Anda di halaman 1dari 10

ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN SOSIOLOGI

10.5. Menganalisis peran lembaga sosial dalam kehidupan sosial masyarakat dan
menghubungkannya dalam upaya menciptakan keteraturan dan tertib sosial serta melakukan
studi investigasi berbagai peran lembaga sosial dalam kehidupan sosial secara nyata.

BAB
LEMBAGA SOSIAL
I. HAKEKAT LEMBAGA SOSIAL
Lembaga sosial adalah sekumpulan norma yang tersusun secara sistematis yang dibentuk
dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhan hidup manusia yang bersifat khusus.
Untuk memfungsikan sekumpulan norma atau gagasan perilaku itu, setiap lembaga sosial
memiliki beberapa asosiasi atau organisasi. Untuk lebih jelasnya, perhatikan tabel berikut
ini!
Tabel 1.1. Hubungan antara Lembaga Sosial dan Asosiasi
Lembaga Asosiasi/Organisasi
Perkawinan Kantor Urusan Agama (KUA)
Pendidikan Perguruan Tinggi, SMA, SMP, SD
Agama Masjid, Gereja, Pura, Vihara
Pemerintahan Partai, Parlemen
Perekonomian PT, Firma, CV
Sumber: Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas XII, ESIS halaman 61
Tabel 1.1. di atas menunjukkan adanya hubungan yang erat antara lembaga sosial dan
asosiasi. Asosiasi merupakan perwujudan dari lembaga sosial. Asosiasi memiliki perangkat
peraturan, aturan main (tata tertib) yang disebut lembaga sosial. Asosiasi juga memiliki
anggota dan tujuan yang jelas. Jadi, lembaga sosial bersifat abstrak. Sebaliknya, asosiasi
bersifat konkret.
II. TIPE-TIPE LEMBAGA SOSIAL
A. Tipe-tipe Lembaga Sosial
Menurut John Lewis Gillin dan John Philip Gillin, tipe-tipe lembaga sosial dapat
diklasifikasikan sebagai berikut.
1. Berdasarkan sudut perkembangannya.
a. Crescive institution
Yaitu lembaga sosial yang secara tidak sengaja tumbuh dari adat istiadat masyarakat.
Contoh: lembaga perkawinan, hak milik, dan agama.
b. Enacted institution
Yaitu lembaga sosial yang sengaja dibentuk untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Contoh: lembaga utang piutang dan lembaga pendidikan. Meskipun lembaga jenis itu
dibentuk dengan sengaja, tetapi tetap berakar pada kebiasaan yang berlaku di masyarakat.
2. Berdasarkan sudut sistem nilai yang diterima oleh masyarakat.
a. Basic institution
Yaitu lembaga sosial yang penting untuk memelihara dan mempertahankan tata tertib
dalam masyarakat.
Contoh: keluarga, sekolah, dan negara.
b. Subsidiary institution
Yaitu lembaga sosial yang berkaitan dengan hal yang dianggap oleh masyarakat kurang
penting seperti rekreasi. Ukuran yang digunakan untuk menentukan penting atau tidaknya
suatu lembaga sosial sangat bergantung pada kondisi dan situasi masyarakat yang
bersangkutan.
Contoh: mentraktir makan teman-teman saat gajian pertama.
3. Berdasarkan sudut penerimaan masyarakat.
a. Approved dan sanctioned institution
Yaitu lembaga sosial yang diterima oleh masyarakat.
Contoh: lembaga sekolah dan perusahaan dagang.
b. Unsanctioned institution
Yaitu lembaga sosial yang ditolak masyarakat meskipun masyarakat tidak mampu
memberantasnya.
Contoh: sindikat kejahatan, pelacuran, dan perjudian.
4. Berdasarkan sudut penyebarannya.
a. General institution
Yaitu lembaga sosial yang dikenal oleh sebagian besar masyarakat dunia.
Contoh: lembaga agama.
b. Restructed institution
Yaitu lembaga sosial yang hanya dikenal oleh masyarakat tertentu.
Contoh: lembaga agama Islam, Kristen Protestan, Hindu, dan Buddha. Masing-masing
pemeluk mengenal lembaga agamanya masing-masing.
