Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

SOLUTION PLASENTA

Disusun Oleh :

Meilanny Margaritha Rupilu

NIM : 2163030013

Ronauli Valentina Sihombing

NIM : 2163030014

PRODI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS VOKASI

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

TAHUN AKADEMIK 2022/2023

JAKARTA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kemurahan-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Solution Plasenta” dengan segala
baik tanpa kurang suatu apapun. Rasa terimakasih kami ucapkan kepada Dosen Pengampu Mata
Kuliah Keperawatan Maternitas Ns. Anggrayeni Purba dan terimakasih juga kami ucapkan
kepada teman-teman seangkatan yang sudah menjadi support system kami dalam membuat
makalah ini. Kami dari kelompok 3 mengakui bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurnah. Maka kami mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman dan dosen untuk
perbaikan makalah ini kedepannya.

Penulis

Jakarta, 16 Februari 2023


BAB I

PENDAHULUAN

I. Konsep Dasar Teori

1. Anatomi dan Fisiologi

Plasenta berasal dari lapisan trofoblas pada ovum yang dibuahi, lalu terhubung dengan
sirkulasi ibu untuk melakukan fungsi-fungsi yang belum dapat dilakukan oleh janin itu sendiri
selama kehidupan intra uterin. Keberhasilan janin untuk hidup tergantung atas keutuhan dan
efisiensi plasenta.

Plasenta terbentuk pada kira-kira minggu ke-8 kehamilan berasal dari bagian konseptus yang
menempel pada endometrium uteri dan tetap terikat kuat pada endometrium sampai janin lahir.
Fungsi plasenta sendiri sangat banyak, yaitu sebagai tempat pertukaran zat dan pengambilan
bahan nutrisi untuk tumbuh kembangnya janin, sebagai alat respirasi, sebagai alat sekresi hasil
metabolisme, sebagai barrier, sebagai sumber hormonal kehamilan. Plasenta juga bekerja sebagai
penghalang guna menghindarkan mikroorganisme penyakit mencapai fetus. Kebanyakan obat-
obatan juga dapat menembus plasenta seperti morfin, barbiturat dan anestesi umum yang
diberikan
kepada seorang ibu sewaktu melahirkan, dapat menekan pernafasan bayi yang baru lahir.
Plasenta merupakan salah satu sarana yang sangat penting bagi janin karena merupakan alat
pertukaran zat antara ibu dan anak dan sebaliknya, berbentuk bundar atau hampir bundar dengan
diameter 15-20 cm dan tebal lebih kurang 2,5 cm. Beratnya rata-rata 500 gram.

Letak plasenta umumnya di depan atau di belakang dinding uterus, agak ke atas ke arah
fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas
sehingga lebih banyak tempat untuk melakukan implantasi. Permukaan fetal ialah yang
menghadap ke janin, wamanya keputih-putihan dan licin karena tertutup oleh amnion, di bawah
nampak pembuluh-pembuluh darah. Permukaan matemal yang menghadap dinding rahim,
berwarna merah dan terbagi-bagi oleh celah-celah/sekat-sekat yang berasal dari jaringan ibu.
Oleh sekat ini, plasenta dibagi menjadi 16-20 kotiledon. Pada penampang sebuah plasenta yang
masih melekat pada dinding rahim nampak bahwa plasenta terdiri dari dua bagian yaitu bagian
yang dibentuk oleh jaringan anak dan bagian yang dibentuk oleh jaringan ibu.

Bagian yang terdiri dari jaringan anak disebut piring penutup (membrana chorii), yang
dibentuk oleh amnion, pembuluh-pembuluh darah janin, chorion dan villi. Bagian yang terbentuk
dari jaringan ibu disebut piring desidua atau piring basal yang terdiri dari desidua compacta dan
sebagian dari desidua spongiosa, yang kelak ikut lepas dengan plasenta.

Fungsi plasenta ialah mengusahakan janin tumbuh dengan baik. Salah satu fungsiplasenta
adalah untuk perfusi dan transfer nutrisi, yaitu sebagai tempat pertukaran zat danpengambilan
bahan nutrisi untuk tumbuh dan berkembangnya janin di dalam rahim, berupapenyaluran zat
asam, asam amino, vitamin dan mineral dari ibu ke janin, dan pembuangan karbondioksida dan
sampah metabolisme janin ke peredaran darah ibu. Fungsi lain dari plasenta adalah:

a. Nutrisi: memberikan bahan makanan pada janin

b. Ekskresi: mengalirkan keluar sisa metabolisme janin c. Respirasi memberikan 02 dan


mengeluarkan CO2 janin.

