Anda di halaman 1dari 4

Estimasi Pengerjaan Projek

Mata Kuliah : Strategi dan Media Pembelajaran PPKn


Kelompok 2
Anggota : M. Rajul Rizki 2106101010040

Muhammad Maulana Akbar


2106101010066 Dosen Pengampu : Dr. Ruslan,S.Pd., M.Ed.

Judul : KEBHINNEKAAN INDONESIA


Media : PESARA ( Peta Suku Agama Ras dan Budaya )
Mata Pelajaran : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Kelas/Semester : IX/II
Waktu Pengerjaan Sampai Pertemuan ke-13
Tema Pembahasan : Bhinneka Tunggal Ika
Alat dan Bahan

 Karton
 Gunting
 Lem Kertas
 Kertas HVS
 Pensil Warna
 Spidol
 Pulpen

Jurnal 1

Judul PERANAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN


KEWARGANEGARAAN DALAM MEMBANGUN CIVIC
CONSCIENCE
Link https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jbti/article/view/10082/pdf

Kesimpulan Implmentasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam


membentuk Citizenship Conscience, dengan melihat hasil persentase
pengukuran pada 3 indikator untuk mengukur implementasi pembelajaran
yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi maka dapat disimpulkan
bahwa: menurut peserta pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
diperoleh persentase tertinggi 45% dalam kategori setuju, hal ini menjadi
hal yang harus diperhatikan agar
kedepannya dapat meningkat implementasinya. Menurut hasil penelitian maka
pembelajaran PKn dapat membentuk Citizenship Conscience pada mahasiswa
program studi PPKn , dan dalam pelaksanaannya perlu ditingkatkan kembali
agar pembelajaran yang sudah berjalan dengan baik, dapat menjadi lebih baik
lagi kedepannya.

Jurnal 2

Judul Literasi kewarganegaraan afektif kritis: Sebuah kerangka kerja


untuk memperhatikan emosi politik di kelas studi sosial
Link http://www.elsevier.com/locate/jssr
Kesimpulan Pendidikan kewarganegaraan memainkan peran penting selama periode
polarisasi politik yang meningkat. Jika demokrasi ingin berfungsi, dan Amerika
ingin mewujudkan cita-citanya tentang kebebasan dan keadilan untuk semua,
maka warga negara termuda kita harus mengembangkan keterampilan untuk
menavigasi perpecahan ideologis, mempertimbangkan perspektif alternatif, dan
mendengarkan sudut pandang yang bertentangan dengan pandangan dunia
mereka sendiri. Namun, saat ini pendidik kewarganegaraan telah mendekati
tantangan pedagogis ini dari sudut pandang kognitif. Sedangkan empati dari
berbagai jenis sering diangkat sebagai tujuan pendidikan IPS, penelitian belum
cukup berteori tentang peran emosi di kelas kewarganegaraan. Selain itu, teori
demokrasi yang mendasari pendekatan pendidikan kewarganegaraan telah
diambil terutama dari liberalisme, yang menempatkan penekanan pada
pertimbangan rasional sebagai cara terbaik untuk menetapkan tujuan yang adil.
Namun, teori politik agonistik menantang konsensus universal sebagai tujuan
musyawarah demokratis, dan sebaliknya menyambut konflik sebagai fitur inti
dari masyarakat pluralistik. Daripada menghindar dari emosi, kita harus secara
terbuka mendiskusikan tempatnya di kelas kewarganegaraan dan menumbuhkan
kesadaran kritis tentang perasaan mana yang diakui, mana yang didukung atau
ditolak, dan bagaimana kondisi pengakuan membingkai beberapa orang sebagai
tidak/layak dimiliki dan hak. . CAL adalah kerangka kerja yang dapat diadaptasi
dan diimplementasikan di kelas kewarganegaraan sebagai sarana yang
diperlukan untuk mendidik emosi politik dan mempersiapkan pemuda untuk
terlibat dalam kewarganegaraan. Namun, penelitian yang lebih besar diperlukan
bahwa keduanya mendokumentasikan sirkulasi emosi di kelas IPS untuk
menciptakan batas-batas afektif, dan efek dari perhatian yang lebih besar
terhadap emosi di kelas IPS, baik di tingkat K-12, dan di pendidikan guru.

Jurnal 3
Judul Dimensi digital pendidikan kewarganegaraan: Menilai efek dari kesempatan
belajar
Link http://www.elsevier.com/locate/jappdp
Kesimpulan kontribusi utama makalah ini adalah bahwa makalah ini mengintegrasikan
perhatian pada peluang pembelajaran kewarganegaraan yang berfokus secara
digital ke dalam analisis yang mencakup peluang pembelajaran
kewarganegaraan offline sambil juga memperhatikan keterlibatan sipil offline
dan aktivitas politik online kaum muda. Para sarjana baru mulai memeriksa
dampak pendekatan pendidikan yang dirancang untuk mendorong bentuk-
bentuk keterlibatan sipil dan politik online yang diinginkan. dengan jelas
menunjukkan bahwa kesempatan belajar kewarganegaraan penting. Peluang
pembelajaran kewarganegaraan offline sangat terkait dengan peningkatan
keterlibatan warga negara. Hal ini menunjukkan bahwa sekolah terus
memainkan peran penting dalam membangun norma-norma partisipatif di antara
siswa, di atas dan di luar pengaruh keluarga mereka dan agen sosialisasi primer
lainnya. Secara khusus, peluang pembelajaran kewarganegaraan yang dirancang
untuk mempromosikan bentuk offline dari keterlibatan sipil dan komunitas
melakukannya.

Jurnal 4

Judul Penerapan model pembelajaran team games tournament berbasis ranking one
civic education untuk meningkatkan belajar siswa
Link http://journal2.um.ac.id/index.php/jppk/article/view/14110
Kesimpulan Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Team Games
Tournament berbasis Ranking One Civic Education telah mampu meningkatkan
hasil belajar siswa, khususnya pada materi keberagaman suku, agama, ras, dan
antargolongan dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika. Hasil belajar yang
didapatkan pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan yang cukup baik jika
dibandingkan dengan hasil belajar pada saat ulangan harian yang dilaksanakan
sebelum penggunaan model pembelajaran Team Games Tournament berbasis
Ranking One Civic Education.

Jurnal 5

Judul Mengembangkan penacasila dan kewarganegraan (PPKN) berbasis kebijaksaan


lokal
Link https://doi.org/10.18510/hssr.2020.8192
Kesimpulan Bahwa banyak dari nilai-nilai kearifan lokal budaya Jawa Timur dapat
diintegrasikan ke dalam isi materi PPKn. Nilai-nilai ini harus senantiasa
ditanamkan dan dihayati untuk memperkuat karakter dan jati diri bangsa sesuai
dengan semangat Bhineka Tunggal Ika dan Pancasila. Secara khusus dapat
diringkas sebagai berikut: (1) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa banyak
nilai-nilai kearifan lokal kearifan budaya Jawa Timur yang dapat diintegrasikan
ke dalam isi PPKn bahan. Hanya dibutuhkan kreativitas dan profesionalisme
guru dalam menganalisis dan mengembangkan materi pembelajaran. (2).
Pengembangan materi PPKn berbasis nilai kearifan lokal dilakukan secara
spontan. Ini berarti bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran masih bersifat
umum. Aktualisasi saat proses pembelajaran dimulai dan juga nilai-nilainya
diingat oleh guru bisa masuk dalam pendidikan. (3) Sikap Kewarganegaraan
Mahasiswa yang indikatornya adalah sikap sikap spiritual dan sosial siswa
secara tidak sadar siswa sudah mencerminkan implementasi nilai-nilai kearifan
lokal budaya Jawa Timur. Hanya saja kurang penekanan dari guru dan juga
penggunaan model pembelajaran berbasis tentang kearifan lokal dalam PPKn,
menyebabkan siswa belum memahami secara mendalam nilai-nilai tersebut.
Dalam lingkungan pendidikan di sekolah sudah mencerminkan bagaimana
falsafah Tri Hita Karana di pegang teguh oleh seluruh warga sekolah.

Anda mungkin juga menyukai