Anda di halaman 1dari 4

METODE PENOMORAN RUANG PADA LENSA

Arah Sinar Datang = Depan Lensa CEMBUNG


R-IV (Benda Maya)
Belakang LENSA
R-III (Benda Nyata) R-II (Benda Nyata) R-I (Benda Nyata)
f1 2f1
S > 2f f < S < 2f 0<S<f
0 R-① (Bayangan Nyata) R-③ (Bayangan Nyata)
R-② (Bayangan Nyata)
2f2 f2 0 < S’ < f S’>2f1
f1< S’ <2f1

R-④ (Bayangan Maya) Arah Sinar Bias = Belakang Lensa


Bayangan di depan
LENSA

DALIL ESBACH, UNTUK MENENTUKAN SIFAT BAYANGAN PADA LENSA CEMBUNG

1. No. Ruang Benda (Angka Romawi) + No. Ruang Bayangan (Angka Latin) = LIMA → (contoh : (1) Benda (S) di R-II, maka bayangan pasti di R-③ ; (2) Jika
Benda (S) di R-IV di belakang LENSA (benda MAYA), maka pasti bayangan berada di R-①, di belakang LENSA
2. Jika No Ruang BAYANGAN > dari No. Ruang BENDA, maka UKURAN BAYANGAN LEBIH BESAR DARIPADA BENDANYA (disebut bayangan DIPERBESAR), dan
SEBALIKNYA, jika no. Ruang BAYANGAN < dari no. Ruang BENDA, maka : UKURAN BAYANGAN LEBIH KECIL DARIPADA BENDANYA (disebut bayangan
DIPERKECIL)
3. Jika benda (S) tepat di titik focus pasif (f2), maka bayangan merupakan sinar-sinar SEJAJAR di belakang LENSA (bayangan disebut berada di jauh tak hingga,
S’ = ∞
4. Jika benda (S) tepat di 2f2, ( S = 2f2 ), maka bayangan (S’) akan jatuh di : S’ = 2f1 di belakang LENSA,orientasinya terbalik terhadap Bendanya.SAMA BESAR
5. Jika posisi benda, SEPIHAK dengan posisi bayangan (sama-sama di depan LENSA, atau sama-sama di belakangLENSA), maka orientasi BENDA dan
BAYANGAN adalah SAMA, artinya : sama-sama TEGAK atau sama-sama TERBALIK, tetapi jika posisi benda BERLAWANAN PIHAK dengan posisi bayangan
misalnya benda di depan lensa, bayangan di belakang lensa, atau sebaliknya, maka orientasi BENDA dan BAYANGAN, adalah BERKEBALIKAN, misalnya jika
benda TEGAK, maka bayangan TERBALIK, atau sebaliknya.

Prosus INTEN : Pembiasan & Pemantulan CAHAYA Page 1


METODE PENOMORAN RUANG PADA LENSA
CEKUNG
Arah Sinar Datang = Depan Lensa Arah Sinar Bias = Belakang Lensa

R-IV (Benda Nyata)


Depan LENSA
R-I (Benda Maya) R-II (Benda Maya) R-III (Benda Maya)
0 < S < f2 f2< S < 2f2 S > 2f2
R-① (Bayangan Maya)
0
R-③ (Bayangan Maya) R-② (Bayangan Maya)
2f1 f < S’ <2f f1 0 < S’ < f f2 2f2
S’>2f1 1 1

R-④ (Bayangan Nyata)


Bayangan di belakang
LENSA

DALIL ESBACH, UNTUK MENENTUKAN SIFAT BAYANGAN PADA LENSA CEKUNG

1. No. Ruang Benda (Angka Romawi) + No. Ruang Bayangan (Angka Latin) = LIMA →untuk Lensa CEKUNG benda di depan LENSA (R-IV) maka bayangan selalu
berada di R-① di depan Lensa, (2) Jika Benda (S) di R-II di belakang LENSA (benda MAYA), maka pasti bayangan berada di R-③, di depan LENSA
2. Jika No Ruang BAYANGAN > dari No. Ruang BENDA, maka UKURAN BAYANGAN LEBIH BESAR DARIPADA BENDANYA (disebut bayangan DIPERBESAR), dan
SEBALIKNYA, jika no. Ruang BAYANGAN < dari no. Ruang BENDA, maka : UKURAN BAYANGAN LEBIH KECIL DARIPADA BENDANYA (disebut bayangan
DIPERKECIL)
3. Jika benda (S) tepat di titik focus pasif (f2), di belakang lensa (benda maya), maka bayangan merupakan perpanjangan sinar-sinar SEJAJAR di depan LENSA
(bayangan disebut berada di jauh tak hingga, S’ = ∞
4. Jika benda (S) tepat di 2f2, ( S = 2f2 ), maka bayangan (S’) akan jatuh di : S’ = 2f1 di depan LENSA, orientasinyaterbalik terhadap benda,SAMA BESAR
5. Jika posisi benda, SEPIHAK dengan posisi bayangan (sama-sama di depan LENSA, atau sama-sama di belakangLENSA), maka orientasi BENDA dan
BAYANGAN adalah SAMA, artinya : sama-sama TEGAK atau sama-sama TERBALIK, tetapi jika posisi benda BERLAWANAN PIHAK dengan posisi bayangan
misalnya benda di depan lensa, bayangan di belakang lensa, atau sebaliknya, maka orientasi BENDA dan BAYANGAN, adalah BERKEBALIKAN, misalnya jika
benda TEGAK, maka bayangan TERBALIK, atau sebaliknya.