5. Berdasarkan sudut fungsinya.
a. Operative institution
Yaitu lembaga sosial yang berfungsi menghimpun pola-pola atau cara-cara yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dari masyarakat yang bersangkutan.
Contoh: lembaga industri.
b. Regulative institution
Yaitu lembaga sosial yang bertujuan mengawasi adat-istiadat atau tata kelakuan yang ada
dalam masyarakat.
Contoh: lembaga hukum, seperti kejaksaan dan pengadilan.
III. PERAN DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL
A. Jenis-jenis atau Macam-macam Lembaga Sosial
Ada delapan macam lembaga sosial, yakni lembaga keluarga, ekonomi, pendidikan, ilmiah,
agama, lembaga politik, kesenian dan rekreasi, serta kesehatan.
1. Lembaga Keluarga
Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak.
Tujuan perkawinan adalah sebagai berikut.
a. Untuk mendapat keturunan.
b. Untuk meningkatkan derajat dan status sosial seseorang baik pria maupun wanita.
c. Mendekatkan kembali hubungan kerabat yang sudah renggang.
d. Agar harta warisan tidak jatuh ke tangan orang lain.
Sementara itu, manfaat atau hikmah yang terkandung dalam sebuah perkawinan adalah
sebagai berikut.
a. Terpeliharanya kehormatan karena manusia sebagai makhluk bersusila, baik laki-laki
maupun perempuan senantiasa ingin martabat dan kehormatan diri dan keluarganya
terpelihara.
b. Menghubungkan tali persaudaraan dan memperbanyak keluarga.
c. Membentuk keluarga dan masyarakat sejahtera.
Bentuk-bentuk perkawinan
a. Menurut jumlah suami atau istri
1) Monogami (mono berarti satu, gamos berarti kawin)
Yaitu perkawinan antara satu orang laki-laki dan satu orang wanita.
2) Poligami (poli berarti banyak)
Yaitu perkawinan antara satu orang laki-laki atau wanita dan lebih dari satu wanita
atau laki-laki. Dengan kata lain, beristri atau bersuami lebih dari satu orang.
Perkawinan antara dua orang yang masih mempunyai hubungan darah disebut incest
(perkawinan sumbang). Misalnya perkawinan antara adik kakak sekandung, anak
dengan orang tua, cucu dengan kakek atau neneknya.
b. Menurut asal suami atau istri
1) Endogami
Adalah perkawinan di lingkungan sendiri, misalnya dalam satu klan, etnis, atau
kerabat.
2) Eksogami
Adalah perkawinan yang dilakukan di luar lingkungan keluarga sendiri. Perkawinan
eksogami bebas memilih jodoh di luar klan, kerabat, atau etnisnya.
Dalam bentuk perkawinan eksogami, sering juga dimasukkan dua macam bentuk
perkawinan berikut ini.
a) Homogami
Adalah perkawinan antara anak-anak dari dua keluarga yang termasuk dalam
lapisan sosial yang sama. Misalnya, anak bangsawan kawin dengan anak
bangsawan yang lain.
b) Heterogami
Adalah perkawinan dari dua keluarga yang lapisan sosialnya berlainan. Contoh,
anak keturunan bangsawan kawin dengan anak orang biasa.
Pola menetap sesudah perkawinan
Ada beberapa pola menetap yang dianut pasangan suami istri setelah mereka menikah,
yaitu sebagai berikut.
a. Patrilokal (virilokal)
Yaitu pasangan suami istri bertempat tinggal di sekitar pusat kediaman kerabat suami.
b. Matrilokal (otorilokal)
Yaitu pasangan suami istri bertempat tinggal di sekitar kerabat istri.
c. Bilokal
Yaitu pasangan suami istri menetap secara bergantian antara kerabat istri dan kerabat
suami.
d. Neolokal
Yaitu pasangan suami istri bertempat tinggal di tempat baru.
e. Avunkulokal
Yaitu pasangan suami istri menetap di rumah saudara laki-laki ibu (paman) dari pihak
suami.
f. Natalokal
Yaitu suami dan istri tidak tinggal di tempat yang sama tetapi tinggal di tempat
kelahirannya masing-masing dan hanya bertemu untuk waktu yang relatif pendek.
g. Utrolokal
Yaitu pasangan suami istri bebas menentukan tempat tinggalnya.
h. Komonlokal
Yaitu pasangan suami istri bertempat tinggal dalam kelompok yang terdiri dari orang tua
kedua belah pihak.