C. Endokrin: menghasilkan hormon-hormon (hCG, HPL, estrogen.progesteron,


dansebagainya)

D. Imunologi: menyalurkan berbagai komponen antibodi ke janin

E. Farmakologi: menyalurkan obat-obatan yang mungkin diperlukan janin, yang diberikan


melalui ibu
F. . Proteksi: barrier terhadap infeksi bakteri dan virus, zat-zat toksik (tetapi akhir2 ini
diragukan, karena pada kenyataannya janin sangat mudah terpapar infeksi / intoksikasi yang di
alami ibunya

2. Patofisiologi

Solutio placenta diawali dari terjadinya perdarahan didalam desidua basalis. Decidua basalis
kemudian terpisah, meninggalkan satu lapisan tipis yang melekat pada endometrium. Akibatnya,
proses ini pada tahap awalmemperlihatkan sebagai bentuk hematome desidua yang menyebabkan
pemisahan, penekanan dan akhirnya destruksi placenta yang ada didekatnya. Pada tahap awal
mungkin belum ada gejala klinis. Terkadang arteri spiralis mengalami ruptur sehingga
menyebabkan hematom retroplacental. Seiring dengan waktu hematom ini membesar dan
mengakibatkan semakin banyaknya pembuluh darah dan jaringan placenta terlepas. Bagian
placenta yang memisah dapat dengan cepat meluas dan mencapai tepi placenta. Karena uterus
masih teregang dengan hasil konsepsi, maka uterus tidak dapat berkontraksi untuk
menjepitpembuluh darah yang robek. Darah yang keluar dapat memisahkan selaput ketuban dari
dinding uterus dan akhirnya muncul sebagai perdarahan pervaginam atau perdarahan yang
terakumulasi di dalam uterus.
3. pathway

PATHWAY

SOLUTION PLASENTA

Perdarahan pada pembuluh darah plasenta

Hematoma di desidua
Hipertensi

Riwayat trauma
Plasenta terdesak
Kebiasaan
merokok

Plasenta terlepas Usia ibu <20 atau


<35 tahun

Tali pusat yang


Otot uterus meregang
pendek

Otot tidak mampu berkontraksi

Perdarahan

Hematoma retroplasenter bertambah besar


Plasenta terlepas lebih dari

½ bagian

Tiba-tiba solus io plasenta

Darah mengadakan

Ekstravaksasi diantara serat otot rahim

Penembus darah

selaput ketuban

darah akan menyelundupkan bawah

selaput ketuban penembus darah

selaput ketuban

darah keluar dari vagina

darah masuk ke

kantung ketuban
Ansietas

ekstravasi hebat

Rahim couvelai 1

Nyeri Akut

Seluruh permukaan Rahim akan

Berbecak biru atau ungu


(couvelaire Rahim)

Rahim tegang
Nyeri Akut

Kerusakan jantung

Myometrium dan retroplasenta

Tromboplastin masuk ke

Dalam pembuluh darah ibu

Pembekuan intravaskuler

Persediaan fibrinogen akan habis

hipofibrinogemia
Resiko syok
hipovolemik

gangguan pembekuan darah

volume darah menurun

pendarahan meningkat
Hipovolemia

Syok
Janin

Hipoksia kematian

Resiko cedera pada Berduka


Resiko cedera pada
janin
ibu

4. Definisi Solusio Plasenta

Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal dari
uterus, sebelum janin dilahirkan. Definisi ini berlaku pada kehamilan dengan usia kehamilan
(masa gestasi) di atas 22 minggu atau berat janin diatas 500 gr. Proses solusio plasenta dimulai
dengan terjadinya perdarahan dalam desidua basalis yang menyebabkan hematoma retroplasenter
(Saefuddin AB, 2006).

Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari tempat implantasinya pada korpus uteri
sebelum bayi lahir. Dapat terjadi pada setiap saat dalam kehamilan. Terlepasnya plasenta dapat
sebagian (parsialis), atau seluruhnya (totalis) atau hanya rupture pada tepinya (rupture sinus
marginalis) (dr.Handayo,dkk, 2010).

Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri sebelum
bayi lahir. Biasanya terjadi pada triwulan ketiga, walaupun dapat pula terjadi setiap saat dalam
kehamilan (Soewarto, 2016).

Kesimpulan berdasarkan beberapa pengertian menurut parah ahli diatas,maka kami dapat
menyimpulkan bahwa solusion plasenta merupakan suatu keadaan dalam kehamilan ,dimana
plasenta yang tempatnya normal terlepas dari tempat sesungghnya (pada fundus atau korfus).

5. Etiologi

Penyebab pasti solutio placenta adalah belum pasti, namun ada beberapa faktor resiko yang
menjadi pemicu terjadinya solutio placenta adalah:

a. Faktor trauma

Trauma yang dapat terjadi adalah:


1) Dekompresi uterus pada hidramnion dan gemell

2) Tarikan tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin, versi luar atau tindkan
pertolongan persalinan.

