DISUSUN OLEH
BAB 1
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
BAB 2
PEMBENTUKAN AWAL
PUNCAK KEJAYAAN
PERANG SAUDARA
PENURUNAN
PENGHAPUSAN KESULTANAN
AGAMA
KEPENDUDUKAN
PEMERINTAHAN
BAB 3
KESIMPULAN
BAB 1
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Kesultanan Banten
Kesultanan Banten
Kasultanan Banten
←
1527–1813
→
←
Bendera
Wilayah Banten pada saat Maulana
Hasanuddin, yang menguasai Selat Sunda pada
kedua sisinya
Sunda, Jawa, Melayu, Ar
Bahasa
ab, [1]
Agama Islam
Pemerintahan Kesultanan
Sultan
1552–1570
- Maulana Hasanuddin
¹
- 1651–1683 Ageng Tirtayasa
Sejarah
Serangan
- atas Keraja 1527
an Sunda
Aneksasi
- oleh Hindia 1813
-Belanda
BAB 2
Pembentukan awal
De Stad Bantam, lukisan cukilan lempeng logam (engraving) karya François Valentijn, Amsterdam, 1726 [3]
Pada awal mulanya kawasan Banten juga dikenal dengan Banten Girang adalah
anggota dari Kerajaan Sunda. Kedatangan pasukan Kerajaan Demak di bawah
pemimpin Maulana Hasanuddin ke kawasan tersebut selain untuk perluasan
wilayah juga sekaligus penyebaran dakwah Islam. Berikutnya dipicu oleh
beradanya kerjasama Sunda-Portugal dalam bidang ekonomi dan politik, hal ini
dianggap bisa membahayakan jabatan Kerajaan Demak selepas kekalahan mereka
mengusir Portugal dari Melaka tahun 1513. Atas perintah Trenggana, bersama
dengan Fatahillah memperagakan penyerangan dan penaklukkan Pelabuhan
Kelapa sekitar tahun 1527, yang waktu itu sedang adalah pelabuhan utama dari
Kerajaan Sunda. [4]
berupaya keluar dari tekanan yang diterapkan VOC, yang sebelumnya telah
memperagakan blokade atas kapal-kapal dagang menuju Banten. [12]
Perang saudara
Sekitar tahun 1680 muncul perselisihan dalam Kesultanan Banten, belakang suatu
peristiwa perebutan kekuasaan dan pertentangan selang Sultan Agengdengan
putranya Sultan Haji. Perpecahan ini dimanfaatkan oleh Vereenigde Oostindische
Compagnie (VOC) yang memberikan dukungan untuk Sultan Haji, sehingga perang
saudara tidak bisa dielakkan. Sementara dalam memperkuat posisinya, Sultan Haji
atau Sultan Sisa dari pembakaran Nashar Abdul Qahar juga sempat mengirimkan 2
orang utusannya, menemui Raja Inggris di London tahun 1682 untuk mendapatkan
dukungan serta pertolongan persenjataan. Dalam perang ini Sultan Ageng terpaksa
[1]
Penurunan
Pertolongan dan dukungan VOC untuk Sultan Haji harus dibayar dengan
memberikan kompensasi untuk VOC di selangnya pada 12 Maret 1682, wilayah
Lampung diserahkan untuk VOC, seperti tertera dalam surat Sultan Haji untuk
Mayor Issac de Saint Martin, Admiral kapal VOC di Batavia yang sedang berlabuh di
Banten. Surat itu berikutnya ditetapkan dengan surat akad tanggal 22
Agustus 1682 yang membuat VOC mendapatkan hak monopoli perdagangan lada di
Lampung. Selain itu berdasarkan akad tanggal 17 April 1684, Sultan Haji juga
[16]
harus mengganti kerugian belakang suatu peristiwa perang tersebut untuk VOC. [17]
gejolak ketidakpuasan warga Banten, atas ikut campurnya VOC dalam urusan
Banten. Perlawanan rakyat kembali memuncak pada saat penghabisan
pemerintahan Sultan Abul Fathi Muhammad Syifa Zainul Arifin, di selangnya
perlawanan Ratu Bagus Buang dan Kyai Tapa. Belakang suatu peristiwa konflik yang
berkepanjangan Sultan Banten kembali berharap pertolongan VOC dalam meredam
beberapa perlawanan rakyatnya sehingga sejak 1752 Banten telah dijadikan vassal
dari VOC. [13]
Penghapusan kesultanan
Reruntuhan Kraton Sultan pada tahun 1859 (gambar oleh C. Buddingh dari Geschiedenis van Nederlandsch Indië atau "Sejarah Hindia
Belanda")
Reruntuhan Kraton Kaibon, kesan istana kediaman Ibu Suri Sultan Banten, pada tahun 1933
Agama
Berdasarkan data arkeologis, saat awal warga Banten dipengaruhi oleh beberapa
kerajaan yang membawa keyakinan Hindu-Budha,
seperti Tarumanagara, Sriwijaya dan Kerajaan Sunda.
Islam dijadikan pilar pendirian Kesultanan Banten, Sultan Banten dirujuk memiliki
silsilah mencapai untuk Nabi Muhammad, dan meletakkan para ulama memiliki
pengaruh yang luhur dalam kehidupan warganya, seiring
itu tarekat maupun tasawuf juga dijadikan bertambah sempurna di Banten.
Sementara norma budaya warga menyerap Islam sebagai anggota yang tidak
terpisahkan. Beberapa tradisi yang berada dipengaruhi oleh perkembangan Islam di
warga, seperti terlihat pada kesenian bela diri Debus.
Kependudukan
Kemajuan Kesultanan Banten ditopang oleh jumlah penduduk yang jumlah serta
multi-etnis. Mulai dari Jawa, Sunda dan Melayu. Sementara golongan
etnis nusantara lain dengan jumlah signifikan selang lain Makasar, Bugis dan Bali.
Perekonomian
Pada saat Sultan Ageng selang 1663 dan 1667 pekerjaan pengairan luhur
diterapkan untuk mengembangkan pertanian. Selang 30 dan 40 km kanal baru
didirikan dengan memakai tenaga sebanyak 16 000 orang. Di
sepanjang kanal tersebut, selang 30 dan 40 000 ribu hektar sawah baru dan ribuan
hektar perkebunan kelapa ditanam. 30 000-an petani ditaruh di atas tanah tersebut,
termasuk orang Bugis dan Makasar. Perkebunan tebu, yang
didatangkan saudagar Cina pada tahun 1620-an, dikembangkan. Di bawah Sultan
Ageng, perkembangan penduduk Banten meningkat signifikan. [13]
Pemerintahan
Warisan sejarah
Selain itu warga Banten telah dijadikan satu golongan etnik tersendiri yang
diwarnai oleh perpaduan antar-etnis yang pernah berada pada saat kejayaan
Kesultanan Banten, dan keberagaman ini pernah menjadikan warga Banten sebagai
salah satu daya yang dominan di Nusantara.
BAB 3
KESIMPULAN
Pada awal mulanya kawasan Banten juga dikenal dengan Banten Girang adalah
anggota dari kerajaan sunda. Selain mulai membangun benteng pertahanan di
Banten, Maulana Hasanuddin juga melanjutkan perluasan kekuasaan ke kawasan
penghasil lada di Lampung. Maulana Yusuf anak dari Maulana Hasanuddin, naik
tahta pada tahun 1570 melanjutkan ekspansi banten ke kawasan pedalaman sunda
dengan menaklukkan pakuan pajajaran tahun 1579. Berikut dia di gantikan dengan
anak nya Maulana Muhammad, Yang mencoba menguasai palembang tahun 1596
sebagai anggota dari usaha Banten dalam mempersempit gerakan portugal di
Nusantara. Namun, gagal karena dia meninggal dalam penaklukan tersebut.
Pada saat ini Sultan Banten telah mulai secara intensif memperagakan hubungan
diplomasi Dengan daya lain yang berada pada waktu itu, walah satu dikenali surat
Sultan Banten untuk Raja Inggris, James I tahun 1605 dari tahun 1629 untuk
Charles.
Kemajuan Kesultanan Banten ditopang oleh jumlah penduduk yang jumlah serta
multi-etnis. Dari beberapa sumber di Eropa dibicaarakan sekitar tahun 1672di
Banten di perkirakan terdapat selang 100.000 mencapai 200.000 lelaki yang siap
untuk berperang. Sumber lain nenyebutkan bahwa banten bisa direkrut sebanyak
10.000 orang yang siap memanggul senjata. Namun dari sumber yang paling bisa di
andalkan mengatakan, pada Dagh Register menyebutkan dari sensus yang di terap
kan VOC pada tahun1673, diperkirakan penduduk di kota Banten yang mampu
memakai tombak atau senapan berjumlah sekitar 56.000 orang pada tahun1676.
Ribuan warga cina mencari suaka dan memperagakan pekerjaan di banten.