Prosus INTEN : Pembiasan & Pemantulan CAHAYA Page 2


METODE PENOMORAN RUANG PADA CERMIN
CEKUNG
Arah Sinar Datang = Depan Cermin
Ruang di Belakang Cermin
Depan Cermin = Benda/bayangan Nyata

R-(3) R-(2) R-(1)


R-(4) (Benda/Bayangan Maya)
Belakang LENSA

M F f

R = 2f
Arah Sinar Pantul R
DALIL ESBACH, UNTUK MENENTUKAN SIFAT BAYANGAN PADA CERMIN CEKUNG

1. No. Ruang Benda + No. Ruang Bayangan = LIMA (5)→(CONTOH : (1) jika benda di R-(1), maka bayangan di R-(4) di belakang cermin
2. Jika No Ruang BAYANGAN > dari No. Ruang BENDA, maka UKURAN BAYANGAN LEBIH BESAR DARIPADA BENDANYA (disebut bayangan DIPERBESAR), dan
SEBALIKNYA, jika no. Ruang BAYANGAN < dari no. Ruang BENDA, maka : UKURAN BAYANGAN LEBIH KECIL DARIPADA BENDANYA (disebut bayangan
DIPERKECIL)
3. Jika benda (S) tepat di titik focus (f),maka bayangan merupakan sinar-sinar SEJAJAR di depan CERMIN (bayangan disebut berada di jauh tak hingga, S’ = ∞
4. Jika benda (S) tepat di 2f, ( S = R = 2f ), maka bayangan (S’) akan jatuh di : S’ = 2f di depan CERMIN, orientasinya terbalik terhadap benda, SAMA BESAR
5. Jika posisi benda, SEPIHAK dengan posisi bayangan (sama-sama di depan CERMIN, atau sama-sama di belakang CERMIN), maka orientasi BENDA dan
BAYANGAN adalah saling BERKEBALIKAN , artinya jika benda TEGAK, maka bayangan TERBALIK atau sebaliknya.Jika posisi benda BERLAWANAN PIHAK
dengan posisi bayangan misalnya benda di depan CERMIN, bayangan di belakang CERMIN, atau sebaliknya, maka orientasi BENDA dan BAYANGAN SAMA,
artinya : sama-sama TEGAK atau sama-sama TERBALIK.

Prosus INTEN : Pembiasan & Pemantulan CAHAYA Page 3


METODE PENOMORAN RUANG PADA CERMIN
CEMBUNG
Arah Sinar Pantul

Arah Sinar Datang = Depan Cermin


Ruang di belakang cermin

R-(4)
R-(1) R-(2) R-(3)

f F M

R
R = 2f

DALIL ESBACH, UNTUK MENENTUKAN SIFAT BAYANGAN PADA CERMIN CEMBUNG


1. No. Ruang Benda + No. Ruang Bayangan = LIMA (5) → (CONTOH : (1) Setiap benda di depan cermin CEKUNG R-(4), maka bayangan selalu di R-(1) di belakang cermin (0 <
S’ < f ) (maya, orientasinya sama dengan benda, diperkecil); (2) jika benda di R-(2) (benda maya), maka bayangan di R-(3) di belakang cermin
2. Jika No Ruang BAYANGAN > dari No. Ruang BENDA, maka UKURAN BAYANGAN LEBIH BESAR DARIPADA BENDANYA (disebut bayangan DIPERBESAR), dan SEBALIKNYA, jika
no. Ruang BAYANGAN < dari no. Ruang BENDA, maka : UKURAN BAYANGAN LEBIH KECIL DARIPADA BENDANYA (disebut bayangan DIPERKECIL)
3. Jika benda (S) tepat di titik focus (f), maka bayangan merupakan perpanjangan sinar-sinar SEJAJAR di belakang CERMIN (bayangan disebut berada di jauh tak hingga, S’ =

4. Jika benda (S) tepat di 2f, ( S = R 2f di belakang cermin ), maka bayangan (S’) akan jatuh di : S’ = 2f di belakang CERMIN, orientasinya terbalik terhadap benda, SAMA
BESAR
5. Jika posisi benda, SEPIHAK dengan posisi bayangan (sama-sama di depan CERMIN, atau sama-sama di belakang CERMIN), maka orientasi BENDA dan BAYANGAN adalah
saling BERKEBALIKAN , artinya jika benda TEGAK, maka bayangan TERBALIK atau sebaliknya. Jika posisi benda BERLAWANAN PIHAK dengan posisi bayangan misalnya
benda di depan CERMIN, bayangan di belakang CERMIN, atau sebaliknya, maka orientasi BENDA dan BAYANGAN SAMA, artinya : sama-sama TEGAK atau sama-sama
TERBALIK.

Prosus INTEN : Pembiasan & Pemantulan CAHAYA Page 4

Anda mungkin juga menyukai