Anda di halaman 1dari 26

Bab 8: Pencatatan Koreksi

Dan barang siapa berbuat dosa, maka sesungguhnya dia mengerjakannya untuk
(kesulitan) dirinya sendiri. Dan Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana. Dan barang
siapa berbuat kesalahan atau dosa, kemudian dia tuduhkan kepada orang yang tidak
bersalah, maka sungguh, dia telah memikul suatu kebohongan dan dosa yang nyata.
(TQS. An-Nisaa [5]: 111 – 112)

Dan laksanakanlah shalat pada kedua ujung siang (pagi dan petang) dan pada bagian
permulaan malam. Perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan.
Itulah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat (Allah). (TQS. Huud [12]:
114)

Merujuk ayat-ayat dalam QS. An-Nisaa [5]: 111 dan 112 dan QS. Huud [12: 114,
hikmah kebenaran yang dapat kita ambil adalah bahwa manusia dapat melakukan
kesalahan dan dosa. Selanjutnya, ketika manusia melakukan kesalahan maka ia harus
berani mempertanggungjawabkan kesalahan yang diperbuatnya dengan melakukan koreksi
atas kesalahan yang diperbuatnya. Jika manusia yang melakukan kesalahan tetapi justru
melimpahkan kesalahan kepada orang lain yang tidak bersalah maka ia menanggung dosa
yang nyata. Selanjutnya, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghapus
kesalahan-kesalahan yang diperbuat adalah dengan memperbanyak amal-amal kebaikan.

1. Ketentuan Dasar Pencatatan Koreksi


Meskipun di sistem manual lebih sering terjadi, pencatatan akuntansi di sistem yang
memanfaatkan teknologi informasi secara optimal juga dimungkinkan terjadi kesalahan.
Kesalahan pencatatan dapat terjadi dalam beragam kondisi. Bagian akuntansi
dimungkinkan melakukan kesalahan karena kekurang-kompetensian staf, karena
kelelahan, karena kelalaian, dsb. Kesalahan pencatatan juga dapat terjadi karena
kelemahan sistem akuntansi, kekurang-tepatan bukti transaksi, ketidak-jelasan data,
kekurang-tertiban sistem pengarsipan bukti transaksi, dsb.
Jika terjadi kesalahan dalam pencatatan akuntansi maka koreksi harus dilakukan.
Proses koreksi tersebut di akuntansi lazim disebut pencatatan koreksi atau pencatatan
pengoreksi (correcting entries). Mekanisme pencatatan koreksi pada dasarnya berpijak
pada empat prinsip berikut ini:

[165]
Bab 8: Pencatatan Koreksi

(1) Prinsip pertama, pencatatan koreksi harus dilakukan dengan segera ketika
kesalahan teridentifikasi. Artinya, pencatatan koreksi dapat dilakukan selama
periode berjalan maupun pada akhir periode ketika menyiapkan penyusunan
laporan keuangan. Dalam beberapa situasi, bahkan, pencatatan koreksi harus
dilakukan terhadap kesalahan pencatatan yang baru teridentifikasi setelah lebih dari
satu periode. Jika pencatatan koreksi dilakukan pada akhir periode maka lazimnya
dilakukan bersamaan dengan pencatatan penyesuai.
(2) Prinsip kedua, pencatatan yang salah tidak boleh dihapus ataupun diubah. Dengan
demikian, koreksi terhadap kesalahan pencatatan harus dibuat dengan melakukan
pencatatan lain. Prinsip ini penting untuk dilakukan agar setiap pencatatan terjaga
keasliannya dan dapat ditelusuri setiap saat di masa datang, misalnya untuk
kepentingan pemeriksaan (audit).
(3) Prinsip ketiga, pencatatan koreksi harus dilakukan berlandas pada hukum dana
yang dituangkan secara matematika. Dengan demikian, hukum dana yang
mencerminkan keseimbangan antara penggunaan dana dan pemerolehan dana
selalu terjaga.
(4) Prinsip keempat, pencatatan koreksi berpijak pada fakta. Dengan kata lain, analisis
fakta terhadap kesalahan pencatatan transaksi dan koreksi terhadap kesalahan
merupakan hal yang penting untuk dilakukan dengan benar. Analisis fakta tersebut
menjadi dasar untuk melakukan pencatatan koreksi.

2. Ragam Kesalahan Pencatatan


Dari jenisnya, kesalahan pencatatan dapat diklasifikasi menjadi empat sebagai
berikut:
a) Lupa belum mencatat; Disamping kekurang-telitian bagian akuntansi, kompleksitas
dan frekuensi transaksi memungkinkan satu atau lebih transaksi lupa belum dicatat.
Jika kesalahan ini terjadi, yaitu lupa belum mencatat, maka perusahaan segera
melakukan pencatatan segera setelah kesalahan tersebut diketahui.
b) Salah mencatat nilai moneter; Kekurang-jelasan ataupun ketidak-telitian
memungkinkan bagian akuntansi salah mencatat besaran nilai moneter. Sebagai
contoh, transaksi penerimaan kas Rp4.500.000 dari modal dicatat secara salah
sebagai transaksi penerimaan kas Rp5.400.000 dari sumber yang sama.

[166]
Bab 8: Pencatatan Koreksi

c) Salah mencatat akun; Kekurang-kompetensian ataupun kecerobohan


memungkinkan bagian akuntansi mencatat transaksi di akun yang salah. Sebagai
contoh, transaksi pembelian tunai supplies Rp800.000 dicatat secara salah sebagai
transaksi pelunasan utang Rp800.000 ke rekanan sebagai kreditur.
d) Salah mencatat akun dan nilai moneter (kombinasi); Jenis kesalahan ini merupakan
kombinasi kesalahan akun dan nilai moneter. Sebagai contoh, transaksi pembelian
tunai peralatan kantor (seperti misalnya komputer) Rp6.500.000 dicatat secara salah
sebagai transaksi pembayaran di muka sewa gedung Rp5.600.000.

Dari dimensi waktu teridentifikasinya kesalahan, terdapat dua macam kesalahan:


1) Kesalahan yang teridentifikasi di periode yang sama dengan terjadinya transaksi;
Sebagai contoh, kesalahan pencatatan 15 Mei 2014 terdeteksi 20 Mei 2014.
2) Kesalahan yang teridentifikasi di periode yang berbeda; Sebagai contoh, kesalahan
pencatatan transaksi tanggal 10 Desember 2014 dengan tanggal pelaporan
keuangan tanggal 31 Desember 2014 baru terdeteksi tanggal 10 Januari 2015.
Pencatatan koreksi atas kesalahan jenis ini perlu dilakukan lebih teliti karena antara
lain beban dan penghasilan di periode 2014 telah dipindahkan ke akun Laba ditahan
yang dilakukan melalui pencatatan penutup.

