Anda di halaman 1dari 25

MENGENAL KITAB RISALAH AHLISSUNNAH (Lembu Peteng), yang berputra Karebet atau Jaka Di Mekah, KH Hasyim Asy'ari memiliki

Mekah, KH Hasyim Asy'ari memiliki banyak murid


WAL JAMA’AH : FI HADITSIL MAUTA WA Tingkir. dari berbagai negara. Beberapa muridnya, antara lain
ASYRATHIS SA’ATI WA BAYANI MAFHUMIS Dalam sejarah tercatat Jaka Tingkir adalah raja Pajang Syekh Sa'dullah al-Maimani (mufti di Bombay, India),
SUNNAH WAL BID’AH pertama (tahun 1568 M) dengan gelar Sultan Pajang atau Syekh Umar Hamdan (ahli hadis di Mekah), serta Al-
KARYA KH MUHAMMAD HASYIM ASY’ARI Pangeran Adiwijaya. Syihab Ahmad ibn Abdullah (Syiria). Kemudian murid
(Asep Saefullah : Pengasuh Al-Jadid Cibeurih) 4. Perjalanan mencari ilmu agama dari tanah air, antara lain KH Abdul Wahab Chasbullah
Pada usia 15 tahun, beliau mulai meninggalkan rumah, (Tambakberas, Jombang), K.H.R. Asnawi (Kudus), KH
A. BIOGRAFI KH. HASYIM ASY’ARI menjadi santri dan tinggal di beberapa pesantren. KH Dahlan (Kudus), KH Bisri Syansuri (Denanyar,
1. Tempat dan waktu lahir KH Muhammad Hasyim Hasyim Asy'ari melanjutkan mencari ilmu ke Pesantren Jombang), dan KH Shaleh (Tayu). Pada tahun ketujuh di
Asy’ari Kademangan, Bangkalan, Madura, di bawah asuhan Kiai Mekah, tepatnya tahun 1899 M/1315 H, KH Hasyim
KH Hasyim merupakan anak ketiga dari 11 bersaudara Kholil bin Abdul Latif. Kemudian pada tahun 1307 H Asy'ari menikah dengan Khadijah, putri Kiai Romli dari
dari pasangan Kiai Asy’ari dan Halimah lahir pada hari bertepatan dengan tahun 1891 M, KH Hasyim belajar di desa Karangkates, Kediri. Setelah pernikahan itu, KH
Selasa kliwon tanggal 14 Februari tahun 1871 M atau Pesantren Siwalan, Panji, Sidoarjo, di bawah bimbingan Hasyim bersama istrinya kembali ke Indonesia. Setelah
bertepatan dengan 12 Dzulqa’dah tahun 1287 H. Tempat Kiai Ya'qub Nyai Khadijah wafat kemudian menikah dengan Nyai
kelahiran beliau berada di sekitar 2 kilometer ke arah Pada usia 21 tahun, KH Hasyim Asy'ari menikah dengan Nafiqoh, putri Kiai Ilyas, pengasuh Pesantren Sewulan,
utara dari kota Jombang, tepatnya di Pesantren Gedang Nafisah, salah seorang puteri Kiai Ya'qub. Pernikahan itu Madiun, yang dikaruniai 10 anak yaitu, Hanah,
Desa Tambakrejo kecamatan/Kabupaten Jombang. dilangsungkan pada tahun 1892 M/1308 H. Tidak lama Khoiriyah, Aisyah, Azzah, Abdul Wahid, Abdul Hafidz,
2. Nasab dari pihak Ibu kemudian, Kiai Hasyim bersama istri dan mertuanya Abdul Karim, Ubaidillah, Masruroh dan Muhammad
Muhammad Hasyim bin Asy’ari bin Abdul Wahid bin berangkat ke Mekah guna menunaikan ibadah haji. Yusuf. Pada akhir tahun 1920, Nyai Nafiqoh wafat
Abdul Halim atau yang populer dengan nama Pangeran Kesempatan di tanah suci juga digunakan untuk kemudian KH Hasyim Asy’ari menikah dengan Nyai
Benawa bin Abdul Rahman yang juga dikenal dengan memperdalam ilmu pengetahuan. Hampir seluruh disiplin Masyruroh putri dari dari Kiai Hasan Pengasuh Pondok
julukan Jaka Tingkir (Sultan Hadiwijaya) bin Abdullah ilmu agama dipelajarinya, terutama ilmu hadis. Namun, Pesantren Kapurejo, Pagu, Kediri, dan dikaruniai empat
bin Abdul Aziz bin Abdul Fatah bin Maulana Ishaq bin saat berada di Mekah, istri KH Hasyim Asy'ari meninggal anak, yakni Abdul Qodir, Fatimah, Khadijah, dan
Ainul Yakin yang populer dengan sebutan Sunan Giri. dunia. Demikian pula dengan anaknya yang dilahirkan di Muhammad Yakub. Setelah Nyai Masruroh tutup usia,
Dari jalur ayah, nasab KH Hasyim bersambung kepada Mekah. kemudian Beliau menikah dengan Nyai Amini dan tidak
Maulana Ishak hingga Imam Ja'tar Shadiq bin Sempat kembali ke tanah air dalam beberapa waktu, dikaruniai anak
Muhammad Al-Bagir. kemudian KH Hasyim Asy'ari kembali ke Mekah. Pada
3. Nasab dari phak ayah periode kedua kembali ke Mekah, KH Hasyim Asy’ari B. ISI KITAB RISALAH AHLISSUNNAH WAL
Muhammad Hasyim binti Halimah binti Layyinah binti rajin menemui ulama-ulama besar untuk belajar dan JAMA’AH
Sihah bin Abdul Jabbar bin Ahmad bin Pangeran Sambo mengambil berkah dari mereka. Kitab Risalah Ahlissunnah Wal Jama’ah terdiri
bin Pangeran Benawa bin Jaka Tingkir atau juga dikenal Karena keilmuannya yang dinilai sudah mumpuni, KH dari mukadimah (pendahuluan), 10 pasal dan khatimah
dengan nama Mas Karebet bin Lembu Peteng (Prabu Hasyim Asy'ari dipercaya untuk mengajar di Masjidil (penutup). Sebagai berikut ini:
Brawijaya VI). Haram bersama tujuh ulama Indonesia lainnya, antara 1. MUKADIMAH (PENDAHULUAN)
Dari jalur ibu, nasab beliau bersambung kepada lain Syekh Nawawi al-Bantani dan Syekh Anmad Khatib 2. PASAL I : Sunah dan Bid’ah
pemimpin Kerajaan Majapahit, Raja Brawijaya VI al-Minangkabawi. 3. PASAL II : Masyarakat Nusantara Berpegang Pada
Madzhab Ahlussu- nah Wal Jama’ah. Munculnya
Berbagai Bid’ah di Nusantara dan Macam-Macam Ahli 1. Risalah Ahlissunnah wal Jamaah fi Hadtsil Mauta wa persaudaraan di tengah perbedaan serta memberikan
Bid’ah Masa Kini Syuruthis Sa’ah wa Bayani Mafhumis Sunnah wal penjelasan akan bahayanya memutus tali persaudaraan
4. PASAL III : Khithah Kaum Salaf Shaleh & Penjelasan Bid’ah atau silatuhrami.
Tentang Sawadul A’dzam di Masa Sekarang dan Karya KH. Hasyim Asy’ari yang satu ini dapat dikatakan 5. Muqaddimah al-Qanun al-Asasi li Jam’iyyat Nahdlatil
Pentingnya Menganut Salah Satu Empat Madzhab sebagai kitab yang relevan untuk dikaji saat ini. Di dalam Ulama
5. PASAL IV : Wajib Taqlid Bagi Orang yang Tidak kitab ini dibahas tentang bagaimana sebenarnya Kitab ini berisikan pemikiran KH. Hasyim Asy’ari.
Mampu Ijtihad penegasan antara sunnah dan bid’ah. Secara sederhana, Terutama berkaitan dengan NU. Dalam kitab ini, KH.
6. PASAL V : Berhati-hati Dalam Mengambil Ilmu Agama, kitab ini membahas persoalan-persoalan yang banyak Hasyim Asy’ari mengutip beberapa ayat dan hadits yang
dan Berhati- hati Terhadap Fitnah Ahli Bid’ah dan Orang- muncul saat ini dan di kemudian hari. menjadi landasannya dalam mendirikan NU.
orang Munafiq, Serta Para Imam yang Menyesatkan 2. Adabul ‘Alim wal Muta’alim fi ma Yahtaju Ilaihil 6. Risalah fi Ta’khidzil Akhdzi bi Mazhab al-A’immah
7. PASAL VI : Hadits dan Atsar Tentang dicabutnya Ilmu, Muta’allim fi Maqamati Ta’limihi al-Arba’ah
dan Mewabahnya Kebodohan, dan Peringatan Nabi, Pada dasarnya, kitab ini merupakan iktishar (resume) Dalam kitab ini, KH. Hasyim Asy’ari tidak sekedar
Bahwa Akhir Zaman Adalah Banyak Kejelekan, dan dari kitab Adabul Mu’allim karya Syekh Muhamad bin menjelaskan pemikiran empat imam madzhab, yakni
Mengenai Umatnya yang Akan Mengikuti Bid’ah, serta Sahnun, Ta’limul Muta’allim fi Thariqatit Ta’allum karya Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, dan
Keberadaan Agama yang Hanya Dipegang oleh Syekh Burhanuddin az-Zarnuji, dan Tadzkiratus Sami’ Imam Ahmad bin Hanbal. Namun, beliau juga
Segelintir Orang wa al-Mutakallim fi Adabil ‘Alim wal Muta’allim karya memaparkan alasan-alasan kenapa pemikiran di antara
8. PASAL VII : Dosa Orang yang Mengajak Pada Syekh Bdruddin Ibnu Jama’ah. Kitab ini menggambarkan keempat imam itu patut kita jadikan rujukan.
Kesesatan atau Orang yang Memberi Contoh yang Buruk bahwa betapa besar perhatian KH. Hasyim Asy’ari 7. Arba’ina Haditsan Tata’allaqu bi Mabadi’ Jam’iyyat
9. PASAL VIII : Terpecahnya Umat Islam Menjadi Tujuh terhadap dunia pendidikan. Kitab ini menyuguhkan Nahdlatil Ulama
Puluh Tiga Golon- gan, Menjelaskan Teologi Kelompok gagasan berilian yang bisa menuntun kesuksesan pelajar Kitab ini berisi empat puluh hadits pilihan yang sangat
Sesat, & Golongan yang Selamat Yaitu Ahlussunah wal dalam menuntut ilmu dan kesuksesan guru dalam tepat dijadikan pedoman oleh umat Islam. Hadits yang
Jama’ah mengajar dengan menjunjung tinggi akhlakul karimah dipilih oleh KH. Hasyim Asy’ari terutama berkaitan
10. PASAL IX : Tanda–Tanda Hari Kiamat 3. An-Nurul Mubin Fi Mahabbati Sayyidil Mursalin dengan hadits-hadits yang menjelaskan pentingnya
11. PASAL X : Orang yang Meninggal Dunia Mampu Kitab ini membahas tentang kecintaan kepada Nabi memegang prinsip dalam kehidupan yang penuh dengan
Mendengar, Berbi- cara, & Mengetahui Orang yang Muhammad shallahu ‘alaihi wasallam, sifat-sifat terpuji rintangan dan hambatan ini.
Memandikan, Mengkaf- ani, & Memakamkan Beliau yang harus diteladani, silsilah keluaraga Beliau,
Jenazahnya, & Tentang Kembalinya Ruh Kedalam Jasad dan kewajiban beriman dan taat kepada Beliau. Secara Wallahu A’lamu Bish Shawab
Setelah Mati sederhana kitab ini mengurai sejarah yang relatif lengkap
12. KHATIMAH (PENUTUP) dan menarik untuk dikaji dan dijadikan teladan menuju
insan kamil. KELUARGA BESAR ALUMNI AL-JADID CIBEURIH
C. KARYA-KARYA KH HASYIM ASY’ARI 4. At-Tibyan fin Nahy ’an Muqatha’atil Arham wal MENGUCAPKAN :
KH. Hasyim Asy’ari termasuk kyai yang gemar Aqarib wal Ikhwan SELAMAT HARI RAYA ‘IDUL FITHRI 1444 H/2023 M
menulis. Beberapa tulisan karya Beliau yang masih bisa Kitab ini selesai ditulis pada hari Senin, 20 Syawal 1260 MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN
ditemui dan menjadi kitab wajib untuk dipelajari di H dan kemudian diterbitkan oleh Maktabah al-Turats al-
pesantren-pesanttren Nusantara sampai sekarang antara Islami, Pesantren Tebuireng. Kitab tersebut berisi
lain: penjelasan mengenai pentingnya membangun
MENGENAL AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH
(Asep Saefullah : Pengasuh Al-Jadid Cibeurih) ketetapan/persetujuan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sebuah Majelis Ta’lim, tempat mengembangkan dan
sallam. memancarkan ilmu Islam. Beliau wafat tahun 110 H. Di
Dengan timbulnya bermacam-macam aliran / 3. Al-Jama’ah secara etimologi berarti bilangan lebih antara murid beliau, Washil bin ‘Atha adalah seorang
madzhab dalam Islam sehingga banyak membawa dari dua dan seterusnya. Sedangkan menurut murid yang pandai dan fasih dalam bahasa arab. Pada
keragu-raguan bahkan menjurus kepada keresahan terminologi ialah kelompok mayoritas dalam suatu ketika timbul masalah antara guru dengan murid
umat, tentu kita sebagai umat Islam harus punya pilihan Islam. “ tentang seorang mu’min yang melakukan dosa
yang tepat dan benar. Dalam menjalankan ajaran agama besar”. Apakah ia masih tetap mu’min atau tidak ?
Islam tentu yang harus menjadi pilihan kita adalah Secara umum pengertian Ahlussunnah Wal Menurut Al-Imam Hasan Al-Bashri, dia tetap
Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Pilihan ini sangat Jama’ah sebagaiman disebutkan dalam hadits riwayat mu’min selama beriman kepada Allah dan Rasul-Nya,
argumentatif karena berdasarkan pada Hadits Nabi Ibnu Majah, yaitu ma ana ‘alaihi wa ashhabi : tetapi ia fasik dengan perbuatan maksiatnya.
riwayat Ibnu Majah berikut ini: pengikut Nabi dan para shahabat. Untuk lebih Keterangan ini berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadist
jelasnya dapat kita kaji pengertian Ahlussunnah Wal karena imam Hasan Al-Bashry mempergunakan dalil
ِ ‫ اَلنَّا ِجيةُ ِمْنه ا و‬,ً‫ث وسبعِ فِرقَة‬ ٍ ِ
ْ َ ‫اخربالنيب ص م َسَت ْفرَت ُق اَُّميِت َعلَى ثَاَل َ َ ْ نْي‬
ٌ‫اح َدة‬ Jama’ah menurut para ahli sebagai berikut : akal tetapi lebih mengutamakan dalil Qur’an dan
َ َ َ 1. Ahlussunnah Wal Jama’ah adalah golongan Hadist. Tetapi menurut muridnya Washil bin ‘Atha
: ‫ قِْي َل‬,‫اع ِة‬ ِ ُّ ‫ اَه ل‬: ‫َّاجي ةُ ؟ قَ َال‬
َ ‫الس نَّة َواجْلَ َم‬ ُْ
ِ ِ
َ ‫ َوَم ِن الن‬: ‫ قْي َل‬,‫َوالبَ ا ُق ْو َن َهلَ َكى‬ terbesar umat Islam yang mengikuti sistem orang mu’min yang melakukan dosa besar sudah bukan
ِ ِ ِ ُّ ‫ومن اَه ل‬ pemahaman Islam, baik dalam tauhid maupun fiqih mu’min lagi, dia berpegang pada akalnya. Bagaimana
)‫ص َحايِب (رواه ابن م ا ج ه‬ ْ َ‫ َماَأناَ َعلَْي ه َوا‬: ‫الس نَّة َواجْلَ َم ا َع ة ؟ قَ َال‬ ُ ْ ْ ََ dengan mengutamakan dalil Qur’an dan hadist seorang mu’min melakukan dosa besar ?, berarti iman
‫ اىب الفتح حممد بن عبد الكرمي‬: 13 ‫ اجلزءاالول صحيفة‬: ‫(امللل والنحل‬ daripada dalil akal (KH. Sykron Ma’mun) yang ada padanya adalah iman dusta. Semenjak itulah
2. Ahlus Sunnah Wal Jama’ah adalah golongan yang maka para ulama yang mengutamakan dalil Qur’an dan
) ‫الشهرستاين‬ Hadist daripada dalil akal mulai memasyarakatkan cara
menganut i’tiqad sebagai i’tiqad yang dianut oleh
Artinya : “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : dan sistem mereka di dalam memahami agama,
Nabi Muhammad shallahu ‘alaihi wasallam dan
Umatku akan terpecah belah menjadi 73 golongan, yang kemudian disebut kelompok Ahlu Sunnah Wal
Shahabat-shahabat beliau (KH. Sirojudin Abbas)
satu selamat dan sisanya celaka. Dikatakan : Siapa yang Jama’ah
selamat? Beliau menjawab : Ahlussunnah wal jama’ah. 3. Ahlus Sunnah Wal Jama’ah adalah orang-orang
Dikatakan : Siapa Ahluussunnah wal jama’ah? Beliau yang memiliki metode berpikir keagamaan yang C. Metode Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dalam ilmu
menjawab : Siapa saja yang mengikutiku dan para mencakup semua aspek kehidupan yang Tauhid
shahabatku. (HR. Ibnu Majah) berlandaskan atas dasar-dasar moderat, Di dalam mempelajari ilmu tauhid, kaum Ahlus
keseimbangan dan toleran (BUKU SERI MKNU Sunnah Wal Jama’ah (Aswaja) menggunakan dalil-dalil
A. Pengertian Ahlussunnah Wal Jama’ah (Aswaja) 2019) Aqli (rasio) dan Naqli (Qur’an dan Hadist). Namun
Perkataan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah terdiri dalam operasionalisasinya, kaum Ahlus Sunnah Wal
dari tiga kata, pertama perkataan ahlun, kedua as- B. Sejarah dikenalnya Ahlus Sunnah Wal Jama’ah Jama’ah ini mendahulukan dalil naqli daripada dalil
sunnah, dan ketiga al-jama’ah. Sebenarnya sistem pemahaman Islam menurut aqli. Akal manusia diibaratkan mata, kemudian dalil
1. Ahlun bisa diartikan keluarga ( QS. Huud/11: 45 Ahlus Sunnah Wal Jama’ah hanya merupakan naqli diibaratkan pelita, agar mata kita tidak tersesat,
dan QS Toha/20 : 132 ), Penduduk (QS. Al- kelangsungan disain yang dilakukan sejak zaman maka pelita kita letakkan di depan kemudian mata (akal
A’raf /7: 96, 97, 98), dan disiplin ilmu (QS. An- Rasulullah SAW dan Khulafaurrosydin. Namun sistem manusia) mengikuti pelita (dalil Qur’an dan Hadist)
Nahl/16: 43, dan QS Al-Anbiya/21:7) ini kemudian menonjol setelah lahirnya madzhab bukan Qur’an dan Hadist yang disesuaikan dengan akal
2. As-sunnah secara etimologi adalah At-thariqah, Mu’tazilah pada abad ke-2 H. Sejarahnya sebagai manusia.
yaitu jalan/sistem/cara/tradisi. Sedangkan menurut berikut:
terminologi ialah perkataan, perbuatan, dan Seorang ulama besar bernama Al-Imam Al- D. Metode Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dalam Ilmu
Bashri dari golongan At-Tabi’in di Bashrah mempunyai Fiqih
