Anda di halaman 1dari 8

INERVASI EKSTREMITAS INFERIOR

Anggota Kelompok 3 :

1. Tsabitha Safira Neil E 414221021


2. Yessica Uli Sitorus 414221022
3. Adinda Febriana Widyari 414221024
4. Sheila Mawaddatus S. 414221026
5. Finan Farah Dilla 414221027
6. Intan Nuraini 414221031
7. Fahmadin Sarah Diva 414221032
7.Akhwan Firmansyah 414221053
Daftar Isi
BAB I .........................................................................................................................................3
P E N D A H U L U A N .............................................................................................................3
1.1Latar belakang ........................................................................................................................3
1.2Tujuan ....................................................................................................................................4
BAB II ........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN .........................................................................................................................5
2.1 Inervasi Ekstremitas Inferior .................................................................................................5
2.2 Penyakit pada Inervasi Anatomi Inferior................................................................................6
BAB III .......................................................................................................................................7
PENUTUPAN.............................................................................................................................7
3.1 Kesimpulan ...........................................................................................................................7
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Sendi ekstremitas bawah, sendi panggul dan sendi lutut, juga kolumna vertebralis servikal
dan lumbal merupakan sendi yang paling banyak gerakannya dan yang paling banyak
menerima tumpuan berat badan yang akan mengakibatkan terjadinya kerusakan akibat proses
degenerasi.
Tulang femur dan tibia adalah dua tulang terbesar dan terkuat pada tubuh manusia untuk
membentuk sendi lutut, sedangkan ligament dan otot yang berada disekitar sendi lutut adalah
dua komponen yang membentuk kekuatan dan stabilitas sendi lutut. Pada aktifitas sehari- hari,
sendi lutut paling banyak menerima tumpuan berat badan.
Adanya kelainan yang terjadi pada sel sel yang membentuk komponen tulang rawan,
seperti kolagen, yaitu serabut protein yang kuat pada jaringan ikat, dan proteoglikans, yaitu
bahan yang membentuk daya lenting tulang rawan. Kelainan yang terjadi yaitu perubahan
biokimiawi di bawah permukaan kartilago yang meningkatkan sintesa timidin dan glisin.
Selanjutnya akan terjadi erosi pada kartilago sehingga permukaan sendi menjadi kasar dan
adanya fragmentasi, pada keadaan tersebut permukaan sendi yang kasar bisa terlepas menjadi
serpihan serpihan yang disebut korpus libera dan akan mengakibatkan penguncian pada sendi,
sehingga gerakan sendi lutut menjadi terbatas, selain itu akibat dari beban aksial yang diterima
oleh sendi lutut maka tulang rawan yang rusak membentuk tulang dipinggiran sendi yang
disebut osteofit. Timbulnya osteofit dapat mengiritasi jaringan sekitar sendi dan dapat pula
menghambat gerak sendi lutut.
Menurut Mulyana (2011) kelelahan merupakan faktor penyebab dalam penurunan perfoma
seseorang setelah olahraga. Seorang atlet akan sulit menampilkan kemampuan yang maksimal
pada saat bertanding jika mengalami kelelahan. Kelelahan merupakan suatu proses alami yang
terjadi pada seseorang ketika melakukan olahraga. Aktivitas fisik yang harus di pertahankan
pada intensitas yang relatif tinggi selama dua sampai tiga menit seperti olahraga, sumber daya
yang digunakan untuk kontraksi otot adalah anaerobik yang akan menghasilkan zat sampah
yaitu asam laktat (Giriwijoyo, 2012). Pemulihan pasif yaitu suatu pemulihan tanpa adanya
aktifitas fisik, yaitu diam, istirahat total (duduk, terlentang, tidur) , masase. Pengaruh
pemulihan pasif, terhadap otot (kelelahan otot) agar ISSN : 2337 – 9561 Jurnal Pendidikan
Kesehatan Rekreasi Volume 1 : Hal. 9 – 17, Januari 2017 11 dapat pulih kembali seperti
semula. Prinsip dari pemulihan pasif, yaitu hampir sama dengan pemulihan aktif, yaitu
mengembalikan lagi kondisi fisik seseorang agar seperti semula, serta memperbaiki
kerusakan-kerusakan kecil pada otot (microtear).

1.2 Tujuan
Adapun tujuan pada penelitian ini adalah :
1. Sebagai sarana pembelajaran mahasiswa Teknologi Laboratorim Medik pada topik
Inervasi ekstremitas inferior
2. Mengetahui pada hal-hal spesifik perihal Inervasi ekstremitas inferior yang berkaitan
pada kasus
3. Memberikan anlalisis pada beberapa kasus perihal Inervasi ekstremitas inferior
4. Mengetahui lebih dalam mengenai Inervasi ekstremitas inferior
5. Memberi solusi dan saran terkait penelitian.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Inervasi Ekstremitas Inferior

A. Pembuluh Darah Superficial dan Saraf Regio Inguinalis dan Paha

N. ilioinguinalis muncul dari Canalis inguinalis diatas ligamentum inguinale. R. cutaneus


anterior N. iliohypogatricus dapat ditemukan tepat cranial. V. saphena magna naik sepanjang
aspek medial paha dan mengalir ke dalam V. femoralis pada Hiatus saphenus. Di sini vena
mengumpulkan beberapa cabang dari Regio inguinalis membentuk yang disebut bintang vena.
Vena ini biasanya menyertai cabang tipis A. femoralis. Pada bagian A. femoralis, R. femoralis N.
genitofemoralis melintasi Lacuna vascorum. Pada bagian medial Spina iliaca anterior superior,
N. cutaneus femoris lateralis melewati Lacuna musculorom dan mempersarafi sisi lateral paha
cabang-cabangnya. Rr. Cutanei anteriores N. femoralis menembus fascia pada titik yang
berbeda dan mempersarafi sisi anterior paha. Pada bagian medial V. saphena magna, beberapa
cabang cutaneus kecil dari N. obturatorius menyuplai area yang bervariasi pada aspek medial
paha. Pada bagian medial dibawah lutut, fascia ditembus oleh R. infrapatellaris N. saphenus
tepat di atas patella A. descendeus genus yang tipis berjalan menuju Rete patellare

B. Pembuluh Darah Superficial dan Saraf Tungkai

V. saphena magna, bermula dari sisi medial kaki bagian anterior ke pergelangan kaki sisi medial
dan naik sepanjang sisi medial tungkai bawah dan paha. Pada sisi medial lutut, N. saphenus
menembus fascia. Trunkus sarafnya bergabung dengan V. saphena magna pada bagian dorsal dan
berjalan sepanjang vena pada bagian distal, yang sarafnya terbagi menjadi cabang sensoris Rr.
Cutanei cruris mediales, yang memberikan persyarafan sensoris ke aspek anterior dan medial
tungkai bawah da turun ke bawah ke batas medial kaki. R. infrapatellaris dari N. saphenus
berjalana pada bagian ventral V. saphena magna melalui fascia dan mempersyarafi kulit dibawah
patella. Pada sebagian distal dari aspek lateral dari tungkai, N. fibularis superficialis menembus
fiscia dan terbagi menjadi dua cabang terminalnya ( Nn. Cutanei dorsales medialis dan
intermedius), yang berlanjut pada punggung kaki. Pada sisi posterior tungkai bawah, V. saphena
parva muncul darri vena epifascia pada sisi lateral kaki, dan naik di belakang pergelangan kaki
sisi lateral pada bagian posterior tungkai bawah, menembus fascia di Fossa popliteal untuk
mengalir ke dalam V. poplitea. Vena ini berjalan bersama dengan N. cutaneus surae medialis,
sebuah cabang dari N. tibialis, yang pada sepertiga distal tungkai bawah berlanjut sebagai N.
suralis. Saraf ini biasanya menerima cabang penghubung dari N. cutaneus surae lateralis. Cabang
terminal N. suralis adalah N. cutaneus dorsal lateralis, yang mempersarafi sisi lateral punggung
kaki.

C. Pembuluh Darah Superficial dan Saraf Punggung Kaki

V. saphena magna berasal dari vena epifascia punggung kaki pada sisi medial, dan merupakan
kelanjutan dari Arcus venosus dorsalis. V. saphena parva yang lebih kecil muncul pada sisi lateral
kaki. Pada bagian ujung distal tungkai bawah, N. fibularis superficialis berjalan pada bagian
lateral melalui fascia, dan umumnya hanya setelah itu saraf ini terbagi menjadi Nn. cutanei
dorsales medialis dan intermedius, yang memberikan persarafan oleh N. cutenus dorsalis
lateralis dari N. suralis. Hanya celah interdigiti pertama mendapatkan persarafan sensorisnya oleh
cabang terminal N. fibularis profundus yang menembus fiscia di sini.

2.2 Penyakit pada Inervasi Anatomi Inferior


 Neurogenic bladder

Yaitu kelaian pada kandung kemih yang disebabkan kerusakan maupun penyakit yang
menyerang sistem saraf yang menginervasi saluran kemih bagian bawah. Persarafan saluran
kemih bagian bawah terbagi atas 3 set saraf periferal yaitu sistem persarafan parasimpatis (saraf
pelvis), persarafan simpatik (saraf hipogastrik dan rantai simpatik thorakolumbal) dan persarafan
sakral motorik (saraf pudendal).

Pasien dengan penderita neuropati memerlukan perawatan khusus pada kakinya. Saraf yang
mempersyarafi ekstremitas bawah merupakan saraf terpanjang diantara saraf lainnya yang ada
pada tubuh dan yang paling sering dipengaruhi oleh neuropati. Kehilangan sensasi pada
ekstremitas bawah berarti bahwa adanya lesi atau injuri kemungkinan tidak disadari dan beresiko
terjadinya ulkus atau infeksi

 Neuropati

Merupakan gejala gangguan atau penyakit pada saraf di tubuh. Gejala yang muncul bisa berupa nyeri,
kesemutan, kram otot, hingga susah buang air kecil. Pasien dengan penderita neuropati memerlukan
perawatan khusus pada kakinya. Saraf yang mempersyarafi ekstremitas bawah merupakan saraf
terpanjang diantara saraf lainnya yang ada pada tubuh dan yang paling sering dipengaruhi oleh
neuropati. Kehilangan sensasi pada ekstremitas bawah berarti bahwa adanya lesi atau injuri
kemungkinan tidak disadari dan beresiko terjadinya ulkus atau infeksi

BAB III

PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan

Melalui pembahasan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa extremitas inferior merupakan
bagian dari alat gerak yang berfungsi sebagai lokomosi, penopang beban berat badan da tumpuan
yang stabil pada saat : berjalan, berdiri dan berlari. Extremitas Inferior dipersarafi oleh dua
plexus utama yaitu plexus lumbalis dan sacralis. Plexus lumbalis akan membentuk nervus
femoralis setinggi lumbal 2, 3 , 4. Nervus femoralis mempersarafi m. iliacus, m. pectineus, m.
Sartonus, m. quadriceps femoris. Nervus femoralis bercabang menjadi nervus saphenous. Plexus
sacralis setinggi L4 S3 akan membentuk nervus ischiadicus. Nervus ischiadicus bercabang
menjadi nervus tibialis dan nervus fibularis communis Nervus fibularis communis berlanjut
menjadi N. cutaneous surae lateralis Nervus tibialis bercabang menjadi N. cutaneous surae
medialis

Anda mungkin juga menyukai