Laporan Pendahuluan Gastritis
Laporan Pendahuluan Gastritis
Diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Metodologi Keperawatan tahun
ajaran 2022/2023
Fakultas Vokasi
Gastritis adalah suatu kondisi dimana lapisan kulit dalam lambung mer-
adang atau membengkak. Gastritis atau juga disebut radang lambung, dapat
muncul secara mendadak (gastritis akut) atau berlangsung dalam waktu yang lama
(gastritis kronis). Gastritis merupakan penyakit yang sering kali kita jumpai dalam
masyarakat. Pada orang awam, biasa menyebut penyakit ini dengan sebutan
penyakit maag. Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat
akut, kronis, maupun lokal, dua jenis gastritis yang umum terjadi adalah gastritis
akut dan kronis (Margareth dkk, 2012). Saat ini indonesia telah menghadapi
masalah dengan semakin modernnya zaman mengakibatkan semakin banyak
penyakit yang muncul dari perubahan gaya hidup manusia. Disamping itu pen-
ingkatan usia harapan hidup sejalan dengan perbaikan sosio-ekonomi dan
pelayanan kesehatan, juga ikut berperan melalui peningkatan pravelensi penyakit
degenerative. Gastritis merupakan salah satu masalah kesehatan pencernaan yang
paling sering terjadi. (Gustin, 2011). saluran pencernaan yang paling sering terjadi
(Gustin, 2011).
Gastritis akut adalah suatu peradangan mukosa lambung yang akut dengan
kerusakan erosi pada bagian superfisial. Penyebabnya dari infeksi Helicobacter Py-
lori, bakteri yang masuk akan memproteksi dirinya dengan lapisan mucus. Proteksi
lapisan ini akan menutupi mukosa lambung dan melindungi dari asam lambung.
Penetrasi atau daya tembus bakteri ke lapisan mukosa menyebabkan terjadinya per-
lengketan sehingga 2 menghasilkan respon peradangan. Sedangkan gastritis kronik
merupakan suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang bersifat menahun
(Muttaqin & Sari, 2011).
A. Pengertian
B. Anatomi Fisiologi
a. Rongga Mulut
Makanan masuk ke dalam tubuh pertama kali melalui rongga mulut dan
dalam dicerna secara mekanik oleh gigi yang tersusun atas struktur
seperti tulang (dentin) yang dilapisi jaringan yang paling kuat pada
tubuh, yaitu enamel. Selain secara mekanik, adanya ludah (saliva) yang
mengandung enzim amilase yang mengubah karbohidrat makanan men-
jadi maltosa dan dextrosa; dan enzim lipase yang memecah lemak men-
jadi bentuk yang lebih sederhana.
b. Faring
Faring tidak hanya merupakan bagian dari saluran pencernaan saja,
melainkan juga merupakan bagian dari sistem respirasi. Faring dibagi
menjadi 3 bagian yaitu nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Orofar-
ing dan laringofaring terlibat dalam proses pencernaan. Untuk mence-
gah masuknya makanan ke dalam saluran nafas pada laringofaring ter-
dapat suatu kartilago elastis, yaitu epiglotis yang akan menutup saat
menelan sehingga rongga laring akan menutup dan makanan masuk ke
dalam esofagus.
c. Esofagus
Esofagus merupakan suatu tabung muskular yang akan dilalui makanan
yang masuk dari faring dan memiliki sfingter pada bagian atas dan
bawah. Sfingter atas mencegah kembalinya makanan ke faring, sedan-
gkan sfingter sebelah bawah mencegah makanan yang sudah sampai ke
gaster kembali ke dalam esofagus. Makanan masuk melalui esofagus
menuju gaster dibantu dengan adanya gerakan peristaltik dan gaya berat
dari makanan itu sendiri, serta adanya relaksasi otot sfingter bawah es-
ofagus.
d. Lambung
Setelah makanan masuk ke gaster terjadi pencernaan secara mekanik
oleh gerak otot-otot dinding gaster dan secara kimiawi oleh sekret yang
dikeluarkan oleh mukosa gaster.20 Mukosa gaster menghasilkan :
- Asam hidroklorik yang berfungsi sebagai anti kuman
- Faktor intrinsik (oleh sel parietal pada fundus gaster)
yang berperan dalam absorpsi vitamin B12
- Pepsinogen yang berfungsi memecah protein
- Lipase gastrik (oleh sel chief pada fundus gaster)
berfungsi memecah lemak,meskipun tidak seefektif li-
pase pancreas.