Di dalam menentukan hukum fiqih, kaum Ahlus Dalam hal siyasah (ketatanegaraan Islam), kita harus 4. Apabila larangan dan perintah dalam Al-Qur’an
Sunnah Wal Jama’ah (Aswaja) bersumber pada 3 mengikuti konsep siyasah yang tidak bertentangan dengan dan As-Sunnah tidak ada dan perbuatan tersebut
pokok, yaitu: ajaran Islam. Di antaranya konsep siyasah yang dibangun membawa mudarat maka hukumnya haram
1. Al-Qur’an oleh Imam Mawardi dengan nama lengkap Imam Abul 5. Apabila perintah dan larangan dalam Al-Qur’an
2. As-Sunnah Hasan ‘Ali bin Muhammad bin Habib Al-Mawardi Al- dan As-Sunnah tidak ada dan perbuatan tersebut
3. Ijtihad (Ijma’ dan Qiyas) Bashri (364 – 450 H / 974 – 1058 M) yang konsep siyasah- tidak mengandung maslahat dan mudarat maka
nya terangkum dalam karya monumentalnya, yaitu Kitab Al- hukumnya Ibahah
E. Tokoh Aswaja dalam Ilmu Tauhid Ahkamus Sulthaniyah
1. Imam Abul Hasan Al-Asy’ari (260-324) Demikian tulisan singkat seputar Ahlussunnah Wal
2. Imam Abul Mansur Al-Maturidi (Wafat 333 H) I. Metode Aswaja dalam memutuskan masalah Jama’ah semoga bermanfaat untuk kita semua.
Di dalam memutuskan sesuatu masalah, tentu
I’tiqad (paham) Ahlus Sunah Wal Jama’ah yang kita tidak boleh ceroboh dan tergesa-gesa. Kita harus Wallahu A’lamu Bish Shawab
telah disusun oleh Imam Abul Hasan Al Asy’ari mengadakan penelitian yang cermat terhadap masalah
meliputi 6 faktor, yaitu: tersebut. Langkah-langkah yang harus diperhatikan
1. Tentang Ketuhanan dalam menetapkan hukum, yaitu : Pertama: kita 10 (SEPULUH) KRITERIA ALIRAN SESAT
2. Tentang Malaikat-malaikat Allah melihat perbuatan tersebut ada perintahnya dalam al- MENURUT MAJELIS ULAMA INDONESIA
3. Tentang Kitab-kitab Allah quran dan as-Sunnah ?, kedua: Kalau perintah terhadap (MUI)
4. Tentang Rasul-rasul Allah perbuatan tersebut, tidak ada baik dalam al-quran 1. Mengingkari rukun iman yang enam (iman
5. Tentang Hari Akhir maupun as-Sunnah kita lihat kembali, apakah ada kepada Allah, Malaikat, Kitab Suci, Rasul, Hari
6. Tentang Qadha dan Qadar larangan terhadap perbuatan tersebut ?, ketiga: kalau Akhir, Qada dan Qadar) dan mengingkari rukun
perintah dan larangan terhadap perbuatan tersebut tidak Islam yang lima (Mengucapkan Dua Kalimah
F. Tokoh Aswaja dalam Ilmu Fiqih ada dalam al-quran dan as-Sunnah, kita tinjau kembali, Syahadat, Shalat Lima Waktu, Puasa, Zakat dan
1. Imam Hanafi ( 80-150 H ) apakah perbuatan tersebut ada maslahatnya terhadap Haji)
2. Imam Maliki ( 93-179 H ) agama ?, keempat: kalau ternyata perbuatan tersebut 2. Meyakini dan atau mengikuti akidah yang tidak
3. Imam Syafi’i ( 150-204 H ) tidak ada maslahatnya, kita tinjau kembali, apakah sesuai dengan dalil syar’i (Al-Quran dan Al-
4. Imam Hambali ( 164-248 H) perbuatan tersebut ada mudaratnya (bahayanya) Hadits)
terhadap agama ?, setelah tahapan – tahapan tersebut di 3. Meyakini turunnya wahyu setelah Al-Quran
G. Tokoh Aswaja dalam Tashawuf atas baru kita dapat menentukan hukum : 4. Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran Al-
Dalam hal tashawuf, kita harus mengikuti konsep Quran
tashawuf yang dibangun oleh tokoh-tokoh tashawuf 1. Apabila ada perintah dalam al-quran dan as- 5. Melakukan penafsiran Al-Quran yang tidak
yang menjunjung tinggi syari’ah, tidak mengabaikan Sunnah maka hukumnya tidak terlepas dari wajib berdasarkan kaidah tafsir
syari’ah yang secara sanad keilmuannya dapat atau sunnah 6. Mengingkari kedudukan hadits nabi sebagai
dipertanggungjawabkan dan dapat dipastikan sampai 2. Apabila ada larangan dalam Al-Qur’an dan As- sumber ajaran Islam
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sunnah, maka hukumnya tidak terlepas dari haram 7. Melecehkan dan atau merendahkan para Nabi
Diantarnya adalah : atau makruh dan Rasul
1. Imam Abul Qasim Muhammad Al-Junaidi Al- 3. Apabila perintah dan larangan dalam Al-Qur’an 8. Mengingkari Nabi Muhammad sebagai Nabi
Baghdadi (w. 297 H / 910 M) dan As-Sunnah tidak ada, tetapi mengandung dan Rasul terakhir
2. Imam Abu Hamid Al-Ghozali (w. 505 H / 1111 M) maslahat, maka hukumnya Sunnah ( baik ) 9. Mengubah pokok-pokok ibadah yang telah
ditetapkan syari’ah
H. Tokoh Aswaja dalam Siyasah
10. Mengkafirkan sesama muslim tanpa dalil syar’i
MENGENAL AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH1 antara guru dengan murid “ tentang seorang mu’min yang melakukan
(H. Asep Saefullah, S.PdI., M.Pd.) 2 dosa besar”. Apakah ia masih tetap mu’min atau tidak ?
Menurut Al-Imam Hasan Al-Bashry, dia tetap mu’min selama
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, tetapi ia fasik dengan perbuatan
Dengan timbulnya bermacam-macam aliran/madzhab dalam maksiatnya. Keterangan ini berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadist karena
Islam sehingga banyak membawa keragu-raguan bahkan menjurus imam Hasan Al-Bashry mempergunakan dalil akal tetapi lebih
kepada keresahan umat, tentu kita sebagai umat Islam harus punya mengutamakan dalil Qur’an dan Hadist. Tetapi menurut muridnya Washil
pilihan yang tepat dan benar. Terkait dengan ini, Nahdhatul Ulama (NU) bin ‘Atha orang mu’min yang melakukan dosa besar sudah bukan mu’min
dalam menjalankan ajaran agama Islam memilih madzhab Ahlus Sunnah lagi, dia berpegang pada akalnya. Bagaimana seorang mu’min
Wal Jama’ah. Pilihan NU sangat argumentatif karena berdasarkan pada melakukan dosa besar?, berarti iman yang ada padanya adalah iman
Hadits Nabi (lihat sabda Nabi riwayat Ibnu Majah dalam kitab El Milal Wa dusta. Semenjak itulah maka para ulama yang mengutamakan dalil
El Nihal Juz 1 hal 13). Berikut ini, penulis akan mencoba untuk mengurai Qur’an dan Hadist daripada dalil akal mulai memasyarakatkan cara dan
secara singkat tentang Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dalam perspektif NU. sistem mereka di dalam memahami agama, kemudian disebut kelompok
Ahlu Sunnah Wal Jama’ah
A. Pengertian
Perkataan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah terdiri dari tiga kata,
pertama perkataan ahlun, kedua as-sunnah, dan ketiga al-jama’ah. C. Metode Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dalam ilmu Tauhid
Di dalam mempelajari ilmu tauhid madzhab Ahlus Sunnah Wal
Jama’ah menggunakan dalil-dalil Aqli (rasio) dan Naqli (Qur’an dan
 Ahlun bisa diartikan keluarga ( QS. Huud: 45 dan QS Toha : Hadist). Namun dalam operasionalisasinya, madzhab Ahlussunnah Wal
132 ), Penduduk (QS. Al-A’raf : 96), dan disiplin ilmu (QS.
Jama’ah ini mendahulukan dalil naqli daripada dalil aqli. Akal manusia
An-Nahl: 43)
diibaratkan mata, kemudian dalil naqli diibaratkan pelita, agar mata kita
 As-sunnah secara etimologi (bahasa) adalah At-thariqah, yaitu tidak tersesat, maka pelita kita letakkan di depan kemudian mata (akal
jalan/sistem/cara/tradisi. Sedangkan menurut terminologi manusia) mengikuti pelita (dalil Qur’an dan Hadist) bukan Qur’an dan
(istilah) ialah perkataan, perbuatan, dan persetujuan Nabi SAW. Hadist yang disesuaikan dengan akal manusia.
 Al-Jama’ah secara etimologi (bahasa) berarti bilangan lebih
dari dua dan seterusnya. Sedangkan menurut terminologi
(istilah) ialah kelompok mayoritas dalam golongan Islam. D. Metode Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dalam Ilmu Fiqih
Di dalam menentukan hukum fiqih madzhab Aswaja bersumber
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ahlus Sunnah Wal pada 3 pokok, yaitu:
Jama’ah adalah golongan terbesar umat Islam yang mengikuti sistem  Al-Qur’an
pemahaman Islam, baik dalam tauhid maupun fiqih dengan
mengutamakan dalil Qur’an dan hadist daripada dalil akal.
 As-Sunnah
 Ijtihad (Ijma’ dan Qiyas)
Dalam perkataan lain dapat dikatakan bahwa Ahlus Sunnah
Wal Jama’ah adalah golongan yang menganut i’tiqad sebagai i’tiqad yang
dianut oleh Nabi Muhammad SAW dan Shahabat-shahabat beliau.
E. Tokoh Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dalam Ilmu Tauhid
B. Sejarah dikenalnya Ahlus Sunnah Wal Jama’ah  Imam Abul Hasan Al-Asy’ari ( 260-324 )
Sebenarnya sistem pemahaman Islam menurut Ahlus Sunnah  Imam Abul Mansur Al-Maturidi ( Wafat 333 H )
Wal Jama’ah hanya merupakan kelangsungan disain yang dilakukan
sejak zaman Rasulullah SAW dan Khulafaurrosydin. Namun sistem ini I’tiqad (paham) Ahlus Sunah Wal Jama’ah yang telah disusun
kemudian menonjol setelah lahirnya madzhab Mu’tazilah pada abad ke-II oleh Imam Abul Hasan Al Asy’ari meliputi 6 faktor, yaitu:
H. Sejarahnya sebagai berikut:  Tentang Ketuhanan
Seorang ulama besar bernama Al-Imam Al-Bashry dari  Tentang Malaikat-malaikat Allah
golongan At-Tabi’in di Bashrah mempunyai sebuah Majelis Ta’lim, tempat  Tentang Kitab-kitab Allah
mengembangkan dan memancarkan ilmu Islam. Beliau wafat tahun 110
 Tentang Rasul-rasul Allah
H. Diantara murid beliau, Washil bin ‘Atha adalah seorang murid yang
pandai dan fasih dalam bahasa arab. Pada suatu ketika timbul masalah  Tentang Hari Akhir
 Tentang Qadha dan Qadar 2. Penulis adalah Ketua PC Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) i’tiqad yang dianut oleh Nabi Muhammad SAW dan Shahabat-
F. Tokoh Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dalam Ilmu Fiqih Kabupaten Lebak dan Pengasuh Pondok Pesantren La Tahzan shahabat beliau.
 Imam Hanafi ( 80-150 H ) “Bengkel Akhlak Anak Bangsa” Cisalam Rangkasbitung Lebak B. Sejarah dikenalnya Ahlus Sunnah Wal Jama’ah
 Imam Maliki ( 93-179 H ) Sebenarnya sistem pemahaman Islam menurut Ahlus
 Imam Syafi’i ( 150-204 H ) Sunnah Wal Jama’ah hanya merupakan kelangsungan disain yang
3. Makalah ini disampaikan pada acara MAPABA UNSERA hari Sabtu
 Imam Hambali ( 164-248 H) tanggal 10 Desember 2011 di Saung Galih Banten Lama dilakukan sejak zaman Rasulullah SAW dan Khulafaurrosydin.
4. Penulis adalah Anggota Majelis Pembina Daerah (MABINDA) PKC Namun sistem ini kemudian menonjol setelah lahirnya madzhab
G. Metode Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dalam memutuskan PMII Banten dan Pengasuh Pondok Pesantren La Tahzan “Bengkel Mu’tazilah pada abad ke-II H. Sejarahnya sebagai berikut:
masalah Akhlak Anak Bangsa” Cisalam Rangkasbitung Lebak Seorang ulama besar bernama Al-Imam Al-Bashry dari golongan
Di dalam memutuskan sesuatu masalah, tentu kita dapat MENGENAL AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH (ASWAJA) At-Tabi’in di Bashrah mempunyai sebuah Majelis Ta’lim, tempat
memutuskan dengan cepat. Kita harus mengadakan penelitian yang H. Asep Saefullah,S.PdI., M.Pd mengembangkan dan memancarkan ilmu Islam. Beliau wafat
cermat terhadap masalah tersebut tetapi kita harus meneliti dalam tahun 110 H. Diantara murid beliau, Washil bin ‘Atha adalah
menentukan hukum. Pertama: kita melihat perbuatan tersebut ada Dengan timbulnya bermacam-macam aliran/madzhab seorang murid yang pandai dan fasih dalam bahasa arab. Pada
perintahnya dalam al-quran dan as-Sunnah?, Kedua: Kalau perintah suatu ketika timbul masalah antara guru dengan murid “ tentang
dalam Islam sehingga banyak membawa keragu-raguan bahkan
terhadap perbuatan tersebut, tidak ada baik dalam al-quran maupun as- seorang mu’min yang melakukan dosa besar”. Apakah ia masih
Sunnah kita lihat kembali, apakah ada larangan terhadap perbuatan menjurus kepada keresahan umat, tentu kita sebagai umat Islam
harus punya pilihan yang tepat dan benar. Terkait dengan ini, tetap mu’min atau tidak ?
tersebut?, ketiga: kalau perintah dan larangan terhadap perbuatan
tersebut tidak ada dalam al-quran dan as-Sunnah, kita tinjau kembali, Nahdhatul Ulama (NU) dalam menjalankan ajaran agama Islam Menurut Al-Imam Hasan Al-Bashry, dia tetap mu’min
apakah perbuatan tersebut ada maslahatnya terhadap agama?, keempat: memilih madzhab Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Pilihan Nahdhatul selama beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, tetapi ia fasik
kalau ternyata perbuatan tersebut tidak ada maslahatnya, kita tinjau Ulama (NU) sangat argumentatif karena berdasarkan pada Hadits dengan perbuatan maksiatnya. Keterangan ini berdasarkan Al-
kembali, apakah perbuatan tersebut ada mudaratnya (bahayanya) Nabi (lihat sabda Nabi riwayat Ibnu Majah dalam kitab El Milal Wa Qur’an dan Al-Hadist karena imam Hasan Al-Bashry
terhadap agama?, setelah tahapan – tahapan tersebut di atas baru kita El Nihal Juz 1 hal 13). Berikut ini, penulis akan mencoba untuk mempergunakan dalil akal tetapi lebih mengutamakan dalil Qur’an
dapat menentukan hukum : mengurai secara singkat tentang Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dan Hadist. Tetapi menurut muridnya Washil bin ‘Atha orang
dalam perspektif Nahdhatul Ulama (NU). mu’min yang melakukan dosa besar sudah bukan mu’min lagi, dia
 Apabila ada perintah dalam al-quran dan as-Sunnah maka A. Pengertian berpegang pada akalnya. Bagaimana seorang mu’min melakukan
hukumnya tidak terlepas dari wajib atau sunnah dosa besar?, berarti iman yang ada padanya adalah iman dusta.
Perkataan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah terdiri dari tiga kata,
 Apabila ada larangan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, maka pertama perkataan ahlun, kedua as-sunnah, dan ketiga al- Semenjak itulah maka para ulama yang mengutamakan dalil
hukumnya tidak terlepas dari haram atau makruh Qur’an dan Hadist daripada dalil akal mulai memasyarakatkan cara
jama’ah.
 Apabila perintah dan larangan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah
 Ahlun bisa diartikan keluarga (QS. Huud: 45 dan QS Toha : dan sistem mereka di dalam memahami agama, kemudian disebut
tidak ada, tetapi mengandung maslahat, maka hukumnya kelompok Ahlu Sunnah Wal Jama’ah
Sunnah (baik) 132), Penduduk (QS. Al-A’raf : 96), dan disiplin ilmu (QS.
An-Nahl: 43) C. Metode Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dalam ilmu Tauhid
 Apabila larangan dan perintah dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah
tidak ada dan perbuatan tersebut membawa mudarat maka  As-sunnah secara etimologi (bahasa) adalah At-thariqah, yaitu Di dalam mempelajari ilmu tauhid madzhab Ahlus Sunnah
hukumnya haram jalan/sistem/cara/tradisi. Sedangkan menurut terminologi Wal Jama’ah menggunakan dalil-dalil Aqli (rasio) dan Naqli (Qur’an
 Apabila perintah dan larangan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah (istilah) ialah perkataan, perbuatan, dan persetujuan Nabi SAW. dan Hadist). Namun dalam operasionalisasinya, madzhab
tidak ada dan perbuatan tersebut tidak mengandung maslahat  Al-Jama’ah secara etimologi (bahasa) berarti bilangan lebih Ahlussunnah Wal Jama’ah ini mendahulukan dalil naqli daripada
dan mudarat maka hukumnya Ibahah dari dua dan seterusnya. Sedangkan menurut terminologi dalil aqli. Akal manusia diibaratkan mata, kemudian dalil naqli
