Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH : PEMBIASAAN PADA BIDANG LENGKUNG

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK VI

DINA AULIA LUBIS (4153321009)

MIRIAM TRIPUTRI SIRAIT (4153321025)

UMMY HARIYANTI SITOMPUL (4153321044)

WISNU ABDURRAZAK (4153321045)

FISIKA EKS 2015

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016/2017
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................... 1

DAFTAR ISI........................................................................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................................... 3

B.Rumusan Masalah............................................................................................... 3

C.Tujuan..................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN MATERI

A. Pembiasan Cahaya pada Bidang Lengkung..................................................... 4


B. Pembiasan Cahaya Pada Lensa Tipis................................................................5
C. Daya atau Kekuatan Lensa............................................................................... 14
D. Pembiasan Pada Lensa Cekung........................................................................ 17
E.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................24
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul Pembiasan pada bidang Lengkung.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, Kami menerima kritik dan saran yang membangun untuk memperbaikinya.
Harapan kami, dengan adanya makalah ini dapat menunjang proses perkuliahan sehingga
pengetahuan mahasiswa/i tentang pembiasan cahaya pada bidang lengkung semakin
bertambah .

Medan, 14 Maret 2017

Penyusun makalah

Kelompok 6
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cahaya termasuk gelombang elektromagnetik. Karena itu cahaya dapat merambat
baik melalui medium ataupun tanpa medium (vakum). Ilmu fisika yang mempelajari tentang
cahaya disebut optika, yang dibagi menjadi dua : optika geometris dan optika fisis. Optika
geometris mempelajari tentang pemantulan dan pembiasan , sedangkan optika fisis
mempelajari tentang polarisasi, interferensi , dan difaraksi cahaya. Diketahui bahwa ketika
cahaya mengenai bidang batas antara dua medium (misalnya udara dan prisma), cahaya akan
dibelokkan . Peristiwa pembelokakan cahaya ketika mengenai pembatas medium inilah yang
disebut pembiasan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pembiasan cahaya ?
2. Bagaimana pembiasan cahaya pada bidang lengkung?
C. Tujuan
1. Memahami pembiasan pada bidang lengkung
2. Mengetahui contoh-contoh pembiasan cahaya dalam kehidupan sehari-hari

BAB II
PEMBAHASAN

A. PEMBIASAN PADA BIDANG LENGKUNG


Suatu bidang lengkung yang terbuat dari benda tembus cahaya dapat membiaskan cahaya
yang jatuh padanya. Pembiasan cahaya selalu memenuhi hukum Snellius, termasuk juga
pembiasan cahaya pada bidang lengkung. Apabila sebuah benda diletakkan di depan bidang
lengkung yang transparan, maka melalui peristiwa pembiasan akan terbentuk bayangan benda.
Saat cahaya merambat dari medium optik lebih rapat ke medium optik kurang rapat dengan
sudut datang tertentu, cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal. Bila sudut datang terus
diperbesar, maka suatu saat sinar bias akan sejajar dengan bidang yang berarti besar sudut
biasnya 90.Sekali lagi apabila sudut datang diperbesar, maka tidak ada lagi cahaya yang
dibiaskan, sebab seluruhnya akan dipantulkan. Sudut datang pada saat sudut biasnya mencapai
90 ini disebut sudut kritis (saat sin r = sin 90 = 1). P e m b i a s a n c a h a y a b e r a r t i
p e m b e l o k a n a r a h r a m b a t c a h a y a s a a t m e l e w a t i bidang batas dua medium tembus
cahaya yang berbeda indeks biasnya. Pembiasan cahaya mempengaruhi penglihatan pengamat.
Contoh yang jelas adalah bila sebatang tongkat yang sebagiannya tercelup di dalam kolam
berisi air dan bening akan terlihat patah, dasar bak mandi yang berisi air kelihatan lebih
dangkal, sikat gigi yang mengapung di air bak mandi kelihatan bengkok dan sebagainya.
Permukaan lengkung lebih dikenal sebagai Lensa tebal, dalam kehidupan sehari-hari dikenal
dapat diambil contoh, antara lain :
- Akuarium berbentuk bola
- Silinder kaca
- Tabung Elenmeyer
- Plastik berisi air di warung makan

