Anda di halaman 1dari 11

POLYETHYLENE

Dosen Pengampu : Klaudius Ware,S.T.,M.Pd.

OLEH

AFRALIA ROVICA MUSI

(084170009)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA NIPA
MAUMERE
2019
A. Pengertian Polyethylene
Polyethylene adalah bahan termoplastik yang transparan, berwarna putih yang
mempunyai titik leleh bervariasi antara 110-137ºC. Umumnya Polyethylene
tahan terhadap zat kimia. Monomernya, yaitu etana, diperoleh dari hasil
perengkehan (cracking) minyak atau gas bumi. (Billmeyer, 1994).
B. Metode
Metode
Jurnal I Penggunaan Polyethylene sekitar 6-18% dari berat kadar aspal
optimun bisa mengurangi deformasi pada perkerasan jalan dan
bisa meningkatkan fatigue resistance sekaligus bisa memberikan
peningkatan daya adhesi antara aspal dan agregat. (Mohammad
T. A. & Lina.S, 2007) Al-Hadidy dan Qiu (2008) melakukan
penelitian mengenai pengaruh penggunaan Low Density
Polyethylene (LDPE) terhadap perkerasan lentur. Dari hasil
penelitian didapatkan hasil bahwa komposisi LDPE optimum
yang digunakan sebesar 6% dan menghasilkan stabilitas sebesar
11,7 KN meningkat sebesar 57,89% dibandingkan dengan benda
uji yang tidak menggunakan LDPE (7,41 KN). Penggunaan
HDPE dalam Chip Sealing bisa meningkatkan skid resistance
dari perkerasan jalan sehingga bisa menurunkan rasio
kecelakaan sekitar 47.32 % yang diakibatkan oleh kondisi
permukaan jalan yang licin pada saat hujan (Anita, 2010).
Jurnal II Penelitian ini dilaksanakan dengan Analisis Sidik Ragam
(Analysis of Varians), model Rancangan Acak Lengkap (RAL)
faktorial. Variabel yang diuji adalah faktor lama pre-cooling (C)
yaituC1= Pre-cooling 30 menit, C2= Pre-cooling 60 menit dan
C3=Pre-cooling 90 menit dan faktor kemasan plastik polietilen
(P) yaitu P1= kemasan plastik polietilen berventilasi dan P2=
kemasan plastik polietilen tanpa ventilasi. Dengan demikian
terdapat 6 (enam) kombinasi perlakuan, dilakukan 2 kali ulangan
sehingga terdapat 12 satuan percobaan. Jika perlakuan terdapat
pengaruh yang nyata maka akan dilanjutkan dengan uji lanjut
Beda Nyata Terkecil (BNT).
Jurnal III Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL)
dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan berdasarkan dengan tingkat
ketebalan plastik LDPE (Low Density Polyethylene).
Pengamatan dilakukan selama 5 hari yaitu hari 1, 2, 3, 4, dan
hari ke 5 sehingga total unit percobaan yaitu 125 unit. Analisis
data dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) untuk
rataan perlakuan bila analisis keragaman menunjukkan bahwa
perbedaan perlakuan memberikan pengaruh nyata (Gomez dan
Gomez, 1976).

C. Instrument
Instrument
Jurnal I Bahan:
agregat kasar, agregat halus, aspal dan
plastik HDPE dan PE).
Alat:
aspal dan biji plastik, serta benda uji
Marshall harus dalam kondisi bersih,
baik dan terkalibrasi.
Jurnal II Bahan:
buah tomat yang siap dipanen, air es,
larutan iodium, aquades, larutan NaOH
dan fenolftalein.
Alat:
pisau stainless steel, bak plastik,
timbangan analitik sartorius, peralatan
gelas merek pirex, termometer, blender
merek Panasonic MX-TIGN, fruit
hardness taster, vacum sealer FL-75,
lemari pendingin dan kemasan plastik
polietilen.
Jurnal III Bahan:
Bawang daun, aquades, kertas
pelabelan, kantong plastik polietilen
densitas rendah dengan ketebalan yaitu
(P1) 0,02 mm, (P2) 0,03 mm, (P3) 0,04
mm, dan (P4) 0,05 mm.
Alat:
Quantek instrumen oxygen and dioxide
analyser, impulse sealer, timbangan
digital, khlorofil meter SPAD-502
plus, meja penyimpanan, dan kamera.

D. Hasil dan pembahasan


 Jurnal I
Hasil pengujian sifat-sifat fisik agregat dapat dilihat bahwa agregat yang
digunakan pada penelitian ini, memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh SNI
03-19691990 dan SNI 03-2417-1991, sehingga agregat tersebut dapat
digunakan sebagai bahan dasar campuran aspal dari penelitian ini. Aspal yang
digunakan merupakan aspal dengan penetrasi tinggi 80/100 murni.
Pemeriksaan aspal penetrasi sebagai dasar dari penelitian aspal campuran
plastik harus memenuhi standar yang telah ditetapkan. Standar menurut
Departemen Pekerjaan Umum (DPU, 2006 menunjukkan bahwa pengujian
penetrasi rata-rata adalah 85 mm. Hasil ini masih berada dalam batas untuk
aspal penetrasi 80/100 yaitu antara 80-99.
Pemeriksaan lainnya adalah pemeriksaan daktilitas yang bertujuan untuk
mengukur fleksibilitas aspal yang digunakan. Menurut persyaratan dari SNI
06-2432-1991, nilai minimal untuk daktilitas adalah 100 cm dan hasil
pemeriksaan daktilitas didapat sebesar 103 cm, sehingga aspal yang digunakan
memenuhi syarat) Pemeriksaan terhadap sifat fisik plastik PE dan HDPE
dilihat bahwa hasil pengujian berat jenis dari plastik PE dan HDPE sebesar
0,9424 gr/cm3 dan 0,965 gr/cm3 , sedangkan standar yang ada sebesar
0,9410,965 gr/cm3 sehingga bisa disimpulkan bahwa berat jenis PE dan HDPE
sudah memenuhi kriteria sesuai dengan standar yang disyaratkan. Selain itu
nilai titik leleh pada pengujian juga menunjukkan nilai yang memenuhi standar
yaitu 130 0C untuk plastik PE dan 134 0C untuk plastik HDPE.
 Jurnal II
Susut bobot merupakan salah satu faktor yang dapat digunakan untuk
mengindentifikasi mutu fisik buah tomat. Susut bobot buah tomat selama
penyimpanan berkisar antara 0,89-7,70%, sebagai pembanding (kontrol)
dilakukan tanpa diberikan perlakuan (tanpa pre-cooling) yang disimpan pada
suhu ruang (KR) dengan susut bobot berkisar 7,83-23,37% dan kontrol suhu
dingin (KD) berkisar 2,22-14,73%. Persentase susut bobot buah tomat semakin
meningkat dengan seiring lamanya penyimpanan. Susut bobot yang diberikan
perlakuan precooling lebih kecil dibandingkan yang kontrol (tanpa perlakuan).
Susut bobot ini diduga karena terjadi proses respirasi dan transpirasi pada
buah selama penyimpanan. Buah yang disimpan dalam suhu ruang dan tanpa
perlakuan proses respirasi dan transfirasi akan berlangsung lebih cepat.
Menurut Muchtadi (1992), kehilangan air akibat tingginya transpirasi
menyebabkan kehilangan bobot dan jaringan buah sehingga terjadi
pengkerutan. Berdasarkan analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan
pre-cooling, kemasan polietilen dan interaksi keduanya berpengaruh sangat
nyata terhadap susut bobot buah tomat. Hasil uji lanjut BNT 5% pengaruh
perlakuan pre-cooling, kemasan polietilen dan interaksi keduanya berpengaruh
sangat nyata terhadap susut bobot buah tomat, susut bobot hari ke-5
penyimpanan yang paling rendah terjadi pada perlakuan pre-cooling 60 menit
dan kemasan polietilen tanpa ventilasi yang berbeda nyata dengan perlakuan
lainnya. Secara umum perbedaan nyata juga terjadi pada hari penyim-panan
yang lainnya dibuktikan dengan adanya notasi superscript yang berbeda.
Menurut Pantastico (1986), buah tomat yang diberi pendinginan awal bahwa
kehilangan bobot akibat kegiatan fisiologis dapat dipertahankan sampai 2,9%.