(istilah) ialah kelompok mayoritas dalam golongan Islam. diibaratkan pelita, agar mata kita tidak tersesat, maka pelita kita
Wallahul Muwaffiq Ila Aqwamit Thoriq Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ahlus Sunnah letakkan di depan kemudian mata (akal manusia) mengikuti pelita
Wal Jama’ah adalah golongan terbesar umat Islam yang mengikuti (dalil Qur’an dan Hadist) bukan Qur’an dan Hadist yang
Keterangan: sistem pemahaman Islam, baik dalam tauhid maupun fiqih dengan disesuaikan dengan akal manusia.
1. Tulisan ini disampaikan pada acara LDKS Pondok Pesantren Modern D. Metode Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dalam Ilmu Fiqih
mengutamakan dalil Qur’an dan hadist daripada dalil akal.
Darussa’adah dan MAKESTA PC IPNU Lebak pada hari Kamis Di dalam menentukan hukum fiqih madzhab Aswaja
tanggal 10 Januari 2013 di Auditorium Pondok Pesantren Modern Dalam perkataan lain dapat dikatakan bahwa Ahlus Sunnah
Wal Jama’ah adalah golongan yang menganut i’tiqad sebagai bersumber pada 3 pokok, yaitu:
Darussa’adah Cimarga.
 Al-Qur’an
 As-Sunnah  Apabila larangan dan perintah dalam Al-Qur’an dan As- Aswaja dalam konteks Indonesia, sebagaimana yang
 Ijtihad (Ijma’ dan Qiyas) Sunnah tidak ada dan perbuatan tersebut membawa dikembangkan oleh Nahdlatul Ulama (NU) dan Pergerakan
E. Tokoh Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dalam Ilmu Tauhid mudarat maka hukumnya haram Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) bahwa aswaja bukan
 Imam Abul Hasan Al-Asy’ari ( 260-324 )  Apabila perintah dan larangan dalam Al-Qur’an dan As- hanya sekedar faham/madzhab, tetapi aswaja sebagai metode
 Imam Abul Mansur Al-Maturidi ( Wafat 333 H ) Sunnah tidak ada dan perbuatan tersebut tidak mengandung berfikir (manhaj al fikr) keagamaan yang mencakup segala
I’tiqad (paham) Ahlus Sunah Wal Jama’ah yang telah maslahat dan mudarat maka hukumnya Ibahah aspek kehidupan dan berdiri di atas prinsip keseimbangan
disusun oleh Imam Abul Hasan Al Asy’ari meliputi 6 faktor, yaitu: dalam akidah, penengah dan perekat dalam sistem kehidupan
 Tentang Ketuhanan Wallahu A’lamu Bi El Shawab sosial serta keadilan dan toleransi. Dari sinilah PMII
 Tentang Malaikat-malaikat Allah Pondok Pesantren La Tahzan (SMP-SMA) Cisalam-Rangkasbitung : menggunakan aswaja sebagai manhaj al fikr dalam landasan
Bengkel Akhlak Anak Bangsa (BAAB) gerak
 Tentang Kitab-kitab Allah
 Tentang Rasul-rasul Allah ASWAJA SEBAGAI MANHAJ AL FIKR B. Aswaja Sebagai Manhaj al Fikr
 Tentang Hari Akhir Oleh: H. Asep Saefullah, S.PdI., M.Pd. Dalam wacana metode pemikiran, para teolog klasik dapat
 Tentang Qadha dan Qadar (Anggota Majelis Pembina Daerah PMII Banten) dikategorikan menjadi empat kelompok. Pertama, kelompok
F. Tokoh Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dalam Ilmu Fiqih rasionalis yang diwakili oleh aliran Mu’tazilah yang dipelaporii
oleh Washil bin Atho’, kedua, kelompok tekstualis yang
 Imam Hanafi ( 80-150 H )
dihidupkan dan dipertahankan oleh aliran salaf yang
 Imam Maliki ( 93-179 H ) A. Pendahuluan
dimunculkan oleh Ibnu Taimiyah. Ketiga, kelompok yang
 Imam Syafi’i ( 150-204 H ) Melacak akar sejarah munculnya istilah ahlu sunnah
pemikirannya terfokuskan pada politik dan sejarah kaum
 Imam Hambali ( 164-248 H) waljama’ah (aswaja), bahwa aswaja sudah terkenal sejak
muslimin yang diwakili oleh syi’ah dan Khawarij, dan keempat,
G. Metode Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dalam memutuskan zaman Muhammad Rasulullah SAW (lihat sabda Nabi riwayat
pemikiran sintetis yang dikembangkan oleh Abu Hasan al-
masalah Ibnu Majah dalam kitab El Milal Wa El Nihal Juz 1 hal 13) .
Asy’ari dan Abu Mansur al-Maturidi.
Di dalam memutuskan sesuatu masalah, tentu kita dapat Sebagai konfigurasi sejarah, maka aswaja mengalami
Di dalam PMII Aswaja dijadikan Manhajul Fikri artinya Aswaja
memutuskan dengan cepat. Kita harus mengadakan penelitian perkembangan dengan tiga tahap secara evolutif. Pertama,
bukan dijadikan tujuan dalam beragama melainkan dijadikan
yang cermat terhadap masalah tersebut tetapi kita harus meneliti tahap embrional pemikiran sunni dalam bidang teologi bersifat
metode dalam berfikir untuk mencapai kebenaran agama.
dalam menentukan hukum. Pertama: kita melihat perbuatan eklektik, yakni memilih salah satu pendapat yang dianggap
Walaupun banyak tokoh yang telah mencoba mendekontruksi
tersebut ada perintahnya dalam al-quran dan as-Sunnah?, Kedua: paling benar. Pada tahap ini masih merupakan tahap
isi atau konsep yang ada dalam aswaja tapi sampai sekarang
Kalau perintah terhadap perbuatan tersebut, tidak ada baik dalam konsolidasi, tokoh yang menjadi penggerak adalah Hasan al-
Aswaja dalam sebuah metode berfikir ada banyak
al-quran maupun as-Sunnah kita lihat kembali, apakah ada Basri (w.110 H/728 M). Kedua, proses konsolidasi awal
relevansinya dalam kehidupan beragama, sehingga PMII lebih
larangan terhadap perbuatan tersebut?, ketiga: kalau perintah dan mencapai puncaknya setelah Imam al-Syafi’i (w.205 H/820 M)
terbuka dalam mebuka ruang dialektika dengan siapapun dan
larangan terhadap perbuatan tersebut tidak ada dalam al-quran berhasil menetapkan hadist sebagai sumber hukum kedua
kelompok apapun.
dan as-Sunnah, kita tinjau kembali, apakah perbuatan tersebut ada setelah Al- qur’an dalam konstruksi pemikiran hukum Islam.
Rumusan aswaja sebagai manhajul fikri pertama kali
maslahatnya terhadap agama?, keempat: kalau ternyata perbuatan Pada tahap ini, kajian dan diskusi tentang teologi sunni
diintrodusir oleh Prof. Dr. Said Aqil Siradj, MA pada tahun
tersebut tidak ada maslahatnya, kita tinjau kembali, apakah berlangsung secara intensif. Ketiga, merupakan kristalisasi
1991. Upaya dekonstruktif ini selayaknya dihargai sebagai
perbuatan tersebut ada mudaratnya (bahayanya) terhadap teologi sunni, disatu pihak menolak rasionalisme dogma, di
produk intelektual walaupun juga tidak bijaksana jika diterima
agama?, setelah tahapan–tahapan tersebut di atas baru kita dapat lain pihak menerima metode rasional dalam memahami
begitu saja tanpa ada discourse panjang dan mendalam.
menentukan hukum : agama. Proses kristalisasi ini dilakukan oleh dua tokoh di
Dalam perkembangannya, rumusan baru Kang Said
 Apabila ada perintah dalam al-quran dan as-Sunnah maka tempat yang berbeda pada waktu yang bersamaan, yakni; Abu
(panggilan akrab Said Aqil Siradj) diratifikasi menjadi konsep
hukumnya tidak terlepas dari wajib atau sunnah Hasan al-Asy’ari (w.324 H/935 M) di Mesopotamia, dan Abu
dasar aswaja di PMII. Prinsip utama dari aswaja sebagai
 Apabila ada larangan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, maka Mansur al-Maturidi (w.331 H/944 M) di Samarkand. Pada
manhajul fikri meliputi; tawasuth (moderat), tasamuh (toleran),
hukumnya tidak terlepas dari haram atau makruh zaman kristalisasi inilah Abu Hasan al-Asy’ari meresmikan
tawazzun (seimbang) dan ta’adul (keadilan). Aktualisasi dari
 Apabila perintah dan larangan dalam Al-Qur’an dan As- sebagai aliran pemikiran yang dikembangkan. Dan munculnya
prinsip yang pertama adalah bahwa selain wahyu, kita juga
Sunnah tidak ada, tetapi mengandung maslahat, maka aswaja ini sebagai reaksi teologis-politis terhadap Mu’tazilah,
memposisikan akal pada posisi yang terhormat (namun tidak
hukumnya Sunnah (baik) Khowarij dan Syi’ah yang dipandang oleh al-Asy’ari sudah
terjebak pada mengagung-agungkan akal) karena martabat
keluar dari paham yang semestinya.
kemanusiaan manusia terletak pada apakah dan bagaimana seluruh alam, bukan Islam yang galak, menakutkan, dan Perkataan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah terdiri dari tiga kata,
dia menggunakan akal yang dimilikinya. Artinya ada sebuah mudah memuncratkan darah orang lain. pertama perkataan ahlun, kedua as-sunnah, dan ketiga al-jama’ah.
keterkaitan dan keseimbangan yang mendalam antara wahyu
dan akal sehingga kita tidak terjebak pada paham Wallahul Muwafiq Ila Aqwamit Tharieq  Ahlun bisa diartikan keluarga ( QS. Huud: 45 dan QS Toha :
skripturalisme (tekstual) dan rasionalisme. Selanjutnya, dalam 132 ), Penduduk (QS. Al-A’raf : 96), dan disiplin ilmu (QS.
konteks hubungan sosial, seorang kader PMII harus bisa An-Nahl: 43)
 As-sunnah secara etimologi adalah At-thariqah, yaitu
menghargai dan mentoleransi perbedaan yang ada bahkan jalan/sistem/cara/tradisi. Sedangkan menurut terminologi ialah
sampai pada keyakinan sekalipun. Tidak dibenarkan kita perkataan, perbuatan, dan persetujuan Nabi SAW.
memaksakan keyakinan apalagi hanya sekedar pendapat kita  Al-Jama’ah secara etimologi berarti bilangan lebih dari dua dan
pada orang lain, yang diperbolehkan hanyalah sebatas seterusnya. Sedangkan menurut terminologi ialah kelompok
menyampaikan dan mendialiektikakakan keyakinan atau mayoritas dalam golongan Islam.
pendapat tersebut, dan ending-nya diserahkan pada otoritas
individu dan hidayah dari Tuhan. Ini adalah manifestasi dari Dengan demikian Ahlus Sunnah Wal Jama’ah adalah golongan
5. Makalah ini disampaikan pada acara DIKLATSAR BANSER PC GP terbesar umat Islam yang mengikuti sistem pemahaman Islam, baik
prinsip tasamuh dari aswaja sebagai manhajul fikri. Dan yang ANSOR LEBAK pada tanggal 10 Juli 2011 di Graha PCNU Lebak
berikutnya adalah tawazzun (seimbang). Penjabaran dari dalam tauhid maupun fiqih dengan mengutamakan dalil Qur’an dan hadist
6. Penulis adalah Sekretaris PC GP Ansor Kabupaten Lebak dan daripada dalil akal.
prinsip tawazzun meliputi berbagai aspek kehidupan, baik itu Pengasuh La Tahzan Boarding School “Bengkel Akhlak Anak Bangsa” Dalam perkataan lain dapat dikatakan bahwa Ahlus Sunnah
perilaku individu yang bersifat sosial maupun dalam konteks Cisalam Rangkasbitung Lebak Wal Jama’ah adalah golongan yang menganut i’tiqad sebagai i’tiqad yang
politik sekalipun. Ini penting karena seringkali tindakan atau dianut oleh Nabi Muhammad SAW dan Shahabat-shahabat beliau.
sikap yang diambil dalam berinteraksi di dunia ini disusupi
oleh kepentingan sesaat dan keberpihakan yang tidak B. Sejarah dikenalnya Madzhab Ahlus Sunnah Wal Jama’ah
seharusnya. walaupun dalam kenyataannya sangatlah sulit Sebenarnya sistem pemahaman Islam menurut Ahlus Sunnah
atau bahkan mungkin tidak ada orang yang tidak memiliki 7. Makalah ini disampaikan pada acara MAPABA PMII Komisariat
Wal Jama’ah hanya merupakan kelangsungan disain yang dilakukan
Perguruang Tinggi Setia Budhi Rangkasbitung yang diselenggarakan
keberpihakan sama sekali, minimal keberpihakan terhadap sejak zaman Rasulullah SAW dan Khulafaurrosydin. Namun sistem ini
pada tanggal 31 Oktober 2009 di Auditorium YPI Al Wadah Jawilan
netralitas. Artinya, dengan bahasa yang lebih sederhana dapat kemudian menonjol setelah lahirnya madzhab Mu’tazilah pada abad ke-II
Serang
dikatakan bahwa memandang dan memposisikan segala H. Sejarahnya sebagai berikut:
8. Penulis adalah
sesuatu pada proporsinya masing-masing adalah sikap yang Seorang ulama besar bernama Al-Imam Al-Bashry dari golongan At-
paling bijak, dan bukan tidak mengambil sikap karena itu Tabi’in di Bashrah mempunyai sebuah Majelis Ta’lim, tempat
MADZHAB AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH: mengembangkan dan memancarkan ilmu Islam. Beliau wafat tahun 110
adalah manifestasi dari sikap pengecut dan oportunis.
SEBUAH RINGKASAN1 H. Diantara murid beliau, Washil bin ‘Atha adalah seorang murid yang
(Asep Saefullah, M.Pd)2 pandai dan fasih dalam bahasa arab. Pada suatu ketika timbul masalah
C. Penutup antara guru dengan murid “ tentang seorang mu’min yang melakukan
Secara sederhana dapat dimabil benang merahnya bahwa Dengan timbulnya bermacam-macam aliran/madzhab dalam dosa besar”. Apakah ia masih tetap mu’min atau tidak ?
substansi aswaja sebagai manhaj al fikr adalah tawasuth Islam sehingga banyak membawa keragu-raguan bahkan menjurus Menurut Al-Imam Hasan Al-Bashry, dia tetap mu’min selama
(moderat: berdiri tengah-tengah), tawazun (seimbang), kepada keresahan umat, tentu kita sebagai umat Islam harus punya beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, tetapi ia fasik dengan perbuatan
tasamuh (toleran) dan ta’addul (adil). Berarti, yang menjadi pilihan yang tepat dan benar. Terkait dengan ini, Nahdhatul Ulama (NU) maksiatnya. Keterangan ini berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadist karena
Standarisasi aswaja adalah nilai-nilai kemoderatan. dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dalam menjalankan imam Hasan Al-Bashry mempergunakan dalil akal tetapi lebih
Akhirnya, penulis berharap semoga tulisan ini dapat ajaran agama Islam memilih mazhab Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Pilihan mengutamakan dalil Qur’an dan Hadist. Tetapi menurut muridnya Washil
NU dan PMII sangat argumentatif karena berdasarkan pada Hadits Nabi bin ‘Atha orang mu’min yang melakukan dosa besar sudah bukan mu’min
bermanfa’at dan memberikan angin segar untuk kader PMII
(lihat sabda Nabi riwayat Ibnu Majah dalam kitab El Milal Wa El Nihal Juz lagi, dia berpegang pada akalnya. Bagaimana seorang mu’min
agar bisa bertambah moderat, sehingga bisa mengayomi dan melakukan dosa besar ?, berarti iman yang ada padanya adalah iman
berdiri secara adil di tengah-tengah golongan yang ada. Dan 1 hal 13). Berikut ini, penulis akan mencoba untuk mengurai secara
singkat tentang Madzhab Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dalam perspektif dusta. Semenjak itulah maka para ulama yang mengutamakan dalil
yang penting lagi adalah bisa menjadi pioner terwujudnya misi Qur’an dan Hadist daripada dalil akal mulai memasyarakatkan cara dan
NU dan PMII
Islam sebagai rahmataallil alamin. Yaitu Islam yang sistem mereka di dalam memahami agama, kemudian disebut kelompok
menebarkan kemaslahatan, kasih sayang dan kedamaian bagi A. Pengertian Ahlu Sunnah Wal Jama’ah
C. Metode Madzhab Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dalam ilmu Tauhid apakah perbuatan tersebut ada maslahatnya terhadap agama ?, keempat Perkataan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah terdiri dari tiga kata,
Di dalam mempelajari ilmu tauhid madzhab Ahlus Sunnah Wal : kalau ternyata perbuatan tersebut tidak ada maslahatnya, kita tinjau pertama perkataan ahlun, kedua as-sunnah, dan ketiga al-jama’ah.
Jama’ah menggunakan dalil-dalil Aqli ( rasio ) dan Naqli ( Qur’an dan kembali, apakah perbuatan tersebut ada mudaratnya ( bahayanya )
Hadist ). Namun dalam operasionalisasinya, madzhab ini mendahulukan terhadap agama ?, setelah tahapan – tahapan tersebut di atas baru kita  Ahlun bisa diartikan keluarga ( QS. Huud: 45 dan QS Toha :
dalil naqli daripada dalil aqli. Akal manusia diibaratkan mata, kemudian dapat menentukan hukum : 132 ), Penduduk (QS. Al-A’raf : 96), dan disiplin ilmu (QS.
dalil naqli diibaratkan pelita, agar mata kita tidak tersesat, maka pelita kita An-Nahl: 43)
letakkan di depan kemudian mata (akal manusia) mengikuti pelita (dalil  Apabila ada perintah dalam al-quran dan as-Sunnah maka  As-sunnah secara etimologi adalah At-thariqah, yaitu jalan /
Qur’an dan Hadist) bukan Qur’an dan Hadist yang disesuaikan dengan hukumnya tidak terlepas dari wajib atau sunnah sistem / cara / tradisi. Sedangkan menurut terminologi ialah
akal manusia.  Apabila ada larangan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, maka perkataan, perbuatan, dan persetujuan Nabi SAW.
hukumnya tidak terlepas dari haram atau makruh  Al-Jama’ah secara etimologi berarti bilangan lebih dari dua dan
D. Metode Madzhab Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dalam Ilmu Fiqih  Apabila perintah dan larangan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah seterusnya. Sedangkan menurut terminologi ialah kelompok
Di dalam menentukan hukum fiqih madzhab Aswaja bersumber tidak ada, tetapi mengandung maslahat, maka hukumnya mayoritas dalam golongan Islam.
pada 3 pokok, yaitu: Sunnah ( baik )
 Al-Qur’an Dengan demikian Ahlus Sunnah Wal Jama’ah adalah golongan
 Apabila larangan dan perintah dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah
 As-Sunnah terbesar umat Islam yang mengikuti sistem pemahaman Islam, baik
tidak ada dan perbuatan tersebut membawa mudarat maka
dalam tauhid maupun fiqih dengan mengutamakan dalil Qur’an dan hadist
 Ijtihad (Ijma’ dan Qiyas) hukumnya haram
daripada dalil akal.
 Apabila perintah dan larangan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah Dalam perkataan lain dapat dikatakan bahwa Ahlus Sunnah
E. Tokoh Aswaja dalam Ilmu Tauhid tidak ada dan perbuatan tersebut tidak mengandung maslahat Wal Jama’ah adalah golongan yang menganut i’tiqad sebagai i’tiqad yang
 Imam Abul Hasan Al-Asy’ari ( 260-324 ) dan mudarat maka hukumnya Ibahah dianut oleh Nabi Muhammad SAW dan Shahabat-shahabat beliau.
 Imam Abul Mansur Al-Maturidi ( Wafat 333 H )
Wallahul Muwafiq Ila Aqwamit Thoriq
B. Sejarah dikenalnya Madzhab Ahlus Sunnah Wal Jama’ah
I’tiqad (paham) Ahlus Sunah Wal Jama’ah yang telah disusun Sebenarnya sistem pemahaman Islam menurut Ahlus Sunnah
oleh Imam Abul Hasan Al Asy’ari meliputi 6 faktor, yaitu: Wal Jama’ah hanya merupakan kelangsungan disain yang dilakukan
 Tentang Ketuhanan Keterangan:
sejak zaman Rasulullah SAW dan Khulafaurrosydin. Namun sistem ini
1. Makalah ini disampaikan pada acara MAPABA PMII Komisariat
 Tentang Malaikat-malaikat Allah Perguruang Tinggi Latansa Mashiro Rangkasbitung yang
kemudian menonjol setelah lahirnya madzhab Mu’tazilah pada abad ke-II
 Tentang Kitab-kitab Allah H. Sejarahnya sebagai berikut:
diselenggarakan pada tanggal 24 Oktober 2009 di Yayasan Amanah
 Tentang Rasul-rasul Allah Seorang ulama besar bernama Al-Imam Al-Bashry dari golongan At-
Bunda Kumpay Banjarsari Lebak
Tabi’in di Bashrah mempunyai sebuah Majelis Ta’lim, tempat
 Tentang Hari Akhir 2. Penulis adalah Sekretaris Majelis Pembina Cabang PMII Kabupaten
mengembangkan dan memancarkan ilmu Islam. Beliau wafat tahun 110
 Tentang Qadha dan Qadar Lebak
H. Diantara murid beliau, Washil bin ‘Atha adalah seorang murid yang
F. Tokoh Aswaja dalam Ilmu Fiqih MADZHAB AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH: pandai dan fasih dalam bahasa arab. Pada suatu ketika timbul masalah
 Imam Hanafi ( 80-150 H ) SEBUAH RINGKASAN1 antara guru dengan murid “ tentang seorang mu’min yang melakukan
 Imam Maliki ( 93-179 H ) (Asep Saefullah, M.Pd)2 dosa besar”. Apakah ia masih tetap mu’min atau tidak ?
 Imam Syafi’i ( 150-204 H ) Menurut Al-Imam Hasan Al-Bashry, dia tetap mu’min selama
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, tetapi ia fasik dengan perbuatan
 Imam Hambali ( 164-248 H)
Dengan timbulnya bermacam-macam aliran / madzhab dalam maksiatnya. Keterangan ini berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadist karena
Islam sehingga banyak membawa keragu-raguan bahkan menjurus imam Hasan Al-Bashry mempergunakan dalil akal tetapi lebih
G. Metode Aswaja dalam memutuskan masalah mengutamakan dalil Qur’an dan Hadist. Tetapi menurut muridnya Washil
Di dalam memutuskan sesuatu masalah, tentu kita dapat kepada keresahan umat, tentu kita sebagai umat Islam harus punya
pilihan yang tepat dan benar. Terkait dengan ini, Nahdhatul Ulama (NU) bin ‘Atha orang mu’min yang melakukan dosa besar sudah bukan mu’min
memutuskan dengan cepat. Kita harus mengadakan penelitian yang lagi, dia berpegang pada akalnya. Bagaimana seorang mu’min
cermat terhadap masalah tersebut tetapi kita harus meneliti dalam dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dalam menjalankan
ajaran agama Islam memilih mazhab Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Pilihan melakukan dosa besar ?, berarti iman yang ada padanya adalah iman
menentukan hukum. Pertama : kita melihat perbuatan tersebut ada dusta. Semenjak itulah maka para ulama yang mengutamakan dalil
perintahnya dalam al-quran dan as-Sunnah ?, Kedua : Kalau perintah NU dan PMII sangat argumentatif karena berdasarkan pada Hadits Nabi.
Berikut ini, penulis akan mencoba untuk mengurai secara singkat tentang Qur’an dan Hadist daripada dalil akal mulai memasyarakatkan cara dan
terhadap perbuatan tersebut, tidak ada baik dalam al-quran maupun as- sistem mereka di dalam memahami agama, kemudian disebut kelompok
Sunnah kita lihat kembali, apakah ada larangan terhadap perbuatan Madzhab Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dalam perspektif NU dan PMII
Ahlu Sunnah Wal Jama’ah
tersebut ?, ketiga : kalau perintah dan larangan terhadap perbuatan
tersebut tidak ada dalam al-quran dan as-Sunnah, kita tinjau kembali, A. Pengertian
C. Metode Madzhab Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dalam ilmu Tauhid apakah perbuatan tersebut ada maslahatnya terhadap agama ?, keempat eklektik, yakni memilih salah satu pendapat yang dianggap
Di dalam mempelajari ilmu tauhid madzhab Ahlus Sunnah Wal : kalau ternyata perbuatan tersebut tidak ada maslahatnya, kita tinjau paling benar. Pada tahap ini masih merupakan tahap
Jama’ah menggunakan dalil-dalil Aqli ( rasio ) dan Naqli ( Qur’an dan kembali, apakah perbuatan tersebut ada mudaratnya ( bahayanya ) konsolidasi, tokoh yang menjadi penggerak adalah Hasan al-
Hadist ). Namun dalam operasionalisasinya, madzhab ini mendahulukan terhadap agama ?, setelah tahapan – tahapan tersebut di atas baru kita Basri (w.110 H/728 M). Kedua, proses konsolidasi awal
dalil naqli daripada dalil aqli. Akal manusia diibaratkan mata, kemudian dapat menentukan hukum :
mencapai puncaknya setelah Imam al-Syafi’i (w.205 H/820 M)
dalil naqli diibaratkan pelita, agar mata kita tidak tersesat, maka pelita kita
berhasil menetapkan hadist sebagai sumber hukum kedua
letakkan di depan kemudian mata (akal manusia) mengikuti pelita (dalil  Apabila ada perintah dalam al-quran dan as-Sunnah maka
Qur’an dan Hadist) bukan Qur’an dan Hadist yang disesuaikan dengan hukumnya tidak terlepas dari wajib atau sunnah
setelah Al- qur’an dalam konstruksi pemikiran hukum Islam.
akal manusia. Pada tahap ini, kajian dan diskusi tentang teologi sunni
 Apabila ada larangan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, maka
hukumnya tidak terlepas dari haram atau makruh berlangsung secara intensif. Ketiga, merupakan kristalisasi
D. Metode Madzhab Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dalam Ilmu Fiqih  Apabila perintah dan larangan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah teologi sunni, disatu pihak menolak rasionalisme dogma, di
Di dalam menentukan hukum fiqih madzhab Aswaja bersumber tidak ada, tetapi mengandung maslahat, maka hukumnya lain pihak menerima metode rasional dalam memahami
pada 3 pokok, yaitu: Sunnah ( baik ) agama. Proses kristalisasi ini dilakukan oleh dua tokoh di
 Al-Qur’an  Apabila larangan dan perintah dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah tempat yang berbeda pada waktu yang bersamaan, yakni; Abu
 As-Sunnah tidak ada dan perbuatan tersebut membawa mudarat maka Hasan al-Asy’ari (w.324 H/935 M) di Mesopotamia, dan Abu
 Ijtihad hukumnya haram Mansur al-Maturidi (w.331 H/944 M) di Samarkand. Pada
 Apabila perintah dan larangan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah zaman kristalisasi inilah Abu Hasan al-Asy’ari meresmikan
E. Tokoh Aswaja dalam Ilmu Tauhid tidak ada dan perbuatan tersebut tidak mengandung maslahat sebagai aliran pemikiran yang dikembangkan. Dan munculnya
 Imam Abul Hasan Al-Asy’ari ( 260-324 ) dan mudarat maka hukumnya Ibahah aswaja ini sebagai reaksi teologis-politis terhadap Mu’tazilah,
 Imam Abul Mansur Al-Maturidi ( Wafat 333 H ) Khowarij dan Syi’ah yang dipandang oleh al-Asy’ari sudah
Wallahul Muwafiq Ila Aqwamit Thoriq keluar dari paham yang semestinya.
I’tiqad (paham) Ahlus Sunah Wal Jama’ah yang telah disusun Aswaja dalam konteks Indonesia, sebagaimana yang
oleh Imam Abul Hasan Al Asy’ari meliputi 6 faktor, yaitu: dikembangkan oleh Nahdlatul Ulama (NU) dan Pergerakan
 Tentang Ketuhanan Catatan:
Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) bahwa aswaja bukan
3. Makalah ini disampaikan pada acara MAPABA PMII Komisariat STAI
 Tentang Malaikat-malaikat Allah Wasilatul Falah Rangkasbitung pada tanggal 14 Desember 2008 hanya sekedar faham/madzhab, tetapi aswaja sebagai metode
 Tentang Kitab-kitab Allah bertempat di Waduk Karian-Sajira berfikir (manhaj al fikr) keagamaan yang mencakup segala
 Tentang Rasul-rasul Allah 4. Penulis adalah dosen STAI Wasilatul Falah Rangkasbitung, STAI aspek kehidupan dan berdiri di atas prinsip keseimbangan
 Tentang Hari Akhir Latansa Mashiro Rangkasbitung dan STAI Assalamiyah Jawilan- dalam akidah, penengah dan perekat dalam sistem kehidupan
 Tentang Qadha dan Qadar Serang sosial serta keadilan dan toleransi. Dari sinilah PMII
F. Tokoh Aswaja dalam Ilmu Fiqih menggunakan aswaja sebagai manhaj al fikr dalam landasan
 Imam Hanafi ( 80-150 H ) gerak
 Imam Maliki ( 93-179 H ) ASWAJA SEBAGAI MANHAJ AL FIKR E. Aswaja Sebagai Manhaj al Fikr
 Imam Syafi’i ( 150-204 H ) Oleh: Asep Saefullah, M.Pd. Dalam wacana metode pemikiran, para teolog klasik dapat
 Imam Hambali ( 164-248 H) (Sekretaris Majelis Pembina Cabang PMII Lebak) dikategorikan menjadi empat kelompok. Pertama, kelompok
rasionalis yang diwakili oleh aliran Mu’tazilah yang dipelaporii
G. Metode Aswaja dalam memutuskan masalah oleh Washil bin Atho’, kedua, kelompok tekstualis yang
Di dalam memutuskan sesuatu masalah, tentu kita dapat D. Pendahuluan dihidupkan dan dipertahankan oleh aliran salaf yang
memutuskan dengan cepat. Kita harus mengadakan penelitian yang Melacak akar sejarah munculnya istilah ahlu sunnah dimunculkan oleh Ibnu Taimiyah dan generasi berikutnya.
cermat terhadap masalah tersebut tetapi kita harus meneliti dalam waljama’ah (aswaja), bahwa aswaja sudah terkenal sejak Ketiga, kelompok yang pemikirannya terfokuskan pada politik
menentukan hukum. Pertama : kita melihat perbuatan tersebut ada zaman Muhammad Rasulullah SAW (lihat sabda Nabi riwayat dan sejarah kaum muslimin yang diwakili oleh syi’ah dan
perintahnya dalam al-quran dan as-Sunnah ?, Kedua : Kalau perintah Khawarij, dan keempat, pemikiran sintetis yang dikembangkan
Ibnu Majah dalam kitab El Milal Wa El Nihal Juz 1 hal 13) .
terhadap perbuatan tersebut, tidak ada baik dalam al-quran maupun as- oleh Abu Hasan al-Asy’ari dan Abu Mansur al-Maturidi.
Sunnah kita lihat kembali, apakah ada larangan terhadap perbuatan Sebagai konfigurasi sejarah, maka aswaja mengalami
perkembangan dengan tiga tahap secara evolutif. Pertama, Di dalam PMII Aswaja dijadikan Manhajul Fikri artinya Aswaja
tersebut ?, ketiga : kalau perintah dan larangan terhadap perbuatan
tahap embrional pemikiran sunni dalam bidang teologi bersifat bukan dijadikan tujuan dalam beragama melainkan dijadikan
tersebut tidak ada dalam al-quran dan as-Sunnah, kita tinjau kembali,
metode dalam berfikir untuk mencapai kebenaran agama. netralitas. Artinya, dengan bahasa yang lebih sederhana dapat El Nihal Juz 1 hal 13). Berikut ini, penulis akan mencoba untuk mengurai
Walaupun banyak tokoh yang telah mencoba mendekontruksi dikatakan bahwa memandang dan memposisikan segala secara singkat tentang Madzhab Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dalam
isi atau konsep yang ada dalam aswaja tapi sampai sekarang sesuatu pada proporsinya masing-masing adalah sikap yang perspektif NU.
Aswaja dalam sebuah metode berfikir ada banyak paling bijak, dan bukan tidak mengambil sikap karena itu
relevansinya dalam kehidupan beragama, sehingga PMII lebih adalah manifestasi dari sikap pengecut dan oportunis. A. Pengertian
Perkataan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah terdiri dari tiga kata,
terbuka dalam mebuka ruang dialektika dengan siapapun dan
pertama perkataan ahlun, kedua as-sunnah, dan ketiga al-jama’ah.
kelompok apapun. F. Penutup
Rumusan aswaja sebagai manhajul fikri pertama kali Secara sederhana dapat dimabil benang merahnya bahwa  Ahlun bisa diartikan keluarga ( QS. Huud: 45 dan QS Toha :
diintrodusir oleh Prof. Dr. Said Aqil Siradj, MA pada tahun substansi aswaja sebagai manhaj al fikr adalah tawasuth 132 ), Penduduk (QS. Al-A’raf : 96), dan disiplin ilmu (QS.
1991. Upaya dekonstruktif ini selayaknya dihargai sebagai (moderat: berdiri tengah-tengah), tawazun (seimbang), An-Nahl: 43)
produk intelektual walaupun juga tidak bijaksana jika diterima tasamuh (toleran) dan ta’addul (adil). Berarti, yang menjadi  As-sunnah secara etimologi adalah At-thariqah, yaitu jalan /
begitu saja tanpa ada discourse panjang dan mendalam. Standarisasi aswaja adalah nilai-nilai kemoderatan. sistem / cara / tradisi. Sedangkan menurut terminologi ialah
Dalam perkembangannya, rumusan baru Kang Said Akhirnya, penulis berharap semoga tulisan ini dapat perkataan, perbuatan, dan persetujuan Nabi SAW.
(panggilan akrab Said Aqil Siradj) diratifikasi menjadi konsep bermanfa’at dan memberikan angin segar untuk kader PMII  Al-Jama’ah secara etimologi berarti bilangan lebih dari dua dan
dasar aswaja di PMII. Prinsip utama dari aswaja sebagai agar bisa bertambah moderat, sehingga bisa mengayomi dan seterusnya. Sedangkan menurut terminologi ialah kelompok
manhajul fikri meliputi; tawasuth (moderat), tasamuh (toleran), berdiri secara adil di tengah-tengah golongan yang ada. Dan mayoritas dalam golongan Islam.
tawazzun (seimbang) dan ta’adul (keadilan). Aktualisasi dari yang penting lagi adalah bisa menjadi pioner terwujudnya misi
