Anda di halaman 1dari 7

JURNAL ILMIAH SEMESTA TEKNIKA 117

VOL. 16, NO. 2, 117-123, NOVEMBER 2013

Pengaruh Penambahan Plastik High Density Polyetilene (HDPE) dalam Campuran


Hot Rolled Sheet Wearing Course (HRS-WC) terhadap Parameter Marshall, Kuat
Tekan dan Kuat Tarik Belah

Effect of High-Density Polyethylene (HDPE) Addition in Hot Rolled Sheet Wearing Course (HRS-WC)
Mixture on Marshall Parameters, Compression Strength and Split Tensile Strength

PEPI NEGA AKMUS

ABSTRACT

In this study, plastics High-Density Polyethylene (HDPE) were used as an additional


ingredient of asphalt for HRS-WC mixtures by using a variation of the plastic
content of 0%, 2%, 4%, 6% to the asphalt weight. Bitumen content obtained from
the optimum bitumen content of 7.5%. The purpose of this research is to examine
and to compare the Marshall characteristics, compressive strength and split tensile of
HRS-WC mixture. The results showed that the addition of HDPE plastic provide a
significant influence on the marshall characteristic, split tensile strength and
compressive strength. Asphalt stability with the addition of HDPE by 2%, 4% and
6% compliant with the specifications of marshall stability results respectively
amounted to 2589.40 kg, 2257.13 kg and 2385.16 kg.
Keywords : HDPE, Marshall test, tensile strength, compression strength.

dengan menggunakan variasi kadar plastik 0%,


PENDAHULUAN 2%, 4%, 6% dari berat aspal.
Parameter penting yang ditentukan dalam
Cuaca di Indonesia yang tidak menentu pengujian Marshall adalah beban maksimum
menyebabkan kerusakan pada perkerasan yang dapat dipikul oleh benda uji sebelum
jalan, diantaranya berupa alur, gelombang dan hancur atau yang biasa disebut Marshall flow,
naiknya aspal ke permukaan. Hal ini serta turunan dari keduanya yang merupakan
disebabkan karena suhu permukaan jalan lebih perbandingan antara Marshall stability dengan
tinggi daripada titik lembek aspal yang Marshall flow yang disebut Marshall Quotient,
digunakan. Untuk lebih meningkatkan mutu yang merupakan nilai kekakuan berkembang
aspal, saat ini ada bermacam-macam bahan (pseudo stiffness), yang menunjukkan
tambah yang bisa digunakan, salah satunya ketahanan campuran terhadap deformasi
adalah polimer plastik High Density permanent.
Polyetilene (HDPE). HDPE memiliki sifat
Pengujian kuat tekan normal dimodelkan
bahan yang lebih kuat, keras, buram dan lebih
sebagai pemberian gaya vertikal yang mampu
tahan terhadap suhu tinggi. HDPE diharapkan
diterima oleh lapis perkerasan. Dari pengujian
dapat memberikan daya tahan aspal terhadap
kuat tekan normal akan didapatkan data berupa
suhu tinggi, meningkatkan penetrasi aspal dan
beban maksimum, tegangan dan regangan.
meningkatkan kinerja aspal beton.
Tegangan dan regangan akan digunakan untuk
Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji dan memperoleh nilai modulus pada lapis
membandingkan karakteristik Marshall, kuat perkerasan.
tekan normal dan kuat tarik belah pada
Menurut Anonim (2002) pengujian kuat tarik
campuran Hot Rolled Sheet Wearing Course
belah digunakan untuk mengevaluasi
(HRS-WC) dengan menggunakan plastik
ketahanan geser dari komponen struktur yang
HDPE sebagai bahan campuran pada aspal,
terbuat dari beton yang menggunakan agregat
118 P.N. Akmus / Semesta Teknika, Vol. 16, No. 2, 117-123, November 2013

ringan. Pada penelitian ini dilakukan pengujian c. Agregat dipanaskan sampai dengan suhu
kuat tarik belah yang dimaksudkan untuk 160o C.
mengetahui ketahanan geser dari lapis d. Aspal dicampur dengan agregat kemudian
perkerasan seperti pada beton, karena untuk diaduk sampai agregat terselimuti oleh
aspal biasanya digunakan pengujian Marshall aspal.
yang bertujuan untuk mengetahui stabilitas e. Setelah itu dimasukkan ke dalam mold
dari perkerasan. hingga suhunya mencapai 140o.
f. Mold diletakkan pada alas penumbuk
kemudian sisi atas mold dikunci. Setelah
METODE PENELITIAN
itu ditumbuk sebanyak 2x75 kali pukulan.
g. Sampel dikeluarkan dari mold dengan
Tahapan Penelitian menggunakkan ejector, lalu diberi nomor
sampel.
1. Tahap persiapan
Persiapan bahan meliputi kegiatan pengadaan 5. Pengujian sampel
bahan yang akan digunakan dalam penelitian. a. Sampel dibersihkan dari kotoran-kotoran
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian yang menempel.
ini antara lain agregat kasar, agregat halus, b. Pada masing-masing benda uji diberi
aspal dan plastik High Density Polyetilene tanda pengenal.
(HDPE). Agregat kasar dan halus didapatkan c. Tinggi dan diameter benda uji diukur
dari toko material, sedangkan HDPE dengan ketelitian 0,1 mm.
didapatkan dari pabrik plastik di Solo, Jawa d. Sampel ditimbang.
Tengah. Alat-alat yang digunakan untuk e. Sampel direndam dalam air kira-kira 24
pengujian agregat kasar, agregat halus, aspal jam pada suhu ruang.
dan biji plastik, serta alat uji Marshall harus f. Sampel ditimbang dalam air untuk
dalam kondisi bersih, baik dan terkalibrasi. mendapatkan isi.
g. Sampel ditimbang pada kondisi kering
2. Pengujian bahan permukaan jenuh.
Bahan-bahan yang digunakan terlebih dahulu
dilakukan pengujian sesuai dengan metode 6. Pengujian benda uji dengan menggunakan
pengujian yang digunakan. Pengujian plastik alat uji Marshall. Alat Marshall merupakan
HDPE meliputi berat jenis, suhu, dan alat tekan yang dilengkapi dengan :
kehilangan berat. a. proving ring (cincin penguji) berkapasitas
22,2 kN (5000 lbf), untuk mengukur nilai
3. Perencanaan campuran stabilitas.
Gradasi agregat yang digunakan untuk b. flow-meter, untuk mengukur kelelehan
campuran HRS-WC diambil dari gradasi plastis atau flow
tengah spesifikasi HRS-WC (Anonim, 2010).
Kadar aspal yang digunakan berdasarkan nilai 7. Pengujian benda uji dengan menggunakan
kadar aspal optimum sebanyak 7,5% dari total alat uji kuat tekan normal dan kuat tarik
campuran agregat. Plastik HDPE sebanyak belah dengan mengacu pada Anonim
2%, 4% dan 6% dari berat total Aspal. (2002). Pengujian ini, dimensi benda uji
diukur berupa data tinggi serta luasan
4. Pembuatan benda uji dalam satuan mm. Setelah itu benda uji
Untuk setiap variasi kadar HDPE dibuat dua diinput ke mesin uji dan diletakkan sesuai
(2) benda uji. dengan proporsinya kemudian benda uji
diberikan beban.
Langkah-langkah pembuatan benda uji adalah
sebagai berikut:
a. Biji plastik HDPE dipanaskan secara Lokasi Penelitian
terpisah sebanyak 2%, 4% dan 6% dari
berat aspal dan dipanaskan hingga Penelitian ini dilakukan di tiga tempat, yakni
mencair minimal 15 menit. untuk pengujian biji plastik dilakukan di
b. Aspal dicampur dengan plastik HDPE Laboratorium Teknologi Pengolahan Dan
yang telah mencair dan diaduk hingga Pangan, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas
homogen. Teknik, Institut Pertanian (Instiper), pengujian
P.N. Akmus / Semesta Teknika, Vol. 16, No. 2, 117-123, November 2013 119

agregat dan aspal dilakukan di Laboratorium penambahan kadar plastik akan membuat
Bahan Perkerasan Jalan, Jurusan Teknik Sipil, semakin berkurangnya proporsi agregat dalam
Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah campuran dan semakin besar rongga antar
Yogyakarta, serta pengujian Marshall agregat yang terisi oleh aspal yang
dilakukan di Laboratorium Transportasi, mengakibatkan film aspal semakin tebal,
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, sehingga mengakibatkan berkurangnya
Universitas Gadjah Mada. internal friction dan turunnya nilai stabilitas.
Nilai rata-rata stabilitas tertinggi menggunakan
Presentasi Hasil 2% HDPE sebesar 2542,50 kg, sedangkan nilai
terendah menggunakan 0% HDPE sebesar
Data yang diperoleh dari hasil pengujian 1879,00 kg. Menurut Anonim (2010),
Marshall yang menjadi dasar perhitungan persyaratan minimal nilai stabilitas sebesar 800
adalah stabilitas, flow, VIM, VMA, VFA dan kg, sehingga semua campuran tersebut
QM. Nilai stabilitas, flow dan QM didapatkan memenuhi syarat minimal untuk stabilitas.
dari pengujian menggunakan alat uji Marshall,
sedangkan, VIM, VMA dan VFA ditentukan 2. Void In the Mix (VIM)
melalui penimbangan benda uji dan Nilai VIM menunjukkan persentase banyaknya
perhitungan (berat kering, berat kering rongga dalam suatu campuran. Nilai VIM
permukaan dan berat dalam air). Dari hasil berpengaruh terhadap durabilitas, dimana
analisis pengujian kuat tarik belah akan semakin besar nilai VIM menunjukkan
dibuatkan grafik hubungan antara variasi kadar campuran bersifat porous. Proses ini
plastik HDPE dengan kuat tarik belah dan mengakibatkan udara dan air mudah masuk ke
untuk hasil pengujian kuat tekan akan dalam lapis perkerasan sehingga berakibat
dibuatkan grafik hubungan antara kadar plastik meningkatnya proses oksidasi yang dapat
HDPE dengan kuat tekan. mempercepat penuaan aspal/keras, cracking,
dan stripping (lepasnya ikatan antara agregat
HASIL DAN PEMBAHASAN dan aspal). Dari Gambar 2 terlihat bahwa
penambahan plastik HDPE dalam campuran
HRS-WC mampu memperbaiki sifat aspal
1. Stabilitas dalam mengisi rongga-rongga dalam
Nilai stabilitas merupakan ukuran kemampuan campuran. Semakin banyak penggunaan
campuran untuk memikul beban lalulintas polimer plastik HDPE sebagai bahan tambah
sampai terjadi kelelehan plastis. Stabilitas aspal mengakibatkan ikatan-ikatan aspal dalam
perkerasan yang terlalu tinggi dengan nilai campuran menjadi semakin kuat dan seluruh
flow yang terlalu rendah menyebabkan lapisan agregat yang diselimuti aspal dapat mengisi
keras terlalu kaku sehingga mudah mengalami ruang dalam campuran lebih baik, sehingga
retak-retak pada saat menerima beban. jumlah persentase rongga dalam campuran
Sebaliknya akibat stabilitas yang rendah, lapis semakin kecil. Nilai VIM terus meningkat
keras akan mudah mengalami rutting oleh sampai batas optimum yaitu pada kadar 3,5 %
beban lalu lintas ataupun distorsi akibat HDPE. Selanjutnya semakin bertambahnya
perubahan subgrade. Hasil pengujian kadar plastik yang digunakan nilai VIM
ditampilkan pada Gambar 1. Dari nilai menurun tetapi masih memenuhi persyaratan
stabilitas mengalami peningkatan sampai batas yang ditetapkan oleh SNI 2010 revisi 2, yaitu
optimum pada kadar plastik 4,1%. Selanjutnya 3-6 %.

S T A B I L I T AS ( K G )
3300
y = -337344x2 + 25524x + 1951
STABILITAS (KG)

2800 R² = 0,3406
2300
1800 stabilitas

1300 rata-rata
Nilai minimum
800 stabilitas
0% 2% 4% 6%
KADAR HDPE (%)

GAMBAR 1. Nilai stabilitas untuk masing-masing campuran


120 P.N. Akmus / Semesta Teknika, Vol. 16, No. 2, 117-123, November 2013

VIM (%)
7.00
6.00
5.00 VIM
VIM (%)

4.00 rata-rata
3.00
2.00 y = -1516,1x2 + 107,75x + 3,1424
R² = 0,5737
1.00
0% 2% 4% 6%
KADAR HDPE (%)

GAMBAR 2. Nilai VIM untuk masing-masing campuran

VMA (%)
20
19
VMA (%)

18
17
y = -806,08x2 + 50,993x + 18,132 VMA
16 R² = 0,3007 rata-rata
15
0% 1% 2% 3% 4% 5% 6%
KADAR HDPE (%)

GAMBAR 3. Nilai VMA untuk masing-masing campuran

3. Void in the Mineral Aggregate (VMA) spesifikasi yang disyaratkan yakni sebesar
18%.
VMA merupakan persentase rongga yang ada
diantara butir agregat dalam campuran beton 4. Void Filled with Asphalt (VFA)
aspal yang dinyatakan dalam %. Nilai VMA
Nilai VFA sangat dipengaruhi oleh
atau yang lebih dikenal dengan rongga dalam
penggunaan jumlah kadar aspal. Nilai VFA
agregat merupakan salah satu parameter
yang besar berarti semakin banyak rongga
penting dalam rancangan campuran aspal,
udara yang terisi aspal sehingga kekedapan
karena pengaruhnya terhadap ketahanan dari
campuran terhadap air dan udara akan semakin
campuran aspal. Dari Gambar 3 terlihat bahwa
tinggi tetapi dengan nilai VFA yang terlalu
penambahan HDPE pada campuran HRS-WC
tinggi akan menyebabkan lapis keras mudah
cenderung mengalami peningkatan sampai
mengalami bleeding. Dari Gambar 4 diketahui
batas optimum yang didapat pada kadar 3.3%
bahwa semakin bertambahnya kadar HDPE
HDPE. Semakin bertambahnya kadar HDPE
yang digunakan maka semakin tinggi nilai
akan mengalami penurunan yang disebabkan
VFA. Nilai rata-rata VFA tertinggi terjadi pada
karena rongga antar agregat yang mengecil.
campuran menggunakan 4% HDPE sebesar
Hal ini disebabkan karena berat jenis campuran
83,90%, sedangkan nilai VFA terendah terjadi
yang meningkat serta campuran aspal dan
pada campuran menggunakan 2% HDPE
plastik yang semakin mengental, sehingga
sebesar 73,17%. Semua benda uji memenuhi
menurunkan nilai VMA.
spesifikasi minimum yang disyaratkan SNI
Nilai rata-rata VMA tertinggi terjadi pada 2010 (revisi 2) yaitu sebesar 68 mm. Hal ini
campuran HRS-WC menggunakan 2% HDPE menunjukkan pada campuran plastik HDPE
sebesar 19,08%, sedangkan nilai VMA dapat menghalangi aspal dalam mengisi
terendah terjadi pada campuran HDPE 0% rongga-rongga yang ada karena disebabkan
sebesar 18,05%. Menurut SNI 2010 (revisi 2), mengentalnya aspal bila dicampurkan dengan
hasil VMA yang diperoleh memenuhi plastik.
P.N. Akmus / Semesta Teknika, Vol. 16, No. 2, 117-123, November 2013 121

5. Kelelehan (flow) 6. Marshall Quotient


Kelelehan menunjukkan besarnya deformasi MQ dihitung sebagai rasio dari stabilitas
dari campuran akibat beban yang bekerja pada terhadap kelelehan yang digunakan sebagai
perkerasan. Nilai rata-rata kelelehan tertinggi indikator kekakuan campuran. Semakin tinggi
terjadi pada HRS-WC dengan campuran 6% nilai MQ suatu campuran, maka semakin kaku,
HDPE yakni sebesar 3,15mm, sedangkan nilai akan mengakibatkan mudahnya terjadi retakan.
kelelehan terendah terjadi pada campuran Sebaliknya jika nilai MQ terlalu kecil
HRS-WC menggunakan 4% HDPE yakni menunjukkan terlalu plastis yang berakibat
sebesar 2,6mm. Sesuai persyaratan yang mudah mengalami deformasi. Dari Gambar 6
ditetapkan SNI 2010 (revisi 2), maka nilai dapat dilihat bahwa nilai MQ meningkat
terendah tidak boleh lebih kecil dari 3mm. sampai nilai optimum yang didapat pada kadar
Campuran dengan nilai flow lebih kecil dari 2 HDPE 3%. Kemudian seiring bertambahnya
mm mengakibatkan campuran menjadi kaku kadar HDPE nilai MQ mengalami penurunan
sehingga perkerasan mudah menjadi retak. akibat stabilitas yang rendah disertai dengan
Hasil pengujian kelelehan pada campuran aspal flow yang tinggi, maka perkerasan menjadi
tersebut yang memenuhi syarat pada kadar plastis sehingga mudah mengalami deformasi.
plastik 6% (Gambar 5). Menurut Anonim (2010), untuk berbagai
variasi penggunaan HDPE memenuhi syarat
yang ditetapkan yaitu lebih dari 250 kg/mm.

VFA (%)

88.00 VFA
84.00 y = -284,42x2 + 34,428x + 77,287 rata-rata
R² = 0,0072
80.00
VFA (%)

76.00
72.00
68.00
64.00
60.00
0% 2% 4% 6%
KADAR HDPE (%)

GAMBAR 4. Nilai VFA untuk masing-masing campuran

FLOW (MM)

4.0

3.0
FLOW (%)

2.0
Flow
y = 468,75x2 - 26,875x + 3,0375
1.0 R² = 0,2266

0.0
0% 2% 4% 6%
KADAR HDPE (%)

GAMBAR 5. Nilai kelelehan untuk masing-masing campuran


122 P.N. Akmus / Semesta Teknika, Vol. 16, No. 2, 117-123, November 2013

QM (KG/MM)

1450 y = -184276x2 + 10998x + 753.21


QM (KG/MM) 1250 R² = 0.1965

1050
MQ…
850 rata-rata
650
450
250
0% 2% 4% 6%
KADAR HDPE (%)

GAMBAR 6. Nilai Quotient Marshall (QM) untuk masing-masing campuran

TABEL 1. Nilai Kuat Tarik Belah dan Nilai Kuat Tekan Normal

Kadar HDPE Kuat Tarik Belah Kuat Tekan Modulus Modulus Pengujian
(%) (KPa) (MPa) Elastisitas (KPa) (MPa)
0 1210,7 11,7 153,97 15,41
2 1075,1 12,3 143,68 14,00
4 1126,2 12,2 147,59 13,05
6 1444,1 13,5 164,35 20,87

15.0
KUAT TEKAN (MPA)

14.0

13.0

12.0

11.0
0 2 4 6
KADAR HDPE (%)

GAMBAR 7. Hubungan antara Kadar HDPE dengan Kuat Tarik Belah

170
MODULUS BAHAN UJI

165
160
(MPA)

155
150
145
140
0 1 2 3 4 5 6
KADAR HDPE (%)

GAMBAR 8. Hubungan antara Kadar HDPE dengan Modulus elastisitas


P.N. Akmus / Semesta Teknika, Vol. 16, No. 2, 117-123, November 2013 123

7. Modulus 3. Nilai-nilai VMA dengan penambahan


plastik HDPE pada campuran HRS–WC
Nilai modulus didapat dari perbandingan
menghasilkan nilai yang memenuhi
antara tegangan dan regangan yang dihasilkan
persyaratan spesifikasi, minimum 18%.
dari pengujian kuat tarik belah. Tabel 1
Nilai VMA mempunyai optimum pada
menunjukkan nilai kuat tarik belah mengalami
kadar plastik 3,3%
kenaikan hingga penambahan kadar 6% HDPE
dengan nilai sebesar 1444,1 KPa dan diperoleh 4. Nilai VFA untuk semua campuran aspal
nilai modulus sebesar 20,87 MPa. Dari hasil dengan kadar plastik HDPE memenuhi
penelitian belum didapatkan nilai optimum persyaratan sepesifikasi yaitu minimum
dari kuat tarik belah. Hal ini dikarenakan 68%, nilai VFA mencapai optimum pada
kurangnya variasi kadar HDPE sehingga yang kadar pastik 4%.
didapatkan hanya nilai tertinggi saja.
5. Hasil pengujian kelelehan pada seluruh
Pada penelitian ini, hasil dari nilai kuat tekan campuran aspal yang memenuhi syarat
digunakan untuk mengetahui kemampuan adalah pada kadar plastik 6%.
lapisan perkerasan tersebut untuk menahan
6. Nilai MQ untuk seluruh campuran aspal
beban vertikal yang diberikan oleh mesin uji
dengan penambahan HDPE memenuhi
kuat tekan. Semakin banyak kadar HDPE
persyaratan, yaitu minimal 250 kg/mm.
digunakan dalam campuran, semakin tinggi
MQ mencapai nilai optimum pada kadar
nilai kuat tekannya. Sebagai contoh untuk
HDPE 3%
beban yang diberikan secara vertikal berada
pada campuran 6% kadar HDPE dari berat 7. Nilai modulus yang didapatkan dari hasil
aspal dengan nilai kuat tekan sebesar 13,5 pengujian kuat tarik dan kuat tekan
MPa. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan normal sangatlah kecil. Nilai modulus
dengan nilai kuat tekan campuran tanpa elastisitas pada perkerasan jalan berkisar
menggunakan HDPE. Nilai terus meningkat antara 1000-1500 MPa, sehingga nilai
seiring bertambahnya kadar HDPE yang modulus dari hasil pengujian kuat tarik
digunakan dalam campuran. belah dan kuat tekan normal tidak bisa
dikatakan modulus elastisitas tetapi
Nilai modulus bahan uji yang merupakan
disebut modulus bahan uji.
perbandingan antara tegangan dan regangan
yang dihasilkan dari pengujian kuat tekan,
didapat nilai yang tertinggi dicapai pada DAFTAR PUSTAKA
campuran 6% penambahan kadar High density
polyetilene (HDPE) dari berat aspal dengan Anonim (1989). SNI 03-1737-1989, Tata Cara
nilai sebesar 164,35 MPa. Sedangkan nilai Pelaksanaan Lapis Aspal Beton Untuk
modulus terendah dicapai pada campuran 2% Jalan Raya, Pusjatan-Balitbang PU.
High density polyetilene (HDPE) dari aspal
normal yakni sebesar 143,68 MPa. Anonim (2002). SNI 03-2491-2002, Metode
Pengujian Kuat Tarik Belah Beton,
Pustran-Balitbang PU.
KESIMPULAN
Anonim (2010). Spesifikasi Umum 2010 (revisi
2), Kementerian Pekerjaan Umum,
1. Nilai stabilitas untuk seluruh campuran Direktorat Jenderal Bina Marga.
aspal modifikasi polimer 2%, 4% dan 6%
memenuhi spesifikasi nilai stabilitas
PENULIS:
campuran HRS-WC, yaitu sebesar
minimum 800 kg. Nilai stabilitas
mencapai optimum pada kadar plastik Pepi Nega Akmus
4,1%. Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil,
2. Nilai VIM untuk seluruh campuran aspal Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah
dengan penambahan kadar palstik HDPE Yogyakarta, Jalan Lingkar Selatan,
sebesar 2%, 4% dan 6%, memenuhi Tamantirto, Kasihan, Bantul 55183.
persyaratan sebesar 3-6%. Nilai VIM
mencapai optimum pada kadar plastik
3,5%

Anda mungkin juga menyukai