Anda di halaman 1dari 23

Massive Open

Online Course
(MOOC)

Disusun oleh :
SITI JAROH S.Pd

NI P. 197305042022212003
SAMBUTAN – SAMBUTAN

Sejalan dengan pengembangan kurikulum Pelatihan Dasar Calon


Pegawai Negeri Sipil (CPNS), CPNS wajib menjalani masa percobaan yang
dilaksanakan melalui proses pelatihan terintegrasi.Pelatihan Dasar CPNS
bertujuan untuk mengembangkan kompetensi CPNS yang dilakukan secara
terintegrasi.

Pembelajaran dalam Pelatihan Dasar CPNS terdiri atas empat agenda


yaitu Agenda Sikap Perilaku Bela Negara, Agenda Nilai-Nilai Dasar PNS,
Agenda Kedudukan dan Peran PNS untuk mendukung terwujudnya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undanganSmartGoverdananceAgenda
Habituasi. Setiap agenda terdiri dari beberapa mata pelatihan yang berbentuk
bahan ajar. Bahan ajar Pelatihan Dasar CPNS merupakan acuan minimal bagi
para pengajar dalam menumbuh kembangkan pengetahuan, keterampilan dan
sikap peserta Pelatihan Dasar CPNS terkait dengan isi dari bahan ajar yang
sesuai agenda dalam pedoman Pelatihan Dasar CPNS. Oleh karena bahan ajar
ini merupakan produk yang dinamis, maka para pengajar dapat meningkatkan
pengembangan inovasi dan kreativitasnya dalam mentransfer isi bahan ajar ini
kepada peserta Pelatihan Dasar CPNS. Selain itu, peserta Pelatihan Dasar CPNS
dituntut kritis untuk menelaah isi dari bahan ajar Pelatihan Dasar CPNS ini.
Sehingga apa yang diharapkan penulis, yaitu pemahaman secara keseluruhan
dan kemanfaatan dari bahan ajar ini tercapai.
BERORIENTASI PELAYANAN

Mata Pelatihan ini diberikan untuk memfasilitasi pembentukan nilai


Berorientasi Pelayanan pada peserta melalui substansi pembelajaran yang
terkait dengan bagaimana memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat;
ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan; serta melakukan perbaikan tiada
henti. Mata Pelatihan ini merupakan bagian dari Pembelajaran Agenda II
Pelatihan Dasar CPNS yang dalam penyampaiannya dapat dilakuan secara
terintegrasi dengan 6 (enam) Mata Pelatihan Agenda II yang lainnya, baik pada
fase pembejalaran mandiri, jarak jauh, maupun klasikal.

Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib mendengar


dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya. Tidak hanya terkait
dengan bentuk dan jenis pelayanan publik yang mereka butuhkan akan tetapi
juga terkait dengan mekanisme penyelenggaraan layanan, jam pelayanan,
prosedur, dan biaya penyelenggaraan pelayanan. Sebagai klien masyarakat,
birokrasi wajib mendengarkan aspirasi dan keinginan masyarakat.
Citra positif ASN sebagai pelayan publik terlihat dengan perilaku melayani
dengan senyum, menyapa dan memberi salam, serta berpenampilan rapih;
melayani dengan cepat dan tepat waktu; melayani dengan memberikan
kemudahan bagi Anda untuk memilih layanan yang tersedia; serta melayani
dengan dengan kemampuan, keinginan dan tekad memberikan pelayanan yang
prima.

Pemberian layanan bermutu tidak boleh berhenti ketika kebutuhan


masyarakat sudah dapat terpenuhi, melainkan harus terus ditingkatkan dan
diperbaiki agar mutu layanan yang diberikan dapat melebihi harapan pengguna
layanan. Layanan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan layanan hari
esok akan menjadi lebih baik dari hari ini (doing something better and better).

Dalam rangka mencapai visi reformasi birokrasi serta memenangkan


persaingan di era digital yang dinamis, diperlukan akselerasi dan upaya luar
biasa (keluar dari rutinitas dan business as usual) agar tercipta breakthrough
atau terobosan, yaitu perubahan tradisi, pola, dan cara dalam pemberian
pelayanan publik. Terobosan itulah yang disebut dengan inovasi pelayanan
publik. Konteks atau permasalahan publik yang dihadapi instansi pemerintah
dalam memberikan layanannya menjadi akar dari lahirnya suatu inovasi
pelayanan publik. Dalam lingkungan pemerintahan banyak faktor yang
mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya inovasi pelayanan publik,
diantaranya komitmen dari pimpinan, adanya budaya inovasi, dan dukungan
regulasi. Adanya kolaborasi antara pemerintah, partisipasi masyarakat, dan
stakeholders terkait lainnya perlu dibangun sebagai strategi untuk mendorong
tumbuh dan berkembangnya inovasi.
WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI NILAI BELA NEGARA

Bahan pembelajaran (Bahan Pembelajaran) kesadaran berbangsa dan


bernegara di susun untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan peserta
Pelatihan terhadap wawasan kebangsaan, kesadaran bela Negara dan Sistem
Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pancasila sebagaimana dimuat dalam Pembukaan UUD 1945 yang


ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945, merupakan dasar negara Republik
Indonesia, baik dalam arti sebagai dasar ideologi maupun filosofi bangsa.
Kedudukan Pancasila ini dipertegas dalam UU No. 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan sebagai sumber dari segala
sumber hukum negara. Artinya, setiap materi muatan kebijakan negara,
termasuk UUD 1945, tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila.

