Anda di halaman 1dari 7

BAB I

KASUS POSISI

 Teknologi telah mengubah tidak hanya pola hidup tetapi juga

peradaban manusia, melalui penemuan-penemuan teknologi baru

manusia telah sampai pada kenyataan “seolah-oleh semuanya menjadi

mungkin “, tidak ada lagi jarak yang tidak terjangkau, tidak ada lagi

keinginan yang tak terpenuhi”.

 Salah satu temuan (invention) yang merupakan lompatan pemikiran

dahsyat adalah cloning, suatu upaya riset yang saat ini terus menerus

dilakukan oleh para pakar cloning yang mengingatkan kita pada

proses reinkarnasi. Riset pertama yang mencengangkan telah berhasil

dilakukan melalui cloning seekor domba meskipun kemudian mati

beberapa saat kemudian karena penyakit lain setelah sempat hidup

beberapa lama. Kenyataan ini ternyata mengilhami para pakar untuk

mengembangkan cloning terhadap manusia.

 Para pakar cloning berpendapat bahwa cloning manusia harus bisa

diakui sebagai kegiatan ilmiah yang legal, sebab disamping dapat

menciptakan manusia baru melalui sel-sel manusia lama (yang sudah

mati sekalipun), juga dapat digunakan untuk membuat organ-organ

1
baru tubuh manusia sebagai pengganti organ tubuh yang rusak untuk

proses pencangkokan (transplantasi) misalnya membuat ginjal dari

sel-sel orang yang gagal ginjal tanpa perlu mencari donor, dan

hasilnya diyakini akan lebih memuaskan karena tidak akan ada

penolakan tubuh terhadap organ baru tersebut.

 Apapun namanya, apapun niatnya, ternyata cloning tetap menjadi

kontroversi. Banyak para pakar menolak cloning manusia, hal yang

sama juga dilakukan para tokoh agama. Namun di luar itu para pakar

cloning tetap berpendapat bahwa cloning bukan dimaksudkan untuk

mengingkari peradaban manusia, mereka menyatakan bahwa cloning

justru dilakukan untuk upaya kemanusiaan dan menciptakan

peradaban dan kesejahteraan manusia yang lebih baik.

2
BAB II

PERUMUSAN MASALAH

 Cloning termasuk temuan teknologi, apakah temuan semacam itu

dapat diberikan HAKI ?, jika dapat HAKI apa sajakah yang dapat

diberikan ?.

3
BAB III

ANALISA HUKUM

Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang berkembang

pesat dengan ditandai munculnya penemuan-penemuan baru di bidang

tersebut yang menghasilkan teknologi canggih dan rekayasa genetika,

turut mempengaruhi perkembangan hukum di bidang HAKI.

Sebagai konsekwensi dari penelitian yang lama dan memakan

banyak biaya tersebut, para peneliti juga menuntut agar penemuan

mereka yang disebut sebagai organisme yang dimodifikasi secara

genetik, diberi perlindungan oleh Undang-undang Paten.

Di beberapa negara, terutama di negara-negara berkembang,

kebijakan untuk memberikan perlindungan terhadap penemuan di

bidang rekayasa genetika di dalam UU Paten, belum banyak dilakukan.

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebabnya, diantaranya adalah

belum banyaknya penemuan di bidang rekayasa genetika serta adanya

anggapan bahwa penemuan tersebut bertentangan dengan nilai-nilai

moral yang hidup dalam masyarakat.

Paten memberikan inventor hak ekslusif untuk mengeksploitasi

invensinya secara komersial selama waktu tertentu. Paten juga

memberikan hak kepada inventor untuk melarang pihak lain membuat,

4
menggunakan dan menjual invensi yang telah dilindungi tanpa

persetujuan pemegang paten.

Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-undang No. 14 tahun 2001,

Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor

atas hasil invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu

tertentu melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau memberikan

persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya.

Segala macam invensi (penemuan) dapat dipatenkan, dengan syarat

invensi tersebut berguna dan memang belum ada dalam lapangan

teknologi yang bersangkutan. Senyawa kimia, mesin, proses

pembuatan, bahkan jenis mahluk yang baru sekalipun dapat dipatenkan.

Cloning termasuk temuan teknologi, akan tetapi apakah temuan

semacam itu dapat diberikan HAKI ?, jika dapat HAKI apa sajakah

yang dapat diberikan ?.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut terlebih dahulu kita harus

mendefinisikan terlebih dahulu apa yang disebut cloning. Cloning

adalah rekayasa genetika yang menghasilkan mahluk hidup baru yang

merupakan suatu upaya riset yang dilakukan oleh para pakar di bidang

genetika yang secara umum dikenal dalam dunia bioteknologi.

5
Terhadap invensi tentang cloning tersebut tidak dapat dipatenkan

hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 7 huruf (a) dan (d (i)) UU No. 14

tahun 2001 tentang Paten yang menyatakan bahwa :

Paten tidak diberikan untuk Invensi tentang :

a. proses atau produk yang pengumuman dan penggunaan atau

pelaksanaannya bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku, moralitas agama, ketertiban umum atau

kesusilaan;

d. i. semua mahluk hidup, kecuali jasad renik ;

Yang dimaksud dengan mahluk hidup dalam huruf d butir i

ini

mencakup manusia, hewan, atau tanaman, sedangkan yang

dimaksud dengan jasad renik adalah mahluk hidup yang

berukuran sangat kecil dan tidak dapat dilihat secara kasat mata

melainkan harus dengan bantuan mikroskop, misalnya amuba,

ragi, virus, dan bakteri.

Dilihat dari ketentuan tersebut di atas, maka sudah jelas bahwa cloning

terhadap manusia tidak dapat diakui sebagai kegiatan ilmiah yang legal

dan tidak dapat dipatenkan karena selain bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku juga bertentangan dengan Sosial

Budaya, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Agama, dan Ketertiban Umum.

6
BAB IV

KESIMPULAN

Cloning terhadap manusia tidak dapat diakui sebagai kegiatan ilmiah

yang legal dan tidak dapat dipatenkan karena selain bertentangan dengan

ketentuan pasal 7 huruf (a) dan (d (i)) UU No. 14 tahun 2001 tentang Paten

juga bertentangan dengan Sosial Budaya, Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi, Agama, dan Ketertiban Umum.

Anda mungkin juga menyukai