NPM : 200110164007
Judul : Kloning Lionel Messi Jadi Buah Bibir, Ilmuwan Spanyol Ini Beberkan Ide
Gilanya.
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu merupakan suatu cara berpikir yang mendalam tentang suatu objek yang khas
dengan pendekatan yang khas pula sehingga menghasilkan suatu kesimpulan yang berupa
Hasil karya dari seorang ilmuwan akan menjadi ilmu pengetahuan yang digunakan oleh
menyangkut kegiatan maupun penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ini berarti
umum, dan generasi mendatang, serta bersifat universal karena pada hakikatnya ilmu
kloning manusia. Sejak semula usaha kloning manusia menimbulkan pro dan kontra
diberbagai negara di dunia. Kloning manusia dilakukan dengan cara mengambil inti sel
tubuh (nukleus) seseorang, lalu dimasukkan ke dalam sel telur wanita yang intinya sudah
dihilangkan atau dimandulkan. Lalu dengan bantuan cairan kimiawi khusus dan
rangsangan arus listrik, inti sel digabungkan dengan sel telur. Setelah proses
penggabungan terjadi, sel telur yang telah bercampur dengan inti sel itu ditransfer ke
dalam rahim seorang wanita, agar dapat memperbanyak diri, berkembang, berdiferensiasi
dan tumbuh menjadi janin yang sempurna. Selanjutnya itu dilahirkan secara alami. Anak
yang dilahirkan melalui proses reproduksi kloning memiliki kode genetika sama dengan
kode genetik orang atau pemilik inti sel tubuh yang ditanamkan ke dalam sel telur wanita.
Dalam kaitan ini, anak hasil kloning tidak akan mewarisi gen dari wanita yang
mengandungnya bila inti sel itu berasal dari luar (donor), baik donor laki-laki maupun
wanita. Proses penciptaan manusia melalui teknologi dikhawatirkan akan merusak harkat
dan martabat manusia. Hal ini jelas akan berdampak pada etika dan hukum. Meskipun
Indonesia belum memiliki kemampuan dalam mengkloning manusia, namun perlu aturan
hukum yang tegas tentang kloning manusia untuk mengatur pengembangan dan
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana kloning manusia dalam perspektif etika keilmuan dan
hukumnya di Indonesia.
BAB II
TOPIK UTAMA
Bintang sepak bola Lionel Messi selalu menjadi buah bibir, kepiawaiannya bermain
sepak bola mengispirasi orang lain untuk membuat kembaran Lionel Messi. Kabar
tersebut mengemuka setelah media Spanyol, Marca, memberitakan niat gila Ilmuwan
bernama Arcadi Navaroo yang merupakan seorang ahli genetika European Genome
Archive yang berasal dari Spanyol. Ilmuwan tersebut mengusulkan bahwa Lionel Messi
Menurut Navaroo, Lionel Messi bisa saja dikloning dan menggandakannya dengan
memanfaatkan teknologi modern saat ini dan mendapatkan sesuatu yang akan terlihat
seperti kembar. Namun, Navaroo juga mengatakan bahwa kemampuan kloning Lionel
Messi tentu saja bisa beda dengan aslinya. Hal itu karena kemampuan Lionel Messi
dalam sepak bola saat ini tercipta dari hasil proses latihan dan bukan faktor genetika. Apa
yang dilakukan genetika adalah memberikan potensi, seperti halnya dengan Lionel Messi,
tetapi apakah akan terpenuhi atau tidak, tergantung dengan kondisi yang terjadi di sekitar.
BAB III
PEMBAHASAN
Salah satu hasil kemajuan yang dicapai oleh iptek adalah kloning manusia. Kloning yaitu
suatu proses penggandaan makhluk hidup dengan cara nucleus transfer dari sel janin yang
sudah berdiferensiasi dari sel dewasa atau penggandaan makhluk hidup menjadi lebih banyak,
baik dengan memindahkan inti sel tubuh ke dalam indung telur pada tahap sebelum terjadi
pemisahan sel-sel bagian-bagian tubuh (Infad, 2011). Jika kloning manusia benar-benar
berhasil dilakukan jelas akan mengubah cara reproduksi manusia dari semula melalui proses
seksual menjadi aseksual. Proses repsoduksi ini dikhawatirkan akan menghancurkan harkat
martabat manusia. Hal ini jelas akan berdampak pada etika dan hukum.
Dalam perspektif etika keilmuan, kloning manusia hendaknya dikaji secara cermat.
pemilihan wujud yang akan dijadikan objek penelaahannya, ilmu dibimbing oleh kaidah moral
yang berazaskan tidak mengubah kodrat manusia dan tidak merendahkan martabat manusia.
Secara epistemologis, upaya ilmiah tercermin dengan kaidah moral yang berazaskan
menemukan kebenaran yang dilakukan dengan penuh kejujuran. Secara aksiologis ilmu harus
digunakan untuk kemaslahatan manusia dengan jalan meningkatkan taraf hidupnya dan dengan
memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia, dan keseimbangan atau kelestarian alam.
tanggal 25-29 Juli 2000, menetapkan bahwa Kloning terhadap manusia dengan cara
mafsadat (dampak negatif) yang tidak sedikit, seperti: (1). menghilangkan nasab anak hasil
kloning yang berakibat hilangnya banyak hak anak dan terabaikannya sejumlah hukum yang
timbul dari nasab; (2). institusi perkawinan yang telah disyari’atkan sebagai media
berketurunan secara sah menjadi tidak diperlukan lagi; (3). lembaga keluarga akan menjadi
hancur, dan akan terjadi juga kehancuran moral (akhlak), budaya, hukum, dan syari’ah Islam
lainnya; (4). tidak aka ada lagi rasa saling mencintai dan saling memerlukan antara laki-laki
dan perempuan; (5). hilangnya maqashid syari’ah dari perkawinan, baik maqashid awwaliyah
Philippe Nonet dan Philip Selznick dalam konsep berhukum membedakan tiga jenis
hukum yaitu; hukum represif adalah hukum sebagai abdi kekuasaan, hukum otonom adalah
sebagai institusi yang mampu mengolah represif dan melindungi integritasnya sendiri, dan
hukum responsif adalah hukum sebagai fasilitator dari sejumlah respon-respon terhadap
melakukan pemilihan nilai-nilai dan asas-asas hukum, maka diharapkan hukum yang dibuat
dalam rangka antisipasi kloning manusia di Indonesia adalah bercorak hukum responsif.
Dengan demikian, kebijakan negara dalam pengembangan iptek, termasuk kebijakan di ranah
biologi reproduksi (khususnya kloning manusia) harus berdimensi partisipasif, berisikan pilihan
nilai-nilai yang tepat dan taat asas sehingga dapat mengarahkan secara lebih adil, pasti dan
bermanfaat dalam berolah ilmu untuk mencapai dan mendukung keberadaan manusia yang
memiliki harkat dan martabat yang tinggi sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Salah satu hasil kemajuan yang dicapai oleh iptek adalah kloning manusia. Jika
kloning manusia berhasil dilakukan jelas akan mengubah cara reproduksi manusia dari
semula melalui proses seksual menjadi aseksual. Proses repsoduksi ini dikhawatirkan
akan menghancurkan harkat martabat manusia. Hal ini jelas akan berdampak pada etika
dan hukum.
Atas dasar pertimbangan dari perspektif etika keilmuan dan perspektif Islam, maka
penciptaan manusia melalui kloning perlu aturan hukum untuk mengaturnya. Model
hukum yang tepat dalam rangka antisipasi kloning di Indonesia adalah model hukum
bercorak hukum responsif yang berdimensi partisipasif, berisikan pilihan nilai-nilai yang
tepat dan taat asas dengan mempertimbangkan masukan dari berbagai ahli yang
4.2. Saran
Kloning manusia sangat tidak diperbolehkan karena melanggar etika dan hukum
serta akan menghancurkan harkat dan martabat manusia. Oleh karena itu, hukum yang
dibuat untuk mengatur tentang kloning manusia harus diterapkan dengan tegas.
DAFTAR PUSTAKA
Jujun S. Suriasumantri. Ilmu Dalam Perspektif Moral, Sosial, Dan Politik: Sebuah Dialog
Sabian Utsman. Menuju Penegakan Hukum Responsif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.