3) Trauma langsung abdomen

b. Faktor kardiorenovasculer

1) hipertensi pada kehamilan

2) penyakit glomerulonefritis kronik

3) sindrome pre eklampsia/eklampsia

4) tekanan pada vena cava inferior

c. faktor ibu

1) usia

5. peningkatan kejadian solutio placenta seiring dengan peningkatan usia ibu. Semakin tua
usia ibu maka kejadian malformasi pembuluh darah semakin tinggi, sehingga menjadi
faktor yang memperbesar terjadinya hipertensi menahun

b) paritas ibu

6. kasus solutio placenta lebih banyak ditemukan pada multigravida, karena semakin tinggi
paritas ibu maka kondisi endometrium semakin kurang baik

7. kebiasaan

a) kebiasaan merokok ibu yang memiliki kebiasaan merokok dapat menyebabkan


abnormalitas pada mikrosirkulasi, kondisi ini menyebabkan placenta tipis dengan
diameter yang luas sehingga rentan terjadi abruptio/lepas.

b) faktor penggunaan kokain

penggunaan kokain dapat meningkatkan pengeluaran katekolamin yang dapat menstimulasi


terjadinya vasokonstriksi pembuluh darah, vasospasme uteroplacental dapat menjadi penyebab
terlepasnya placenta.

c) riwayat solutio placenta sebelumnya


ibu yang memiliki riwayat kehamilan dengan solutio placenta, maka akan meningkatkan resiko
berulangnya kejadian solutio placenta pada kehamilan berikutnya.

6. Manifestasi Klinik

Pada solusio plasenta adalah sakit perut terus menerus, nyeri tekan pada uterus dari derajat
ringan sampai nyeri hebat, uterus tegang seperti papan, perdarahan pervaginam, syok yang tidak
sesuai dengan banyaknya perdarahan pervaginam,dan bunyi jantung janin tidak terdengar.
Mengingat risiko yang ditimbulkan sangat besar, maka satu satunya pilihan persalinan pada
kasus solusio plasenta adalah melakukan tindakan Sectio Caesarea dengan segera.

a. Solusio plasenta ringan

Solusio plasenta ringan ini disebut juga ruptura sinus marginalis, dimana terdapat pelepasan
sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak. Apabila terjadi perdarahan pervaginam,
warnanya akan kehitam-hitaman dan sedikit sakit. Perut terasa agak sakit, atau terasa agak
tegang yang sifatnya terus menerus. Walaupun demikian,bagian-bagian janin masih mudah
diraba. Uterus yang agak tegang ini harus selalu diawasi, karena dapat saja menjadi semakin
tegang karena perdarahan yang berlangsung.

b. Solusio plasenta sedang

Dalam hal ini plasenta terlepas lebih dari 1/4 bagian, tetapi belum 2/3 luas permukaan. Tanda
dan gejala dapat timbul perlahan-lahan seperti solusio plasenta ringan, tetapi dapat juga secara
mendadak dengan gejala sakit perut terus menerus, yang tidak lama kemudian disusul dengan
perdarahan pervaginam. Walaupun perdarahan pervaginam dapat sedikit, tetapi perdarahan
sebenarnya mungkin telah mencapai 1000 ml. Ibu mungkin telah jatuh ke dalam syok, demikian
pula janinnya yang jika masih hidup mungkin telah berada dalam keadaan gawat. Dinding uterus
teraba tegang terus-menerus dan nyeri tekan sehingga bagian-bagian janin sukar untuk diraba.
Jika janin masih hidup, bunyi jantung sukar didengar. Kelainan pembekuan darah dan kelainan
ginjal mungkin telah terjadi,walaupun hal tersebut lebih sering terjadi pada solusio plasenta
berat.

c. Solusio plasenta berat

Plasenta telah terlepas lebih dari 2/3 permukaannnya, terjadi sangat tiba-tiba. Biasanya ibu telah
jatuh dalam keadaan syok dan janinnya telah meninggal. Uterus sangat tegang seperti papan dan
sangat nyeri. Perdarahan pervaginam tampak tidak sesuai dengan keadaan syok ibu, terkadang
perdarahan pervaginam mungkin saja belum sempat terjadi. Pada keadaan-keadaan di atas besar
kemungkinan telah terjadi kelainan pada pembekuan darah dan kelainan/gangguan fungsi ginjal.

7. Klasifikasi

a. Klasifikasi dari solusio plasenta adalah sebagai berikut :

1) Solusio plasenta parsialis : bila hanya sebagian saja plasenta terlepas dari tempat
perlengkatannya.

2) Solusio plasenta totalis (komplek) : bila seluruh plasenta sudah terlepas dari tempat
perlengketannya.

3) Prolapsus plasenta : kadang-kadang plasenta ini turun ke bawah dan dapat teraba pada
pemeriksaan dalam.

b. Solusio plasenta dibagi menurut tingkat gejala klinik yaitu :

1). Kelas 0 : asimptomatik

Diagnosis ditegakkan secara retrospektif dengan menemukan hematoma atau daerah yang
mengalami pendesakan pada plasenta. Rupture sinus marginal juga dimasukkan dalam kategori
ini.

2). Kelas 1 : gejala klinis ringan dan terdapat hampir 48 % kasus. Solusio plasenta ringan yaitu
rupture sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak
sama sekali tidak mempengaruhi keadaan ibu atau janinnya.

Gejala : perdarahan pervaginam yang berwarna kehitam-hitaman dan sedikit sekali bahkan tidak
ada, perut terasa agak sakit terus-menerus agak tegang, tekanan darah dan denyut jantung
maternal normal, tidak ada koagulopati, dan tidak ditemukan tanda-tanda fetal distress.

