Jakarta Selatan.
35
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodelogi Penelitian Hukum dan Yurimetri, Ghalia Indonesia,
Jakarta 1990, hal 12
lxxviii
BAB IV
Akta Peryataan.
lxxix
Akta‐akta Notaris yang diminta untuk menandatangani
ratus lima belas milyard delapan ratus tiga puluh juta tiga ratus
delapan puluh dua ribu rupiah), yang ditentukan harus bayar kepada
lxxx
selanjutnya diminta untuk menandatangani 2 (dua) cheque Bank
penggugat berupa:
tersebut diatas serta 2 (dua) buah cheque dengan janji dari Bank
dirugikan.
lxxxi
Harta Kekayaan Penggugat yang beralih kepada Bank Arta
Hukum.
lxxxii
‐ Menyatakan tidak sah dan karenanya tidak menikat
M2…………….dst
lxxxiii
9. Menghukum Tergugat I (Bank Arta Graha) dan Tergugat
Pandukreasi)…………dst………dst
11. ……………dst………………………………………….dst
12. ……………dst…………dst……….….dst
13. ……………dst…………dst…………
lxxxiv
Atau : Ex Aequo et bono
Peryataan adalah tidak cacat hukum dan tetap sah serta berlaku asas
karenanya ditolak.
lxxxv
Tergugat Rekonpensi telah menuduh Tergugat Rekonpensi telah
maupun immaterial.
Penggugat Rekonpensi.
5. Dst…………..dst…………………
lxxxvi
B. Pertimbangan Putusan‐Putusan Pengadilan
sebagai berikut :
penipuan;
lxxxvii
hukum Penyidik Kepolisian untuk melakukan penahanan, dan pada
Tergugat;
gunakan, sesuai dengan Pasal 1321 dan Pasal 1324 KUHPerdata dan
lxxxviii
dinyatakan batal sejak penandatangan Akta‐Akta Notaris yang dibuat
suatu perjanjian;
membuatnya;
Agung;
lxxxix
Graha) dalam Akta Notaris No.41 dan Akta No.31, harus dinyatakan
xc
melakukan perbuatan melawan hukum yang menyebabkan kerugian
Penggugat;
Penggugat;
………dst…………..dst
………………..dst……
………………dst.
xci
Berdasarkan atas pertimbangan hokum yang pokok intinya
‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐MENGADILI :‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐
‐‐‐‐‐‐‐
1. DALAM KONVENSI ;
DALAM EKSEPSI ;
melawan hukum;
xcii
4. Menyatakan jual beli dalam akta No.
Penggugat;
xciii
8. Menghukum Tergugat I (Bank Artha Graha) dan Tergugat
perkara ini;
xciv
DALAM REKONVENSI
393/PDT/2000/PT.DKI
DALAM KONPENSI ;
DALAM EKSEPSI ;
Polda Metro Jaya terhadap Sdr. Chalid Aini dan Husni Ali
xcv
Tojib dan penahanan terhadap diri Penggugat adalah
tinggi;
adalah sah;
No.41, No.42 dan akta No.31 adalah sah dan berlaku dengan
xcvi
perjanjian‐perjanjian yang dibuat yang didasarkan atas alasan
Penggugat ditolak;
xcvii
DALAM REKONPENSI
‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐MENGADILI‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐
DALAM KONPENSI;
xcviii
DALAM EKSEPSI;
DALAM REKONPENSI;
xcix
Menimbang , bahwa keberatan‐keberatan yang
c
dibenarkan, Penandatangan perjanjian dalam akta perjanjian
tersebut;
‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐MENGADILI ;‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐
ci
Membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Jakarta
Sel;
MENGADILI SENDIRI
DALAM KONPENSI;
DALAM EKSEPSI;
melawan hukum;
cii
Sepanjang mengenai kepentingan dan harta kekayaan
ciii
8. Menghukum Tergugat I (Bank Artha Graha) dan Tergugat IV
perkara ini;
DALAM REKONVENSI
civ
DALAM KONPENSI DAN REKONPENSI ;
C. PEMBAHASAN
putusan dari Pengadilan Negeri yang dinilai telah tepat dan benar
Perkara tersebut.
oleh pihak yang berwajib dalam hal ini Kepolisian dengan sangkaan
cv
Kepolisian, Penuntut Umum dan Pengadilan Jakarta selatan untuk
ini Tergugat I.
yang menjadi lampiran yang melekat pada minuta akta yang dibuat
cvi
a. Pasal 1320 KUHPerdata, antara lain yaitu kesepakatan atau
suatu kerugian terang dan nyata, jadi apa yang telah dilakukan
cvii
menandatangani akta‐akta Notaris dan surat pernyataan yang
cviii
dengan apa yang ada dalam Pasal 1338 ayat (3) Jo 1339
hukum dan Akta‐Akta lainnya dibuat atas alasan hak yang menjadi
cix
yang menjadi pihak dalam akta‐akta tersebut adalah Tergugat II
A. Penandatangan akta
berbunyi :
atau kota.
cx
apabila penandatangan dilakukan diluar kedudukan dan
atau suatu akta menjadi batal demi hukum dapat menjadi alasan
wasiat.
cxi
untuk menjelaskan maksud isi dari akta tersebut, apabila salah
satu pihak tidak mengerti akan maksud isi dari akta itu. Setelah
telah mengerti akan maksud isi akta itu barulah para penghadap
pada hari‐ hari yang berlainnan, didalam Pasal 44 ayat (1) Undang‐
cxii
tegas dengan alasan‐alasan penghadap tidak dapat
menandatanganinya.
menyatakan apa yang ada diatas tanda tangannya dan bukan apa
tanganan akta.
cxiii
“ Dalam hal Penghadap mempunyai kepentingan hanya pada
bagian tertentu dari suatu akta, hanya bagian akta tertentu yang
dibacakan padanya”.
cxiv
Penandatangan akta mengandung arti memberikan
tidak boleh ditandatangani oleh orang lain juga oleh para saksi
cxv
Penandatangan dari suatu akta oleh para penghadap
dikenal oleh notaris dan hal lain juga harus diberitahukan dalam
cxvi
pembubuhan tandatangan ini identifisir oleh keterangan otentik
G. Pembahasan
yang berbunyi :
atau kota.
cxvii
apakah seorang penghadap dan saksi‐saksi diperbolehkan
telah menikah.
dibawah tangan atau suatu akta menjadi batal demi hokum dapat
36
Wawancara dengan Notaris Arief Handaya, SH, MH,. SpN
cxviii
notaries, hal ini diatur didalam Pasal 84 Undang‐Undang Jabatan
Notaris.
cxix
keharusan bagi saksi membubuhkan tandatangannya dalam suatu
dan dilakukan dengan tanpa adanya paksaan dari pihak mana pun
cxx
rumahnya dengan alasan uang hasil penjualan rumahnya itu untuk
bersifat mutlak, oleh karena itu harus kembali lagi kepada sistem
penyalahgunaan ekonomi.38
37
Wawancara, 13 Mei 2008, dengan Notaris H. Haryanto, SH, MBA.
38
Wawancara, 29 April 2008, dengan Notaris Arief Handaya, SH, MH, SpN
cxxi
Dalam hal ini seorang yang membubuhkan
39
Wawancara, 13 Mei 2008, dengan Notaris H. Haryanto, SH, MBA.
cxxii
dapat dikatakan sebagai suatu penyalah gunaan keadaan atau
kesempatan40.
hilang kemerdekaan.
40
Wawancara, 29 April 2008, dengan Notaris Arief Handaya, SH, MH, SpN.
cxxiii
yang ditunjuk oleh Undang‐Undang dalam hal ini Kepolisian, Jaksa
Penuntut Umum dan Hakim, hal ini jelas bahwa orang yang
tindakan yudicial.
cxxiv
Menanggapi mengenai hal‐hal kewenangan Notaris
cxxv
cxxvi
BAB V
A. KESIMPULAN
cxxvii
penyalahgunaan ekonomi yang berlaku secara berdampingan dan
Bilamana salah satu pihak, saat itu sedang ditahan dirumah tahanan
tertuang dalam Akta Notaris No.42 dan No.41, oleh orang yang
cxxviii
ikutan lainnya, menjadi batal menurut hukum atau dinyatakan batal
kota.
suatu akta menjadi batal demi hukum dapat menjadi alasan bagi
cxxix
B. SARAN
dikemudian hari.
cxxx
DAFTAR PUSTAKA
Adam, Muhammad, Asal‐Usul Dan Sejarah Akta Notarial, Sinar Baru, Bandung, 1982.
Djojodiharjo, M.A. Moegni, Perbuatan Melawan Hukum, Pradya Paramita, Jakarta, 1982.
Kie, Tan Thong, Studi Notariat Dan Serbi‐Serbi Praktek Notaris, PT. Ihtiar Baru Van
Hoeve, Jakarta, 1994.
Muhammad, Abdulkadir, Hukum Perdata Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
2000.
Patrik, Purwahid, Asas Itikad Baik Dan Kepatutan Dalam Perjanjian, Badan Penerbit
Undip, 1986.
cxxxi
Pitlo. A, alih bahasa Arief, M. Isa, Pembuktian Dan Daluarsa, Bina Cipta, 1986.
Prinst, Darwan, Strategi Menyusun Dan Menangani Gugatan Perdata, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1998.
Satrio, J, Hukum Perjanjian Indonesia Dan Common Law, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta,
1993.
Tedjosaputro, Lilian, Mal Praktek Notaris Dalam Hukum Pidana, CV. Agung, Semarang,
1991.
Peraturan Perundang‐undangan
cxxxii
Peraturan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia Nomor: M.01‐HT.03.01 Tahun
2006, tentang Syarat Dan Tata Cara Pengangkatan, Perpindahan dan Pemberhentian
Notaris.
cxxxiii