SOLUTION PLASENTA
Disusun Oleh :
NIM : 2163030013
NIM : 2163030014
FAKULTAS VOKASI
JAKARTA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kemurahan-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Solution Plasenta” dengan segala
baik tanpa kurang suatu apapun. Rasa terimakasih kami ucapkan kepada Dosen Pengampu Mata
Kuliah Keperawatan Maternitas Ns. Anggrayeni Purba dan terimakasih juga kami ucapkan
kepada teman-teman seangkatan yang sudah menjadi support system kami dalam membuat
makalah ini. Kami dari kelompok 3 mengakui bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurnah. Maka kami mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman dan dosen untuk
perbaikan makalah ini kedepannya.
Penulis
PENDAHULUAN
Plasenta berasal dari lapisan trofoblas pada ovum yang dibuahi, lalu terhubung dengan
sirkulasi ibu untuk melakukan fungsi-fungsi yang belum dapat dilakukan oleh janin itu sendiri
selama kehidupan intra uterin. Keberhasilan janin untuk hidup tergantung atas keutuhan dan
efisiensi plasenta.
Plasenta terbentuk pada kira-kira minggu ke-8 kehamilan berasal dari bagian konseptus yang
menempel pada endometrium uteri dan tetap terikat kuat pada endometrium sampai janin lahir.
Fungsi plasenta sendiri sangat banyak, yaitu sebagai tempat pertukaran zat dan pengambilan
bahan nutrisi untuk tumbuh kembangnya janin, sebagai alat respirasi, sebagai alat sekresi hasil
metabolisme, sebagai barrier, sebagai sumber hormonal kehamilan. Plasenta juga bekerja sebagai
penghalang guna menghindarkan mikroorganisme penyakit mencapai fetus. Kebanyakan obat-
obatan juga dapat menembus plasenta seperti morfin, barbiturat dan anestesi umum yang
diberikan
kepada seorang ibu sewaktu melahirkan, dapat menekan pernafasan bayi yang baru lahir.
Plasenta merupakan salah satu sarana yang sangat penting bagi janin karena merupakan alat
pertukaran zat antara ibu dan anak dan sebaliknya, berbentuk bundar atau hampir bundar dengan
diameter 15-20 cm dan tebal lebih kurang 2,5 cm. Beratnya rata-rata 500 gram.
Letak plasenta umumnya di depan atau di belakang dinding uterus, agak ke atas ke arah
fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas
sehingga lebih banyak tempat untuk melakukan implantasi. Permukaan fetal ialah yang
menghadap ke janin, wamanya keputih-putihan dan licin karena tertutup oleh amnion, di bawah
nampak pembuluh-pembuluh darah. Permukaan matemal yang menghadap dinding rahim,
berwarna merah dan terbagi-bagi oleh celah-celah/sekat-sekat yang berasal dari jaringan ibu.
Oleh sekat ini, plasenta dibagi menjadi 16-20 kotiledon. Pada penampang sebuah plasenta yang
masih melekat pada dinding rahim nampak bahwa plasenta terdiri dari dua bagian yaitu bagian
yang dibentuk oleh jaringan anak dan bagian yang dibentuk oleh jaringan ibu.
Bagian yang terdiri dari jaringan anak disebut piring penutup (membrana chorii), yang
dibentuk oleh amnion, pembuluh-pembuluh darah janin, chorion dan villi. Bagian yang terbentuk
dari jaringan ibu disebut piring desidua atau piring basal yang terdiri dari desidua compacta dan
sebagian dari desidua spongiosa, yang kelak ikut lepas dengan plasenta.