3. Metode Pencatatan Koreksi


Terdapat dua metode yang lazim digunakan dalam pencatatan pengoreksi, yaitu:
a) Metode bertahap (metode dua langkah); Metode bertahap lazim digunakan jika
kesalahan segera teridentifikasi dan langsung dilakukan koreksi. Menggunakan
metode bertahap maka pencatatan koreksi terdiri dari dua langkah. Langkah pertama
dimaksudkan untuk membatalkan pencatatan yang salah. Prosedur yang dilakukan
adalah mendebet akun-akun yang dikredit di pencatatan yang salah, dan mengkredit
akun-akun yang didebet di pencatatan yang salah. Selanjutnya, langkah kedua
dimaksudkan untuk mencatat secara benar transaksi yang terjadi.
b) Metode langsung (metode satu langkah); Metode ini lazim digunakan jika kesalahan
diketahui di akhir periode atau di periode yang berbedai. Menggunakan metode ini
maka pencatatan koreksi dilakukan secara langsung (satu langkah) dengan cara
mengidentifikasi akun-akun yang seharusnya dikoreksi dalam rangka pembatalan
kesalahan sekaligus pencatatan transaksi secara benar.

[167]
Bab 8: Pencatatan Koreksi

Dalam praktik, kesalahan dapat dilakukan secara sengaja yang mengarah pada
tindak kecurangan (fraud). Tindak kecurangan dapat berupa cooking the book ataupun
entries laundering (pencucian catatan). Perusahaan melakukan cooking the book, yaitu
memanipulasi data agar laporan keuangan terlihat baik. Sementara itu, perusahaan
melakukan entries laundering, yaitu mencatat transaksi secara berbelit-belit agar tindak
kecurangan tidak mudah terdeteksi. Salah satu modus operandi yang dilakukan dalam
entries laundering adalah membuat kesalahan di atas kesalahan yang sudah ada.
Dengan kata lain, dengan argumen melakukan pencatatan koreksi tetapi sesungguhnya
perusahaan memperparah kesalahan yang ada.

AL-QUR’AN DAN ILMU

Bangsa Romawi telah dikalahkan di negeri yang terdekat {fii-adnal-al-ardhi} dan


mereka setelah kekalahannya itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi).
Bagi Allah-lah urusan sebelum dan setelah (mereka menang). Dan pada hari
(kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman,
karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang Dia kehendaki. Dia Maha
Perkasa, Maha Penyayang. (TQS.Ar-Ruum [30]: 2 – 5)

Kebenaran tentang peperangan sebagaimana tercantum dalam QS. Ar-Ruum


[30]: 2 - 5 terdokumentasi di literatur sejarah yang dipelajari oleh banyak golongan
umat manusia, bukan hanya sebatas oleh umat Islam.

Disamping berita kebenaran tentang kemenangan bangsa Romawi atas Persia,


terdapat kebenaran lain yang teridentifikasi di era modern ini. Kebenaran ini
terkait dengan lokasi kekalahan bangsa Romawi, yaitu di Laut Mati (Dead Sea).
Phrasa “fii adnal-al-ardhi” diterjemahkan dalam terjemahan bahasa Indonesia
kitab suci Al-Qur’an sebagai “di negeri yang terdekat”. Terjemahan ini berpeluang
mengandung kerancuan karena kata “terdekat” dapat bermakna relatif, tidak
bersifat mutlak. Di era modern baru diketahui menggunakan ukuran yang lebih
obyektif, yaitu ketinggian permukaan air laut. Hasil riset modern menunjukkan
bahwa lokasi sekitar Laut Mati (Dead Sea) merupakan daerah dengan titik
terendah di permukaan bumi, yaitu sekitar 400 meter di bawah (bukan di atas)
permukaan air laut normal.

[168]
Bab 8: Pencatatan Koreksi

4. Pencatatan Koreksi di Periode Sama – Metode Bertahap


Berikut ini beberapa contoh kesalahan pencatatan dan pencatatan koreksi
menggunakan metode Bertahap atau Dua langkah. Hasil pencatatan yang disajikan di
sini berupa penjurnalan dengan asumsi bahwa pembelajar sudah menyadari
sepenuhnya bahwa pencatatan di akuntansi sesungguhnya meliputi fungsi penjurnalan
dan pemindah-bukuan.

Transaksi (a): 6 Jan 2014 penerimaan kas Rp5.000.000 sebagai setoran pemilik
(modal) oleh bagian akuntansi lupa tidak dicatat. Tanggal 9 Januari
2014 kesalahan tersebut teridentifikasi. Sesuai dengan prinsip yang
baik maka kesalahan tersebut langsung dilakukan koreksi melalui
pencatatan koreksi.

Analisis Fakta: Berhubung transaksi belum dicatat maka pencatatan koreksi pada
dasarnya adalah mencatat secara benar transaksi yang belum dicatat
tersebut.

Tgl Akun dan Deskripsi Singkat Debet (Rp) Kredit (Rp)

9/1 Kas 5.000.000


2014 Modal 5.000.000
Koreksi: Setoran dari pemilik (modal) tunai

Transaksi (b): 10 Jan 2014 pembelian tunai supplies senilai Rp4.500.000 oleh
bagian akuntansi dicatat secara salah senilai Rp5.400.000. Tanggal
12 Januari 2014 kesalahan tersebut teridentifikasi.

Pencatatan yang salah:

Tgl Akun dan Deskripsi Singkat Debet (Rp) Kredit (Rp)

10/1 Supplies 5.400.000


2014 Kas 5.400.000
Pencatatan salah: Pembelian tunai supplies

[169]
Bab 8: Pencatatan Koreksi

Pencatatan koreksi metode Bertahap (2 langkah):

Langkah 1: Pembatalan pencatatan yang salah

Tgl Akun dan Deskripsi Singkat Debet (Rp) Kredit (Rp)

12/1 Kas 5.400.000


2014 Supplies 5.400.000
Pencatatan koreksi Langkah 1: Pembatalan

Langkah 2: Pencatatan secara benar

Tgl Akun dan Deskripsi Singkat Debet (Rp) Kredit (Rp)


12/1 Supplies 4.500.000
2014 Kas 4.500.000
Pencatatan koreksi Langkah 2: Pencatatan secara benar

Transaksi (c): 13 Jan 2014 pengakuan beban transportasi Rp600.000 kredit oleh
bagian akuntansi dicatat secara salah sebagai transaksi pengakuan
beban listrik tunai Rp600.000. 15 Januari 2014 kesalahan terdeteksi.