3). Kelas II : gejala klinik sedang dan terdapat hampir 27% kasus. Solusio plasenta sedang dalam
hal ini plasenta telah lebih dari seperempatnya tetapi belum sampai dua pertiga luas
permukaannya.

Gejala : perdarahan pervaginam yang berwarna kehitam-hitaman, perut mendadak sakit terus-
menerus dan tidak lama kemudian disusul dengan perdarahan pervaginam walaupun tampak
sedikit tapi kemungkinan lebih banyak perdarahan di dalam, di dinding uterus teraba terus-
menerus dan nyeri tekan sehingga bagian bagian janin sulit diraba, apabila janin masih hidup
bunyi jantung sukar di dengar dengan stetoskop biasa harus dengan stetoskop ultrasonic, terdapat
fetal distress, dan hipofibrinogenemi (150 – 250 % mg/dl).
4) Kelas III : gejala berat dan terdapat hampir 24% kasus. Solusio plasenta berat, plasenta lebih
dari dua pertiga permukaannya, terjadinya sangat tiba-tiba biasanya ibu masuk syok dan janinnya
telah meninggal.

Gejala : ibu telah masuk dalam keadaan syok, dan kemungkinan janin telah meninggal, uterus
sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri, perdarahan pervaginam tampaknya tidak sesuai
dengan keadaan syok ibu, perdarahan pervaginam mungkin belum sempat terjadi. Besar
kemungkinan telah terjadi kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal, hipofibrinogenemi (<
150 mg/dl).

c. Berdasarkan ada atau tidaknya perdarahan pervaginam

1) Solusio plasenta ringan

Perdarahan pervaginam <100 -200 cc

2) Solusio plasenta sedang

Perdarahan pervaginam > 200 cc, hipersensitifitas uterus atau peningkatan tonus, syok ringan,
dapat terjadi fetal distress.

3) Solusio plasenta berat

Perdarahan pervaginam luas > 500 ml, uterus tetanik, syok maternal sampai kematian janin dan
koagulopati.

d. Berdasarkan ada atau tidaknya perdarahan pervaginan

1) Solusio plasenta yang nyata/tampak (revealed) Terjadi perdarahan pervaginam, gejala klinis
sesuai dengan jumlah kehilangan darah, tidak terdapat ketegangan uterus, atau hanya ringan.

2) Solusio plasenta yang tersembunyi (concealed) Tidak terdapat perdarahan pervaginam, uterus
tegang dan hipertonus, sering terjadi fetal distress berat. Tipe ini sering disebut perdarahan
retroplasental.

3) Solusio plasenta tipe campuran (mixed) Terjadi perdarahan baik retroplasental atau
pervaginam, uterus tetanik.

e. Berdasarkan luasnya bagian plasenta yang terlepas dari uterus


1) Solusio plasenta ringan Plasenta yang kurang dari ¼ bagian plasenta yang terlepas.
Perdarahan kurang dari 250 ml.

2) Solusio plasenta sedang

Plasenta yang terlepas ¼ – ½ bagian. Perdarahan < 1000 ml,uterus tegang, terdapat fetal distress
akibat insufisiensi uteroplasenta.

3) Solusio plasenta berat

Plasenta yang terlepas > ½ bagian, perdarahan > 1000 ml, terdapat fetal distress sampai dengan
kematian janin, syok maternal serta koagulopati.

8. Komplikasi

Komplikasi bisa terjadi pada ibu maupun pada janin yang dikandungnya dengan kriteria :

a. Komplikasi pada ibu

1) Perdarahan yang dapat menimbulkan : variasi turunnya tekanan darah sampai keadaan syok,
perdarahan tidak sesuai keadaan penderita anemis sampai syok, kesadaran bervariasi dari baik
sampai syok.

2) Gangguan pembekuan darah : masuknya trombosit ke dalam

sirkulasi darah menyebabkan pembekuan darah intravaskuler dan diserti hemolisis, terjadinya
penurunan fibrinogen sehingga hipofibrinogen dapat mengganggu pembekuan darah.

3) Oliguria menyebabkan terjadinya sumbatan glomerulus ginjal dan dapat menimbulkan


produksi urin makin berkurang.

4) Perdarahan postpartum : pada solusio plasenta sedang sampai berat terjadi infiltrasi darah ke
otot rahim, sehingga mengganggu kontraksi dan menimbulkan perdarahan karena atonia uteri,
kegagalan pembekuan darah menambah bertanya perdarahan.

5) Koagulopati konsumtif, DIC: solusio plasenta merupakan penyebab koagulopati konsumtif


yang tersering pada kehamilan.

6) Utero renal reflex

7) Ruptur uteri

b. Komplikasi pada janin


1) Asfiksia ringan sampai berat dan kematian janin, karena perdarahan yang tertimbun
dibelakang plasenta yang mengganggu sirkulasi dan nutrisi kearah janin. Rintangan kejadian
asfiksia sampai kematian janin dalam rahim tergantung pada beberapa sebagian plasenta telah
lepas dari implantasinya di fundus uteri.