Dengan demikian Ahlus Sunnah Wal Jama’ah adalah golongan
prinsip yang pertama adalah bahwa selain wahyu, kita juga Islam sebagai rahmataallil alamin. Yaitu Islam yang terbesar umat Islam yang mengikuti sistem pemahaman Islam, baik
memposisikan akal pada posisi yang terhormat (namun tidak menebarkan kemaslahatan, kasih sayang dan kedamaian bagi dalam tauhid maupun fiqih dengan mengutamakan dalil Qur’an dan hadist
terjebak pada mengagung-agungkan akal) karena martabat seluruh alam, bukan Islam yang galak, menakutkan, dan daripada dalil akal.
kemanusiaan manusia terletak pada apakah dan bagaimana mudah memuncratkan darah orang lain. Dalam perkataan lain dapat dikatakan bahwa Ahlus Sunnah
dia menggunakan akal yang dimilikinya. Artinya ada sebuah Wal Jama’ah adalah golongan yang menganut i’tiqad sebagai i’tiqad yang
keterkaitan dan keseimbangan yang mendalam antara wahyu Wallahu A’lamu Bi El Shawab dianut oleh Nabi Muhammad SAW dan Shahabat-shahabat beliau.
dan akal sehingga kita tidak terjebak pada paham
skripturalisme (tekstual) dan rasionalisme. Selanjutnya, dalam Catatan: B. Sejarah dikenalnya Madzhab Ahlus Sunnah Wal Jama’ah
konteks hubungan sosial, seorang kader PMII harus bisa Tulisan sederhana ini disampaikan pada acara Pelatihan Sebenarnya sistem pemahaman Islam menurut Ahlus Sunnah
menghargai dan mentoleransi perbedaan yang ada bahkan Kader Dasar (PKD) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Wal Jama’ah hanya merupakan kelangsungan disain yang dilakukan
sampai pada keyakinan sekalipun. Tidak dibenarkan kita (PMII) Cabang Lebak hari Rabu tanggal 29 Juli 2009 di sejak zaman Rasulullah SAW dan Khulafaurrosydin. Namun sistem ini
Gedung SKB Sajira kemudian menonjol setelah lahirnya madzhab Mu’tazilah pada abad II H.
memaksakan keyakinan apalagi hanya sekedar pendapat kita Sejarahnya sebagai berikut:
pada orang lain, yang diperbolehkan hanyalah sebatas Seorang ulama besar bernama Al-Imam Al-Bashry dari golongan At-
menyampaikan dan mendialiektikakakan keyakinan atau Tabi’in di Bashrah mempunyai sebuah Majelis Ta’lim, tempat
pendapat tersebut, dan ending-nya diserahkan pada otoritas mengembangkan dan memancarkan ilmu Islam. Beliau wafat tahun 110
individu dan hidayah dari Tuhan. Ini adalah manifestasi dari MADZHAB AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH: H. Diantara murid beliau, Washil bin ‘Atha adalah seorang murid yang
prinsip tasamuh dari aswaja sebagai manhajul fikri. Dan yang SEBUAH RINGKASAN1 pandai dan fasih dalam bahasa arab. Pada suatu ketika timbul masalah
berikutnya adalah tawazzun (seimbang). Penjabaran dari (Asep Saefullah, S.PdI., M.Pd.)2 antara guru dengan murid “ tentang seorang mu’min yang melakukan
prinsip tawazzun meliputi berbagai aspek kehidupan, baik itu dosa besar”. Apakah ia masih tetap mu’min atau tidak ?
perilaku individu yang bersifat sosial maupun dalam konteks Menurut Al-Imam Hasan Al-Bashry, dia tetap mu’min selama
politik sekalipun. Ini penting karena seringkali tindakan atau beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, tetapi ia fasik dengan perbuatan
Dengan timbulnya bermacam-macam aliran / madzhab dalam
maksiatnya. Keterangan ini berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadist karena
sikap yang diambil dalam berinteraksi di dunia ini disusupi Islam sehingga banyak membawa keragu-raguan bahkan menjurus
imam Hasan Al-Bashry mempergunakan dalil akal tetapi lebih
oleh kepentingan sesaat dan keberpihakan yang tidak kepada keresahan umat, tentu kita sebagai umat Islam harus punya
mengutamakan dalil Qur’an dan Hadist. Tetapi menurut muridnya Washil
seharusnya. walaupun dalam kenyataannya sangatlah sulit pilihan yang tepat dan benar. Terkait dengan ini, Nahdhatul Ulama (NU)
bin ‘Atha orang mu’min yang melakukan dosa besar sudah bukan mu’min
atau bahkan mungkin tidak ada orang yang tidak memiliki dalam menjalankan ajaran agama Islam memilih mazhab Ahlus Sunnah
lagi, dia berpegang pada akalnya. Bagaimana seorang mu’min
keberpihakan sama sekali, minimal keberpihakan terhadap Wal Jama’ah. Pilihan NU sangat argumentatif karena berdasarkan pada
melakukan dosa besar ?, berarti iman yang ada padanya adalah iman
Hadits Nabi (lihat sabda Nabi riwayat Ibnu Majah dalam kitab El Milal Wa
dusta. Semenjak itulah maka para ulama yang mengutamakan dalil perintahnya dalam al-quran dan as-Sunnah ?, Kedua : Kalau perintah a. Suluhi Qodim, yaitu ketika makhluk belum diciptakan
Qur’an dan Hadist daripada dalil akal mulai memasyarakatkan cara dan terhadap perbuatan tersebut, tidak ada baik dalam al-quran maupun as- qudrotullah menyambung dengan shuluhi qoddim, shuluhi
sistem mereka di dalam memahami agama, kemudian disebut kelompok Sunnah kita lihat kembali, apakah ada larangan terhadap perbuatan berarti lulus dan mampu, qodim berarti qudrotulloh tidak ada
Ahlu Sunnah Wal Jama’ah tersebut ?, ketiga : kalau perintah dan larangan terhadap perbuatan permulaan, maka shuluhi qodim berarti qudrotulloh pada
tersebut tidak ada dalam al-quran dan as-Sunnah, kita tinjau kembali, waktu belum menciptakan makhluk menyambung dengan
C. Metode Madzhab Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dalam ilmu Tauhid apakah perbuatan tersebut ada maslahatnya terhadap agama ?, keempat melaksanakan kekuasaan-Nya.
Di dalam mempelajari ilmu tauhid madzhab Ahlus Sunnah Wal : kalau ternyata perbuatan tersebut tidak ada maslahatnya, kita tinjau b. Ta’alluq sifat qudrot pada qobdloh awwal, yaitu setelah lauhil
Jama’ah menggunakan dalil-dalil Aqli ( rasio ) dan Naqli ( Qur’an dan kembali, apakah perbuatan tersebut ada mudaratnya ( bahayanya ) mahfudz diciptakan dan makhluk yang lain belum diciptakan,
Hadist ). Namun dalam operasionalisasinya, madzhab ini mendahulukan terhadap agama ?, setelah tahapan – tahapan tersebut di atas baru kita maka qodrotulloh waktu itu menyambung kepada qobdloh
dalil naqli daripada dalil aqli. Akal manusia diibaratkan mata, kemudian dapat menentukan hukum : awwal artinya, penyusunan penciptaan yang sewaktu-waktu
dalil naqli diibaratkan pelita, agar mata kita tidak tersesat, maka pelita kita dapat dirubah dan dapat pula ditetapkan (QS Ar-Ra’du ayat
letakkan di depan kemudian mata (akal manusia) mengikuti pelita (dalil  Apabila ada perintah dalam al-quran dan as-Sunnah maka 39)
Qur’an dan Hadist) bukan Qur’an dan Hadist yang disesuaikan dengan hukumnya tidak terlepas dari wajib atau sunnah c. Tanjizi Hadist Awwal yaitu mengadakan (ijad) sesuatu yang
akal manusia.  Apabila ada larangan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, maka telah terdaftar di lauhil mahfudz.
hukumnya tidak terlepas dari haram atau makruh d. Ta’alluq sifat qudrot pada qobdloh kedua, yaitu qudrotillah
D. Metode Madzhab Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dalam Ilmu Fiqih  Apabila perintah dan larangan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah yang digunakan untuk menggenggam (menetapkan) sesuatu
Di dalam menentukan hukum fiqih madzhab Aswaja bersumber tidak ada, tetapi mengandung maslahat, maka hukumnya dalam keberadaannya, setelah diproses oleh tanzizi hadist
pada 3 pokok, yaitu: Sunnah ( baik ) pertama. Dan keberadaan seseuatu itu tidak dapat lepas dari
 Al-Qur’an genggaman Allah.
 Apabila larangan dan perintah dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah
e. Ttanjizi hadist kedua, yaitu qudrotullah yang digunakan untuk
 As-Sunnah tidak ada dan perbuatan tersebut membawa mudarat maka
meniadakan (I’dam) makhluk yang berada di qobdloh kedua.
 Ijtihad hukumnya haram
f. Ta’alluq sifat qudrot pada qobdloh ke tiga, yaitu qodrotullah
 Apabila perintah dan larangan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah yang digunakan untuk menggenggam manusia di alam
E. Tokoh Aswaja dalam Ilmu Tauhid tidak ada dan perbuatan tersebut tidak mengandung maslahat barzakh.
 Imam Abul Hasan Al-Asy’ari ( 260-324 ) dan mudarat maka hukumnya Ibahah g. Tanzizi hadist ke tiga, yaitu qudrotullah yang digunakan untuk
 Imam Abul Mansur Al-Maturidi ( Wafat 333 H ) membangunkan (ba’ats) makhluk setelah qiyamat
Wallahul Muwafiq Ila Aqwamit Thoriq h. Ta’aluq sifat qudrot pada qobdloh ke empat, yaitu qudrotullah
I’tiqad (paham) Ahlus Sunah Wal Jama’ah yang telah disusun yang mengabadikan makhluk setelah ba’ats (bangun dari
oleh Imam Abul Hasan Al Asy’ari meliputi 6 faktor, yaitu: kubur).
 Tentang Ketuhanan Catatan:
1. Tulisan ini disampaikan pada acara MAKESTA IPNU-IPPNU B. Ta’alluq sifat irodat
 Tentang Malaikat-malaikat Allah Kabupaten Lebak pada hari Ahad tanggal 09 Agustus 2009 di
 Tentang Kitab-kitab Allah Sifat irodat mempunyai 3 (tiga) ta’alluq :
Auditorium YPI Nurul Falah Pasir Malang Kecamatan Cibadak 1.Ta’alluq ifadah (kegunaan)
 Tentang Rasul-rasul Allah Kabupaten Lebak Kegunaan/fungsi sifat irodat adalah “Lit-Takhshish” artinya
 Tentang Hari Akhir 2. Penulis adalah Dewan Pembina PC IPNU Lebak, Wakil Pengasuh untuk menentukan antara dua tandingan, ada dan tidak adanya
 Tentang Qadha dan Qadar Pondok Pesantren Raudlatus Sholihin Cisalam, Dosen STAI Wasilatul sesuatu.
F. Tokoh Aswaja dalam Ilmu Fiqih Falah dan STAI Latansa Mashiro Rangkasbitung 2. Ta’alluq ta’diyyah (sasaran sifat irodat)
 Imam Hanafi ( 80-150 H ) RINGKASAN TA’ALLUQ SIFAT MA’ANI sasaran sifat irodat adalah seluruh makhluk yang mukminul
 Imam Maliki ( 93-179 H ) wujud sebab yang direncanakan oleh Allah hanya mumkinul
A. Ta’alluq Sifat Qudrat wujud, tidak akan merencanakan yang wajibul wujud dan yang
 Imam Syafi’i ( 150-204 H ) Secara garis besar ta’alluq sifat qudrat terbagi tiga, yaitu: mustahil wujud.
 Imam Hambali ( 164-248 H) 1. Ta’alluq Ifadah (gunanya sifat qudrot), yaitu untuk mengadakan 3. Ta’alluq marotib (tingkatan)
(ijad) makhluk dan meniadakan (I’dam) makhluk setelah ada. a. Shuluhi qodim, yaitu kemampuan Allah untuk berkehendak
G. Metode Aswaja dalam memutuskan masalah 2. Ta’alluq Ta’diyyah (sasaran sifat Qudrat), yaitu mukminul sebelum menciptakan makhluk, yakni Allah telah mampu
Di dalam memutuskan sesuatu masalah, tentu kita dapat wujud (seluruh yang mungkin adanya). Sifat qudrat tidak merencanakan sesuatu diantara dua tandingan antara ada dan
memutuskan dengan cepat. Kita harus mengadakan penelitian yang ta’alluq kepada yang wajibul wujud dan mustahilul wujud tidak ada
cermat terhadap masalah tersebut tetapi kita harus meneliti dalam 3. Ta’alluq Marotib (tingkatan), artinya sifat qudrot mempunyai b. Tanjizi qodim, yaitu praktiknya Allah untuk menentukan
menentukan hukum. Pertama : kita melihat perbuatan tersebut ada delapan tingkatan persambungan, yaitu: sesuatu diantara dua tandingan tersebut.
c. Tanjizi hadist, yaitu penentuan terakhir sebelum Sasaran sifat bashor adalah semua yang ada (maujudat) , baik pilihan yang tepat dan benar. Terkait dengan ini, Nahdhatul Ulama (NU)
ditakdirkannya (Menurut sebagian Ulama sifat iradat tidak mukminul wujud maupun wajibul wujud, semuanya terlihat oleh dalam menjalankan ajaran agama Islam memilih mazhab Ahlus Sunnah
memiliki ta’alluq tanjizi hadits). Allah yang mempunyai sifat bashor Wal Jama’ah. Pilihan NU sangat argumentatif karena berdasarkan pada
3. Ta’alluq marotib (tingkatan): Hadits Nabi (lihat sabda Nabi riwayat Ibnu Majah dalam kitab El Milal Wa
C. Ta’alluq Sifat ‘Ilmu a. Tanjizi qodim, yakni kontaknya penglihatan Allah kepada dzat El Nihal Juz 1 hal 13). Berikut ini, penulis akan mencoba untuk mengurai
Sifat ilmu memiliki tiga t’alluq: Allah dan sifat-Nya. secara singkat tentang Madzhab Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dalam
1. Ta’alluq ifadah (kegunaan), yaitu ilmu Allah menjelaskan b. Shuluhi qodim, yakni kontaknya penglihatan Allah dengan perspektif NU.
seluruh perkara yang maujud makhluk yang akan diciptakan.
2. Ta’alluq ta’diyyah (sasaran), yaitu semua yang wajibul wujud c. Tanjizi hadist, yakni kontaknya penglihatan Allah kepada A. Pengertian
(dzat allah dan sifatnya), yang mustahilul wujud seperti seluruh makhluk yang telah diciptakan (sedang ada). Perkataan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah terdiri dari tiga kata,
abadinya alam, dan yang mukminul wujud seperti adanya pertama perkataan ahlun, kedua as-sunnah, dan ketiga al-jama’ah.
makhluk, semuanya diketahui oleh Allah.
3. Ta’alluq marotib (tingkatan), yaitu kontak ilmu Allah tanjizi G. Ta’alluq Sifat Kalam  Ahlun bisa diartikan keluarga ( QS. Huud: 45 dan QS Toha :
qodim kepada seluruh perkara, artinya Allah mengetahui dari Sifat kalam mempunyai tiga ta’alluq, yaitu: 132 ), Penduduk (QS. Al-A’raf : 96), dan disiplin ilmu (QS.
azali, baik perkara yang sudah ada maupun yang akan ada. 1. Ta’alluq ifadah (kegunaan) An-Nahl: 43)
Kegunaan sifat kalam adalah DILALAH, artinya, Allah memberi  As-sunnah secara etimologi adalah At-thariqah, yaitu jalan /
D. Ta’alluq Sifat Hayat petunjuk kepada makhluk-Nya dengan firman-firman-Nya. sistem / cara / tradisi. Sedangkan menurut terminologi ialah
Sifat hayat hanya mempunyai ta’alluq ifadah / kegunaan 2. Ta’alluq ta’diyyah (sasaran), perkataan, perbuatan, dan persetujuan Nabi SAW.
yakni “at-tashhih” artinya untuk mengesahkan adanya sifat-sifat Sasaran sifat kalam adalah AL-ASYYA (semua perkara), baik  Al-Jama’ah secara etimologi berarti bilangan lebih dari dua dan
yang lain di Allah, sebab kalau Allah tidak hayat /hidup tidak akan wajibul wujud, mustahil wujud atau mukminul wujud, yakin seterusnya. Sedangkan menurut terminologi ialah kelompok
memiliki sifat-sifat yang lain. Sifat hayat tidak memiliki ta’alluq semuanya difirmankan oleh Allah. mayoritas dalam golongan Islam.
ta’diyah dan ta’alluq marotib 3. ta’alluq marotib (tingkatan)
a. Tanjizi qodim, yakni firman Allah selain amar dan nahyi, yang Dengan demikian Ahlus Sunnah Wal Jama’ah adalah golongan
E. Ta’alluq Sifat Sama’ tidak ada permulaan. terbesar umat Islam yang mengikuti sistem pemahaman Islam, baik
Sifat sama’ mempunyai 3 ta’alluq (hubungan), yaitu: b. Shuluhi qodim, yakni kemampuan Allah untuk memerintah dalam tauhid maupun fiqih dengan mengutamakan dalil Qur’an dan hadist
1. Ta’alluq ifadah (kegunaan), yakni INKISYAF, artinya dan melarang sebelum makhluk-Nya ada, atau sebelum daripada dalil akal.
membukakan semua yang ada, baik mumkinul wujud maupun perintah dan larangan tersebut disampaikan. Dalam perkataan lain dapat dikatakan bahwa Ahlus Sunnah
wajibul wujud semuanya terdengar oleh Allah, suara ataupun c. Tanjizi hadist, yakni firman Allah yang berisikan perintah dan Wal Jama’ah adalah golongan yang menganut i’tiqad sebagai i’tiqad yang
bukan suara (dzat). larangan setelah ada yang diperintahkan atau yang dilarang dianut oleh Nabi Muhammad SAW dan Shahabat-shahabat beliau.
2. Ta’alluq Ta’diyyah (sasaran)
Sasaran sifat sama’ adalah semua yang ada (maujudat), baik Wallahu A’lamu Bisshawab B. Sejarah dikenalnya Madzhab Ahlus Sunnah Wal Jama’ah
wajibul wujud maupun mukminul wujud, baik yang dapat Sebenarnya sistem pemahaman Islam menurut Ahlus Sunnah
ditemukan oleh panca indra maupupun yang ditemukan oleh Keterangan: Ringkasan ta’alluq sifat ma’ani ini diambil dari Aqidah Wal Jama’ah hanya merupakan kelangsungan disain yang dilakukan
akal semuanya terdengar oleh Allah yang memiliki sifat sama’ Islamiyah, Fathul Majid, Tuhfatul Murid ‘Ala Jauharatit Tauhid, dan sejak zaman Rasulullah SAW dan Khulafaurrosydin. Namun sistem ini
3. Ta’alluq marotib (tingkatan) Addasuqi ‘Ala Ummil Barohin kemudian menonjol setelah lahirnya madzhab Mu’tazilah pada abad II H.
a. Tanjiziz qodim, artinya Allah mendengar kepada dzat dan Sejarahnya sebagai berikut:
sifat-Nya sendiri dan tidak ada permulaan. Seorang ulama besar bernama Al-Imam Al-Bashry dari golongan At-
b. Shuluhi qodim, artinya Allah mampu mendengar segala Tabi’in di Bashrah mempunyai sebuah Majelis Ta’lim, tempat
sesuatu yang akan diciptakan. mengembangkan dan memancarkan ilmu Islam. Beliau wafat tahun 110
c. Tanjizi hadist, artinya kontaknya sifat sama’ /mendengarnya H. Diantara murid beliau, Washil bin ‘Atha adalah seorang murid yang
Allah kepada makhluk yang telah diciptakan (sedang ada). MADZHAB AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH: pandai dan fasih dalam bahasa arab. Pada suatu ketika timbul masalah
antara guru dengan murid “ tentang seorang mu’min yang melakukan
F. Ta’alluq Sifat Bashor SEBUAH RINGKASAN
dosa besar”. Apakah ia masih tetap mu’min atau tidak ?
Sifat bashor mempunyai tiga ta’alluq (Asep Saefullah, S.PdI., M.Pd.) Menurut Al-Imam Hasan Al-Bashry, dia tetap mu’min selama
1. Ta’alluq ifadah (kegunaan), yakni INKISYAF, artinya membuka beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, tetapi ia fasik dengan perbuatan
(melihat) yang maujudat. Dengan timbulnya bermacam-macam aliran / madzhab dalam maksiatnya. Keterangan ini berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadist karena
2. Ta’alluq ta’diyyah (sasaran) Islam sehingga banyak membawa keragu-raguan bahkan menjurus imam Hasan Al-Bashry mempergunakan dalil akal tetapi lebih
kepada keresahan umat, tentu kita sebagai umat Islam harus punya
mengutamakan dalil Qur’an dan Hadist. Tetapi menurut muridnya Washil Di dalam memutuskan sesuatu masalah, tentu kita dapat dalam Islam. Mengurai kemalahatan umat akan
bin ‘Atha orang mu’min yang melakukan dosa besar sudah bukan mu’min memutuskan dengan cepat. Kita harus mengadakan penelitian yang menjumpai banyak corak, salah satunya adalah politik
lagi, dia berpegang pada akalnya. Bagaimana seorang mu’min cermat terhadap masalah tersebut tetapi kita harus meneliti dalam
melakukan dosa besar ?, berarti iman yang ada padanya adalah iman menentukan hukum. Pertama : kita melihat perbuatan tersebut ada Islam yang dalam bahasa Agama Islam disebut Fiqh
dusta. Semenjak itulah maka para ulama yang mengutamakan dalil perintahnya dalam al-quran dan as-Sunnah ?, Kedua : Kalau perintah Siyasah
Qur’an dan Hadist daripada dalil akal mulai memasyarakatkan cara dan terhadap perbuatan tersebut, tidak ada baik dalam al-quran maupun as-
sistem mereka di dalam memahami agama, kemudian disebut kelompok Sunnah kita lihat kembali, apakah ada larangan terhadap perbuatan Apa Itu Politik Islam (Fiqh Siyasah) ?
Ahlu Sunnah Wal Jama’ah tersebut ?, ketiga : kalau perintah dan larangan terhadap perbuatan Sebelum mengurai apa itu politik Islam, ada
tersebut tidak ada dalam al-quran dan as-Sunnah, kita tinjau kembali,
apakah perbuatan tersebut ada maslahatnya terhadap agama ?, keempat baiknya terlebih dahulu mengurai politik secara umum.
C. Metode Madzhab Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dalam ilmu Tauhid
Di dalam mempelajari ilmu tauhid madzhab Ahlus Sunnah Wal : kalau ternyata perbuatan tersebut tidak ada maslahatnya, kita tinjau Dalam kajian teoritis umum, politik adalah sebuah teori
Jama’ah menggunakan dalil-dalil Aqli ( rasio ) dan Naqli ( Qur’an dan kembali, apakah perbuatan tersebut ada mudaratnya ( bahayanya ) dan cara untuk mengatur suatu negara untuk menuju
Hadist ). Namun dalam operasionalisasinya, madzhab ini mendahulukan terhadap agama ?, setelah tahapan – tahapan tersebut di atas baru kita sebuah ketatanegaraan yang aman dan damai. Ketika
dalil naqli daripada dalil aqli. Akal manusia diibaratkan mata, kemudian dapat menentukan hukum : kata politik digabungkan dengan kata Islam (politik
dalil naqli diibaratkan pelita, agar mata kita tidak tersesat, maka pelita kita
Islam) yang dalam bahasa agama Islam disebut fiqh
letakkan di depan kemudian mata (akal manusia) mengikuti pelita (dalil  Apabila ada perintah dalam al-quran dan as-Sunnah maka
Qur’an dan Hadist) bukan Qur’an dan Hadist yang disesuaikan dengan hukumnya tidak terlepas dari wajib atau sunnah siyasah maka dapat dilihat dari dua sudut, yaitu sudut
akal manusia.  Apabila ada larangan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, maka etimologi dan terminology.
hukumnya tidak terlepas dari haram atau makruh Secara etimologi, fiqh siyasah terdiri dari dua kata,
D. Metode Madzhab Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dalam Ilmu Fiqih  Apabila perintah dan larangan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah yaitu kata fiqh dan kata siyasah. Fiqih mengandung arti
Di dalam menentukan hukum fiqih madzhab Aswaja bersumber tidak ada, tetapi mengandung maslahat, maka hukumnya mengetahui hukum-hukum syara’ yang bersifat praktis
pada 3 pokok, yaitu: Sunnah ( baik ) melalui dalil-dalil yang terprinci. Sedangkan siyasah
 Al-Qur’an  Apabila larangan dan perintah dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah pemerintahan, pengambilan keputusan,
 As-Sunnah tidak ada dan perbuatan tersebut membawa mudarat maka
 Ijtihad (ijma’ dan qiyas) hukumnya haram
pembuatan kebijaksanaan, pengurusan, dan
 Apabila perintah dan larangan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah pengawasan.
E. Tokoh Aswaja dalam Ilmu Tauhid tidak ada dan perbuatan tersebut tidak mengandung maslahat Secara terminology, fiqh siyasah (politik Islam)
 Imam Abul Hasan Al-Asy’ari ( 260-324 ) dan mudarat maka hukumnya Ibahah dapat diartikan sebagai materi yang membahas
 Imam Abul Mansur Al-Maturidi ( Wafat 333 H ) mengenai ketatanegaraan Islam yang di dalamnya
Wallahul Muwafiq Ila Aqwamit Thoriq mengatur tentang hubungan pemerintah dengan
I’tiqad (paham) Ahlus Sunah Wal Jama’ah yang telah disusun rakyatnya secara Islami dengan menitikberatkan pada
oleh Imam Abul Hasan Al Asy’ari meliputi 6 faktor, yaitu: Keterangan:
Penulis adalah ketua Lembaga Bahtsul Masail (LBM) NU Kabupaten Lebak, upaya tercapainya kemaslahatan dan terhindar dari
 Tentang Ketuhanan Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan FSPP Kabupaten Lebak dan kemafsadatan (jalbul mashalih wa darul mafasid).
 Tentang Malaikat-malaikat Allah Sekretaris Komisi Fatwa Hukum dan Perundang-undanga MUI Kabupaten Lebak
 Tentang Kitab-kitab Allah
 Tentang Rasul-rasul Allah Apa Saja Yang Menjadi Cakupan Politik Islam (Fiqh
 Tentang Hari Akhir Siyasah) ?
 Tentang Qadha dan Qadar
F. Tokoh Aswaja dalam Ilmu Fiqih MENGENAL POLITIK ISLAM (FIQH SIYASAH) Sebagaimana diungkapkan oleh para ahli, bahwa
 Imam Hanafi ( 80-150 H ) Oleh Asep Saefullah, S.PdI., M.Pd. fiqh siyasah mencakup 4 bidang, yaitu Siyaasah
 Imam Maliki ( 93-179 H ) Dusturiyah, Siyasah Maliyah, Siyasah Dauliyah, dan
 Imam Syafi’i ( 150-204 H ) Siyasah Harbiyah.
 Imam Hambali ( 164-248 H) Dalam Agama Islam, bukan masalah Ibadah,
Aqidah dan Akhlak saja yang dibahas. Akan tetapi  Siyasah Dusturiyah
G. Metode Aswaja dalam memutuskan masalah tentang kemaslahatan umat juga dibahas dan diautr
Siyasah Dusturiyah menurut tata bahasanya terdiri dalam hal hubungan internasional, masalah Melacak akar sejarah munculnya istilah ahlu sunnah
dari dua suku kata yaitu Siyasah dan Dusturiyah. teritorial, nasionalitas, ekstradisi tahanan, waljama’ah (aswaja), bahwa aswaja sudah terkenal sejak
Arti kata Siyasah sebagaimana telah disebutkan di pengasingan tawanan politik, pengusiran warga zaman Muhammad Rasulullah SAW (lihat sabda Nabi riwayat
atas, yaitu pemerintahan, pengambilan keputusan, negara asing, mengurusi masalah kaum dzimi, Ibnu Majah dalam kitab El Milal Wa El Nihal Juz 1 hal 13) .
Sebagai konfigurasi sejarah, maka aswaja mengalami
pembuatan kebijaksanaan, pengurusan, dan perbedaan agama, hudud, dan qishash.
perkembangan dengan tiga tahap secara evolutif. Pertama,
pengawasan. Sedangkan Dusturiyah adalah Siyasah Dauliyah lebih mengarah pada pengaturan tahap embrional pemikiran sunni dalam bidang teologi bersifat
undang-undang atau peraturan. Dengan demikian, masalah kenegaraan yang bersifat luar negeri dan eklektik, yakni memilih salah satu pendapat yang dianggap
Siyasah Dusturiyah adalah kebijakan yang diambil kedaulatan negara. Hal ini sangat penting guna paling benar. Pada tahap ini masih merupakan tahap
oleh kepala negara atau pemerintah dalam mengatur kedaulatan negara untuk pengakuan dari negara konsolidasi, tokoh yang menjadi penggerak adalah Hasan al-
warga negaranya. Hal ini berarti Siyasah lain. Basri (w.110 H/728 M). Kedua, proses konsolidasi awal
Dusturiyah adalah hal terpenting dalam suatu mencapai puncaknya setelah Imam al-Syafi’i (w.205 H/820 M)
negara, karena menyangkut hal-hal yang mendasar  Siyasah Harbiyah berhasil menetapkan hadist sebagai sumber hukum kedua
dari suatu negara. Yaitu harmonisasi antara warga Arti kata Harbiyah adalah perang, keadaan darurat setelah Al- qur’an dalam konstruksi pemikiran hukum Islam.
negara dengan kepala negaranya atau genting. Siyasah Harbiyah adalah pemerintah Pada tahap ini, kajian dan diskusi tentang teologi sunni
atau kepala negara mengatur dan mengurusi hal-hal berlangsung secara intensif. Ketiga, merupakan kristalisasi
teologi sunni, disatu pihak menolak rasionalisme dogma, di
 Siyasah Maliyah yang berkaitan dengan perang, kaidah perang,
lain pihak menerima metode rasional dalam memahami
Arti kata Maliyah adalah harta benda atau mobilisasi umum, hak dan jaminan keamanan agama. Proses kristalisasi ini dilakukan oleh dua tokoh di
kekayaan. Siyasah Maliyah secara umum dapat perang, perlakuan tawanan perang, harta rampasan tempat yang berbeda pada waktu yang bersamaan, yakni; Abu
diartikan sebagai pemerintahan yang mengatur perang, dan masalah perdamaian Hasan al-Asy’ari (w.324 H/935 M) di Mesopotamia, dan Abu
keuangan Negara. Menurut Djazuli (2003) Siyasah Mansur al-Maturidi (w.331 H/944 M) di Samarkand. Pada
Maliyah adalah hak dan kewajiban kepala negara zaman kristalisasi inilah Abu Hasan al-Asy’ari meresmikan
untuk mengatur dan mengurus keungan negara Wallahul Muwafiq Ila Aqwamit Thoriq sebagai aliran pemikiran yang dikembangkan. Dan munculnya
guna kepentingan warga negaranya serta aswaja ini sebagai reaksi teologis-politis terhadap Mu’tazilah,
kemaslahatan umat. Sementara menurut Pulungan Khowarij dan Syi’ah yang dipandang oleh al-Asy’ari sudah
Keterangan: keluar dari paham yang semestinya.
(2002) Siyasah Maliyah meliputi hal-hal yang 1. Tulisan ini disampaikan pada acara MAKESTA IPNU-IPPNU
menyangkut harta benda negara, pajak, dan Baitul Aswaja dalam konteks Indonesia, sebagaimana yang
Komisariat Perguruan Tinggi Latansa Mashiro Rangkasbitung dikembangkan oleh Nahdlatul Ulama (NU) dan Pergerakan
Mal. pada hari Sabtu tanggal 31 Oktober 2009 di Auditorium YPI Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) bahwa aswaja bukan
Dari pembahasan di atas dapat kita garis bawahi Qothrotul Falah Kecamatan Cikulur Kabupaten Lebak hanya sekedar faham/madzhab, tetapi aswaja sebagai metode
bahwa Siyasah maliyah adalah hal-hal yang 2. Penulis adalah Dewan Pembina PC IPNU Lebak berfikir (manhaj al fikr) keagamaan yang mencakup segala
menyangkut kas negara dan keuangan negara yang aspek kehidupan dan berdiri di atas prinsip keseimbangan
berasal dari pajak, zakat, baitul mal serta dalam akidah, penengah dan perekat dalam sistem kehidupan
pendapatan negara yang tidak bertentangan dengan sosial serta keadilan dan toleransi. Dari sinilah PMII
syari’at Islam. menggunakan aswaja sebagai manhaj al fikr dalam landasan
gerak
ASWAJA SEBAGAI MANHAJ AL FIKR B. Aswaja Sebagai Manhaj al Fikr
 Siyasah Dauliyah Oleh: H. Asep Saefullah, M.Pd. Dalam wacana metode pemikiran, para teolog klasik dapat
Arti kata Dauliyah adalah daulat, kerajaan, (Ketua Majelis Pembina Cabang PMII Lebak) dikategorikan menjadi empat kelompok. Pertama, kelompok
rasionalis yang diwakili oleh aliran Mu’tazilah yang dipelaporii
kekuasaan, wewenang, atau kekuasaan. Menurut
oleh Washil bin Atho’, kedua, kelompok tekstualis yang
Pulungan (2002) Siyasah Dauliyah adalah
A. Pendahuluan dihidupkan dan dipertahankan oleh aliran salaf yang
kekuasaan kepala negara untuk mengatur negara
dimunculkan oleh Ibnu Taimiyah dan generasi berikutnya. perilaku individu yang bersifat sosial maupun dalam konteks (Ketua Majelis Pembina Cabang PMII Lebak / Sekretaris
Ketiga, kelompok yang pemikirannya terfokuskan pada politik politik sekalipun. Ini penting karena seringkali tindakan atau Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Lebak)
dan sejarah kaum muslimin yang diwakili oleh syi’ah dan sikap yang diambil dalam berinteraksi di dunia ini disusupi
Khawarij, dan keempat, pemikiran sintetis yang dikembangkan oleh kepentingan sesaat dan keberpihakan yang tidak A. Pendahuluan
oleh Abu Hasan al-Asy’ari dan Abu Mansur al-Maturidi. seharusnya. walaupun dalam kenyataannya sangatlah sulit Kata ”doktrin” berasal dari bahasa inggris
Di dalam PMII Aswaja dijadikan Manhajul Fikri artinya Aswaja atau bahkan mungkin tidak ada orang yang tidak memiliki “doctrine” yang artinya ajaran. Pengartian “doktrin NU”
bukan dijadikan tujuan dalam beragama melainkan dijadikan keberpihakan sama sekali, minimal keberpihakan terhadap dalam tulisan ini adalah ajaran NU yang berisi asas
metode dalam berfikir untuk mencapai kebenaran agama. netralitas. Artinya, dengan bahasa yang lebih sederhana dapat pendirian tentang paham keagamaan, kemasyarakatan,
Walaupun banyak tokoh yang telah mencoba mendekontruksi dikatakan bahwa memandang dan memposisikan segala Kebangsaan, kenegaraan dan paham yang berkaitan dengan
isi atau konsep yang ada dalam aswaja tapi sampai sekarang sesuatu pada proporsinya masing-masing adalah sikap yang kemanusiaan lainnya.