Fungsi keluarga
a. Fungsi reproduksi
Dalam keluarga, anak-anak merupakan wujud dari cinta kasih dan tanggung jawab
suami istri meneruskan keturunan.
b. Fungsi sosialisasi
Keluarga berperan dalam membentuk kepribadian anak agar sesuai dengan harapan
orang tua dan masyarakatnya. Keluarga sebagai wahana sosialisasi primer harus mampu
menerapkan nilai-nilai atau norma-norma masyarakat melalui keteladanan orang tua.
c. Fungsi afeksi
Dalam keluarga, diperlukan kehangatan, rasa kasih sayang, dan perhatian antaranggota
keluarga yang merupakan salah satu kebutuhan manusia sebagai makhluk berpikir dan
bermoral (kebutuhan integratif). Apabila anak tidak atau kurang mendapatkannya,
memungkinkan ia menjadi sulit dikendalikan, nakal, bahkan terjerumus pada kejahatan.
d. Fungsi ekonomi
Keluarga, terutama orang tua, mempunyai kewajiban memenuhi kebutuhan ekonomi
anak-anaknya. Pada masyarakat tradisional, kewajiban ini dipikul oleh suami. Namun,
pada masyarakat modern yang menganggap peran laki-laki dengan wanita kian sejajar,
suami dan istri memikul tanggung jawab ekonomi yang sama terhadap anak-anak
mereka.
e. Fungsi pengawasan sosial
Setiap anggota keluarga, pada dasarnya, saling melakukan kontrol atau pengawasan
karena mereka memiliki rasa tanggung jawab dalam menjaga nama baik keluarga.
Namun, peran ini biasanya lebih dominan dilakukan oleh anggota keluarga yang lebih
tua.
f. Fungsi proteksi (perlindungan)
Fungsi perlindungan sangat dibutuhkan anggota keluarga, terutama anak, sehingga anak
akan merasa aman hidup di tengah-tengah keluarganya. Ia akan merasa terlindungi dari
berbagai ancaman fisik maupun mental yang datang dari dalam keluarga maupun dari
luarnya.
g. Fungsi pemberian status
Melalui perkawinan, seseorang akan mendapatkan status atau kedudukan yang baru di
masyarakat, yaitu sebagai suami atau istri. Secara otomatis, ia akan diperlakukan sebagai
orang yang telah dewasa dan mampu bertanggung jawab kepada diri, keluarga, anak-
anak, dan masyarakatnya.
Soejono Prawiraharja, psikiater dari UGM, merumuskan beberapa fungsi keluarga sebagai
berikut.
a. Melahirkan anak sebagai kelanjutan identitas keluarga.
b. Mempertahankan ekonomi keluarga.
c. Membesarkan anak.
d. Meletakkan dasar-dasar sosialisasi.
e. Merupakan wadah pendidikan informal.
f. Tempat terselenggaranya transmisi (pemindahan) kebudayaan dari generasi ke generasi.
g. Tempat rekreasi, kehangatan, dan kontrol terhadap keluarga.
2. Lembaga Pendidikan
Kebutuhan akan intensitas (kedalaman) pengetahuan atau pendidikan pada tiap
masyarakat tentu berbeda. Pada masyarakat sederhana, segala pengetahuan dan
keterampilan seseorang cukup didapat atau diperoleh dari keluarga atau kerabatnya.
Umumnya, pengetahuan yang mereka peroleh adalah pengetahuan yang berhubungan
dengan cara mereka memenuhi kebutuhannya, seperti cara berburu dan mengolah binatang
hasil buruan, serta cara mengolah ladang. Namun, sejalan dengan perkembangan zaman,
kebutuhan manusia bertambah pula. Dikenalnya pembagian kerja yang menuntut keahlian
tertentu dalam berbagai proses produksi mendorong masyarakat untuk memperdalam
pengetahuannya. Kemudian, dibentuklah lembaga pendidikan formal sebagai pelengkap
lembaga pendidikan informal (keluarga).
Fungsi lembaga pendidikan
Menurut Horton dan Hunt (1984), lembaga pendidikan berkaitan dengan fungsi yang
nyata (manifes) berikut.
a. Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah.
b. Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi kepentingan
masyarakat.
c. Melestarikan kebudayaan.
d. Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi.
Fungsi laten lembaga pendidikan adalah sebagai berikut.
a. Mengurangi pengendalian orang tua.
Melalui pendidikan sekolah, orang tua melimpahkan tugas dan wewenangnya dalam
mendidik anak kepada sekolah.
b. Menyediakan sarana untuk pembangkangan.
Sekolah memiliki potensi untuk menanamkan nilai pembangkangan di masyarakat. Hal
itu tercermin dengan adanya perbedaan pandangan antara sekolah dan masyarakat
tentang sesuatu hal, misalnya pendidikan seks dan sikap terbuka.
c. Mempertahankan sistem kelas sosial.
Pendidikan sekolah diharapkan dapat mensosialisasikan kepada para anak didiknya
untuk menerima perbedaan prestise, privilese, dan status yang ada dalam masyarakat.
Sekolah juga diharapkan menjadi saluran mobilitas siswa ke status sosial yang lebih
tinggi atau paling tidak sesuai dengan status orang tuanya.
d. Memperpanjang masa remaja.
Pendidikan sekolah dapat pula memperlambat masa dewasa seseorang karena siswa
masih tergantung secara ekonomi pada orang tuanya.
Selain fungsi yang telah dipaparkan di atas, menurut David Popenoe (1971), ada empat
macam fungsi pendidikan yakni sebagai berikut.
a. Transmisi (pemindahan) kebudayaan masyarakat.
b. Memilih dan mengajarkan peranan sosial.
c. Sekolah mengajarkan corak kepribadian.
d. Sumber inovasi sosial.

3. Lembaga Politik
Lembaga politik adalah perangkat aturan dan status yang mengkhususkan diri pada
pelaksanaan kekuasaan dan wewenang. Keseluruhan tata nilai dan norma yang berkaitan
dengan kekuasaan tersebut kita namakan lembaga politik. Lembaga politik berkaitan
dengan masalah-masalah bentuk negara, bentuk pemerintahan, dan bentuk kekuasaan.
Bentuk pemerintahan
Ada tiga macam bentuk pemerintahan yang dikenal saat ini, yakni republik, monarki,
dan kekaisaran.
a. Republik adalah bentuk pemerintahan yang dipimpin seorang presiden. Presiden adalah
pemegang kekuasaan eksekutif. Presiden dipilih oleh parlemen secara berkala.
Kekuasaan legislatif dipegang oleh parlemen. Kekuasaan yudikatif dipegang oleh
lembaga peradilan (mahkamah agung). Saat ini, bentuk republik memiliki beberapa
variasi, seperti republik monarki dan republik parlementer.
b. Monarki adalah bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh seorang raja atau ratu. Jabatan
raja atau ratu diperoleh berdasarkan keturunan dan berlaku seumur hidup. Contoh negara
berbentuk monarki adalah Inggris, Belanda, dan Brunei Darusalam. Bentuk
pemerintahan monarki memiliki beberapa variasi, yakni monarki absolut (raja memiliki
kekuasaan mutlak) dan monarki parlementer (kekuasaan dipegang parlemen dan
dijalankan oleh sebuah kabinet).
c. Kekaisaran adalah bentuk pemerintah dengan kepala negara seorang kaisar. Seperti
halnya raja, jabatan kaisar juga diperoleh secara turun temurun. Contoh negara
kekaisaran saat ini adalah Jepang.
Fungsi lembaga politik
Fungsi lembaga politik adalah sebagai berikut.
a. Memelihara ketertiban di dalam (internal order).
Artinya, lembaga politik memelihara ketertiban di dalam masyarakat dengan wewenang
yang dimilikinya, baik menggunakan cara persuasif maupun paksaan fisik. Lembaga
politik bertindak sebagai pemaksa hukum; menyelesaikan konflik yang terjadi di antara
anggota masyarakat secara adil sehingga anggota masyarakat dapat hidup dengan
tenteram.
b. Menjaga keamanan di luar (external security).