Fungsi plasenta ialah mengusahakan janin tumbuh dengan baik. Salah satu fungsiplasenta
adalah untuk perfusi dan transfer nutrisi, yaitu sebagai tempat pertukaran zat danpengambilan
bahan nutrisi untuk tumbuh dan berkembangnya janin di dalam rahim, berupapenyaluran zat
asam, asam amino, vitamin dan mineral dari ibu ke janin, dan pembuangan karbondioksida dan
sampah metabolisme janin ke peredaran darah ibu. Fungsi lain dari plasenta adalah:
2. Patofisiologi
Solutio placenta diawali dari terjadinya perdarahan didalam desidua basalis. Decidua basalis
kemudian terpisah, meninggalkan satu lapisan tipis yang melekat pada endometrium. Akibatnya,
proses ini pada tahap awalmemperlihatkan sebagai bentuk hematome desidua yang menyebabkan
pemisahan, penekanan dan akhirnya destruksi placenta yang ada didekatnya. Pada tahap awal
mungkin belum ada gejala klinis. Terkadang arteri spiralis mengalami ruptur sehingga
menyebabkan hematom retroplacental. Seiring dengan waktu hematom ini membesar dan
mengakibatkan semakin banyaknya pembuluh darah dan jaringan placenta terlepas. Bagian
placenta yang memisah dapat dengan cepat meluas dan mencapai tepi placenta. Karena uterus
masih teregang dengan hasil konsepsi, maka uterus tidak dapat berkontraksi untuk
menjepitpembuluh darah yang robek. Darah yang keluar dapat memisahkan selaput ketuban dari
dinding uterus dan akhirnya muncul sebagai perdarahan pervaginam atau perdarahan yang
terakumulasi di dalam uterus.
3. pathway
PATHWAY
SOLUTION PLASENTA
Hematoma di desidua
Hipertensi
Riwayat trauma
Plasenta terdesak
Kebiasaan
merokok
Perdarahan
½ bagian
Darah mengadakan
Penembus darah
selaput ketuban
selaput ketuban
darah masuk ke
kantung ketuban
Ansietas
ekstravasi hebat
Rahim couvelai 1
Nyeri Akut
Rahim tegang
Nyeri Akut
Kerusakan jantung
Tromboplastin masuk ke
Pembekuan intravaskuler
hipofibrinogemia
Resiko syok
hipovolemik
pendarahan meningkat
Hipovolemia
Syok
Janin
Hipoksia kematian
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal dari
uterus, sebelum janin dilahirkan. Definisi ini berlaku pada kehamilan dengan usia kehamilan
(masa gestasi) di atas 22 minggu atau berat janin diatas 500 gr. Proses solusio plasenta dimulai
dengan terjadinya perdarahan dalam desidua basalis yang menyebabkan hematoma retroplasenter
(Saefuddin AB, 2006).
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari tempat implantasinya pada korpus uteri
sebelum bayi lahir. Dapat terjadi pada setiap saat dalam kehamilan. Terlepasnya plasenta dapat
sebagian (parsialis), atau seluruhnya (totalis) atau hanya rupture pada tepinya (rupture sinus
marginalis) (dr.Handayo,dkk, 2010).
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri sebelum
bayi lahir. Biasanya terjadi pada triwulan ketiga, walaupun dapat pula terjadi setiap saat dalam
kehamilan (Soewarto, 2016).
Kesimpulan berdasarkan beberapa pengertian menurut parah ahli diatas,maka kami dapat
menyimpulkan bahwa solusion plasenta merupakan suatu keadaan dalam kehamilan ,dimana
plasenta yang tempatnya normal terlepas dari tempat sesungghnya (pada fundus atau korfus).
5. Etiologi
Penyebab pasti solutio placenta adalah belum pasti, namun ada beberapa faktor resiko yang
menjadi pemicu terjadinya solutio placenta adalah:
a. Faktor trauma
2) Tarikan tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin, versi luar atau tindkan
pertolongan persalinan.
b. Faktor kardiorenovasculer
c. faktor ibu
1) usia
5. peningkatan kejadian solutio placenta seiring dengan peningkatan usia ibu. Semakin tua
usia ibu maka kejadian malformasi pembuluh darah semakin tinggi, sehingga menjadi
faktor yang memperbesar terjadinya hipertensi menahun
b) paritas ibu
6. kasus solutio placenta lebih banyak ditemukan pada multigravida, karena semakin tinggi
paritas ibu maka kondisi endometrium semakin kurang baik
7. kebiasaan
6. Manifestasi Klinik
Pada solusio plasenta adalah sakit perut terus menerus, nyeri tekan pada uterus dari derajat
ringan sampai nyeri hebat, uterus tegang seperti papan, perdarahan pervaginam, syok yang tidak
sesuai dengan banyaknya perdarahan pervaginam,dan bunyi jantung janin tidak terdengar.
Mengingat risiko yang ditimbulkan sangat besar, maka satu satunya pilihan persalinan pada
kasus solusio plasenta adalah melakukan tindakan Sectio Caesarea dengan segera.
Solusio plasenta ringan ini disebut juga ruptura sinus marginalis, dimana terdapat pelepasan
sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak. Apabila terjadi perdarahan pervaginam,
warnanya akan kehitam-hitaman dan sedikit sakit. Perut terasa agak sakit, atau terasa agak
tegang yang sifatnya terus menerus. Walaupun demikian,bagian-bagian janin masih mudah
diraba. Uterus yang agak tegang ini harus selalu diawasi, karena dapat saja menjadi semakin
tegang karena perdarahan yang berlangsung.
Dalam hal ini plasenta terlepas lebih dari 1/4 bagian, tetapi belum 2/3 luas permukaan. Tanda
dan gejala dapat timbul perlahan-lahan seperti solusio plasenta ringan, tetapi dapat juga secara
mendadak dengan gejala sakit perut terus menerus, yang tidak lama kemudian disusul dengan
perdarahan pervaginam. Walaupun perdarahan pervaginam dapat sedikit, tetapi perdarahan
sebenarnya mungkin telah mencapai 1000 ml. Ibu mungkin telah jatuh ke dalam syok, demikian
pula janinnya yang jika masih hidup mungkin telah berada dalam keadaan gawat. Dinding uterus
teraba tegang terus-menerus dan nyeri tekan sehingga bagian-bagian janin sukar untuk diraba.
Jika janin masih hidup, bunyi jantung sukar didengar. Kelainan pembekuan darah dan kelainan
ginjal mungkin telah terjadi,walaupun hal tersebut lebih sering terjadi pada solusio plasenta
berat.
Plasenta telah terlepas lebih dari 2/3 permukaannnya, terjadi sangat tiba-tiba. Biasanya ibu telah
jatuh dalam keadaan syok dan janinnya telah meninggal. Uterus sangat tegang seperti papan dan
sangat nyeri. Perdarahan pervaginam tampak tidak sesuai dengan keadaan syok ibu, terkadang
perdarahan pervaginam mungkin saja belum sempat terjadi. Pada keadaan-keadaan di atas besar
kemungkinan telah terjadi kelainan pada pembekuan darah dan kelainan/gangguan fungsi ginjal.
7. Klasifikasi
1) Solusio plasenta parsialis : bila hanya sebagian saja plasenta terlepas dari tempat
perlengkatannya.
2) Solusio plasenta totalis (komplek) : bila seluruh plasenta sudah terlepas dari tempat
perlengketannya.
3) Prolapsus plasenta : kadang-kadang plasenta ini turun ke bawah dan dapat teraba pada
pemeriksaan dalam.
Diagnosis ditegakkan secara retrospektif dengan menemukan hematoma atau daerah yang
mengalami pendesakan pada plasenta. Rupture sinus marginal juga dimasukkan dalam kategori
ini.
2). Kelas 1 : gejala klinis ringan dan terdapat hampir 48 % kasus. Solusio plasenta ringan yaitu
rupture sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak
sama sekali tidak mempengaruhi keadaan ibu atau janinnya.
Gejala : perdarahan pervaginam yang berwarna kehitam-hitaman dan sedikit sekali bahkan tidak
ada, perut terasa agak sakit terus-menerus agak tegang, tekanan darah dan denyut jantung
maternal normal, tidak ada koagulopati, dan tidak ditemukan tanda-tanda fetal distress.
3). Kelas II : gejala klinik sedang dan terdapat hampir 27% kasus. Solusio plasenta sedang dalam
hal ini plasenta telah lebih dari seperempatnya tetapi belum sampai dua pertiga luas
permukaannya.
Gejala : perdarahan pervaginam yang berwarna kehitam-hitaman, perut mendadak sakit terus-
menerus dan tidak lama kemudian disusul dengan perdarahan pervaginam walaupun tampak
sedikit tapi kemungkinan lebih banyak perdarahan di dalam, di dinding uterus teraba terus-
menerus dan nyeri tekan sehingga bagian bagian janin sulit diraba, apabila janin masih hidup
bunyi jantung sukar di dengar dengan stetoskop biasa harus dengan stetoskop ultrasonic, terdapat
fetal distress, dan hipofibrinogenemi (150 – 250 % mg/dl).
4) Kelas III : gejala berat dan terdapat hampir 24% kasus. Solusio plasenta berat, plasenta lebih
dari dua pertiga permukaannya, terjadinya sangat tiba-tiba biasanya ibu masuk syok dan janinnya
telah meninggal.
Gejala : ibu telah masuk dalam keadaan syok, dan kemungkinan janin telah meninggal, uterus
sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri, perdarahan pervaginam tampaknya tidak sesuai
dengan keadaan syok ibu, perdarahan pervaginam mungkin belum sempat terjadi. Besar
kemungkinan telah terjadi kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal, hipofibrinogenemi (<
150 mg/dl).
Perdarahan pervaginam > 200 cc, hipersensitifitas uterus atau peningkatan tonus, syok ringan,
dapat terjadi fetal distress.
Perdarahan pervaginam luas > 500 ml, uterus tetanik, syok maternal sampai kematian janin dan
koagulopati.
1) Solusio plasenta yang nyata/tampak (revealed) Terjadi perdarahan pervaginam, gejala klinis
sesuai dengan jumlah kehilangan darah, tidak terdapat ketegangan uterus, atau hanya ringan.
2) Solusio plasenta yang tersembunyi (concealed) Tidak terdapat perdarahan pervaginam, uterus
tegang dan hipertonus, sering terjadi fetal distress berat. Tipe ini sering disebut perdarahan
retroplasental.
3) Solusio plasenta tipe campuran (mixed) Terjadi perdarahan baik retroplasental atau
pervaginam, uterus tetanik.
Plasenta yang terlepas ¼ – ½ bagian. Perdarahan < 1000 ml,uterus tegang, terdapat fetal distress
akibat insufisiensi uteroplasenta.
Plasenta yang terlepas > ½ bagian, perdarahan > 1000 ml, terdapat fetal distress sampai dengan
kematian janin, syok maternal serta koagulopati.
8. Komplikasi
Komplikasi bisa terjadi pada ibu maupun pada janin yang dikandungnya dengan kriteria :
1) Perdarahan yang dapat menimbulkan : variasi turunnya tekanan darah sampai keadaan syok,
perdarahan tidak sesuai keadaan penderita anemis sampai syok, kesadaran bervariasi dari baik
sampai syok.
sirkulasi darah menyebabkan pembekuan darah intravaskuler dan diserti hemolisis, terjadinya
penurunan fibrinogen sehingga hipofibrinogen dapat mengganggu pembekuan darah.
4) Perdarahan postpartum : pada solusio plasenta sedang sampai berat terjadi infiltrasi darah ke
otot rahim, sehingga mengganggu kontraksi dan menimbulkan perdarahan karena atonia uteri,
kegagalan pembekuan darah menambah bertanya perdarahan.
7) Ruptur uteri
3) Retardasi pertumbuhan
4) Anemia
9.Penatalaksanaan Medis
antara lain:
1. Pengkajian
Temukan data-data yang dapat menunjang masalah keperawatan pasien dengan anamnese,
1. Identitas
temuan biasanya pada kasus pre eklampsia usia sering terjadi < 20 tahun dan > 35 tahun.
2.Keluhan utama
Keluhan yang paling sering muncul pada penderita perasaan sakit di perut secara
tiba-tiba, perdarahan pervaginam yang datang tiba-tiba, warna darah bisa merah segar atau
bekuan darah kehitaman. Kepala terasa pusing hebat, mual muntah, mata berkunang-kunang,
badan lemas
Pergerakan anak yang lain dari biasanya ( cepat, lambat atau berhenti)
Terkait penyakit yang pernah diderita oleh pasien dan gangguan yang menjadi pemicu
6. Riwayat perkawinan
Tanyakan status perkawinan, umur saat menikah pertama kali, berapa kali menikah
7. Riwayat obstertri
a. Riwayat haid
Tanyakan usia menarche, siklus haid, lama haid , keluhan saat haid dan HPHT
b. Riwayat kehamilan
Kaji tentang riwayat kehamilan lalu dan saat ini. Tanyakan riwayat ANC,keluhan
8. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik menggunakan sistem pengkajian head to toe dan data fokus obstetri
a) Kepala leher
Kaji kebersihan dan distribusi kepala dan rambut
Kaji expresi wajah klien ( pucat, kesakitan) tingkat kesadaran pasien baik secara
kualitatif maupun kuantitatif.
Amati warna sklera mata ( ada tidaknya ikterik) dan konjungtiva mata ( anemis ada/tidak)
b. Thorak
1) Paru
3) Payudara
c. Abdomen
amati apakah uterus tegang baik waktu his atau diluar his
d. Genetalia
k/p lakukan pemeriksaan dalam didapatkan hasil serviks bisa sudah terbuka
e. Ekstremitas
f. Pemeriksaan obstetric
g. Pemeriksaan penunjang
a. pemeriksaan laboratorium
b.pemeriksaan USG
Tepian placenta
Darah
2. Diagnosis Keperawatan
Indonesia ( SDKI )
6. Resiko cedera pada janin berhubungan dengan Usia ibu (< 15 tahun atau > 35 tahun)
3. Intervensi Keperawatan
Edukasi
8. jelaskan penyebab,periode,dan
pemicu nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi
7. Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
Edukasi
Kolaborasi
Kolaborasi
Terapeutik
1. Intake cairan
membaik (5)
Teraupetik
2. Tekanan darah
membaik (5) 5. Atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
3. Membran mukosa
6. Dokumentasikan hasil pemantauan
membaik (5)
4. Turgor kulit
Edukasi
meningkat (5)
7. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
4. Implementasi
5.Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk menentukan
apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan,merevisi
rencana atau menghentikan rencana keperawatan (Manurung,2011)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan beberapa pengertian menurut parah ahli diatas,maka kami dapat menyimpulkan
bahwa solusion plasenta merupakan suatu keadaan dalam kehamilan ,dimana plasenta yang
tempatnya normal terlepas dari tempat sesungghnya (pada fundus atau korfus).
Pada solusio plasenta, darah dari tempat pelepasan akan mencari jalan keluar antara selaput
janin dan dinding rahim hingga akhirnya keluar dari serviks hingga terjadilah perdarahan keluar
atau perdarahan terbuka. Terkadang darah tidak keluar,tetapi berkumpul di belakang plasenta
membentuk hematom retroplasenta. Perdarahan semacam ini disebut perdarahan ke dalam atau
perdarahan tersembunyi.
B. Saran
Setelah menyusun makalah ini terkait solution plasenta, merupakan suatu keadaan dalam
kehamilan ,dimana plasenta yang tempatnya normal terlepas dari tempat sesungghnya (pada
fundus atau korfus).
Bobak, Irene. M., Lowdermik., and Jensen (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas (Edisi 4).
Jakarta : EGC
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik.
Jakarta : DPP PPNI
PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan,Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI