Anda di halaman 1dari 11

Hery Setiyawan

STRUKTUR MIKROATOMI GINJAL TIKUS PUTIH (Rattus


norvegicus L) JANTAN YANG DIPERLAKUKAN DENGAN
EKSTRAK ETANOL MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa
(Scheff) Boerl)

RENAL MICROSCOPIC STRUCTURE OF MALE WHITE RATS


(Rattus norvegicus L ) TREATED WITH MAHKOTA DEWA
(Phaleria macrocarpa (Sheff)Boerl) ETHANOLIC EKSTRACT
Hery Setiyawan

D3 REKAM MEDIS DAN ILMU KESEHATAN, POLTEKKES BHAKTI


SETYA INDONESIA, YOGYAKARTA, INDONESIA

correspondence author: herysetiyawan_llh@yahoo.co.id

ABSTRAK

Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Sheff) Boerl merupakan anggota


tanaman Familia Thymeliaceae.Tanaman ini mengandung senyawa
alkoloid,flavanoid dan saponin yang mempunyai aktivitas fisiologis, dan banyak
dipakai sebagai obat tradisonal.Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari
pengaruh pemberian ekstrak daging buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa
(Scheff) Boerl terhadap struktur anatomi ginjal tikus putih (Rattus norwegicus
L)jantan.Duapuluh empat ekor tikus putih (Rattus norwegicus L) jantan secara
acak dibagi menjadi 4 kelompok, masing-masing kelompok 6 ekor. Dosis ekstrak
daging buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa(Scheff) Boerl yang digunakan
berturut-turut adalah 16%, 32%, 64%/berat badan, diberikan secara oral setiap
hari selama 14 hari. Pada hari ke-14 hewan dikorbankan dan bagian organ ginjal
dibuat sediaan mikroskopis dengan metode parafin dan pewarnaan Hematoxylin
Eosin. Hasil Penelitian menunjukan bahwa pada kelompok pemberian ekstrak
mahkota dewa pada kosentrasi 16%, 32%, 64% tidak menunjukan tingkat
kerusakan ginjal yang berarti selama 14 hari, artinya bahwa kosentrasi perlakuan
tidak mempunyai hubungan dengan derajat kerusakan ginjal. Kesimpulan
Pemberian ekstrak Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl) pada
kosentrasi 16%, 32%, selama 14 merupakan dosis efektif struktur mikrokopis
pada ginjal

Kata Kunci : Ginjal, Mahkota dewa, Rattus norwegicus L


Hery Setiyawan

ABSTRACT

Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Sheff) Boer is a plant belongs to


familia Thymeliaceae. It contents alkoloid, flavanoid and saponin, having
physiological activity and it is used mostly as in tradisional medicine. The main
purpose of this research is to study the effect of ethanolic extract of Mahkota
Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl on renal microscopic structure of
male white rats (Rattus norwegicus L). Twenty four male white rats (Rattus
norwegicus L) were divided into four groups. The dose of extract used is 16%,
32%, 64%, administrated orally for 14 days. The rats were used a control KI
given 0,01 ml aquades/kg body weigh for 21 days. K2, K3, K4 given 16%, 32%,
64% 0,01 ml/ethanol ectract of mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Sheff) Boer
/kg body weight for 14 days. On the day of 14 were sacrified, The portion of ren
were fixed by parafin method and satined Hematoxyline Eosin.The result showed
that given 16%, 32%, 64% ethanolic extract of mahkota dewa (Phaleria
macrocarpa (Sheff) Boerl)not showed grade ofdamage the renal microscopic
structure, on the day of 14. It was concluded that ethanolic extract of mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa (Sheff) Boerl at dose of 16%, 32%, 64% for day of
14 showed an effective dose of the renal microscopic structur

Keywords :Ren, Mahkota dewa, Rattus norwegicus L

PENDAHULUAN bangsa karena telah lama melekat


serta digunakan oleh segenap lapisan
Mahkota dewa (Phaleria masyarakat.Berdasarkan pengalaman
macrocapa (Scheff) Boerl) sudah yang ada dalam masyarakat, tanaman
lama dikenal sebagai tanaman obat obat mahkota dewa mampu
dalam masyarakat jawa. Tiga tahun menyembuhkan berbagai macam
terakhir tanaman mahkota dewa ( penyakit. Sebenarnya buah mahkota
Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl) sangat beracun karena dapat
menjadi terkenal sebagai tanaman menimbulkan beberapa efek
obat yang berkhasiat mengobati samping, antara lain jika dimakan
berbagai macam penyakit. langsung akan menimbulkan
Kemajuan ilmu pengetahuan bengkak mulut, mabuk, pusing, lidah
dan teknologi modern yang semakin kaku bahkan pingsan jika
pesat dan canggih di zaman sekarang dikonsumsi dalam jumlah
ini, ternyata tidak mampu menggeser berlebihan. Hal ini dapat dimaklumi
atau mengesampingkan begitu saja mengingat beberapa senyawa obat
peran obat-obat tradisional, bahkan pada dosis berlebih dapat menjadi
saling berdampingan dan toksik (racun), dan sebaliknya
melengkapi. Hal ini dibuktikan dari beberapa senyawa toksik pada dosis
banyaknya peminat pengobatan tepat dapat menjadi obat (Harmanto,
tradisional (Thomas, 1989). 2001).
Obat tradisional agaknya sudah Sejauh yang penulis ketahui,
tak dapat dipisahkan dari budaya hingga saat ini penelitian mengenai
Hery Setiyawan

pengaruh ekstrak buah mahkota diperlakukan dengan ekstrak etanol


dewa terhadap organ-organ tubuh Mahkota Dewa(Phaleria
pada umumnya dan organ ginjal serta macrocarpa (Sheff) Boerl) untuk
testis pada khususnya belum banyak mengetahui pengaruh ekstrak buah
dilakukan. Padahal berdasarkan mahkota dewa dengan (Phaleria
pengalaman yang ada dimasyarakat macrocarpa (Scheff) Boerl).Dosis
tanaman obat mahkota dewa mampu bertingkat terhadap struktur
menyembuhkan berbagai macam mikroanatomis ginjal serta untuk
penyakit. Hal ini dapat dimaklumi mengetahui dosis aman dan efektif
mengingat beberapa senyawa obat ekstrak daging buah mahkota dewa
pada dosis berlebih dapat menjadi (Phaleria macrocarpa (Scheff)
toksisk (racun), dan sebaliknya Boerl).
beberapa senyawa toksik pada dosis
yang tepat dapat menjadi obat. METODOLOGI PENELITIAN
Oleh karena itu perlu dilakukan Bahan
suatu rangkaian penelitian untuk Subyek penelitian yang
mengetahui pengaruh pemakaian digunakan tikus putih (Rattus
mahkota dewa terhadap organ-organ norvegicus L) jantan galur Wistar
tubuh agar diketahui besar dosis dan sebanyak 24 ekor umur 2-3 bulan,
lama pemakaian yang aman dan dengan berat rata-rata 200g diperoleh
tidak mengakibatkan kerusakan pada dari Unit Pengembangan Hewan
organ tubuh manusia. Dengan alasan Percobaan (UPHP) UGM
tersebut penulis bermaksud untuk Yogyakarta. Daging buah mahkota
meneliti pengaruh ekstrak buah dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff)
Mahkota dewa terhadap struktur Boerl) segar. Pakan tikus berupa
mikroskopis ginjal Tikus Putih pellet dengan merek dagang Par-G
(Rattus norvegicus L) Jantan . (PT. Japfa Comfeed Indonesia).
Ginjal merupakan salah satu Bahan kimia Formalin 10%,
organ tubuh yang memegang alkohol 96% tehnis, dan Absolut
peranan penting dalam proses ekresi (Merck) toluol (Merck) parafin
dan reproduksi. Menurut (Mercfk) xylol (Merck) aquades,
Ghalibgandjar (1992), pada larutan pewarna Hematoksilin Eosin
umumnya obat setelah masuk (Merck).
kedalam tubuh bersifat sebagai Bahan kimia formalin 10%,
benda asing sehingga harus harus alkohol 96% tehnis dan absolut
diubah oleh sutau enzim. Padua et al (Merck), toluol (Merck), parafin
(1999), menyebutkan bahwa alkaloid (Merck), xylol (Merck), aquades,
dan saponin merupakan komponen larutan pewarna Hematoksilin Eosin
buah mahkota dewa yang bersifat (Merck)
toksik. Rasa pahit menunjukan
adanya senyawa alkaloid. Dengan Alat
permasalahan yang ada maka tujuan Dalam penelitian digunakan 4
yang ingin dicapai dalam penelitian kandang stainless steel dengan
adalah melakukan studi struktur ukuran 40 cm x 30 cm x 27 cm.
mikroanatomi ginjal tikus putih Timbangan elektrik merek Mettler
(Rattus norvegicus L )jantan yang Toledo seri PL601-S capasitas max :
Hery Setiyawan

610 g, pinset, gunting, tisu, gelas binokuler merek olympus.


benda dan penutup, mikroskop

CARA KERJA Kelompok tikus putih yang diberi


ekstrak mahkota dewa kosentrasi
Persiapan Hewan Uji 16%, per oral sebanyak 0,01
Sebelum perlakuan, hewan ml/bb tikus selama 2 minggu.
percobaan diadaptasikan selama 3. Kelompok K-3
seminggu dalam kandang di Kelompok tikus putih yang diberi
Laboratorium Unit Pengembangan ekstrak mahkota dewa kosentrasi
Hewan Percobaan (UPHP) 32%, per oral sebanyak 0,01
Universitas Gadjah Mada ml/bb tikus selama 2 minggu.
Yogyakarta. Secara acak hewan uji 4. Kelompok K-3
dua puluh empat (24) dibagi menjadi Kelompok tikus putih yang diberi
4 kelompok masing-masing ekstrak mahkota dewa kosentrasi
kelompok sebanyak 6 ekor. Sebelum 64%, per oral sebanyak 0,01
perlakuan hewan uji tikus ditimbang ml/bb tikus selama 2 minggu.
berat badannya untuk mengetahui
perubahan berat sebelum
diperlakukan dengan sesudah Penentuan dosis ekstrak mahkota
perlakuan.. dewa
Untuk mendapatkan hasil yang
Rancangan Percobaan lebih akurat dan bermanfaat bagi
Penelitian ini menggunakan masyarakat, maka dosis yang
Complete Random Design (CRD) digunakan dalam penelitian ini
dengan tikus putih (Rattus disesuaikan dengan dosis yang lazim
norvegicus L) jantan sebanyak 24 digunakan oleh masyarakat ke berat
ekor dibagi dalam 4 kelompok . Tiap badan ( bb ) tikus.
kelompok terdiri 6 ekor tikus putih Menurut Harmanto (2001),
jantan, masing-masing dalam untuk menjaga kesehatan dosis
kandang stainless steel dengan standar yang aman untuk
ukuran 40 cm x 30 cm x 27 cm. mengkonsumsi serbuk mahkota dewa
Hewan uji diaklimatisasi selama 7 instan adalah 1 sendok teh perhari,
hari pada kandang yang berbeda. namun untuk pengobatan dosisnya
Selama penelitian diberi makanan dapat ditambah menjadi 3 sendok
pellet merk par-G dan air ad libitum makan per hari, bahkan untuk
Setelah aklimatisasi, ke-4 kelompok pengobatan penyakit-penyakit seperti
tikus putih jantan diperlakukan kanker dan liver dapat
sebagai berikut : mengkonsumsi 1 sendok makan
1. Kelompok Kontrol (K-1) serbuk mahkota dewa instan sampai
Kelompok tikus putih jantan yang 2 – 3 kali sehari. Dosis pertengahan
diberi aquades secara ad yang akan digunakan dalam
libitumselama 2 minggu dan penelitian ini adalah dosis tertinggi
diberi makan pellet par-G PT. yang lazim digunakan oleh
Japfa comfeed Indonesia. masyarakat yaitu 3 kali sendok
2. Kelompok K-2 makan serbuk mahkota dewa instan
Hery Setiyawan