Kekerasan buah tomat pada hari ke 0 penyimpanan bervariasi antara 1,36-
1,45 kg/cm2. Kekerasan buah tomat selama penyimpanan berkisar antara 0-0,4
kg/cm2, sedangkan nilai kekerasan buah tomat sebagai kontrol berkisar antara
00,49 kg/cm2. Dapat diketahui bahwa kekerasan buah tomat mengalami
penurunan seiring lamanya penyimpanan. Penurunan nilai kekerasan pada buah
tomat disebabkan oleh melunaknya daging buah tomat. Saputra (1994) dan
Pantastico (1986) menyatakan bahwa ketegaran Aplikasi Pre-Cooling pada
Penyimpanan Buah berkurang karena adanya perubahan protopektin yang tidak
larut dalam air menjadi pektin yang larut dalam air akibat aktifitas enzim
pektinase dan poligalakturonase sehingga buah menjadi lunak dan menurunnya
kekerasan. Berdasarkan analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan
pre-cooling, kemasan polietilen dan interaksi keduanya berpengaruh sangat
nyata terhadap kekerasan buah tomat pada hari ke 20 penyimpanan,
berpengaruh nyata pada hari ke 15 kecuali interaksi keduanya dan tidak
berpengaruh nyata pada hari ke 5 dan 10 penyimpanan. Hasil uji lanjut BNT
5% pengaruh perlakuan precooling, kemasan polietilen dan interaksi keduanya
berpengaruh sangat nyata terhadap kekerasan buah tomat.
Diketahui bahwa nilai kekerasan buah tomat menunjukkan perbedaan yang
nyata pada berbagai hari penyimpanan kecuali pada penyimpanan hari ke 5 dan
ke 10 tidak menunjukkan pengaruh yang nyata. Kandungan vitamin C buah
toman pada hari ke 0 penyimpanan berkisar 36,02-36,20 mg/100gr. Kandungan
vitamin C buah tomat selama penyimpanan berkisar antara 28,01-38,95
mg/100gr, sedangkan kandungan vitamin C buah tomat sebagai kontrol selama
penyimpanan berkisar antara 20,01-38,25 mg/100gr. Vitamin C mengalami
peningkatan sampai hari ke 5 penyimpanan kemudian mengalami penurunan
kembali sampai hari ke 20 penyimpanan. Buah tomat sebagai kontrol
kehilangan vitamin C lebih banyak dibandingkan yang diberi perlakuan.
Menurut Pantastico (1986), pengemasan hasil pertanian segar mempunyai
pengaruh terhadap kandungan gizi komoditinya. Kandungan gula dan vitamin-
vitamin lebih dapat dipertahankan bila dikemas dalam kemasan film.
Berdasarkan analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan pre-cooling,
kemasan polietilen berpengaruh nyata dan interaksi keduanya berpengaruh
sangat nyata terhadap kandungan vitamin C buah tomat.
 Jurnal III
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan ketebalan plastik
polietilen densitas rendah berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap umur simpan
bawang daun selama penyimpanan. Perlakuan ketebalan plastik 0.04 mm (P3)
memiliki hasil terbaik terhadap variabel umur simpan, susut bobot, klorofil
daun dan laju respirasi CO2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontrol
(P0) memiliki umur lebih pendek dibandingkan bawang daun yang diberi
perlakuan yaitu sampai 3 hari dengan nilai skor 2.0 dimana kondisi bawang
daun kurang segar (Tabel 4.5), hal ini didukung oleh penurunan susut bobot
dan klorofil daun yang lebih cepat pada P0 (kontrol) dibandingkan bawang
daun yang diberi perlakuan (P1, P2, P3 dan P4). Penurunan susut bobot dan
klorofil daun yang lebih cepat terjadi karena P0 (kontrol) tidak memiliki
pelindung sehingga proses respirasi berlangsung cepat yang mengakibatkan
berkurangnya klorofil daun dan susut bobot lebih cepat.
Laju konsentrasi CO2 P0 (kontrol) lebih tinggi yang menyebabkan bawang
daun cepat kering dan layu. Bawang daun yang diberi perlakuan perbedaan
ketebalan plastik mengalami penurunan susut bobot dan klorofil daun lebih
lambat dibandingkan kontrol. Hal ini disebabkan penggunaan kemasan plastik
pada atmosfer termodifikasi dapat mempertahankan kelembaban lingkungan
penyimpanan sehingga laju penguapan air (proses respirasi) dalam sel bawang
daun dihambat dan menyebabkan umur simpan lama. Brown (1992)
menyatakan bahwa kemasan plastik dapat mempengaruhi jalannya transpirasi
sayur yang dikemas, sehingga penyusutan berat dapat diperlambat. Bawang
daun yang dibungkus dengan perlakuan ketebalan plastik 0.02 mm, 0.03 mm,
0.04 mm dan 0.05 mm diberi lubang sebanyak 4 pada masing-masing
perlakuan dengan tujuan umtuk memperlancar O2 masuk kedalam plastik
sehingga dapat menjaga kelembaban yang tinggi dan menghindari terjadinya
uap air yang berlebihan.
Perlakuan ketebalan plastik 0.04 mm (P3) memiliki umur simpan lebih
panjang yaitu sampai 5 hari dengan nilai skor 3, dibandingkan dengan
perlakuan ketebalan plastik 0.02 mm (P1), 0.03 mm (P2), dan 0.05 mm (P4)
sampai 5 hari dengan nilai skor masing-masing 2 (Tabel 4.5). Umur simpan
yang lebih panjang didukung oleh penurunan susut bobot klorofil daun lebih
lambat pada perlakuan ketebalan plastik 0.04 mm (P3) dibandingkan dengan
perlakuan ketebalan plastik 0.02 mm (P1), 0.03 mm (P2), dan 0.05 mm (P4).
Penurunan susut bobot dan klorofil yang lambat pada P3 dipengaruhi oleh
konsentrasi CO2 yang dikeluarkan dan O2 diserap telah mencapai titik
keseimbangan. Kondisi tersebut dapat mempertahankan kesegaran produk dan
memperpanjang umur simpan bawang daun.
Wulandari (2005) menyatakan bahwa konsentrasi CO2 pada ketebalan
plastik 0.04 mm dapat menghambat proses pembusukan dan kelayuan serta
memperpanjang umur simpan sayur bunga kol. Perlakuan ketebalan plastik
0.02 mm (P1), 0.03 mm (P2), dan 0.05 mm (P4) umur simpan lebih pendek
sampai 5 hari dengan skor 2.0 kondisi bawang daun kurang segar, penurunan
susut bobot dan klorofil daun lebih cepat. Perlakuan ketebalan plastik 0.02 mm
(P1) dan 0.03 mm (P2) menyebabkan konsentrasi CO2 yang dikeluarkan lebih
rendah dibandingkan O2 yang diserap sehingga bawang daun cepat layu,
sedangkan pada perlakuan ketebalan plastik 0.05 mm (P4), konsentrasi CO2
yang dikeluarkan lebih tinggi dibandingkan O2 yang diserap, hal ini
menyebabkan bawang daun lebih cepat busuk.
Utama et al., (2006) menyatakan bahwa kondisi wadah yang sesuai pada
saat pengemasan adalah pada keadaan kedap udara, karena pada kondisi kedap
udara maka konsentrasi O2 akan berkurang dan konsentrasi CO2 meningkat,
sehingga proses pematangan dan umur simpan lebih lama. Hal ini dikarenakan
berkurangnya aktifitas respirasi yang terjadi pada produk (sayuran). Namun
pada kondisi konsentrasi CO2 tinggi juga dapat beresiko mempercepat proses
pembusukan sehingga kondisi udara dalam kemasan harus disesuaikan dengan
jenis kemasan. Wills et al., (1981) dan Brown (1992) menyatakan bahwa
terlalu tebalnya plastik yang digunakan untuk mengemas produk hortikultura
dapat menyebabkan kerusakan karena terlalu tingginya konsentrasi CO2.

E. Kelebihan dan kekurangan


Jurnal Kelebihan Kekurangan
1  Plastic PE dan  penambahan pastik
HDPE termasuk ke
PE dan HDPE pada
dalam jenis
polimer yang campuran lataston
memiliki sifat yang
dapat menurunkan
mampu menahan
beban tapi tetap nilai VIM.
elastis.

II
III
F. Kesimpulan
 Jurnal I
Pertumbuhan pesat jumlah penduduk yang diiringi dengan peningkatan
jumlah konsumsi berbagai hal, seperti penggunaan agregat alam dalam bidang
konstruksi sudah seharusnya dicarikan solusi untuk mendapatkan agregat
alternatif. Selain itu, konsumsi plastik yang menghasilkan limbah plastik dalam
jumlah besar tidak berbanding lurus dengan pemanfaatan limbah plastik.
Penelitian ini mencoba menggunakan limbah plastik jenis Polyethylene
(PE)dan High Density Polyethylene (HDPE) sebagai pengganti sebagian aspal
untuk campuran lataston dalam kadar 0%, 2%, 4% dan 6%. Penggunaan PE
dan HDPE pada jenis ini memberikan pengaruh pada campuran lataston
terhadap berbagai karakteristik Marshall yakni untuk nilai stabilitas, kelelehan
dan VFA yang cenderung mengalami peningkatan, sedangkan nilai Flow,
VIM, VMA dan MQ yang cenderung mengalami penurunan. Pengaruh
campuran aspal-HDPE memberikan nilai atau hasil karakteristik Marshall yang
lebih bagus dibandingkan campuran aspal-PE.
 Jurnal II
Dari hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan: 1) Selama
penyimpanan buah tomat perlakuan terbaik yang mampu mempertahankan
bobot dan kekerasan buah tomat adalah perlakuan pre-cooling 60 menit dan
kemasan polietilen tanpa ventilasi; 2) Secara umum faktor perlakuan
berpengaruh terhadap parameter susut bobot, kekerasan dan kandungan
vitamin C; 3) Hasil uji organoleptik perlakuan yang paling disukai responden
adalah perlakuan pre-cooling 60 menit dan kemasan polietilen tanpa ventilasi;
dan 4) Perlakuan terbaik pada penelitian ini yang mampu mempertahankan
mutu simpan buah tomat yaitu perlakuan precooling 60 menit dan kemasan
polietilen tanpa ventilasi.
 Jurnal III
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil simpulan yaitu Ketebalan
plastik polietilen densitas rendah berpengaruh sangat nyata terhadap umur
simpan, susut bobot, klorofil daun dan konsentrasi CO2 pada bawang daun dan
perlakuan pengemasan ketebalan plastik polietilen densitas rendah 0.04 mm
terbukti dapat memperpanjang umur simpan sampai 5 hari dengan nilai skor
3.0, dibandingkan dengan bawang daun tanpa perlakuan (P0) yang hanya
mampu bertahan sampai 5 hari dengan nilai skor 1.0.
REFERENSI
Jurnal Ilmiah Semesta Teknika Vol. 18, No.2, November 2015
Jurnal EduBio Tropika, Volume 2, Nomor 1, April 2014
E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika Vol. 5, No. 4, Oktober 2016

Anda mungkin juga menyukai