Pencatatan yang salah:

Tgl Akun dan Deskripsi Singkat Debet (Rp) Kredit (Rp)

13/1 Beban transportasi 600.000


2014 Kas 600.000
Pencatatan salah: Pembayaran beban

Pencatatan koreksi metode Bertahap (2 langkah):

Langkah 1: Pembatalan pencatatan yang salah

Tgl Akun dan Deskripsi Singkat Debet (Rp) Kredit (Rp)


15/1 Kas 600.000
2014 Beban transportasi 600.000
Pencatatan koreksi Langkah 1: Pembatalan

[170]
Bab 8: Pencatatan Koreksi

Langkah 2: Pencatatan secara benar

Tgl Akun dan Deskripsi Singkat Debet (Rp) Kredit (Rp)

15/1 Beban listrik 600.000


2014 Utang usaha 600.000
Pencatatan koreksi Langkah 2: Pencatatan secara benar

Transaksi (d): 17 Jan 2014 pemerolehan tunai penghasilan usaha Rp7.900.000 oleh
bagian akuntansi dicatat secara salah sebagai pelunasan piutang
Rp8.900.000 dari debitur. Kesalahan teridentifikasi di hari yang sama.

Pencatatan yang salah:

Tgl Akun dan Deskripsi Singkat Debet (Rp) Kredit (Rp)

17/1 Kas 8.900.000


2014 Piutang usaha 8.900.000
Pencatatan salah: Penerimaan kas dari pelunasan piutang

Pencatatan koreksi metode Bertahap (2 langkah):

Langkah 1: Pembatalan pencatatan yang salah

Tgl Akun dan Deskripsi Singkat Debet (Rp) Kredit (Rp)


17/1 Piutang usaha 8.900.000
2014 Kas 8.900.000
Pencatatan koreksi Langkah 1: Pembatalan

Langkah 2: Pencatatan secara benar

Tgl Akun dan Deskripsi Singkat Debet (Rp) Kredit (Rp)

17/1 Kas 7.900.000


2014 Penghasilan usaha 7.900.000
Pencatatan koreksi Langkah 2: Pencatatan secara benar

[171]
Bab 8: Pencatatan Koreksi

5. Pencatatan Koreksi di Periode Sama – Metode Langsung


Berikut ini beberapa contoh pencatatan yang salah dan pencatatan koreksi
menggunakan metode Langsung atau Satu langkah.

Transaksi (e): 10 Des 2014 pembelian tunai supplies Rp6.700.000 oleh bagian
akuntansi dicatat secara salah sebagai pembelian tunai supplies
Rp7.600.000. Pada 31 Desember 2014 pencatatan koreksi dilakukan.

Pencatatan yang salah:

Tgl Akun dan Deskripsi Singkat Debet (Rp) Kredit (Rp)

10/2 Supplies 7.600.000


2014 Kas 7.600.000
Pencatatan salah: Pembelian tunai supplies

Pencatatan koreksi metode Langsung (1 langkah):

Analisis Fakta: Akun Supplies seharusnya di debet Rp6.700.000 tetapi secara salah
di debet Rp7.600.000 yang berarti akun Supplies kelebihan debet
Rp900.000. Akun Kas seharusnya dikredit Rp6.700.000 tetapi secara
salah dikredit Rp7.600.000 yang berarti akun Kas kelebihan kredit
Rp900.000. Pencatatan koreksinya adalah dengan mengkredit akun
Supplies Rp900.000 dan mendebet akun Kas Rp900.000.

Tgl Akun dan Deskripsi Singkat Debet (Rp) Kredit (Rp)

31/12 Kas 900.000


2014 Supplies 900.000
Pencatatan koreksi metode Langsung

Transaksi (f): 13 Des 2014 pembayaran kas Rp1.900.000 sebagai pelunasan utang
oleh bagian akuntansi dicatat sebagai pembayaran beban transportasi
Rp1.900.000. Pada 31 Desember 2014 pencatatan koreksi dilakukan.

[172]
Bab 8: Pencatatan Koreksi

Pencatatan yang salah:

Tgl Akun dan Deskripsi Singkat Debet (Rp) Kredit (Rp)

13/12 Beban transportasi 1.900.000


2014 Kas 1.900.000
Pencatatan salah: Pembayaran beban

Pencatatan koreksi metode Langsung (1 langkah):

Analisis Fakta: Akun Utang usaha seharusnya didebet Rp1.900.000 tetapi belum
dilakukan pencatatan maka Utang usaha didebet Rp1.900.000. Akun
kas sudah sesuai, yaitu dikredit Rp1.900.000 sehingga tidak perlu
koreksi. Akun Beban transportasi seharusnya tidak berubah tetapi
salah didebet Rp1.900.000 sehingga Beban transportasi harus dikredit
Rp1.900.000.

Tgl Akun dan Deskripsi Singkat Debet (Rp) Kredit (Rp)

31/12 Utang usaha 1.900.000


2014 Beban transportasi 1.900.000
Pencatatan koreksi metode Langsung

Transaksi (g): 23 Des 2014 pemerolehan tunai penghasilan usaha Rp8.500.000 oleh
bagian akuntansi dicatat secara salah sebagai pelunasan piutang
Rp5.800.000. Tanggal 31 Desember 2014 kesalahan tersebut
teridentifikasi dan pencatatan koreksi dilakukan.

Pencatatan yang salah:

Tgl Akun dan Deskripsi Singkat Debet (Rp) Kredit (Rp)

23/12 Kas 5.800.000


2014 Piutang usaha 5.800.000
Pencatatan salah: Penerimaan kas dari pelunasan piutang

[173]
Bab 8: Pencatatan Koreksi

Pencatatan koreksi metode Langsung (1 langkah):

Analisis Fakta: Kas seharusnya didebet Rp8.500.000 tetapi secara salah didebet
Rp5.800.000 sehingga Kas harus didebet Rp2.700.000. Penghasilan
usaha seharusnya dikredit Rp8.500.000 tetapi belum dilakukan
pencatatan sehingga Penghasilan usaha harus dikredit Rp8.500.000.
Piutang usaha seharusnya tidak berubah tetapi secara salah dikredit
Rp5.800.000 sehingga Piutang usaha harus didebet Rp5.800.000.

Tgl Akun dan Deskripsi Singkat Debet (Rp) Kredit (Rp)

31/12 Kas 2.700.000


2014 Piutang usaha 5.800.000
Penghasilan usaha 8.500.000
Pencatatan koreksi metode Langsung

6. Pencatatan Koreksi di Periode Berbeda – Metode Langsung


Metode yang digunakan untuk pencatatan koreksi atas transaksi yang telah terjadi
di periode-periode sebelumnya lazimnya adalah metode Langsung (Satu langkah). Perlu
disadari akun-akun beban, penghasilan, dan pengembalian ke pemilik setiap akhir
periode dipindahkan ke akun Laba ditahan. Dengan demikian, jika kesalahan melibatkan
akun-akun tersebut maka perlu dicek apakah kesalahan mempengaruhi laba ditahan.

Transaksi (h): 10 Des 2014 penerimaan kas Rp2.000.000 dari setoran pemilik oleh
bagian akuntansi dicatat sebagai penerimaan kas dari pelunasan
piutang oleh debitur dalam jumlah yang sama. Pada 3 Januari 2015
kesalahan tersebut teridentifikasi dan pencatatan koreksi dilakukan.

Pencatatan yang salah:

Tgl Akun dan Deskripsi Singkat Debet (Rp) Kredit (Rp)

10/12 Kas 2.000.000


2014 Piutang usaha 2.000.000
Pencatatan salah: Penerimaan pelunasan piutang

[174]
Bab 8: Pencatatan Koreksi

Pencatatan koreksi metode Langsung (1 langkah):

Analisis Fakta: Kesalahan pencatatan tidak melibatkan akun-akun beban ataupun


penghasilan sehingga koreksi tidak melibatkan akun Laba ditahan.
Akun Modal seharusnya dikredit Rp2.000.000 tetapi belum dilakukan
pencatatan sehingga akun Modal harus dikredit Rp2.000.000. Kas
sudah dicatat secara benar sehingga Kas tidak perlu dikoreksi. Akun
Piutang usaha seharusnya tidak berubah tetapi secara salah dikredit
Rp2.000.000 sehingga Piutang usaha harus didebet Rp2.000.000.

Tgl Akun dan Deskripsi Singkat Debet (Rp) Kredit (Rp)

3/1 Piutang usaha 2.000.000


2015 Modal 2.000.000
Koreksi: Transaksi setoran modal di periode sebelumnya

Transaksi (i): 26 Des 2014 pembayaran gaji karyawan Rp6.500.000 secara tunai
oleh bagian akuntansi dicatat sebagai pelunasan utang Rp5.600.000.
Tanggal 10 Januari 2015 kesalahan tersebut teridentifikasi dan
pencatatan koreksi langsung dilakukan.

Pencatatan yang salah:

Tgl Akun dan Deskripsi Singkat Debet (Rp) Kredit (Rp)

26/12 Utang usaha 5.600.000


2014 Kas 5.600.000
Pencatatan salah: Pelunasan utang

Pencatatan koreksi metode Langsung (1 langkah):

Analisis Fakta: Kesalahan pencatatan melibatkan akun-akun beban ataupun


penghasilan sehingga perlu dipelajari apakah akun Laba ditahan perlu
dikoreksi atau tidak. Akun Beban gaji karyawan seharusnya didebet
Rp6.500.000 tetapi belum dilakukan pencatatan. Berhubung akun
Beban gaji karyawan di akhir periode 2014 telah dipindah ke akun

[175]
Bab 8: Pencatatan Koreksi

Laba ditahan maka koreksi perlu dilakukan di akun Laba ditahan.


Dalam hal ini akun Laba ditahan harus didebet Rp6.500.000 karena
beban gaji karyawan pada dasarnya mengurangi akun Laba ditahan.
Akun Kas seharusnya dikredit Rp6.500.000 tetapi secara salah
dikredit sebesar Rp5.600.000 yang berarti akun Kas harus dikredit
Rp900.000. Akun Utang usaha seharusnya tidak mengalami
perubahan tetapi secara salah telah didebet Rp5.600.000 yang berarti
akun Utang usaha harus dikredit Rp5.600.000.

Tgl Akun dan Deskripsi Singkat Debet (Rp) Kredit (Rp)

10/1 Laba ditahan 6.500.000


2015 Kas 900.000
Utang usaha 5.600.000
Pencatatan koreksi atas transaksi yang terjadi di periode sebelumnya

Transaksi (j): 29 Des 2014 pemerolehan penghasilan usaha Rp11.000.000 secara


kredit oleh bagian akuntansi lupa belum dilakukan pencatatan.
Tanggal 13 Januari 2015 kesalahan tersebut teridentifikasi dan
pencatatan koreksi langsung dilakukan.

Pencatatan yang salah: Tidak dilakukan pencatatan

Pencatatan koreksi metode Langsung (1 langkah):

Analisis Fakta: Kesalahan pencatatan melibatkan akun-akun beban ataupun


penghasilan sehingga perlu dipelajari apakah akun Laba ditahan perlu
dikoreksi atau tidak. Penghasilan usaha seharusnya dikredit
Rp11.000.000 tetapi belum dilakukan pencatatan. Berhubung
Penghasilan usaha di akhir periode 2014 telah dipindah ke Laba
ditahan maka koreksi perlu dilakukan di Laba ditahan. Dalam hal ini
akun Laba ditahan harus dikredit Rp11.000.000 karena penghasilan
menambah laba ditahan. Piutang usaha seharusnya didebet
Rp6.500.000 tetapi belum dicatat sehingga Piutang usaha harus
didebet Rp11.000.000.
[176]
Bab 8: Pencatatan Koreksi

Langkah Langsung: Koreksi terhadap pencatatan yang salah

Tgl Akun dan Deskripsi Singkat Debet (Rp) Kredit (Rp)

31/12 Piutang usaha 11.000.000


2014 Laba ditahan 11.000.000
Pencatatan koreksi atas transaksi di periode sebelumnya

Transaksi (k): 31 Des 2014 pengakuan beban penyusutan kendaraan Rp3.800.000


oleh bagian akuntansi dicatat secara salah Rp2.800.000. 13 Januari
2015 kesalahan teridentifikasi dan pencatatan koreksi dilakukan.

Pencatatan yang salah:

Tgl Akun dan Deskripsi Singkat Debet (Rp) Kredit (Rp)

31/12 Beban penyusutan kendaraan 2.800.000


2014 Akumulasi penyusutan kendaraan 2.800.000
Pencatatan salah: Pengakuan beban penyusutan terlalu kecil

Pencatatan koreksi metode Langsung (1 langkah):

Analisis Fakta: Kesalahan pencatatan melibatkan akun beban. Akun Beban


penyusutan kendaraan seharusnya di debet Rp3.800.000 tetapi
secara salah di debet Rp2.800.000 sehingga akun Beban penyusutan
kendaraan harus di debet Rp1.000.000. Berhubung akun Beban
penyusutan kendaraan telah dipindah ke akun Laba ditahan maka
koreksi perlu dilakukan di akun Laba ditahan. Akun Laba ditahan
harus di debet Rp1.000.000. Akun Akumulasi penyusutan kendaraan
seharusnya di kredit Rp3.800.000 tetapi secara salah di kredit
Rp2.800.000 sehingga harus di kredit Rp1.000.000.

Tgl Akun dan Deskripsi Singkat Debet (Rp) Kredit (Rp)


31/12 Laba ditahan 1.000.000
2014 Akumulasi penyusutan kendaraan 1.000.000
Pencatatan koreksi atas transaksi di periode sebelumnya

[177]
Bab 8: Pencatatan Koreksi

7. Teknik Rekonsiliasi: Metode Langsung Berbasis Metode Bertahap


Pencatatan koreksi menggunakan metode Langsung tidak selalu mudah
dipraktikkan. Terdapat cara taktis untuk mensiasati pencatatan menggunakan metode
Langsung. Dalam hal ini cara taktis ini berlandas pada metode Bertahap (dua langkah).
Urutan prosedur teknik taktis yang disebut teknik Rekonsiliasi terdiri dari pencatatan
informal dan formal adalah sebagai berikut:
(a) Lakukan pembatalan atas pencatatan yang salah (pencatatan informal).
(b) Lakukan pencatatan secara benar atas transaksi yang terjadi (pencatatan informal).
(c) Berdasar hasil yang diperoleh dari prosedur (a) dan (b), lakukan proses rekonsiliasi
terhadap akun-akun yang sama, beserta nilai moneternya.
(d) Tulislah hasil rekonsiliasi dalam format pencatatan formal.

Berikut ini beberapa contoh penerapan teknik Rekonsiliasi dalam proses pencatatan
koreksi. Untuk penyederhanaan, pencatatan yang salah tidak lagi ditampilkan.

Transaksi (l): 10 Jan 2014 pembelian tunai supplies Rp4.500.000 oleh bagian
akuntansi dicatat secara salah senilai Rp5.400.000. Tanggal 12
Januari 2014 kesalahan teridentifikasi dan pencatatan koreksi
dilakukan menggunakan teknik Rekonsiliasi.

Pencatatan koreksi: Teknik rekonsiliasi

Langkah (a): Pembatalan pencatatan yang salah

Tgl Akun dan Deskripsi Singkat Debet (Rp) Kredit (Rp)

12/1 Kas 5.400.000


2014 Supplies 5.400.000
Pencatatan koreksi Langkah 1: Pembatalan

Langkah (b): Pencatatan secara benar

Tgl Akun dan Deskripsi Singkat Debet (Rp) Kredit (Rp)

12/1 Supplies 4.500.000


2014 Kas 4.500.000
Pencatatan koreksi Langkah 2: Pencatatan secara benar

[178]
Bab 8: Pencatatan Koreksi

Langkah (c): Rekonsiliasi akun-akun yang sama beserta nilai moneternya:


Berdasar pencatatan di langkah (a) dan (b) diketahui bahwa: Akun
Kas di debet Rp5.400.000 dan di kredit Rp4.500.000. Dengan
demikian akun Kas harus di debet Rp900.000 karena posisi debet dan
kredit mencerminkan penghitungan selisih, dan dalam hal ini debet
lebih besar daripada kredit. Akun Supplies di debet Rp4.500.000 dan
di kredit Rp5.400.000. Dengan demikian akun Supplies harus di kredit
Rp900.000 karena posisi debet dan kredit mencerminkan
penghitungan selisih, dan jumlah kredit lebih besar daripada debet.

Langkah (d): Penulisan hasil rekonsiliasi dalam format pencatatan formal.

Tgl Akun dan Deskripsi Singkat Debet (Rp) Kredit (Rp)

12/1 Kas 900.000


2014 Supplies 900.000
Pencatatan koreksi Metode Langsung Teknik Rekonsiliasi

Transaksi (n): 23 Des 2014 pemerolehan tunai penghasilan usaha Rp8.500.000 oleh
bagian akuntansi dicatat secara salah sebagai pelunasan piutang
Rp5.800.000. Pada 31 Desember 2014 kesalahan teridentifikasi dan
pencatatan koreksi dilakukan menggunakan teknik Rekonsiliasi.

Pencatatan koreksi – Teknik Rekonsiliasi:

Langkah (a): Pembatalan pencatatan yang salah

Tgl Akun dan Deskripsi Singkat Debet (Rp) Kredit (Rp)


12/1 Piutang usaha 5.800.000
2014 Kas 5.800.000
Pencatatan koreksi Langkah 1: Pembatalan

Langkah (b): Pencatatan secara benar

Tgl Akun dan Deskripsi Singkat Debet (Rp) Kredit (Rp)

[179]
Bab 8: Pencatatan Koreksi

12/1 Kas 8.500.000


L2014 Penghasilan 8.500.000
a
Pencatatan koreksi Langkah 2: Pencatatan secara benar
n
gkah (c): Rekonsiliasi akun-akun yang sama beserta nilai
moneternya:
Berdasar pencatatan di langkah (a) dan (b) diketahui bahwa akun Kas
di debet Rp8.500.000 dan di kredit Rp5.800.000. Dengan demikian
akun Kas harus di debet Rp2.700.000 karena posisi debet dan kredit
mencerminkan penghitungan selisih, dan dalam hal ini debet lebih
besar daripada kredit. Akun Piutang usaha di debet Rp5.800.000
karena dalam pencatatan di langkah (a) dilakukan pendebetan akun
Piutang usaha. Akun Penghasilan di kredit Rp8.500.000 karena dalam
pencatatan di langkah (b) dilakukan pengkreditan akun Penghasilan
usaha.

Langkah (d): Penulisan hasil rekonsiliasi dalam format pencatatan formal.

Tgl Akun dan Deskripsi Singkat Debet (Rp) Kredit (Rp)

12/1 Kas 2.700.000


2014 Piutang usaha 5.800.000
Penghasilan 8.500.000
Pencatatan koreksi Metode Langsung Teknik Rekonsiliasi

[180]
Bab 8: Pencatatan Koreksi

UNTUK KITA RENUNGKAN

“Father of accounting” merupakan sebutan yang diberikan oleh


pemerhati akuntansi modern kepada Luca Pacioli (selanjutnya kita sebut
Pacioli). Hal ini tidak terlepas dari jasa Pacioli mendokumentasikan
mekanisme debet kredit dalam buku Summa yang diterbitkan pada tahun
1494 (lebih dari 500 tahun yang lalu). Fakta ini sekali lagi menguatkan
bahwa mekanisme debet kredit merupakan pengetahuan inti di akuntansi.
Dapatkah disimpulkan bahwa akuntansi (khususnya mekanisme debet
kredit) merupakan hasil pemikiran Pacioli? Marilah simak beberapa fakta
berikut ini. Pertama, Pacioli menyatakan bahwa sistem pencatatan
berpasangan bukan gagasan murni yang berasal dari dia. Kedua, Pacioli
tidak menjelaskan rasionalitas mekanisme debet kredit secara matematika
dalam bukunya yang berisi topik bahasan matematika. Salah satu
akibatnya, sejauh ini mekanisme debet kredit diperlakukan sebatas sebagai
aturan/kebiasaan yang disepakati yang berlaku sejak dahulu. Ketiga, judul
buku Summa yang berarti “kumpulan” mengindikasikan bahwa topik
bahasan yang disajikan merupakan koleksi atas pengetahuan yang sudah
ada. Dengan demikian sebenarnya mekanisme debet kredit telah ada dan
dipraktikkan ketika Summa ditulis. Telaah akademis sejak abad
keenambelas hingga sekarang masih memperdebatkan keaslian tulisan
Pacioli terkait mekanisme debet kredit (lihat Warsono-bin-Hardono, 2011).
Penghormatan layak diberikan kepada Pacioli atas jasanya
mendokumentasikan mekanisme debet kredit. Namun, menjadi tugas kita
untuk mengetahui penggagas awal mekanisme debet kredit. Mungkinkah
penggagas awal mekanisme debet kredit adalah umat Islam yang berhasil
mengilmukan kitab suci Al-Qur’an? Jika benar, langkah selanjutnya yang
harus dilakukan adalah melakukan koreksi atas sejarah yang tertulis
dewasa ini..

[181]
Bab 8: Pencatatan Koreksi

Kesimpulan

Kesalahan pencatatan akuntansi dimungkinkan terjadi. Dari perspektif manusia,


kesalahan pencatatan dapat terjadi karena antara lain ketidak-telitian, kekurang-
kompetensian, dan kelelahan. Dari perspektif proses, kesalahan pencatatan dapat terjadi
karena antara lain prosedur yang tidak akurat dan kekurang-optimalan perancangan bukti
transaksi yang digunakan untuk mendokumentasikan transaksi. Terhadap kesalahan
pencatatan tersebut mekanisme pencatatan koreksi (correcting entries) harus dilakukan.
Dilihat dari jenisnya, terdapat empat tipe kesalahan. Tipe kesalahan yang pertama
adalah kelalaian untuk melakukan pencatatan tepat waktu. Tipe kesalahan yang kedua
adalah kekeliruan dalam mencantumkan nilai moneter transaksi. Tipe kesalahan yang
ketiga adalah kekeliruan dalam mengidentifikasi akun-akun yang berubah. Tipe kesalahan
yang keempat adalah kekeliruan baik dalam mencantumkan nilai moneter maupun dalam
mengidentifikasi akun-akun yang berubah. Sementara itu dilihat dari periode terdeteksinya
kesalahan, terdapat dua macam kesalahan, yaitu kesalahan yang terdeteksi di periode
yang sama dengan terjadinya kesalahan, dan kesalahan yang terdeteksi di periode yang
berbeda dari periode terjadinya kesalahan. Terdapat dua metode pencatatan koreksi, yaitu
metode Bertahap atau Dua langkah dan metode Langsung atau Satu langkah. Untuk
membantu pencatatan koreksi menggunakan metode Langsung terdapat teknik yang
disebut teknik Rekonsiliasi.
Mekanisme pencatatan koreksi mendasarkan diri pada empat prinsip utama. Prinsip
pertama, pencatatan koreksi seharusnya segera dilakukan ketika kesalahan teridentifikasi.
Prinsip kedua, pencatatan yang salah tidak boleh dihapus, tetapi harus dilakukan
pencatatan koreksi. Prinsip ketiga, pencatatan koreksi tetap berlandas dan menjaga
berlakunya hukum dana. Prinsip keempat, pencatatan koreksi harus tetap berdasar pada
analisis fakta. Artinya, pencatatan koreksi pada dasarnya mengoreksi kesalahan agar
informasi keuangan kembali menyajikan fakta yang sesungguhnya terjadi.

Kata-kata Kunci
 QS. Huud [12]: 114  Kesalahan akun
 Pencatatan koreksi  Kesalahan kombinasi
 Metode Bertahap (Dua langkah)  Pencatatan penutup
 Metode Langsung (Satu langkah)  Akun Laba ditahan
 Kesalahan nilai moneter  Metode Langsung - teknik Rekonsiliasi

[182]
Bab 8: Pencatatan Koreksi

Pertanyaan Kualitatif

Jawablah semua pertanyaan/permintaan yang diajukan dengan sebaik-baiknya. Anda


disarankan mencari referensi tambahan untuk memperkaya pemahaman akuntansi.
a. Perhatikan QS. An-Nisaa [5]: 111 – 112. Dalam kaitannya dengan pencatatan
akuntansi, adakah hikmah/ilmu yang dapat diambil oleh umat Muslim?
b. Identifikasi ayat-ayat dalam kitab suci Al-Qur’an yang mengingatkan umat manusia
untuk melakukan koreksi atas kesalahan dan dosa yang diperbuatnya?
c. Sebutkan empat prinsip utama dalam pencatatan koreksi!
d. Kapan seharusnya pencatatan koreksi dilakukan?
e. Mungkinkah sebuah kesalahan pencatatan terhadap transaksi teridentifikasi/terdeteksi
di periode yang berbeda dari transaksi yang terjadi? Jika mungkin, berilah contoh
transaksinya. Jika tidak mungkin, berilah argumen yang mendukung pendapat Anda.
f. Di sebuah pencatatan koreksi, mungkinkah semua akun yang dikoreksi dicatat di
debet, tanpa ada akun yang dicatat di kredit? Jika mungkin, berilah contoh
transaksinya. Jika tidak mungkin, berilah argumen yang mendukung pendapat Anda.
g. Sebutkan dua metode yang lazim digunakan dalam pencatatan koreksi!
h. Metode Bertahap di pencatatan koreksi disebut metode Dua langkah. Sebutkan dua
langkah yang dilakukan dalam pencatatan koreksi menggunakan metode Bertahap.
i. Transaksi penerimaan mesin Rp10.000.000 dari modal oleh bagian akuntansi dicatat
secara salah sebagai pembelian mesin Rp10.000.000 secara kredit. Jika kesalahan
teridentifikasi di periode yang sama maka sebutkan akun-akun yang seharusnya
terpengaruh dalam pencatatan koreksi menggunakan metode Langsung!
j. Transaksi penerimaan mesin Rp10.000.000 dari modal oleh bagian akuntansi dicatat
secara salah sebagai pembelian mesin Rp10.000.000 secara kredit. Jika kesalahan
teridentifikasi di periode berikutnya, adakah pencatatan koreksi menyebabkan
perubahan di akun Laba ditahan?
k. Transaksi pembayaran tunai beban gaji di akhir periode 2014 lupa dicatat, dan baru
diketahui di awal periode 2015 setelah pencatatan penutup. Jelaskan dampak
pencatatan koreksi terhadap akun Laba ditahan, apakah di debet ataukah di kredit!
l. Transaksi pemerolehan penghasilan usaha di periode 2014 secara tunai dicatat secara
salah sebagai penerimaan pelunasan piutang dari debitur. Jelaskan dampak
pencatatan koreksi terhadap akun Laba ditahan, apakah di debet ataukah di kredit!
m. Jelaskan penerapan metode Langsung yang menggunakan teknik Rekonsiliasi!

[183]
Bab 8: Pencatatan Koreksi

Pertanyaan Kuantitatif
Lembar jawab tersedia di buku terpisah, diperoleh melalui email
(akuntamatika@yahoo.com, atau diunduh di www.akuntamatika.com (tersedia sebagian)

Soal 1
Perusahaan Adil Itu Realita yang berbisnis di konsultasi teknologi informasi (TI) memiliki
daftar akun sebagai berikut:

Kas Beban transportasi Utang usaha


Piutang usaha Beban listrik air dan telepon Utang koperasi
Bahan habis pakai Beban gaji dan honorarium Prive, Bp. Amir
Piutang ke karyawan Beban bahan habis pakai Modal, Bp. Amir
Peralatan kantor Beban konsumsi Penghasilan konsultasi Akt.
Kendaraan Beban administrasi Penghasilan konsultasi TI

Berikut ini beberapa simulasi transaksi yang telah dilakukan kesalahan pencatatan
oleh staf akuntansi yang masih perlu belajar tentang akuntansi. Semua kesalahan
teridentifikasi di hari yang sama (akhir hari ketika dilakukan pengecekan sebelum akhir
bisnis), kecuali kesalahan berupa lupa mencatat, sehingga perusahaan menetapkan untuk
menerapkan metode Bertahap dalam pencatatan koreksinya.
 2 Mei Adil Itu Realita menerima kas Rp1.000.000 yang berasal dari pelunasan piutang
tetapi dicatat secara salah sebagai penerimaan kas Rp1.000.000 dari setoran pemilik.
 3 Mei Adil Itu Realita membeli bahan habis pakai Rp600.000 secara kredit tetapi
dicatat secara salah sebagai pembelian bahan habis pakai Rp900.000 secara kredit.
 8 Mei Adil Itu Realita memperoleh penghasilan dari konsultasi TI Rp2.700.000 secara
tunai tetapi dicatat secara salah sebagai penerimaan kas dari pelunasan piutang.
 13 Mei Adil Itu Realita mengakui beban listrik, air dan telepon Rp750.000 tunai tetapi
secara salah dicatat sebagai pembelian bahan habis pakai Rp750.000.
 17 Mei Adil Itu Realita menemukan bukti transaksi tertanggal 12 Mei yang
menunjukkan bahwa perusahaan menerima kas Rp2.100.000 dari pelunasan debitur.
Mencermati bukti transaksi yang ada, perusahaan mengidentifikasi bahwa transaksi
tersebut lupa dicatat.
 20 Mei Adil Itu Realita membeli peralatan kantor Rp12.000.000 secara kredit tetapi
secara salah dicatat sebagai pembelian kendaraan Rp21.000.000 secara tunai.

[184]
Bab 8: Pencatatan Koreksi

 27 Mei Adil Itu Realita memperoleh penghasilan konsultasi TI Rp5.300.000 secara


kredit tetapi dicatat sebagai pemerolehan penghasilan konsultasi TI Rp3.500.000
secara kredit.
 28 Mei Adil Itu Realita memperoleh kendaraan Rp15.600.000 dari setoran pemilik
tetapi secara salah dicatat sebagai pembelian kendaraan Rp16.500.000 secara kredit.
 30 Mei Adil Itu Realita melunasi utang Rp980.000 tetapi dicatat secara salah sebagai
pembayaran konsumsi Rp900.000 untuk menjamu tamu perusahaan.
 31 Mei Adil Itu Realita membeli peralatan kantor Rp7.400.000 yang dibayar tunai
Rp4.000.000 sedangkan sisanya kredit tetapi dicatat secara salah sebagai pembelian
peralatan kantor Rp4.000.000 secara tunai.

Diminta: Lakukan pencatatan yang salah dan dilanjutkan dengan pencatatan koreksi yang
diperlukan menggunakan metode Bertahap (Langkah satu adalah membatalkan
kesalahan,langkah kedua adalah mencatat secara benar). Pencatatan yang dibuat
khususnya adalah penjurnalan dengan asumsi pembelajar sudah mengetahui
bahwa pencatatan sesungguhnya meliputi penjurnalan dan pemindah-bukuan.

Soal 2
Daftar akun di perusahaan Semangat yang bergerak dibidang jasa konsultasi akuntansi
dan teknologi informasi dan jasa kursus akuntansi adalah sebagai berikut:
Kas Piutang usaha
Piutang karyawan Piutang lain-lain
Dibayar di muka sewa gudang Supplies
Utang usaha Peralatan kantor
Penghasilan konsultasi akuntansi Akumulasi penyusutan peralatan kantor
Penghasilan konsultasi teknologi informasi Kendaraan
Uang muka pelanggan Akumulasi penyusutan kendaraan
Beban listrik, air dan telepon Beban penyusutan peralatan kantor
Penghasilan lain-lain Beban penyusutan kendaraan
Beban gaji karyawan Utang iklan
Beban administrasi Beban sewa gudang
Modal Prive
Beban supplies Beban lain-lain
Penghasilan kursus akuntansi Beban transportasi
[185]
Bab 8: Pencatatan Koreksi

Berikut ini kumpulan simulasi transaksi yang dicatat secara salah selama satu periode.
Semua kesalahan teridentifikasi pada saat akhir periode. Perusahaan menetapkan untuk
menerapkan metode Langsung (satu tahap) dengan teknik Rekonsiliasi dalam pencatatan
koreksi yang dilakukan bersamaan dengan pencatatan penyesuai.
 23 Jan. Semangat menerima kas Rp2.400.000 yang berasal dari pelunasan piutang
tetapi dicatat secara salah sebagai penerimaan kas Rp2.400.000 dari pemerolehan
penghasilan konsultasi teknologi informasi secara tunai.
 6 Feb. Semangat mengakui beban listrik Rp600.000 berdasar tagihan yang diterima
PLN hari ini. Pembayaran akan dilakukan di minggu ketiga bulan Februari. Oleh staf
akuntansi dicatat secara salah sebagai pengakuan beban administrasi Rp900.000
terutang.
 2 Mar. Semangat membeli bahan habis pakai Rp870.000 secara tunai tetapi dicatat
secara salah sebagai pembelian bahan habis pakai Rp780.000 secara tunai.
 20 Mar. Semangat memperoleh penghasilan dari konsultasi teknologi informasi
Rp2.700.000 secara tunai tetapi dicatat secara salah sebagai penerimaan kas dari
pelunasan piutang oleh debitur.
 5 Apr. Semangat memperoleh penghasilan dari konsultasi akuntansi Rp4.100.000
secara kredit tetapi dicatat secara salah sebagai pemerolehan penghasilan dari kursus
akuntansi Rp4.100.000 secara kredit.
 3 Mei Semangat menerima kas Rp4.900.000 dari pelanggan sebagai uang muka
konsultasi akuntansi yang baru akan diberikan di pertengahan bulan ini tetapi dicatat
secara salah sebagai penerimaan kas Rp9.400.000 dari penghasilan konsultasi
akuntansi yang telah diserahkan ke pelanggan.
 13 Mei Semangat mengakui beban utilitas berupa listrik, air dan telepon Rp750.000
yang dibayar tunai tetapi secara salah dicatat sebagai pembayaran untuk pembelian
bahan habis pakai sebesar Rp570.000.
 20 Mei Semangat menemukan bukti transaksi tertanggal 12 Mei yang menunjukkan
bahwa perusahaan membayar Rp1.300.000 ke rekanan sebagai pelunasan utang.
Mencermati bukti transaksi yang ada, perusahaan mengidentifikasi bahwa transaksi
tersebut lupa dicatat.
 17 Juni Semangat membeli peralatan kantor Rp14.000.000 secara kredit tetapi secara
salah dicatat sebagai pembelian peralatan kantor Rp14.000.000 secara tunai.

[186]
Bab 8: Pencatatan Koreksi

 3 Juli Semangat memperoleh penghasilan konsultasi teknologi informasi Rp800.000


secara kredit tetapi dicatat sebagai pemerolehan penghasilan lain-lain Rp800.000
secara kredit.
 28 Juli Semangat memperoleh kendaraan Rp17.600.000 dari setoran pemilik tetapi
secara salah dicatat sebagai pembelian kendaraan Rp16.700.000 secara kredit.
 13 Agustus Semangat menerima kas Rp3.400.000 dari pelunasan utang karyawan ke
perusahaan tetapi dicatat secara salah sebagai penerimaan kas Rp3.400.000 dari
pelunasan utang pelanggan sebagai debitur.
 31 Agustus Semangat membayar gaji karyawan Rp9.700.000 untuk gaji di bulan
Agustus tetapi dicatat salah sebagai pemberian pinjaman ke karyawan sebesar
Rp7.900.000.
 1 September Semangat membayar Rp9.000.000 untuk sewa gudang dengan jangka
waktu 1 September tahun ini sampai dengan 31 Agustus tahun depan. Oleh staf
akuntansi dicatat secara salah sebagai pembayaran beban sewa gudang Rp9.000.000.
 29 September Semangat menyerahkan kas Rp3.600.000 dan supplies senilai
Rp900.000 ke pemilik untuk kepentingan pribadi tetapi dicatat secara salah sebagai
penyerahan kas Rp4.500.000 ke pemilik untuk kepentingan pribadi.
 28 Oktober Semangat menerima uang muka Rp3.600.000 dari pelanggan untuk jasa
yang baru akan diberikan di periode yang akan datang. Oleh staf akuntansi dicatat
secara salah sebagai penerimaan uang tunai Rp6.300.000 dari penghasilan lain-lain.
 15 November Semangat menerima kas Rp8.000.000 yang berasal dari pelunasan
piutang Rp5.000.000 dan sisanya pemerolehan penghasilan dari konsultasi akuntansi
yang dilakukan pada hari ini. Oleh staf akuntansi dicatat secara salah sebagai
penerimaan kas Rp8.000.000 yang berasal dari pemerolehan penghasilan konsultasi
akuntansi Rp5.000.000 dan sisanya dari pelunasan piutang oleh debitur perusahaan
pada hari ini.
 27 Desember Semangat memperoleh penghasilan dari lain-lain Rp1.200.000 secara
kredit tetapi dicatat secara salah sebagai pemerolehan penghasilan kursus akuntansi
Rp2.100.000 yang dilakukan pada hari ini secara kredit.
 30 Desember Semangat membayar di muka Rp1.400.000 ke agen periklanan untuk
jasa iklan yang baru akan diterima di awal periode berikutnya. Oleh staf akuntansi
dicatat secara salah sebagai pengakuan beban iklan Rp1.240.000 yang dibayar secara
tunai.

[187]
Bab 8: Pencatatan Koreksi

Diminta:
(a) Lakukan pencatatan koreksi, khususnya penjurnalan, yang diperlukan menggunakan
metode Langsung dengan teknik Rekonsiliasi.
(b) Lakukan pencatatan koreksi, khususnya penjurnalan, yang diperlukan menggunakan
metode Langsung (satu Langkah).
(c) Lakukan pengecekan atas jawaban (a) dan (b). Apakah jawabannya sama?

Soal 3
Daftar akun di perusahaan Ajar Jujur adalah sebagai berikut:
Piutang usaha Dibayar dimuka sewa gudang
Kas Uang muka ke rekanan
Supplies Peralatan kantor
Akumulasi penyusutan peralatan kantor Kendaraan
Akumulasi penyusutan kendaraan Utang usaha
Diterima dimuka penghasilan sewa ruang Utang koperasi
Penghasilan lain-lain Penghasilan usaha
Modal Prive
Laba ditahan Beban listrik dan air
Beban gaji Beban sewa
Beban transportasi Beban lain-lain

Berikut ini kumpulan transaksi yang dicatat secara salah selama periode 2014. Semua
kesalahan teridentifikasi di tanggal 5 Januari di periode berikutnya setelah pencatatan
penutup diselesaikan. Perusahaan menetapkan untuk menerapkan metode Langsun dalam
pencatatan koreksi.
 2 Mei Ajar Jujur menerima kas Rp4.000.000 yang berasal setoran pemilik tetapi dicatat
secara salah sebagai penerimaan kas Rp4.000.000 dari pelunasan piutang.
 19 Mei Ajar Jujur membayar beban transportasi Rp1.800.000 ternyata lupa belum
dilakukan pencatatan.
 16 Juni Ajar Jujur memperoleh penghasilan usaha Rp4.300.000 secara tunai tetapi
dicatat secara salah sebagai penerimaan kas Rp4.300.000 dari pelunasan piutang.

[188]
Bab 8: Pencatatan Koreksi

 26 Agustus Ajar Jujur membayar beban administrasi Rp1.600.000 tetapi dicatat secara
salah sebagai pembayaran beban administrasi Rp1.400.000.
 1 September Ajar Jujur membayar gaji karyawan Rp6.800.000 secara tunai tetapi
dicatat secara salah sebagai pelunasan utang Rp8.600.000 ke rekanan.
 12 Desember Ajar Jujur memperoleh penghasilan usaha Rp9.700.000 secara kredit
tetapi secara salah dicatat sebagai pemerolehan penghasilan usaha Rp7.900.000.
 22 Desember Ajar Jujur menerima kas Rp5.200.000 dari pelunasan piutang tetapi
dicatat secara salah sebagai penerimaan kas dari pemerolehan penghasilan usaha
Rp5.200.000.
 30 Desember Ajar Jujur menyerahkan kas Rp2.000.000 ke pemilik untuk kepentingan
pemilik tetapi ternyata lupa belum dicatat. Sebagai catatan: perusahaan Ajar Jujur
menutup akun Prive disetiap akhir periode ke akun Modal, bukan ke akun Laba ditahan
karena akun Laba ditahan dikhususkan untuk menampung laba/rugi yang dihasilkan
perusahaan.
 31 Desember Ajar Jujur mengakui beban penyusutan peralatan kantor Rp3.100.000
tetapi dicatat secara salah sebesar Rp1.300.000.
 31 Desember Ajar Jujur mengakui beban penyusutan kendaraan Rp 6.800.000 tetapi
dicatat secara salah sebesar Rp8.600.000.
 31 Desember Ajar Jujur lupa melakukan pencatatan atas beban gaji karyawan
Rp7.300.000 yang terutang.

Diminta: Lakukan pencatatan koreksi, khususnya penjurnalan, yang diperlukan


menggunakan metode Bertahap.

[189]
Bab 8: Pencatatan Koreksi

Catatan Penting Personal

[190]

Anda mungkin juga menyukai