Dari sudut hukum, UUD 1945, merupakan tataran pertama dan utama
dari penjabaran lima norma dasar negara (ground norms) Pancasila beserta
norma- norma dasar lainnya yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945,
menjadi norma hukum yang memberi kerangka dasar hukum sistem
penyelengagaran negara pada umumnya, atau khususnya sistem
penyelenggaraan negara yang mencakup aspek kelembagaan, aspek
ketatalaksanaan, dan aspek sumber daya manusianya.

Konstitusi atau UUD, yang bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia


disebut UUD 1945 hasil Amandemen I, II, III dan IV terakhir pada tahun 2002
(UUD 1945) merupakan hukum dasar tertulis dan sumber hukum tertinggi
dalam hierarkhi peraturan perundang-undangan Republik Indonesia. Atas
dasar itu, penyelenggaraan negara harus dilakukan untuk
disesuaikan dengan arah dan kebijakan
penyelenggaraan negara yang berlandaskan
Pancasila dan konstitusi negara, yaitu UUD 1945.

Pembukaan UUD 1945 sebagai dokumen yang ditempatkan di bagian


depan UUD 1945, merupakan tempat dicanangkannya berbagai norma dasar
yang melatar belakangi, kandungan cita-cita luhur dari Pernyataan Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945, dan oleh karena itu tidak akan berubah atau
dirubah, merupakan dasar dan sumber hukum bagi Batang-tubuh UUD 1945
maupun bagi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia apapun yang
akan atau mungkin dibuat. Norma-norma dasar yang merupakan cita-cita luhur
bagi Republik Indonesia dalam penyelenggaraan berbangsa dan bernegara
tersebut dapat ditelusur pada Pembukaan UUD 1945 tersebut yang terdiri dari
empat (4) alinea.

Dari sudut hukum, batang tubuh UUD 1945 merupakan tataran pertama
dan utama dari penjabaran 5 (lima) norma dasar negara (ground norms)
Pancasila beserta norma-norma dasar lainnya yang termuat dalam Pembukaan
UUD 1945, menjadi norma hukum yang memberi kerangka dasar hukum sistem
administrasi
negara Republik Indonesia pada umumnya, atau khususnya sistem
penyelenggaraan pemerintahan negara yang mencakup aspek kelembagaan,
aspek ketatalaksanaan, dan aspek sumber daya manusianya.
SMART ASN

Berdasarkan arahan bapak presiden pada poin pembangunan SDM dan


persiapan kebutuhan SDM talenta digital, Literasi digital berfungsi untuk
meningkatkan kemampuan kognitif sumber daya manusia di Indonesia agar
keterampilannya tidak sebatas mengoperasikan gawai. Kerangka kerja literasi
digital untuk kurikulum terdiri dari digital skill, digital culture, digital ethics,
dan digital safety. Kerangka kurikulum literasi digital digunakan sebagai
metode pengukuran tingkat kompetensi kognitif dan afektif masyarakat dalam
menguasai teknologi digital

Digital skill merupakan Kemampuan individu dalam mengetahui,


memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta
sistem operasi digital dalam kehidupan sehari-hari. Digital culture merupakan
Kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan,
memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan
Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari dan digitalisasi kebudayaan
melalui pemanfaatan TIK. Digital ethics merupakan Kemampuan individu
dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan,
mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette)
dalam kehidupan sehari- hari. Digital safety merupakan Kemampuan User
dalam mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang dan
meningkatkan kesadaran pelindungan data pribadi dan keamanan digital dalam
kehidupan sehari-hari.

Literasi digital sering kita anggap sebagai kecakapan menggunakan


internet dan media digital. Namun begitu, acap kali ada pandangan bahwa
kecakapan penguasaan teknologi adalah kecakapan yang paling utama. Padahal
literasi digital adalah sebuah konsep dan praktik yang bukan sekadar
menitikberatkan pada kecakapan untuk menguasai teknologi.

Lebih dari itu, literasi digital juga banyak menekankan pada kecakapan
pengguna media digital dalam melakukan proses mediasi media digital yang
dilakukan secara produktif (Kurnia & Wijayanto, 2020; Kurnia & Astuti, 2017).
Seorang pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak
hanya mampu mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital
dengan penuh tanggung jawab.

Terdapat dua poros yang membagi area setiap domain kompetensi. Poros
pertama, yaitu domain kapasitas ‘single–kolektif’ memperlihatkan rentang
kapasitas literasi digital sebagai kemampuan individu untuk mengakomodasi
kebutuhan individu sepenuhnya hingga kemampuan individu untuk berfungsi
sebagai bagian dari masyarakat kolektif/ . Sementara itu, poros berikutnya
adalah domain ruang ‘informal–societformal’ yang memperlihatkan ruang
pendekatan dalam penerapan kompetensi literasi digital. Ruang informal
ditandai dengan pendekatan yang cair dan fleksibel, dengan instrumen yang
lebih menekankan pada kumpulan individu sebagai sebuah kelompok
komunitas/masyarakat.
Sedangkan ruang formal ditandai dengan pendekatan yang lebih terstruktur
dilengkapi instrumen yang lebih menekankan pada kumpulan individu sebagai
‘warga negara digital.’ Blok-blok kompetensi semacam ini memungkinkan kita
melihat kekhasan setiap modul sesuai dengan domain kapasitas dan ruangnya.
Dunia digital saat ini telah menjadi bagian dari keseharian kita. Berbagai
fasilitas dan aplikasi yang tersedia pada gawai sering kita gunakan untuk
mencari informasi bahkan solusi dari permasalahan kita sehari- hari. Durasi
penggunaan internet harian masyarakat Indonesia hingga tahun 2020 tercatat
tinggi, yaitu 7 jam 59 menit (APJII, 2020. Angka ini melampaui waktu rata- rata
masyarakat dunia yang hanya menghabiskan 6 jam 43 menit setiap harinya.
Bahkan menurut hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia
(APJII) tahun 2020, selama pandemi COVID-19 mayoritas masyarakat
Indonesia mengakses internet lebih dari 8 jam sehari. Pola kebiasaan baru untuk
belajar dan bekerja dari rumah secara daring ikut membentuk perilaku kita
berinternet. Literasi Digital menjadi kemampuan wajib yang harus dimiliki oleh
masyarakat untuk saling melindungi hak digital setiap warga negara.
ANALISIS ISU KONTEMPORER

Mata Pelatihan ini membekali peserta dengan kemampuan memahami


konsepsi perubahan dan perubahan lingkungan strategis melalui isu-isu strategis
kontemporer sebagai wawasan strategis PNS dengan menyadari pentingnya
modal insani, dengan menunjukan kemampuan berpikir kritis dalam
menghadapi perubahan lingkungan strategis.

Perubahan adalah sesuatu keniscayaan yang tidak bisa dihindari, menjadi


bagian yang selalu menyertai perjalanan peradaban manusia. Cara kita
menyikapi terhadap perubahan adalah hal yang menjadi faktor pembeda yang
akan menentukan seberapa dekat kita dengan perubahan tersebut, baik pada
perubahan lingkungan individu, keluarga (family), Masyarakat pada level lokal
dan regional (Community/ Culture), Nasional (Society), dan Dunia (Global).
Dengan memahami penjelasan tersebut, maka yang perlu menjadi fokus
perhatian adalah mulai membenahi diri dengan segala kemampuan, kemudian
mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki dengan memperhatikan modal
insani (manusia) yang merupakan suatu bentuk modal (modal intelektual,
emosional, sosial, ketabahan, etika/moral, dan modal kesehatan (kekuatan)
fisik/jasmani) yang tercermin dalam bentuk pengetahuan, gagasan, kreativitas,
keterampilan, dan produktivitas kerja.

Perubahan lingkungan stratejik yang begitu cepat, massif, dan


complicated saat ini menjadi tantangan bagi bangsa Indonesia dalam percaturan
global untuk meningatkan daya saing sekaligus mensejahterakan kehidupan
bangsa. Pada perubahan ini perlu disadari bahwa globalisasi baik dari sisi positif
apalagi sisi negatif sebenarnya adalah sesuatu yang tidak terhindarkan dan
bentuk dari konsekuensi logis dari interaksi peradaban antar bangsa. Terdapat
beberapa isu-isu strategis kontemporer yang telah menyita ruang publik harus
dipahami dan diwaspadai serta menunjukan sikap perlawanan terhadap isu-isu
tersebut. Isu-isu strategis kontemporer yang dimaksud yaitu: korupsi, narkoba,
terorisme dan radikalisasi, tindak pencucian uang (money laundring), dan proxy
war dan isu Mass Communication dalam bentuk Cyber Crime, Hate Speech, dan
Hoax.

Strategi bersikap yang harus ditunjukan adalah dengan cara-cara objektif


dan dapat dipertanggungjawabkan serta terintegrasi/komprehensif. Oleh karena
itu dibutuhkan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan objektif terhadap satu
persoalan, sehingga dapat merumuskan alternatif pemecahan masalah yang
lebih baik dengan dasar analisa yang matang.
MANAJEMEN APARATUR SIPIL NEGARA

Aparatur Sipil Negara mempunyai peran yang amat penting dalam


rangka menciptakan masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban
modern, demokratis, makmur, adil, dan bermoral tinggi dalam
menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat secara adil dan merata,
menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan pebuh kesetiaan kepada
Pancasila dan Undang Undang Dasar Tahun 1945. Kesemuanya itu dalam
rangka mencapai tujuan yang dicita- citakan oleh bangsa Indonesia

Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK.


Manajemen PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan,
pangkat dan jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi,
penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin,
pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua, dan perlindungan.

Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan; pengadaan; penilaian


kinerja; penggajian dan tunjangan; pengembangan kompetensi; pemberian
penghargaan; disiplin; pemutusan hubungan perjanjian kerja; dan
perlindungan. Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada
kementerian, kesekretariatan lembaga negara, lembaga nonstruktural, dan
Instansi Daerah dilakukan secara terbuka dan kompetitif di kalangan PNS
dengan memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan
dan latihan, rekam jejak jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang
dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pejabat
Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi selama 2
(dua) tahun terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi, kecuali Pejabat
Pimpinan Tinggi tersebut melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan
dan tidak lagi memenuhi syarat jabatan yang ditentukan.

Penggantian pejabat pimpinan tinggi utama dan madya sebelum 2 (dua)


tahun dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan Presiden. Jabatan Pimpinan
Tinggi hanya dapat diduduki paling lama 5 (lima) tahun. Dalam pengisian
Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat Pembina Kepegawaian memberikan laporan
proses pelaksanaannya kepada KASN.

KASN melakukan pengawasan pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi baik


berdasarkan laporan yang disampaikan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
maupun atas inisiatif sendiri. Pegawai ASN dapat menjadi pejabat Negara.
Pegawai ASN dari PNS yang diangkat menjadi Pejabat Negara diberhentikan
sementara dari jabatannya dan tidak kehilangan status sebagai PNS. Pegawai
ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia.
Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan: menjaga kode
etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN; dan mewujudkan jiwa korps
ASN sebagai pemersatu bangsa. Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan
akurasi pengambilan keputusan dalam Manajemen ASN diperlukan Sistem
Informasi ASN. Sistem Informasi ASN diselenggarakan secara nasional dan
terintegrasi antar-Instansi Pemerinta. Sengketa Pegawai ASN diselesaikan
melalui upaya administratif. Upaya administratif terdiri dari keberatan dan
banding administrative.
AKUNTABEL

Dalam Mata Diklat Akuntabel, secara substansi pembahasan berfokus


pada pembentukan nilai-nilai dasar akuntabilitas. Peserta diklat akan dibekali
melalui substansi pembelajaran yang terkait dengan pelaksanaan tugas dengan
jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan berintegritas tinggi, penggunaan
kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan
efisien serta tidak menyalahgunakan kewenangan jabatannya.

Ketersediaan informasi publik telah memberikan pengaruh yang besar


pada berbagai sektor dan urusan publik di Indonesia. Salah satu tema penting
yang berkaitan dengan isu ini adalah perwujudan transparansi tata kelola
keterbukaan informasi publik, dengan diterbitkannya UU Nomor 14 Tahun 2008
tentang Keterbukaan Informasi Publik (selanjutnya disingkat: KIP).

Aparat pemerintah dituntut untuk mampu menyelenggarakan pelayanan


yang baik untuk publik. Hal ini berkaitan dengan tuntutan untuk memenuhi
etika birokrasi yang berfungsi memberikan pelayanan kepada masyarakat. Etika
pelayanan publik adalah suatu panduan atau pegangan yang harus dipatuhi oleh
para pelayan publik atau birokrat untuk menyelenggarakan pelayanan yang baik
untuk publik. Buruknya sikap aparat sangat berkaitan dengan etika.

Ada 2 jenis umum konflik kepentingan yaitu keuangan (Penggunaan


sumber daya lembaga termasuk dana, peralatan atau sumber daya aparatur untuk
keuntungan pribadi) dan non-keuangan (Penggunaan posisi atau wewenang
untuk membantu diri sendiri dan /atau orang lain).

Untuk membangun budaya antikorupsi di organisasi pemerintahan, dapat


mengadopsi langkah-langkah yang diperlukan dalam penanganan Konflik
Kepentingan:

- Penyusunan Kerangka Kebijakan,


- Identifikasi Situasi Konflik Kepentingan,
- Penyusunan Strategi Penangan Konflik Kepentingan, dan
- Penyiapan Serangkaian Tindakan Untuk Menangani Konflik
Kepentingan.
KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA

Pelatihan ini membekali peserta untuk dapat memahami kerangka bela


negara dalam Latsar CPNS dan dasar-dasar kesiapsiagaan bela negara,
menyusun rencana aksi bela negara dan melakukan kegiatan kesiapsiagaan bela
negara sebagai kemampuan awal bela negara dengan menunjukkan sikap
perilaku bela negara melalui aktivitas di luar kelas melalui kegiatan praktik
peraturan baris berbaris, tata upacara sipil, dan keprotokolan, bermain peran
sebagai badan pengumpul keterangan, kemudian diakhiri dengan melakukan
kegiatan ketangkasan fisik dan penguatan mental dengan penekanan pada
aspek kedisiplinan, kepemimpinan, kerjasama, dan prakarsa menggunakan
metode- metode pembelajaran di alam terbuka dalam rangka membangun
komitmen dan loyalitas terhadap negara dalam menjalankan tugas sebagai PNS
profesional pelayan masyarakat.

Kesiapsiagaan bela negara merupakan aktualisasi nilai-nilai bela negara


dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai peran dan
profesi warga negara, demi menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan
keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk ancaman yang pada hakikatnya
mendasari proses nation and character building. Proses nation and character
building tersebut didasari oleh sejarah perjuangan bangsa, sadar akan ancaman
bahaya nasional yang tinggi serta memiliki semangat cinta tanah air, kesadaran
berbangsa dan bernegara, yakin Pancasila sebagai idiologi negara, kerelaan
berkorban demi bangsa dan Negara.

Kesiapsiagaan Bela Negara merupakan kondisi Warga Negara yang


secara fisik memiliki kondisi kesehatan, keterampilan dan jasmani yang prima
serta secara kondisi psikis yang memiliki kecerdasan intelektual, dan spiritual
yang baik, senantiasa memelihara jiwa dan raganya memiliki sifat-sifat disiplin,
ulet, kerja keras dan tahan uji, merupakan sikap mental
dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaan kepada NKRI yang
berdasarkan Pancasila dan UUD NRI 1945 dalam menjamin kelangsungan
hidup berbangsa dan bernegara.
Kesiapsiagaan bela negara diarahkan untuk menangkal faham-faham, ideologi,
dan budaya yang bertentangan dengan nilai kepribadian bangsa Indonesia,
merupakan kesiapsiagaan yang terintegrasi guna menghadapi situasi kontijensi
dan eskalasi ancaman sebagai dampak dari dinamika perkembangan lingkungan
strategis yang juga mempengaruhi kondisi dalam negeri yang dipicu oleh faktor
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan. Dewasa ini
lingkungan strategis berkembang sangat dinamis, penuh ketidakpastian dan
kompleks, sehingga sangat sulit bagi suatu negara untuk mengetahui potensi dan
hakikat ancaman serta tantangan terhadap kepentingan nasionalnya. Sejalan
dengan perkembangan zaman, proses globalisasi telah mengakibatkan
munculnya fenomena baru yang dapat berdampak positif yang harus dihadapi
bangsa Indonesia, seperti demokratisasi, penghormatan terhadap hak asasi
manusia, tuntutan supremasi hukum, transparansi, dan akuntabilitas. Fenomena
tersebut juga membawa dampak negatif yang merugikan bangsa dan negara
yang pada gilirannya dapat menimbulkan ancaman terhadap kepentingan
nasional.

Perjuangan bangsa Indonesia telah memberikan pengalaman berharga


dengan nilai-nilai luhur yang masih terus dipertahankan. Hal ini terwujud
melalui perjuangan bangsa dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan
Indonesia yang senantiasa melibatkan warga negara. Pemantapan kesiapsiagaan
bela negara bagi warga negara, merupakan implementasi pencapaian sasaran
strategis terhadap nilai-nilai bela Negara dalam rangka menjaga eksistensi
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) sebagai calon aparatur


pemerintahan sudah seharusnya mengambil bagian di lini terdepan dalam setiap
upaya bela negara, sesuai bidang tugas dan tanggungjawab masing-masing.
Kesiapsiagaan bela negara bagi CPNS adalah kesiapan untuk mengabdikan diri
secara total kepada negara dan bangsa dan kesiagaan untuk menghadapi berbagi
ancaman multidimensional yang bisa saja terjadi di masa yang akan dating,
Kesiapsiagaan bela negara bagi CPNS menjadi titik awal langkah penjang
pengabdian yang didasari oleh nilai-nilai dasar negara. Ketangguhan mental
yang didasarkan pada nilai-nilai cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan
bernegara, yakin Pancasila sebagai idiologi negara, kerelaan berkorban demi
bangsa dan negara akan menjadi sumber energi yang luar biasa dalam
pengabian sebagai abdi negara dan abdi rakyat.

Cinta Tanah Air Kesadaran Berbangsa dan bernegara, misalnya yakin


terhadap Pancasila sebagai ideologi negara dan rela berkorban untuk bangsa dan
negara, ini adalah contoh awal kesediaan bela negara. Banyak contoh lain
misalnya melestarikan budaya, mentaati aturan. Beberapa contoh lain
diantaranya adalah kesadaran untuk melestarikan khasanah budaya bangsa yang
adi luhung, terutama kebudayaan daerah dari sabang sampai merauke yang
beraneka ragam.

Jangan sampai terjadi pengakuan dari negara lain yang menyebutkan


kekayaan daerah Indonesia sebagai hasil kebudayaan asli mereka. Sudah banyak
contoh kebudayaan asli Indonesia yang di klaim sebagai kebudayaan asli
mereka, karena kita tidak pernah mencintai apalagi menjaganya. Sudah banyak
juga contoh orang asing yang belajar habis-habisan kebudayaan Indonesia
dipentaskan di negaranya, kita sebagai pewarisnya justru sebagai penonton saja.

Hal lain yang bisa dicontohkan adalah adanya kepatuhan dan ketaatan
pada hukum yang berlaku. Hal ini sebagai
perwujudan rasa cinta tanah air dan bela bangsa. Karena dengan taat pada
hukum yang berlaku akan menciptakan keamanan dan ketentraman bagi
lingkungan serta mewujudkan rasa keadilan di tengah masyarakat.
Meninggalkan korupsi. Korupsi merupakan penyakit bangsa karena merampas
hak warga negara lain untuk mendapatkan kesejahteraan. Dengan meninggalkan
korupsi, kita akan membantu masyarakat dan bangsa dalam meningkatkan
kualitas kehidupan.
Kesiapsiagaan bela negara bagi CPNS bukanlah kesiapsiagaan untuk
melaksanaan perjuangan fisik seperti para pejuang terdahulu, tetapi bagaimana
melanjutkan perjuangan mereka dengan pranata nilai yang sama demi kejayaan
bangsa dan negara Indonesia.
KOMPETEN

Dikaitkan dengan profesionalisme ASN, setiap ASN perlu berlandaskan


pada aspek merit, sesuai dengan latar belakang kualifikasi (antara lain
pendidikan, pengalaman, dan pelatihan), kompeten (sesuai dengan kompetensi
teknis, manajerial, dan social kultural) dan memiliki bukti kinerja yang sesuai
serta memiliki kepatuhan pada etika kerja (nilai-nilai Dasar ASN, dan kode etik
ASN). Seiring dengan telah ditetapkannya ASN dan nilai-nilai dasar ASN,
yaitu: “Bangga Melayani Bangsa”Brndingdan nilai dasar BerAkhlak
(Beroreintasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Kolaboratif,
dan Adaptif), setiap ASN perlu mengamalkan nilai-nilai tesebut dalam
pekerjaannya.

Perubahan lingkungan strategis dan tuntutan profesionalisme ASN


tersebut diharapkan melahirkan produk-produk kebijakan dan layanan publik
yang berkualitas, termasuk mewujudkan ASN BeraAkhlak. Dalam modul ini
diharapkan sebagai pengantar bagi peserta pelatihan dalam memahami
tantangan dinamika perubahan lingkungan strategis dan era disrupsi karena
faktor kemajuan Teknologi Informasi. Dalam kaitan ini, modul ini secara
singkat menguraikan faktor kritikal, yang menuntut perubahan dan pendekatan
dalam penyesuaian pengelolaan aparatur,mindset serta kompetensi dan
karakteristik baru, sejalan pula dengan tuntutan nilai dasar ASN BerAkhlak.

Konsepsian kompetensi adalah meliputi tiga aspek penting berkaitan


dengan perilaku kompetensi meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan. Sesuai Peraturan Menteri
PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi ASN, kompetensi
meliputi:
1) Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku
yang dapat diamati, diukur dan dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan
bidang teknis jabatan; 2) Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dikembangkan
untuk memimpin dan/atau mengelola unit organisasi; dan 3) Kompetensi Sosial
Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat
diamati, diukur, dan dikembangkan terkait dengan pengalaman berinteraksi
dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku dan budaya, perilaku,
wawasan kebangsaan, etika, nilai- nilai, moral, emosi dan prinsip, yang harus
dipenuhi oleh setiap pemegang Jabatan untuk memperoleh hasil kerja sesuai
dengan peran, fungsi dan Jabatan.
HARMONIS

Perkembangan dan kemajuan zaman memberikan tantangan bagi


pelayan masyarakat dalam pemerintahan untuk memiliki kemampuan yang
mumpuni. Setiap abdi negara perlu memiliki kempetensi teknis sesuai bidang
tugas dan kopetensi manajerial serta sosio kultral dalam rangka bersinergi dan
berkolaborasi untuk terciptanya layanan prima bagi masyarakat.

Sebagai perwujudan hal tersebut telah di tetapkan nilai dasar yang


menjadi standar kompetensi bagis setiap ASN, dengan akronim BerAKHLAK,
yaitu Beroientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif,
dan Kolaboratif.

Mata Pelatihan Harmonis dalam Latsar BerAKHLAK ini


mengembangkan pengetahuan dan pemahaman kepada setiap CPNS dalam
Latsar ASN mengenai keberagaman berbangsa, rasa saling menghormati, dan
bagaimana menjad pelayan dan abdi masyarakat yang baik.

Setelah memperoleh pengetahuan dan pemahaman tersebut maka ASN


akan mampu menunjukkan kemampuan menciptakan suasana harmonis
dilingkungan bekerja, memberikan layanan yang berkeadilan kepada
masyarakat, serta dapat menunjukkan perilaku yang beretika dan menjadi
perekat bangsa dalam segala aspek kehidupan sebagai warga negara.
Keberagaman bangsa Indonesia selain memberikan banyak manfaat juga
menjadi sebuah tantangan bahkan ancaman, karena dengan kebhinekaan
tersebut mudah menimbulkan perbedaan pendapat dan lepas kendali, mudah
tumbuhnya perasaan kedaerah yang amat sempit yang sewaktu bisa menjadi
ledakan yang akan mengancam integrasi nasional atau persatuan dan kesatuan
bangsa.

Terbentuknya NKRI merupakan penggabungan suku bangsa di


nusantara disadari pendiri bangsa dilandasi rasa persatuan Indonesia. Semboyan
bangsa yang dicantumkan dalam Lambang Negara yaitu Bhineka Tunggal
Ikamerupakan perwujudan kesadaran persatuan berbangsa tersebut.

Etika publik merupakan refleksi kritis yang mengarahkan bagaimana


nilai-nilai kejujuran, solidaritas, keadilan, kesetaraan, dan lain-lain dipraktikkan
dalam wujud keprihatinan dan kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat.
Adapun Kode Etik Profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku/etika
suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis
yang diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok profesional tertentu.
Oleh karena itu, dengan diterapkannya kode etik Aparatur Sipil Negara,
perilaku pejabat publik harus berubah. Diantaranya :
- Berubah dari penguasa menjadi pelayan;
- Berubah dari ’wewenang’ menjadi ’peranan’;
- Menyadari bahwa jabatan publik adalah amanah
Membangun budaya harmonis tempat kerja yang harmonis sangat penting
dalam suatu organisasi. Suasana tempat kerja yang positif dan kondusif juga
berdampak bagi berbagai bentuk organisasi. Identifikasi potensi disharmonis
dan analisis strategi dalam mewujudkan susasana harmonis harus dapat
diterapkan dalam kehidupan ASN di lingkungan bekerja dan bermasyarakat.
KOLABORATIF

Kolaborasi menjadi hal sangat penting di tengah tantang global yang


dihadapi saat ini. Banyak ahli merumuskan terkait tantangan-tantangan tersebut.
Prasojo (2020) mengungkapkan beberapa tantangan yang dihadapi saat ini yaitu
disrupsi di semua kehidupan, perkembangan teknologi informasi, tenaga kerja
milenal Gen Y dan Z, serta mobilitas dan fleksibilitas. Morgan (2020)
mengungkapkan lima tantangan yang dihadapi yaitu new behaviour,
perkembangan teknologi, tenaga kerja milenial, mobilitas tinggi, serta
globalisasi. Vielmetter dan Sell (2014) mengungkapkan tentang global mega
trend 2013 yaitu Globalization 2.0, environmental crisis, individualization and
value pluralism, the digital era, demographic change, and technological
convergence. Pada tahun 2020, Berger (2020) melakukan forecasting yang lebih
panjang dengan mengeluarkan konsep tentang global mega trend untill 2050
diantaranya people and society, health and care, environment and resources,
economic and business, technology and Innovation, serta politic and democracy.
World Economic Forum (WEF) (2021) juga ambil bagian dalam menganalisis
tantangan global yang akan dihadapi yaitu adanya serangan cyber, perubahan
iklim secara global, ketimpangan digitalisasi, kegagalan iklim, adanya senjata
pemusnah masal, krisis mata pencaharian penyakit menular , serta kerusakan
lingkungan yang diakibatkan manusia.

Dibalik berbagai tantangan yang dihadapi di atas, birokrasi Indonesia


masih dihadapkan pada fragmentasi dan silo mentality. Hal tersebut oleh Caiden
(2009) dianggap sebagai patologi birokrasi. Teori parabolic yang dikenalkan
oleh caiden (2009), mengungkapkan bahwa patologi birokrasi muncul karena
birokratisasi telah melampui batas optimalnya. Formalisasi, hierarkhi,
imparsonal, serta spesialisasi, merupakan elemen dari birokrasi weberian yang
apabila diterapkan pada batas optimalnya akan menciptakan keteraturan.
Namun, apabila melampui batas optimalnya akan menciptakan birokrasi yang
lambat dan memunculkan berbagai patologi birokrasi.

Kolaborasi kemudian menjadi solusi dari berbagai fragmentasi dan silo


mentality. Modul ini hadir untuk memberikan pengetahuan tentang kolaborasi
khusunya di birokrasi pemerintah. Internalisasi materi yang ada dalam modul ini
diharapkan dapat membentuk karakter ASN yang kolaboratif. Fragmentasi dan
silo mentality yang menjadi image negatif dari birokrasi pemerintah pada
akhirnya dapat dikikis. Birokrasi akan berdiri dengan tegak dalam menatap
tantangan global.
LOYAL

Pelatihan ini merupakan bagian dari Pembelajaran Agenda II Pelatihan


Dasar CPNS yang dalam penyampaiannya dapat dilakuan secara terintegrasi
dengan 6 (enam) Mata Pelatihan Agenda II yang lainnya, baik pada fase
pembejalaran mandiri, jarak jauh maupun klasikal. Mata Pelatihan ini diberikan
untuk memfasilitasi pembentukan nilai Loyal, sehingga peserta memiliki
dedikasi yang tinggi dan senantiasa mengutamakan kepentingan bangsa dan
negara pada saat melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai PNS.

Materi-materi Pokok yang disajikan meliputi : 1) Konsep Loyal; 2)


Panduan Perilaku Loyal; dan 3) Loyal Dalam Konteks Organisasi Pemerintah.
Materi-materi pokok tersebut masih bersifat general sehingga dapat
dikembangkan dan diperinci lebih lanjut pembahasannya pada saat pelaksanaan
pembelajaran dengan panduan dari Pengampu Materi.

Untuk membantu peserta memahami substansi materi, maka pada setiap


akhir pembahasan materi pokok dilengkapi dengan latihan soal dalam bentuk
studi kasus (dapat dikembangkan lebih lanjut oleh Pengampu Materi) dan
evaluasi. Latihan dan evaluasi tersebut hendaknya dikerjakan dengan sebaik-
baiknya oleh setiap peserta.
RangkumanSikaployal seorang PNS dapat tercermin dari komitmennya dalam
melaksanakan sumpah/janji yang diucapkannya ketika diangkat menjadi PNS
sebagaimana ketentuan perundang-undangangan yang berlaku.

Disiplin PNS adalah kesanggupan PNS untuk menaati kewajiban dan


menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan.
Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor
94Tahun 2021 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Hanya PNS-PNS
yangmemiliki loyalitas yang tinggilah yang dapat menegakkan kentuan-
ketentuan kedisiplinan ini dengan baik.

Berdasarkan pasal 10 Undang- Undang No. 5 Tahun 2014 tentang


Aparatur Sipil Negara, seorang ASN memiliki 3 (tiga) fungsi yaitu sebagai
pelaksana kebijakan publik, pelayan publik serta perekat dan pemersatu bangsa.
Kemampuan ASN dalam melaksanakan ketiga fungsi tersebut merupakan
perwujudan dari implementai nilai-nilai loyal dalam konteks individu maupun
sebagai bagian dari Organisasi Pemerintah.
ADAFTIP

Mata pelatihan ini diberikan untuk memfasilitasi pembentukan nilai-nilai


Adaptif kepada peserta melalui substansi pembelajaran yang terkait dengan
cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan lingkungan, terus berinovasi
dan mengembangkan kreativitas, berperilaku adaptif serta bertindak proaktif.

Grindle menggabungkan dua konsep untuk mengukur bagaimana


pengembangan kapasitas pemerintah adaptif dengan indicator-indikator sebagai
berikut: (a) Pengembangan sumber daya manusia adaptif; (b) Penguatan
organisasi adaptif dan (c) Pembaharuan institusional adaptif. Terkait
membangun organisasi pemerintah yang adaptif, Neo & Chan telah berbagi
pengalaman bagaimana Pemerintah Singapura menghadapi perubahan yang
terjadi di berbagai sektornya, mereka menyebutnya dengan istilah dynamic
governance. Menurut Neo & Chen, terdapat tiga kemampuan kognitif proses
pembelajaran fundamental untuk pemerintahan dinamis yaitu berpikir ke depan
(think ahead), berpikir lagi (think again) dan berpikir lintas (think across).

Selanjutnya, Liisa Välikangas (2010) memperkenalkan istilah yang


berbeda untuk pemerintah yang adaptif yakni dengan sebutan pemerintah yang
tangguh (resilient organization). Pembangunan organisasi yang tangguh
menyangkut lima dimensi yang membuat organisasi kuat dan imajinatif:
kecerdasan organisasi, sumber daya, desain, adaptasi, dan budaya (atau sisu,
kata Finlandia yang menunjukkan keuletan.

Anda mungkin juga menyukai