Aswaja dalam sebuah metode berfikir ada banyak paling bijak, dan bukan tidak mengambil sikap karena itu Doktrin Nahdlatul Ulama (NU) sebagaimana
relevansinya dalam kehidupan beragama, sehingga PMII lebih adalah manifestasi dari sikap pengecut dan oportunis. disebutkan di atas, harus diikuti oleh segenap pengurus dan
terbuka dalam mebuka ruang dialektika dengan siapapun dan warga NU, baik sebagai pribadi ataupun kelompok. Doktrin
kelompok apapun. C. Penutup ini bersifat mengikat agar dapat dibedakan antara warga NU
Rumusan aswaja sebagai manhajul fikri pertama kali Secara sederhana dapat dimabil benang merahnya bahwa dengan yang lainnya. Karena sifatnya mengikat maka
diintrodusir oleh Prof. Dr. Said Aqil Siradj, MA pada tahun substansi aswaja sebagai manhaj al fikr adalah tawasuth konsekuensi logisnya adalah semua pengurus dan warga NU
1991. Upaya dekonstruktif ini selayaknya dihargai sebagai (moderat: berdiri tengah-tengah), tawazun (seimbang), harus mampu mengejawantahkan doktrin organisasinya
produk intelektual walaupun juga tidak bijaksana jika diterima tasamuh (toleran) dan ta’addul (adil). dalam kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa dan
begitu saja tanpa ada discourse panjang dan mendalam. Akhirnya, penulis berharap semoga tulisan ini dapat bernegara dengan penuh tanggung jawab.
Dalam perkembangannya, rumusan baru Kang Said bermanfa’at dan memberikan angin segar untuk kader PMII Perkembangan peradaban manusia yang terus
(panggilan akrab Said Aqil Siradj) diratifikasi menjadi konsep agar bisa bertambah moderat, sehingga bisa mengayomi dan berkembang dari waktu ke waktu telah melahirkan sejumlah
dasar aswaja di PMII. Prinsip utama dari aswaja sebagai berdiri secara adil di tengah-tengah golongan yang ada. Dan kreasi dan gagasan kritis tentang sejumlah hal yang
manhajul fikri meliputi; tawasuth (moderat), tasamuh (toleran), yang penting lagi adalah bisa menjadi pioner terwujudnya misi berkaitan dengan masalah-masalah keagamaan,
tawazzun (seimbang) dan ta’adul (keadilan). Aktualisasi dari Islam sebagai rahmataallil alamin. Yaitu Islam yang kemasyarakatan, dan Kebangsaan, serta masalah-masalah
prinsip yang pertama adalah bahwa selain wahyu, kita juga menebarkan kemaslahatan, kasih sayang dan kedamaian bagi lain yang melingkupi kehidupan manusia. Ini adalah proses
memposisikan akal pada posisi yang terhormat (namun tidak seluruh alam, bukan Islam yang galak, menakutkan, dan dialektika yang lazim terjadi, seiring dengan dinamika dan
terjebak pada mengagung-agungkan akal) karena martabat mudah memuncratkan darah orang lain. tuntutan masyarakat pada setiap zamannya. Gagasan dan
kemanusiaan manusia terletak pada apakah dan bagaimana pemikiran tokoh tersebut pada akhirnya menjadi sebuah
dia menggunakan akal yang dimilikinya. Artinya ada sebuah Wallahu A’lamu Bi El Shawab ideologi dan aliran tersendiri yang diikuti dan diyakini
keterkaitan dan keseimbangan yang mendalam antara wahyu kebenarannya oleh masyarakat.
dan akal sehingga kita tidak terjebak pada paham Catatan: Dalam kaitan ini para ulama dan masyarakat yang
skripturalisme (tekstual) dan rasionalisme. Selanjutnya, dalam Tulisan sederhana ini disampaikan pada acara Pelatihan tergabung dalam wadah jam’iyyah NU, sejak kelahirannya,
konteks hubungan sosial, seorang kader PMII harus bisa Kader Dasar (PKD) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia yaitu tanggal 31 Januari 1926 M telah melakukan eksplorasi
menghargai dan mentoleransi perbedaan yang ada bahkan (PMII) Cabang Lebak hari Jum’at tanggal 04 Februari 2011/01 mendalam tentang berbagai hal yang menyangkut kehidupan
sampai pada keyakinan sekalipun. Tidak dibenarkan kita Rabi’ul Awal 1432 H di Gedung SKB Sajira Kabupaten Lebak keagamaan, kemasyarakatan, Kebangsaan dan kenegaraan
memaksakan keyakinan apalagi hanya sekedar pendapat kita yang di aktualisasikan kepada doktrin organisasinya untuk
pada orang lain, yang diperbolehkan hanyalah sebatas kemudian diaplikasikan dalam kehidupan sosialnya.
menyampaikan dan mendialiektikakakan keyakinan atau B. Menyingkap Doktrin NU
pendapat tersebut, dan ending-nya diserahkan pada otoritas Untuk melihat lebih mendalam tentang apa dan
individu dan hidayah dari Tuhan. Ini adalah manifestasi dari APA DAN BAGAIMANA DOKTRIN NU ??? bagaimana doktrin NU, berikut ini akan diuraikan tiga
prinsip tasamuh dari aswaja sebagai manhajul fikri. Dan yang doktrinnya yang berhubungan dengan keagamaan,
berikutnya adalah tawazzun (seimbang). Penjabaran dari H. Asep Saefullah, S.PdI., M.Pd. kemasyarakatan, Kebangsaan dan kenegaraan.
prinsip tawazzun meliputi berbagai aspek kehidupan, baik itu
1. Doktrin Keagamaan NU 2. Doktrin kemasyarakatan NU dan mencegah semua hal yang dapat menjerumuskan dan
Doktrin keagamaan NU mendasarkan kepada Paham keagamaan seperti diuraikan di atas, merendahkan nilai-nilai kehidupan.
sumber ajaran Islam, yaitu Al-Qur’an, As-Sunnah, Al-Ijma’, berpengaruh cukup kuat terahap tumbuhnya sikap Ciri-ciri kemasyarakatan yang dikembangkan oleh
dan Al-Qiyas. Sedangkan dalam memahami dan kemasyarakatan NU yang lebih artikulatif terhadap NU sangat sesuai dengan konteks ke-Indonesiaan yang
menafsirkan Islam dari sumber-sumbernya di atas, NU fenomena sosial kemasyarakatan yang bersifat universal, heterogen. Implementasi dari konsep kemasyarakatan
mengikuti paham Ahlusunnah wal jamaah (Aswaja) dan inklusif dan fleksibel dan hubungannya dengan sebuah tersebut dijelaskan secara detail dalam dasar-dasar
menggunakan jalan pendekatan madzhab. Di bidang aqidah keniscayaan hidup yang bersifat plural (beragam). keagamaan dan sikap kemasyarakatan NU yang
NU mengakui paham aswaja yang diplopori oleh Imam Abu Keberagaman adalah sunnatullah yang tidak bisa di diproyeksikan ke dalam bentuk prilaku warga NU, yaitu:
Hasan al-Asy’ari dan Imam Abu Mansur al-maturidi. Di paksakan bagi umat manusia sebab hal tersebut merupakan  Menjunjungtinggi nilai-nilai maupun norma-norma ajaran
bidang fiqh, NU mengakui jalan pendekatan madzhab salah hal prerogratif Allah SWT, tugas manusia adalah bagaimana Islam
satu dari mazhab yang empat, yaitu Imam Abu Hanifah, menjaga keberagaman tersebut dalam kehidupan yang  Mendahulukan kepentingan bersama daripada
Imam Malik, Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i, dan berharmoni dengan terus menerus menumbuhkan sikap kepentingan pribadi
Imam Ahmad Bin Hambal. Dan di bidang tasawuf mengakui saling memahami dan mengerti satu sama lainnya,
 Menjunjung tinggi sifat keikhlasan dalam berkhidmat dan
antara lain, Imam Al-Junaidi Al-Baghdadi dan Imam Al- menghormati dan menjunjung tinggi perbedaan, serta
berjuang
Gozali serta imam-imam yang lain. NU mengakui pendirian menjaga persatuan dan kesatuan sebagai umat beragama,
bahwa Islam adalah agama yang fitri yang bersifat sebagai warga bangsa dan sebagi umat manusia. Hal-hal  Menjunjung tinggi persaudaraan (ukhuwah), persatuan
menyempurnakan segala kebaikan yang sudah dimiliki oleh yang berhubungan dengan agama dan kepercayaan (ittihad) serta kasih mengasihi
manusia. Paham keagamaan yang dianut oleh NU bersifat merupakan wilayah personal yang tidak bisa diintervensi  Meluhurkan kemuliaan moral (al-akhlaq al-karimah), dan
menyempurnakan nilai-nilai yang baik yang sudah ada dan oleh manusia yang lain melalui cara-cara memaksakan menjunjung tinggi kejujuran (as-sidqu) dalam berpikir,
menjadi milik serta ciri-ciri suatu kelompok manusia seperti kehendak dan sebagainya. bersikap dan bertindak
suku maupun bangsa, dan tidak bertujuan menghapus nilai- Untuk menjaga eksistensi kemanusiaan dalam  Menjunjung tinggi kesetiaan (loyalitas) kepada agama,
nilai tersebut. kehidupan sosial, NU memiliki dasar-dasar pendirian paham bangsa dan negara
Pendekatan keagamaan NU di atas bersifat khas, kemasyarakatan yang bercirikan sebagai berikut:  Menjunjung tinggi nilai amal, kerja dan prestasi sebagai
coraknya akulturatif dengan budaya masyarakat setempat.  Sikap tawasuth dan i’tidal, yaitu sikap tengah yang bagian dari ibadah kepada Allah SWT
NU sangat menghargai tradisi dan budaya masyarakat yang berintikkan kepada pemrinsip hidup yang menjunjung  Menjunjung tinggi ilmu pengetahuan serta ahli-ahlinya
telah berkembang sebelumnya untuk kemudian dijadikan tinggi keharusan berlaku adil dan lurus di tengah-tengah  Selalu siap untuk menyesuaikan diri dengan setiap
sebagai media penyebaran ajaran Islam di tengah-tengah kehidupan bersama. NU dengan sikap dasar ini akan perubahan yang membawa manfaat bagi kemaslahatan
masyarakat. Antara budaya masyarakat dan ajaran Islam selalu menjadi kelompok panutan yang bersikap dan manusia
tersebut berkembang secara berdampingan dengan damai, bertindak lurus dan selalu bersifat membangun serta
dan dalam perkembangannya menjadi kekuatan saling  Menjunjung tinggi kepeloporan dalam usaha mendorong,
menghindari segala bentuk pendekatan yang bersifat
mendukung untuk sebuah tujuan syi’ar Islam sejak ratusan memacu, dan mempercepat perkembangan
ekstrim
tahun silam. Paham keagamaan ala NU ini telah mampu masyarakatnya; d
 Sikap tasamuh, yaitu sikap toleran terhadap perbedaan  Menjunjung tinggi kebersamaan di tengah kehidupan
berperan sebagai kendali etik, moral dan sosial dalam pandangan baik masalah keagamaan terutama hal-hal
kehidupan bermasyarakat dan bernegara serta menjadi berbangsa dan bernegara.
yang bersifat furu’ atau menjadi masalah khilafiyah, serta
faham yang mayoritas dianut oleh umat Islam Indonesia. dalam masalah kemasyarakatan dan kebudayaan.
Cara pandang NU terhadap tradisi dan budaya 3. Doktrin Kebangsaan dan Kenegaraan NU
 Sikaf tawazun, yaitu sikap seimbang dalam berkhidmat. Sebagai organisasi kemasyarakatan yang menjadi
masyarakat menggunakan kaidah fikih yang sangat terkenal Menyerasikan dalam berkhidmat kepada Allah, kepada
yakni almuhafadzatu ‘alalqadimis sholeh wal akhdu bil bagian tak terpisahkan dari komponen bangsa ini, NU
manusia serta kepada lingkungan hidupannya. senantiasa konsisten dengan perjuangan nasional bangsa
jadidil ashlah (memelihara tradisi lama yang baik dan Menyelaraskan kepentingan masa lalu, masa kini dan
mengambil tradisi baru yang lebih baik). Kekhasan faham Indonesia. NU secara sadar mengambil posisi yang aktif dan
masa mendatang. pro aktif dalam proses perjuangan mencapai dan
inilah yang membedakan dengan paham Islam yang lain di
tanah air.
 Amar ma’ruf nahi Munkar, yaitu selalu memiliki mempertahankan kemerdekaan, serta ikut aktif dalam
kepekaan untuk mendorong perbuatan yang baik, berguna penyusunan UUD 1945 dan perumusan Pancasila sebagai
dan bermanfaat bagi kehidupan bersama, serta menolak dasar negara. Keberadaan NU senantiasa menyatukan diri
dengan perjuangan bangsa, menempatkan NU dan segenap prinsip keadilan, kebersamaan dan kejujuran dalam upaya
warganya untuk senantiasa aktif dalam pembangunan bangsa mempertahankan kehidupan bersama, dengan tidak
menuju masyarakat yang adil dan makmur yang diridai mengingkari adanya perbedaan dalam hal-hal tertentu.
Allah SWT. Karenanya setiap warga NU harus menjadi NU meletakkan tata hubungan dalam ikatan kebangsaan
warga negara yang senantiasa menjunjung tinggi Pancasila dan kenegaraan (ukhuwah wathaniyah). Tata hubungan
dan UUD 1945. ini meliputi hal-hal yang bersifat ke kemasyarakatan,
Sebagai organisasi keagamaan, NU merupakan dimana mereka sebagai sesama warga negara memiliki
bagian tak terpisahkan dari umat Islam Indonesia yang kesamaan derajat dan tanggung jawab untuk
senantiasa memegang teguh prinsip persaudaraan mengupayakan kesejahteraan dalam kehidupan bersama.
(Ukhuwah), toleransi (Tasamuh), kebersamaan dan hidup - Sikap yang sehat dan harus diterapkan dalam
berdampingan baik dengan sesama umat Islam maupun hubungannya dengan kebangsaan dan kenegaraan
dengan sesama warga negara yang mempunyai keyakinan (ukhuwah wathaniyah) tersebut adalah : Pertama, sikap
lain untuk bersama-sama mewujudkan cita-cita persatuan akomodatif yaitu kesediaan menampung berbagai
dan kesatuan bangsa yang dinamis. kepentingan, aspirasi dan pendapat dari manapun
Sebagai organisasi yang mempunyai fungsi datangnya; Kedua, sikap selektif, yaitu kecerdasan dalam
pendidikan, NU senantiasa berusaha secara sadar untuk memilih kepentingan yang paling baik (aslah), dan paling
menciptakan warga negara yang sadar akan hak dan memberikan dan manfaat untuk orang banyak (anfa’),
kewajiban terhadap bangsa dan negara. Ketiga, sikap integratif, yaitu kesediaan menyelaraskan,
NU sebagai jami’iyah (organisasi) tidak terikat menyerasikan dan menyumbangkan berbagai kepentingan
dengan organisasi politik dan organisasi kemasyarakatan dan aspirasi tersebut secara benar, adil, dan proporsional;
manapun. Warga NU sebagai warga negara mempunyai hak- Keempat, sikap kooperatif , yaitu kesediaan untuk hidup
hak politik yang dilindungi oleh undang-undang. Di dalam bersama dan bekerja sama dengan siapa pun dalam
menggunakan hak-hak politiknya harus dilakukan secara kegiatan kemasyarakatan, bukan yang bersifat ritual
bertanggung jawab, sehingga dengan demikian dapat (ibadah mahdhah).
ditumbuhkan sikap hidup yang demokratis, konstitusional, - NU memandang bahwa Pancasila adalah konsep bersama
taat hukum dan mampu mengembangkan mekanisme yang disepakati oleh seluruh lapisan bangsa sebagai
musyawarah dan mufakat dalam memecahkan permasalahan pedoman dalam kehidupan bernegara.
yang dihadapi bersama.
Keputusan tentang “wawasan kebangsaan” bagi C. Penutup
Nahdlatul Ulama sebagaimana diputuskan dalam muktamar Sebagai orang yang mengakui NU tentunya harus
ke 29 di Tasikmalaya tahun 1994 adalah sebagai berikut : mengetahui dan mengamalkan doktrin NU secara sempurna.
- NU menyatakan bahwa bangsa adalah sekelompok orang Dipertanyakan ke-NU-an seseorang kalau dia tidak
yang berada di wilayah geografis tertentu dan memiliki mengetahui dan mengamalkan doktrin NU.
kesamaan mengikatkan diri dalam suatu sistem dan Akhirnya, semoga tulisan singkat ini bermanfaat
tatanan kehidupan. Pengelompokan tersebut merupakan untuk kita semua. Amien
suatu realitas kehidupan yang diyakini sebagai kebutuhan
Catatan:
manusia yang fitri. Tulisan ini diambil dari Buku Doktrin Ansor:Refleksi Jati Diri GP ANSOR Sebagai
- NU sepenuhnya menyadari dan meyakini bahwa Organisasi Kader Karya Choirul Sholeh Rasyid
pluralitas (keberagaman) masyarakat Indonesia adalah
sunnatullah. -Selamat Hari Lahir (HARLAH) NU yang ke 85-
- NU memandang bahwa Islam memberikan jaminan dan
toleransinya dalam memelihara hubungan bersama
dengan meletakkan nilai-nilai universal, seperti prinsip-
BOARDING SCHOOL

“BENGKEL AKHLAK ANAK BANGSA”

MENERIMA PENDAFTARAN
SANTRI BARU
TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Alamat : Jl. Prof. Dr. Ir. Sutami Km. 3 Kp. Cisalam


Kel. Cijoro Pasir RT. 01/08 Kec. Rangkasbitung Kab.
Lebak – Banten 42316 Telp. (0252) 205021
HP 081574395752087772666451 E-mail
raudlatussholihin@yahoo.com.

MUKADIMAH
Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Raudlatus
Sholihin didirikan oleh KH Badrudin pada tahun 1991
dalam rangka mencetak kader muslim yang beraqidah
Ahlussunnah Wal Jama’ah, berakhlakul karimah,
YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM (YPI) berkualitas, berwawasan maju dan mempunyai
RAUDLATUS SHOLIHIN CISALAM keseimbangan antara ilmu dan amal serta
keseimbangan antara fikir, dzikir dan amal shaleh.

“SMP LA TAHZAN”
Pada mulanya Yayasan Pendidikan Islam (YPI) IPTEK untuk menyiapkan manusia Indonesia 14.00 – 15.30 Kajian kitab-kitab kuning
Raudlatus Sholihin ini hanya menyelenggarakan seutuhnya 15.30 – 16.30 Shalat asar dan sorogan kitab kuning
Pondok Pesantren Salafiyah dengan takhasus Tilawatil - Mewujudkan kegiatan pembelajaran dengan 16.30 – 18.00 Olah raga dan Mandi
Qur’an dan kajian kitab-kitab kuning (kutub el turats). mengintegrasikan aspek intelektualitas dan moralitas 18.00 – 19.00 Shalat Magrib dan Tilawatil Quran
Seiring dengan perkembangan zaman dan 19.00 – 20.00 Makan malam
AKTIVITAS PESANTREN
memperhatikan kebutuhan masyarakat maka pada 20.00 – 21.30 Shalat Isya dan belajar bersama
 Tahsin Al Qur’an, Tilawah Al Quran dan Tahfidz Al
tahun ini (2011) Yayasan Pendidikan Islam (YPI) 21.30 – 04.00 Istirahat (wajib tidur)
Quran
Raudlatus Sholihin menyelenggarakan pendidikan
formal, yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP) La  Kajian kitab-kitab kuning KURIKULUM PENDIDIKAN
Tahzan dengan jargon “bengkel akhlak”.  Disiplin penggunaan bahasa Indonesia, Arab dan Dalam proses pembelajaran SMP LA TAHZAN
SMP La Tahzan hadir dengan memadukan Inggris dalam percakapan sehari-hari memadukan kurikulum pendidikan Nasional dan
sistem sekolah dan pesantren, diharapkan mampu  Latihan pidato bahasa Arab, Inggris, Indonesia dan kurikulum Pesantren sebagai satuan pelajaran yang
mencetak santri yang memiliki keunggulan dalam Sunda. integral, bahasa pengantar yang digunakan disesuaikan
Tilawatil Qur’an, Qira’atil Kutub, dan berbahasa arab-  Berorganisasi dengan mata pelajaran, bahasa Indonesia untuk mata
inggris. Untuk merealisasikan harapan tersebut, SMP  Diskusi keagamaan pelajaran yang berbasis Nasional, bahasa Inggris untuk
La Tahzan selain ditunjang oleh fasilitas yang  Kursus komputer mata pelajaran bahasa Inggris dan bahasa Arab untuk
representatif, juga didukung oleh tenaga pengajar yang  Qosidah dan nasyid mata pelajaran bahasa Arab.
profesional dibidangnya.  Bela Diri
AKTIVITAS HARIAN SANTRI
VISI
04.00 – 06.15 Tahajud, shalat subuh dan sorogan al KAJIAN KITAB KUNING
Pelopor dalam IMTAK dan IPTEK, teladan dalam
Quran Kelas I Awamil, Matan Bina, Ta’lim Muta’alim,
bersikap dan bertindak, dan unggul dalam prestasi
06.15 – 07.15 Mandi dan sarapan pagi Hadits Arba’in, Tijan Darori, dan

07.15 – 12.15 Masuk Sekolah (Pukul 10.00 – 10.30 Safinatun Naja


MISI
Istirahat dan Shalat Dhuha) Kelas II Jurumiyah, Kaelani, Ta’lim Muta’alim,
- Menciptakan santri yang beriman dan bertaqwa
12.15 – 14.00 Shalat dzuhur, makan siang dan Qothrul Ghaist, Ariyyadhul Badi’ah, dan
kepada Allah SWT sebagai kader umat Islam dalam
istirahat. Khulashah Nurul Yaqin
proses penguasaan, pengembangan dan penerapan
Kelas III Nadzom Imrity, Nadzom Maqshud, 1. Uang Makan (3 x Sehari) Rp. 180.000 Allah yang maha penyayang”, sebagaimana diabadaikan dalam
2. Uang SPP Rp. 10.000 QS Al Furqan Ayat 63-76 adalah sebagai berikut:
Jauhar Tauhid, Fathul Qorib, Nashoihul 1. Tawadhu’ (Rendah hati): Bila berjalan, ia tidak bersikap
3. Uang Listrik Rp. 10.000 sombong dan angkuh, tetapi berjalan wajar dengan langkah
I’bad dan Khulashah Nurul Yaqin 4. Uang Sarana air bersih Rp. 10.000 yang tegap dan teratur.
5. Uang Komputer Rp. 5.000 Sebagaimana Firman Allah dalam QS Al Furqan/25:63
6. Uang Koperasi Rp. 5.000
FASILITAS PENUNJANG
7. Uang Kesehatan Rp. 5.000 Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah)
1. Asrama putra dan putri Rp. 225.000 orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati.

2. Komputer dan Internet 2. Murah hati: Apabila ada orang yang menghina dan
Lain-Lain: mencemoohkannya, ia tidak membalas kata-kata itu dengan
3. Perpustakaan Buku dan Kitab  Kebutuhan santri yang dapat di beli di Pondok : ucapan yang serupa, tetapi ia selalu berkata kepada orang yang
Krudung, Kasur, Bantal, Kitab, Buku, Alat Tulis, dan menghinanya itu dengan kata-kata baik “semoga Anda
4. Ruang proses belajar-mengajar (PBM) mendapatkan keselamatan”.
seragam
Sebagaimana ditegaskan dalam QS Al Furqan/25:63
5. Koppontren  Keterangan lebih lanjut dapat menghubungi
6. Wartel sekretariat penerimaan santri baru dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka
mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.

PENDAFTARAN SANTRI BARU 3. Mendirikan salat malam: Bangun tidur untuk mengerjakan
Waktu dan Tempat : salat malam, bermunajat dengan Tuhannya, memohon
Cisalam, 10 Juni 2011 ampunan-Nya dan mengharapkan karunia dan rida-Nya.
 Waktu : Tanggal 19 Juni s.d 22 Juli 2011 Sebagaimana diisyarahkan dalam QS Al Furqan/25:64
 Tempat : Sekertariat Penerimaan Calon Santri Baru
Ketua Yayasan Kepala SMP
Tahun Pelajaran 2011-2012 (Jl. Prof Dr. Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan
Ir. Sutami KM 3 Kp. Cisalam Kel. berdiri untuk Tuhan mereka
Cijoropasir Kec. Rangkasbitung Kab.
Lebak-Banten Tlp. 0252- 4. Takut neraka: Yakin dan percaya akan hari akhirat, hari hisab,
KH. Badrudin H. Asep Saefullah, S.PdI., M.Pd serta adanya surga dan neraka. Oleh karena itu, ia selalu
205021/081574395752/087772666451) bermohon kepada Tuhannya agar diselamatkan dari siksaan
Santri baru tiba di Pondok pada tanggal neraka yang amat dahsyat dan hebat.
23 Juli 2011 Allah berfirman dalam QS Al Furqan/25:65-66

Syarat-syarat Pendaftaran : Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, jauhkan azab
SIFAT-SIFAT ‘IBADURRAHMAN1
Jahannam dari kami, Sesungguhnya azabnya itu adalah
 Mengisi formulir H. Asep Saefullah, S.PdI., M.Pd.2 kebinasaan yang kekal".
 Menyerahkan foto-copy ijazah dan SKHUN SD/MI . Sesungguhnya Jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap
3 lembar (legalisir) dan tempat kediaman.
Semua manusia mendambakan hidup bahagia, sejahtera dan 5. Sederhana dalam membelanjakan harta: Tidak boros dalam
 Mengikuti tes baca – tulis al Quran dan Praktik selamat di dunia dan akhirat. Menuju hidup bahagia perlu resep
Ibadah membelanjakan harta bendanya, namun juga tidak kikir
yang mantap. Berikut ini akan penulis sajikan resep hidup qurani sehingga membawa kepada kerusakan dan juga tidak bersikap
 Membayar uang pendaftaran sebesar Rp. 100.000,- yang dapat mengantarkan seseorang pada kehidupan yang loba dan tamak karena yakin bahwa kedua sifat itu tidak diridai
 Membayar uang bulanan sebesar Rp. 225.000,- dibungkus dengan mutiara kebahagiaan. oleh Allah. Dia berada di tengah kedua sifat tersebut, yaitu tetap
Seorang mukmin akan hidup bahagia di dunia dan akhirat menafkahkan harta bendanya tanpa pemborosan atau tidak
apabila dalam dirinya terdapat sifat-sifat “‘ibadurrahman/hamba menahan harta itu untuk ditumpuk.
Alaokasi Administrasi Bulanan
Allah menegaskan melalui firman-Nya dalam QS Al 10. Senantiasa berdo’a kepada Allah agar dia dan
Furqan/25:67 keluarganya hidup bahagia diberi keturunan yang baik
dan saleh sehingga dapat menjadi contoh teladan bagi
Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka generasi selanjutnya, karena ia ingin agama Allah bertambah
tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah banyak pengikutnya.
(pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. Allah berfirman dalam QS Al Furqan/25:74
6. Tauhid: Tidak pernah mempersekutukan Allah dengan apa pun
juga dalam segala tindak-tanduknya karena dia meyakini bahwa Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami,
menyeleweng dari faham tauhid akan membawa kemurkaan anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan
Allah. kami sebagai penyenang hati (Kami), dan jadikanlah kami
Firman Allah dalam QS Al Furqan/25:68 imam bagi orang-orang yang bertakwa

Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain Orang yang telah mencapai predikat “’ibadurrahman/hamba
beserta Allah Allah yang maha penyayang” ini pasti diridai Allah SWT.
7. Tidak pernah melakukan pembunuhan dan perzinahan Ketika di dunia, ia akan dihormati karena ketinggian akhlak
karena perbuatan keji itu adalah dosa yang amat besar yang dan ketaatannya menjalankan perintah Allah SWT. dan di
akan dibalas oleh Allah nanti dengan siksaan yang pedih dan akhirat nanti ia akan ditempatkan pada tempat yang paling
menghinakan mulia dan paling tinggi di dalam surga.
Allah berfirman dalam QS Al Furqan/25:68
Keterangan:
1. Tulisan ini disampaikan pada acara pengajian guru SMPN 2
dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah Rangkasbitung pada Hari Jum’at tanggal 18 November 2011
(membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak 2. Penulis adalah pengasuh Pondok Pesantren La Tahzan (SMP-
berzina SMA):Bengkel Akhlak Anak Bangsa Cisalam Rangkasbitung
8. Tidak pernah melakukan sumpah palsu, membela orang
yang zalim atau orang yang berbuat kesalahan, tidak mau
mendengarkan omongan yang tidak berguna seperti bergunjing
dan lain sebagainya. Karena ia menganggap waktunya amat
berharga dan dirinya tidak patut berbuat hal-hal yang sia-sia
seperti itu.
Sebagaimana Firman Allah dalam QS Al Furqan/25:72

Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu,


dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang
mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah,
mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.
9. Mengindahkan semua ajaran Allah baik berupa perintah
maupun larangan karena ia meyakini bahwa mentaati Allah dan
menjauhi larangan-Nya akan membawa pada kebahagiaan di
dunia dan di akhirat.
Firman Allah dalam QS Al Furqan/25:73

Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-


ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai
orang- orang yang tuli dan buta.
kemudian menonjol setelah lahirnya madzhab Mu’tazilah pada abad ke-II
H. Sejarahnya sebagai berikut:
Seorang ulama besar bernama Al-Imam Al-Bashry dari
golongan At-Tabi’in di Bashrah mempunyai sebuah Majelis Ta’lim, tempat
mengembangkan dan memancarkan ilmu Islam. Beliau wafat tahun 110
H. Diantara murid beliau, Washil bin ‘Atha adalah seorang murid yang
pandai dan fasih dalam bahasa arab. Pada suatu ketika timbul masalah
MENGENAL AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH1 antara guru dengan murid “ tentang seorang mu’min yang melakukan
(H. Asep Saefullah, S.PdI., M.Pd.) 2 dosa besar”. Apakah ia masih tetap mu’min atau tidak ?
Menurut Al-Imam Hasan Al-Bashry, dia tetap mu’min selama
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, tetapi ia fasik dengan perbuatan
Dengan timbulnya bermacam-macam aliran/madzhab dalam maksiatnya. Keterangan ini berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadist karena
Islam sehingga banyak membawa keragu-raguan bahkan menjurus imam Hasan Al-Bashry mempergunakan dalil akal tetapi lebih
kepada keresahan umat, tentu kita sebagai umat Islam harus punya mengutamakan dalil Qur’an dan Hadist. Tetapi menurut muridnya Washil
pilihan yang tepat dan benar. Terkait dengan ini, Nahdhatul Ulama (NU) bin ‘Atha orang mu’min yang melakukan dosa besar sudah bukan mu’min
dalam menjalankan ajaran agama Islam memilih madzhab Ahlus Sunnah lagi, dia berpegang pada akalnya. Bagaimana seorang mu’min
Wal Jama’ah. Pilihan NU sangat argumentatif karena berdasarkan pada melakukan dosa besar?, berarti iman yang ada padanya adalah iman
Hadits Nabi (lihat sabda Nabi riwayat Ibnu Majah dalam kitab El Milal Wa dusta. Semenjak itulah maka para ulama yang mengutamakan dalil
El Nihal Juz 1 hal 13). Berikut ini, penulis akan mencoba untuk mengurai Qur’an dan Hadist daripada dalil akal mulai memasyarakatkan cara dan
secara singkat tentang Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dalam perspektif NU. sistem mereka di dalam memahami agama, kemudian disebut kelompok
Ahlu Sunnah Wal Jama’ah
A. Pengertian
Perkataan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah terdiri dari tiga kata,
pertama perkataan ahlun, kedua as-sunnah, dan ketiga al-jama’ah. C. Metode Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dalam ilmu Tauhid
Di dalam mempelajari ilmu tauhid madzhab Ahlus Sunnah Wal
Jama’ah menggunakan dalil-dalil Aqli (rasio) dan Naqli (Qur’an dan
 Ahlun bisa diartikan keluarga ( QS. Huud: 45 dan QS Toha : Hadist). Namun dalam operasionalisasinya, madzhab Ahlussunnah Wal
132 ), Penduduk (QS. Al-A’raf : 96), dan disiplin ilmu (QS.
Jama’ah ini mendahulukan dalil naqli daripada dalil aqli. Akal manusia
An-Nahl: 43)
diibaratkan mata, kemudian dalil naqli diibaratkan pelita, agar mata kita
 As-sunnah secara etimologi (bahasa) adalah At-thariqah, yaitu
tidak tersesat, maka pelita kita letakkan di depan kemudian mata (akal
jalan/sistem/cara/tradisi. Sedangkan menurut terminologi
manusia) mengikuti pelita (dalil Qur’an dan Hadist) bukan Qur’an dan
(istilah) ialah perkataan, perbuatan, dan persetujuan Nabi SAW.
Hadist yang disesuaikan dengan akal manusia.
 Al-Jama’ah secara etimologi (bahasa) berarti bilangan lebih
dari dua dan seterusnya. Sedangkan menurut terminologi
(istilah) ialah kelompok mayoritas dalam golongan Islam.
D. Metode Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dalam Ilmu Fiqih
Di dalam menentukan hukum fiqih madzhab Aswaja bersumber
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ahlus Sunnah Wal
pada 3 pokok, yaitu:
Jama’ah adalah golongan terbesar umat Islam yang mengikuti sistem
pemahaman Islam, baik dalam tauhid maupun fiqih dengan  Al-Qur’an
mengutamakan dalil Qur’an dan hadist daripada dalil akal.  As-Sunnah
Dalam perkataan lain dapat dikatakan bahwa Ahlus Sunnah  Ijtihad (Ijma’ dan Qiyas)
Wal Jama’ah adalah golongan yang menganut i’tiqad sebagai i’tiqad yang
dianut oleh Nabi Muhammad SAW dan Shahabat-shahabat beliau.
E. Tokoh Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dalam Ilmu Tauhid
B. Sejarah dikenalnya Ahlus Sunnah Wal Jama’ah  Imam Abul Hasan Al-Asy’ari ( 260-324 )
Sebenarnya sistem pemahaman Islam menurut Ahlus Sunnah  Imam Abul Mansur Al-Maturidi ( Wafat 333 H )
Wal Jama’ah hanya merupakan kelangsungan disain yang dilakukan
sejak zaman Rasulullah SAW dan Khulafaurrosydin. Namun sistem ini
I’tiqad (paham) Ahlus Sunah Wal Jama’ah yang telah disusun Wallahul Muwaffiq Ila Aqwamit Thoriq
oleh Imam Abul Hasan Al Asy’ari meliputi 6 faktor, yaitu:
 Tentang Ketuhanan Keterangan:
 Tentang Malaikat-malaikat Allah 1. Tulisan ini disampaikan pada acara Pesantren Kebangsaan FKRML
 Tentang Kitab-kitab Allah yang diselenggarakan pada hari Sabtu-Senin tanggal 22-24
Ramadhan 1438 H / 17-19 Juni 2017 M bertempat di Masjid Agung Al
 Tentang Rasul-rasul Allah A’raf Rangkasbitung
 Tentang Hari Akhir 2. Penulis adalah Pengasuh Pondok Pesantren La Tahzan (SMP-SMA)
 Tentang Qadha dan Qadar Kp. Kalapa Tilu Desa Citeras Kec. Rangkasbitung Kab. Lebak
F. Tokoh Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dalam Ilmu Fiqih HP/WA 085775511500 dan Ketua PC Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama
 Imam Hanafi ( 80-150 H ) (ISNU) Kabupaten Lebak
 Imam Maliki ( 93-179 H )
 Imam Syafi’i ( 150-204 H )
 Imam Hambali ( 164-248 H)

G. Metode Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dalam memutuskan


masalah
Di dalam memutuskan sesuatu masalah, tentu kita dapat
memutuskan dengan cepat. Kita harus mengadakan penelitian yang
cermat terhadap masalah tersebut tetapi kita harus meneliti dalam
menentukan hukum. Pertama: kita melihat perbuatan tersebut ada
perintahnya dalam al-quran dan as-Sunnah?, Kedua: Kalau perintah
terhadap perbuatan tersebut, tidak ada baik dalam al-quran maupun as-
Sunnah kita lihat kembali, apakah ada larangan terhadap perbuatan
tersebut?, ketiga: kalau perintah dan larangan terhadap perbuatan
tersebut tidak ada dalam al-quran dan as-Sunnah, kita tinjau kembali,
apakah perbuatan tersebut ada maslahatnya terhadap agama?, keempat:
kalau ternyata perbuatan tersebut tidak ada maslahatnya, kita tinjau
kembali, apakah perbuatan tersebut ada mudaratnya (bahayanya)
terhadap agama?, setelah tahapan – tahapan tersebut di atas baru kita
dapat menentukan hukum :

 Apabila ada perintah dalam al-quran dan as-Sunnah maka


hukumnya tidak terlepas dari wajib atau sunnah
 Apabila ada larangan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, maka
hukumnya tidak terlepas dari haram atau makruh
 Apabila perintah dan larangan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah
tidak ada, tetapi mengandung maslahat, maka hukumnya
Sunnah (baik)
 Apabila larangan dan perintah dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah
tidak ada dan perbuatan tersebut membawa mudarat maka
hukumnya haram
 Apabila perintah dan larangan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah
tidak ada dan perbuatan tersebut tidak mengandung maslahat
dan mudarat maka hukumnya Ibahah

Anda mungkin juga menyukai