2) Kelainan susunan sistem saraf pusat

3) Retardasi pertumbuhan

4) Anemia

9.Penatalaksanaan Medis

Tujuan utama pelaksanaan ibu dengan solusio plasenta, pada prinsipnya


adalah anak :
a. Mencegah kematian ibu
b. Menghentikan sumber perdarahan
c. Jika janin masih hidup, mempertahankan dan mengusahakan janin lahir hidup
Prinsip utama penatalaksanaannya antara lain :
a. Pasien (ibu) dirawat dirumah sakit, istirahat baring dan mengukur keseimbangan cairan
b. Optimalisasi keadaan umum pasien (ibu), dengan perbaikan : memberikan infuse dan transfuse
darah segar
c. Pemeriksaan laboratorium : hemoglobin, hematokrit, COT (Clot Observation Test/test
pembekuan darah), kadar fibrinogen plasma,urine lengkap, fungsi ginjal
d. Pasien (ibu) gelisah diberikan obat analgetika
e. Terminasi kehamilan : persalinan segera, pervaginam atau section caesaria. Yang tujuannya
adalah untuk menyelamatkan nyawa janin dan dengan lahirnya plasenta, berjutuan agar dapat
menghentikan perdarahan.
f. Bila terjadi gangguan pembekuan darah (COT >30 menit) diberikan darah segar dalam jumlah
besar dan bila perlu fibrinogen dengan monitoring berkala pemeriksaan COT dan hemoglobin.
g. Untuk mengurangi tekanan intrauterine yang dapat menyebabkan nekrosis ginjal (reflek utero
ginjal) selaput ketuban segera dipecahkan. Yang perlu diketahui oleh semua bidan yaitu
penanganan di tempat pelayanan kesehatan tingkat dasar ialah mengatasi syok/pre-syok dan
mempersiapkan rujukan sebaik-baiknya dan secepat-cepatnya. Mengingat komplikasi yang dapat
terjadi yaitu perdarahan banyak dan syok berat hingga kematian,atonia uteri, kelainan
pembekuan darah dan oliguria. Maka sikap paling utama dari bidan dalam menghadapi solusio
plasenta adalah segera melakukan rujukan ke rumah sakit.
10. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium untuk menyingkirkan diagnosis banding solusio plasenta

antara lain:

a. Hitung sel darah lengkap


b. Fibrinogen
c. Waktu prothrombin/waktu tromboplastin parsial teraktifasi untuk mengetahui terjadinya
DIC
d. Nitrogen urea/kreatinin dalam darah
e. Kleithauer-Betke test untuk mendeteksi adanya sel merah janin di dalam sirkulasi ibu
darah
1. Pemeriksaan penunjang ultrasonografi (USG) membantu menentukan lokasi plasenta
(untuk menyingkirkan kemungkinan plasenta previa). Saat ini lebih dari 50% pasien yang
diduga mengalami solusio plasenta dapat teridentifikasi melalui USG.
2. Hematom retroplasenter dapat dikenali sekitar 2-15% dari semua solusio plasenta.
Pengenalan hematoma tergantung pada derajat hematoma (besar dan lamanya) serta
keahlian operator.
3. Pemeriksaan histologik setelah plasenta dikeluarkan dapat memperlihatkan hematoma
retroplasenter.
4. Penemuan lain yang mungkin adalah adanya ektravasasi darah ke miometrium, yang
tampak sebagai bercak ungu pada tunika serosa uterus yang dikenal sebagai Uterus
Couvelaire.
5. Secara klinis diketahui dari adanya nyeri dan tegang pada uterus.
6. Diagnosis banding lain perdarahan pada trimester ketiga selain plasenta previa adalah
vasa previa, trauma vaginal, serta keganasan (jarang
BAB II

Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Temukan data-data yang dapat menunjang masalah keperawatan pasien dengan anamnese,

observasi dan pemeriksaan fisik:

1. Identitas

tentang identitas pasien dan penanggungjawab pasien. Hasil

temuan biasanya pada kasus pre eklampsia usia sering terjadi < 20 tahun dan > 35 tahun.

2.Keluhan utama

Keluhan yang paling sering muncul pada penderita perasaan sakit di perut secara

tiba-tiba, perdarahan pervaginam yang datang tiba-tiba, warna darah bisa merah segar atau
bekuan darah kehitaman. Kepala terasa pusing hebat, mual muntah, mata berkunang-kunang,
badan lemas

 Adanya riwayat trauma langsung pada abdomen

 Pergerakan anak yang lain dari biasanya ( cepat, lambat atau berhenti)

1. Riwayat penyakit sekarang

Tanyakan riwayat keluhan sampai pasien datang ke tempat pelayanan.


4. Riwayat penyakit dahulu

Terkait penyakit yang pernah diderita oleh pasien dan gangguan yang menjadi pemicu

munculnya placenta previa atau solutio placenta, misalnya:

 Riwayat tekanan darah sebelum hamil, riwayat pre eklampsia/eklampsia

 Riwayat solusio placenta pada kehamilan sebelumnya

 Riwayat hipertensi sebelumnya

5. Riwayat penyakit keluarga

Tanyakan penyakit yang pernah diderita oleh keluarga

6. Riwayat perkawinan

Tanyakan status perkawinan, umur saat menikah pertama kali, berapa kali menikah

dan berapa usia pernikahan saat ini

7. Riwayat obstertri

a. Riwayat haid

Tanyakan usia menarche, siklus haid, lama haid , keluhan saat haid dan HPHT

b. Riwayat kehamilan

Kaji tentang riwayat kehamilan lalu dan saat ini. Tanyakan riwayat ANC,keluhan

saat hamil, hasil pemeriksaan leopold, DJJ, pergerakan anak

8. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik menggunakan sistem pengkajian head to toe dan data fokus obstetri

harus dapat ditemukan

a) Kepala leher
 Kaji kebersihan dan distribusi kepala dan rambut

 Kaji expresi wajah klien ( pucat, kesakitan) tingkat kesadaran pasien baik secara
kualitatif maupun kuantitatif.

 Kesadaran kuantitatif diukur dengan GCS.

 Amati warna sklera mata ( ada tidaknya ikterik) dan konjungtiva mata ( anemis ada/tidak)

 Amati dan periksa kebersihan hidung, ada tidaknya pernafasan cuping

 hidung, deformitas tulang hidung

 Amati kondisi bibir ( kelembaban, warna, dan kesimetrisan )

 Kaji ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid, bendungan vena jugularis

b. Thorak

1) Paru

Hitung frekuensi pernafasan, inspeksi irama pernafasan, inspeksi

pengembangan kedua rongga dada simetris/tidak, auskultasi dan

identifikasi suara nafas pasien

2) Jantung dan sirkulasi darah

Raba kondisi akral hangat/dingin, hitung denyut nadi, identifikasikan

kecukupan volume pengisian nadi, reguleritas denyut nadi, ukurlah tekanan

darah pasien saat pasien berbaring/istirahat dan diluar his. Identifikasikan

ictus cordis dan auskultasi jantung identifikasi bunyi jantung.

3) Payudara

Kaji pembesaran payudara, kondisi puting ( puting masuk, menonjol, atau

tidak) , kebersihan payudara dan produksi ASI

c. Abdomen

 kaji pembesaran perut sesuai usia kehamilan /tidak


 Lakukan pemeriksaan leopold 1-4

 periksa DJJ berapa kali denyut jantung janin dalam 1 menit

 amati ada striae pada abdomen/tidak

 amati apakah uterus tegang baik waktu his atau diluar his

 Ada tidaknya nyeri tekan

d. Genetalia

 Kaji dan amati ada tidaknya perdarahan pevaginam

 k/p lakukan pemeriksaan dalam didapatkan hasil serviks bisa sudah terbuka

 atau tertutup, jika sudah maka serviks akan menonjol.

e. Ekstremitas

 Kaji ada tidaknya kelemahan

 Capilerry revile time

 Ada tidaknya oedema

 Kondisi akral hangat/dingin

 Ada tidaknya keringat dingin

 Tonus otot , ada tidaknya kejang

f. Pemeriksaan obstetric

Dituliskan hasil pemeriksaan leopold dan DJJ janin

g. Pemeriksaan penunjang

a. pemeriksaan laboratorium

 albumin urine (+), penurunan kadar HB


 pemeriksaan pembekuan darah tiap 1 jam

b.pemeriksaan USG

 Tampak tempat terlepasnya plasenta

 Tepian placenta

 Darah

2. Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan ditegakan dengan panduan Standar Diagnosis Keperawatan

Indonesia ( SDKI )

Beberapa diagnosis yang dapat di tegakan berdasarkan SDKI, 2017 adalah

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi

2. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif/perdarahan

3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional

4. Berduka berhubungan dengan kehilangan/ kematian janin

5. Resiko cedera pada Ibu berhubungan dengan Malposisi janin

6. Resiko cedera pada janin berhubungan dengan Usia ibu (< 15 tahun atau > 35 tahun)

7. Resiko hipovolemia berhubungan dengan perdarahan pervaginam

3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Intervensi keperawatan


Keperawatan Hasil (SLKI)
(SIKI)
(SDKI)

1. Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I.08238)


(D.0077) b.d asuhan keperawatan
agen selama 1x24 jam
pencedera diharapakan masalah
fisiologis nyeri akut dapat teratasi Observasi
dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi
Tingkat Nyeri lokasi,karakteristik,durasi,frekuen
(L.08066) si,kualitas,intensitas nyeri

1. Pola tidur 2. Identifikasi skala nyeri


membaik 7-8 3. Identifikasi factor yang
jam/hari (5) memperberat dan memperingan
2. Nafsu makan nyeri
membaik (5) 4. Identifikasi pengaruh nyeri pada
3. Tekanan darah kualitas nyeri
membaik (5) Teraupetik
4. Kesulitan tidur 5. Berikan teknik nonfarmakologis
menurun (5) untuk mengurangi rasa nyeri
5. Gelisah (mis.TENS,hypnosis,akupresur,te
menurun (5) rapi music,dll)

6. Meringis 6. kontrol lingkungan yang


menurun (5) memperberat rasa nyeri (mis.suhu
ruangan,pencahayaan,kebisingan)
7. Mengeluh nyeri
menurun (5) 7. fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi

8. jelaskan penyebab,periode,dan
pemicu nyeri

9. jelaskan strategi meredakan nyeri

10. anjurkan memonitor nyeri secara


mandiri

Kolaborasi

11. kolaborasi pemberian


analgetik,jika perlu.

2. Hipovolemia Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemia (I.03116)


(D.0023) b.d asuhan keperawatan
kehilangan selama 1x24 jam
cairan diharapkan masalah Observasi
aktif/perdarah Hipovolemia dapat 1. periksa tanda dan gejala
an teratasi dengan kriteria hipovolemia(mis.frekuensi
hasil : Status Cairan nadi meningkat,nadi teraba
(L.030280) lemah,tekanan darah
1. intake cairan menrun,turgor kulit
membaik (5) menurun,lemah,dll)

2. tekanan 2. monitor iintake dan output


darah cairan
membaik (5) Teraupetik
3. suhu tubuh 3. hitung kebutuhan cairan
membaik (5)
4. berikan asupan cairan oral
4. perasaan
lemah Edukasi
menurun (5)
5. anjurkan memperbanyak
5. turgor kulit asupan cairan oral
meningkat
6. anjurkan menghindari
(5)
perubahan posisi mendadak

Kolaborasi

7. kolaborasi pemberian produk


darah

3. Ansietas(D.00 Setelah dilakukan Reduksi Ansietas (I.09314)


80) b. d krisis asuhan keperawatan
situasional selama 1x24 jam
diharapkan masalah Observasi
ansietas dapat teratasi
dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi saat tingkat
ansietas berubah
Tingkat Ansietas (mis.kondisi,waktu,stressor)
(L.09093)
2. Identifikasi kemampuan
1. Pola tidur mengambil keputusan
membaik (5)
3. Monitor tanda-tanda ansietas
2. Tekanan (verbal dan nonverbal)
darah
menurun (5) Terupetik

3. Perilaku 4. Ciptakan suasana teraupetik


tegang untuk menumbuhkan
menurun (5) kepercayaan

4. Perilaku 5. Temani pasien untuk


gelisah mengurangi kecemasan.jika
menurun (5) memungkinkan

5. Pucat 6. Dengarkan dengan penuh


menurun (5) perhatian

7. Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan

Edukasi

8. Anjurkan keluarga untuk tetap


bersama pasien,jika perlu

9. Latih penggunaan mekanisme


pertahanan diri yang tepat

10. Latih teknik relaksasi

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian obat


ansietas,jika perlu

4. Berduka(D.00 Setelah dilakukan Dukungan Emosional (I.09256)


81) b.d asuhan keperawatan
kehilangan/ selama 1x24 jam
kematian diharapkan masalah Observasi
janin berduka dapat teratasi
dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi fungsi
marah,frustasi,dan amuk bagi
Tingkat Berduka pasien
(L.09094)
2. Identifikasi hal yang telah
1. Konsentrasi memicu emosi
membaik (5) Teraupetik

2. Pola tidur 3. Fasilitasi mengungkapkan


membaik (5) perasaan cemas,marah,atau sedih

3. Verbalisasi 4. Lakukan sentuhan untuk


mimpi buruk memberikan dukungan
menurun (5) (mis.merangkul,menepuk-nepuk)

4. Menangis 5. Kurangi tuntutan berpikir saat


menurun (5) sakit atau lelah

5. Panik menurun Edukasi


(5)
6. Anjurkan mengungkapkan
perasaan yang dialami
(mis.ansietas,marah,sedih)

7. Anjurkan penggunaan mekanisme


pertahanan yang tepat

Kolaborasi

8. Rujuk untuk konseling,jika perlu.

5. Resiko cedera Setelah dilakukan


Perawatan Persalinan Risiko Tinggi
pada Ibu asuhan keperawatan (I.07228)
berhubungan selama 1x24 jam
dengan diharapakan masalah Observasi
Malposisi risiko cedera pada ibu
1. Identifikasi kondisi umum
janin dapat teratasi dengan
pasien
kriteria hasil : 2. Monitor tanda-tanda vital
3. Monitor kelainan tanda vital
Tingkat Cedera
pada ibu dan janin
menurun (L.14136 ) 4. Monitor tanda-tanda persalinan
5. Monitor denyut jantung janin
1. Kejadian cedera
6. Identifikasi posisi janin dengan
menurun (5) USG
2. Luka/lecet
7. Identifikasi perdarahan pasca
menurun (5) persalinan
Terapeutik

8. Sediakan peralatan yang sesuai,


termasuk monitor janin,
ultrasound, mesin anestesi,
persediaan resusitasi neonatal,
forceps, dan penghangat bayi
ekstra
9. Dukung orang terdekat
mendampingi pasien
10. Gunakan Tindakan pencegahan
universal
11. Lakukan perineal scrub
12. Fasilitasi rotasi manual kepala
janin dari oksiput posterior ke
posisi anterior
13. Lakukan amniotomy selaput
ketuban
14. Fasilitasi Tindakan forceps atau
ekstraksi vakum, jika perlu
15. Lakukan resusitasi neonatal,
jika perlu
16. Fasilitasi ibu pulih dari
anestesi, jika perlu
17. Motivasi interaksi orang tua
dengan bayi baru lahir segera
setelah persalinan
18. Dokumentasikan prosedur
(mis: anestesi, forsep, ekstraksi
vakum, tekanan suprapubic,
manuver McRobert, resusitasi
neonatal)
Edukasi

19.Jelaskan prosedur Tindakan yang


akan dilakukan
20. Jelaskan karakteristik bayi baru
lahir yang terkait dengan
kelahiran berisiko tinggi (mis:
memar dan tanda forceps)
Kolaborasi

21.Koordinasi dengan tim untuk


standby (mis: neonatologis,
perawat intensif neonatal,
anetesiologis)
22. Kolaborasi pemberian anestesi
maternal, sesuai kebutuhan
6. Resiko cedera Setelah dilakukan
Pemantauan Denyut Jantung Janin
pada janin asuhan keperawatan
berhubungan selama 1x24 jam
(I.02056)
dengan Usia diharapakan masalah
ibu (< 15 risiko cedera pada janin Observasi
tahun atau > dapat teratasi dengan
35 tahun) kriteria hasil : 1. Identifikasi status obstetrik
2. Identifikasi Riwayat obstetrik
Tingkat Cedera 3. Identifikasi adanya penggunaan
obat, diet, dan merokok
menurun (L.14136 )
4. Identifikasi pemeriksaan
kehamilan sebelumnya
3. Kejadian cedera
5. Periksa denyut jantung janin
menurun (5)
selama 1 menit
4. Luka/lecet
6. Monitor denyut jantung ibu
menurun (5)
7. Monitor tanda vital ibu

Terapeutik

8. Atur posisi pasien


9. Lakukan manuver leopold untuk
menentukan posisi janin
Edukasi

10. Jelaskan tujuan dan prosedur


pemantauan
11. Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu
7. Resiko Setelah dilakukan
Pemantauan Cairan (I. 03121)
hipovolemia asuhan keperawatan
(D. selama 1x24 jam Observasi
berhubungan diharapkan masalah
dengan Resiko hipovolemia 1. Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
perdarahan dapat teratasi dengan
2. Monitor tekanan darah
pervaginam kriteria hasil :
3. Monitor waktu pengisian kapiler
Status Cairan (L.
03028) 4. Monitor intake dan output cairan

1. Intake cairan
membaik (5)
Teraupetik
2. Tekanan darah
membaik (5) 5. Atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
3. Membran mukosa
6. Dokumentasikan hasil pemantauan
membaik (5)

4. Turgor kulit
Edukasi
meningkat (5)
7. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan

8. Informasikan hasil pemantauan,jika


perlu

4. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat


untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang
lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang di harapkan (Gordon,1994, dalam Potter &
Perry,2011). Merupakan tindakan yang telah direncanakan dalam rencana keperawatan.

5.Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk menentukan
apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan,merevisi
rencana atau menghentikan rencana keperawatan (Manurung,2011)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan beberapa pengertian menurut parah ahli diatas,maka kami dapat menyimpulkan
bahwa solusion plasenta merupakan suatu keadaan dalam kehamilan ,dimana plasenta yang
tempatnya normal terlepas dari tempat sesungghnya (pada fundus atau korfus).

Pada solusio plasenta, darah dari tempat pelepasan akan mencari jalan keluar antara selaput
janin dan dinding rahim hingga akhirnya keluar dari serviks hingga terjadilah perdarahan keluar
atau perdarahan terbuka. Terkadang darah tidak keluar,tetapi berkumpul di belakang plasenta
membentuk hematom retroplasenta. Perdarahan semacam ini disebut perdarahan ke dalam atau
perdarahan tersembunyi.

B. Saran

Setelah menyusun makalah ini terkait solution plasenta, merupakan suatu keadaan dalam
kehamilan ,dimana plasenta yang tempatnya normal terlepas dari tempat sesungghnya (pada
fundus atau korfus).

Penulis menyarankan agar ibu dengan Hipertensi,Riwayat trauma,Kebiasaan merokok,Usia ibu


<20 atau <35 tahun,Tali pusat yang pendek ,lebih menjaga pola kebiasaan dan gaya hidup yang
bagus. Untuk Tujuan utama pelaksanaan ibu dengan solusio plasenta, pada prinsipnya
adalah anak : Mencegah kematian ibu,Menghentikan sumber perdarahan,Jika janin masih hidup,
mempertahankan dan mengusahakan janin lahir hidup
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Irene. M., Lowdermik., and Jensen (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas (Edisi 4).
Jakarta : EGC

Deswani 2009. Proses keperawatan berpikir kritis. Salemba Medika

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik.
Jakarta : DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan


Keperawatan ,Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan,Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai