Anda di halaman 1dari 23

PENGGUNAAN ALAT SUNTIK AUTO-DISABLE (AD)

No. Dokumen : Ditetapkan oleh


Terbitan : Kepala Puskesmas
Larangan Utara
SOP
Revisi :
Tgl. Mulai :
berlaku
Halaman : 1/1 Dr.Hj. Any Ernawati
NIP. 19680221200212 2 004

1. Pengertian Alat suntik Auto-Disable adalah alat suntik yang setelah dipakai
mengunci sendiri dan hanya dapat dipakai sekali. Alat suntik ini yang
direkomendasikan untuk semua jenis pelayanan imunisasi. Setiap alat
suntik AD adalah steril dan diberi segel oleh pabrik. Ada beberapa jenis
alat suntik AD yang berbeda-beda antara lain : Uniject, Soloshot,
Destroject, Univec, Terumo, K1, Medico injet.
Semua alat suntik AD mempunyai penutup plastik untuk menjaga agar
jarum tetap steril dan beberapa juga memiliki penutup pada pistonnya.
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan
Penggunaan Alat Suntik Auto-Disable.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Larangan Utara No.
tentang Standar Pelayanan Publik Puskesmas Larangan Utara
4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Modul Penyelenggaraan Imunisasi Kemenkes RI tahun 2012
5. Prosedur / Langkah-langkah umum menggunaan alat suntik AD
Langkah-langkah 1) Keluiarkan alat suntik dan jarum dari bungkus plastik (lepaskan dan
buka ujung piston alat suntik dari paket) atau lepaskan tutup
plastiknya.
2) Pasang jarum pada alat suntik jika belum terpasang.
3) Lepaskan tutup jarum tanpa menyentuh jarum.
4) Masukkan jarum ke dalam vial/ampul vaksin dan arahkan ujung
jarum ke bagian paling rendah dari dasar vial/ampul (dibawah
permukaan vaksin).
5) Tarik piston untuk mengisi alat suntik. Piston secara otomatis akan
berhenti setelah melewati tanda 0,05 ml/0,50 ml dan anda akan
mendengar bunyi “klik”.
6) Tekan/dorong piston hingga isi alat suntik sesuai dosis 0,05 ml/0,5
ml. lepaskan jarum dari botol. Untuk menghilangkan gelembung
udara, pegang alat suntik tegak lurus dan buka penyumbatnya.
7) Kemudian tekan dengan hati-hati ke tanda tutup.
8) Tentukan tempat suntikan.
9) Dorong piston ke depan dan suntikkan vaksin. Setelah suntikan,
piston secara otomatis akan mengunci dan alat suntik tidak bisa
digunakan lagi. Jangan lagi menutup jarum setelah digunakan.
10) Segera masukkan jarum dan alat suntik langsung ke dalam safety
box. Safety box adalah penampung ADS bekas yang tahan bocor dan
tahan tusukan.
Catatan :
Keuntungan alat suntik AD :
1) Sterilitas ADS terjamin.
2) Alat ini mengeliminasi penyebaran penyakit dari penerima vaksin ke orang
lain yang disebabkan oleh penggunaan jarum dan alat suntik yang
terkontaminasi.
3) Tidak perlu sterilisasi.
6. Unit Terkait Puskesmas, posyandu
PEMBERIAN & PENYUNTIKAN VAKSIN BCG
No. Dokumen : Ditetapkan oleh
Kepala Klinik
Terbitan : 01 Pratama Mitra Insani

SOP
Revisi : 00
Tgl. Mulai : Januari 2021
berlaku
KLINIK PRATAMA
MITRA INSANI
Halaman : 1/1
Tri Wahyuningsih

1. Pengertian Vaksin BCG merupakan vaksin beku kering yang mengandung


Mycobacterium bovis hidup yang dilemahkan (Bacillus Calmette Guerin),
untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberculosis.
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan
Penyuntikan BCG.
3. Kebijakan
4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Modul Penyelenggaraan Imunisasi Kemenkes RI tahun 2012
5. Prosedur / Cara Pemberian dan Dosis Vaksin BCG :
Langkah-langkah  Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu.
Melarutkan dengan menggunakan alat suntik steril (ADS 5 ml).
 Dosis pemberian 0,05 ml, sebanyak 1 kali.
 Disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas (insertio
musculus deltoideus), dengan menggunakan ADS 0,05 ml.
 Sebelum vaksin dipergunakan, periksa dahulu masa kadaluarsa.
 Vaksin yang telah dilarutkan tidak segera digunakan maka disimpan pada
suhu 2 s.d 8oC selama maksimal 3 jam.:
Cara Penyuntikan Vaksin BCG
1. Suntikan diberikan intrakutan pada lengan kanan atas bagian luar
dengan dosis 0,005 cc
2. Letakkan bayi dengan posisi miring di atas pangkuan ibu dan lepas
baju bayi dari lengan dan bahu.
3. Ibu sebaiknya memegang bayi dekat dengan tubuhnya, menyangga
kepala bayi dan memegang lengan dekat dengan tubuh.
4. Pegang alat suntuik dengan tangan kanan anda dengan lubang pada
ujung jarum menghadap ke depan.
5. Buatlah permukaan kulit menjadi datar dengan menggunakan ibu jari
kiri dan jari telunjuk anda.
6. Letakkan alat suntik dan jarum dengan posisi hampir datar dengan
kulit bayi.
7. Masukkan ujung jarum tepat di bawah permukaan kulit tetapi di
dalam kulit yang tebal – cukup masukkan bevel (lubang di ujung
jarum).
8. Jaga agar posisi jarum tetap datar di sepanjang kulit sehinnga jarum
masuk ke dalam lapisan atas kulit saja. Jaga agar lubang di ujung
jarum menghadap ke depan.
9. Jangan menekan jarum terlalu dalam dan jangan menurunkan jarum
karena jarum akan masuk di bawah kulit, sehingga yang terjadi
suntikan di dalam otot (subcutaneous) bukan suntikan intrakutan.
10. Untuk memegang jarum dengan posisi yang tepat, letakkan ibu jari
kiri anda pada ujung bawah alat suntik dekat jarum, tetapi jangan
menyentuh jarum.
11. Pegang ujung penyedot antara jari telunjuk dan jari tengah tangan
kanan anda. Tekan penyedot dengan ibu jari anda.
12. Suntikkan 0,05 ml vaksin dan lepaskan jarum.
Catatan :
Jika suntikan intrakutan diberikan secara tepat, alat penyedot akan sulit didorong. Jika vaksin
mudah masuk anda mungking menyuntik terlalu dalam. Segera hentikan suntikan, betulkan posisi
jarum, dan berikan sisa dosis, tetapi tidak ditambah lagi. Jika suntikan BCG tepat, akan timbul
pembengkakan dengan puncak yang datar (flat-topped) pada kulit. Pembengkakan ini kelihatan
pucat dengan lubang sangat kecil seperti kulit jeruk. Jika teknik yang digunakan tidak tepat, vaksin
akan masuk dengan mudah dan tidak terlihat adanya pembengkakan.
6. Unit Terkait Puskesmas, Posyandu, Klinik Pratama
PEMBERIAN & PENYUNTIKAN VAKSIN CAMPAK
No. Dokumen : Ditetapkan oleh
Terbitan : 01 Kepala Klinik Pratama
Mitra Insani
SOP
Revisi : 00
Tgl. Mulai : Januari 2021
berlaku
KLINIK PRATAMA
MITRA INSANI
Halaman : 1/1
Tri Wahyuningsih

1. Pengertian Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan. Setiap
dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang dari 1000 infective unit virus
strain CAM 70 dan tidak lebih dari 100 mcg residu kanamycin dan 30 mcg
residu erythromycin.’
untuk pemberian kekebalan aktif terhadap campak.
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan
Penyuntikan Campak.
3. Kebijakan

4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.


Modul Penyelenggaraan Imunisasi Kemenkes tahun 2012.
5. Prosedur / Cara Pemberian dan Dosis Vaksin Campak :
Langkah-langkah  Sebelum disuntikkan vaksin campak terlebih dahulu harus dilarutkan
dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut.
 Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri
atas, pada usia 9-11 bulan. Dan ulangan (booster) pada usia 2-3 tahun
 Sebelum vaksin dipergunakan, periksa dahulu masa kadaluarsa dan label
VVM.
 Vaksin yang usdah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 6 jam.
Cara Penyuntikan Vaksin Campak :
1. Suntikan diberikan pada lengan kiri atas, pertengahan M.Deltoideus
secara subkutan dengan dosis 0,5 cc.
2. Atur bayi dengan posisi miring di atas pangkuan ibu dengan seluruh
lengan telanjang.
3. Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi. Gunakan jari-jari kiri anda
untuk menekan ke atas lengan bayi.
4. Pegang lengan seperti mencubit menggunakan ibu jari dan jari telunjuk.
Kemudian jarum suntik disuntikkan dengan sudut 45o.
5. Terhadap permukaan kulit, dengan kedalaman jarum tidak lebih dari ½
inchi. (lakukan aspirasi sebelumnya untuk memastikan jarum tidak
menembus pembuluh darah).
6. Suntikkan vaksin pelan-pelan untuk mengurangi rasa sakit.
6. Unit Terkait Puskesmas, Posyandu,Klinik Pratama
PEMBERIAN DAN PENYUNTIKAN VAKSIN DPT/HB/Hib

No. Dokumen : Ditetapkan oleh


Terbitan : 01 Kepala Klinik Pratama
Mitra Insani
SOP
Revisi : 00
Tgl. Mulai : Januari 2021
KLINIK PRATAMA
MITRA INSANI berlaku
Halaman : 1/1
Tri Wahyuningsih

1. Pengertian Vaksin DPT/HB/Hib adalah vaksin jerap Difteri Pertusis Tetanus, Hepatitis
B Rekombinaan, Haemophilus influenza tipe B, berupa suspensi homogen
yang mengandung toksoid tetanus dan difteri murni, bakteri pertusis (batuk
rejan) inaktif, antigen permukaan hepatitis B (HBsAg) murni yang tidak
infeksius, dan komponen HiB sebagai vaksin bakteri.
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan pemberian
dan Penyuntikan Vaksin DPT/HB/HiB.
3. Kebijakan
4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Modul Penyelenggaraan Imunisasi Kemenkes 2012
5. Prosedur / Cara Pemberian dan Dosis Vaksin DPT/HB/Hib :
Langkah-langkah  Vaksin harus disuntikkan secara intramuscular.
 Penyuntikan sebaiknya dilakukan pada anterolateral paha atas.
 Penyuntikan pada bagian bokong anak dapat menyebabkan luka saraf
siatik dan tidak dianjurkan.
 Suntikan yang digunakan adalah spuit 0,5 ml.
 Sebelum vaksin dipergunakan, periksa dahulu masa kadaluarsa dan label
VVM.
Cara Penyuntikan Vaksin DPT/HB/Hib :.
1. Pegang lokasi suntikan dengan ibu jari dan jari telunjuk.
2. Suntikan vaksin dengan posisi jarum suntik 90o terhadap permukaan
kulit (lakukan aspirasi sebelumnya untuk memastikan jarum tidak
menembus pembuluh darah).
3. Tekan seluruh jarum langsung ke bawah melalui kulit sehingga masuk
ke dalam otot.
4. Suntikkan pelan-pelan untuk mengurang rasa sakit.
6. Unit Terkait Puskesmas, Posyandu, Klinik Pratama
PEMBERIAN DAN PENYUNTIKAN VAKSIN POLIO
No. Dokumen : Ditetapkan oleh
Terbitan : 01 Kepala Klinik Pratama
Mitra Insani
SOP
Revisi : 00
Tgl. Mulai : Januari 2021
berlaku
KLINIK PRATAMA
MITRA INSANI
Halaman : 1/1
Tri Wahyuningsih

1. Pengertian Vaksin Oral Polio hidup (Oral Polio Vaccine = OPV) adalah Vaksin Polio
Trivalent yang terdiri dari suspensi virus poliomyelitis tipe 1, 2 dan 3
(Strain Sabin) yang sudah dilemahkan.
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan
pemberian dan Penyuntikan Vaksin Polio.
3. Kebijakan
4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Modul Penyelenggaraan Imunisasi Kemenkes RI tahun 2012
5. Prosedur / Cara Pemberian dan Dosis :
Langkah-langkah  Diberikan secara oral (melalui mulut), 1 dosis adalah 2 (dua) tetes
sebanyak 4 kali (dosis) pemberian, dengan interval setiap dosis minimal
4 minggu.
 Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper) yang
baru.
 Sebelum vaksin dipergunakan, periksa dahulu masa kadaluarsa dan label
VVM.
6. Unit Terkait Puskesmas, Posyandu, Klinik Pratama
PEMBERIAN VAKSIN TETANUS TOXOID
No. Dokumen : Ditetapkan oleh
Terbitan : 01 Kepala Klinik Pratama
Mitra Insani
SOP
Revisi : 00
Tgl. Mulai : Januari 2021
KLINIK PRATAMA
MITRA INSANI berlaku
Halaman : 1/1
Tri Wahyuningsih

1. Pengertian Vaksin TT merupakan suspense kolodial homogen berwarna putih susu


dalam vial gelas, mengandung toksoid tetanus murni, teradsorbsi ke dalam
alumunium fosfat.
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan
Pemberian Vaksin TT.
3. Kebijakan
4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Modul Penyelenggaraan Imunisasi Kemenkes RI tahun 2012.
5. Prosedur / Cara Pemberian dan Dosis :
Langkah-langkah  Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi
menjadi homogen.
 Untuk mencegah tetanus/tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer
yang disuntikkan secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan
dosis pemberian 0,5 ml dengan interval 4 minggu. Dilanjutkan dengan
dosis ketiga setelah 6 bulan berikutnya. Untuk mempertahankan
kekebalan terhadap tetanus pada wanita usia subur, maka dianjurkan
diberikan 5 dosis. Dosis keempat dan kelima diberikan dengan interval
minimal 1 tahun setelah pemberian dosis ketiga dan keempat. Imunisasi
TT dapat diberikan secara aman selama masa kehamilan bahkan pada
periode trimester pertama.
 Sebelum vaksin dipergunakan, periksa dahulu masa kadaluarsa dan label
VVM.
6. Unit Terkait Puskesmas, Posyandu, Klinik Pratama
PEMBERIAN DAN PENYUNTIKAN VAKSIN DT
No. Dokumen : Ditetapkan oleh
Terbitan : 01 Kepala Puskesmas
Larangan Utara
: 00
SOP
Revisi
Tgl. Mulai berlaku :
Halaman : 1/1
Dr. Hj. Any Ernawati
NIP. 19680221200212 2 004

1. Pengertian Vaksin DT merupakan suspensi kolodial homogen berwarna putih susu


dalam vial gelas, mengandung toksoid tetanus dan toksoid difteri murni
yang teradsorbsi kedalam alumunium fosfat.
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan
Pemberian dan Penyuntikan Vaksin DT.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Larangan Utara
tentang Standar Pelayanan Publik Puskesmas Larangan Utara.
4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Modul Penyelenggaraan Imunisasi Kemenkes RI tahun 2012.
5. Prosedur / Cara Pemberian dan Dosis :
Langkah-langkah
 Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi
menjadi homogen.
 Disuntikkan secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan dosis
pemberian 0,5 ml. dianjurkan untuk anak usia di bawah 7 tahun. Untuk
usia 7 tahun atau lebih dianjurkan imunisasi dengan vaksin Td.
 Sebelum vaksin dipergunakan, periksa dahulu masa kadaluarsa dan label
VVM.
6. Unit Terkait Puskesmas, sekolah dasar

PERAWATAN LEMARI ES
No. Dokumen : Ditetapkan oleh
Terbitan : 01 Kepala Puskesmas
Larangan Utara
: 00
SOP
Revisi
Tgl. Mulai berlaku :
Halaman : 1/2
Dr. Hj. Any ernawati
NIP. 19680221200212 2004

1. Pengertian Lemari es atau peralatan rantai dingin adalah peralatan yang digunakan
dalam pengelolaan vaksin sesuai dengan prosedur untuk menjaga vaksin
pada suhu yang telah ditetapkan.
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan Perawatan
Lemari Es.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Larangan Utara No.
tentang Standar Pelayanan Publik Puskesmas Larangan Utara
4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Modul Penyelenggaraan Imunisasi Kemenkes RI tahun 2012.
5. Prosedur / a. Prosedur Harian :
Langkah-langkah 1. Memantau suhu dengan melihat termometer atau alat pemantau suhu
digital setiap hari pada pagi dan sore.
2. Periksa apakah terjadi bunga es dan periksa ketebalan bunga es.
Apabila bunga es lebih dari 0,5 cm lakukan defrosting ( pencairan
bunga es).
3. Lakukan pencatatan langsung pada kartu pencatatn suhu setelah
selesai pengecekan suhu dan defrosting.
b. Prosedur Mingguan :
1. Memeriksa steker jangan sampai kendor, bila kendor kencangkan baut
dengan obeng.
2. Perhatikan adanya tanda-tanda steker hangus dengan melihat
perubahan warna pada steker, jika itu terjadi gantilah steker dengan
yang baru.
3. Sebelum membersihkan badan lemari es, cabut steker terlebih dahulu
agar tidak terjadi konsleting/arus pendek.
4. Bersihkan seluruh badan lemari es dengan menggunakan lap basah,
kuas yang lembut/spon busa dan sabun.
5. Pergunakan lap kering untuk mengeringkan badan lemari es.
6. Ketika membersihkan badan lemari es, jangan membuka pintu lemari
es untuk menjaga suhu tetap 2 s/d 8 oC.
7. Setelah selesai melakukan hal tersebut diatas colokkan kembali steker.
8. Lakukan pencatatan pada kartu pemeliharaan lemari es sebagai
kegiatan pemeliharaan mingguan.

PERAWATAN LEMARI ES
No. Dokumen : Ditetapkan oleh
Terbitan : 01 Kepala Puskesmas Aikmel

SOP Revisi
Tgl. Mulai berlaku
: 00
:
Halaman : 2/2 dr. Hj Any Ernawati
NIP. 19680221200212 2004
5. Prosedur / c. Prosedur Bulanan :
Langkah-langkah 1. Sehari sebelum pemeliharaan bulanan, lakukan penghitungan vaksin
yang akan dipindahkan dan kondisikan cool pack (kotak dingin
cair), vaksin carrier atau cold box sesuai dengan kebutuhan.
2. Pindahkan vaksin kedalam vaksin carrier atau cold box yang telah
berisi cool pack (kotak dingin cair).
3. Sebelum melakukan defrosting, cabut steker lemari es.
4. Lakukan pembersihan kondensor, pada model terbuka gunakan sikat
yang lembut atau dengan tekanan udara, pada model tertutup tidak
perlu dilakukan pembersihan.
5. Lakukan pembersihan karet pintu lemari es, pada model yang mudah
dibuka gunakan kain atau busa yang lembut untuk mencucinya dan
pasang kembali setelah kering, pada model tertutup pembersihan
dilakukan dengan menggunakan lap basah atau dengan tekanan
udara.
6. Memeriksa kerapatan pintu menggunakan selembar kertas, bila
kertas sulit ditarik berarti karet pintu masih baik, sebaliknya bila
kertas mudah ditarik berarti karet sudah mengeras, beri bedak untuk
sementara dan rencanakan untuk diganti.
7. Jika ditemukan baut kendor pada engsel pintu kencangkan dengan
menggunakan obeng.
8. Setelah selesai melakukan hal tersebut diatas colokkan kembali
steker.
9. Setelah suhu lemari es mencapai 2 s/d 8 oC, susun kembali vaksin.
10. Lakukan pencatatan pada kartu pemeliharaan lemari es sebagai
kegiatan pemeliharaan bulanan.
6. Unit Terkait Puskesmas

PEMBUANGAN KOTAK PENGAMAN/ SAFETY BOX


No. Dokumen : Ditetapkan oleh
Terbitan : 01 Kepala
Revisi : 00 Puskesmas

SOP Tgl. Mulai berlaku


Halaman
:
: 1/2
Larangan Utara

Dr. Hj. Any Ernawati


NIP. 19680221200212 2 004
1. Pengertian Kotak pengaman merupakan kotak / tempat pembuangan sementara
sampah limbah tajam dan limbah imunisasi lainnya.
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan
Pembuangan Kotak Pengaman.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Larangan Utara No.
tentang Standar Pelayanan Publik Puskesmas Larangan Utara
4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Modul Penyelenggaraan Imunisasi Kemenkes RI tahun 2012.
5. Prosedur / Ada lima cara yang biasa digunakan untuk memusnahkan kotak pengaman
Langkah-langkah yang telah berisi penuh atau untuk menjauhkannya dari jangkaun orang-
orang :
1. Insinerasi.
Incinerator dapat memusnahkan alat suntik dan jarum dengan
sempurna. Api yang membakar pada suhu lebih tinggi dari 800 C
membunuh mikro organisme dan mengurangi volume
sampah.insinerator ini berfungsi dengan baik menjamin pemusnahan
alat suntik dan jarum yang paling sempurna. Alat ini menimbulkan
lebih sedikit polusi udara ketimbang api yang membakar pada
temperatur yang lebih rendah.
2. Membakar dalam drum logam.
Untuk membakar dalam sebuah drum atau wadah logam
a. Tentukan tempat pembakaran di area yang tidak digunakan sejauh
mungkin dari gedung. Area tersebut harus diberi pagar dan bersih.
b. Letakkan empat batu bata di atas tanah dengan berbentuk segi
empat.
c. Letakkan layar logam atau panggangan di atas batu bata.
d. Lepaskan kedua sisi drum baja 210 liter (55 galon US). Ini
memungkinkan udara mengalir melalui drum dan isinya akan
terbakar lebih sempurna. Jika tidak ada drum logam, anda bisa
membuat silender dari pelat logam, batu bata atau tanah liat. Bagian
atas drum atau wadah yang dapat dilepas bisa diberi cerobong asap.

PEMBUANGAN KOTAK PENGAMAN/SAFETY BOX


No. Dokumen : Ditetapkan oleh
Terbitan : 01 Kepala
Revisi : 00 Puskesmas

SOP Tgl. Mulai berlaku


Halaman
:
: 2/2
Larangan Utara

Dr. Hj Any Ernawati


NIP. 19680221200212 2 004

5. Prosedur / 3. Bakaran terbuka dalam sebuah lubang


Langkah-langkah Pembakaran terbuka dalma sebuah lubang tidak selalu
direkomendasikan karena pembakaran palstik tidak baik bagi
lingkungan. Jika anda membakar sampah dalam lubang terbuak maka
sebaiknya :
a) Pilih area yang tidak digunakan untuk tempat pembakaran, sejauh
mungkin dari bangunan. Area ini harus diberi pagar dan bersih.
b) Ada petugas untuk mengawasi pembakaran.
c) Gali lubang paling sedikit sedalam satu meter, tetapi pastikan
bahwa lubang ini tidak begitu dalam sehingga anda punya akses
untuk menyalakan api.
d) Masukkan kotak pengaman yang sudah terisi penuh ke dalam
lubang. Campurlah kertas, daun atau bahan-bahan yang mudah
terbakar di antara kotak agar mudah terbakar.
e) Jika tersedia, siram dengan sedikit minyak tanah dan bakar benda-
benda tersebut.
f) Peringatkan orang-orang agar tetap manjauh dan menghindari asap,
uap dan abu pembakaran.
g) Bakar sampai semua kotak musnah dan kemudian ikuti petunjuk di
atas untuk menimbun sisa pembakaran.
4. Lubang pembuangan
Lubang pengaman yang dibuat secara khusus merupakan pilihan lain
untuk membuang alat suntik dan jarum bekas. Lubang pengaman
biasanya mempunyai kedalaman 2 meter dan diameter satu meter
sehingga bisa ditutupi dengan pipa beton buatan lokal. Lubang ini
memiliki tutup beton dengan pipa logam yang diletakkan didalamnya.
Alat suntik dan jarum bekas dimasukkan ke dalam lubang melalui pipa
logam ini.
5. Ditimbun di dalam lubang pembuangan
Alat suntik bekas dapat ditimbun di dalam lubang pembuangan.
Tentukan tempat secara hati-hati dan gali sebuah lubang yang cukup
lebar dan dalam untuk kotak yang besar. Jika alat suntik AD yang
terkontaminasi entah bagaimana caranya keluar dari kotak dan terbawa
ke dalam sungai atau tanah lapang, orang bisa menginjak atau anak-
anak dapat bermain dengan benda-benda ini.
6. Dikirim ke dinas kesehatan bersama dengan sampah medis
lainnya untuk di musnahkan dalam incerator dinas kesehatan.

Unit Terkait Puskesmas, Posyandu


PENANGANAN VAKSIN
No. Dokumen : Ditetapkan oleh
Terbitan : 01 Kepala Klinik Pratama
Mitra Insani
SOP
Revisi : 00
Tgl. Mulai : Januari 2019
KLINIK PRATAMA
MITRA INSANI berlaku
Halaman : 1/1
Tri Wahyuningsih

1. Pengertian Vaksin adalah produk biologis yang sangat mudah rusak dan kehilangan
potensi bila tidak dikelola dengan benar.
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan
Penanganan Vaksin.
3. Kebijakan

4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.


Modul Penyeanggaran Imunisasi Kemenkes RI tahun 2012.
5. Prosedur / 1. Penyimpanan Vaksin
Langkah-langkah a) Semua vaksin disimpan pada suhu 2 s/d 8 C
b) Letakkan cool pack di bagian bawah lemari es sebagai penahan
dingin dan menjaga kestabilan suhu.
c) Peletakan dus vaksin mempunyai jarak antara minimal 1-2 cm atau
satu jari tangan
d) Vaksin HS (BCG, Campak, Polio) diletakkan dekat dengan
evaporator.
e) Vaksin FS (Hep. B, DPT/HB/Hib, DT, Td, TT dan IPV) diletakkan
jauh dengan evaporator.
f) Vaksin dalam lemari es harus diletakkan dalam kotak vaksin
2. Penanganan Vaksin di Unit Pelayanan
Tempat pelayanan imunisasi baik di komponen statis maupun di
posyandu adalah merupakan mata rantai paling akhir dari system rantai
vaksin. Oleh karena itu perlakuan vaksin di unit ini sangat penting.
a) Di puskesmas dan unit pelayanan statis lainnya (RS, Klinik
Bersalin, Dokter/Bidan Praktek Swasta).
1) Vaksin disimpan dalam vaccine carrier yang diberi kotak dingin
cair.
2) Letakkan vaccine carrier di meja yang tidak terkena sinar
matahari langsung.
3) Dalam penggunaan, letakkan vaksin diatas spon/busa yang
berada di dalam vaccine carrier.
4) Di dalam vaccine carrier tidak boleh ada air yang merendam
vaksin. Ini untuk mencegah kontaminasi vaksin dari bakteri lain.

b) Di Posyandu dan komponen lapangan lainnya.


Pada prinsipnya sama seperti di komponen statis, dan intinya vaksin
tetap berada pada suhu 2 C s/d 8 C. beberapa hal yang perlu
diperhatikan :
1) Sepulang darti lapangan, sisa vaksin yang belum dibuka diberi
tanda khusus untuk didahulukan penggunaannya pada jadwal
pelayanan berikutnya selama VVM nya masih baik.
2) Semua sisa vaksin yang sudah dibuka pada kegiatan lapangan
misalnya pada posyandu, sekolah, atau pelayanan di luar gedung
lainnya tidak boleh digunakan lagi.
6. Unit Terkait Puskesmas , Posyandu, Klinik Pratama

PEMBUANGAN SAMPAH LIMBAH TAJAM DAN


LIMBAH IMUNISASI LAINNYA
No. Dikumen : Ditetapkan oleh
Terbitan : 01 Kepala
Revisi : 00 Puskesmas

SOP Tgl. Mulai berlaku


Halaman
:
: 1/1
Larangan Utara

Dr. Hj. Any Ernawati


NIP. 19680221200212 2 004

1. Pengertian Semua alat suntik pada akhirnya harus dimusnahkan. Alat suntik dan
jarum untuk mencampur yang sekali digunakan rusak atau dibuang (auto-
disable atau disposable) sebaiknya digunakan sekali dan kemudian
dimusnahkan. Limbah imunisasi yang lain seperti vial/flacon vaksin, tutup
vial, kapas bekas suntikan dan lain-lain, sebaiknya tidak dibuang bersama
dengan jenis-jenis sampah lainnya, karena dapat mencemari dan
membahayakan lingkungan. Maka harus ditangani sama seperti menangani
limbah tajam imunisasi.
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan
Pembuangan Sampah Limbah Tajam dan Limbah Imunisasi Lainnya.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Larangan Utara No.
tentang Standar Pelayanan Publik Puskesmas Larangan Utara
4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Modul Penyelenggaraan Imunisasi Kemenkes RI tahun 2012.
5. Prosedur / 1. Letakkan kotak pengaman di tempat yang terjangkau oleh petugas
Langkah-langkah kesehatan. Setiap kali selesai melakukan penyuntikan, segera
masukkan alat suntik dan jarum ke dalam kotak pengaman atau wadah
untuk benda-benda tajam.
Jika tersedia pencabut atau pemotong jarum, segera pisahkan jarum
dan alat suntik bekas stiap kali setelah digunakan untuk menyuntik.
Setelah mencabut jarum dengan sebuah alat, segera masukkan ke
dalam kotak pengaman.
2. Setelah pelayanan imunisasi atau ketika isi kotak pengaman sudah ¾
penuh, tutup kotak tesebut.
Jangan memindahkan alat suntik dan jarum bekas dari kotak pengaman
ke wadah lain. Kotak pengaman dengan kapasitas lima liter dapat
menampung kurang lebih dari 100 alat suntik dan jarum. Selain itu
terdapat juga safety box ukuran 0,25 ml yang dapat menampung 10
HB PID bekas.
3. Kirim ke Dinas Kesehatan untuk dilakukan pemusnahan sampah
medis.
6. Unit Terkait Puskesmas, Posyandu
PENYIAPAN PELAYANAN IMUNISASI
No. Dokumen : Ditetapkan oleh
Terbitan : 01 Kepala
Revisi : 00 Puskesmas

SOP Tgl. Mulai berlaku


Halaman
:
: 1/2
Larangan Utara

Dr. Hj. Any Ernawati


NIP. 19680221200212 2 004

1. Pengertian Keberhasilan program imunisasi sangat ditentukan oleh kualitas pelayanan


imunisasi oleh petugas imunisasi di Puskesmas, mulai dari persiapan
pelayanan imunisasi.
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan Penyiapan
Pelayanan Imunisasi
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Larangan Utara No.
tentang Standar Pelayanan Publik Puskesmas Larangan Utara.
4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Modul Penyelenggaraan Imunisasi Kemenkes RI tahun 2012.
5. Prosedur / 1. Logistik
Langkah-langkah Jenis peralatan yang diperlukan untuk pelayanan imunisasi :
a. Vaksin carrier
b. Cool pack / kotak dingin cair
c. Vaksin, pelarut dan penetes (dropper)
d. Alat suntik
e. Safety box
f. Pemotong / kikir ampul pelarut
g. Formulir KIPI
h. Kapas dan wadah
i. Bahan penyuluhan (poster, leaflet, dll)
j. Alat tulis (kertas, pensil, dan pena)
k. Catatan imunisasi (buku KIA, KMS, kartu TT)
l. Buku register (kohort) bayi dan ibu
m. Tempat samah
n. Sabun dan wadah air mengalir untuk cuci tangan
o. Anafilaktik kit
p. Pingset
2. Mengeluarkan vaksin dan pelarut dari lemari es
a. Sebelum membuka pintu lemari es, tentukan berapa banyak vial
vaksin yang dibutuhkan untuk pelayanan.
b. Buku lemari es, periksa freeze tag atau fridge tag dan termometer
untuk mengetahui keadaan vaksin sebelumnya.
c. Pilih dan keluarkan vaksin sesuai kondisi VVM, tanggal
kadaluarsa/early expired first out (EEFO), yang masuk duluan
dikeluarkan lebih dulu/first in first out (FIFO). Prioritas dalam
mengeluarkan mengacu kepada kondisi VVM.
3. Memeriksa apakah vaksin aman diberikan
Sebelum memberikan vaksin, harus dipastikan bahwa vaksin yang akan
diberikan masih baik, dengan melakukan langkah-langkah berikut :
a. Periksa label vaksin dan pelarut. Jika label tidak ada, jangan
gunakan vaksin atau pelarut tersebut.
b. Periksa alat pemantau vaksin (VVM).
c. Periksa tanggal kadaluarsa, jangan gunakan vaksin dan pelarut jika
telah melewati tanggal kadaluarsa.
d. Periksa alat pemantau suhu beku (freeze tag) dalam lemari es. Jika
freeze tag menunjukkan tanda silang, berarti pernah terjadi
penyimpangan suhu (dibawah 2o C) selama lebih dari 60 menit.
PENYIAPAN PELAYANAN IMUNISASI
No. Dokumen : Ditetapkan oleh
Terbitan : 01 Kepala
Revisi : 00 Puskesmas

SOP Tgl. Mulai berlaku


Halaman
:
: 2/2
Larangan Utara

dr.Hj Any Ernawati


NIP. 19680221200212 2 004

5. Prosedur / Langkah- e. Pada DPT/HB/Hib dandiduga


kondisi tersebut, IPV. Untuk
pernahmemastikan vaksin dalam
terjadi pembekuan pada kondisi baik
vaksin yang
langkah atau rusak,
sensitif beku sepertimaka sebaiknya
DT, TT, dilakukan
Td, Hepatitis shake test (uji kocok).
B, DPT/HB,
Langkah-langkah uji kocok :
a) Pilih satu dari tiap tipe dan batch vaksin yang dicurigai pernah
beku, utamakan yang dekat dengan evaporator atau bagian lemari
es yang paling dingin. Beri label “Tersangka Beku”. Bandingkan
dengan vaksin dari tipe dan batch yang sama yang sengaja
dibekukan hingga beku padat seluruhnya dan beri label
“Dibekukan”.
b) Biarkan contoh vaksin “Dibekukan” dan vaksin “Tersangka beku”
sampai mencair seluruhnya.
c) Kocok contoh vaksin “Dibekukan” dan vaksin “Tersangka Beku”
secara bersamaan.
d) Kemudian taruh berdekatan, dan diamkan.
e) Amati contoh vaksin “Dibekukan” dan vaksin “Tersangka Beku”,
utk membandingkan lamanya waktu pengendapan (5 – 30 mnt).
f) Jika :
 Pengendapan vaksin “Tersangka Beku” lebih lambat dari contoh
vaksin “Dibekukan”, maka vaksin boleh digunakan.
 Pengendapan vaksin “Tersangka Beku” sama atau lebih cepat dari
pada contoh vaksin “Dibekukan”, maka vaksin tidak boleh
digunakan (vaksin sudah rusak).
g) Harus melakukan uji kocok untuk tiap vaksin yang berbeda batch
dan jenis vaksinnya dengan kontrol “Dibekukan” yang sesuai.
4. Pemeliharaan vaksin & rantai vaksin selama pelaksanaan imunisasi
a. Hindari vaccine carrier yang berisi vaksin dari sinar matahari
langsung.
b. Sebelum sasaran datang, vaksin dan pelarut harus disimpan dalam
vaccine carrier yang tertutup rapat.
c. Jika sasaran imunisasi sudah datang, maka vaksin dilarutkan dengan
jenis pelarut yang sesuai.
d. Pada saat melarutkan vaksin, suhu vaksin dan pelarut harus sama.
e. Vaksin yang sudah dilarutkan diberi label yang berisikan waktu
pelarutan. Setelah dilarutkan, vaksin BCG hanya boleh digunakan
selama 3 jam, dan vaksin campak selama 6 jam.
f. Vaksin yang lainnya, setelah dibuka harus diberi label yang ditulis
tanggal dan waktu vaksin dibuka. Penggunaannya mengikuti standar
penggunaan vaksin multidose.
g. Selama pelayanan imunisasi, vaksin dan pelarut harus disimpan dalam
vaccine carrier dengan menggunakan cool pack, agar suhu vaksin dan
pelarut tetap terjaga.
h. Tidak diperkenankan membuka vial baru sebelum vial yang sudah
dibuka habis.
i. Apabila sasaran selanjutnya belum datang, vaksin yg sudah dilarutkan
harus diletakkan di lubang busa yang terdapat di bagian atas vaccine
carrier, dan dilindungi agar tidak terkena sinar matahari langsung.
j. Setiap vaccine carrier sebaiknya dilengkapi dgn empat buah cool pack
k. Apabila vaksin yang sudah dilarutkan habis, pelarutan selanjutnya
dilakukan jika sasaran berikutnya telah datang.
6. Unit Terkait Puskesmas, Posyandu
PENYIAPAN TEMPAT PELAYANAN IMUNISASI
No. Dokumen : Ditetapkan oleh
Terbitan : 01 Kepala
Revisi : 00 Puskesmas

SOP Tgl. Mulai berlaku


Halaman
:
: 1/1
Larangan Utara

Dr. Hj. Any Ernawati


NIP. 19680221200212 2 004

1. Pengertian Berdasarkan tempat palayanan, imunisasi dibagi menjadi 2 yaitu


Pelayanan imunisasi di dalam gedung (komponen statis) seperti
puskesmas, puskesmas pembantu, rumah sakit, klinik, bidan praktek,
dokter praktik dan Pelayanan imunisasi di luar gedung (komponen
dinamis) seperti posyandu, di sekolah, atau melalui kunjungan rumah.
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan Penyiapan
Tempat Pelayanan Imunisasi.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Larangan Utara No.
tentang Standar Pelayanan Publik Puskesmas Larangan.
4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Modul Penyelanggaraan Imunisasi Kemenkes RI tahun 2012
5. Prosedur / 1. Pelayanan imunisasi di fasilitas kesehatan :
Langkah-langkah Ruangan yang ditetapkan untuk pelayanan imunisasi harus :
 Mudah dijangkau oleh sasaran.
 Tidak terkena sinar matahari, hujan atau debu.
 Cukup luas, terang, cukup ventilasi dan tenang.

2. Pelayanan imunisasi di lapangan :


 Mudah dijangkau oleh sasaran
 Jika di dalam gedung maka harus cukup luas, terang, cukup ventilasi
dan tenang.
 Jika di tempat terbuka, upayakan tempat itu terlindung sinar
matahari langsung.

Dalam mengatur tempat imunisasi, pastikan bahwa :


 Pintu masuk terpisah dari pintu keluar sehingga orang-orang dapat
masuk dan keluar tempat pelayanan dengan lebih cepat dan mudah.
 Tempat menunggu haruslah bersih dan nyaman.
 Mengatur letak meja dan menyiapkan perlengkapan yang
diperlukan.
 Melaksanakan kegiatan dengan sistem 5 meja yaitu pelayanan
terpadu yang lengkap yang memberikan pelayanan 5 program (KB,
KIA, Diare, Imunisasi, dan Gizi).
 Jumlah orang yang ada di tempat pelayanan imunisasi diatur
sehinnga tidak penuh sesak.
 Segala sesuatu yang anda perlukan berada dalam jangkauan atau
dekat dengan meja imunisasi.
6. Unit Terkait Puskesmas, Posyandu

SKRINING TT WUS
No. Dokumen : Ditetapkan oleh
Terbitan : 01 Kepala
Revisi : 00 Puskesmas

SOP Tgl. Mulai berlaku


Halaman
:
: 1/1
Larangan Utara

Dr. Hj. Any Ernawati


NIP. 1968221200212 20 04

1. Pengertian Skrining TT WUS adalah kegiatan untuk menentukan status Imunisasi TT


pada WUS (Wanita Usia Subur)
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan Skrining
TT WUS
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Larangan Utara No.
tentang Standar Pelayanan Publik Puskesmas Larangan Utara.
4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Modul Penyelenggaraan Imunisasi Kemenkes RI tahun 2012.
5. Prosedur /  Mencatat Identitas WUS / ibu hamil pada register dan pada kartu
Langkah-langkah Imunisasi TT – WUS.
 Menanyakan riwayat imunisasi sebelumnya, dengan pedoman sebagai
berikut :
Lahir Setelah Tahun 1987 :
Riwayat Skrining Lengkap Skrining Sedehana
DPT* + T0 Pernah 0
DPT* + T1 Pernah 1
DPT* + T2 Pernah 1
BIAS Kls 1 + T3 Pernah 1
BIAS Kls 2 + T4 Pernah 1
BIAS Kls 3 + T5 Pernah 1
Hamil ? 1+1+1+1+1 = 5

Lahir Setelah Tahun 1977 :


Riwayat Skrining Lengkap Skrining Sedehana
BIAS + T1 Pernah 1
BIAS + T2 Pernah 1
BIAS + T3 Pernah 1
CATIN + T4 Pernah 1
Hamil I + T5 Pernah 1
Hamil II ? 1+1+1+1+1 = 5

Lahir Sebelum Tahun 1977 :


Riwayat Skrining Lengkap Skrining Sedehana
CATIN + T1 Pernah 1
Hamil I + T2 Pernah 1
Hamil II + T3 Pernah 1
Hamil III ? T4 1+1+1+1+1 = 5
(Sekarang) Diimunisasi TT T4 Diimunisasi TT 

 Mencatat Hasil Skrining pada register dan kartu Imunisasi TT – WUS.

6. Unit Terkait Puskesmas, Posyandu

Anda mungkin juga menyukai