4895 14118 1 PB
4895 14118 1 PB
Effect of High-Density Polyethylene (HDPE) Addition in Hot Rolled Sheet Wearing Course (HRS-WC)
Mixture on Marshall Parameters, Compression Strength and Split Tensile Strength
ABSTRACT
ringan. Pada penelitian ini dilakukan pengujian c. Agregat dipanaskan sampai dengan suhu
kuat tarik belah yang dimaksudkan untuk 160o C.
mengetahui ketahanan geser dari lapis d. Aspal dicampur dengan agregat kemudian
perkerasan seperti pada beton, karena untuk diaduk sampai agregat terselimuti oleh
aspal biasanya digunakan pengujian Marshall aspal.
yang bertujuan untuk mengetahui stabilitas e. Setelah itu dimasukkan ke dalam mold
dari perkerasan. hingga suhunya mencapai 140o.
f. Mold diletakkan pada alas penumbuk
kemudian sisi atas mold dikunci. Setelah
METODE PENELITIAN
itu ditumbuk sebanyak 2x75 kali pukulan.
g. Sampel dikeluarkan dari mold dengan
Tahapan Penelitian menggunakkan ejector, lalu diberi nomor
sampel.
1. Tahap persiapan
Persiapan bahan meliputi kegiatan pengadaan 5. Pengujian sampel
bahan yang akan digunakan dalam penelitian. a. Sampel dibersihkan dari kotoran-kotoran
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian yang menempel.
ini antara lain agregat kasar, agregat halus, b. Pada masing-masing benda uji diberi
aspal dan plastik High Density Polyetilene tanda pengenal.
(HDPE). Agregat kasar dan halus didapatkan c. Tinggi dan diameter benda uji diukur
dari toko material, sedangkan HDPE dengan ketelitian 0,1 mm.
didapatkan dari pabrik plastik di Solo, Jawa d. Sampel ditimbang.
Tengah. Alat-alat yang digunakan untuk e. Sampel direndam dalam air kira-kira 24
pengujian agregat kasar, agregat halus, aspal jam pada suhu ruang.
dan biji plastik, serta alat uji Marshall harus f. Sampel ditimbang dalam air untuk
dalam kondisi bersih, baik dan terkalibrasi. mendapatkan isi.
g. Sampel ditimbang pada kondisi kering
2. Pengujian bahan permukaan jenuh.
Bahan-bahan yang digunakan terlebih dahulu
dilakukan pengujian sesuai dengan metode 6. Pengujian benda uji dengan menggunakan
pengujian yang digunakan. Pengujian plastik alat uji Marshall. Alat Marshall merupakan
HDPE meliputi berat jenis, suhu, dan alat tekan yang dilengkapi dengan :
kehilangan berat. a. proving ring (cincin penguji) berkapasitas
22,2 kN (5000 lbf), untuk mengukur nilai
3. Perencanaan campuran stabilitas.
Gradasi agregat yang digunakan untuk b. flow-meter, untuk mengukur kelelehan
campuran HRS-WC diambil dari gradasi plastis atau flow
tengah spesifikasi HRS-WC (Anonim, 2010).
Kadar aspal yang digunakan berdasarkan nilai 7. Pengujian benda uji dengan menggunakan
kadar aspal optimum sebanyak 7,5% dari total alat uji kuat tekan normal dan kuat tarik
campuran agregat. Plastik HDPE sebanyak belah dengan mengacu pada Anonim
2%, 4% dan 6% dari berat total Aspal. (2002). Pengujian ini, dimensi benda uji
diukur berupa data tinggi serta luasan
4. Pembuatan benda uji dalam satuan mm. Setelah itu benda uji
Untuk setiap variasi kadar HDPE dibuat dua diinput ke mesin uji dan diletakkan sesuai
(2) benda uji. dengan proporsinya kemudian benda uji
diberikan beban.
Langkah-langkah pembuatan benda uji adalah
sebagai berikut:
a. Biji plastik HDPE dipanaskan secara Lokasi Penelitian
terpisah sebanyak 2%, 4% dan 6% dari
berat aspal dan dipanaskan hingga Penelitian ini dilakukan di tiga tempat, yakni
mencair minimal 15 menit. untuk pengujian biji plastik dilakukan di
b. Aspal dicampur dengan plastik HDPE Laboratorium Teknologi Pengolahan Dan
yang telah mencair dan diaduk hingga Pangan, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas
homogen. Teknik, Institut Pertanian (Instiper), pengujian
P.N. Akmus / Semesta Teknika, Vol. 16, No. 2, 117-123, November 2013 119
agregat dan aspal dilakukan di Laboratorium penambahan kadar plastik akan membuat
Bahan Perkerasan Jalan, Jurusan Teknik Sipil, semakin berkurangnya proporsi agregat dalam
Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah campuran dan semakin besar rongga antar
Yogyakarta, serta pengujian Marshall agregat yang terisi oleh aspal yang
dilakukan di Laboratorium Transportasi, mengakibatkan film aspal semakin tebal,
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, sehingga mengakibatkan berkurangnya
Universitas Gadjah Mada. internal friction dan turunnya nilai stabilitas.
Nilai rata-rata stabilitas tertinggi menggunakan
Presentasi Hasil 2% HDPE sebesar 2542,50 kg, sedangkan nilai
terendah menggunakan 0% HDPE sebesar
Data yang diperoleh dari hasil pengujian 1879,00 kg. Menurut Anonim (2010),
Marshall yang menjadi dasar perhitungan persyaratan minimal nilai stabilitas sebesar 800
adalah stabilitas, flow, VIM, VMA, VFA dan kg, sehingga semua campuran tersebut
QM. Nilai stabilitas, flow dan QM didapatkan memenuhi syarat minimal untuk stabilitas.
dari pengujian menggunakan alat uji Marshall,
sedangkan, VIM, VMA dan VFA ditentukan 2. Void In the Mix (VIM)
melalui penimbangan benda uji dan Nilai VIM menunjukkan persentase banyaknya
perhitungan (berat kering, berat kering rongga dalam suatu campuran. Nilai VIM
permukaan dan berat dalam air). Dari hasil berpengaruh terhadap durabilitas, dimana
analisis pengujian kuat tarik belah akan semakin besar nilai VIM menunjukkan
dibuatkan grafik hubungan antara variasi kadar campuran bersifat porous. Proses ini
plastik HDPE dengan kuat tarik belah dan mengakibatkan udara dan air mudah masuk ke
untuk hasil pengujian kuat tekan akan dalam lapis perkerasan sehingga berakibat
dibuatkan grafik hubungan antara kadar plastik meningkatnya proses oksidasi yang dapat
HDPE dengan kuat tekan. mempercepat penuaan aspal/keras, cracking,
dan stripping (lepasnya ikatan antara agregat
HASIL DAN PEMBAHASAN dan aspal). Dari Gambar 2 terlihat bahwa
penambahan plastik HDPE dalam campuran
HRS-WC mampu memperbaiki sifat aspal
1. Stabilitas dalam mengisi rongga-rongga dalam
Nilai stabilitas merupakan ukuran kemampuan campuran. Semakin banyak penggunaan
campuran untuk memikul beban lalulintas polimer plastik HDPE sebagai bahan tambah
sampai terjadi kelelehan plastis. Stabilitas aspal mengakibatkan ikatan-ikatan aspal dalam
perkerasan yang terlalu tinggi dengan nilai campuran menjadi semakin kuat dan seluruh
flow yang terlalu rendah menyebabkan lapisan agregat yang diselimuti aspal dapat mengisi
keras terlalu kaku sehingga mudah mengalami ruang dalam campuran lebih baik, sehingga
retak-retak pada saat menerima beban. jumlah persentase rongga dalam campuran
Sebaliknya akibat stabilitas yang rendah, lapis semakin kecil. Nilai VIM terus meningkat
keras akan mudah mengalami rutting oleh sampai batas optimum yaitu pada kadar 3,5 %
beban lalu lintas ataupun distorsi akibat HDPE. Selanjutnya semakin bertambahnya
perubahan subgrade. Hasil pengujian kadar plastik yang digunakan nilai VIM
ditampilkan pada Gambar 1. Dari nilai menurun tetapi masih memenuhi persyaratan
stabilitas mengalami peningkatan sampai batas yang ditetapkan oleh SNI 2010 revisi 2, yaitu
optimum pada kadar plastik 4,1%. Selanjutnya 3-6 %.
S T A B I L I T AS ( K G )
3300
y = -337344x2 + 25524x + 1951
STABILITAS (KG)
2800 R² = 0,3406
2300
1800 stabilitas
1300 rata-rata
Nilai minimum
800 stabilitas
0% 2% 4% 6%
KADAR HDPE (%)
VIM (%)
7.00
6.00
5.00 VIM
VIM (%)
4.00 rata-rata
3.00
2.00 y = -1516,1x2 + 107,75x + 3,1424
R² = 0,5737
1.00
0% 2% 4% 6%
KADAR HDPE (%)
VMA (%)
20
19
VMA (%)
18
17
y = -806,08x2 + 50,993x + 18,132 VMA
16 R² = 0,3007 rata-rata
15
0% 1% 2% 3% 4% 5% 6%
KADAR HDPE (%)
3. Void in the Mineral Aggregate (VMA) spesifikasi yang disyaratkan yakni sebesar
18%.
VMA merupakan persentase rongga yang ada
diantara butir agregat dalam campuran beton 4. Void Filled with Asphalt (VFA)
aspal yang dinyatakan dalam %. Nilai VMA
Nilai VFA sangat dipengaruhi oleh
atau yang lebih dikenal dengan rongga dalam
penggunaan jumlah kadar aspal. Nilai VFA
agregat merupakan salah satu parameter
yang besar berarti semakin banyak rongga
penting dalam rancangan campuran aspal,
udara yang terisi aspal sehingga kekedapan
karena pengaruhnya terhadap ketahanan dari
campuran terhadap air dan udara akan semakin
campuran aspal. Dari Gambar 3 terlihat bahwa
tinggi tetapi dengan nilai VFA yang terlalu
penambahan HDPE pada campuran HRS-WC
tinggi akan menyebabkan lapis keras mudah
cenderung mengalami peningkatan sampai
mengalami bleeding. Dari Gambar 4 diketahui
batas optimum yang didapat pada kadar 3.3%
bahwa semakin bertambahnya kadar HDPE
HDPE. Semakin bertambahnya kadar HDPE
yang digunakan maka semakin tinggi nilai
akan mengalami penurunan yang disebabkan
VFA. Nilai rata-rata VFA tertinggi terjadi pada
karena rongga antar agregat yang mengecil.
campuran menggunakan 4% HDPE sebesar
Hal ini disebabkan karena berat jenis campuran
83,90%, sedangkan nilai VFA terendah terjadi
yang meningkat serta campuran aspal dan
pada campuran menggunakan 2% HDPE
plastik yang semakin mengental, sehingga
sebesar 73,17%. Semua benda uji memenuhi
menurunkan nilai VMA.
spesifikasi minimum yang disyaratkan SNI
Nilai rata-rata VMA tertinggi terjadi pada 2010 (revisi 2) yaitu sebesar 68 mm. Hal ini
campuran HRS-WC menggunakan 2% HDPE menunjukkan pada campuran plastik HDPE
sebesar 19,08%, sedangkan nilai VMA dapat menghalangi aspal dalam mengisi
terendah terjadi pada campuran HDPE 0% rongga-rongga yang ada karena disebabkan
sebesar 18,05%. Menurut SNI 2010 (revisi 2), mengentalnya aspal bila dicampurkan dengan
hasil VMA yang diperoleh memenuhi plastik.
P.N. Akmus / Semesta Teknika, Vol. 16, No. 2, 117-123, November 2013 121
VFA (%)
88.00 VFA
84.00 y = -284,42x2 + 34,428x + 77,287 rata-rata
R² = 0,0072
80.00
VFA (%)
76.00
72.00
68.00
64.00
60.00
0% 2% 4% 6%
KADAR HDPE (%)
FLOW (MM)
4.0
3.0
FLOW (%)
2.0
Flow
y = 468,75x2 - 26,875x + 3,0375
1.0 R² = 0,2266
0.0
0% 2% 4% 6%
KADAR HDPE (%)
QM (KG/MM)
1050
MQ…
850 rata-rata
650
450
250
0% 2% 4% 6%
KADAR HDPE (%)
TABEL 1. Nilai Kuat Tarik Belah dan Nilai Kuat Tekan Normal
Kadar HDPE Kuat Tarik Belah Kuat Tekan Modulus Modulus Pengujian
(%) (KPa) (MPa) Elastisitas (KPa) (MPa)
0 1210,7 11,7 153,97 15,41
2 1075,1 12,3 143,68 14,00
4 1126,2 12,2 147,59 13,05
6 1444,1 13,5 164,35 20,87
15.0
KUAT TEKAN (MPA)
14.0
13.0
12.0
11.0
0 2 4 6
KADAR HDPE (%)
170
MODULUS BAHAN UJI
165
160
(MPA)
155
150
145
140
0 1 2 3 4 5 6
KADAR HDPE (%)