- Hormon gastrin (oleh sel G) yang berfungsi memacu
kerja enzim pencernaan
- Histamin (oleh sel enterokromafin), endorfin, serotonin,
cholecystokinin, dan somatostatin (yang dihasilkan oleh
sel enteroendokrin gaster)
- Mukus (oleh sel goblet) bersifat protektif terhadap
mukosa lambung
Absorbsi juga terjadi pada lambung walau hanya sedikit, bahan yang di-
absorbsi pada lambung bersifat sangat larut lemak, seperti alkohol dan
beberapa jenis obat seperti aspirin dalam jumlah kecil. Setelah makanan
masuk ke dalam lambung, 1-2 jam kemudian campuran makanan den-
gan sekret lambung berbentuk cairan tebal semi-liquid yang disebut
dengan chymus dan masuk ke usus halus.
e. Usus Halus
Usus halus terdiri dari 3 segmen, yaitu duodenum, jejunum, dan ileum,
berperan sangat penting pada proses pencernaan dan penyerapan. Ter-
dapat muara dari ductus hepatopancreaticus yang mengalirkan cairan
empedu dan sekret dan enzim pencernaan yang dihasilkan pancreas un-
tuk membantu proses pencernaan makanan di dalam duodenum. Chy-
mus yang bersifat asam dibuat menjadi bersifat lebih alkali dengan pe-
nambahan empedu dari kantung empedu (vesica felea) dan sekresi
bikarbonat dari pancreas dan kelenjar Brunner pada duodenum sehingga
melindungi dinding duodenum dan membuat enzim pencernaan dapat
bekerja dengan baik. Proses kimiawi yang terjadi di dalam usus halus,
antara lain :
- Pemecahan protein menjadi peptida dan asam amino
oleh tripsin aminopeptidase dan dipeptidase.
- Lemak akan diemulsi oleh empedu kemudian dipecah
menjadi asam lemak dan monogliserida oleh lipase pan-
creas.
- Amilase pancreas akan memecah karbohidrat kompleks
(amilum) menjadi oligosakarida, kemudian akan dipecah
oleh dextrinase, glukoamilase, maltase, sucrase, dan lak-
tase.
Laktase tidak terdapat pada hampir semua orang dewasa, sehingga lak-
tosa tidak dicerna pada usus halus. Selulosa juga tidak dicerna oleh usus
halus karena selulosa tersusun atas beta glukosa dan manusia tidak
memiliki enzim untuk memecah ikatan beta glukosa. Mukosa usus
halus tersusun atas epitel kolumner dengan plica circulares dan villi
yang berperan besar dalam proses absorpsi makanan secara difusi atau
transport aktif. Absorpsi pada usus halus paling banyak dilakukan oleh
jejunum, kecuali untuk zat besi (diabsorpsi pada duodenum),vitamin
B12 dan garam empedu (diabsorbsi pada ileum terminal), air dan lemak
(diabsorpsi secara difusi pasif di sepanjang usus halus), sodium bikar-
bonat (diabsorpsi secara transport aktif bersama glukosa dan ko-trans-
port asam amino), dan fruktosa (diabsorbsi secara difusi terfasilitasi).
f. Usus Besar
Usus besar dimulai dari caecum, colon ascenden, colon transversum,
colon descenden, hingga colon sigmoid. Setelah sekitar 90% bagian
makanan diabsorpsi pada usus halus, chymus yang tersisa akan masuk
ke dalam usus besar. Elektrolit seperti sodium, magnesium, klorida
yang tidak diserap usus halus menjadi satu dalam makanan yang tidak
dicerna, seperti serat.
Fungsi utama colon adalah mengabsorpsi air dan elektrolit dari chymus
dan menjadi tempat penimbunan bahan feces sampai dapat dikeluarkan.
Setengah bagian proksimal colon berhubungan dengan fungsi absorpsi,
sedangkan setengah bagian distal berhubungan dengan fungsi penyim-
panan
C. Etiologi
Gastritis Akut
- Obat analgetik anti inflamasi (aspirin)
- Bahan kimia (lysol)
- Merokok
- Alkohol
- Stres fisis yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma pembedahan, dll
- Refluks usus lambung
- Endotoksin
Bentuk terberat dari gastritis akut disebabkan oleh mencerna asam atau
alkali kuat, yang dapat menyebabkan mukosa menjadi gangren atau perforasi.
Pembentukan jaringan parut dapat terjadi, yang mengakibatkan obstruksi
pilorus. Gastritis juga merupakan tanda pertama dari infeksi sistemik akut.
Faktor yang dapat menyebabkan rusaknya mukosa lambung adalah :
g. Kerusakan mukosa barier sehingga difusi balik ion H+ meningkat
h. Perfusi mukosa lambung terganggu
i. Jumlah asam lambung meningkat
Faktor ini saling berhubungan, misalnya stres fisik yang dapat
menyebabkan perfusi mukosa lambung terganggu sehingga timbul daerah-daerah
infark kecil. Disamping itu, sekresi asam lambung juga terpacu. Pada gastritis
refluks, gastritis karena bahan kimia, obat, mucosal barier rusak menyebabkan
difusi balik ion H+ meningkat. Suasana asam yang terdapat pada lumen lambung
akan mempercepat mucosal barier oleh cairan usus.
Gastritis Kronik
a. Pada umumnya belum diketahui
b. Sering dijumpai bersama dengan penyakit lain (anemia penyakit adisson
dan gondok)
c. ulkus lambung kronik atau oleh bakteri Helicobacter pylory (H. Pylory)
d. Beberapa peneliti menghubungkan dengan proses imunologi
C. Klasifikasi
D. Manifestasi Klinis
E. Patofisiologi
F. Pemeriksaan Penunjang
gastritis meliputi :
feses.
pylori.
lambung.
G. Komplikasi
lain :
medis.
1. Pengkajian
1) Anamnesa meliputi :
1. Identitas Pasien
1. Nama :
2. Usia :
3. Jenis kelamin : Tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin
4. Jenis pekerjaan : Tidak dipengaruhi jenis pekerjaan
5. Alamat :
6. Suku/bangsa :
7. Agama :
8. Tingkat pendidikan : Bagi orang yang tingkat pendidikan rendah atau mini
m mendapatkan pengetahuan tentang gastritis, maka akan menganggap rem
eh penyakit ini, bahkan hanya menganggap gastritis sebagai sakit perut bias
a dan akan memakan makanan yang dapat menimbulkan serta memperpara
h penyakit ini.
9. Riwayat sakit dan kesehatan
1. Keluhan utama
2. Riwayat penyakit saat ini
3. Riwayat penyakit dahulu
1. B1 (breath) : Takhipnea
2. B2 (blood) : Takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah,
pengisian perifer lambat, warna kulit pucat.
3. B3 (brain) : Sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat
terganggu, disorientasi, nyeri epigastrum.
4. B4 (bladder) : Oliguri, gangguan keseimbangan cairan.
5. B5 (bowel) : Anemia, anorexia, mual, muntah, nyeri ulu hati,
tidak toleran terhadap makanan pedas.
6. B6 (bone) : Kelelahan, kelemahan.
3) Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan darah
3. Pemeriksaan feces
6. Analisis Lambung
7. Analisis stimulasi
4) Psikososial
2. Diagnosa Keperawatan
5. Intervensi Keperawatan
1.Nyeri Akut berhubungan dengan inflamasi mukosa lambung
HYD :
Intervensi :
Intervensi :
Intervensi :
Intervensi :
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi :
Implementasi :
5. Memonitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
Hasil : menemukan lokasi dan ketidaknyamanan selama aktivitas
6. Memonitor kelelahan fisik dan emosional
Hasil : menemukan masalah kelelahan fisik dan emosional pasien
7. Menyeediakan lingkungan yang nyaman dan ren-
dah stimulus
Hasil : pasien dapat istirahat di lingkungan yang nyaman
Implementasi :
Implementasi :
Daftar Pustaka