Anda di halaman 1dari 8

Sejarah

Kerajaan Banten
Perkembangan Pertama Kerajaan Banten

 Semula Banten menjadi daerah kekuasaan Kerajaan


Pajajaran. Rajanya (Samiam) mengadakan hubungan
dengan Portugis di Malaka untuk membendung meluasnya
kekuasaan Demak. Namun melalui, Faletehan, Demak
berhasil menduduki Banten, Sunda Kelapadan Cirebon
 Pada tahun 1552 M, Faletehan menyerahkan pemerintahan
Banten kepada putranya, Hasanuddin. Dibawah
pemerintahan Sultan Hasanuddin ( 1552 – 1570 M ) Banten
cepat berkembang menjadi besar. Wilayahnya meluas
sampai ke Lampung, Bengkulu dan Palembang
 Pada awalnya kawasan Banten juga dikenal dengan Banten Girang merupakan
bagian dari kerajaan sunda. Kedatangan pasukan Kerajaan Demak dibawah
pimpinan Maulana Hasanuddin ke kawasan tersebut selain untuk perluasan
wilayah juga sekaligus penyebaran dakwah islam. Kemudian dipicu oleh adanya
kerjasama Sunda – Portugal dalam bidang ekonomi dan politik, hal ini
dianggap dapat membahayakan kedudukan Kerajaan Demak selepas kekalahan
mereka mengusir Portugal dari Melaka 1513.
 Selain mulai membangun benteng pertahanan di Banten, Maulana Hasanuddin
juga melanjutkan perluasan kekuasaan ke daerah penghasil Lada di Lampung.
Ia berperan dalam penyebaran islam di kawasan tersebut, selain itu juga telah
melakukan konrak dagang dengan raja Malangkabu ( Minangkabau Kerajaan
Inderapura ), Sultan Munawar Syah dan dianugerahi keris oleh raja tersebut.
 Seiring dengan kemunduran Demak terutama setelah meninggalnya
Trenggana, Banten yang sebelumnya vazal dari Kerajaan Demak, mulai
melepaskan diri dan menjadi kerajaan yang mandiri.
Letak & Wilayah Kekuasaan
Kerajaan banten
 Secara Geografis, kerajaan banten terletak di daerah
Jawa Barat bagian utara. Kerajaan Banten menjadi
penguasa jalur pelayaran dan perdagangan yang
melalui Selat Sunda. Dengan posisi yang strategis
inilah, Kerajaan Banten berkembang menjadi sebuah
kerajaan besar di Jawa Barat dan bahkan menjadi
saingan berat VOC ( Belanda ) yang berkedudukan di
Batavia.
Sistem Pemerintahan Kerajaan Banten

 Raja – Raja yang berkuasa :


1. Maulana Hasanuddin atau Pangeran Sabakingkin ( 1552 – 1570 )
2. Maulana Yusuf atau Pangeran Pasarean ( 1570 – 1585 )
3. Maulana Muhammad ( 1585 – 1596 )
4. Sultan Abu al-Ma’ali Ahmad ( 1647 – 1682 )
5. Sultan Agung Tirtayasa atau Sultan Abu al-Fath Abdul Fattah ( 1651 – 1682 )
6. Sultan Haji atau Sultan Abu Nashar Abdul Qahar ( 1683 – 1687 )
7. Sultan Abu Fadhl Muhammad Yahya ( 1687 – 1690 )
8. Sultan Abul Mahasin Muhammad Zainul Abidin ( 1690 – 1733 )
9. Sultan Abdul Fathi Muhammad Syifa Zainul Arifin ( 1733 – 1747 )
10. Ratu Syarifah Fatimah ( 1747 – 1750 )
11. Sultan Arif Zainul Asyiqin al-Qadiri ( 1753 – 1773 )
12. Sultan Abul Mafakhir Muhammad Aliuddin ( 1773 – 1799 )
13. Sultan Abul Fath Muhammad Muhyiddin Zainussalihin ( 1803 – 1808 )
14. Sultan Abul Nashar Muhammad Tshaq Zainulmutaqin ( 1803 – 1808 )
15. Sultan Muhammad bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin ( 1809 – 1813 )
Puncak Kejayaan Kerajaan Banten

Yaitu pada masa Sultan Ageng Tirtayasa bertahta (1651 – 1682 )


dipandang sebagai masa kejayaan Banten. Dibawah
kepemimpinan dia :
 Banten memiliki armada yang mengesankan, dibangun atas
contoh Eropa, serta juga telah mengupah orang Eropa bekerja
pada Kseultanan Banten
 Dalam mengamankan jalur pelayarannya. Banten juga
mengirimkan armada lautnya ke Sukadana atau Kerajaan
Tanjungpura ( Kalimantan Barat sekarang ) dan menaklukannya
tahun 1661
 Pada masa ini Banten juga berusaha keluar dari tekanan yang
dilakukann VOC, yang sebelumnya telah melakukan blokade atas
kapal – kapal dagang menuju Banten
Penyebab Keruntuhannya Kerajaan Banten

 Bantuan dan dukungan VOC kepada Sultan Haji mesti dibayar dengan
memberikan kompesansi VOC diantaranya pada 12 Maret 1682, wilayah
Lampung diserahkan kepada VOC, seperti tertera dalam surat Sultan Haji kepada
Mayor Issac de Saint Martin, Admiral kapal VOC di Batavia yang sedang berlabuh
di Banten.
 Setelahmeninggalnya Sultan Haji tahun 1687, VOC mulai mencengkramkan
pengaruhnya di Kesultanan Banten, sehingga pengangkatan para Sultan Banten
mesti mendapat persetujuan dari Gubernur Jendral Hindia – Belanda di Batavia.
 Perang saudara yang berlangsung antara sultan ageng dan sultan haji di Banten
meninggalkan ketidakstabilan pemerintahan masa berikutnya.
 Konflik antara keturunan penguasa Banten maupun Kesutanan Banten resmi
dihapuskan tahun 1813 oleh pemerintahan kolonial Inggris pada tahun itu,
Sultan Muhammad bin Muhammad Muhayiddin Zainussalihin silucuti dan
dipaksa turun tahta oleh Thomas Stamford Raffles. Peristiwa ini merupakan
pukulan pamungkas yang mengakhiri riwayat Kesultanan Banten

Anda mungkin juga menyukai