Pembiasan pada permukaan lengkung tidak harus menghasilkan bayangan yang ukurannya
sama dengan ukuran bendanya. Permukaan lengkung mempunyai dua titik api atau fokus.
Fokus pertama F1 adalah suatu titik asal sinar yang mengakibatkan sinar-sinar dibiaskan
sejajar. Artinya bayangan akan terbentuk di jauh tak terhingga (s= ) dan jarak
benda s sama dengan jarak fokus pertama (s = f1), sehingga dari persamaan permukaan
lengkung

Pembiasan Pada Permukaan Lengkung


Karna sinar sumbu utama maka <AMB = teta1(sudut sehadapan) lihat segitigaFMB sudut luar 1= 2
+ 3 maka 3= 1- 2

Pada sinar paraksial (sinar dengan sudut kecil) sin 1=1 dan sin2= 2 sehingga sesuai hukum Snellius

n1sin 1 = n2 sin 2

n1 1 = n2 2

n1 1
n2 = 2

Pada sinar paraksial (sinar dengan sudut kecil) yang kecil, jika ukuran sudut dalam radial maka
panjang busur AB adalah AB=R1 dan AB=f 3

AB = f 3

AB
3 =f

AB
12 =f

R 1
n 2 1 n1 1 =f

n2 n2

R 1
n 2 1 n1 1 =f

n2 n2
R 1
n2 1n 1 1 =f
n2

R n 2 1
n2 1 n1 1 =f

n
( 2n1)1
R n2 1 =f

n
( 2n 1)
R n2 =f

Jadi fokus pada permukaan lengkung adalah

n
( 2n1)
R n2 =f

Lihat sudut luar segitiga 4= 2+ 5 maka 2= 4 5

Lihat sudut luar segitiga 1= 3+ 4

Pada sinar paraksial (sinar dengan sudut kecil) yang sejajar sumbu utama yang ukurannya
dalam radian berlaku panjang busur AB= 5 s, AB= 3 s dan AB= 4 R

AB= 5 s AB= 3 s AB= 4 R

AB AB AB AB

R s = 5 s = 3 R = 4
Pada sinar paraksial (sinar dengan sudut kecil) berlaku sin 1= 1 dan sin 2= 2 sehingga sesuai
hukum Snellius

n1sin 1 = n2 sin 2

n1 1 = n2 2

n1 (3- 4) = n2 (4- 5)

AB AB AB AB
n1 (
= n2(

s R R s

1 1 1 1
n1 ( s
(AB) = n (
R 2 R s (AB)

1 1 1 1
n1 ( s
= n 2( R

R s

n1 n 1 n2 n2
( = ( R s
s R

n1 n2 n2 n1
( + =( R+R
s s

n1 n2 n1n2
( + =(
s s R

n2
Maka Pada pembiasan permukaan lengkung berjari-jari R yang indeks biasnya yang berada

pada medium
n1 adalah

n1 n2 n1n2
( s + s =( R

Untuk konvensi negatif dan positif adalah

Jarak benda s positif jika benda terletak pada sisi yang sama dengan sinar datang dan negatif
jika benda terletak pada sisi sinar dibiaskan

Jarak bayangan s , jari-jari kelengkungan R dan fokus f positif jika terletak pada sisi sinar dibiaskan
dan negatif jika berada pada sisi sinar datang

Sehingga permukaan lengkung cembung R=+ , f=+ sedang permukaan lengkung cekung R=, f=
Untuk permukaan datar nilai =

Untuk Perbesarannya adalah sebagai berikut


Untuk sinar paraksial (sudut kecil) dan diukur dalam satuan radian maka sin 1=tan 1= 1 dan sin
2=tan 2= 2 sehingga

Lihat segitiga ABC Lihat segitiga CDE

h h '
1 = s 2 = s'

n1sin 1 = n2 sin 2

n1 1 = n2 2

h h '
n1 s = n2 s'

n1 s ' h'
n2 x s = h

n1 s'
M=-( n2 x s )

Jika M minus bayangan terbalik

Jika M positif bayangan tegak

B. PEMBIASAN CAHAYA PADA LENSA TIPIS


Lensa adalah benda bening yang dibatasi oleh dua permukaan dan minimal salah satu dari
permukaannya itu merupakan bidang lengkung. Lensa tidak harus terbuat dari kaca, yang
penting ia merupakan benda bening sehingga terjadinya pembiasan cahaya. Oleh karena itu
lensa beninhg merupakan bidang lengkung. Seperti pada pemantulan cahaya, pada pembiasan
cahaya juga ada perjanjian tanda berkaitan dengan persamaan-persamaan pada permukaan
lengkung seperti dijelaskan dalam tabel berikut ini

s+ Jika benda nyata/sejati (di depan permukaan lengkung)


s- Jika benda maya (di belakang permukaan lengkung)
s'+ Jika bayangan nyata (di belakang permukaan lengkung)
s'- Jika bayangan maya (di depan permukaan lengkung)
R+ Jika permukaan berbentuk cembung dilihat dari letak benda
R- Jika permukaan berbentuk cekung dilihat dari letak benda
LENSA TIPIS

Untuk lensa tipis yang permukaannya sferis (merupakan permukaan bola), hubungan antara
jarak benda (s), jarak bayangan (s') dan jarak fokus (f) serta perbesaran bayangan benda (M)
diturunkan dengan bantuan geometri dapat dijelaskan berikut ini.

Gambar 33. Lensa sferis,


permukaannya merupakan

permukaan bola.

Dari persamaan lensa lengkung,

n1 n 2 n 2 n1
s s' R

Berkas sinar yang berasal dari O ketika melewati permukaan ABC dibiaskan sedemikian
sehingga terbentuk bayangan di titik I1. Oleh permukaan ADC bayangan I1 itu di anggap
benda dan dibiaskan oleh permukaan ADC sedemikian sehingga terbentuk bayangan akhir di
titik I2
Pada permukaan lengkung ABC , sinar dari benda O dari medium n1 ke lensa n2, sehingga s
= OB, s = BI1

n1 n n n1
2 2
OB BI 1 R 1
maka

Pada permukaan lengkung ADC , sinar dari lensa ke medium n1, s = -DI1, s = DI2

n2 n n n2
1 1
- DI 1 DI 2 - R 2
maka

Karena dianggap lensa tipis maka ketebalan BD diabaikan, sehingga BI1 = DI1 dan saling
meniadakan karena berlawanan tanda . Apabila kedua persamaan dijumlahkan diperoleh :

n1 n n n1 n1 n 2
1 2
OB DI 2 R2 R1
+

n1 n1 n 2 n1 n1 n 2
s s' R
2 R1
+

n1 n1 n 2 n1 n 2 n1
s s' R
2 R1
+

n1 n1 n 2 n1 1 1

s s' R 2 R1 R 2

Semua ruas dibagi dengan n1 akan diperoleh persamaan lensa tipis sebagai berikut.

1 1 n2 1 1
1
s s' n 1 1R R 2

Dengan keterangan,

s = jarak benda

s' = jarak bayangan

n1 = indeks bias medium sekeliling lensa

n2 = indeks bias lensa


R1 = jari-jari kelengkungan permukaan pertama lensa

R2 = jari-jari kelengkungan permukaan kedua lensa

Persamaan lensa tipis tersebut berlaku hanya untuk sinar-sinar datang yang dekat dengan
sumbu utama lensa (sinar-sinar paraksial) dengan ketebalan lensa jauh lebih kecil
dibandingkan dengan jari-jari kelengkungannya.

Jarak fokus lensa (f) adalah jarak dari pusat optik ke titik fokus (F). Jadi bila s = ~
bayangan akan terbentuk di titik fokus (F), maka s= f.

1 1 n2 1 1
1
s s' n 1 R1 R 2

1 1 n2 1 1
1
~ f n1 R1 R 2

1 1 n2 1 1
1
~ f n1 R1 R 2
Karena = 0 maka rumus jarak fokus lensa :

1 1 n2 1 1
1
s s' n 1 R1 R 2
Bila persamaan disubstitusikan dengan persamaan

1 n2 1 1
1
f n1 R1 R 2
maka akan didapat persamaan baru yang dikenal sebagai persamaan
pembuat lensa, yaitu

1 1 1

f s s1

Dengan keterangan,

n1 = indeks bias medium sekeliling lensa

n2 = indeks bias lensa

R1 = jari-jari kelengkungan permukaan pertama lensa

R2 = jari-jari kelengkungan permukaan kedua lensa


R = bertanda (+) jika permukaan lensa yang dijumpai berbentuk cembung

R = bertanda (-) jika permukaan lensa yang dijumpai berbentuk cekung



R= jika permukaan lensa yang dijumpai berbentuk datar

s = jarak benda bertanda positif (+) jika benda terletak di depan lensa (benda nyata).
s = jarak benda bertanda negatif () jika benda terletak di belakang lensa (benda maya).
s = jarak bayangan bertanda positif (+) jika bayangan terletak di belakang lensa (bayangan
nyata).
s = karak bayangan bertanda negatif () jika benda terletak di depan lensa (bayangan maya).
f = jarak fokus bertanda positif (+) untuk permukaan lensa positif (lensa cembung).
f = jarak fokus bertanda negatif () untuk permukaan lensa negatif (lensa cekung).

Rumus Newton

Cara laian untuk menentukan jarka benda dan jarak bayangan dalam lensa tipis adalah
dengan menggunakan rumus Newton. Pengukuran pada rumus Newton ini dilakukan dengan
patokan titik fokusnya. Besaran dihitung dari titik fokus bukan dari titik verteks.

Lihat gambar diatas.

Jarak benda p = x + f

Jarak bayangan s = x + f

Untuk lensa tispis di udara f = f maka

1 1 1 1 1 1
+ = + =
p q f x +f x + f f

( x + f ) + ( x+ f ) 1
=
( x + f ) ( x + f ) f
x' + x +2 f 1
' ' 2
=
xx + xf + x f +f f

x ' f + xf +2 f 2=xx ' + xf + x ' f +f 2

Diperoleh Rumus Newton untuk lensa tipis :

x x ' =f 2

Perbesaran bayangan

Untuk menentukan perbesaran bayangan lensa tipis dapat menggunakan persamaan sebagai
berikut.

s1 h'
M
s h

Dengan keterangan,

s = jarak benda

s' = jarak bayangan

h = tinggi benda

h' = tinggi bayangan

M > 1 = bayangan diperbesar

M < 1 = bayangan diperkecil

s1 (+) = bayangan nyata

s1 () = bayangan maya

Daya / Kekuatan Lensa


Daya Lensa adalah kekuatan lensa dalam memfokuskan lensa. Daya lensa berkaitan dengan
sifat konvergen (mengumpulkan berkas sinar) dan divergen (menyebarkan sinar) suatu lensa. Untuk
Lensa positif, semakin kecil jarak fokus, semakin kuat kemampuan lensa itu untuk mengumpulkan
berkas sinar. Untuk lensa negatif, semakin kecil jarak fokus semakin kuat kemampuan lensa itu untuk
menyebarkan berkas sinar. Oleh karena itu kuat lensa didefinisikan sebagai kebalikan dari jarak fokus,

Rumus kekuatan lensa (power lens)

1 1
f meter
P= dengan satuan = Dioptri

Untuk menambah kekuatan lensa kita dapat gunakan lensa gabungan dengan sumbu utama
dan bidang batas kedua lensa saling berhimpit satu sama lain. Dari penggabungan lensa ini
maka akan didapatkan fokus gabungan atau daya lensa gabungan.

Gambar 34. Diagram lensa gabungan

Suatu lensa gabungan merupakan gabungan dari dua atau lebih lensa dengan sumbu
utamanya berhimpit dan disusun berdekatan satu sama lain sehingga tidak ada jarak antara
lensa yang satu dengan lensa yang lain (d = 0).

Persamaan lensa gabungan dirumuskan sebagai berikut.

1 1 1 1
....
f gab f1 f 2 f 3
Dan daya lensa sebagai berikut.

Pgab P1 P2 P3 ....

Berlaku ketentuan untuk lensa positif (lensa cembung), jarak fokus (f) bertanda plus,
sedangkan untuk lensa negatif (lensa cekung), jarak fokus bertanda minus.

C. PEMBIASAN PADA LENSA CEMBUNG

Lensa cembung dinamakan pula lensa konvergen karena lensa cembung memfokuskan
(mengumpulkan) berkas sinar sejajar yang diterimanya. Disini kita hanya akan membahas
lensa yang kedua permukaannya cembung (bikonveks). Karena lensa cembung seperti ini
memiliki dua buah permukaan lengkung, maka lensa cembung memiliki dua jari-jari
kelengkungan dan dua titik fokus. Seperti halnya pada cermin, jari-jari kelengkungan lensa
adalah dua kali jarak fokusnya (R=2F)). Untuk lensa cembung, jari-jari kelengkungan (R)
dan titik fokus (f) bertanda positif (+), sehingga lensa cembung sering dinamakan lensa
positif.

Dari Gambar 8.23 terlihat bahwa panjang fokus lensa cembung bergantung pada ketebalan
lensa itu sendiri. Jika lensanya lebih tebal, maka panjang fokusnya menjadi lebih pendek.
Berbeda dengan cermin, pada lensa terdapat dua buah fokus di sebelah kiri dan di sebelah
kanan lensa

Fokus aktif, pada lensa cembung adalah titik fokus dari permukaan lengkung yang
berhadapan dengan sinar datang. Pada gambar 28, permukaan warna merah yang berhadapan
sinar datang dan titik fokusnya 1 di belakang lensa

Fokus pasif, pada lensa cembung adalah titik fokus dari permukaan lengkung yang di

Belakang sinar datang. Pada gambar 28, permukaan warna biru yang berada di belakang sinar
datang dan titik fokusnya 2didepan lensa.
Pada pembiasan cahaya oleh lensa cembung dikenal tiga sinar istimewa yaitu:

Berkas sinar yang sejajar sumbu utama dibiaskan melalui titik fokus utama (F1).

Berkas sinar yang datang melalui titik fokus F2 dibiaskan sejajar sumbu utama.

Berkas sinar yang melalui titik pusat optik (O) diteruskan tanpa dibiaskan.
2. Pembiasan pada lensa Cekung

Lensa cekung (konkaf / concave) memiliki bagian tengah yang lebih tipis daripada bagian
tepinya. Sinar-sinar bias pada lensa ini bersifat memencar (divergen). Oleh karena itu, lensa
cekung disebut lensa divergen.

Fokus aktif,pada lensa cekung adalah titik fokus dari permukaan lengkung yang berhadapan
dengan sinar datang. Pada gambar 34, permukaan warna merah yang berhadapan sinar datang
dan titik fokusnya 1 Di depan lensa

Fokus pasif ,pada lensa cembung adalah titik fokus dari permukaan Lengkung yang di

Belakang sinar datang. Pada gambar 34, permukaan warna biru yang berada di belakang sinar
datang dan titik fokusnya2 Di belakang.

Seperti halnya lensa cebung, untuk menggambarkan bayangan pada lensa cekungpun
diperlukan perjalan tiga sinar istimewa yaitu:

(1).Sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan seolah-olah berasal dari titik fokus.
(2).Sinar datang seolah-olah menuju titik fokus lensa dibiaskan sejajar sumbu utama.

(3).Sinar datang melalui titik pusat lensa tidak dibiaskan melainkan diteruskan.

Apabila sebuah benda diletakkan di depan bidang lengkung yang transparan, maka melalui
peristiwa pembiasan akan terbentuk bayangan benda.

VB kecil sekali sehingga titik B dianggap berimpit dengan V. Maka

maka r = c b
Untuk sudut-sudut yang kecil berlaku :

i = tan i = sin i

c = tan c = sin c

r = tan r = sin r

Jadi

tan i = tan c + tan a

tan r = tan c tan b

Dari Hukum Snellius diperoleh n sin i = n sin r maka dapat diperoleh pendekatan

n sin i = n sin r

n (tan i ) = n (tan r)

n ( tan c + tan a ) = n (tan c tan b)

n ( tan c + tan a ) = n (tan c tan b)

B.1. Pembentukan bayangan pada lensa cembung

Benda berada pada jarak >

Bayangan terbalik, diperkecil dan nyata (dapat ditangkap oleh layar)


Benda berada pada jarak =

Bayangan terbalik, sama besar dan nyata (dapat ditangkap oleh layar)

Prinsip ini digunakan pada teropong bumi untuk Membalik bayangan yang terbalik dari

Lensa objektif agar didapat bayangan tegak dan nyata

Benda berada pada jarak < <

Bayangan terbalik, diperbesar dan nyata (dapat ditangkap oleh layar)

Benda berada pada jarak =

Bayangan terbentuk dijauh tak terhingga, tegak dan maya karena garis dibiaskan sejajar

Prinsip ini digunakan oleh lensa okuler mikroskop, teropong dan lup untuk melihat dengan
mata tanpa akomodasi Bayangan dari lensa objektif diusahakan jatuh pada lensa okuler
sehingga mata bisa melihat bayangan dari lensa okuler tanpa berakomodasi

Benda berada pada jarak <


Bayangan tegak,diperbesar dan maya (dapat dilihat oleh mata)

Prinsip ini digunakan padakacamata,lup,lensa okuler mikroskop dan teropong dengan

Mata berakomodasi maksimum

B.2. Pembentukan bayangan pada lensa cekung

Benda berada pada jarak >

Bayangan tegak, diperkecil dan maya (dapat dilihat oleh mata)

Benda berada pada jarak =

Bayangan tegak, diperkecil dan maya (dapat dilihat oleh mata)

Benda berada pada jarak < <

Bayangan tegak, diperkecil dan maya (dapat dilihat oleh mata)

Benda berada pada jarak =


Bayangan tegak, diperkecil dan maya (dapat dilihat oleh mata)

Benda berada pada jarak <

Bayangan tegak, diperkecil dan maya (dapat dilihat oleh mata)

D. PEMBIASAN PADA DUA LENSA YANG BERHADAPAN

Apabila sebuah benda AB terletak di antara dua lensa yang berhadap-hadapan, akan
mengalami dua kali proses pembiasan oleh lensa I dilanjutkan oleh lensa II.

Lensa I : Lensa II :

Jarak kedua lensa : Perbesaran bayangan akhir : M = M1 . M2


BAB IV

KESIMPULAN

Pembiasan pada permukaan lengkung tidak harus menghasilkan bayangan yang


ukurannya sama dengan ukuran bendanya. Permukaan lengkung mempunyai dua titik
api atau fokus. Fokus pertama F1 adalah suatu titik asal sinar yang mengakibatkan
sinar-sinar dibiaskan sejajar. Artinya bayangan akan terbentuk di jauh tak terhingga
(s= ) dan jarak benda s sama dengan jarak fokus pertama (s = f1),

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/10280808/TUGAS_MAKALAH_MATA_KULIAH_FISIKA_DASAR_
II_PEMBIASAN_CAHAYA_REFRAKSI_Dosen_Pengampu?auto=download

http://rahfijan12345.blogspot.co.id/2016/01/pembiasan-cahaya-pada-lensa-cembung.html

http://fisikasma-online.blogspot.co.id/2010/04/pembiasan-cahaya-pada-lensa-cembung.html

http://ilmuhitung.com/pembiasan-pada-lensa-lengkung/
http://www.onfisika.com/2013/01/pembiasan-dua-lensa-yang-berhadapan.html

Anda mungkin juga menyukai