per hari. Setelah ditimbang diambil dewa yang disesuaikan dengan berat
rata-rata berat 1 sendok adalah 16,97 badan (bb) masing-masing tikus
gram. Berdasarkan informasi jantan. Perhitungannya adalah
tersebut maka dosis tertinggi yang sebagai berikut :
lazim digunakan oleh masyarakat Berat buah mahkota dewa murni
untuk pengobatan adalah 3 sendok 70 bbtikus
makan ( 16,97 x 3 ) = 50,91 g  0,018 x x x 25,455g
50 200
serbuk mahkota dewa instan yang = 0,0032 g x bb tikus
terdiri 1 bagian mahkota dewa dan 1
bagian gula, atau sama dengan Jumlah volume ekstrak daging buah
25,455 g mahkota dewa murni. mahkota dewa yang diberikan
Orang Eropa dengan bb 70 kg, Berdasarkan berat badan (bb) :
mempunyai nilai konversi 0,018 0,0032 x bb tikus
terhadap tikus dengan BB 200 g.  x 100%
32%
(Laurence and Bachrach, 1964).
= 0,01 ml x bb tikus.
Orang Indonesia umumnya
mempunyai BB sekitar 50 kg. Maka
Pembuatan Ekstrak Mahkota
dosis pertengahan ekstrak daging
Dewa
buah mahkota dewa yang dapat
Buah mahkota dewa (Phaleria
diberikan pada tikus dengan berat
macrocarpa(Scheff) Boerl) yang
200 g dapat ditentukan dengan
digunakan dalam penelitian adalah
perhitungan sebagai berikut :
buah yang sudah matang dengan
70 Kg tanda-tanda berwarna merah marum,
0,018 x x 200 g x 25,
50 Kg setelah dipanen buah dicuci dengan
455 g = 0,64 g air bersih yang mengalir. Kulit dan
Daya tampung lambung tikus 4 daging buah di potong – potong
ml, oleh karena itu volume ekstrak kecil-kecil berukuran 1 cm x 1 cm
yang diberikan ke tikus putih rata- dengan menggunakan pisau tajam.
rata adalah 2 ml supaya lambung Kulit daging buah yang sudah
tikus tidak penuh. Jadi konsentrasi dipotong dikeringkan. Pengeringan
ekstrak mahkota dewa untuk tikus secara bertahap, kulit daging buah
putih 200 g adalah sebagai berikut : dianginkan selama 3-4 hari,
Konsentrasi : kemudian dijemur di bawah sinar
0,64 g matahari. Buah yang telah kering
x 100%  32% dibuat ekstrak dengan pelarut etanol
2ml
96% dilakukan di Laboratorium
Sebagai pembanding
Farmakologi Farmasi Universitas
digunakan kosentrasi lebih rendah (
Ahmad Dahlan Yogyakarta
0,5 x dosis) yaitu 16 % dan
(Harborne, 1987).
konsentrasi yang lebih tinggi ( 2 x
dosis ) yaitu 64 %.
Perlakuan terhadap hewan uji
Karena tidak semua tikus putih
Pemberian perlakuan ekstrak
memiliki berat yang sama, maka
etanol daging buah mahkota dewa
untuk hasil yang lebih akurat dalam
maupun perlakuan kontrol negatif,
pelaksanaan penelitian digunakan
positif dilakukan di Laboratorium
volume ekstrak daging buah mahkota
pengembangan Hewan Percobaan
Hery Setiyawan

(UPHP) UGM Yogyakarta.Langkah- sebanyak 0,01 ml/kg bb tikus


langkahnya adalah sebagai berikut : selama 2 minggu.
1. Tikus putih dibagi dalam 4 6. Pada hari ke dua puluh satu tikus
kelompok yang telah ditentukan putih dikorbankan diambil ginjal
secara acak, masing-masing 7. Dibuat sediaan struktur
kelompok terdiri 6 ekor tikus mikroskopis ginjal
putih (Rattus norvegicus L)
jantan. Pembuatan sediaan mikroskopis
2. Kelompok Kontrol (K1) diberi Ginjal
aquades sebanyak 0,01 ml/kg bb Sediaan mikroskopis ginjal
tikus sehari sekali selama 2 dibuat dengan metode parafin
minggu. menggunakan fiksatif formalin 10%,
3. Kelompok K-2 diberi ekstrak dan pewarnaan dengan Hematoxylin
mahkota dewa sehari sekali Erlich Eosin. Rincian pembuatan
dengan kosentrasi 16%, sediaan mikroskopis ginjal tercantum
sebanyak 0,01 ml/kg bb tikus dalam (Putt, 1972).
selama 2 minggu.
4. Kelompok K-3 diberi ekstrak
mahkota dewa sehari sekali HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan kosentrasi 32%,
sebanyak 0,01 ml/kg bb tikus Berat Badan
selama 2 minggu. Berat badan rata – rata tikus
5. Kelompok K-4 diberi ekstrak putih (Rattus norvegicus L) jantan
mahkota dewa sehari sekali tampak pada Tabel 1 dan Gambar 2
dengan kosentrasi 64%, sebagai berikut :

Tabel 1. Rerata berat badan (g) tikus putih (Rattus norvegicus L) jantan pada
minggu ke-0 dan minggu ke-2.
Variabel Kontrol Perlakuan

Minggu K1 K2 K3 K4

0 221,7 240,8 214,9 221,9


2 238,3 254,2 225,7 231,6
Keterangan :
K1 = Kontrol ( - ) aquades
K2 = Ekstrak daging buah mahkota dewa kosentrasi 16%
K3= Ekstrak daging buah mahkota dewa kosentrasi 32 %
K4= Ekstrak daging buah mahkota dewa kosentrasi 64%

Hasil perhitungan berat badan walaupun pada akhir perlakuan


rata–rata tikus putih pada Tabel (1) mengalami sedikit penurunan. Hal
memperlihatkan perbedaan berat ini dapat dipahami karena semua
antar perlakuan dengan kontrol. tikus selama jalannya penelitian akan
Berat badan tikus putih sebelum bertambah besar, tumbuh dengan
perlakuan perubahannya cukup stabil baik, dan bertambah berat, apabila
Hery Setiyawan

suplai nutrien pada tikus mencukupi. Boerl) per oral akan diabsorbsi
Penurunan berat badan yang terjadi cukup lama dan berulang- ulang di
kemungkinan tikus akan mengalami dalam hati, tidak akan meningkatkan
gangguan kesehatan, akibatnya toksisitas.
hewan uji mudah sakit karena suplai
makanan kurang mencukupi. Kerusakan struktur mikroanatomi
Kelompok perlakuan struktur ginjal
K2,K3,K4 selama 2 minggu Hasil Pengamatan terhadap
memperlihatkan perubahan yang struktur mikroanatomi ginjal tikus
cukup stabil artinya terjadi putih (Rattus norvegicus L) jantan
perubahan kenaikan, hal ini berarti disajikan dalam tabel sebagai berikut
pemberian ekstrak buah mahkota :
dewa (Phaleria macrocarpa (Sheff)

Tabel 2. Tingkat kerusakan struktur mikroanatomi Ginjal tikus putih (Rattus


norvegicus L) jantan
Kelompok Kontrol Perlakuan

K1 K2 K3 K4

Tingkat kerusakan
Degenerasi
 Ballooning 0 0 0 0
 hidrofik
 lemak
Nekrosis
 Piknosis 0 0 0 0
 Karyoreksis
 Karyolisis

Keterangan :
0 = Normal
1 = Sedikit degenerasi
2 = Banyak degenerasi
3 = Degenerasi dan nekrosis sel
K1 = Kelompok kontrol (-) aquades
K2 = Kelompok ekstrak etanol daging buah mahkota dewa kosentrasi 16 %
K3 = Kelompok ekstrak etanol daging buah mahkota dewa kosentrasi 32 %
K4 = Kelompok ekstrak etanol daging buah mahkota dewa kosentrasi 64 %.

Ginjal mempunyai fungsi yang plasma dan memindahkan zat dari


paling penting yaitu menyaring filtrat pada kecepatan yang
Hery Setiyawan

bervariasi tergantung pada kebutuhan Gambaran struktur


tubuh.Akhirnya ginjal membuang zat mikroskopis ginjal tikus putih
yang tidak diinginkan dengan filtrasi (Rattus norvegicus L) jantan
darah dan mengekresikan dalam kelompok kontrol (K-1) dan
urine, sedangkan zat yang berbagai perlakuan (K2, K3, ,K4)
dibutuhkan kembali ke dalam darah. tampak dalam gambar 1 sampai 4
sebagai berikut :

Gambar 1. Struktur mikroskopis ginjal tikus putih jantan pada kelompok


(K1) yang diberi aquades : (a) glomerulus (b) inti sel (c ) membran sel.
(Perbesaran mikroskop = okuler x obyektif = 10 x 10; Pewarnaan = HE)

Gambar 2. Struktur mikrokopis ginjal Kelompok (K2) yang diberi ekstrak


mahkota dewa konsentrasi 16%. (1) glomerulus (2) inti sel (3) membran sel
(Perbesaran mikroskop = okuler x obyektif = 10 x 10; Pewarnaan = HE)
Hery Setiyawan

Gambar 3. Struktur mikroskopis ginjal kelompok (K3) yang diberi ekstrak


mahkota dewa kosentrasi 32% (a) glomerulus (b) inti sel (c) membran
sel(Perbesaran mikroskop = okuler x obyektif = 10 x 10; Pewarnaan = HE)

Gambar 4. Struktur mikroskopis ginjal Kelompok (K4) yang diberi ekstrak


mahkota dewa kosentrasi 64% (a) glomerulus (b) inti sel (c) membran sel
(Perbesaran mikroskop = okuler x obyektif = 10 x 10; Pewarnaan = HE)

Pengamatan mikroskopis memperkuat penelitian Suryaningsih


Gambar (1, 2, 3, 4, ) pada kelompok (1989) pemberian jamu Ny. Meneer
pemberian ekstrak mahkota dewa tambah darah selama 14 hari dengan
pada kosentrasi 16%, 32%, 64% dosis yang berbeda tidak
tidak menunjukan tingkat kerusakan menunjukan perubahan mikroskopis
ginjal yang berarti, artinya bahwa pada hepar dan ginjal.
kosentrasi perlakuan tidak Zat – zat toksik dapat
mempunyai hubungan dengan derajat menghambat kerja enzim – enzim
kerusakan ginjal. Hal ini yang berperan memacu proses
Hery Setiyawan

pembentukan sel darah merah Harborne, J.B. 1987. Metode


sehingga proses hematopoieten Fitokimia.Penuntun Cara
menjadi terhambat. Eritrosit yang Modern Menganalisa
diproduksi menjadi berkurang, hal Tumbuhan, diterjemakan oleh
ini akan berpengaruh terhadap Kosasih Padmawinata dan
penurunan kadar hemoglobin. Iwang Soediro, Terbitan ke-2
Disamping itu terdapatnya sel-sel Penerbit ITB Bandung.
darah merah dalam vena sentralis
akibat menyempitnya sinusoid Loomis, T.A. 1978. Essential of
sehingga sirkulasi darah hepar tidak Toxicology, 3rd edition. Lea
lancar. and Febiger, Philadelphia. p .
61-71.

KESIMPULAN Putt, F.A. 1972. Manual of


Histopatology Staining
Pemberian ekstrak daging buah Method, John Wilkey & Sons ,
mahkota dewa (Phaleria macrocarpa New York
(Scheff) Boerl secara bertingkat pada
kosentrasi 16%,32%, 64 % selama Padua, L.SD., N. Bungaprophaksara,
14 hari tidak mengakibatkan and R.H.M.J. Lemmens. 1999.
perubahan struktur mikroanatomi Plant Resouses of South East
pada renal. Asia,Medicine and Poisons
Pemberian ekstrak daging buah Plants I no : 12 (1), Bogor :
mahkota dewa (Phaleria macrocarpa Prosea Fopundation, p . 32, 48
(Scheff) Boerl pada kosentrasi 16%,
32%,, 64% selama 14 hari Suryaningsih, S. 1989. Pengaruh
merupakan dosis aman bagi ginjal. Pemberian Jamu Tambah
Darah Terhadap Pemulihan
UCAPAN TERIMAKASIH Anemia Perdarahan Pada
Tikus Putih (Rattus norvegicus
Terima kasih sebesar-besarnya L), Fakultas Pasca Sarjana
kepada : Dra. Hj. Yuli Puspito Rini, UGM Yogyakarta. p . 53-54.
M.Si selaku Direktur dan Hendra
Rohman, M.PH selaku Kaprodi Thomas, A. 1989. Tanaman Obat
Rekam Medis dan Informasi Tradisional, Yogyakarta
Kesehatan Poltekkes Bhakti Setya Kanisius, p . 89.
Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Harmanto, N. 2001. Mahkota Dewa


Obat Pustaka Para Dewa.
Jakarta, Agromedia Pustaka,
p. 12-18
Jarwati Susiloningsih, Resmi Aini

Anda mungkin juga menyukai