Artinya, lembaga politik dengan menggunakan alat-alat yang dimilikinya berusaha
mempertahankan negara dari ancaman atau serangan yang datang dari negara lain baik
melalui jalan diplomasi ataupun dengan perang.
c. Mengusahakan kesejahteraan umum (general welfare).
Artinya, lembaga politik merencanakan dan melaksanakan pelayanan-pelayanan sosisal
serta mengusahakan kebutuhan pokok masyarakat. Di antaranya adalah pangan,
sandang, papan, pendidikan, kesehatan, energi, dan komunikasi, termasuk distribusinya.
d. Mengatur proses politik.
Artinya, lembaga politik mengatur proses persaingan untuk memperoleh kekuasaan agar
tidak mengancam keutuhan masyarakat (bangsa dan negara)

4. Lembaga Ekonomi
Manusia memerlukan lembaga yang berfungsi mengatur pembagian kerja dalam
kehidupannya, yaitu lembaga ekonomi. Menurut Kornblum (1988), penelitian terhadap
institusi ekonomi difokuskan pada pokok bahasan pasar dan pembagian kerja, interaksi
antara pemerintah dan institusi ekonomi, dan perubahan pada pekerjaan. Pembahasan ini
akan meliputi ideologi ekonomi yang mempengaruhi perkembangan masyarakat, pekerjaan,
dan institusi yang berkaitan dengan dunia usaha.
Perdagangan mulai lahir ketika orang mulai menginginkan hasil produksi orang lain.
Lambat laun proses pertukaran memilih standar tertentu, diatur, dan diperkirakan sehingga
akhirnya dianggap perlu dilembagakan. Lembaga ekonomi lahir pada saat orang mulai
melakukan barter secara rutin, membagi-bagi tugas, dan mengakui adanya tuntutan
seseorang terhadap orang lain.
Tujuan dan fungsi lembaga ekonomi
Secara umum, yang hendak dicapai lembaga ekonomi adalah terpenuhinya kebutuhan
pokok untuk kelangsungan hidup masyarakat. Pada prinsipnya, fungsi lembaga ekonomi
antara lain sebagai berikut.
a. Memberi pedoman untuk mendapatkan bahan pangan.
b. Memberi pedoman untuk melakukan pertukaran barang/barter.
c. Memberi pedoman tentang harga jual beli barang.
d. Memberi pedoman untuk menggunakan tenaga kerja.
e. Memberi pedoman tentang cara pengupahan.
f. Memberi pedoman tentang cara pemutusan hubungan kerja.
g. Memberi identitas diri bagi masyarakat.
Struktur lembaga ekonomi
Secara sederhana, lembaga ekonomi dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
a. Sektor agraris meliputi kegiatan pertanian, seperti sawah, perladangan, perikanan, dan
peternakan.
b. Sektor industri ditandai dengan kegiatan produksi barang.
c. Sektor perdagangan merupakan aktifitas penyaluran barang dari produsen ke konsumen.
Unsur-unsur lembaga ekonomi
Ada beberapa unsur yang termasuk dalam lembaga ekonomi.
a. Pola perilaku : efisiensi, penghematan, profesional, mencari keuntungan
b. Budaya simbolis : merk dagang, hak paten, slogan, lagu komersial
c. Budaya manfaat : toko, pabrik, pasar, kantor, blanko, formulir
d. Kode spesialisasi : kontrak, lisensi, hak monopoli, akte perusahaan
e. Ideologi : liberalisme, tanggung jawab, manajerial, kebebasan berusaha, hak
buruh
5. Lembaga Agama
Agama merupakan suatu lembaga (institusi) penting yang mengatur kehidupan manusia.
Dalam hal ini, agama diartikan dengan istilah religion. Menurut Durkheim (1966), agama
adalah suatu sistem terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan
dengan hal yang suci. Kepercayaan dan praktik tersebut mempersatukan semua orang yang
beriman ke dalam suatu komunitas moral yang dinamakan umat.
Durkheim menjelaskan bahwa semua kepercayaan agama membagi semua benda yang
ada di bumi ini, baik yang berwujud nyata maupun yang berwujud ideal, ke dalam dua
kelompok yang saling bertentangan, yaitu hal yang bersifat profan dan hal yang bersifat
suci (sacred), atau duniawi dan Ilahi.
Tujuan lembaga agama adalah menciptakan hubungan yang harmonis antara manusia
dan Tuhannya, sesamanya, dan lingkungannya.
Fungsi agama
Menurut Durkheim (1966), melalui komunikasi dengan Tuhan, orang yang beriman
bukan hanya mengetahui kebenaran yang tidak diketahui orang yang tidak percaya (atheis),
tetapi juga orang yang lebih kuat. Menurutnya, fungsi agama adalah untuk menggerakkan
dan membantu kita untuk hidup. Dari segi makro, agama dapat menjalankan fungsi positif
karena memenuhi keperluan masyarakat untuk secara berkala menegakkan dan
memperkuat perasaan dan ide kolektif yang menjadi ciri dan inti persatuan dan persamaan
umat dipupuk dan dibina.

Secara rinci, agama berfungsi sebagai berikut.


a. Sumber pedoman hidup bagi individu maupun kelompok.
b. Mengatur tata cara hubungan manusia dengan manusia dan manusia dengan Tuhannya.
c. Merupakan tuntutan tentang prinsip benar atau salah untuk menghindari perilaku
menyimpang, seperti membunuh, memperkosa, berzina, dan berjudi.
d. Pedoman untuk mengungkapkan rasa kebersamaan yang mewajibkan untuk selalu
berbuat baik dengan sesamanya dan lingkungan hidupnya.
e. Pedoman perasaan keyakinan (confidence). Siapa pun yang selalu berbuat baik akan
mendapat pahala dari Tuhannya.
f. Pedoman keberadaan (existence). Keberadaan alam semesta dengan segala isinya
termasuk di dalamnya manusia harus disikapi dengan rasa syukur dan ikhlas.
g. Pengungkapan keindahan (estetika). Manusia yang suka akan keindahan dapat
mengekspresikan rasa estetikanya dengan membangun rumah ibadah dan hal-hal lain
yang berkaitan dengan kepercayaan agama yang dianutnya.
h. Pedoman rekreasi dan hiburan. Untuk mencari ketenangan dan kesegaran jiwa, manusia
dapat menjalankan ritual agama seperti sholat, yoga, dan meditasi.
i. Memberikan identitas kepada manusia sebagai bagian dari suatu agama, misalnya
sebagai umat Islam, Kristen, Hindu, Buddha, dan Khong Hu Chu.
Unsur lembaga agama
Menurut Light, Keller, dan Callhoun (1989) unsur-unsur dasar agama adalah sebagai
berikut.
a. Kepercayaan adalah suatu prinsip yang dianggap benar dan tanpa ada keraguan lagi.
Seperti kepercayaan monotheisme yang percaya bahwa Tuhan itu satu atau percaya pada
reinkarnasi bagi umat agama-agama Timur, seperti Hindu dan Buddha.
b. Praktik keagamaan, seperti berdoa, bersembayang, berpuasa, dan sedekah. Praktik
keagamaan berbeda dengan ritual keagamaan karena ritual keagamaan menyangkut
hubungan manusia dengan Tuhannya secara vertikal. Praktik keagamaan meliputi
hubungan vertikal dan hubungan horizontal, yaitu hubungan antarmanusia sesuai dengan
ajaran agama.
c. Simbol keagamaan dapat memberi tanda atau identitas agama yang dianut umatnya.
Misalnya, model atau corak pakaian orang Islam dan bentuk bangunan rumah ibadat
umat Hindu (pura, candi).
d. Umat adalah penganut masing-masing agama. Sekarang ini, banyak wadah atau
organisasi yang menampung umat beragama dalam rangka melaksanakan praktik
agamanya, seperti KWI, Majelis Taklim, Paroki, dan PGI.
e. Pengalaman keagamaan. Pengalaman keagamaan setiap umat berbeda karena
menyangkut masalah yang sulit dibuktikan dan diukur kadarnya. Pengalaman
keagamaan bersifat individual. Seperti pengalaman spiritual tentang orang yang sakit
parah yang oleh dokter sudah divonis meninggal, tetapi karena doa dari yang sakit
maupun dari keluarganya, orang yang sakit dapat sembuh kembali.
Unsur-unsur agama tersebut merupakan elemen yang dimiliki setiap agama. Hanya
corak dan perwujudannya saja yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai