PERSEROAN TERBATAS
DI JAKARTA TIMUR
TESIS
Oleh :
ROITA ASMA, SH
NIM. B4B006215
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2008
TESIS
PERSEROAN TERBATAS
DI JAKARTA TIMUR
Oleh :
ROITA ASMA, SH
NIM. B4B006215
Telah disetujui
Oleh :
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini adalah hasil pekerjaan
saya sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang telah diajukan
Yang menyatakan
ROITA ASMA, SH
KATA PENGANTAR
ﺒﺴﻣ أﷲ اﻠرﺣﻣناﻠرﺤﻳﻢ
Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, yang berkat dan
Diponegoro Semarang.
maupun tenaga yang tak ternilai harganya dari berbagai pihak. Untuk itu
hati dan penuh keikhlasan untuk menyampaikan rasa terima kasih yang
tulus kepada :
mendapatkan bimbingannya ;
dan Bapak Sonhaji, SH, MS, selaku Penguji Tesis yang telah
8. Seluruh staf pengajar dan tata usaha pada Program Studi Magister
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
Akhirnya semoga tesis ini dapat memberikan sumbangan dan pikiran serta
Penulis
ROITA ASMA, SH
ABSTRAK
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... ii
PERNYATAAN .................................................................................. iii
KATA PENGANTAR .......................................................................... iv
ABSTRAK .......................................................................................... vii
ABSTRACT ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ....................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
tatanan baru lainnya yang kini sedang terus bergerak dalam perubahan-
perubahan.
salah satu kodifikasi, yaitu: Wetboek van Koophandel yang lazim dikenal
tentang Perseroan Terbatas yang diatur dalam KUHD, sudah tidak lagi
modal pada badan hukum itu, yang terdiri dari sero-sero atau saham-
membubarkan perseroan.
1
Kansil, Pokok-Pokok Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta, Pustaka Sinar
Harapan, 1996, hal 31
banyak pemegang saham. Jumlah yang amat banyak dari pemegang
5. Persyaratan hukum
antara lain :
modal.
(RUPS).
1.2. Permasalahan
perseroan terbatas ?
2
Sudikno Mertokusumo, Arti Penemuan Hukum Bagi Notaris, Renvoi, Nomor
12, tanggal 3 Mei 2004, hal. 49.
pernyataan keputusan rapat umum pemeganga saham perseroan
terbatas ?
perseroan terbatas
terbatas.
1. Kegunaan teoritis
2. Kegunaan praktis
diuraikan
Daftar Pustaka
Lampiran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Ahmad Yani & Gunawan Widjaya, Perseroan Terbatas, Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada, 2006, hal 7.
Sri Redjeki Hartono memberikan pengertian bahwa perseroan
notaris pendiriannya.4
yang
dimungkinkan
untuk itu oleh hukum di negara tertentu, yang diciptakan oleh hukum dan
yang
4
Sri Redjeki Hartono, Bentuk-bentuk Kerjasama dalam Dunia Niaga, Fakultas
Hukum Universitas 17 Agustus 1945, Semarang, 1980. hal. 47
5
Munir Fuady, Perseroan Terbatas Pardigma Baru, Citra Aditya Bakti
Bandung, 2003, hal. 2.
bereksistensi yang terus-menerus. Sebagai suatu badan hukum,
berlaku.6
entity) yang diciptakan oleh hukum, yang dapat saja (sesuai hukum
setempat) hanya terdiri dari 1 (satu) orang anggota saja beserta para
ahli warisnya, tetapi yang lebih lazim terdiri dari sekelompok individu
2. Suatu manusia semu yang diciptakan oleh hukum yang terdiri dari,
6
Munir Fuady, Ibid, hal. 5.
sole) maupun yang terdiri dari sekumpulan atau beberapa orang
(corporation agregate).
pemegang saham;
7
Ibid, hal. 2.
9. kegiatannya termasuk dalam ruang lingkup yang ditentukan oleh
10. adanya modal dasar (dan juga modal ditempatkan dan modal setor);
berganti;
- Aktien gesellschaft
- Compagnie Anonyme 9
terbatas ini, terutama untuk bisnis yang serius atau bisnis besar,
8
Ibid, hal. 3
9
Sri Redjeki Hartono, Op. Cit, hal. 47.
Secara taktis ekonomis, penggunaan bentuk hukum Perseroan
saham, jadi para pesero secara pribadi tidak ikut bertanggung jawab.
disetorkan;
pengurus/Direksi;
paling sedikit oleh 2 (dua) orang dan paling sedikit harus memiliki 2 (dua)
asosiasi modal, sehingga dalam hal ini modal memegang peranan yang
maka perseroan terbatas tersebut harus didirikan lebih dari 2 orang. Atau
lain, maka tidak boleh hanya 1 orang dalam perseroan terbatas itu
sebagai subjek hukum yang mandiri, karena tidak terkait dengan urusan
dalam batas yang ditentukan UU No. 40 Tahun 2007 dan atau Anggaran
Perseroan Terbatas.
usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan
peraturan pelaksanaannya.
hukum;
anggaran dasar;
Perseroan tetap sama, yaitu terdiri atas modal dasar, modal ditempatkan,
dan modal disetor. Namun, modal dasar Perseroan diubah menjadi paling
menguasai saham yang telah dibeli kembali paling lama 3 (tiga) tahun.
peraturan perundangundangan.
kepada beberapa bentuk jika dilihat dan berbagai kriteria, yaitu sebagai
berikut:
a. Perusahaan Tertutup
b. Perusahaan Terbuka
Yang dimaksud dengan perusahaan terbatas terbuka
Pasar Modal.
c. Perusahaan Publik
ratus) orang.
Pasar Modal.
dari pemerintah. Jika seluruh modal saham bebas dari luar negeri,
murni. Akan tetapi, jika hanya sebagian saja dari modal saham
venture).
a. Perusahaan Swasta
Perseroan Terbatas.
setempat. Karena itu, untuk Badan Usaha Milik Daerah ini berlaku
(BUMN).
Perseroan Terbatas.
lain. Apabila yang dipegang adalah lebih dari 50% (lima puluh
holding-nya.
company).
a. Perusahaan De Jure
Perusahaan de jure, adalah suatu perseroan terbatas yang
b. Perusahaan de facto
usahanya.
Indonesia.
12
Munir Fuady, Op. Cit, hal. 3.
3. Macam-macam RUPS
bulan setelah tahun buku, dan dalam RUPS tahunan tersebut harus
kebutuhan.
4. Penyelenggaraan RUPS
dengan hak suara yang sah, atau suatu jumlah yang lebih kecil
recht).
oleh suatu peraturan yang umum atau yang dikehendaki oleh orang-orang
yang berkepentingan
berikut: 13
13
Tobing, G.H.S. Lumban. 1999. Peraturan Jabatan Notaris, Penerbit
Erlangga. Jakarta, hal. 31.
Pejabat yang berwenang untuk atas permintaan mereka yang
menyuruhnya mencatat semuanya yang ia alami dalam suatu akta.
Demikianlah ia membuat berita acara dan pada apa yang
dibicarakan dalam rapat pemegang saham, yang dihadiri atas
permintaan pengurus perseroan atau tentang jalannya pelelangan
yang dilakukannya atas permintaan pengurus perseroan, atau
tentang jalannya pelelangan yang dilakukannya atas permintaan
penjual. Demikianlah ia menyaksikan (comtuleert) dalam akta
tentang keadaan sesuatu barang yang ditunjukkan kepadanya oleh
kliennya. 14
telah diadopsi dan menjadi hukum Notariat Indonesia dan berlaku untuk
adalah :
14
Engelbrecht De Wetboeken wetten en Veroordeningen, Benevens de
Grondwet van de Republiek Indonesie, Ichtiar Baru-Van Voeve, Jakarta 1998 hal. 882.
15
Nico, Tanggung Jawab Notaris Selaku Pejabat Umum, Yogyakarta : Center
for Documentation and Studies of Business Law, 2003, hal. 35.
Suatu akta otentik adalah suatu akta yang di dalarn bentuk yang
ditentukan oleh undang-undang dibuat oleh atau di hadapan
pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat dimana
akta dibuatnya.
2004. Adapun bunyi dari Pasal 1 angka UUJN adalah sebagai berikut :
akta otentik;
dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh
undang-undang.
hukum;
otentik dan akta otentik itu akan memberikan kepada pihak-pihak yang
daripada mereka, suatu bukti yang sempurna tentang apa yang dimuat di
dalamnya. Disinilah letaknya arti yang penting dari profesi Notaris ialah
bahwa ia karena undang-undang diberi wewenang menciptakan alat
ketentuan terdapat dalam Pasal 16 ayat (1) huruf d UUJN, yaitu adanya
16
Soegondo R. Notodisorjo, Hukum Notariat di Indonesia (Suatu Penjelasan),
Cet. 2, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993, hal. 9.
tersebut Notaris mempunyai wewenang. Apabila ketentuan itu tidak
diindahkan, akta yang dibuat oleh Notaris menjadi tidak sah. Adapun
wewenang yang dimiliki oleh Notaris meliputi empat (4) hal yaitu sebagai
berikut :
dibuat itu;
itu dibuat;
akta itu.17
1. Tidak semua pejabat umum dapat membuat semua akta, akan tetapi
perundang-undangan;
17
G.H.S. Lumban Tobing, Op. Cit, hal. 49-50.
Notaris tidak diperkenankan membuat akta untuk diri sendiri,
penyalahgunaan jabatan;
menjalankan cuti atau dipecat dari jabatannya. Notaris juga tidak boleh
sumpahnya.
yang dibuat Notaris itu adalah tidak otentik dan hanya mempunyai
kekuatan seperti akta yang dibuat di bawah tangan, apabila akta tersebut
18
Ibid, hal. 50.
Notaris adalah pejabat umum sebagaimana yang diatur oleh Pasal
pekerjaan yang termasuk dalam bidang tugas Notaris. Adapun inti dari
ketentuan yang mengatur tentang bentuk atau formalitas dari akta Notaris
itu, agar supaya dapat dikatakan sebagai akta otentik dan tetap memiliki
undang, akan tetapi karena dibuat oleh atau di hadapan seorang pejabat
otentik. Dengan perkataan lain, akta yang dibuat oleh Notaris mempunyai
akan tetapi oleh akta itu dibuat oleh atau di hadapan pejabat umum,
19
Ibid, hal. 50-51.
Pembuatan akta Notaris terbagi dalam dua golongan :
atau "akta (ambtelijke akten), akta ini merupakan suatu akta yang
dialaminya itu. Termasuk di dalam akta “relaas” ini antara lain berita
terbatas.
b. Akta yang dibuat "di hadapan" Notaris atau yang dinamakan "akta
partij" (partij akten), akta yang dibuat di hadapan Notaris, akta ini
berisikan suatu “cerita” dari apa yang terjadi karena perbuatan yang
dalam suatu akta otentik. Termasuk dalam golongan akta ini yaitu
ditandatanganinya akta itu oleh pihak atau para pihak yang bersangkutan,
misalnya para pihak atau salah satu pihak buta huruf atau tangannya
Notaris dalam akta dan keterangan itu dalam hal ini berlaku sebagai ganti
Jadi pada dasarnya bentuk suatu akta Notaris yang berisikan keterangan--
yang pasti secara otentik pada akta partij terhadap pihak lain, ialah :
4. bahwa apa yang tercantum dalam akta itu adalah sasuai dengan apa
bersangkutan sendiri.
20
Undang-Undang tentang Jabatan Notaris, No.30 Tahun 2004, LN No. 117
Tahun 2004, TLN No. 4432, Ps. 44 Ayat 1;2.
Dalam akta relaas tidak menjadi soal, apakah orang-orang yang
hadir itu menolak untuk menandatangani akta itu. Apabila misalnya pada
akta, bahwa para yang hadir telah meninggalkan rapat sebelum menanda
tangani akta itu dan dalam hal ini akta itu tetap merupakan akta otentik.
kebenaran isi dari akta pejabat (ambtelijke akte) tidak dapat digugat,
kecuali dengan menuduh bahwa akta itu adalah palsu. Pada akta partij
Alat bukti tulisan merupakan alat bukti yang utama di dalam perkara
perdata. Hal ini tertuang dalam Pasal 1866 KUHPerdata yang menyatakan
bahwa :
Berdasarkan alat-alat bukti dalam pasal di atas, jelaslah bahwa alat bukti
tulisan lebih diutamakan daripada alat bukti lainnya. Adapun dari bukti
tulisan itu terdapat suatu yang sangat berharga untuk pembuktian yaitu
akta. Akta ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu akta otentik dan
merupakan dasar dari suatu perjanjian, dapat dikatakan bahwa akta itu
akta yaitu akta yang sifalnya otentik dan ada yang sifatnya di bawah
otentik adalah: 22
Suatu akta otentik ialah suatu akta yang di dalam bentuk yang
ditentukan oleh Undang-Undang, dibuat oleh atau dihadapan
21
R. Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Cetakan XXIV, PT. Intermasa,
Jakarta, 1986, hal. 475.
22
Ibid. 475.
pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat di mana
akta dibuatnya.
bukanlah akta otentik atau disebut juga akta di bawah tangan. Perbedaan
terbesar antara akta otentik dan akta yang dibuat di bawah tangan ialah: 23
1. Akta otentik
termasuk para ahli warisnya atau orang yang mendapat hak dari
para pihak itu suatu bukti yang sempurna tentang apa yang diperbuat
sehingga tidak perlu dibuktikan lagi dan bagi Hakim itu merupakan
siapa yang menyatakan bahwa Akta otentik itu palsu, maka ia harus
membuktikan tentang kepalsuan akta itu. Oleh karena itulah maka akta
23
N.G Yudara, Pokok-pokok Pemikiran Diseputar Kedudukan dan Fungsi
Notaris serta Akta Notaris Menurut Sistim Hukum Indonesia“, Renvoi, Nomor
10.34.III, tanggal 3 Maret 2006, hal 74.
Akta di bawah tangan bagi Hakim merupakan “Bukti Bebas”
akta itu. Dengan demikian akta di bawah tangan berlainan dengan akta
dengan akta itu maupun secara tidak langsung, yaitu masyarakat. Suatu
akta akan memiliki karakter yang otentik, jika akta itu mempunyai daya
bukti antar para pihak dan terhadap pihak ketiga, sehingga hal itu
24
Racmat Setiawan, Pokok-pokok Hukum Perikatan, Cet. 6, Putra A. Bardin,
Bandung, 1999, hal. 3.
merupakan jaminan bagi para pihak bahwa perbuatan-perbuatan atau
Akta yang dibuat Notaris, adalah akta otentik dan otentisitasnya itu
dijatuhkan.
mendapat hak dari mereka, suatu bukti yang sempurna tentang apa yang
dimuat di dalamnya. Akta otentik selain merupakan suatu alat bukti yang
mengikat, dalam arti bahwa sesuatu yang ditulis dalam akta harus
bukti yang sempurna, dalam arti bahwa akta otentik sudah tidak
diterangkan tadi adalah benar. Penafsiran yang demikian itu diambil dari
sesuatu yang dituturkan itu ada hubungannya langsung dengan pokok isi
yang menjadi pokok isi akta itu, yaitu segala sesuatu yang dengan tegas
mempunyai alat bukti yang lengkap atau sempurna dan akta itu
dalam suatu perkara salah satu pihak mengajukan alat bukti berupa
dijalankan.
bukti, menurut pendapat yang umum dianut dapat dikatakan bahwa pada
setiap akta otentik demikian juga akta notaris, dibedakan menjadi tiga (3)
dapat diberikan kepada akta yang dibuat di bawah tangan. Lain halnya
atau biasa disebut dalam bahasa Latin “acta publica probant sese
ipsa”, yaitu apabila suatu akta kelihatannya sebagai akta otentik, maka
akta itu dianggap sebagai akta otentik sampai dapat dibuktikan bahwa
25
G.H.S. Lumban Tobing, Op. cit, hal. 55-59.
akta itu adalah tidak otentik. Sepanjang mengenai kekuatan
pihak dan akta pejabat dalam hal ini adalah sama. Pembuktian
atau Notaris yang bersangkutan dengan akta itu adalah tidak sah dan
dengan hal ini, arti formal dalam akta pejabat dapat dijelaskan bahwa
selain akta itu membuktikan kebenaran dari apa yang disaksikan yaitu
tentang tanggal, tanda tangan dan identitas dari para pihak yang hadir
serta tempat dibuatkannya akta itu. Adapun arti formal dalam akta para
merupakan uraian yang telah diterangkan oleh para pihak yang hadir,
dalam akta yang dibuat oleh Notaris adalah palsu, maka untuk itu
olehnya adalah dibubuhkan oleh orang lain. Oleh karena itu, dalam
hal ini ada pemalsuan dan mengenai pemalsuan ini orang itu boleh
bahwa tanda tangan itu adalah tanda tangan yang berasal dari
Notaris. Di dalam hal ini orang itu tidak menuduh Notaris bahwa
Notaris adalah tidak benar. Jadi mengenai hal ini tidak ada
mereka yang mendapat hak dan berlaku untuk umum, kecuali ada
ini, Notaris Wawan Setiawan yang pada waktu itu menjabat sebagai Ketua
“Kedudukan Akta Notaris Sebagai Alat Bukti Tertulis dan Otentik Menurut
kebenaran yang nyata, artinya bahwa apa yang menjadi isi dari akta itu
yang dibuktikan oleh akta itu, akan tetapi isi dari akta itu juga dianggap
dibuktikan sebagai yang benar terhadap setiap orang yang menyuruh atau
meminta untuk dibuatkan akta itu dan akta tersebut mempunyai kekuatan
Pasal 1870, 1871 dan Pasal 1875 KUHPerdata, yaitu antara para pihak
26
Ibid, hal. 58.
yang bersangkutan, para ahli waris dan para penerima hak pembuktian
yang lengkap tentang kebenaran dari apa yang tercatum dalam akta itu.27
BAB III
METODE PENELITIAN
sejarahnya, yaitu berfikir secara rasional dan berfikir secara empiris. Oleh
27
Nico, Op. cit, hal. 56.
28
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986,
hal. 6.
29
Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid I, ANDI, Yogyakarta, 2000, hal. 4.
54
empirisme merupakan karangka pembuktian atau pengujian untuk
terbatas. Hal tersebut kemudian dibahas atau dianalisis menurut ilmu dan
30
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri,
Ghalia Indonesia, Jakarta, 1990, hal. 36.
31
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2003, hal. 43.
32
Bambang Sunggono, Ibid, hal. 26-27.
3.3.1. Populasi Penelitian
Populasi, adalah seluruh objek atau seluruh gejala atau seluruh unit
yang akan diteliti. Oleh karena populasi biasanya sangat besar dan luas,
maka kerapkali tidak mungkin untuk meneliti seluruh populasi itu tetapi
33
Ronny Hanitijo Soemitro, Op. cit, hal. 44.
34
Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia,
Jakarta, 1985, hal. 47.
pendahuluan. 35 Dalam penelitian ini yang ditetapkan sebagai sampel
1. Notaris M. Yamin, SH
2. Notaris Handoyo, SH
Terbatas
Notaris
35
Ibid, hal. 196.
2) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat
- Buku-buku ilmiah
- Makalah-makalah
metode analisis kualitatif. Maka dari data yang telah dikumpulkan secara
36
Nasution S, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Tarsito, Bandung, hal
52.
BAB IV
subjek adalah kewajiban dari subjek yang lain. Yang mendukung hak
tercipta antara satu individu dengan individu lain kerap merupakan suatu
adalah salah satu realitas hukum yang sering dilakukan oleh subjek
perikatan yang melahirkan hak dan tanggung jawab bagi para pihak yang
Notaris.
Pembuatan perjanjian dalam bentuk tertulis dapat dipahami
suatu alat bukti. Perbedaan yang paling menonjol dalam pembuatan alat
bukti ini ialah suatu akta otentik akan menjadi alat bukti yang sempurna,
sehingga akta otentik mempunyai daya pembuktian yang lebih kuat dan
di bawah tangan.
Terbatas suatu hasil dari RUPS dapat dibuat dalam tiap akta otentik
RUPS tersebut dalam suatu akta otentik. Hal ini yang kemudian dikenal
dengan sebutan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang
Terbatas adalah:38
menandatangani akta;
perubahannya;
terbatas;
37
Hasil wawancara dengan M. Yamin, Notaris di Jakarta Timur, tanggal 15 April
2008
38
Hasil wawancara dengan M.Yamin, Notaris di Jakarta Timur, tanggal 19 Maret
2008.
- Foto Copy KTP Direksi dan Komisaris Perseroan
Terbatas tersebut;
(TDP).39
4. Perubahan modal;40
39
Hasil Wawancara dengan Handoyo, Notaris di Jakarta Timur, tanggal 17 April
2008
40
Hasil wawancara dengan Edy Suparyono, Notaris di Jakarta Timur, 16 April 2008
Notaris, khususnya Pasal 15 yang intinya memberikan beberapa
kewenangan kepada Notaris selaku pejabat umum dalam melaksanakan
tugasnya, yaitu:
1. Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan,
juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain
buku khusus;
akta;
undangan.41
mencatat semua akta yang dibuat oleh atau dihadapannya, baik dalam
dan nama semua orang yang bertindak baik untuk dirinya sendiri
tangan yang didaftar dan pencocokan fotokopi oleh Notaris wajib diberi
4. Setiap halaman dalam daftar diberi nomor unit dan diparaf oleh Majelis
41
Hasil wawancara dengan Edy Suparyono, Notaris di Jakarta Timur, tanggal
16 April 2008
5. Pada halaman sebelum halaman pertama dicantumkan keterangan
Pengawas Daerah.
6. Dalam daftar surat di bawah tangan yang disahkan dan daftar surat di
tanggal, sifat surat, dan nama semua orang yang bertindak baik untuk
7. Notaris membuat daftar klapper untuk daftar akta dan daftar surat di
sifat, dan nomor akta, atau surat yang dicatat dalam daftar akta dan
surat di bawah tangan yang disahkan dan yang dibuat sejak tanggal
pemeriksaan terakhir;
42
Rangkuman wawancara dengan Notaris M. Yamin, Notaris di Jakarta Timur,
tanggal 15 April 2008.
2. membuat berita acara pemeriksaaan dan menyampaikannya kepada
Pusat;
Organisasi Notaris.43
tersebut;
dalam akta;
43
Hasil wawancara dengan Notaris M. Yamin, Notaris di Jakarta Timur, tanggal 15
April 2008
7. Memberikan salinan akta:
8. Mencatat setiap akta yang dilbuat dalam suatu buku daftar akta;
Ad.a. Persetujuan itu harus bebas tidak ada paksaan, kekhilafan, atau
salah satu pihak tidak khilaf tentang hal pokok yang diperjanjikan
perjanjian, yaitu :
perjanjian tertentu.
Ad.c. Suatu hal tertentu yang diperjanjikan, artinya apa yang diperjanjikan
badan milik tidak boleh menjadi objek perjanjian (Pasal 1332 dan
Pasal 1333 KUHPerdata). Adapun mengenai apakah barang
tersebut telah ada atau telah berada ditangan debitur pada saat
Ad.d. Sebab yang halal, maksudnya adalah isi perjanjian itu sendiri yang
atau ketertiban umum. Jadi suatu sebab yang memenuhi tiga hal
Jika syarat objektif, yaitu mengenai suatu hal tertentu dan suatu
sebab yang halal tidak dipenuhi, maka perjanjian batal demi hukum.
perjanjian.
Asas ini dapat disimpulkan dari Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata
yang berbunyi : "Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku
sebagai Undang-undang bagi mereka yang membuatnya".
Tujuan dari pasal di atas bahwa pada umumnya suatu perjanjian itu
dapat dibuat secara bebas untuk membuat atau tidak membuat perjanjian,
bebas untuk mengadakan perjanjian dengan siapapun, bebas untuk
menentukan bentuknya maupun syarat-syarat, dan bebas untuk
menentukan bentuknya, yaitu tertulis atau tidak tertulis dan seterusnya.
Jadi dari pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat
diperbolehkan membuat perjanjian yang berupa dan berisi apa saja
(tentang apa saja) dan perjanjian itu mengikat mereka yang membuatnya
seperti suatu undang-undang. Kebebasan berkontrak dari para pihak
untuk membuat perjanjian itu meliputi :
- Perjanjian yang telah diatur oleh undang-undang.
undang-undang.
kesusilaan.
mengesampingkan undang-undang.
dibuat di bawah tangan akan menjadi suatu akta otentik, di mana akta
berupa akta dan tulisan yang buan akta. Akta merupakan tulisan yang
khusus dibuat untuk dijadikan bukti atas hal yang disebut di
dalamnya.44
Adapun akta dibagi lagi, yaitu akta otentik dan akta di bawah
tangan. Menurut Pasal 1868, akta otentik adalah suatu akta yang di
umum.
didalam suatu akta itu memang benar apa yang diterangkan oleh pihak-
44
Ali Afandi, Hukum Waris, Hukum Keluarga, Hukum Pembuktian, Rineka
Cipta, Jakarta, 2000, hal, 199
45
Ibid.
Kekuatan pembuktian materil, ini berarti bahwa apa yang dimuat di
dalam suatu akta itu memang sungguh-sungguh terjadi antara para pihak
(jadi tidak hanya diucapkan saja oleh para pihak, tapi juga memang
sungguh-sungguh terjadi).
disebut dalam akta itu, tapi juga berlaku bagi tiap orang. Siapa yang
kepalsuan intelektual.
Hal yang pasti ini tidak hanya berlaku bagi pihak yang disebut di
dalam akta itu saja tapi juga bagi setiap orang. Lalu pada akta otentik
sumpah, sehingga apa yang dimuat di dalam akta itu harus dianggap
penting lagi dari itu, maka suatu akta otentik mempunyai kekuatan pem-
pembuktian formal, maka dapat dikatakan bahwa itu ada pada akta di
bawah tangan, jika itu diakui oleh pihak terhadap siapa akta itu
pembuktian materil ini juga ada pada akta di bawah tangan, jika akta itu
undang).
Jadi di dalam hal ini akta di bawah tangan itu diakui, maka antara
Perseroan Terbatas
46
R. Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Perdata, Cetakan 9, Sumur,
Bandung, 1983, hal. 80.
3. Adanya kesalahan dari pihak pelaku;
47
Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum (Pendekatan Kontemporer),
Bandung, PT Citra Aditya Bakti, 2002, hal. 10.
48
Nico, Op. Cit, hal. 85
49
Wirjono Prodjodikoro, Perbuatan Melanggar Hukum, Bandung, Sumur
Bandung, 1993, hal. 7.
50
Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Cet. 28,
Jakarta, PT Pradnya Paramita, 1961, hal. 346.
51
Mariam Darus Badrulzaman, KUHPerdata – Buku III, Hukum Perikatan
dengan Penjelasan, Bandung, Alumni, 1983, hal. 146.
bahwa istilah "melawan" melekat kedua sifat aktif dan pasif, kalau
ia dengan sengaja melakukan sesuatu perbuatan yang
menimbulkan kerugian pada orang lain, jadi sengaja melakukan
gerakan, maka tampaklah dengan jelas sifat aktifnya dari istilah
"melawan" itu. Sebaliknya kalau ia dengan sengaja diam saja,
sedangkan ia sudah mengetahui bahwa ia harus melakukan
sesuatu perbuatan untuk tidak merugikan orang lain, atau dengan
kata lain, apabila dengan sikap pasif saja, bahwa apabila ia tidak
mau melakukan keharusan sudah melanggar sesuatu keharusan,
sehingga menimbulkan kerugian terhadap orang lain, maka ia telah
“melawan” tanpa harus menggerakkan badannya. Inilah sifat pasif
dari istilah “melawan”.52
52
M.A. Moegni Djojodirdjo, Perbuatan Melawan Hukum, Jakarta, Pradnya
Paramita, 1979, hal. 13.
peraturan hukum hanya hasil perbuatan manusia dan seorang manusia
adalah bersifat tidak sempurna, maka sudah tentu segala peraturan
hukum itu mengandung sifat yang tidak sempurna pula. Jika hal ini
dikaitkan dengan profesi Notaris, maka pada dasarnya Notaris dalam
menjalankan tugas, jabatannya dapat saja melakukan suatu kesalahan
atau pelanggaran yang secara perdata hal ini dapat dimintakan suatu
pertanggungjawaban, meskipun hal tersebut berkaitan dengan kebenaran
materil dari akta dihadapannya.
Notaris yang melakukan pelanggaran dalam pembuatan akta para
pihak, tidak dapat digugat berdasarkan wanprestasi, tetapi dapat digugat
berdasarkan perbuatan melawan hukum. Dikatakan juga bahwa dalam
akta yang dibuat dihadapannya, Notaris bukan salah satu atau pihak yang
terikat dalam akta yang dibuat itu, oleh karena akta tersebut merupakan
akta dari pihak-pihak yang datang menghadap. Meskipun terjadi
kesalahan yang dilakukan oleh Notaris dalam pembuatan akta, bukan
berarti Notaris telah melakukan wanprestasi terhadap client yang datang
menghadap, karena pembuatan partij akten bukan atas perjanjian antara
para pihak dengan Notaris, melainkan kewajiban yang lahir dari adanya
perintah undang-undang terhadap Notaris tersebut. Terhadap kebenaran
materil dalam partij akten; jika terjadi kesalahan atau bertentangan
dengan sebenarnya tertuang dalam akta, Notaris tidak dapat dimintakan
pertanggungjawabannya secara hukum53.
Hal tersebut dapat terjadi apabila Notaris yang bersangkutan telah
melakukan tugasnya dan mengetahui berdasarkan ilmu pengetahuan dan
siiat kehati-hatian yang dimilikinya. Apabila Notaris melakukan suatu
kesalahan atau kelalaian dalam pembuatan akta tersebut, maka terhadap
akta yang dibuat itu dapat batal demi hukum atau dapat dimintakan
pembatalan.
Berdasarkan dari hasil wawancara dengan para Notaris dapat
dijelaskan, bahwa Notaris dapat dimintakan pertanggungjawaban secara
perdata dan tuntutan itu adalah berdasarkan perbuatan melawan hukum.
53
Ibid, hal. 102.
Artinya walaupun Notaris hanya mengkonstantir keinginan dari para pihak
yang menghadap, bukan berarti Notaris tidak pernah atau tidak mungkin
melakukan perbuatan yang bertentangan ketentuan-ketentuan hukum,
karena dalam praktiknya hal tersebut juga banyak terjadi.
Segala sesuatu yang dilakukan oleh setiap orang yang menimbulkan
kerugian terhadap orang lain, dapat diperkarakan di pengadilan. Suatu
perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Notaris yang
menimbulkan kerugian kepada Clientnya, dapat dijerat berdasarkan Pasal
1365 KUHPerdata dan adapun tujuan dari Pasal 1365 KUHPerdata ini,
sebenarnya adalah untuk mengernbalikan penderita yang dirugikan pada
keadaan semula, setidak-tidaknya pada keadaan yang mungkin dapat
dicapai sekiranya tidak terjadi perbuatan melawan hukum, maka akan
diusahakan pengembalian secara nyata yang kiranya lebih sesuai
daripada pembayaran ganti kerugian dalam bentuk uang, karena
pembayaran dalam bentuk uang hanyalah nilai yang ekuivalen saja.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
merupakan suatu akta otentik yang bersifat partij akten yaitu akta yang
5.2. Saran
A. Buku-buku
Yani, Ahmad & Widjaya, Gunawan. 2006. Perseroan Terbatas, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta,.
B. Undang-Undang
Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris